pengaruh suplementasi dan pemberian vitamin a terhadap

advertisement
PENGARUH SUPLEMENTASI DAN PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP PERFORMANS
INDUK DAN ANAK SAPI BALI
SELAMA MUSIM KEMARAU DI PULAU TIMOR
I Gusti N. Jelantik, Maxs U. E. Sanam dan D. Kana Hau
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
BPTP Naibonat
ABSTRAK
Tingginya mortalitas anak sapi Bali di Nusa Tenggara Timur merupakan penyebab
utama rendahnya produktivitas ternak sapi di daerah ini. Mortalitas pedet terutama disebabkan
oleh kekurangan produksi susu pada induk yang mengalami stress pakan. Di samping itu
tingginya mortalitas pedet juga disebabkan oleh defisiensi Vitamin A yang absen pada hijauan
kering. Penelitian ini adalah upaya untuk menekan angka kematian pedet dan sekaligus
meningkatkan tampilan produksi pedet sehingga akan berdampak pada meningkatnya
produktivitas sapi Bali di pulau Timor. Penelitian yang dilaksanakan di Desa Ekateta selama 6
bulan melibatkan 18 ekor induk dan pedet sapi Bali milik peternak di desa tersebut. Ke 18 ekor
ternak tersebut secara acak dikelompokkan untuk menerima perlakuan masing-masing Kontrol :
ternak digembalakan di padang penggembalaan tanpa menerima suplemen, Sup : induk
menerima suplemen berupa multi nutrien blok dan hay serta pedet menerima pakan padat
pemula, dan SupVitA : induk dan pedet menerima suplemen dan induk diinjeksi dengan Vitamin
A eksogen 440 I.U per kg berat badan. Parameter yang diukur meliputi berat lahir,
konsumsi/produksi susu, mortalitas pedet, perubahan kondisi tubuh induk dan pertambahan
berat badan pedet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian suplemen berupa multinutrien blok
dengan atau tanpa injeksi Vitamin A berhasil secara signifikan (P<0,05) menurunkan angka
kematian (mortalitas) pedet menjadi 0% dibandingkan dengan mortalitas pedet yang ikut
digembalakan bersama induknya yang mencapai 33,3%. Suplementasi dan pemberian Vitamin A
juga menghasilkan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap peningkatan tampilan produksi
pedet dalam hal berat lahir dan pertambahan berat badan walaupun produksi susu induk tidak
meningkat secara signifikan (P>0,05). Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan indikasi
yang kuat bahwa pemberian suplemen pada induk dan anak serta injeksi vitamin A merupakan
strategi yang secara efektif mampu menekan angka kematian pedet dan sekaligus meningkatkan
tampilan produksi pedet sapi Bali di NTT.
Kata kunci : pedet, mortalitas, berat lahir, pertumbuhan, suplemen, vitamin A
PENDAHULUAN
Produktivitas sapi Bali yang digembalakan di Nusa Tenggara Timur pada umumnya
sangat rendah. Tingginya angka kematian pedet sebelum disapih merupakan faktor utama yang
menyebabkan rendahnya produktivitas sapi Bali di pulau Timor. Beberapa penelitian yang telah
diadakan di daerah ini pada umumnya mengungkapkan tingginya angka kematian pedet tersebut.
Wirdahayati (1989) melaporkan bahwa tingkat kematian pedet pada sapi Bali yang dipelihara
secara ekstensif atau semi-intensif di NTT berkisar antara 25 sampai 30%. Bamualim dkk.
(1990), Malessy dkk. (1990) dan Bamualim (1992) mencatat kematian pedet mencapai 47% dari
jumlah yang dilahirkan. Tingkat kematian yang sangat tinggi yaitu lebih dari setengah (53,3%)
juga pernah dilaporkan (Fattah, 1998). Survei yang belakangan dilakukan selama 2 tahun
berturut-turut pada dua sistem pemeliharaan yang berbeda (gembala dan diikat) juga
mengindikasikan bahwa kematian anak sapi masih tetap sangat tinggi (Jelantik, 2001). Nampak
jelas bahwa kematian pedet merupakan faktor yang paling berperanan yang menyebabkan
kelangkaan bakalan untuk digemukkan dan kemudian diantar-pulaukan.
Tingginya kematian pedet sapi Bali di pulau Timor nampaknya banyak berhubungan
dengan keterbatasan kuantitas susu yang dihasilkan oleh induk yang mengalami stress nutrisi
selama musim kemarau. Kelahiran anak sapi Bali di NTT terkonsentrasi selama bulan Juni
sampai Agustus atau pada pertengahan musim kemarau (Toelihere dkk., 1990; Jelantik, 2001a).
Dengan demikian mudah dipahami bahwa pedet yang dilahirkan oleh seekor induk yang
mengalami stress pakan akan dibatasi oleh rendahnya produksi susu. Produksi susu sapi Bali
pada musim kemarau hanya 0,79 (Wirdahayati dan Bamualim, 1990) sampai 1,4 kg/hari (Jelantik
dkk., 1998; Jelantik, 2001).
Di samping karena rendahnya produksi susu sapi Bali, kematian pedet dan rendahnya
kapasitas pertumbuhan pedet sapi Bali di pulau Timor juga disebabkan oleh adanya
kemungkinan defesiensi Vitamin A pada induk yang sedang bunting. Kandungan karoten yang
merupakan precursor Vitamin A pada umumnya absen pada hijauan yang kering karena telah
secara cepat teroksidasi karena tingginya temperatur dan intensitas sinar matahari selama
musim kemarau. Defisiensi Vitamin A pada ternak sapi dapat menimbulkan dampak negatif
berupa degenerasi placenta sehingga menyebabkan abortus, atau foetus yang lahir lemah atau
mati serta penurunan resistensi terhadap penyakit.
Jadi jelaslah bahwa upaya menekan kematian pedet akan secara signifikan
meningkatkan produktivitas ternak di NTT. Perhatian terbesar nampaknya harus diarahkan pada
upaya memenuhi kebutuhan susu anak yang dilahirkan selama musim kemarau. Peningkatan
produksi susu oleh induk sapi Bali misalnya dengan suplementasi mungkin salah satu alternatif
yang dapat dilakukan. Sukarini dkk. (2000) melaporkan bahwa dengan pemberian suplemen
yang tepat, produksi susu sapi Bali dapat ditingkatkan secara signifikan. Di samping itu
pemberian suplemen juga mungkin sebaiknya langsung pada pedet. Akhirnya dengan kombinasi
injeksi Vitamin A pada induk yang sedang bunting mungkin akan meningkatkan kemampuan
pedet untuk bertahan hidup dan bertumbuh. Kemungkin-kemungkinan tersebut merupakan aspek
yang diteliti dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah menkaji efektivitas pemberian suplemen yang
dikombinasikan dengan vitamin A terhadap tampilan produksi Sapi Bali baik induk maupun pedet.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai model yang dapat digunakan
untuk memecahkan permasalahan rendahnya produktivitas ternak sapi Bali yang digembalakan
di padang penggembalaan alam di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 18 ekor induk sapi Bali yang sedang bunting di atas 7 bulan
yang telah diseleksi dari sekelompok ternak sapi milik peternak di Desa Ekateta, Kecamatan
Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Ternak-ternak tersebut diseleksi menurut umur dan kondisi
tubuh pada saat ternak tersebut bunting 7 bulan. Penelitian ini dirancang mengikuti pola
rancangan acak lengkap (completely randomised design) dengan 3 perlakuan dan masingmasing dengan 6 ulangan. Ke-18 induk bunting tersebut dikelompokkan secara acak untuk
menerima ketiga perlakuan masing-masing :
Co:
induk dan anak digembalakan
Su:
suplemen multinutrient block dan rumput alam pada induk serta pakan
padat pemula pada anak
Sup+VitA:
suplemen multinutrient block dan rumput alam pada induk yang diijeksi
vit A serta pakan padat pemula pada anak
Hay yang diberikan adalah hay berkualitas sedang yang dipotong dan dikeringkan
selama bulan Maret/April. Diharapkan kandungan protein hay tersebut mencapai 8% dengan
kecernaan in vitro sekitar 57% (Jelantik, 2001). Pemberian suplemen pada anak dimulai pada 1
bulan setelah lahir dan diberikan pada siang hari selama induknya digembalakan. Pemberian
suplemen baik hay maupun P3 dihentikan pada saat awal musim hujan. Pedet dibiarkan
berkumpul dengan induknya selama malam hari untuk dapat menyusu sepuasnya. Pemberian
vitamin A dilakukan sekali dengan menginjekasi induk sebanyak 440 IU vitamin A pada
kebuntingan 7 bulan.
Komposisi kimia bahan pakan dan susunan blok suplemen dan pakan padat pemula
ditampilkan pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Komposisi Kimia Pakan Penyusun Blok Suplemen
Pakan Penyusun PK (%)
EE (%) CHO (%)
GE
(MJ/kg)
Jagung
8.68
3.61
85.8
18.3
DE
(MJ/kg)
15.7
ME
(MJ/kg)
12.9
dedak
12.4
14.6
60.2
18.6
8.76
7.18
Bungkil kelapa
21.6
16.1
49.6
18.6
14.1
11.7
Urea
288
0
0
22.5
22.5
22.5
Garam
0
0
0
0
0
0
Mineral
0
0
0
0
0
0
Semen
0
0
0
0
0
0
Tabel 2. Komposisi Blok Suplemen
Pakan Penyusun Proporsi PK (%)
(%)
EE (%)
CHO (%) GE (MJ/ DE
ME
kg)
(MJ/kg (MJ/kg)
)
0.722
5.34
3.66
3.14 0.3444
Jagung
20
1.736
dedak
20
2.48
2.92
7.62
3.72
1.752 2.7356
Bungkil kelapa
20
4.32
3.22
2.56
3.72
2.82 1.4976
Urea
10
28.8
0
0
2.25
2.25
2.25
Garam
10
0
0
0
0
0
0
Mineral
1
0
0
0
0
0
0
Semen
19
0
0
0
0
0
0
100
37.336
6.862
10.714
13.35
9.962 6.8276
Parameter yang diukur antara lai berat lahir, perubahan kondisi tubuh induk, konsumsi
susu, angka kematian dan pertambahan berat badan pedet. Pemberian skor terhadap kondisi
tubuh induk dilakukan dua kali masing-masing pada saat seleksi ternak yaitu pada umur
kebuntingan 7 bulan dan pada 2 bulan setelah induk melahirkan. Pemberian skor kondisi tubuh
berdasarkan skor 1-5 masing-masing dari induk yang paling kurus samapi paling gemuk.
Pengukuran konsumsi susu dilakukan dengan metode 'timbang - susu - timbang' yang dilakukan
3 kali selama penelitian. Pedet secara rutin ditimbang setiap minggu sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Suplementasi dan Injeksi Vitamin A terhadap Berat Lahir Pedet Sapi Bali
Seperti ditampilkan pada tabel 5 pemberian suplemen berupa multinutrient blok dan
rumput alam kering dengan atau tanpa pemberian vitamin A eksogen selama masa akhir
kebuntingan mampu secara signifikan (P<0,05) meningkatkan berat lahir sapi Bali yang
digembalakan di padang penggembalaan alam. Pemberian suplemen dan vitamin A
meningkatkan berat lahir pedet sapi Bali dari 9,97 kg menjadi 13,25 kg. Peningkatan tersebut
nampaknya disebabkan oleh perbaikan status nutrisi akibat peningkatan konsumsi nutrien pada
ternak yang mendapatkan perlakuan suplementasi berupa multinutrien blok dan hay rumput
alam.
Namun demikian peningkatan berat lahir lebih lebih tinggi lagi gagal diperoleh pada
kelompok sapi Bali yang mendapatkan baik suplemen maupun injeksi vitamin A. Injeksi Vitamin A
diharapkan mampu meningkatkan berat lahir pedet tersebut karena disinyalir adanya defisiensi
vitamin A selama musim kemarau. Selama musim kemarau ternak hanya mengkonsumsi rumput
alam kering yang kandungan carotene-nya sebagai precursor vitamin A sudah sangat berkurang
atau bahkan tidak ada. Kegagalan ini terjadi kemungkinan karena potensi genetik Sapi Bali untuk
berat lahir telah tercapai mengingat hasil-hasil penelitian selama ini mencatat berat lahir yang
dalam kisaran berat lahir yang diperoleh dalam penelitian ini. Toelihere dkk. (1990), Jelantik dkk.
(1998) dan Jelantik (2001) juga mencatat berat lahir sapi Bali yang digembalakan secara semi
intensif berkisar antara 9 sampai 16 kg.
Tabel 5. Pengaruh suplementasi dan injekasi vitamin A terhadap berat lahir pedet sapi Bali
Perlakuan
N
Berat Lahir Mortalitas
Rataan Pertambahan Berat
(Kg)
(%)
Badan Harian (gram)
Kontrol
6
9,97a
33,3
64,69a
b
Suplemen
6
13,25
0
200,28b
b
Suplemen + Vit A
6
13,08
0
268,78b
Keterangan : superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata(P<0,05)
Pengaruh Suplementasi dan Injeksi Vitamin A terhadap Mortalitas Pedet
Pemberian suplemen pada induk maupun langsung pada pedet dan atau kombinasinya
dengan pemberian Vitamin A eksogen diharapkan mampu menekan angka kematian pedet dan
jika dimungkinkan mampu meningkatkan tampilan produksi pedet sapi Bali. Hal ini terjadi karena
faktor penting yang menyebabkan kematian pedet selama ini adalah kekurangan konsumsi susu
karena produksi susu yang rendah oleh induk yang mengalami defisiensi nutrisi penting selama
musim kemarau. Kematian pedet juga terjadi karena pedet yang lahir lemah sebagai dampak dari
defesiensi vitamin A.
Harapan ini nampaknya terwujud karena pada penelitian ini angka kematian pedet
berhasil ditekan dari 33% pada ternak kontrol menjadi 0% (tidak ada kematian pedet) pada
perlakuan suplemen maupun kelompok pedet yang memperoleh injeksi Viamin A pada induknya
ketika masih bunting. Angka kematian pedet pada penelitian ini nampak masih dalam kisaran
mortalitas yang dilaporkan selama ini. Wirdahayati dan Bamualim (1990) pernah melaporkan
kematian pedet sapi Bali di pulau Timor dapat mencapai 47%. Sementara itu, Fattah (1998)
mencatat kematian pedet sapi Bali yang digembalakan secara ekstensif tradisional sebesar 53%.
Belakangan, Jelantik (2001) melaporkan angka kematian pedet sapi Bali di beberapa kabupaten
di Pulau Timor berkisar antara 24,1% hingga 51,2% dengan rata-rata 32,5%. Angka kematian
pedet yang tinggi tersebut selama ini telah menyebabkan rendahnya produktivitas sapi Bali di
Nusa Tenggara Timur walaupun sebenarnya angka kelahiran pada bangsa sapi ini cukup tinggi.
Angka kelahiran sapi Bali dapat mencapai 65% (Jelantik, 2001; Wirdahayati dan Bamualim,
1990), bahkan pada penelitian ini dapat mencapai 94,4 % (17 dari 18 induk).
Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan indikasi cara sederhana untuk
menekan angka kematian pedet di NTT. Dengan injeksi vitamin A selama masa akhir
kebuntingan dan pemberian pakan suplemen baik pada induk maupun pedet maka kematian
pedet dapat dihindarkan. Strategi ini akan berdampak sangat besar terhadap produktivitas sapi
Bali di NTT. Jika peningkatan populasi merupakan target pembangunan peternakan sapi di NTT
saat ini maka strategi ini akan mampu meningkatkan populasi ternak sapi Bali sebanyak 50
sampai 60 ribu ekor per tahun dengan asumsi tingkat pengeluaran dan pemotongan ternak tetap
sama. Di samping itu yang lebih penting lagi adalah penurunan angka kematian berarti akan
meningkatkan jumlah ternak yang dapat dipasarkan maupun dipotong untuk memenuhi
kebutuhan daging lokal atau dengan kata lain meningkatkan produktivitas ternak. Secara
ekonomis jika strategi ini diterapkan maka akan mampu menekan kerugian peternak di NTT yang
mencapai 53,17 sampai 66,5 miliar rupiah sebagai akibat kematian pedet sapi Bali selama ini.
Pengaruh Suplementasi dan Pemberian Vitamin A terhadap Produksi Susu Sapi Bali
Kematian pedet selama ini disinyalir disebabkan terutama oleh rendahnya produksi susu
induk sebagai akibat stress nutrisi selama musim kemarau. Pada penelitian ini produksi susu
induk sapi Bali pada semua perlakuan sangat rendah yaitu berkisar antara 0,98 sampai 1,35
kg/hari. Hasil penelitian ini sekali lagi membuktikan rendahnya potensi produksi sapi Bali.
Produksi susu sapi Bali di pulau Timor sebelumnya dilaporkan oleh Wirdahayati dan Bamualim
(1990) berkisar antara 0,79 sampai 1,4 kg/hari. Sementara itu, Jelantik (2001) mencatat produksi
susu sapi Bali yang digembalakan mencapai 1,40 sampai 1,48 kg/hari. Sukarini dkk. (2000) di
Pulau Bali juga melaporkan produksi susu 1,4 kg/hari. Selain karena rendahnya potensi genetik
bangsa sapi dalam menghasilkan susu, musim kelahiran yang jatuh pada awal sampai
pertengahan musim kemarau (Jelantik, 2001) merupakan salah satu penyebab utama terhadap
rendahnya produksi susu sapi Bali.
Secara teoritis level produksi susu yang dicatat pada penelitian ini hanya mampu
memenuhi 62% dari kebutuhan energi pedet untuk hidup pokok (NRC, 2000). Dengan demikian
jika pedet hanya mengkonsumsi susu maka mungkin akan berakibat fatal berupa kematian atau
paling tidak akan mengalami kehilangan berat badan yang cukup besar (lihat tabel 5). Kematian
pedet yang mencapai 33,3% pada pedet yang ikut digembalakan bersama induknya dengan
demikian dapat disimpulkan disebabkan oleh rendahnya produksi atau konsumsi susu. Di
samping itu, aktivitas menggembala bersama induknya akan menyebabkan peningkatan
kebutuhan akan energi. Kombinasi antara rendahnya produksi susu dan peningkatan kebutuhan
nutrisi akan menyebabkan defesiensi nutrien yang sangat tinggi dan dapat menyebabkan level
kematian pedet yang tinggi.
Pada penelitian ini diharapkan bahwa pemisahan pedet yaitu pada pedet yang mendapat
perlakuan Suplemen dengan atau tanpa Injeksi Vitamin A pada induknya akan dapat
meningkatkan produksi susu. Induk yang tidak diikuti anaknya menggembala diharapkan
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk menggembala dan dengan demikian diharapkan
konsumsi pakan induk dapat lebih tinggi. Walaupun secara statistik tidak berbeda secara nyata
(P> 0,05) (Tabel 6), namun secara empiris produksi susu induk yang pedetnya diikat selama
mereka menggembala memang meningkat sekitar 17-18% lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol.
Tabel 6. Pengaruh Suplementasi dan Injeksi Vitamin A terhadap Produksi Susu Sapi Bali yang
Digembalakan di Padang Penggembalaan Alam
Perlakuan
N
Produksi Susu (Kg)
Kontrol
4
0,98a
Suplemen
4
1,25a
Suplemen + Vit A
5
1,35a
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata (P>0,05).
Peningkatan ini dapat saja terjadi tidak hanya karena induk memperoleh tambahan
suplemen dan vitamin A tetapi juga karena induk lebih leluasa untuk mencari makanan karena
tidak diikuti oleh anaknya yang masih kecil. Ketidakikutsertaan pedet menggembala diharapkan
memberikan peluang bagi induknya untuk meningkatkan konsumsi pakannya dan dengan
demikian akan meningkatkan produksi susunya.
Absennya kematian pedet pada kelompok 'Sup' dan terutama 'Sup+VitA' selain
disebabkan oleh kemampuan suplemen berupa multinutrient blok pada induk dan atau P3 pada
pedet dalam meningkatkan suplai energi dari jauh di bawah kebutuhan untuk hidup pokok
menjadi di atas hidup pokok, tetapi juga disebabkan oleh penurunan kebutuhan nutrisi pedet. Jika
dibandingkan dengan pedet yang ikut menggembala bersama induknya, kebutuhan energi pedet
tersebut dapat mencapai 1,5 kali lebih rendah dibandingkan dengan sebayanya yang
dikandangkan (Teleni et al., 1993). Dengan demikian kendati pada konsumsi susu yang lebih
rendah pedet akan tetap mampu untuk bertahan hidup. Faktor lainnya adalah terhindarnya
kematian pedet dari resiko kecelakaan atau karena predasi oleh beragam predator. Yang jelas
apapun penyebabnya, suplementasi dan pemisahan pedet nampaknya secara efisien mampu
menghindarkan pedet dari kematian. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Jelantik
(2001) yang mampu menghindarkan pedet dari kematian dengan hanya dengan memberikan
pengandangan dan perhatian pada pedet yang digembalakan. Hasil penelitian ini sekali lagi
menunjukkan bahwa tingginya kematian pedet sapi Bali mungkin lebih disebabkan oleh faktor
managemen dibandingkan dengan stress nutrisi.
Tabel 7. Pengaruh Suplementasi dan Injeksi Vitamin A terhadap Perubahan Skor Kondisi Tubuh
Sapi Bali yang Digembalakan di Padang Penggembalaan Alam
Perlakuan
N
SKT pada
SKT 2 bulan setelah
Bunting 7 bulan
partus
Kontrol
4
4
2,25
Suplemen
6
4
2,63
Suplemen + Vit A
6
4
2,97
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata (P>0,05).
Pengaruh Suplementasi dan Pemberian Vitamin A terhadap Pertambahan Berat Badan
Pedet Sapi Bali
Pengaruh pemisahan pedet dan pemberian suplemen dan vitamin A terhadap
pertambahan berat badan pedet sapi Bali ditampilkan pada tabel 5. Secara empiris terdapat
peningkatan pertambahan berat badan dari 64,69 gram per hari pada pedet kontrol menjadi 268
gram pada kelompok yang mendapat suplemen. Walaupun nampak suplementasi telah
memberikan pengaruh yang substansial namun pertambahan berat badan tersebut juga hampir
setara dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan selama ini. Toelihere dkk. (1991)
melaporkan pertambahan berat badan pedet sapi Bali yang induknya digembalakan secara semi
intensif mencapai 110 g per hari. Demikian juga halnya Fattah (1998) memperoleh 180 sampai
194 g per hari dan Jelantik (2001) sebesar 129 g sampai 243 g per hari.
Jika hal ini benar maka mungkin dapat disimpulkan bahwa level pertambahan berat
badan pedet yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan potensi genetik bangsa sapi ini. Jika
potensi pertumbuhan tertinggi bangsa sapi ini hanya mencapai 0,6 kg/hari (Moran, 1978), maka
nampaknya wajar bahwa pertambahan berat badan bangsa sapi ini pada usia dini antara 0,1
sampai 0,2 kg sesuai dengan kurva pertumbuhan ternak sapi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian suplemen berupa multinutrien blok dengan atau tanpa injeksi Vitamin A
berhasil secara signifikan menurunkan angka kematian (mortalitas) pedet menjadi 0%
dibandingkan dengan mortalitas pedet yang ikut digembalakan bersama induknya yang
mencapai 33,3%. Suplementasi dan pemberian Vitamin A juga menghasilkan pengaruh yang
cukup signifikan terhadap peningkatan tampilan produksi pedet dalam hal berat lahir dan
pertambahan berat badan walaupun produksi susu induk tidak meningkat secara signifikan.
Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan indikasi yang kuat bahwa pemberian suplemen
pada induk dan anak serta injeksi vitamin A merupakan strategi yang secara efektif mampu
menekan angka kematian pedet dan sekaligus meningkatkan tampilan produksi pedet sapi Bali di
NTT.
DAFTAR PUSTAKA
Bamualim, A. B., R. B. Wirdahayati and A. Saleh. 1990. Produksi Sapi Bali di Pulau
Timor.Laporan Penelitian, BPTP, Lili, Kupang.
Bamualim, A., R. B. Wirdahayati, C. Liem and A. Saleh. 1992. Survey Produktivitas Sapi Ongole
di Pulau Sumba. Laporan Penelitian, Subbalitnak, Lili, Kupang.
Fattah, S. 1998. Produktivitas Sapi Bali yang Dipelihara pada Pandang Penggembalaan Alam:
Kasus Oesuu, Nusa Tenggara Timur. PhD Thesis, Universitas Padjajaran, Bandung.
Jelantik, I G. N., Burhanuddin, G. Oematan, dan T. T. Nikolaus, J. G. Sogen 1998. Nutritional
status and post-partum reproductive performance of Bali cows grazing native pasture
supplemented with urea-treated corn stover with or without combination with
concentrate. Proc. Seminar on Bali Cattle in Regional Agriculture, March 19th - 20th,
1998
Jelantik, I. G. N., 2001. Improving Bali Cattle (Bibos banteng Wagner) Production through Protein
Suplementation. PhD Thesis, The Royal Veterinary and Agricultural University,
Copenhagen, Denmark.
Malessy, C. J. 1991. Kebijakan pembangunan peternakan di Nusa Tenggara Timur. Temu tugas
dan temu lapang penelitian dan pengembangan peternakan propinsi NTT, NTB dan
Timor Timur.
Mesakh, F. A. 2000. Tingkah Laku Menyusu Anak Sapi Bali pada Induk yang Digembalakan
dengan dan tanpa Pemberian Multinutrien Blok. Skripsi Fapet Undana.
Moran, J. B. 1978. A comparative study of the performance of Indonesian beef breeds. Proc.
Seminar Ruminansia. Bogor, Indonesia, pp. 27-31.
Sukarini, I. A. M., D. Sastradipraja, I. G. A. Putra, N. Nusada and I. G. Mahardika. 2000. Milk
production potential of the Bali cows (Bos sondaicus). In: 15th Symp. On Energy
Metabolism in Animals. Snekkersten, Denmark, Spt. 2000.
Toelihere, M. R., I. G. N. Jelantik, and P. Kune. 1990. Pengaruh musim terhadap kesuburan sapi
Bali betina di Besipae. Research Report, Faculty Anim. Sci. Univ. Nusa Cendana.
Toelihere, M. R., I. G. N. Jelantik, and P. Kune. 1991. Performans produksi sapi Bali dan hasil
persilangannya dengan Frisien Holstein. Laporan Penelitian Fapet Undana, Kupang.
Wirdahayati, R. B. 1989. The productivity of Bali cattle on native pastures in Timor island, the
province of East Nusa Tenggara. Research report, BPTP, Lili, NTT.
Wirdahayati, R. B. and A. Bamualim, 1990. Cattle productivity in the province of East Nusa
Tenggara, Indonesia. Resarch Report, BPTP, Lili, Kupang.
Wirdahayati, R. B. and A. T. Bamualim. 1994. Cattle management system in Nusa Tenggara,
Indonesia. In: Sustainable Animal Production and The Environment. Proc. 7th AAAP
Animal Sci. Congr. Vol. 2. Pp. 149-150.
Download