(DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh
dunia dan terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan.Menurut
Berdasarkan Diabetes Atlas (Internasional Diabetes Federation) dalam Pusat Data
&Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PD Persi) (2011)
perkiraan penduduk Indonesia yang berumur di atas 20 tahun adalah sebesar 125
juta dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6 %, maka jumlah penderita adalah 5,6
juta jiwa. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk yang berusia diatas 20
tahun berjumlah 178 juta jiwa dengan asumsi prevalensi sebesar 4,6 %, akan didapat
8,2 juta jiwa penderita diabetes. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Litbang
Depkes dalam Suyono (2009) yang hasilnya baru saja dikeluarkan bulan Desember
2008 menunjukkan bahwa prevalensi untuk diabetes 5,7% (1,5% terdiri dari pasien
diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru
ketahuan diabetes saat penelitian.
Menurut PD Persi (2011) Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah
Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) dalam PD Persi, penyandang diabetes pada
tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk
diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang diabetes dengan tingkat
prevalensi 14,7 % untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural.
Prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya adalah penderita diabetes tipe
II. Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat sebesar 15-20%, resiko
amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM. Penderita
ulkus diabetikum di Amerika Serikat memerlukan biaya yang tinggi untuk
perawatan yang diperkirakan antara U$10.000-U$12.000 per tahun untuk seorang
penderita.Sedangkan prevalensi untuk penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar
1
2
15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetikum merupakan
sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus.
Penderita ulkus diabetikum di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3
juta sampai 1,6 juta perbulan dan 43,5 juta per tahun untuk seorang penderita (Rini,
2008).
Di Indonesia sendiri menurut data dari Perkumpulan Endokrin Indonesia
(PERKENI) (2009) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) hampir 70%
dari pasien DM dirawat dengan diagnosis ulkus diabetikum. Hal ini menunjukkan
bahwa penderita diabetes pada umumnya datang ke pelayanan kesehatan apabila
sudah mengalami komplikasi kaki yang sudah terdapat luka (Ariyanti, 2012).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun
absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik
akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun
makroangiopati. Hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan komplikasi yang kronik yaitu ulkus diabetikum (Rini, 2008).
Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Bagi
penderita DM, masalah luka kaki merupakan salah satu komplikasi yang paling
ditakuti karena dapat menyebabkan ganggren dan amputasi kaki. Ulkus diabetikum
umumnya didahului oleh adanya ulkus. Pengenalan terhadap faktor-faktor resiko
dan pengenalan kelainan dini pada ulkus diabetikum akan sangat bermanfaat
terhadap usaha pencegahan atau menurunkan kejadian ulkus diabetikum (Em Yunir,
2007).
3
Penderita Diabetes Melitus mempunyai resiko 50 kali lebih mudah terjadinya ulkus
diabetikum daripada yang bukan penderita diabetes melitus. Hal ini disebabkan
karena penderita DM lebih rentan terkena infeksi akibat glukosa tinggi yang
memudahkan perkembangbiakan bakteri atau kuman. Ulkus diabetikum merupakan
komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DM, baik
ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan
yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus.
Pencegahan luka kaki merupakan langkah pertama untuk menghindari terjadinya
ulkus diabetikum. Dengan pencegahan yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes
sendiri, diharapkan tidak terjadi ulkus diabetikum dan penanganan awal bisa
diberikan pada gejala awal ulkus. Tindakan mencegah luka kaki sangat diperlukan
khususnya dengan mencegah ulkus diabetikum yang terjadi pada penderita, sebagai
usaha pencegahan yang terbaik terhadap kemungkinan berkembangnya komplikasi
dalam jangka panjang.
Usaha untuk mencegah luka kaki tergantung dari motivasi serta pengetahuan
penderita mengenali penyakitnya. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan
perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut penderita
memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. (Notoadmojo,2010).
Menurut penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) tentang pengetahuan dan praktek
perawatan kaki pada klien diabetes didapatkan hasil sekitar 30,7% dari klien
diabetes memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kaki dan 14% klien
memilih praktik yang baik untuk perawatan kaki.
Pentingnya penderita diabetes melitus mengetahui cara mencegah komplikasi yakni
pertama guna mencegah munculnya komplikasi diabetes. Penderita diabetes juga
harus rajin merawat dan memeriksakan kaki, guna menghindari terjadinya kaki
diabetik dan kecacatan yang mungkin akan muncul. Peningkatan pengetahuan
penderita mengenai cara mencegah komplikasi juga dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita diabetes sehingga penderita dapat menikmati hidup seperti orang
4
normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta penderita tidak
perlu mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya
tidak diperlukan (Maulana,2008).
Hasil studi awal yang diperoleh dari Medical Record di RSUD Dr.Pirngadi Medan
didapat data jumlah pasien rawat inap pada tahun 2013 berjumlah 957 orang
penderita DM dan dari survey awal yang dilakukan didapatkan kurangnnya
pengetauan penderita DM. Berdasarkan survey awal diatas, terlihat bahwa masih
banyak penderita diabetes melitus yang belum mengetahui upaya pencegahan luka
kaki terhadap resiko ulkus diabetikum.
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan berdasarkan uraian diatas
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan hubungan pengetahuan dan
tindakan mencegah luka kaki terhadap resiko ulkus diabetikum di RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Mencegah Luka Kaki
dengan Tingkatan Resiko Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan tindakan mencegah luka kaki
terhadap tingkat resiko ulkus diabetikum di ruang rawat inap RSUD Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2014.
5
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan mencegah luka kaki terhadap
tingkat resiko ulkus diabetikum di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014
b. Untuk mengetahui hubungan tindakan mencegah luka kaki terhadap tingkat
resiko ulkus diabetikum di RSUD Dr.Pirngadi Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Dengan diketahuinya hubungan pengetahuan dan tindakan mencegah luka kaki
terhadap resiko terjadinya ulkus diabetikum di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
sebagai bahan evaluasi bagi perawat dalam menilai pengetahuan dan tindakan
yang dimiliki oleh perawat itu sendiri
2. Bagi Penderita
Untuk meningkatkan pengetahuan penderita diabetes melitus dalam mencegah
luka kaki terhadap resiko terjaidnya ulkus diabetikum.
Download