BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara majemuk, dalam artian bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Perbedaan-perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat di selesaikan jika kita semua memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu pandangan lebih kuat dari pandangan lain. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut seringkali menimbulkan gesekan-gesekan sosial oleh adanya seluruh kepentingan masyarakat agar tetap berintegrasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjalanan hidup bangsa akan mengalami pemunduran apabila generasi muda yang berkonflik dibiarkan berlanjut. Maka hal itu bertentangan dengan asumsi yang biasa dikatakan oleh para generasi sebelumnya bahwa pemuda adalah pelopor perubahan dan sebagai generasi pelanjut yang akan memegang peranan yang urgen dalam setiap kehidupan masyarakat. Pada bulan Agustus tahun 2010, Kabupaten Luwu Utara Kecamatan Sabbang khususnya di Desa Buangin dan Desa Dandang yang terjadi pertikaian antar pemuda. Hal ini dipicu oleh kenakalan remaja, dimana banyak yang menduga bahwa yang pertikaian ini dipelopori oleh pertentangan pada saat kegiatan memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus, para pemuda terlibat cekcok pada saat bermain bola. 1 Penyebab kedua yang memicu konflik tersebut adalah pengaruh alkohol yang biasa mereka minum. Mereka saling meneriaki sesamanya tetapi pada saat yang sama, penduduk desa lain yang kebetulan melintas dan akhirnya terjadi kesalahpahaman yang menjadi akar dari koflik antar desa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa konflik yang terjadi di Desa Buangin dengan Desa Dandang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara adalah pertikaian antar kelopok pemuda yang mengakibatkan pertumpahan darah, dimana kejadian tersebut terjadi bertepatan pada Bulan Agustus. Kejadian awal dari konflik ini adalah masalah kecil kemudian dibesarbesarkan. Kondisi itu terjadi hampir setiap hari selama kurang lebih 2 minggu, konflik tersebut tidak ada korban jiwa tetapi banyak yang cederah akibat konflik tersebut. dari gambaran singkat tersebut dapat di bayangkan betapa tidak terkendalinya keamanan di Desa Buangin dengan Desa Dandang. Coser dalam poloma, 1994: 120-121 berasumsi bahwa: “Konflik-konflik dimana pesertanya merasa mereka semata-mata merupakan wakil dari kolektifitas-kolektifitas ataupun kelompok-kelompok, berjuang bukan untuk dirinya tetapi hanya untuk cita-cita kelompok yang diwakili itu, mungkin sangat radikal serta tak kenal ampun ketimbang mereka yang berjuang hanya untuk alasan pribadi. Penghapusan unsur-unsur personal yang ada cenderung mempertajam konflik karena tidak terdapatnya unsur-unsur penggugah di mana factor-faktor pribadi biasa dimasukkan” Permasalahan konflik di desa Buangin dengan Desa Dandang dipandang sebagai hal yang wajar tetapi merupakan gejala patologi sosial 2 yang memerlukan penanganan dari semua pihak baik dari unsur pemerintah, aparat keamanan, penegak hukum dan seluruh komponen masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial antara anggota masyarakat pasca konflik di Desa Buangin dengan Desa Dandang, maka penulis mengembangkan lebih lanjut dalam suatu judul “ Hubungan sosial antara anggota masyarakat pasca Konflik (Studi Kasus Desa Buangin dengan dandang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara).” B. Rumusan Masalah Untuk lebih terarahnya penulisan ini, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan di bahas pada hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana hubunngan sosial masyrakat pasca konflik di Desa Buangin dengan Desa Dandang Kec.Sabbang Kab. LuwuUtara. C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian a) Tujuan penelitian: 1. Untuk mengetahui hubungan sosial masyarakat pasca konflik Desa Buangin dan Desa Dandang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara pasca konflik? 3 b). Kegunaan penelitian 1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang konflik dan hubungan masyarakat pasca konflik. 2. Diharapkan pula dengan adanya hasil penelitian ini juga memberikan informasi kepada masyarakat dan mahasiswa mengenai hubungan sosial antara anggota masyarakat pasca konflik. 3. Sebagai bahan bacaan diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi rekan-rekan mahasiswa. D. Kerangka Konseptual Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang tidak pernah dapat diatasi sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil menghilangkan konflik antar perorangan dan antar kelompok merupakan bagian dari sejarah ummat manusia. Berbagai macam keinginan seseorang dan tidak terpenuhi keinginan tersebut dapat juga berakhir dengan konflik. Selanjutnya, jika konflik antar perorangan tidak dapat diatasi secara adil dan proporsional, maka hal itu dapat berakhir dengan konflik antar kelompok dalam masyarakat. Sebuah konflik seiring berawal dari persoalan kecil dan sederhana. Perbedaan pendapat dan sikap termasuk ketidak inginan untuk menerima orang lain, dapat menyebabkan konflik antar seseorang dengan lainya. Pada umumnya konflik diakibatkan oleh perbedaan pendapat, pemikiran ucapan dan perbuatan. Sikap dasar yang sulit dan tidak ingin menerima dan menghargai perbedaan semacam itu akan mengubah seseorang 4 berwatak suka berkonflik. Orang seperti itu akan membuat problem kecil dan sederhana sebagai alasan untuk menciptakan konflik. Konflik menjadi saluran dari akumulasi perasaan yang tersembunyi secara terus-menerus yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan melakukan suatu perlawanan dengan orang lain. Sebuah keinginan ambisi yang kuat akan menyebabkan terjadinya konflik antar perorangan, sedangkan dorongan emosi yang kuat untuk menyalahkan orang lain akan menyebabkan seseorang terlibat konflik dengan orang lain. Gejala penyimpangan,hanya dipandang sebagai keadaan patologi dalam situasi sosial yang seharusnya serasi. Akan tatapi bila konflik berkembang dalam hubungan-hubungan sosial yang intim, maka pemisahan (antar konflik realitas dan non realitas) lebih sulit untuk diperhatikan. Coser menyatakan :”Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedangkan pada hubungan-hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas di ungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan-hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut”. Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kekompakan dinyatakan juga dalam dinamika di dalam hubungan kelompok dalam (ingroup) dan kelompok luar (out-group). Mereka yang menggagas suatu 5 struktur sosial yang kompak yang seluruhnya di dasarkan pada cinta, perdamaian, dan keselarasan, lupa bahwa kekompakan cenderung memecah belah selama masa-masa damai. Sebagaimana individu yang terlibat dalam konflik memiliki kekuatan yang di kerahkan untuk berjuang memperoleh kemenangan, begitu juga suatu kelompok atau masyarakat cenderung memiliki sumber-sumber yang dapat dikerahkan dalam solidaritasnya diperkuat apabilah kelompok itu terlibat dalam konflik dengan kelompok atau masyarakat lain. Masyarakat yang ada di Desa Buangin dengan Desa Dandang melakukan interaksi sosial merupakan aspek yang dinamis dari perkembangan suatu masyarakat. Bahwa kedatipun perseorangan mempunya hakikat sebagai mahluk sosial, tetapi dalam kenyataan empiris suatu kesatuan yang merupakan intagrasi sosial. Dijelaskan bahwa interaksi sosial tidak cukup dapat di ukur dengan kriteria berkumpul atau bersatu dalam arti fisik, melainkan juga melambangkan sikap solidaritas dan perasaan manusiawi. Jadi masyarakat di desa buangin melakukan integrasi dan intensitas berbeda-beda. Integrasi yang terjadi itu antar-individu ataupun antar-kelompok bisa menghasilkan kerjasama dan konflik (pertentangan). Tumbuhnya berbagai macam konflik antar pemuda di desa buangi dengan Desa Dandang disebabkan oleh adanya ketimpangan sosial, adanya keiginankeinginan yang tidak tersalurkan, tekanan-tekanan mental baik dari lingkungan masyarakat, serta adanya motif balas dendam dan sebagainya. 6 Secara eksplisit konflik-konflik yang terjadi di Desa Buangin dengan Desa Dandang dapat mengakibatkan keresahan-keresahan sosial, maka setiap individu akan semakin mudah terpengaruh dengan budaya kekerasan. Konflik tersebut dapat dikatakan fungsional apabila dapat mempertahankan struktur sosial yang ada, sedangkan konflik disfungsional hanya merusak struktur yang terdapat dalam masyarakat. Terjadinya proses interaksi antar individu atau antar kelompok dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara mereka yang dapat mengancam dan merusak eksistensi masyarakat. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan dalam skema kerangka konseptual berikut: 7 DESA DESA BUANGIN DANDANG SEBELUM KONFLIK SESUDAH KONFLIK KONFLIK E. Metode Penelitian 1. Dasar dan Tipe penelitian Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti untuk mendekati objek penelitian untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam pelaksanaan dengan studi kasus (case study), yaitu penelitian melakukan secara intesif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok yang menjadi objek penelitian. Untuk itu penelitian ini di tunjukan agar dapat dipelajari secara mendalam dan mendetail tentang hubungan sosial antara anggota masyarakat pasca konflik di Desa Buangin dan Desa Dandang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara. Sedangkan tipe penelitian digunakan tergolong tipe deskriptif yaitu tujuan memberikan gambaran tentang hubungan sosial masyarakat pasca konflik di Desa Buangin Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara. 8 2. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan yaitu: - Wawancara mendalam (indenpth interview) yaitu dengan mengumpulkan daftar pertanyaan dengan merajuk pada pedoman wawancara yang di susun secara sistematis agar data yang di peroleh lebih lengkap dan valid. - Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. - Studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan beberapa dokumen, kajian-kajian pustaka yang ada hubunganya dengan objek yang akan diteliti yakni hubungan sosial antara anggota masyarakat pasca konflik. 3. Waktu dan lokasi penelitian - waktu penelitian. Penelitian ini di lakukan selama dua bulan mulai dari oktober sampai November 2011. 9 - Lokasi penelitian. Lokasi penilitian ini dipilih secara porpusive (sengaja) oleh peneliti yaitu pada orang yang terlibat pada konflik yang terjadi di desa buangin dan Desa Dandang Kec. Sabbang kab. Luwu utara, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki kondisi dapat menjadi permasalahan peneliti. 4 Informan Data yang di peroleh dengan menggunakan non-probability sampling yaitu dengan mengambil sampel secara non-random, dengan menentukan 8 informan yang diambil dari 2 Desa yaitu 4 informan Desa Buangin dan 4 informan dari Desa Dandang.yang akan memberikan informasi mengenai konflik dan hubungan sosial antara anggaota masyarakat pasca konflik. Tahap-tahap penarikan sampel: - Dengan menemui key informan (tokoh masyarakat) dalam hal ini adalah kepala Desa Buangin dengan Desa Dandang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, karena tokoh masyarakat tersebut dianggap banyak tahu tentang proses terjadinya, dampak yang ditimbulkan, faktor-faktor penyebab, upaya-upaya penyelesaian dan hubungan sosial pasca konflik. Dan signifikan others, yaitu orang yang berhubungan langsung dengan informan yang diperlukan. 10 - Kemudian informan dipilih secara purposive sampling, yaitu orang yang dianggap mampu membrikan data atau informasi tentang apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 5 Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu dengan memberikan gambaran informasi secara jelas., terperinci dan mendalam sebagai penggunaan metode penelitaian studi kasus. Kemudian hasil dari penggambaran informasi akan di interprestasikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. 11 12