pembelajaran praktik instrumen gitar kurikulum abrsm dasar i di

advertisement
PEMBELAJARAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR
KURIKULUM ABRSM DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:
KAJIAN TERHADAP MASALAH DAN SOLUSINYA
TESIS
Oleh:
ANDRY PERMANA BARUS
NIM: 127037004
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
PEMBELAJARAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR
KURIKULUM ABRSM DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:
KAJIAN TERHADAP MASALAH DAN SOLUSINYA
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)
dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANDRY PERMANA BARUS
NIM: 127037004
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Musik adalah sebuah organisasi bunyi yang sangat berperan aktif dalam
kehidupan manusia. Peran penting musik juga sangat dibutuhkan dalam sebuah
kebudayaan baik melalui vokal, instrumen, maupun gabungan keduanya. Musik
selalu berkembang bentuk, guna, dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya. Di antara fungsi musik adalah sebagai media hiburan, ritual,
peribadatan, maupun sebuah pendidikan.
Musik adalah salah satu bagian dari kesenian yang dinikmati melalui
pendengaran melalui warna suara (tone color/ timbre), ritme (rhythm), melodi
(melody), harmoni (harmony), dan dinamika (dynamic) yang terajut dalam suatu
tekstur yang dapat menghasilkan suatu ekspresi. Dengan struktur yang demikian,
maka musik membentuk suara maupun bunyi yang berbentuk
vokal dan
instrumen, yang menjadi indah ketika diperdengarkan.
Dalam sebuah pendidikan musik, memahami musik dalam bentuk saintifik,
diperlukan pengetahuan yang mendukung. Pengetahuan ini mencakup teknik
permainan, permasalahan teknik, metode pembelajaran, cara membaca sebuah
notasi baik angka, huruf, maupun notasi balok, interpretasi, teori dalam sebuah
komposisi musik, bahan yang tertulis dalam buku panduan serta kurikulum ketika
memainkan dan mempelajari instrumen musik.
2
Permainan instrumen tanpa sebuah teknik yang baik, dapat menyulitkan
seorang musisi dalam pencapaian interpretasi. Hal ini dikarenakan hasil dari
sebuah teknik permainan seorang musisi, maka bunyi atau nada dari instrumen
tersebut menjadi indah diperdengarkan, ketika memainkan sebuah karya maupun
materi lagu. Melalui permasalahan ini maka seorang musisi harus memiliki teknik
permainan yang baik ketika memainkan sebuah lagu. Permasalahan teknik dalam
permainan sebuah instrumen tidak hanya pada seorang musisi ketika memainkan
sebuah lagu maupun komposisi, tetapi terdapat juga pada seorang pelajar yang
sedang mempelajari sebuah instrumen melalui buku panduan dari sebuah
kurikulum musik.
Buku panduan adalah sebuah bahan ajar seorang guru, yang digunakan
dalam proses belajar-mengajar diaplikasikan melalui sebuah metode, dilakukan
seorang guru kepada siswa dalam proses pembelajaran instrumen. Namun hal
yang sering terjadi ketika menggunakan buku panduan dalam proses pembelajaran
adalah teknik permainan pada awal pembelajaran atau tingkatan pada great dasar,
ketika mempelajari sebuah instrumen, sering sekali berbeda aplikasi teknik yang
tertulis dalam buku panduan dengan seorang pelajar yang mengaplikasikan buku
panduan tersebut. Hal ini sering sekali terjadi pada sebuah pembelajaran baik pada
sebuah sekolah, instansi dan juga lembaga-lembaga musik lainnya. Dalam hal ini
pembelajaran yang dilakukan seorang siswa selalu menurut kemudahan siswa
bermain, baik melalui penjarian maupun teknik permainan lagu.
Permasalahan ini menjadikan seorang guru harus dapat mengerti cara
mengajarkan siswa untuk melatih sebuah teknik melalui latihan-latihan yang
diberikan seorang guru kepada siswa ketika mengaplikasikan teknik yang terdapat
3
pada buku panduan, sesuai dengan yang tertulis, ketika siswa mengaplikasikan
buku panduan dalam proses pembelajaran instrumen musik.
Pembelajaran praktik instrumen melalui buku panduan dari sebuah
kurikulum, dilakukan pelajar dengan menggunakan notasi balok. Namun
kenyataannya, tidak sedikit keinginan seorang pelajar yang sedang mempelajari
instrumen tanpa menggunakan sebuah notasi. Hal ini menunjukkan anak lebih
suka penyampaian secara lisan (oral) dan lebih cepat meniru secara langsung apa
yang dilakukan seorang guru. Persoalannya adalah ketika anak mempelajari
instrumen pada tingkatan yang lebih tinggi, anak tidak akan mampu meniru apa
yang dilakukan gurunya, karena bahan yang cukup sulit dan panjang untuk
ditirukan. Permasalahan ini bukan hanya terdapat kepada seorang siswa, tetapi
juga terdapat pada seorang instruktur atau pengajar musik yang harus mengerti
ketika mengajarkan anak melalui sebuah buku panduan.
Buku panduan adalah sebuah bahan ajar yang sangat penting dalam proses
pembelajaran pada pendidikan musik. Buku panduan tercipta oleh karena adanya
sebuah kurikulum dalam pembelajaran instrumen yang terdapat disebuah instansi,
sekolah maupun kursus musik. Pembelajaran instrumen musik merupakan bidang
yang menjadi pusat perhatian pekerja musik baik pada seorang konseptor musik,
komposer, arranger maupun musisi, yang terlibat dalam sebuah proses
pembelajaran instrumen melalui buku panduan.
Seorang konseptor dalam bidang pendidikan musik selalu memikirkan
sebuah pelatihan bertahap yang ditulis dalam sebuah buku panduan instrumen.
Untuk kepentingan pembelajaran seorang siswa memainkan sebuah lagu, berbeda
halnya dengan seorang komposer yang hanya menciptakan sebuah karya untuk
4
dimainkan, sesuai dengan kepentingan seorang komposer, kemudian arranger
yang menggubah lagu tersebut agar indah dan harmonis ketika dimainkan
instrumen baik dalam sebuah melodi maupun sebuah iringan musik, serta seorang
musisi yang memainkan sebuah karya dengan teknik yang baik ketika memainkan
sebuah instrumen yang diaplikasikan dengan indah ketika memainkan sebuah lagu
diperdengarkan melalui sebuah suara instrumen. Melalui seorang komposer,
arranger, musisi, serta seorang konseptor musik, buku panduan dapat tercipta.
Seorang komposer, arranger, musisi, dapat langsung menulis sebuah bahan yang
ditulis melalui sebuah notasi. Ironisnya seorang siswa maupun pelajar dapat
langsung mengambil (download) bahan tersebut melalui internet untuk dimainkan
dalam proses pembelajaran instrumen tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada
seorang guru praktik instrumen. Akibatnya anak akan kesulitan memainkan bahan
tersebut serta memaksakan kemampuan bermain untuk pencapaian teknik maupun
interpretasi musik.
Terlebih lagi sebuah buku panduan yang dipelajari seorang siswa ketika
mempelajari instrumen musik memiliki perbedaan cara membaca notasi yang
tertulis dalam buku panduan dengan cara membaca notasi sekolah, instasi maupun
lembaga musik. Penulisan sebuah notasi yang digunakan seorang siswa pada
pembelajaran praktik instrumen terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, seperti notasi
balok, angka, maupun huruf, kemudian semua penulisan notasi tersebut dapat
dibaca melalui solmisasi do – re –mi – fa – sol – la – si – do. Kerapnya
pembelajaran instrumen menggunakan notasi balok dalam proses belajarmengajar di sebuah instansi, sekolah maupun kursus musik.
5
Notasi balok adalah sebuah penulisan yang ditulis secara berurutan, terdiri
dari 5 (lima) garis dan 4 (empat) spasi yang sering disebut paranada atau
sangkarnada, semua notasi ditulis tepat pada garis maupun spasi, dengan tangkai
ke atas maupun dengan tangkai ke bawah, jika sebuah notasi lebih rendah dan
tinggi jarak oktafnya, maka dalam notasi balok dapat menggunakan garis bantu di
atas garis paranada untuk nada yang lebih tinggi, kemudian di bawah paranada
untuk nada yang lebih rendah.
Notasi balok
Notasi angka adalah penulisan sebuah notasi dengan menggunakan angka
1 (satu) sampai 7 (tujuh), dimana notasi tersebut memiliki kesamaan dan
perbedaan simbol ritme dengan notasi balok, jika notasi balok simbol ritme
terletak pada tangkainya, maka notasi angka terletak sebuah ritme diatas angka–
angkanya, kemudian jika posisi nada lebih rendah dan lebih tinggi jarak oktafnya,
maka notasi angka menggunakan tanda titik, titik diatas untuk oktaf yang lebih
tinggi dan titik dibawah untuk oktaf yang lebih rendah.
6
Notasi angka
C = do
Notasi huruf (A, B, C) adalah sebuah notasi yang ditulis dengan huruf,
proses pengerjaannya sama dengan notasi angka, tetapi seorang pencipta lagu,
komposer, arranger jarang sekali menggunakan notasi huruf sebagai media
penulisan lagu, maupun komposisi yang akan dimainkan oleh seorang musisi.
Notasi huruf
C = do
C - C#- D – D#- E - F – F# - G – G# -A - A#- B - C
Notasi adalah lambang atau tulisan musik, Sedangkan notasi balok adalah
tulisan musik dengan menggunakan lima garis datar yang berguna menunjukkan
tinggi rendahnya suatu nada (Pono Banoe, 2003:299). Peran sebuah notasi
menjadi hal yang sangat penting dalam musik, yang dapat dibaca dan ditulis untuk
kepentingan seorang komposer, arranger, dan konseptor musik untuk menuangkan
sebuah nada yang akan dimainkan seorang musisi maupun seorang pelajar dengan
kepentingan pembelajaran maupun pertunjukan. terlebih pada sebuah pendidikan
praktik instrumen melalui Tinggi rendahnya sebuah nada, nilai nada (ritme),
dinamika, maupun interpretasi, kemudian
aplikasi nada ketika dibunyikan
(Kodijat dan Marzoeki, 1984:4). Pada abad ke IX, muncul istilah solmisasi, yaitu
cara baca solmisasi yang dipelopori oleh seorang pastor Katolik di Italia Guido
7
D‟ Arezzo, dikenal sebagai do-re-mi-fa-sol-la-si-do sebagai pernyataan c-d-e-f-ga-b-c (absolute) (Banoe, 2003:385).
Sebutan nada-nada diatonis ini berasal dari rentetan kata-kata pujaan
kepada Sancta Ioannis, murid termuda Yesus Kristus, yang isinya memohon
kepadanya, agar suara para penyanyi yang menyanyikan pujian kepada Tuhan,
tetap merdu dan tidak parau. Rentetan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:
•
DO – Dominus
•
RE – Renorare
•
MI – Mira ges tuorum
•
FA – Famuli tuorum
•
SOL – Solve pollute
•
LA – Labii reatum
•
SI – Sancta Ioannis (Sylado, 1986:8)
Permasalahan teknik membaca sebuah notasi bukan hanya pada tingkatan
dasar saja, tetapi pada tingkatan yang lebih tinggi ketika menginterpretasikan
sebuah lagu. Teknik membaca sebuah notasi terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu,
do tetap (fixed do) dan do bergerak (movable do) pada sebuah partitur maupun
reportoar musik. Kedua teknik membaca tersebut memiliki kesulitan dan
kemudahan dalam hal membaca atau menyanyikannya secara solmisasi.
Permasalahan ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dalam memainkan
sebuah lagu maupun komposisi musik.
Teknik membaca movable do adalah sebuah teknik membaca dengan nada
dasar yang berubah sesuai dengan banyaknya tanda kres (#) dan tanda mol (b)
yang tertulis pada garis paranada.
8
Movable do
Berbeda dengan fixed do dimana penyebutan nada tidak merubah apapun
walaupun seberapa banyak tanda kres (#) dan tanda mol (b) terhadap penulisan
garis paranada.
Fixed Do
Salah satu permasalahan teknik membaca movable do dan fixed do, pada
sebuah kurikulum terdapat pada sebuah instansi maupun sekolah atau kursus
musik, memiliki sebuah perbedaan dan tidak sesuai dengan teknik baca yang
diinginkan sebuah kurikulum antara movable do dan fixed do, yang dipakai
seorang instruktur ketika mengajar. Terlebih lagi sugesti membaca notasi yang
dianggap sulit dimainkan oleh seorang pelajar ketika mengaplikasikan buku
panduan dari sebuah kurikulum. Menjadi hal yang cukup penting dimengerti
standarisasi yang disesuaikan oleh sebuah instansi, sekolah maupun kursus musik
ketika memilih sebuah kurikulum yang akan digunakan guru dalam proses
pembelajaran instrumen.
9
Movable do adalah sebuah teknik membaca dengan nada dasar yang tidak
tetap, sesuai dengan banyaknya tanda (#) kres dan tanda (b) mol. Hal ini membuat
proses pembelajaran praktik instrumen musik menjadi sangat lama, dikarenakan
seorang pelajar instrumen harus mengetahui sebuah teori, pemahaman 1# sampai
7# kemudian 1b sampai 7b. Begitu pula untuk mengetahui simbol, serta
banyaknya tanda kres dan tanda mol ketika mengaplikasikan teknik membaca
movable do untuk mempelajari instrumen. Akibatnya seorang pelajar akan merasa
kesulitan terhadap pembelajaran praktik instrumen melalui movable do.
Alasannya anak harus mengerti pembelajaran teori musik pada tahap awal
pembelajaran, bukan permainaan sebuah instrumen melainkan pembelajaran
pendukung praktik instrumen seperti pelajaran teori musik, harmoni, dan solfegio.
Terlebih lagi seorang pelajar yang mengikuti teknik baca movable do,
harus mengetahui jarak nada (interval) yang sering dinyanyikan melalui solmisasi,
seperti jarak 1 laras (prime), 2 laras (seconde), 3 laras (ters), 4 laras (kwart), 5
laras (kwint), 6 laras (sekta), 7 laras (septime) sampai pada oktaf berikutnya.
Kemudian persoalan sebuah jarak nada yang dinaikan setengah laras maupun
diturunkan setengah laras, semakin memperlambat terhadap proses pembelajaran
instrumen, peran instruktur sangat dibutuhkan kembali dalam hal ini, agar tidak
memaksa pelajar pada tingkatan dasar harus mengerti sebuah teori untuk
pembelajaran instrumen dengan teknik membaca movable do.
Hal ini mungkin dapat dilakukan pada sebuah sekolah musik yang setiap
hari dan selalu mempelajari musik baik dari sebuah teori maupun praktik
instrumen musik, tetapi bagaimana dengan sebuah instasi maupun kursus musik,
yang mana sebuah pelajaran teori menjadi sebuah pilihan untuk seorang pelajar
10
dan proses pembelajaran praktik instrumen dilakukan sekali dalam seminggu,
empat kali dalam sebulan dan libur pada minggu kelima pada instasi atau kursus
musik lainnya.
Perbedaan movable do dan fixed do juga memiliki permasalahan di
kalangan musisi ketika bermain bersamaaan dalam bentuk duet, trio, kuartet,
ansambel, dan juga orkestra, ketika memainkan sebuah lagu yang memiliki
sebuah panduan yang berbentuk sebuah notasi. Hal ini mengakibatkan sebuah
perbedaan aplikasi dalam proses permainan musik. Maka dalam hal ini seorang
pelatih maupun seorang pemimpin dalam sebuah kelompok musisi harus mengerti
kedua teknik membaca tersebut. Agar sesama musisi ketika memainkan sebuah
komposisi musik memiliki kesamaan tujuan walaupun terdapat sebuah perbedaan
teknik membaca sebuah notasi.
Terlebih lagi permasalahan teknik membaca movable do dan fixed do yang
digunakan pada sebuah pembelajaran dasar instrumen, untuk kepentingan
merasakan wujud dalam sebuah lagu melalui solmisasi (sight singing) dalam
sebuah partitur sebelum diaplikasikan pada sebuah instrumen, sering sekali
berbeda pengucapan antara seorang guru dan murid ketika mempelajari melalui
buku panduan tersebut, permasalahan ini mengakibatkan sebuah perbedaan
komunikasi dalam proses pembelajaran dan lebih menyulitkan guru dan murid.
Pembelajaran praktik instrumen dengan persoalan teknik membaca yang memakai
sebuah buku panduan memiliki kesulitan tersendiri dalam sebuah pembelajaran,
baik terhadap sebuah teknik permainan, maupun teknik membaca, terlebih pada
instrumen gitar. Gitar adalah alat musik petik yang dimainkan melalui teknik
tangan kanan dan tangan kiri.
11
Tangan kanan dalam sebuah pembelajaran kelima jari yang sering
disimbolkan dengan ibu jari (P), jari telunjuk (I), jari tengah (M), dan jari manis
(A), kemudian jari kelingking (CH) yang jarang sekali digunakan dalam
pembelajaran gitar, penjarian tangan kanan digunakan sebagai petikan yang
diaplikasikan bergantian maupun digunakan secara bersamaan dalam memainkan
instrumen gitar. Berbeda dengan simbol jari pada tangan kiri dalam permainan
instrumen gitar jari telunjuk disimbolkan dengan (1), jari tengah disimbolkan
dengan (2) jari manis disimbolkan dengan (3) dan jari kelingking disimbolkan
dengan (4), permainan jari pada tangan kiri dilakukan dengan menekan senar pada
kolom-kolom gitar maupun Fret gitar, dilakukan secara bergantian maupun
dilakukan secara bersamaan yang membentuk sebuah bentuk jari atau frame jari,
jika dibutuhkan bermain sebuah akor dalam pembelajaran.
Terlebih lagi permasalahan penjarian dalam pembelajaran sering sekali
terdapat sebuah hafalan yang dilakukan seorang siswa melalui letak notasi pada
garis dan spasi pada sebuah paranada, kemudian menerapkan penjarian untuk
kolom-kolom instrumen sesuai dengan notasi pada garis paranada yang dibaca
melalui kedua teknik baca. Pembelajaran tersebut bukan bermain musik melalui
instrumen, melainkan memainkan sebuah permainan hapalan yang dilakukan oleh
jari terhadap sebuah kolom atau fret.
Permasalahan yang terdapat ketika murid melakukan hal tersebut adalah
seorang murid hanya akan mengerti jari dan notasi, tanpa memikirkan interpretasi,
solmisasi, sebuah akor, modulasi, dan hal-hal lainnya dalam elemen-elemen
musik. Hal ini dikarenakan anak telah fokus dengan hapalannya ketika bermain
instrumen, permasalahan ini juga menjadi sebuah bahan pemikiran, terhadap
12
sebuah instrumen yang tidak memiliki kolom maupun fret, bagaimana seorang
pelajar dapat merasakan nada yang dimainkan sudah tepat, karena anak telah
fokus dalam penjarian yang dihafal melalui letak sebuah notasi.
Ironisnya hal ini dikembangkan oleh seorang konseptor dengan
menggunakan warna sebagai media hapalan untuk pembelajaran musik.
Permasalahannya adalah bagaimana jika sebuah lagu didasari dengan nada dasar
yang berbeda. Akibatnya pelajar yang menggunakan teknik membaca dengan
menghapal penjarian dan memainkan sebuah nada, tidak akan menghiraukan nada
yang dihasilkan, apakah sudah cukup berkualitas, dikarenakan pelajar sudah fokus
dengan hapalan letak jari maupun warna pada kolom dan letak not pada garis
paranada, yang diaplikasikan pelajar dengan mengisi kolom dengan jari untuk
menghasilkan sebuah nada. Hal ini menjadi sebuah permasalahan terhadap
pembelajaran, namun pertimbangan penghasilan terhadap kehidupan seorang
instruktur lebih diutamakan, sehingga merubah segalanya menjadi tepat dan dapat
dipakai.
Permasalahan ini dimengerti seorang instruktur senior, tetapi bagaimana
dengan sebuah instansi, sekolah musik, kursus musik yang memilih sebuah
kurikulum berdasarkan tren sebuah masa, untuk kepentingan bisnis instansi,
sekolah, maupun kursus musik. Dalam hal ini sering terlihat ketika seorang
pelajar mengikuti sebuah ujian dengan memakai sebuah kurikulum. Permasalahan
dalam sebuah sebuah kurikulum maupun buku panduan adalah sebuah simbol,
buku panduan memiliki simbol penjarian tangan kanan dan tangan kiri, dituliskan
tepat diatas sebuah notasi balok. Simbol-simbol tersebut tidak diperdulikan oleh
siswa maupun pelajar gitar, ketika mempelajari instrumen gitar melalui buku
13
panduan. Maka dalam hal ini pembelajaran melalui buku panduan selalu dengan
kemampuan siswa tanpa mengerti sebuah pencapaian teknik yang terdapat pada
buku panduan. Akibatnya pelajar yang memainkan instrumen gitar tidak akan
berkembang karena selalu dengan tingkat kemampuan siswa, bukan pada sebuah
teknik yang tertulis pada buku panduan. Dalam hal ini seorang guru harus
mengerti melatih siswa bermain dengan tingkat kesulitan dalam buku panduan.
Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah
pembelajaran praktik instrumen gitar kurikulum ABRSM (Associated Board of the
Royal School of Music) dasar I melalui tiga lagu di sekolah Chandra Kusuma
School. Selanjutnya penulis mengkaji masalah dan solusi pelatihan untuk
memainkan lagu yang terdapat pada pembelajaran instrumen gitar, baik pada
proses pembelajarannya maupun untuk kepentingan ujian internasional, yang
dilakukan siswa secara individu.
Sekolah Chandra Kusuma School, instansi, maupun kursus musik
menggunakan kurikulum ABRSM sebagai buku panduan untuk proses
pembelajaran maupun ujian praktik instrumen. Ujian ABRSM tersebut juga dapat
dilakukan perorangan terlepas dari sebuah sekolah, instansi dan kursus musik,
selagi dapat mengikuti kualifikasi pada buku panduan dan persyaratan ujian.
Kurikulum yang dipakai untuk ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan
dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa, direvisi dan dikembangkan
selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik
yang bahan tersebut dipakai sebagai proses pembelajaran dan bahan untuk ujian
pelajar melalui instrumen khususnya pada instrumen gitar di sekolah Chandra
Kusuma School.
14
Sekolah Candra Kusuma School terletak di Kota Medan disebuah
perumahan Cemara Asri, dimana sekolah tersebut menggunakan Kurikulum
ABRSM untuk mendukung proses pembelajaran instrumen sebagai pelajaran
musik program dan privat di Sekolah Chandra Kusuma School untuk kepentingan
pembelajaran serta ujian yang dilakukan siswa Chandra Kusuma School. Sekolah
ini memiliki kelas yang disebut musik program untuk pembelajaran praktik
instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih
dispesifikasikan.
Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang sangat diminati siswasiswi di sekolah Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi
bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta
didik mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan
mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta
didik juga dapat mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan
guitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School
memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib
dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara
lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari
intrumen musik klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan piano.
Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai
instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School
menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik
klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran
yaitu: mempelajari alat musik angklung, gondang seperti taganing, suling,
15
garantung, gong, hasapi, kemudian pianika, rekorder, violin, viola, cello,
contrabass, flute, piano, gitar, paduan suara, dan komposisi.
Prosesnya melibatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan secara
individu untuk mengajar dan memainkan alat musik. Proses pembelajaran
instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma School merupakan rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai
kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah
disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak,
sains, dan musikalitas siswa-siswi. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan
pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan
sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok instrumen.
Salah satu instrumen yang dipelajari di sekolah Chandra Kusuma School
adalah instrumen gitar. Gitar klasik berkembang dengan sangat mengesankan.
Perkembangan
yang
terjadi
tidak
hanya
dari
jumlah
pemusik
yang
memainkannya, tetapi juga lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk gitar klasik.
Hal ini ditandai dengan munculnya banyak pendidikan gitar klasik di
mancanegara, baik berupa program sarjana maupun pendidikan dasar untuk
penikmat musik. Terlebih sebuah instansi dan kursus musik yang membuat kelas
spesial bagi seorang pelajar yang ingin mempelajari musik, hanya untuk
memainkan sebuah instrumen dengan lagu yang disenangi pelajar, bukan
mengikuti kurikulum atau aturan teknik membaca yang digunakan instruktur,
kurikulum pada instansi maupun kursus musik, yang mendukung pembelajaran
praktik instrumen gitar klasik.
16
Gitar klasik pada awalnya merupakan alat musik utama yang digunakan
dalam pertunjukan seni Flamenco di Spanyol. Karena gitar digunakan sebagai alat
musik dalam flamenco maka sebelum istilah gitar klasik muncul, masyarakat lebih
mengenal gitar dengan enam buah senar yang terbuat dari usus sapi itu sebagai
Gitar Flamenco. Ciri dari alat musik ini adalah suara yang indah namun lemah
dalam kekuatan suara. Istilah ‘Gitar Klasik’ mulai lazim digunakan sekitar tahun
1920 setelah pemusik kenamaan Andres Segovia mulai mempertunjukkan karyakarya arus utama seni musik Eropa.
Intrumen gitar terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu gitar klasik, gitar
akustik dan gitar elektrik, masyarakat Indonesia lebih meminati gitar akustik, hal
ini dikarenakan gitar akustik lebih mudah dimainkan tanpa harus menaati sebuah
peraturan yang ada ketika bermain instrument gitar . Gitar akustik memiliki
sebuah fret yang lebih kecil dan lebih mudah untuk dipegang ketika
memainkannya, badan gitar akustik juga lebih kecil dibandingkan gitar klasik dan
memiliki sebuah kesamaan terhadap gitar elektrik. Senar gitar akustik terbuat dari
logam dan kawat. Gitar elektrik berbeda dengan gitar akustik, secara organologi,
gitar elektrik menghasilkan suara dengan bantuan speaker dan sound, perbedaan
elektrik dengan gitar akustik juga terdapat pada alat-alat pendukung suara seperti
efek.
Gitar klasik berbeda dengan gitar akustik dan elektrik, gitar klasik
memiliki digunakan dalam bentuk ansamble yang menggunakan buku panduan
berbentuk notasi balok, memainkan gitar klasik lebih sulit dengan sebuah teknik
yang dituliskan dalam sebuah partitur, Gitar klasik memiliki senar yang terbuat
dari nilon (nylon) yang memiliki bentuk seperti senar untuk memancing (untuk
17
dawai pertama sampai ketiga). Sedangkan di dawai ke- 4 hingga ke- 6
menggunakan nylon yang dibungkus oleh lilitan kawat.
Chandra Kusuma School mempelajari instrumen gitar klasik dengan buku
panduan kurikulum ABRSM, dalam mempelajari instrumen gitar klasik di sekolah
tersebut, ada beberapa peraturan yang di terapkan oleh guru gitar klasik seperti
cara memangku gitar, posisi penjarian, posisi tangan, posisi badan, cara memetik
tangan kanan, cara menekan senar tangan kiri, agar bermain instrumen gitar
dengan baik.
Permasalahan teknik tangan kanan dan tangan kiri menjadi sebuah
permasalahan terhadap pembelajaran instrumen gitar klasik di sekolah Chandra
Kusuma School yang dilakukan oleh siswa-siswi dalam proses pembelajaran
maupun bahan yang akan diujiankan yang memakai sebuah kurikulum ABRSM.
Oleh sebab itu penulis akan menganalisis pembelajaran instrumen gitar klasik
dengan memakai kurikulum ABRSM di sekolah Chandra Kusuma School yang
dikhususkan penulis pada tiga lagu yang berjudul “Here There, and Everywhere”,
“Ode to Joy”, dan “Nel Cor Piu Non Mi Sento” yang terdapat pada buku
panduan Times Pieces kurikulum ABRSM.
Ketiga Lagu tersebut juga dipilih seorang pelajar untuk kepentingan ujian
yang terdapat pada kurikulum ABRSM. Kurikulum yang diujiankan memiliki
sebuah pilihan dari 3 (tiga) list A, B, dan C yang masing-masing list terdapat tiga
buah lagu untuk pilihan pelajar mengikuti ujian pada instrumen gitar. Hal ini akan
diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra
Kusuma School.
18
Penulis hanya memfokuskan pada satu buku panduan saja, diharapkan
dengan meneliti penerapan ketiga lagu tersebut, melalui teknik-teknik tangan
kanan dan tangan kiri serta permainan teknik lainnya yang mendukung proses
pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Penulis juga melihat
permasalahan-permasalahan eksternal dan internal belajar yang terdapat di
sekolah Chandra Kusuma sebagai penghambat
dan pendukung proses
pembelajaran instrumen gitar. Kemudian dengan melihat permasalahanpermasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses pembelajaran,
penulis menawarkan solusi pembelajaran yang diaplikasikan di Chandra Kusuma
melalui permasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses
pembelajaran instrumen gitar, untuk pencapaian proses pembelajaran instrumen
gitar yang baik di Chandra Kusuma School. Penelitian yang dilakukan penulis
dengan melihat permasalahan teknik, masalah internal dan eksternal pembelajaran
serta memberikan solusi dari permasalahan, kemudian dituangkan penulis dalam
sebuah Tesis pengkajian seni Universitas Sumatra Utara (USU) dengan judul:
“Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I di Chandra
Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya”.
1.2
Rumusan Masalah
Penulis mengambil tiga buah lagu (pieces) yang berjudul Here There, and
Everywhere, Ode to Joy, dan Nel Cor Piu Non Mi Sento dengan transkripsi notasi
balok, yang diambil dari kurikulum ABRSM untuk kepentingan pembelajaran dan
ujian pelajar praktik instrumen gitar dasar I di sekolah Chandra Kusuma School.
Kemudian lagu tersebut diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan teknik-
19
teknik yang terdapat pada tangan kanan dan tangan kiri kemudian memberikan
sebuah solusi yang berbentuk bahan latihan siswa untuk mempelajari ketiga lagu
yang dipilih sebegai proses dan ujian siswa. Dalam hal ini penulis akan
menggunakan teknik membaca movable do dan fixed do untuk mendukung proses
pembelajaran instrumen gitar yang menjadi bahan ajar guru melalui sistem untuk
melatih siswa-siswi sebelum mengaplikasikan teknik penjarian tangan kanan dan
tangan kiri pada sebuah lagu yang terdapat pada buku panduan yang telah dipilih
seorang siswa untuk sebuah ujian dan proses pembelajaran instrumen gitar klasik.
Kemudian setelah menganalisis buku panduan melalui penerapan kedua
teknik tangan kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar klasik di
Sekolah Chandra Kusuma School, penulis akan menuliskan sebuah solusi
pelatihan dari sebuah permasalahan yang terdapat pada buku panduan serta
memberikan latihan maupun contoh-contoh untuk mempelajari kesulitan dalam
pembelajaran instrumen gitar yang terdapat dalam buku panduan kurikulum
ABRSM dengan memilih teknik membaca mana yang lebih tepat pada
pembelajaran gitar terhadap ketiga buah lagu. Kemudian penulis juga
menggunakan kedua teknik membaca movable do dan fixed do, untuk pencapaian
sebuah interpretasi maupun pengenalan sebuah lagu yang dilakukan seorang guru
melalui solmisasi.
Semua permasalahan penelitian ini dilakukan penulis melalui penulisan
trankripsi atau notasi balok, yang diambil dari buku panduan kurikulum ABRSM
great I, Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
bagaimana praktik pembelajaran gitar pada tiga buah lagu yang terdapat pada
buku panduan Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School? Masalah seperti
20
apa yang ditemukan dan bagaimana solusinya ketika siswa mempelajari
instrumen gitar Chandra Kusuma School ?
Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban
yang bersifat dekriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana permasalahan
teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri, bagaimana permasalahan faktor
penghambat dan faktor pendukung dalam pembelajaran instrumen gitar.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian teknik tangan kanan dan tangan kiri pada
pembelajaran instrumen gitar melalui sebuah partitur, untuk mengetahui
bagaimana permasalahan dalam pembelajaran instrumen. Kemudian menerapkan
teknik tangan kanan dan tangan kiri yang telah tertulis dalam buku panduan baik
jari maupun teknik permainan lainnya pada instrumen gitar klasik tersebut,
melalui permasalahan dan memberikan sebuah solusi setelah diaplikasikan teknik
tangan kanan dan tangan kiri tersebut terhadap sebuah pembelajaran instrumen
gitar.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan pengertian bagi
seorang instruktur, pelajar, musisi, dan masukan bagi seorang konseptor musik
dalam bentuk pelatihan pembelajaran, kemudian pengajaran dan permainan, serta
melihat bagaimana proses pembelajaran terhadap sebuah partitur, dengan teknik
tangan kanan sebagai penjarian dan tangan kiri sebagai petikan yang diaplikasikan
melalui beberapa instrumen.
21
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis
ini adalah sebagai berikut:

Menambah referensi tentang teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap
sebuah instrumen musik.

Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan
musisi,
instruktur,
konseptor,
kondukter
agar
dapat
mengetahui
permasalahan teknik teknik pada tangan kanan dan tangan kiri pada
instrumen musik khususnya gitar.

Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, dan musisi,
instruktur, konseptor, baik melalui sebuah permasalahan dan solusi teknik
pembelajaran untuk mempraktikkan instrumen gitar.

Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam
konteks seni musik di Indonesia.
1.4
Studi Kepustakaan
Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis
mengadakan studi kepustakaan antara lain:
Skripsi Eka Lianta Ginting dengan judul “Penerapan Teknik Petikan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gitar Klasik di Flow Musik Medan”. Penulis
skripsi ini mengkaji tentang proses pembelajaran dasar gitar klasik, yang mana
siswa diberi materi seperti penguasaan teknik petikan, penjarian dan teori dasar
musik. Pada permainan gitar klasik, yang terdapat aturan-aturan dan tata cara
22
memainkan sebuah gitar klasik, salah satunya adalah cara memetik gitar dengan
benar ataupun teratur. Teknik petikan dalam bermain gitar klasik terdapat dua
jenis petikan yaitu Apoyando dan Tirando. Apoyando ialah memetik senar dengan
menyandarkan jari pada senar yang lainnya, sedangkan Tirando ialah memetik
senar dengan tidak menyandarkan jari pada senar lainnya setelah jari memetik
senar .
Skripsi Dian Marsa Peli dengan judul “Penerapan PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dalam pembelajaran musik
ensambel di kelas V SD”. Skripsi ini membahas tentang pentingnya pendidikan
bagi pembinaan sumber daya manusia sangat diharapkan oleh setiap orang. Serta
upaya membimbing siswa agar sadar dan terarah serta berkeinginan untuk belajar
dan memperoleh hasil yang baik, pengajar atau guru hendaklah dapat mengelola
berbagai kondisi belajar dengan baik. Untuk itu, guru perlu dibekali beberapa
kemampuan
diantaranya
menganalisis
kurikulum,
merancang
rencana
pembelajaran melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran
tersebut dirancang untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dan dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dikarenakan semakin baik
perencanaan yang dirancang maka makin mudah dan efektif pula pelaksanaan
kegiatan belajar dan mengajarnya.
Tesis Wonter Lesson Purba yang berjudul “Analisis Musikal Aransemen
Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal kajian studi kasus pada karya-karya Jubing
Kristianto”. Tesis ini menganalisis tentang aransemen lagu etnik pada gitar
tunggal dengan studi kasus pada karya-karya Jubing kristianto. Tesis ini
menjelaskan bagaimana sistem kerja aransemen lagu etnik yang diaplikasikan
23
pada gitar tunggal, untuk menentukan akor, musik iringan, bas dan harmoni, serta
gaya permainan (style) gitar yang di aransemen Jubing Kristianto. Hal ini
merupakan kontribusi sebuah ilmu pengetahuan khususnya ilmu aransemen pada
praktik instrumen gitar bagi pendidikan musik yang mampu membawakan dan
mewakili berbagai genre lagu-lagu etnik kedalam seni pertunjukan Indonesia.
Tesis Sopian Loren Sinaga dengan judul “Pembelajaran Praktik Instrumen
Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Pada Tingkatan
Pradasar dan Dasar I”. Penulis tesis ini mengkaji sebuah permasalahan yang
dilakukan sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, menjadi sebuah
wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen biola, yang
menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan
seperti seperti Suzuki Violin A Tune A Day. Kemudian meneliti guru mengajarkan
ketiga buku panduan kepada peserta didik, diterapkan pada peserta didik pada
tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School. Melalui sebuah
bentuk pengajaran, metode dan teknik permainan biola.
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan
telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik
mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan
memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford
Ensiklopedi Pelajar, 2005)
Bernstein & Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suara-suara
yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada
pendengarnya. Pendapat lain dari Eagle mengatakan musik sebagai organisasi dari
24
bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan
ruang tertentu (Eagle Jr, 1996).
Musik adalah seni penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola
teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik
biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi (Syukur,
2005).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi yang
diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam
(sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan,
kombinasi,
dan
hubungan
temporal
yang
berkesinambungan
sehingga
mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya
dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga
dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati.
Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk buku panduan sebagai
materi bahan penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan teknik
membaca ketika dimainkan sebuah instrumen, untuk kepentingan pembelajaran
pada sebuah tingkatan.
Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik
barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis
melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa
cuplikan-cuplikan rekaman.
Buku Douglass M. Green
Form in Tonal Music: An Introduction to
Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal,
beserta dengan contoh tabel.
25
Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.
Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun
dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dari lima bagian, bentuk-bentuk ganda,
bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis.
Leon Stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal
Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling
kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.
Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi
tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini
menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis meneliti
iringan untuk metode pembelajaran untuk permasalahan movable dan fixed do.
Benjamin Dale, Gordon Jacob & Hugo Hanson, dalam harmony,
Counterpoint & Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri dari
tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan improvisasi
khususnya pada piano.
Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice
(1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara
vertikal beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.
Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects
and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori
harmoni musik abad ke XX dan penerapannya, dalam buku ini seluruh latihan
serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi, Bukan pada
sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat
komposisi musik.
26
Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic
Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada,
modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.
Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966)
berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya Messiaen.
Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan
peran orkestra dalam musik klasik barat.
Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis
mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.
Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh Christian
J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran yang
tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat dalam
pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi
perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah
pembelajar instrumen melalui teknik membaca movable do dan fixed do.
Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq
yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik
klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup komposer pada
jaman klasik sampai pada masa modern saat ini.
Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol
dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis
dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.
Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes
Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui
27
membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika
membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika
membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus
mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok
instrumen biola maupun instrumen lainnya.
1.5
Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran praktik instrumen gitar, kurikulum ABRSM dengan melihat
permasalahan dari teknik serta permasalahan eksternal dan internal dalam praktik
instrumen gitar. Kemudian penulis menawarkan solusi dari permasalahan yang
terdapat pada praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School.
Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk praktik sebuah
instrumentasi, dilakukan dengan menggunakan tulisan notasi yang dapat dibaca,
ditulis dan dibunyikan dari tujuan pembelajaran. Kemudian diajarkan dalam
bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen gitar yang
menggunakan sebuah metode. Metode yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah
cara atau jalan yang ditempuh. Menyangkut cara kerja seorang guru
menyampaikan sebuah permasalahan yang terdapat pada tulisan notasi yang
bertujuan untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu bagi siswasiswi atau peserta didik dalam mempelajari instrumen.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
28
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk
membantu
peserta
didik
agar
dapat
belajar
dengan
baik
(Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Maret 2014).
Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang
diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang
akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas
(Dewi, 2004:1).
Psikologi yang dimaksud penulis dalam penelitian ini sebagai pendukung
lancarnya penyampaian sebuah metode yang disampaikan guru melalui bahasa
lisan kepada siswa-siswi, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika
mengajar peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu,
dengan teknik baca serta penerapan tangan kanan, tangan kiri pada instrumen gitar.
Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar gitar sangat erat kaitannya
dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya
metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan
metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung
jawab dalam pendidikan adalah guru.
29
Kurikulum ABRSM adalah sebuah buku panduan dengan tulisan notasi
yang digunakan dalam proses pembelajaran maupun digunakan untuk ujian.
Kemudian diterapkan melalui instrumen gitar, hasil dari buku panduan ketika
diterapkan adalah sebuah nada atau bunyi dengan teknik- teknik permainan gitar.
Dalam kurikulum ini penulis mengambil tiga buah lagu yang dimainkan siswa
untuk proses ujian yang diteliti penulis melalui teknik permainan, yang terdapat
pada lagu kurikulum ABRSM.
Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari
atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain
di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim.
wordpress.com: 14 Februari 2014).
Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan
ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran gitar berjalan
dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Chandra
Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat
kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang
terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara
penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian
penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan bakat
30
siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan
mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat yang
dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa dalam
kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk wadahwadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta didik dan
sekaligus
dapat
belajar
dalam
mengorganisir
setiap
ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal,
aktivitas
kegiatan
beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat
meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2014).
Permasalahan teknik dalam permainan instrumen gitar yang dimaksud
oleh penulis dengan menggunakan kurikulum ABRSM, menerapkan sebuah notasi
yang memiliki tingkat kesulitan dalam memainkan repertoar atau bahan ajar
kurikulum ABRSM.
Permasalahan faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran gitar
adalah sebuah permasalahan eksternal dan internal yang menjadikan proses
pembelajaran kurang menguntungkan baik pada minat seorang siswa, bakat,
kemampuan, pemilihan lagu, banyaknya mata pelajaran yang diambil siswa, orang
tua, pelajaran yang dianggap penting, siswa yang mengangagap pelajaran musik
hanya menjadi pelengkap dan mengisi kekosongan waktu, daya tangkap siswa
yang lemah, membuat tertinggalnya murid, sehingga tidak ingin melanjutkan
kembali pembelajaran tersebut, rasa percaya diri yang kurang, sikap siswa yang
ingin bermain ketika proses pembelajaran kelas musik program praktik instrumen
gitar di Chandra Kusuma School.
31
Kemudian penulis juga menawarkan solusi dari permasalahan teknik serta
faktor internal dan eksternal penghambat siswa, agar dapat diatasi dan saling
bekerjasama antara semua pihak, untuk keberhasilan seorang anak dalam
mempelajari instrumen musik khususnya instrumen gitar yang dilakukan dengan
baik dalam pembelajaran kelas maupun pembelajaran individu (face to face).
1.5.2 Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori behaviorisme yang
menyatakan tumbuh dan berkembangnya pembelajaran seorang siswa adalah
sebuah pendekatan dalam pembelajaran adalah hasil evolusi (berkembang secara
bertahap) dari satu pemikiran kepada pemikiran selanjutnya. Teori belajar
behaviorisme adalah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Behaviorisme menyimpulkan bahwa perubahan tingkah laku yang
ditunjukkan oleh seorang pelajar adalah suatu perwujudan nyata dari keberhasilan
atas sebuah pembelajaran. Jika keadaan yang berlaku sebaliknya, maka
pembelajaran dianggap tidak berhasil. Contoh seorang siswa belum mampu untuk
memainkan tangga nada G mayor dengan teknik permainan penggabungan dua
tangan. Sebagus apapun strategi pengajaran yang digunakan oleh sang guru dalam
mengajarkan tangga nada tersebut, dan murid tetap tidak mampu untuk
memainkannya maka pembelajaran belum dapat dinyatakan berhasil.
Teori ini sangat memfokuskan perhatiannya pada stimulus (input /
masukan) dan respon (output / keluaran). Segala sesuatu yang berada diluar dari
32
daerah ini sama sekali tidak mendapat perhatian, semua stimulus dan respon
tersebut harus dapat diamati dan diukur secara pasti atau eksplisit.
Selain stimulus dan respon, reinforcement atau penguatan juga dianggap
sebagai faktor lain yang penting dalam aplikasi teori ini. Penguatan ini dapat
digolongkan sebagai apa saja yang dapat memperkuat timbulnya sebuah respon.
Dibagi menjadi dua yaitu penguat positif dan penguat negatif. Kedua penguatan
ini bekerja secara bergantian, apabila penguat positif ditambahkan maka penguat
negatif harus dikurangi agar dapat memperkuat respon. Penerapan dari metode ini
sangat cocok untuk memperoleh kemampuan psikomotor dan pembelajaran yang
mengandung unsur kecepatan spontanitas.
Sangat
sesuai untuk diterapkan kepada anak-anak yang masih
membutuhkan peran guru atau orang tua, karena pada dasarnya teori ini tidak
dapat berdiri sendiri tanpa adanya peran pembimbing tersebut. Pembelajaran yang
dilakukan bersifat satu arah, maka semua pemberian stimulus atau materi
pembelajaran total berpusat pada guru, murid hanya pasif mendengarkan.
Selain dari cara pengajaran, teori ini dapat dikatakan sebagai teori yang
bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Berikut adalah contoh dari
penerapan pembelajaran behaviorisme dalam musik.

Langkah pertama, murid mendapatkan stimulus berupa materi-materi
pembelajaran yang berupa lagu.

Langkah kedua, murid akan meresponi materi-materi atau lagu tersebut
dengan cara mencoba untuk memainkannya. Dalam langkah kedua ini
stimulus dapat ditambahkan lagi jika diperlukan, seperti guru akan
33
memberikan materi-materi baru sebagai pelengkap dari materi-materi yang
diberikan dalam langkah yang pertama.

Langkah ketiga, respon tersebut akan menghasilkan sebuah perubahan
tingkah laku, dimana perubahan tersebut ditunjukkan dengan mampu atau
tidaknya murid memainkan lagu.

Langkah keempat, guru akan memberikan pujian atau hukuman atas hasil
yang dicapai, apabila hasil memuaskan guru akan memberikan pujian, jika
hasil berada pada kondisi sebaliknya guru dapat memberikan hukuman.

Langkah kelima, apabila murid masih menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan, hukuman tersebut dapat dikurangi dengan harapan respon
yang dihasilkan akan semakin bertambah dan mendatangkan sebuah
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Secara tidak langsung penerapan dari teori behaviorisme ini membangun
sebuah kemampuan yang kuat untuk mencari masalah secara baik problem solving
yang dianggap sesuai. Maka murid-murid akan berlomba-lomba untuk mencari
tahu solusi pembelajaran yang dihadapinya.
1.6
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang
ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumbersumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis,
permasalahan teknik permainan pada tangan kiri serta permasalahan internal,
34
eksternal dalam permbelajaran gitar akan diteliti penulis disebuah sekolah
Chandra Kusuma School, untuk melengkapi proses penulisan tentang teknik
membaca tersebut dalam pembelajaran praktik instrumen. Kemudian penulis
meminta bantuan atau pendapat kepada beberapa instruktur dan pelajar instrumen,
yang berguna untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah
data terkumpul, data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk
mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi
menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap
analisis data, tahap praktikum, dan tahap penulisan.
1.7
Teknik Mengumpulkan Data
Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian
lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang
berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi,
wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.
1.7.1 Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu
langsung
kepada instruktur, melihat instruktur mengajar peserta didik untuk mempelajari
sebuah instrumen. Menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, merevisi,
analisis dan menggabungkan kedua teknik membaca, kemudian memilih teknik
baca mana yang baik terhadap salah satu instrumen musik. Penulis akan
melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk
memperoleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dari teknik tangan
35
kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar. Melalui observasi dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kesulitan-kesulitan dalam proses
praktik instrumen. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai
pemain
dan instruktur musik. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah
merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga
kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.
1.7.2 Wawancara
Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi
tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya),
penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap siswa pada pembelajaran
instrumen gitar. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada instruktur,
musisi kemudian pelajar yang sedang mempelajari instrumen musik, guna
mengetahui tingkat pemahaman instrumen bagi para siswa gitar, dan dilakukan
juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat
mereka mempelajari instrumen gitar dengan teknik-teknik yang terdapat pada
buku panduan yang mereka ketahui.
1.7.3 Tahap analisis
Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis.
36
1.7.4 Perekaman
Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan proses praktik
pembelajaran instrument gitar dengan kajian masalah dan solusi pembelajaran,
maka penulis melakukan perekaman. Perekaman musik dan wawancara dilakukan
dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh
PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF
dengan ukuran waktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual,
dipergunakan Handycam Sony.
1.7.5 Kerja laboratorium
Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh
dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi,
disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan teknik
tangan kanan dan tangan kiri, kemudian memilih yang lebih tepat dalam
pembelajarannya. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis
dalam pembelajaran instrumen, dan data mana yang tak dapat dipergunakan
dilakukan dalam kerja laboratorium.
Instruktur dan pelajar instrumen yang dalam prosesnya tersebut direkam di
atas pita kaset BASF dan kamera Nikon D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan
dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
37
1.7.6 Tahap pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu
buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu
dalam pemaparannya. Kemudian mengamati proses pembelajaran gitar di
Chandra Kusuma School, megambil foto dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di
Chandra Kusuma School, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak
yang terlibat dalam penelitian penulis dalam pembelajaran instrumen gitar,
memvideokan penerapan solusi teknik yang aplikasi dalam pembelajaran praktik
instrumen
gitar
di
sekolah
Chandra
kusuma
School.
Kemudian
mengklasifikasikan dan memverifikasikan data yang didapat dari sekolah Chandra
Kusuma School.
1.8
Sistematika Penulisan
Dari hasil penelitian pmbelajaran praktik instrumen gitar kurikulum
ABRSM melalui penerapan buku panduan. Data yang terkumpul, maka
dilanjutkan pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi suatu karya ilmiah
dalam bentuk tesis yang terdiri dari (6) enam bab.
Ke enam bab tersebut terdiri dari bab pertama yang membahas
permasalahan-permasalahan gitar dan proses pembelajarannya secara deskiptif,
yang dirangkum dalam latar belakang masalah. Bab kedua membahas tinjauan
proses pembelajaran musik dan praktik instrumen gitar di sekolah Chandra
Kusuma School. Bab ketiga membahas tentang penerapan dasar pembelajaran
praktik instrumen gitar menurut guru dengan kurikulum yang terdapat di sekolah
Chandra Kusuma School. Bab keempat membahas tentang masalah-masalah
38
faktor penghambat dan teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab
kelima mambahas tentang solusi dari permasalahan faktor penghambat dan teknik
dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab keenam adalah penutup yang
ditutup dengan kesimpulan dan saran.
39
BAB II
TINJAUAN PEMBELAJARAN MUSIK DAN PRAKTIK
INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
2.1
Pendidikan Seni Musik di Chandra Kusuma School
Pendidikan formal di sekolah mempunyai peranan yang cukup besar
dalam membentuk manusia. Sekolah Chandra Kusuma telah menyusun sebuah
kurikulum guna mewujudkan sistem pendidikan dalam proses belajar-mengajar.
Dalam setiap mata pelajaran terdapat sebuah kurikulum untuk memberikan arah
yang jelas pada tujuan pembelajaran dari sebuah mata pelajaran. Pendidikan
formal dilaksanakan di sekolah, berlangsung melalui proses belajar-mengajar
antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar.
Selain pendidikan formal dan non-formal juga terdapat pendidikan
informal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang lebih umum, berjalan
dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, media
massa, dan tempat bermain. Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma
merupakan salah satu mata pelajaran yang mengisi kurikulum persekolahan, di
samping pendidikan mata pelajaran Agama, Pancasila, Matematika, dan Bahasa
Indonesia. Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma memiliki keunikan,
kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta
didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estestis dalam bentuk kegiatan
40
berekspresi, berkreasi, dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni,
belajar melalui seni dan belajar tentang seni.
Seni musik termasuk salah satu aspek mata pelajaran seni budaya di
sekolah Chandra Kusuma, hal ini dikarenakan pendidikan tidak hanya terdapat
dalam satu mata pelajaran saja, masuknya pelajaran kesenian dalam kurikulum
persekolahan merupakan salah satu kepedulian akan pentingnya apresiasi seni
bagi masyarakat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat dapat menikmati dan
memiliki sikap menghargai seni budayanya. Tujuan yang lebih luas lagi adalah
untuk perkembangan kreativitas siswa.
Aspek-aspek yang dinilai dalam pembelajaran musik di sekolah Chandra
Kusuma bukan hanya meliputi keterampilan bermain musik atau bernyanyi, tetapi
juga tentang wawasan musik dan sikap terhadap seni musik. Dalam hal ini, tiap
siswa memiliki wawasan dan pengetahuan tentang musik yang berbeda-beda.
Pengetahuan dan pengalaman tentang musik mereka dapatkan bukan hanya dari
sekolah saja, tetapi juga informasi-informasi dari internet, buku tentang musik,
acara musik yang mereka lihat di televisi, mendengar dari radio, melihat acara
festival musik. Terkadang mereka mendapatkan pengetahuan musik tersebut
karena kegemaran dan ketertarikan mereka terhadap musik. Informasi dan
wawasan tersebut juga mereka dapatkan dari lingkungan sesama siswa. Akan
tetapi, setiap siswa memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman musik yang
berbeda-beda. Informasi dari hal tersebut, dapat menambah wawasan siswa
mengenai seni musik. Semakin banyak sumber pengetahuan lingkungan yang
dimanfaatkan dalam proses belajar, para siswa akan lebih mudah dan lebih
memahami hal-hal yang bersifat kongkrit.
41
Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma School adalah
bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya
dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti
yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik sekolah
tersebut selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan
pengajaran musik itu dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan
dengan tujuan yang tertera dalam sebuah kurikulum yang berlaku dan tujuan
umum. Salah satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di Sekolah Chandra
Kusuma sebagai berikut.
Meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki
murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan
dirinya melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan
selera artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid
mengembangkan kepekaan terhadap dunia di sekelilingnya, dan dapat
meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya
dalam bidang musik.
2.2
Tujuan Pengajaran Musik di Chandra Kusuma School
Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma dijabarkan menjadi
beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut sesuai dengan
pengelompokan unsur-unsur musik yang esensial yaitu irama, melodi, harmoni,
bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. Untuk pengajaran musik di sekolah Chandra
Kusuma ini dirumuskan kembali sebagai berikut.
42

Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama
melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola
irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.

Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melodi
melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan
membaca notasi melodi dengan benar.

Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni
melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak harmoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat
musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan
sederhana.

Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk / struktur lagu melalui
pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan
bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.

Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui
pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam
tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat
ekspresi yang tingi.
43
2.3
Guru Sekolah Chandra Kusuma School
Guru harus dapat memilih dan merencanakan kemampuan dan materi yang
akan diajarkan, yang hasilnya langsung dapat diamati. Hasil yang ingin dicapai ini
dirumuskan dalam tujuan-tujuan pengajaran terkecil, yang disebut tujuan
Instruksional yang selalu mengarah kepada usaha pencapaian.
Proses belajar-mengajar dapat di sekolah Chandra Kusuma terjadi bila ada
yang belajar, yang belajar ini ialah murid. Murid-murid ini datang dari lingkungan
yang berbeda-beda. Lingkungan yang selalu mendengarkan musik akan
mempercepat perkembangan rasa musik anak. Pengalaman mendengar dan
meniru suara yang sering dilakukan anak memberikan kemampuan bernyanyi bagi
seorang anak, sehingga ketika anak mempelajari instrumen, seorang anak juga
sudah dapat menyanyikan beberapa lagu dengan cukup baik. Pengajaran musik
yang dimulai dengan kegiatan bernyanyi akan memberikan kesenangan bagi
seorang anak.
Untuk dapat melaksanakan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma
dengan baik, guru harus memahami peranan komponen-komponen proses belajar
mengajar serta hubungan saling keterkaitannya dalam pengajaran musik. Guru
yang mengajar memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam bidang
musik, sehingga menguasai isi atau materi pengajaran musik yang
disajikan.
44
b. Memiliki pengetahuan dan pandangan tentang sifat dan hakikat musik
itu sendiri, sifat dan hakikat proses belajar musik, serta sifat dan
hakikat pengajaran musik.
c.
Memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan
bernyanyi
dengan
menggunakan teknik bernyanyi yang baik.
d.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
memainkan alat-alat musik yang digunakan dalam memberikan
pengajaran musik
e.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan menggunakan berbagai
macama metode penyajian yang diperlukan untuk memberikan
pengajaran musik.
f.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjajaki tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kematangan murid, untuk
dapat menentukan materi dan bahan pengajaran musik yang sesuai
bagi murid-muridnya; guru haruslah cepat dapat melihat bagian mana
dari materi dan bahan pengajaran itu yang sudah dikuasai murid dan
mana pula yang belum mereka ketahui. Pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid untuk menerimanya.
g.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan
menentukan lagu-lagu atau komposisi musik yang sesuai dengan
kondisi murid-murid, sebagai bahan pengajaran untuk menyampaikan
materi pengajaran musik.
45
h.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mencari dan memilih
serta menggunakan sarana dan media yang dapat digunakan untuk
memberikan pengajaran musik
i.
Memiliki keterampilan memberikan bahan pengajaran melalui
kegiatan pengalaman musik
j.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan
menggunakan metode-metode pengajaran musik yang tepat untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi
k.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang cara memberi
penilaian terhadap pencapaian hasil belajar murid
2.4
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran dan
penciptaan kondisi belajar peserta didik secara aktif. Apabila strategi
pembelajaran dapat mendorong timbulnya aktifitas peserta didik. Maka proses
belajar peserta didik juga akan semakin banyak terjadi dan hasil belajar peserta
didik akan semakin meningkat.
Gagne dan Briggs (1997) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah
suatu set peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses
belajar. Suatu set peristiwa itu mungkin dilakukan oleh pengajar sehingga disebut
pembelajaran, mungkin juga dilakukan oleh peserta didik sendiri dengan
menggunakan buku, gambar, program televisi atau kombinasi berbagai media,
baik oleh pengajar maupun oleh peserta didik sendiri, kegiatan itu haruslah
terencana secara sistematik untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran.
46
Romizowski (1981) berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan
suatu pendekatan menyeluruh yang dapat dibedakan menjadi dua strategi dasar,
yaitu ekspositori (penjelasan) dan inquiri/diskoveri (penemuan). Kedua strategi ini
dapat dipandang sebagai dua ujung yang sejalan dalam suatu kontinum strategi.
Hal ini erat sekali kaitannya dengan pendekatan deduktif dimana strategi ini
dimulai dengan penyajian informasi mengenai prinsip atau kaidah kemudian
diikuti dengan tes penguasaan dan penerapan dalam bentuk contoh dan penerapan
pada situasi tertentu, sedangkan strategi inquiri/diskoveri didasarkan pada teori
belajar pengalaman yang disebut juga teori belajar pengalaman.
Moedjiono
dan
Dimyati
(1999)
menjelaskan
bahwa
untuk
mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen sistem
pembelajaran lainnya, tenaga pengajar harus mengkonsistensikan tiap-tiap aspek
dari komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut dan dapat melakukan
hal tersebut dengan berbagai siasat. Kegiatan tenaga pengajar mengupayakan
konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran
dengan siasat tertentu inilah yang disebut dengan istilah strategi pembelajaran.
Dari paparan diatas dapatlah dimaknai bahwa strategi pembelajaran dapat
diklasifikasikan kedalam empat pengertian yaitu: urutan kegiatan pembelajaran,
yaitu kegiatan pengajaran dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik,
metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran
dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan pengajar dan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dan waktu yang digunakan oleh
pengajar dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan
pembelajaran.
47
Dalam menggunakan strategi pembelajaran hal utama yang harus
diperhatikan adalah karakteristik peserta didik. Seels dan Richey (1994)
berpendapat bahwa karakteristik peserta didik adalah segi-segi latar belakang
pengalaman yang berpengaruh terhadapt efektivitas proses belajarnya, Dick dan
Carey (1996) menjelaskan bahwa dalam pengembangan pembelajaran penting
sekali mempertimbangkan karakteristik peserta didik untuk memilih pendekatan
yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh
sebagai prosedur desain dan pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) analisis
kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum, (2) melakukan
analisis instruksional, (3) menganalisis karakteritik peserta didik dan konteks, (4)
pengembangan instrument penilaian, (5) mengembangkan strategi pembelajaran,
(6) mengembangkan dan memilih bahan-bahan pembelajaran, (7) merancang dan
menyusun evaluasi formatif pembelajaran, (8) merancang dan menyusun evaluasi
sumatif pembelajaran, dan (9) revisi untuk setiap langkah pengembangan
pembelajaran.
Pembelajaran
kontekstual
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik
didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik
yang akan dipelajari. Belajar dalam pembelajaran kontekstual bukan hanya
sekedar mendengar dan mencatat tetapi belajar adalah proses pengalaman
langsung. Melalui proses pembelajaran tersebut diharapkan perkembangan peserta
didik secara utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik. Selain itu, pembelajaran tersebut mendorong
48
siswa-siswi membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam
Konstruktivisme berkaitan dengan proses aktif pada diri peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan. Peran tenaga pengajar memfasilitasi proses
tersebut dengan cara (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
peserta didik, (2) memberikan kesempatan peserta didik menemukan dan
menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar. Sehingga pengetahuan tumbuh berkembang
melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.
Menemukan (inquiry) berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat faktafakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Tenaga pengajar merancang kegiatan
yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya. Untuk
itu dalam hal ini agar bisa menemukan sendiri maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh peserta didik tersebut yaitu: (1) observasi (observation), (2)
bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4) pengumpulan data
(data gathering), dan (5) penyimpulan (conclussion).
Pengetahuan yang dimiliki peserta didik bermula dari bertanya. Bertanya
dalam pembelajaran di pandang sebagai kegiatan tenaga pengajar untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi
peserta didik kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
49
apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
Masyarakat belajar (learning community), konsep learning community
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang
tahu kepada yang belum tahu. Kelompok harus bertanggung jawab dalam
mencapai tujuan dan setiap individu harus bertanggung jawab atas pekerjaan yang
dibagikan. Dalam kelas, tenaga pengajar disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pintar mengajar yang
lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap
mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi
usul.
Pemodelan (modelling). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu biasanya berupa
cara mengoperasikan sesuatu, model karya tulis, atau peseta didik memberi
contoh cara mengerjakan sesuatu. Model dapat dirancang dengan melibatkan
peserta didik, seorang peserta didik bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya
cara mengerjakan soal. Peserta didik itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan
keahliannya.
Refleksi (reflection) merupakan cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa yang lalu. Peserta didik mengedepankan apa yang baru yang merupakan
50
pengayaan atau rivisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Penilaian
yang
sebenarnya
(Authntic
Assessment)
yaitu
proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik menagalami proses
pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran.
2.5
Sarana dan Media Pengajaran Musik
Pengajaran
musik
diberikan
melalui
pengalaman
musik,
yang
menimbulkan bermacam-macam bunyi. Oleh sebab itu pengajaran musik di
Chandra Kusuma ini dilaksanakan di dalam kelas yang khusus dan agak terpisah,
sehingga tidak mengganggu kelas-kelas lain yang belajar pada waktu yang sama.
Untuk menuntun murid-murid dalam kegiatan pengalaman musik di
sekolah Chandra Kusuma menyediakan alat musik pengiring yang tepat
digunakan adalah sebuah piano. Piano berguna untuk menjelaskan materi
pengajaran musik kepada murid. Jika tidak ada piano di sekolah dapat juga
digunakan alat musik lainnya seperti keyboard, gitar, dan alat musik lainnya yang
lain seperti organ, jika organ atau accordion juga tidak ada, sekurang-kurangnya
guru harus dapat menyediakan sebuah gitar.
Untuk membahas unsur melodi hendaknya dapat disediakan alat-alat
musik melodi seperti glockenspiel, silopon, melodika, pianika, recorder,
harmonika, atau alat musik melodi apa saja yang dapat disajikan seperti kolintang,
51
angklung, suling bambu, dan sebagainya. Untuk menentukan tinggi nada
disediakan pula garpu tala dan puput tala.
Untuk membahas unsur harmoni hendaknya dapat disediakan alat musik
harmoni seperti harmonika akor, ukulele, gitar, atau kalau mungkin disediakan
otoharpa, yaitu sejenis kecapi yang dapat menghasilkan beberapa macam bunyi
akor sesuai dengan yang diinginkan.
2.6
Materi dan Bahan Pengajaran Musik
Pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma adalah sebuah pengajaran
tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur
musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan
kepada murid melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik. Unsur-unsur musik
sebagai materi pengajaran musik yaitu merupakan suatu kesatuan yang berkaitan
erat, membentuk sebuah lagu atau komposisi musik.
Untuk kepentingan materi pengajaran musik, unsur-unsur musik di bagi
atas lima komponen seolah-olah dapat dipisah-pisahkan yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk/struktur lagu, unsur musik inilah yang dijadikan pokok bahasan
yang esensial dengan sub-sub pokok bahasan dan uraiannya.
2.7
Metode Pengajaran Musik
Metode pengajaran musik ini didasarkan atas tahap tingkat urutan kegiatan
belajar musik. Urutan kegiatan musik haruslah mengikuti tahapan syarat tingkat
urutan kemampuan bermusik dan tingkat urutan materi pengajaran musik yang
logis. Metode yang digunakan seorang guru musik akan sangat tergantung kepada
52
pandangannya tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat belajar
musik, sifat dan hakikat pengajaran musik.
Pendidikan musik di sekolah Chandra Kusuma School diperlukan untuk
mendukung pendidikan seni yang lebih baik. Minat belajar seni musik pada
siswa-siswi sekolah Chandra Kusuma School sangat banyak diminati. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tersebut yang banyak
melibatkan alat musik baik dari instrumen tradisional maupun instrumen barat
seperti biola, cello, contra bass, flute, clarinet maupun trompet. Kemudian dari
banyaknya pembelajaran kelas dan privat musik (face to face) yang dilakukan di
instansi musik Ipac, dibawah pimpinan sekolah Chandra Kusuma School yang
terletak disamping kiri sekolah Chandra Kusuma. Pembelajaran musik baik teori
dan praktik disekolah Chandra Kusuma terbagi menjadi 2 (dua) bidang kelas yaitu
musik program dan musik regular.
2.7.1 Musik reguler
Musik reguler di sekolah Chandra Kusuma adalah pelajaran musik yang di
spesifikasikan pada pembelajaran kelas yang dilakukan lebih dari sepuluh siswa
siswi tanpa uang tambahan dilakukan seperti pembelajaran teori. Seperti pelajaran
solfegio, teori musik, komposisi, kemudian terdapat juga pembelajaran praktik
namun berbentuk kelas seperti pelajaran rekorder, pianika, paduan suara. Hal ini
dilakukan seperti pelajaran kesenian lainnya. Pembelajaran musik di sekolah
Chandra kusuma adalah salah satu pelajaran seni yang memiki perbedaan dengan
sekolah
lain,
perbedaannya
adalah
sekolah
Chandra
Kusuma
tidak
menggabungkan pelajaran musik dengan pelajaran seni lainnya seperti drama,
53
lukis, kria, tari. Sekolah Chandra kusuma memberikan guru yang berkompeten
dibidangnya masing-masing dengan keahlian jurusan.
Pembelajaran musik reguler di sekolah Chandra Kusuma juga memiliki
keunikan, dengan mempelajari etnis yang terdapat di Indonesia Khususnya kota
Medan. Pembelajaran tersebut memerlukan sumber tenaga dari luar (part time)
yang dipanggil khusus mengajar musik tradisi, kerapnya individu yang
berkompeten dari Universitas Sumatra Utara (USU) jurusan etnomusikologi.
Terlebih lagi pembelajaran paduan suara, rekorder dan pianika,
pembelajaran tersebut dilakukan per’kelas yang lebih dari sepuluh orang pemain,
guru yang mengajar sering sekali melakukan dengan cara membagi siswa
permelodi atau berbentuk sopran, alto, tenor, bass dengan format ansambel, hal ini
dilakukan guru agar para siswa-siswi tidak bosan dengan satu melodi dan bermain
secara bersamaan, yang berbentuk tim untuk pengelompokannya.
2.7.2 Musik program
Musik program adalah pembelajaran musik yang lebih spesifik yang
banyak diminati seorang anak, pembelajaran ini menggunakan uang tambahan
untuk belajar instrumen baik biola, piano, vocal, gitar, cello, flute, dan trompet.
Pembelajaran ini dilakukan perkelas tetapi dalam satu kelasnya maksimal terdapat
delapan orang pemain, atau siswa-siswi. Pembelajaran tersebut menggunakan
bahan reportoar maupun kurikulum dalam proses pembelajaran.
Musik program menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak diminati
siswa dalam bidang seni. Musik program terbentuk dari keinginan siswa dengan
seni musik khususnya instrumen gitar. Dalam pelaksanaan musik program
54
diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu kelas.
Ansambel gitar selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa orientasi
siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara-acara lainnya dalam
bidang musik.
Musik program memiliki lebih dari 50 siswa dan dibagi menjadi dua kelas
ansambel, yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas memiliki ketrampilan yang
berbeda, untuk pemula, biasanya siswa yang belum bisa bermain tetapi
mempunyai keinginan untuk belajar bersama. Kelas lanjut biasanya siswa yang
sudah mampu memainkan lagu-lagu kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar
instrumen.
Kurikulum yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah
kurikulum ABRSM, kurikulum tersebut digunakan sebagai bahan ajar seorang
guru kemudian dimainkan siswa-siswi dan akan diujiankan jika siswa telah siap
untuk program ujian. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan bermain satu
melodi untuk semua siswa. Agar siswa yang daya tangkap bermainnya kurang
dapat mengikuti temannya dan tidak tertinggal begitu jauh.
Selain pembelajaran kelas, musik program juga membuka pembelajaran
individual yang dilakukan seorang guru dan murid (face to face) pembelajaran ini
dilakukan ketika seorang anak telah menunjukkan permainan yang jauh dari
teman-teman kelasnya, dan jika dipaksakan terus didalam kelas musik program,
anak yang berkemampuan tinggi tersebut akan tetap bermain bahan yang sama
dengan teman-temannya persoalan ini menjadi hal yang harus dimengerti sebuah
instansi untuk dikatakan anak dalam proses pembelajaran praktik instrumen,
khususnya instrumen gitar.
55
Pembelajaran praktik instrumen gitar tidak memiliki sebuah perbedaan
terhadap instrumen lainnya, persoalannya hanya pada orang tua yang menganggap
tanpa mengikuti pelajaran praktik instrumen gitar, pengetahuan tentang
memainkan gitar dapat ditemui diluar sekolah, pembelajaran praktik instrumen
gitar dilakukan dengan permainan kelas, tetapi kerapnya pembelajaran tersebut
dilakukan perorangan karena anak lebih suka sendiri diajar seorang guru dalam
permainan instrumen gitar.
Pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma awalnya memiliki
banyak peminat dari kalangan sekolah dasar, tetapi kebijakan sekolah Chandra
Kusuma menutup program instrumen gitar untuk anak pada tingkatan sekolah
dasar (SD). Hal ini mengakibatkan minat pembelajaran gitar semakin sedikit,
dikarenakan permainan gitar hanya dilakukan untuk tingkatan SLTP ketingkatan
yang lebih tinggi.
Pembelajaran instrumen gitar dilakukan dengan memakai kurikulum
ABRSM hal ini dilakukan karena pembelajaran melalui Kurikulum tersebut sangat
efektif dalam proses pembelajarannya. Melalui sebuah jari maupun teknik
permaianan tangan kanan dan tangan kiri, yang telah disesuaikan dengan
tingkatan great pada pembelajaran instrumen gitar.
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler yang
dispesifikasikan terhadap musik program sangat baik untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuan siswa di berbagai bidang di luar bidang
akademik sehingga siswa dapat menyalurkan bakat dan minat pada musik
program ketika ingin memainkan istrumen.
56
2.8
Pendukung Proses Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School
Proses Awal Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School berbentuk
Kinestetik yang merupakan tahapan pembelajaran musik yang pertama, tipe
pembelajaran ini memungkinkan anak didik untuk melihat, mendengarkan, dan
meniru permainan yang diperagakan oleh pengajar/instruktur/guru musik. Pada
tahap ini murid masih belum diajarkan untuk belajar mandiri, sama halnya dengan
bayi, mereka menirukan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Tipe
pembelajaran ini disarankan untuk diberikan kepada murid pemula, atau yang
belajar dari “nol”.
Kemudian mengenalkan anak pembelajaran teori sebelum memasuki
praktik instrumen gitar dalam proses pembelajaran praktik instrumen gitar secara
akademisi dibutuhkan anak dapat menulis dan membaca sebuah notasi dalam
memainkan instrumen gitar, hal tersebut yang membuat pentingnya teori dalam
permainan instrumen gitar diawali dengan mengenalakan anak nilai notasi dan
nilai istirahat (rest)
Tabel 2.1 Notasi balok
57
Mengenalkan siswa-siswi macam-macam dinamik adalah pp (pianissimo)
yaitu sangat lembut, p (piano) yaitu lembut, mp (mezzopiano) yaitu agak lembut,
mf (mezzoforte) yaitu agak keras, f (forte) yaitu keras, ff (fortissimo) yaitu sangat
keras, crescendo yaitu bertambah keras, decrescendo yaitu bertambah lembut, dan
dimin yaitu bertambah lemah
Lambang artikulasi yang dimaksudkan adalah lambang-lambang notasi
pada not balok maupun not angka. Prier (1991) menjelaskan bahwa notasi musik
secara umum dikenal sekitar abad XI dengan tokohnya Guido Arezzo (19951050) yang menemukan cara membaca dengan menggunakan suku kata do, re, mi,
fa, sol, la, si. Suku kata ini berasal dari syair lagu Santo Yohannes. Lambang
artikulasi pada notasi musik antara lain:
Staff adalah sangkar nada atau paranada yaitu tempat penulisan not. Staff
terdiri dari lima garis dan empat spasi. Spasi sebagi ruang garis juga berfungsi
untuk penulisan not-not. Not-not yang ditulis pada garis disebut not garis
sedangkan not yang ditulis pada spasi disebut not spasi. Contoh staff sebagai
berikut:
Kepala not dan tangkai not ada yang terbuka da nada yang tertutup.
Besarnya kepala not harus disesuaikan dengan sangkar nada. Jika kepala not
terletak dibawah garis ketiga, tangkai not mengarah keatas, jika kepala not berada
diatas garis ketiga, tangkai not mengarah kebawah, sedangkan not yang terletak
pada garis ketiga notnya boleh ke atas atau ke bawah sebagaimana tertera berikut
ini
58
Bendera not, bendera not arahnya kekanan, baik tangkai yang keatas
maupun kebawah.Ujung bendera not tetasp mengarah ke kepala not.
Tanda kunci, untuk mengetahui nama-nama not pada sangkar nada
dibuatlah tanda kunci.Tanda kunci selalu dituliskan pada awal paranada.Terdapat
tiga macam tanda kunci, yaitu:

kunci G,

kunci F,

kunci C.
kunci G disebut juga treble clef yaitu staff untuk penulisan not-not tinggi.
Dalam staff kunci G menunjukkan letak not “g” yaitu pada garis kedua, kunci G
disebut juga kunci gitar dan semua not yang terletak pada garis kedua bernama
not G. dibawah garis kedua adalah spasi satu yaitu not F sedangkan dibawah spasi
kesatu adalah tempat untuk not E. kunci F disebut juga kunci bass atau bass cleft
dimana dalam staff, kunci F berfungsi untuk tempat penulisan not-not rendah dan
kunci F berpusat pada garis ke empat, apabila letak not F sudah diketahui maka
59
letak not-not lain dapat pula diketahui. Kunci C dipergunakan untuk penulisan
suara menengah (alto dan tenor) dimana letak kunci C menunjukkan letak not C.
kunci C boleh juga diletakkan pada sembarang tempat, apabila demikian halnya
kunci C mempunyai berbagai kunci do dan sumbunya selalu menunjukkan do.
Tanda titik ditempatkan dibelakang not. Tanda titik berfungsi untuk
memperpanjang nilai not di depannya. Hal ini berlaku untuk notasi balok maupun
notasi angka. Namun demikian nilai titik pada notasi balok tidak sama dengan
nilai titik pada notasi angka. Pada notasi balok jika tanda titik ditempatkan
dibelakang not atau tanda diam maka nilainya setengah dari nilai not yang di
depannya. Jika dalam satu partitur dijumpai pemakaian dua titik sekaligus
dibelakang not maka nilai titik yang kedua adalah setengah dari nilai titik yang
pertama. Sedangkan pada notasi angka, nilai satu titik adalah satu ketukan, dua
titik maka nilainya dua ketukan.
Tanda tempo, Largo (besar sangat lambat), adagio (tenang, tentram, lebih
lambat dari andante, lebih cepat dari largo), lento (menunjukkan tempo lambat),
moderato (menunjukkan tempo sedang), andante (sedang, menunjukkan sifat
seperti berjalan), andantino (lebih cepat dari andante), allegro (senang, gembira,
tempo cepat sesuai dengan karakter atau sifat dari gembira), vivace (tempo cepat),
presto (tempo cepat)
Tanda accidental, yaitu: (1) kreis (memindahkan letak dan bunyi nada
setengah ke atas). Tanda kreis hanya berlaku untuk letak dan bunyi nada yang
mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, (2) mol (memindahkan letak dan
bunyi nada setengah laras ke bawah). Tanda mol harus berlaku untuk letak dan
60
bunyi nada yang mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, dan (3) pugar
(mengembalikan letak dan bunyi nada ke asalnya).
Legato tanda yang menghubungkan dua nada atau lebih sedangkan
ligature yaitu tanda yang menghubungkan dua nada yang sama secara berturut.
Pembelajaran membaca notasi dan menyanyikan nada-nada bukanlah
persoalan sederhana, tetapi memiliki prosedur yang kompleks. Mursell (1995)
menjelaskan untuk belajar notasi musik adalah sama halnya dengan bagaimana
mengerti tentang musik itu sendiri. Nilai seluruh lambang-lambang membantu
mengerti musik lebih baik lagi. Tanpa sebuah pengertian dari lambang tersebut
maka pengertian akan musik akan ketinggalan, sama halnya dengan angka-angka,
maka pengertian akan aritmatika juga akan ketinggalan. Maka pelajaran tentang
membaca musik adalah program yang harus dilakukan dalam perencanaan untuk
memajukan pendidikan musik.
Solfeggio merupakan suatu pengetahuan musik yang mempelajari teknik
membaca dan menulis notasi musik yang mencakup notasi irama dan notasi
melodi. Notasi melodi dibaca atau dinyanyikan secara solmisasi sedangkan notasi
irama dimainkan dengan tepukan. Menulis notasi musik mencakup aplikasi sence
of music terhadap melodi yang diperdengarkan melalui instrument musik piano,
melodi tersebut kemudian ditulis dengan tepat sesuai dengan frekuensi setiap nada
(pitch).
Jarak-jarak tertentu pada tangga nada ditandai dengan pola jarak: 1-11/2-1-1-1-1/2. Tangga nada demikian disebut tangga nada mayor. Dalam bentuk
asli (netral) deretan nada-nadanya adalah: c d e f g a b c’. setiap susunan tangga
61
nada mayor jika dinyanyikan dengan solmisasi berbunyi: do re mi fa sol la si do.
Nada pertama dari tangga nada disebut root.
Hartoyo (1994) menjelaskan interval adalah perbedaan tinggi nada (pitch)
antara dua nada. Cara mempelajarinya biasanya lebih mudah melalului tangga
nada yaitu dengan cara menyebutkan perbedaan tinggi nada antara nada do (C)
dengan nada-nada sesudahnya dan dihitung dari do (C) sebagai nada pokok dalam
tangga nada C.
Movable do adalah pembelajaran solfeggio dengan menggunakan “do”
yang dapat berpindah-pindah sesuai dengan nada yang di pergunakan. Dalam
movable do ada sebutan tambahannyaitu untuk nada-nada kromatis yaitu: (1)
nada kromatis naik dan (2) nada kromatis turun. Untuk nada kromatis naik seperti
nada-nada : di, ri, fi, sel, dan li. Sedangkan untuk nada kromatis turun seperti
nada-nada : sa, le, sal/fi, ma dan ra.
Selanjutnya dijelaskan rangkaian nada untuk tangga nada mayor selalu 11-1/2-1-1-1-1/2, maka ditemukan: (1) dalam tangga nada D mayor, muncul kreis
kedua yang berlaku untuk setiap nada do (C), di samping kreis pertama yang
sudah lebih muncul pada tangga nada G mayor. Pada tangga nada A mayor,
muncul kreis yang ketiga yang berlaku untuk setiap nada sol (G), disamping kreis
pertama dan kedua yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada G mayor dan
D mayor, dan (2) dalam tangga nada Bes mayor, muncul mol kedua yang berlaku
untuk setiap nada mi (E), disamping mol pertama yang sudah lebih dulu muncul
pada tangga nada F mayor, dan pada tangga nada Es, muncul mol ketiga yang
berlaku untuk setiap nada La (A) disamping mol pertama dan kedua yang sudah
lebih dulu muncul pada tangga nada nada F mayor dan tangga nada Bes mayor.
62
Proses penerapan selanjutnya di sekolah Chandra Kusuma dilakukan
seorang murid untuk menerapkan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen
gitar seperti teknik pada tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian dilakukan
berbentuk kelas dan dapat dilakukan antara seorang guru dan murid. Dalam
Tahapan pembelajaran instrumen gitar. Siswa selalu menginginkan pembelajaran
yang mudah, menarik, menyenangkan, dan bertahap. Tetapi beberapa siswa dan
orangtua menginginkan pembelajaran yang instan (cepat bisa). Hal ini
menunjukan peran seorang guru untuk mengajarkan teknik-teknik lanjutan dalam
pembelajaran gitar sangat dibutuhkan.
Kesabaran, ketekunan, ketelitian, Konsisten terhadap sebuah bahan yang
diberikan sangat penting dilakukan seorang siswa dalam mempelajari instrumen
gitar.
Kemudian sekolah Chandra Kusuma melakukan Tahap pembelajaran
instrumen gitar secara visual, tahapan ini adalah sebuah tahapan yang
memfokuskan dengan melihat materi yang disajikan, yaitu mulai mengajarkan
membaca. Mengenal not, tanda baca, dan materi lain yang kaitannya dengan
visual (melihat). Pembelajaran visual mulai mengajarkan kepada murid untuk
belajar mandiri, misalnya pengajar musik tidak ada dan yang ada hanya
partiture/tablature maka murid masih bisa belajar. Dan bahkan murid bisa belajar
lebih dari yang diajarkan pengajar ketika sudah menguasai materi sebelumnya.
Kemudian secara auditory yang merupakan tahapan pembelajaran musik
yang berkaitan dengan pendengaran dan pembelajaran adalah tahap paling tinggi
pada pembelajaran musik. Murid yang bisa menguasai pembelajaran Auditory
biasanya mempunyai rasa “FEEL” yang bagus dalam menebak nada dan
memainkannya dalam alat musik. Tahapan pembelajaran ini dilakukan setelah
63
siswa mempelajari dasar-dasar awal yang mendukung siswa dalam permainan
gitar.
Setelah melihat anak mampu dalam tahapan-tahapan pembelajaran sekolah
Chandra Kusuma melakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dalam
pembelajaran gitar di Chandra Kusuma School dilakukan seorang guru dengan
cara memantau perkembangan siswa dan memberikan nasehat-nasehat serta
peringatan kepada seorang siswa, jika hal itu penting untuk kebaikan siswa dan
kelancaran proses belajar-mengajar di sekolah Chandra Kusuma.
Terlebih lagi evaluasi yang dillakukan guru kepada seorang siswa untuk
mengambil nilai dari pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra
Kusuma. Penilaian yang nilai seorang guru dari absensi siswa mengikuti praktik
instrumen gitar, teknik yang baik dalam permainan instrumen gitar, tugas latihan
yang diberikan seorang guru untuk dilatih dirumah kepada siswa, teknik membaca
yang baik dilakukan seorang siswa jika mendapat bahan ajar dari seorang guru.
Kemudian pengambilan nilai yang dilakukan secara ujian kepada seorang siswa
untuk melihat hasil belajar yang baik kepada seorang siswa.
Dalam hal penilaian terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan
dengan yang sudah direncanakan dalam proses pembelajaran (RPP), yaitu
penilaian dari jumlah konsultasi setiap kelompok. Penilaian ini tidak terdapat pada
RPP akan tetapi guru melakukan penilaian ini dalam pembelajarannya, dengan
tujuan agar siswa mampu berlatih dengan rajin serta konsultasi kepada seorang
guru untuk mendapat masukan-masukan dari guru agar memperbaiki hasil belajar
praktik instrumen gitar dengan menggunakan sebuah metode yang baik dari
seorang guru.
64
Pembelajaran gitar di sekolah Chandra kusuma masih membutuhkan
masukan dalam segala aspek pembelajaran hal ini menunjukan untuk
perkembangan instrumen gitar disekolah Chandra Kusuma agar semakin pesat,
baik dalam proses pembelajaran, ujian maupun sebuah pertunjukan untuk
dipertontonkan kepada masyarakat Indonesia khususnya kota Medan.
65
BAB III
PENERAPAN KURIKULUM ABRSM PADA PEMBELAJARAN
INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
3.1
Ekstrakurikuler
Hampir semua Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu
menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler
biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai
dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah
yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih
profesional dari luar.
Ekstrakurikuler di sekolah Chandra Kusuma School adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan siswa di luar jam belajar kurikulum standar. Namun yang
terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, pembelajaran musik program
instrumen dilakukan sama seperti mata pelajaran lainnya dan setiap siswa
dikenakan biaya yang mengambil pembelajaran musik program.
Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah
dasar sampai pada universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai
bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak
sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar maupun
66
didalam jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler disekolah Chandra
Kusuma School berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan
kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswasiswi sekolah tersebut.
Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler, di
sekolah Chandra Kusuma School yaitu:
1. Adanya pembina atau pembimbing maupun instruktur yang spesialis terhadap
sebuah bidang dalam ekstrakurikuler tersebut
2. Adanya seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut
3. Memiliki sejumlah anggota dan peserta
4. Disetujui dan didukung oleh sekolah dan orang tua siswa
Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah
raga, seni, hobi, penalaran. Ekstrakurikuler yang meliputi musik program dengan
berbagai instrument seperti gitar, piano, biola, trompet, flute, biola alto, cello, dan
contra bass, ansamble dan paduan suara. Sekolah Chandra Kusuma School
terdapat pembelajaran instrumen yang dilakukan pada musik program yang salah
satu bagian dalam ekstrakurikuler seni.
3.2
Silabus Pembelajaran Chandra Kusuma School
Silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen gitar
disekolah Chandra Kusuma School adapun silabus progam pembelajaran musik
program dengan instrumen gitar di Chandra Kusuma School sebagai berikut:
1. Program pembelajaran diproyeksikan untuk 100 jam yang terbagi dalam 3
tingkatan
67
2. Materi pembelajaran diambil dari kurikulum Suzuki, kurikulum Trinity,
ABRSM dan diperkaya dengan repertoar yang relevan.
3. Pengajar dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran.
Rincian pembagian jam pembelajaran:
3.3
a. Organologi/pengenalan instrumen
: 3 jam
b. Teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri
: 10 jam
c. Penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri
: 10 jam
d. Nilai nada
: 5 jam
e. Scale/tangga nada
: 12 jam
f. Etude/teknik
: 15 jam
g. Lagu
: 30 jam
h. Bermain duet, kwartet, ansambel
: 10 jam
i.
: 5 jam
Ujian dan konser
Tujuan Pendidikan Ekstrakurikuler Musik Program Instrumen Gitar
Chandra
Kusuma
School merupakan
lembaga
pendidikan,
yang
menampung peserta didik maupun siswa, dibina agar mereka memiliki
kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan
pembinaan secara berkoordinasi dan terarah. Siswa diharapkan dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan. Dalam
pembinaan siswa di sekolah, banyak wadah atau program yang dijalankan demi
menunjang proses pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat
meningkatkan kemampuan, ketrampilan kearah pengetahuan yang lebih maju.
68
Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah Chandra Kusuma School adalah
kegiatan musik program. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program
ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan
musik program yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan
kemampuannya dalam bidang musik khususnya instrumen gitar. Kegiatankegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan musik program merupakan kegiatan
yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna
menunjang pencapaian tujuan kurikulum.
Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan musik
program dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran gitar berjalan dengan
baik. Dengan demikian, kegiatan musik program di sekolah Chandra Kusuma
School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat kecerdasan.
Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran
lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara penyampaian materi pelajaran,
mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah
(Amal, 2005: 378).
Secara garis besar kegiatan musik program (ekstra kurikuler) mempunyai
tiga tujuan dasar, yaitu:
1. Pembinaan minat dan bakat siswa
Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan mengembangkan
minat yang ada pada siswa serta memupuk bakat yang dimiliki siswa.
2. Sebagai wadah di sekolah
69
Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis
siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin
komunikasi antar anggotanya dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir
setiap aktivitas kegiatan musik program (ekstrakurikuler).
3. Pencapaian prestasi yang optimal
Beberapa cabang musik program baik secara perorangan maupun
kelompok diharapkan dapat meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah
Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan musik
program secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan bakat
siswa di sekolah Chandra Kusuma School, dan pencapaian prestasi yang optimal
dan didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah pada musik program yang
mempelajari instrumen.
3.4
Hasil Pembelajaran praktik Instrumen Gitar
Hasil pembelajaran praktik instrumen gitar dengan menerapkan metode
dari seorang guru dalam memainkan instrumen gitar melalui buku panduan dan
kurikulum ABRSM pada kelas SMP, sekolah Chandra Kusuma School pada
instrumen gitar sangat baik. Hal ini disebabkan dengan adanya buku panduan
peserta didik lebih terbantu dan lebih semangat untuk saling berlomba-lomba
mengetahui tentang materi ajar dari ketiga buku panduan. Peserta didik juga tidak
merasa jenuh menggunakan ketiga buku panduan yang tediri dari sebuah lagu dan
teknik, kemudian peserta didik juga dapat saling bersosialisasi dan berinteraktif
dengan timnya masing-masing. Dengan menggunakan buku panduan, peserta
70
didik juga tidak hanya menjalin sosial pada sesama siswa, tetapi dapat juga
menjalin keakraban dengan guru yang mengajar. Komunikasi yang dibentuk
dalam
pembelajaran
instrumen
gitar,
menjadikan
peserta
didik
berani
mengemukakan pendapatnya, presentasi laporan, memanjangkan kegiatannya
untuk melatih bahan ajarnya.
Pembelajaran praktik instrumen gitar melalui buku panduan siswa
merasakan kesenangan dan kemudahan dalam mempelajari instrumen gitar. Dapat
disimpulkan, bahwa dengan memakai buku panduan tercipta hubungan yang baik
antara peserta didik dan seorang guru. Maka hasil dari pembelajaran pada
instrumen gitar musik program di Sekolah Chandra Kusuma School dapat dilihat
dari tabel penilaian berikut:
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
01
02
03
04
05
NAME
January
Ujian
Absensi
Teknik
Jennifer
Lauditta
75
80
80
78
Emmeline
75
85
82
80
Alvin Lianto
80
70
75
75
Vintya
75
65
70
70
Stephen
80
80
85
82
Tabel 3.1 Nilai hasil akhir siswa bulan Januari
Jumlah
71
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
01
02
03
04
05
NAME
February
Ujian
Absensi
Teknik
Jumlah
Jennifer
Lauditta
80
75
85
80
Emmeline
80
80
85
82
Alvin Lianto
80
75
80
78
Vintya
75
70
70
72
Stephen
75
85
85
85
Tabel 3.2 Nilai hasil akhir siswa bulan februari
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
01
02
03
04
05
NAME
March
Ujian Primavista
Absensi
Teknik
Jennifer
Lauditta
90
80
80
80
82
Emmeline
80
90
90
80
85
Alvin Lianto
80
70
80
70
75
Vintya
80
70
70
60
70
Stephen
90
80
90
80
85
Tabel 3.3 nilai hasil siswa akhir bulan Maret
Jumlah
72
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
01
02
03
04
05
NAME
April
Ujian
Absensi
Teknik
Jumlah
Jennifer
Lauditta
75
80
85
80
Emmeline
75
85
85
82
Alvin Lianto
75
65
70
70
Vintya
75
65
70
70
Stephen
90
90
90
90
Tabel 3.4 Nilai hasil akhir siswa bulan April
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
NAME
01
02
03
04
05
May
Tugas
Ujian
latihan
Absensi
Teknik
Primavista
Jumlah
Jennifer
Lauditta
75
80
80
75
90
80
Emmeline
85
85
90
80
85
85
Alvin
Lianto
80
70
70
80
75
75
Vintya
75
70
70
70
65
70
Stephen
90
90
90
90
90
90
Tabel 3.5 Nilai hasil akhir siswa bulan Mei
73
STUDENTS SCORE LIST
MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR
CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
01
02
03
04
05
NAME
MONTH
March
April
January
February
May
Jennifer
Lauditta
78
80
82
80
80
Emmeline
80
82
85
82
85
Alvin Lianto
75
78
75
70
75
Vintya
70
72
70
70
70
Stephen
82
85
85
90
90
June
Tabel 3.6 Nilai hasil akhir siswa bulan Juni
3.5
Rapor Deskriptif Kepada Orangtua Melalui Guru Gitar Chandra
Kusuma
Nama: Jennifer
Kelas: VIII A
Jennifer, seorang siswi yang memiliki minat besar dalam bermain musik.
Hal ini yang memudahkannya dalam pembelajaran instrumen gitar dari teknik
dasar petikan, penjarian tangan kanan, tangga nada mayor (G, F, D, A), semua
dapat dilakukan dengan baik oleh Jenifer. Dalam proses pembelajaran,
perkembangan Jenifer cukup pesat, hanya sedikit memiliki kendala, Jenifer butuh
sedikit kesabaran dalam berlatih, Teliti, feeling nada, ritme, dan intonasi yang
lebih lagi dilatih agar mendapatkan kualitas yang baik ketika memainkan sebuah
lagu. Jennifer memainkan gitar klasik pada repertoar klasik dan lagu Pop
74
(Modern). Bermain solo maupun Ansambel, kemampuan Jenifer dapat diandalkan.
Jennifer juga unggul dalam pembacaan partitur (sight reading atau primavista)
dan kontrol tempo yang tepat. Saran buat Jennifer, banyak berlatih dengan sabar
untuk teknik strumming dalam bermain akord.
Nama: Emmeline
Kelas: VIII A
Emmeline adalah seorang siswi yang mengikuti kelas gitar klasik yang
lebih tertarik pada musik Pop. Perkembangan Emmeline yang sangat signifikan
terlihat dari cara membaca partitur lagu secara langsung (primavista), teknik
petikan tangan kiri, dan bermain akord serta tangga nada, semua dapat
dilakukannya dengan baik dan benar. Tidak hanya itu saja, Emmeline sudah
sering mengikuti pertunjukan (performance) dalam beberapa kegiatan di dalam
maupun di luar lingkungan sekolah dengan bermain ansambel gitar. Hal penting
yang harus dilakukan oleh Emmeline adalah menumbuhkan rasa percaya diri
dalam bermain gitar solo dihadapan penonton.
Nama: Alvin
Kelas: VIII A
Alvin merupakan siswa yang sudah belajar gitar klasik sebelumnya,
sehingga Alvin sangat mudah mengikuti kelas praktik instrumen gitar disekolah
Chandra Kusuma School. Materi pembelajaran yang dipelajari Alvin saat ini
menggunakan materi yang sama dipelajarinya di tempat lain, sehingga lagu-lagu
yang dimainkan dan penguasaan teknik menjadi semakin baik. Alvin juga
75
mempelajari teknik strumming dalam bermain akord pada gitar, memiliki intonasi
yang baik, permainan lagu yang cukup baik. Kemajuan Alvin dalam bermain gitar
dapat mengikuti ansambel dalam mengisi acara di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah. Alvin
adalah siswa yang baik, perkembangannya pada
pembelajaran gitar sangat memuaskan, dukungan dari guru dan orangtua sangat
dibutuhkan untuk Alvin dalam mempelajari instrumen gitar. Namun semua ini
dapat terlupakan apabila hubungan guru, orangtua kepada Alvin tidak terjalin
komunikasi yang baik.
Nama: Vinthya
Kelas: VIII A
Vhintya termasuk siswi yang tidak memiliki dasar(basic)dalam bermain
musik, tapi memiliki minat yang besar ketekunan dalam berlatih rajin, semangat
dan pintar, banyaknya kesibukan pada les pembelajaran yang lain membuat
Vinthya letih, dan tidak memiliki waktu untuk mengulang kembali proses
pembelajaran gitar yang dilakukan di Chandra Kusuma School. Intonasi, ritme,
bermain lagu, cukup memuaskan untuk saat ini, kemudian Vinthya juga
mengikuti kelas teori dasar musik dengan baik. Keunggulan Vinthya dalam
membahas lagu-lagu atau repertoar dari instrumen gitar dapat secara baik
memainkan teknik-teknik yang sulit. Perkembangan Vinthya terlihat pada
penguasaan tangga nada mayor, teknik petikan dan strumming, sight reading,
sehingga Vinthya dapat membahas lagu-lagu dengan baik dan benar. Saran
penulis vinthya perlu banyak berlatih, giat dalam membahas lagu-lagu, dan
mengulangi kembali materi-materi sebelumnya.
76
Nama: Steven Sempana
Kelas: VIII A
Steven bermain gitar klasik bergaya pop (memainkan lagu pop dengan
menggunakan instrumen serta teknik gitar klasik). Steven memiliki bakat dalam
bermain gitar klasik dan didukung musikalitasnya yang sangat baik. Hal ini
terlihat dari interpretasi ketika memainkan semua lagu dengan baik. Steven juga
mengaransemen kembali lagu-lagu itu dengan gaya permainan Steven sendiri.
Steven juga memiliki kekurangan dalam mengatur sebuah tempo ketika bermain
instrumen musik. Disarankan kepada Steven untuk mulai menggunakan
metronome dalam bermain musik. Pertahankan prestasimu, trus semangat dalam
belajar instrumen musik, jaga emosi, tenaga, konsistensi dalam bermain sebuah
lagu dan sempatkan latihan serta hasil perkembangan yang cukup memuaskan.
Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari instrumen gitar
dengan menggunakan buku panduan dan kurikulum ABRSM, dapat menambah
tingkat kemahiran siswa dalam penilaian intonasi, teknik penyajian, interpretasi.
Hal ini disebabkan meningkatnya rasa kepedulian sesama siswa dan nalar otak
untuk mempelajari materi ajar secara mendalam. Selain nilai kelompok dan
individu, biasanya para guru untuk mengetahui hasil dari nilai akhir peserta didik
di sekolah dasar (SD) maupun sekolah Lanjut tingkat pertama (SLTP) Chandra
Kusuma School menggabungkan nilai dari kelompok dan individu.
77
3.6
Pembahasan dan Rencana Proses Pembelajaran Serta Penerapan
Menurut Penjelasan Guru Gitar Chandra Kusuma School

Mengenalkan siswa tentang anotomi instrumen gitar klasik
Gambar 3.1 Elemen-elemen instrumen gitar
(sumber: ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.1 Proses penerapan pengenalan instrumen gitar
Pertemuan pertama (I) anak diberikan pengenalan terhadap instrumen gitar,
pada bagian-bagian gitar dan fungsi terhadap bunyi dan organologi instrumen
tersebut yang diawali:
1. Headstock, adalah "kepala gitar" yang berfungsi untuk tempat
pemasangan tuning pegs (beberapa perusahaan membuat gitar headless,
sehingga posisi tunning keys berada di body)
78
2. Tuning pegs/tuning machine/tuner, sering juga disebut dryer, adalah unit
yang berfungsi untuk mengatur ketegangan dawai sehingga sesuai dengan
nada pada senar instrumen gitar (untuk men-stem)
3. Nut, yaitu unit yang berfungsi untuk bantalan dan pengatur ketinggian
dawai pada neck agar dawai tidak menyentuh fret, sehingga dawai dapat
bergetar
4. Neck, atau leher gitar, merupakan bagian gitar yang berfungsi sebagai
tempat dipasangnya fretboard
5. Fret, yaitu papan tipis (kurang lebih 5 mm) selebar neck yang
ditempelkan pada neck, berfungsi sebagai tempat untuk memasang fret
6. Fretwire, adalah kawat khusus (biasanya terbuat dari tembaga atau
stainless steel) yang dipasang pada fretboard, fungsinya adalah untuk
memproduksi tingkat ketinggian nada yang berbeda dengan jalan
menempatkan jari-jari pada ruang-ruang di antara logam-logam fret
7. Dawai/string, sering disebut senar, yaitu kawat/nilon tipis yang
direntangkan dari head stock sampai bridge gitar, yang berfungsi untuk
menghasilkan suara
8. Table, Body,atau badan gitar, pada gitar klasik body gitar berfungsi
sebagai penguat getaran dawai
9. Sound hole, adalah lubang pada body gitar akustik yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya suara
10. Saddle, adalah plastik (bisa juga logam atau tulang) yang fungsinya sama
dengan nut namun terletak pada bridge gitar.
79

Mengajarkan posisi yang baik dalam bermain instrumen gitar klasik
Gambar 3.2 Posisi bermain gitar klasik
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.2 Proses penerapan posisi duduk
Kemudian setelah memperkenalkan bagian-bagian gitar kepada siswa
dilanjutkan dengan siswa kembali diajarkan memegang gitar dengan posisi duduk
yang baik dalam belajar memainkan gitar, hal ini berfungsi untuk mempercepat
dan membuat siswa rileks dalam memainkan penjarian pada fretbroad gitar,
dikarenakan memegang dan cara duduk berpengaruh kepada daya jangkau
penjarian dalam bermain melodi maupun untuk membentuk kunci gitar yang
memerlukan bentangan jari yang jauh.
Pada dasarnya bentuk memegang gitar dan cara duduk dalam bermain
gitar ada 2 cara yaitu, posisi klasik dan posisi casual. Posisi klasik biasa di
80
lakukan oleh para pemain gitar yang beraliran klasik seperti neoclassical dan
flamenco/ flamengo (Klasik Spanyol dan Latin). Sedangkan posisi casual
lebihsering di mainkan oleh para pemain gitar yang terbilang lebih modern,
seperti gitaris zaman sekarang.

Mengajar siswa cara memegang leher (neck) gitar pada tangan kiri
Gambar 3.3 Posisi tangan kiri bermain gitar klasik
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.3 Proses penerapan penjarian
Siswa diajarkan melalui penjarian ibu jari pada tangan kiri, yang akan
memegang pertengahan leher gitar dan tidak dapat melewati leher gitar serta tidak
dapat dilipat, telapak tangan tidak dapat mengenai neck gitar, dikarenakan ketika
seorang siswa tidak mengikuti aturan yang telah di jelaskan siswa akan
mengalami kesulitan dalam kecepatan bemain antara sebuah fret dengan fret yang
lain. Cara memegang seperti ini di anggap cara memegang gitar yang sangat
efektif oleh kebanyakan guru gitar.

Mengajar siswa posisi tangan kanan pada instrumen gitar
81
Gambar 3.4 Posisi tangan kanan bermain gitar klasik
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.4 Proses penerapan posisi tangan kanan
Mengajarkan posisi tangan kanan pada instrumen gitar yang diawali
melalui sebuah teknik petikan kepada seorang siswa dan telapak tangan tidak
dapat bersentuhan dengan senar gitar, hal ini dikarenakan jika seorang siswa
memainkan dengan cara tangan kanan bersentuhan dengan senar yang akan
mengakibatkan kesulitan untuk mengaplikasikan penjarian tangan kanan yang
terdiri dari P, I M, A sebagai media pemetik gitar.

Mengenalkan siswa pada keenam senar serta peletakan senar pada alat
stem (pegs) instrumen gitar
Gambar 3.5 Headstock gitar (sumber : ebook, play classical guitar by David
Braid)
82
Mengenalkan siswa pada keenam senar, serta peletakan senar pada alat
stem (pegs), yang diawali pada senar 1 dengan nada E, yang terletak pada pegs I,
senar 2 dengan nada B yang terletak pada pegs II, senar 3 dengan nada G, yang
terletak pada pegs III, senar 4 dengan nada D, yang terletak pada pegs IV, senar 5
dengan nada A, yang terletak pada pegs senar V, senar 6 dengan nada E, yang
terletak pada pegs VI.

Mengenalkan anak pada register senar lepas instrumen gitar
Gambar 3.6 Register open string pada instrumen piano
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.5 Proses penerapan register senar lepas
Pertemuan kedua guru mengenalkan siswa pada register senar lepas
instrumen gitar terhadap jarak oktaf nada-nada senar lepas gitar (open string),
yang diaplikasikan pada register piano, hal ini agar seorang siswa tahu nada yang
rendah sampai nada yang paling tinggi terhadap instrumen gitar serta
mengeneralkan steman jika permainan gitar bermain dengan alat musik lainnya
seperti, gitar dan biola, gitar saxsofon, gitar dan piano.

Mengajarkan cara muda menyetem senar gitar
83
Gambar 3.7 Nada-nada open string pada instrumen gitar
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.6 Proses penerapan menyetem
Mengajarkan anak cara menyetem instrumen gitar dengan cara yang
manual jika nada pada senar 6 sudah standar dengan nada E, yang disamakan
dengan alat bantu stem (tuner), diawali dengan menekan senar 6 pada kolom lima
yang menghasilkan nada A kemudian disamakan dengan senar 5, menekan senar 5
pada kolom lima yang menghasilkan nada D kemudian disamakan dengan senar 4,
menekan senar 4 pada kolom lima yang menghasilkan nada G kemudian
disamakan dengan senar 3, menekan senar 3 pada kolom empat yang
menghasilkan nada B kemudian disamakan dengan senar 2, menekan senar 2 pada
kolom lima yang menghasilkan nada E kemudian disamakan dengan senar 1,

Memperkenalkan siswa nama-nama penjarian tangan kanan dan tangan
kiri
84
Gambar 3.8 Penjarian tangan kiri dan tangan kanan pada gitar klasik
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.7 Proses penerapan simbol penjarian
Mengenalkan siswa dengan simbol atau nama penjarian yang nantinya
akan dijumpai siswa ketika bermain gitar, memakai buku panduan penulisan
sebuah notasi terdapat simbol yang tertulis siswa dapat dengan cepat memainkan
sesuai dengan tulisan maupun simbol yang terdapat pada sebuah notasi pada
tangan kanan p (pulgar) pada ibu jari, i (indice) pada jari telunjuk, m (middle)
pada jari tengah, a (anular) pada jari manis dan tangan kiri jari telunjuk
disimbolkan dengan angka 1, jari tengah disimbolkan dengan angka 2, jari manis
disimbolkan dengan angka 3, jari kelingking disimbolkan dengan angka 4.

Mengajarkan teknik memetik senar lepas (Open String) secara tirando
dengan posisi yang baik
85
Gambar 3.9 Posisi bermain gitar dengan petikan tirando
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.8 Proses penerapan tirando
Tirando adalah teknik memetik senar gitar dengan jari pada petikan
menjahui senar atau mengayun kebagian telapak tangan. Petikan tirando tidak
bersandar dengan senar dimana petikan ini dilakukan dengan cara memetik senar
gitar kearah luar sampai senar gitar berbunyi dan jari tidak boleh menyentuh senar
lainnya. Teknik tersebut digunakan untuk memainkan not ganda atau sebuah
akord.

Mengajarkan teknik memetik senar lepas (Open String) secara apoyando
dengan posisi yang baik
86
Gambar 3.10 Posisi bermain gitar dengan petikan apoyando
(sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.9 Proses penerapan apoyando
Teknik apoyando adalah teknik memetik gitar yang bersentuhan dengan
senar lainnya. Petikan senar gitar berhenti ketika menyentuh dawai berikutnya
diatas dawai yang sedang dipetik atau jari tidak boleh menyentuh telapak tangan.

Mengenalkan bentuk dan nilai notasi balok untuk pembelajaran instrumen
gitar
1.
2.
3.
87
4.
5.
6.
7.
3.6.10 Proses penerapan pengenalan lambang
Mengenalkan anak sebuah lambang dalam penulisan notasi yang dimulai
dari sangkar nada sebagai tempat menulis tinggi rendahnya sebuah nada, sukat
agar siswa bermain dengan patren (ketukan), birama sebagai kolom untuk
menulis sebuah notasi, barline sebagai pembatas sebuah birama, dan nilai notasi
semibreve yang terdiri dari 4 ketukan, minim 2 ketukan, crochet 1 ketukan,
quever ½ ketukan, kemudian mengajarkan anak tanda istirahat (rest), kemudian
birama ganda sebagai penutup frase maupun akhir sebuah kalimat lagu.
88

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari tengah (m) dan jari
telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, hitungan, pada senar lepas
1 (E’) dan 2 (B) instrumen gitar
3.6.11 Proses penerapan teknik tirando
Siswa diajarkan memetik gitar dengan teknik tirando yang diaplikasikan
melalui tangan kanan pada jari tengah (m) dan jari telunjuk (i) pada senar 1 (E’)
dan senar 2 (B) tanpa melihat permainan tangan kanan, kemudian guru lebih
menekankan sebuah hitungan ketukan sukat 4/4 yang dilatih sebanyak 4 birama,
dimana pada birama ketiga dilakukan sebuah variasi.

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari tengah (m) dan jari
telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, hitungan, pada tiga senar
lepas
3.6.12 Proses penerapan memainkan tiga senar berurutan
Siswa diajarkan memainkan 3 senar secara berurutan, pada senar E’, B,
dan senar G yang dilakukan dengan cara yang sama pada tangan kanan dengan
menggunakan jari tengah dan jari telunjuk. Kemudian guru juga harus
mengingatkan agar siswa tidak melihat permainan tangan kanan dengan teknik
tirando dan tidak melupakan hitungan ketuk.
89

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari manis (a), tengah (m) dan
jari telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, pada senar lepas
3.6.13 Proses penerapan teknik tangan kanan
Guru mengajarkan teknik yang sama pada tangan kanan kepada siswa,
dengan penambahan jari manis (a) untuk mempraktikkan teknik memetik secara
tirando dengan menggunakan ketiga senar gitar melalui E’, B, dan senar G.

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan
sebuah perbedaan notasi dan teknik
3.6.14 Proses penerapan tingkat permainan lebih sulit
Guru mengajarkan kepada siswa teknik yang sama dengan contoh
sebelumnya dengan tingkat permainan yang lebih sulit untuk dimainkan siswa,
guru juga harus memerhatikan siswa ketika membunyikan sebuah senar agar
siswa tidak salah ketika memetik senar pada jari tengah, telunjuk, dan jari manis,
pada tangan kanan.
90

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan
sebuah perbedaan ritme
3.6.15 Proses penerapan teknik crossing
Kembali guru mengajarkan teknik memetik dengan tingkat kesulitan yang
sama pada contoh dalam sebuah partitur, dengan teknik memetik senar yang tidak
berurutan (crossing).

Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan
sebuah perbedaan ritme
3.6.16 Proses penerapan teknik arpeggio
Guru dapat melatih kembali contoh pada pertemuan sebelumnya, agar
ketika siswa memainkan teknik dan penjarian yang sama dengan tingkat
permainan yang lebih sulit, siswa dapat mengikutinya, teknik ini berfungsi
memudahkan siswa dalam memainkan arpeggio.

Guru mengajarkan kepada siswa tangga nada C mayor pada posisi satu.
91
3.6. 17 Proses penerapan tirando
Kemudian guru memperkenalkan sebuah target dalam penjarian, pada
tangga nada posisi I, dimana hal ini disampaikan seorang guru agar siswa dapat
membentuk dan memainkan penjarian pada tangan kiri dengan menggabungkan
teknik memetik tirando melalui penjarian tangan kanan.

Mengajarkan menggunakan jari 2 yang berpedoman pada tangga nada C
mayor yang diawali dari senar 3 (G)
3.6.18 Proses penerapan tangan kiri pada nada A
Mengajarkan siswa menggunakan tangan kiri pada jari 2 nada (A) pada
fret 2 senar G, tetapi hanya menggunakan 2 jari pada tangan kanan yaitu jari
tengah (m) dan jari telunjuk (i).

Mengajarkan menggunakan jari 2 dengan menambahkan senar 2 (B)
92
3.6.19 Proses penerapan tangan kanan pada jari manis
Hal yang sama diajarkan guru kepada siswa dengan perbedaan
menggunakan tangan kanan pada jari manis (a) terlebih dahulu.

Mengajarkan menggunakan jari 2 dengan sebuah variasi ritme
3.6.20 Proses penerapan etude
Hal yang sama diajarkan guru kepada siswa dengan menekankan
konsistensi kestabilan ketika memainkan etude yang menggunakan jari tangan
kanan dan tangan kiri, melalui sebuah ritme yang beraturan.

Mengajarkan menggunakan jari 1 yang berpedoman pada tangga nada C
mayor yang diawali dari senar 2 (B)
93
3.6.21 Proses penerapan jari 1 posisi 1
Guru mengajarkan penjarian pada senar B jari 1 pada fret 1, yang
berpanduan pada tangga nada C mayor, terdiri dari empat birama.

Mengajarkan siswa menggunakan jari 1 posisi I dengan menambahkan
senar 3 (G)
3.6.22 Proses penerapan jari 1 senar B
Guru mengajarkan hal yang sama pada jari 1 senar B pada tangan kiri dan
menggunakan tangan kanan untuk memetik senar pada jari tengah dan jari
telunjuk dan disertai senar lepas.

Siswa menggunakan jari 1 pada senar B dan jari 2 pada senar G
3.6.23 Proses penerapan penjarian 1 senar B dan 2 senar G
Guru mengajarkan penjarian 1 pada senar B dan 2 pada senar G yang
diaplikasikan pada posisi I serta mengaplikasikan petikan pada tangan kanan yang
menggunakan jari tengah dan jari telunjuk.
94

Siswa menggunakan jari 1 dan jari 3 pada senar B
3.6.24 Proses penerapan penjarian 1 dan 3 pada senar B
Guru mengajarkan penjarian 1 dan 3 pada senar B yang dilakukan melalui
sebuah petikan jari tengah dan jari telunjuk pada tangan kanan.

Menggabungkan sebuah contoh-contoh latihan melalui senar lepas, jari
1,2,3 pada posisi I
3.6.25 Proses penerapan menggabungkan jari 1, 2, 3
Guru mengajarkan siswa dengan teknik menggabungkan jari 1,2, dan jari 3,
dilakukan pada posisi I didua senar G dan B, dengan teknik petikan crossing yang
dilakukan jari tengah dan telunjuk pada tangan kanan.

Siswa memainkan lagu dengan menggunakan contoh-contoh yang ada
95
3.6.26 Proses penerapan jari 1, 2, 3 posisi I
Guru menerapkan sebuah penjarian 1,2 dan jari 3 pada posisi I, senar G
dan B pada sebuah lagu yang didasari dari tangga nada G mayor.

Siswa memainkan lagu dengan menggunakan contoh-contoh yang ada,
dengan akord minor
3.6.27 Proses penerapan open string
Kembali siswa memainkan sebuah lagu pada tangga nada minor dengan
mengaplikasikan teknik yang telah dipelajari siswa sebelumnya, dengan
menggunakan jari 1, 2, dan jari 3, posisi I, senar B dan G kemudian menggunakan
memainkan senar E secara lepas (open String)

Siswa melatih penjarian 1, 2, 3 dan senar lepas
96
3.6.28 Proses penerapan jari 1, 2, 3, posisi I
Kembali siswa mengaplikasikan jari 1, 2 dan jari 3 pada posisi I dengan
mengaplikasikan tangan kanan melalui penjarian tengah dan telunjuk, dimana
siswa lebih mengarah pada tangga nada G mayor ketika memainkan bahan yang
ada.

Pengaplikasian penjarian pada tangan kanan
3.6.29 Proses penerapan tangan kanan jari tengah
Guru mengajarkan teknik memetik pada tangan kanan melalui jari tengah,
manis, dan jari telunjuk, dengan menggunakan senar E,B dan senar G.

Siswa mengaplikasikan penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri
97
3.6.30 Proses penerapan tangan kanan pada penjarian untuk memetik
Kembali guru mengajarkan tangan kanan pada penjarian untuk memetik
dan tangan kiri yang menggunakan jari 1, 2, dan jari 3 tanpa simbol penulisan
yang terdapat pada notasi maupun buku panduan dan dilakukan pada B dan G.

Siswa mengaplikasikan penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri
dengan menambahkan senar 1 (E) dan variasi ryhtem
3.6.31 Proses penerapan ritme yang lebih sulit
Kembali guru mengajarkan kepada siswa hal yang sama dengan perbedaan
ritme yang lebih sulit, kemudian menggunakan senar lepas E, serta tidak memiliki
sebuah simbol penulisan dalam sebuah notasi maupun buku panduan.

Hal yang sama dilakukan siswa dengan teknik yang lebih sulit
3.6.32 Proses penerapan permainan yang lebih sulit
Guru mengajarkan hal yang sama dengan tingkat permainan yang lebih
sulit melalui jarak antara nada dan perbedaan sukat melalui 3 ketukan dalam satu
birama.

Guru mengajarkan kepada siswa senar 4 (D), 5 (A), 6 (E), pada ibu jari (p)
98
3.6.33 Proses penerapan
Guru mengajarkan mengaplikasikan ibu jari (p) pada tangan kanan, yang
diaplikasikan melalui senar 4 (D), 5 (A) dan senar 6 (E) yang dilakukan melalui
empat ketukan.

Melatih senar 4 (D), 5 (A), pada ibu jari
3.6.34 Proses penerapan
Guru mengajarkan teknik tangan kanan melalui petikan ibu jari pada senar
D dan senar A, yang dilakukan masing-masing nada 2 ketukan.
Siswa Melatih senar 5 (A), 6 (E) pada ibu jari

Melatih senar 5 (A), 6 (E), pada ibu jari
3.6.35 Proses penerapan
Kembali guru mengajarkan teknik tangan kanan melalui petikan ibu jari
pada senar A dan senar D, yang dilakukan variasi pada contoh sebelumnya.
99

Kembali siswa senar 4 (D), 5 (A), 6 (E), pada ibu jari (p) dengan kesulitan
yang lebih tinggi
3.6.36 Proses penerapan
Guru mengaplikasikan permainan tangan kanan yang diaplikasikan
melalui ibu jari dengan menggunakan senar D, A, dan senar E.

Siswa diajarkan crossing string dari senar 4 (D), 5 (A) ke senar 6 (E)
3.6.37 Proses penerapan
Guru mengaplikasikan permainan tangan kanan yang diaplikasikan
melalui ibu jari dengan menggunakan senar D, A, dan senar E. dengan perbedaan
teknik crossing senar dan variasi nada.

Siswa melatih bass dan melodi secara bergantian
100
3.6.38 Proses penerapan
Guru mengajarkan dengan menggabungkan teknik penjarian tangan kanan
yang dilakukan ibu jari sebagai register bass dan jari tengah register melodi,
masing-masing
teknik
dimainkan
secara
bergantian
terhadap
proses
memainkannya.

Siswa melatih menggabungkan teknik permainan bass dan melodi yang
diawali bass terlebih dahulu
3.6.39 Proses penerapan
Siswa menggabungkan teknik tangan kanan yang dilakukan ibu jari,
sebagai register bass dan jari tengah, telunjuk dan jari manis sebagai register
melodi dan menggunakan tangan kiri pada jari 1, 2, dan jari 3 diposisi I

Siswa kembali melatih menggabungkan teknik permainan bass dan melodi
dengan sukat 3/4
101
3.6.40 Proses penerapan
Kembali siswa menggabungkan teknik tangan kanan yang dilakukan ibu
jari, sebagai register bass dan jari tengah, telunjuk dan jari manis sebagai register
melodi dan menggunakan tangan kiri pada jari 1, 2, dan jari 3 diposisi I dengan
perbedaan mengaplikasikan senar D dan senar E.

Penggunaan jari 1 dan jari 3 pada senar E dan B diposisi I
3.6.41 Proses penerapan
Guru mengajarkan permainan teknik yang dilakukan pada senar E dengan
menggunakan tangan kiri pada jari 1 dan 3 pada posisi I

Siswa memainkan bass dan melodi secara bersamaan
3.6.42 Proses penerapan
Guru mengajarkan siswa dengan menggabungkan teknik penjarian tangan
kanan melalui jari p,i,m,a dengan menggunakan teknik tangan kiri 1,2 dan jari 3
tanpa melibatkan senar D yang dimainkan secara bersamaan pada buku panduan.
102

Siswa memainkan bass dan melodi secara bersamaan dengan melatih
penjarian dan sukat ¾ serta menggunakan kedua senar
3.6.43 Proses penerapan
Kembali siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan
kiri dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan tanpa
menggunakan senar G dan E

Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato
3.6.44 Proses penerapan
Kembali siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan
kiri dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan, dengan
perbedaan sebuah teknik sambung (slur).

Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato dan disertai bass
sebagai akor melodi
103
3.6.45 Proses penerapan
Siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri
dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan dengan
tingkat permainan yang lebih sulit pada nada sambung (slur).

Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato pada bass
3.6.46 Proses penerapan
Siswa melatih hal yang sama dengan menggunakan jari 4 pada tangan kiri
dan teknik nada sambung yang lebih panjang.

Hal yang sama dilakukan siswa dengan menggunakan iringan waltz
104
3.6.47 Proses penerapan
Kembali siswa melatih hal yang sama pada tangan kiri yang memiliki nada
sambung pada jari 1 dan tangan kanan register bass.

Siswa melatih sebuah lagu dengan teknik-teknik yang telah dilatih dan
menambahkan jari ke empat
3.6.48 Proses penerapan
Guru mengajarkan semua teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan
kiri yang dipelajari siswa dalam proses pembelajaran, kemudian diaplikasikan
pada sebuah lagu.

Siswa melatih penjarian untuk memetik pada tangan kanan dengan ritme
yang lebih cepat pada 1 senar
105
3.6.49 Proses penerapan
Guru mengajarkan ritme baru dengan notasi 1/8 seperdelapan pada senar E’
dengan penjarian tangan kanan melalui jari tengah dan jari telunjuk.

Siswa melatih penjarian untuk memetik pada tangan kanan dengan ritme
yang lebih cepat pada 3 senar
3.6.50 Proses penerapan
Guru mengajarkan ritme yang sama dengan menggunakan penjarian
tangan kanan dan tangan kiri.

Siswa memainkan melodi dengan bass secara bersamaan dengan ritme
yang lebih cepat
106
3.6.51 Proses penerapan
Siswa kembali memainkan teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri
dengan ritme yang lebih cepat pada sebuah lagu.

Siswa diperkenalkan dengan tanda kromatis kreis
3.6.52 Proses penerapan
Siswa diajarkan memainkan teknik tangan kiri dan tangan kanan dengan
menggunakan nada-nada yang telah dinaikkan yang mengarah pada tangga nada
G mayor dengan tempo yang lebih cepat ketika mengaplikasikan teknik penjarian.

Siswa diperkenalkan dengan tanda kromatis pugar
3.6.53 Proses penerapan
Kembali siswa diajarkan memainkan teknik tangan kiri dan tangan kanan
dengan menggunakan nada-nada yang telah dinaikkan yang mengarah pada
tangga nada G minor dengan tempo yang lebih cepat ketika mengaplikasikan
teknik penjarian.

Siswa memainkan tanda kromatis kreis dan pugar pada lagu
107
3.6.54 Proses penerapan
Guru mengajarkan semua teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri,
teknik nada sambung, notasi yang dinaikkan, kemudian semua diaplikasikan pada
sebuah lagu.
3.7
Tangga Nada
Tangga nada adalah susunan nada yang teratur dari nada dasar tertentu
sampai oktafnya. Permainan tangga nada ini dilakukan oleh seorang siswa Setelah
mempelajari teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri untuk mengerti
permainan teknik dan nada dasar ketika memainkan sebuah lagu.
Proses penerapan
108
Guru mengajarkan sebuah tangga nada C kepada siswa yang diawali
permainan jari 3 tangan kiri pada senar A dilakukan pada kolom 3 nada C atau do
dan dipetik pada tangan kanan melalui ibu jari (m), dan dilanjutkan pada senar
lepas 4 nada D atau re tetap menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar,
dilanjutkan pada tangan kiri jari 2 dikolom 2 dengan nada E atau mi sama dengan
penjarian ibu jari yang sama pada tangan kanan. Dilanjutkan dengan jari 3 pada
tangan kiri nada F atau fa di senar pada senar A dikolom 3 dengan teknik yang
sama pada tangan kanan, dilanjutkan dengan senar lepas pada nada G atau sol
dengan teknik tangan kanan pada jari telunjuk, dilanjutkan pada senar G dengan
teknik penjarian tangan kiri jari 2 nada A atau la dengan menggunakan jari tengah
sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada senar lepas 5 nada B atau si
dengan menggunakan jari telunjuk sebagai petikan disebuah senar, kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan jari 1 pada senar B kolom 1 dengan jari tengah
pada tangan kanan, kembali dilanjutkan dengan permainan jari 3 tangan kiri pada
senar B dilakukan pada kolom 3 nada D’ atau re” dan dipetik pada tangan kanan
melalui jari jari telunjuk (i), dilanjutkan pada senar lepas E, nada E atau mi yang
menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan jari 1 pada senar E kolom 1 dengan jari telunjuk pada
tangan kanan sebagai petikan, kemudian diakhiri permainan jari 3 tangan kiri pada
senar E dengan nada G’ yang dilakukan pada kolom 3 dan dipetik pada tangan
kanan melalui jari tengah (m), setelah semuanya dimainkan melalui teknik tangan
kanan dan tangan kiri yang menggunakan ke enam senar gitar, jari-jari yang telah
diaplikasikan digunakan kembali secara berurutan pada nada yang semakin
rendah sampai pada penjarian ketiga diawal permaianan tangga nada C mayor.
109
Guru mengajarkan sebuah tangga nada G kepada siswa yang diawali
permainan jari 3 tangan kiri pada senar E dilakukan pada kolom 3 nada G atau do
dan dipetik pada tangan kanan melalui ibu jari (p), dan dilanjutkan pada senar
lepas 5 nada A atau re tetap menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar,
dilanjutkan pada tangan kiri jari 2 dikolom 2 dengan nada B atau mi sama dengan
penjarian ibu jari yang sama pada tangan kanan. Dilanjutkan dengan jari 3 pada
tangan kiri nada C atau fa disenar pada senar A dikolom 3 dengan teknik yang
sama pada tangan kanan, dilanjutkan dengan senar lepas pada nada D atau sol
dengan teknik tangan kanan pada jari telunjuk, dilanjutkan pada senar D dengan
teknik penjarian tangan kiri jari 2 nada E atau la dengan menggunakan jari tengah
sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada senar jari 4 nada Fis atau si
dengan menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar, kemudian
dilanjutkan dengan senar lepas pada senar G dengan jari telunjuk pada tangan
kanan, kembali dilanjutkan dengan permainan jari 2 tangan kiri pada senar G
dilakukan pada kolom 2 nada A’ atau re” dan dipetik pada tangan kanan melalui
jari
jari tengah (m), dilanjutkan pada senar lepas B, nada B atau mi yang
110
menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan jari 1 pada senar B kolom 1 dengan jari tengah pada tangan
kanan sebagai petikan, kemudian dilanjutkan jari 3 tangan kiri pada senar B
dengan nada D’ yang dilakukan pada kolom 3 dan dipetik pada tangan kanan
melalui jari tengah (m), dilanjutkan dengan senar lepas E kemudian jari 2 nada Fis
pada senar E dan diakhiri dengan jari 3nada G pada senar E. Setelah semuanya
dimainkan melalui teknik tangan kanan dan tangan kiri yang menggunakan ke
enam senar gitar, jari- jari yang telah diapklikasikan digunakan kembali secara
berurutan pada nada yang semakin rendah sampai pada penjarian ketiga diawal
permainan tangga nada G mayor.
Siswa diajarkan dengan tangga nada D mayor, diawali dengan memetik
senar D lepas dengan ibu jari (p) dilanjutkan dengan jari 1 nada E dan jari 3 nada
Fis, kemudian siswa memainkan senar lepas dengan jari telunjuk pada senar G
dilanjutkan dengan jari 1 nada A dengan menggunakan jari tengah (m), setelah itu
siwa diajarkan memainkan senar B lepas dilanjutkan dengan jari 2 nada Cis dan
111
jari 3 nada D, kemudian siswa diajarkan memetik senar lepas E dan dilanjutkan
dengan jari 1 nada Fis, jari 2 nada G dan diakhiri dengan jari 4 nada A.
Siswa diajarkan untuk memainkan tangga nada A minor harmonis, diawali
dengan memetik senar A lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, kemudian jari 2
nada B, jari 3 nada C, kemudian siswa memainkan senar D lepas dengan ibu jari
pada tangan kanan, dilanjutkan dengan jari 2 nada E, dan jari 3 nada F, kemudian
pada senar G siwa memetik senar dengan jari telunjuk dan jari 1 pada tangan kiri
nada Gis, kemudian dilanjutkan dengan jari 2 nada A dengan menggunakan jari
tengah (m), setelah itu siswa diajarkan memetik senar B lepas dengan jari tengah
(m), kemudian dilanjutkan dengan jari 1 nada C, jari 3 nada D dan diakhiri dengan
senar lepas pada senar E.
112
Siswa diajarkan untuk memainkan tangga nada A minor melodis, diawali
dengan memetik senar A lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, kemudian jari 2
nada B, jari 3 nada C, kemudian siswa memainkan senar D lepas dengan ibu jari
pada tangan kanan, dilanjutkan dengan jari 2 nada E, dan jari 4 nada Fis,
kemudian pada senar G siswa memetik senar dengan jari telunjuk dan jari 1 pada
tangan kiri nada Gis, kemudian dilanjutkan dengan jari 2 nada A dengan
menggunakan jari tengah (m), setelah itu siswa diajarkan memetik senar B lepas
dengan jari tengah (m), kemudian dilanjutkan dengan jari 1 nada C, jari 3 nada D
dan diakhiri dengan senar lepas pada senar E. Namun memiliki perbedaan
penjarian
saat memainkan tangga nada minor melodis dengan posisi turun
(descending) dikarenakan ketika memainkan minor melodis dengan posisi naik
(ascending) nada ke F dan nada G naik ½ laras, dengan menggunakan jari 4 pada
senar D dan jari 1 pada senar G posisi I pada gitar, namun ketika dimainkan
dengan posisi turun kembali ke minor asli dimana nada F dan G dinetralkan
kembali, nada F yang terdapat pada senar D dipetik dengan jari 3 dan nada G
dengan posisi senar lepas.
113
Siswa diajarkan dengan memetik senar gitar dengan penjarian p, i, m, a
secara berurut, dimana di setiap birama ibu jari (p) berperan sebagai bass yang
dimainkan selama 4 ketuk disetiap birama dan setiap melodi.
114
BAB IV
PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN
INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
4.1
Masalah Dalam Pembelajaran
Banyak ahli mengemukakan pengertian sebuah masalah pembelajaran
praktik instrumen. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara
harapan dengan kenyataan. Ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya
kebutuhan seseorang siswa dalam proses pembelajaran dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak disukai oleh seorang siswa, menurut
penulis masalah akan menimbulkan sebuah kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain.
Masalah belajar yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma adalah suatu
faktor-faktor penghambat yang dialami oleh seorang siswa dan menjadikan
lambatnya kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru secara keseluruhan, permasalahan-permasalahan tersebut
kerapnya terjadi pada seorang guru seperti karakter seorang guru tidak
menyenangkan, kemudian permasalahan kurang tepatnya seorang guru dalam
pemilihan bahan ajar, tidak adanya bagi siswa motivator yang baik dalam
memberikan dorongan. Kondisi tersebut berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berhubungan dengan sebuah lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
seorang murid khususnya di sekolah Chandra Kusuma School.
115
4.2
Permasalahan Faktor-Faktor Internal Belajar
Masalah dari faktor-faktor internal belajar dalam mencapai sesuatu yang
baik dan akan menemukan kendala dalam permasalahan yang merintangi
tercapainya tujuan. Pendidikan seni dan budaya di sekolah Chandra Kusuma juga
memiliki banyak kendala, adapun kendala yang muncul dapat dilihat dari minat
anak terhadap sebuah metode pendidikan praktik instrumen yang didapat seorang
siswa. Kejadian ini kerap terjadi terutama bagi anak yang terlibat dalan
pendidikan seni musik secara aktif, mungkin anak merasa bosan karena ia tidak
menemukan sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Kemudian dari aspek
seorang guru pada sebuah pembelajaran praktik instrumen yang diberikan seorang
guru tidak menimbulkan ketertarikan siswa serta menciptakan suasana yang
menarik dan menyenangkan.
Dalam sebuah interaksi belajar-mengajar siswa merupakan kunci utama
keberhasilan belajar-mengajar selama proses belajar yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Proses belajar merupakan aktivitas dengan bahan belajar, aktivitas belajar
yang dialami oleh siswa sekolah Chandra Kusuma sebagai sebuah proses,
aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru diajarkan kepada siswa
melalui bahan ajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks, siswalah yang
menentukan terjadi atau tidak sebuah pembelajaran. Faktor internal yang sering
dialami oleh seorang siswa yang berpengaruh para proses belajar siswa adalah
faktor jasmani.
116
4.2.1 Permasalahan faktor kesehatan
Permasalahan
faktor
kesehatan
sangat
dibutuhkan
dalam
proses
pembelajaran praktik disekolah Chandra Kusuma School. Sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit.
Kesehatan yang dimaksud penulis adalah keadaan atau kondisi yang sempurna
tanpa suatu kekurangan dari organ tubuh. Kesehatan seorang siswa berpengaruh
terhadap proses pembelajaran, agar seorang siswa dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
4.2.2 Permasalahan faktor intelektual (intelegensi)
Intelektual besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Dalam
situasi yang sama, siswa yang berintelektual tinggi akan lebih berhasil daripada
siswa yang berintelektual rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai
tingkat intelektual yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya, hal ini
disebabkan karena belajar adalah proses yang bukan hanya mengandalkan
intelektual
seorang
pelajar
saja,
tetapi
dengan
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Siswa yang mempunyai tingkat intelektual normal dapat
berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik dan tekun.
4.2.3 Permasalahan perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, sebab jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa maka timbulah kebosanan, sehingga
117
seorang siswa tidak lagi suka untuk mempelajari instrument musik. Perhatian
tersebut dalam mempelajari instrumen musik agar siswa dapat mengingat,
mengulang, mengembangkan serta menerapkan sebuah pembelajaran tanpa
seorang guru.
4.2.4 Permasalahan minat
Minat yang dimaksud penulis adalah sebuah kegiatan yang diminati oleh
seseorang siswa, kemudian diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang untuk mempelajarinya. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran praktik instrumen, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik bagi seorang siswa. Permasalahan tersebut sering
sekali terjadi di sekolah Chandra Kusuma School, seorang siswa sering sekali
mengambil kelas praktik instrumen dan setelah mengambilnya beberapa bulan
kemudian siswa tidak masuk lagi dalam mata pembelajaran tersebut. Hal ini
dikarenakan seorang siswa tidak segan-segan untuk memberhentikan proses
belajar tersebut, dengan alasan siswa hanya melihat dan mendengar suara
instrumen yang indah, tetapi ketika mendapat kesulitan dalam memainkan siswa
tidak ingin mempelajarinya. Terlebih lagi persoalan siswa tidak hanya pada
kesulitan ketika mempelajari instrumen musik, tetapi minat orang tua yang
tertarik pada satu jenis instrumen tertentu, dimana menjadi tugas seorang anak
tanpa memikirkan minat si anak lebih tertarik pada instrumen yang lain.
Kemudian permasalahan siswa yang menganggap dapat memainkan semua
instrumen yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma School. Melihat teman
118
bermain biola, anak ingin bermain biola, melihat teman bermain drum, anak ingin
bermain drum, melihat teman bermain gitar anak ingin bermain gitar. Masalah
tersebut dikarenakan siswa tidak memperoleh kepuasan dari setiap pelajaran
instrumen. Akibatnya anak tidak pernah bisa mempelajari instrumen dengan baik
dan terampil dikarenakan belum sampai kepada tingkat yang lebih tinggi dan sulit
namun anak sudah beralih ke instrumen yang lain.
4.2.5 Permasalahan bakat
Bakat adalah sebuah kemampuan untuk belajar. Bakat yang dimaksud oleh
penulis adalah kemampuan seorang siswa dalam memainkan instrumen musik
melalui sebuah bahan ajar melalui sebuah notasi. Namun persoalan bakat tidak
menjadi yang utama, keuletan dan ketekunan mengulang, mempelajari, melatih
sebuah instrumen dengan tekun menjadi hal utama yang harus didasari seorang
siswa dalam mempelajari praktik instrumen musik. Hanya saja, persoalan siswa
atau pelajar yang berbakat lebih cepat menerapkan dan mengembangkan dalam
mempelajari praktik instrumen. Permasalahannya, anak yang memiliki bakat lebih
terkadang cepat mengambil keputusan tanpa mengkonsultasikannya terhadap
seorang guru. Akibatnya anak akan mengalami banyak kesulitan karena tidak
memiliki trik untuk mengatasi sebuah permasalahan yang terdapat pada bahan
praktik. Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika
bahan pelajaran yang sesuai dipelajari siswa dan mendengar nasehat dari seorang
guru dengan sebuah bakat, maka hasil belajarnya lebih baik, karena siswa senang
belajar dan lebih terarah serta seorang siswa akan lebih giat lagi dalam belajar
praktik instrumen gitar disekolah Chandra Kusuma. Terlebih lagi orang tua yang
119
mengekang seorang anak untuk mempelajari instrumen karena pemikiran terhadap
bidang musik tidak menjanjikan dimasa depan.
4.2.6 Permasalahan kesiapan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seorang
siswa. Dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran
praktik instrumen musik. Kematangan yang dimaksud oleh penulis adalah Anak
yang sudah siap (matang). Melalui fisik seperti sebuah jari, panjangnya tangan,
kemudian pemikiran yang penting dalam sebuah proses pembelajaran akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Permasalahan yang sering terjadi
disekolah Chandra Kusuma School terhadap orang tua yang sering sekali
membuat anaknya mempelajari praktik instrumen musik di usia yang sangat muda
sehingga daya tangkap anak kurang begitu baik, dikarenakan anak belum
mengerti sama sekali dengan usia seorang anak yang lebih tertarik bermain.
Kemudian persoalan tubuh yang masih begitu kecil ketika mempelajari instrumen
gitar sampai ukuran instrumen terkecil juga tidak dapat standarisasi dengan anak
yang mepelajari di usia muda.
4.2.7 Permasalahan rasa percaya diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan diri seorang siswa bertindak untuk
sebuah keberhasilan memainkan alat musik. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul berkat adanya sebuah lingkungan yang berkompetisi
dengan baik. Dalam proses belajar praktik instrumen siswa sekolah Chandra
Kusuma, prestasi merupakan tahap pembuktian yang diakui oleh guru. Semakin
120
siswa sering mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya
dirinya akan meningkat, namun apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan
merasa lemah percaya dirinya. Permasalahan percaya diri tidak hanya terletak
pada sebuah prestasi, kurangnya perhatian orang tua, alat yang kurang baik
dimiliki siswa dan ejekan dari teman-teman disekitar membuat siswa tidak ingin
tampil di depan teman-temannya sehingga mengakibatkan anak kurang merasa
percaya diri memainkan instrumen. Hal ini mengakibatkan kurang baiknya proses
pembelajaran pada praktik instrumen, kemudian munculnya grogi (nervous) siswa
saat tampil di panggung ketika melakukan sebuah pertunjukan.
4.2.8 Permasalahan disiplin waktu
Kebiasaan-kebiasaan
buruk
belajar
siswa
akan
mempengaruhi
kemampuannya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh
guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa ; baru akan belajar serius pada akhir
semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah
hanya untuk gengsi, datang terlambat bergaya pemimpin. Kebiasaan-kebiasaan
tersebut dikarenakan oleh siswa yang kurang paham dengan arti belajar bagi diri
sendiri, akibatnya siswa-siswi akan tertinggal dalam proses praktik pembelajaran
instrumen musik, kemudian kebiasaan siswa yang selalu tidur di pagi hari
membuat siswa ketika mempelajari instrumen mengantuk saat guru mengajar.
Permasalahan ini diluar pengetahuan seorang guru, dan permasalahan ini adalah
persoalan terhadap orang tua yang harus memperhatikan kegiatan anaknya dalam
mempelajari instrumen musik.
121
4.2.9 Permasalahan faktor kelelahan
Kelelahan pada seorang siswa sering sekali terjadi disekolah Chandra
Kusuma School, hal ini dikarenakan banyaknya mata pelajaran yang diambil
siswa pada satu hari, serta menempatkan pelajaran instrumen musik diakhir
jadwal mata pelajaran. Akibatnya siswa akan lelah dan kurang berkonsentrasi
terhadap sebuah pembelajaran praktik instrument. Faktor kelelahan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kebiasaan siswa, sehingga
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan (borring), sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian
kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah
otak kehabisan daya untuk bekerja.
4.2.10 Permasalahan motivasi belajar
Dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan
semangat pada siswa untuk pembelajaran praktik instrumen gitar, karena seorang
siswa memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat; pasti akan tetap
ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka semangat
seorang siswa harus dipelihara secara terus menerus.
Motivasi belajar merupakan hal pendorong terjadinya proses belajar.
Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar, selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
122
4.3
Permasalahan Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Proses belajar yang didorong sebuah motivasi dari dalam diri seorang
siswa menjadi sebuah faktor yang penting dalam pembelajaran, kemudian
lingkungan siswa yang mendukung akan menjadi sangat baik dalam proses
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan pesat apabila
program pembelajaran disusun dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan seorang
siswa. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan untuk mencerdaskan
siswa dalam mempelajari sebuah bidang. Seorang guru di sekolah merupakan
faktor eksternal dalam proses pembelajaran praktik instrumen tersebut. Ditinjau
dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar seorang siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai
berikut:
4.3.1 Permasalahan kesejahteraan guru
Guru adalah tenaga pengajar yang mendidik. Seorang guru tidak hanya
mengajar sebuah
bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga
menjadi pendidik bagi pemuda-pemudi generasi bangsa. Guru yang mengajar
adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi
tertentu, guru juga menghadapi masalah terhadap kehidupan sehari-hari dengan
penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan hidup layak
sebagai seorang pribadi guru sempurna terhadap sebuah tugas. Tuntutan hidup
layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Guru juga
menumbuhkan rasa percaya diri secara profesional, ia bekerja dan bertugas
123
mempelajari profesi guru sepanjang hayat, mengatasi masalah-masalah keutuhan
secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan
sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut
merupakan keberhasilan di Chandra Kusuma School kepada seorang siswa.
4.3.2 Masalah sarana dan prasarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan
olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas sekolah dan
berbagai media pengajaran yang lainnya. Lengkapnya prasarana dan sarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, hal itu tidak berarti
bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya
proses pembelajaran praktik instrumen yang baik. Justru disinilah timbul masalahmasalah bagaimana mengelola (manage) prasarana dan sarana pembelajaran
sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik. Prasarana dan sarana
dalam proses pembelajaran siswa sering sekali tidak sesuai dengan keinginan;
seperti alat yang kurang, atau instrumen yang sudah rusak, menjadikan proses
pembelajaran instrumen gitar kurang begitu baik.
4.3.3 Masalah kebijakan penilaian
Kebijakan penilaian merupakan hasil dari proses belajar untuk mencapai
puncaknya pengetahuan pembelajaran praktik instrumen, hasil belajar siswa atau
hasil kerja keras siswa. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru, dengan demikian
hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi seorang
124
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif dan psikomotor. Hasil belajar
dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika
digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar
guru selesai. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi
siswa dan mengajar ulang bagi seorang guru. Sekolah Chandra Kusuma
memberikan penilaian secara angka dan deskriptif melalui hal yang sering
dilakukan siswa-siswi dalam proses pembelajaran kemampuan dan tidak
kemampuan siswa mempelajari sebuah instrumen, semua penilaian diberikan
kepada orang tua yang berbentuk bahasa Inggris. Hal ini dilakukan agar para
orang tua mengetahui apa yang dilakukan anaknya dalam pembelajaran dan
ketidakmampuan anak pada proses pembelajaran praktik instrumen gitar.
4.3.4 Masalah kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu, jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum
yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang dimaksud oleh penulis
adalah kurikulum yang dipakai dalam proses pembelajaran praktik instrumen gitar,
melalui sebuah reportoar dalam bentuk notasi balok. Sekolah Chandra Kusuma
memakai sebuah kurikulum secara Internasional, yang diujikan sesuai dengan
kesiapan siswa untuk maju mengikuti ujian siswa. Permasalahan sebuah
125
kurikulum adalah pada seorang guru yang kurang teliti menjalankan serta
menerapkan sebuah kurikulum dengan baik. Akibatnya pembelajaran praktik
instrumen kurang sesuai dengan sebuah kurikulum pembelajaran. Terlebih
seorang guru tidak mengerti persoalan tujuan dari sebuah kurikulum
mengakibatkan anak susah berkembang. Permasalahan sebuah kurikulum sekolah
Chandra Kusuma adalah persoalan seorang guru dengan sebuah penerapan, tidak
sedikit guru yang mengerti akan persoalan tujuan dari sebuah
kurikulum,
kemudian ketika menerapkan sebuah kurikulum untuk diujiankan guru tidak
mengerti apa yang harus dilatih sebelum anak memainkan bahan yang akan
diujiankan.
4.3.5 Masalah metode
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula, akibatnya siswa malas atau kurang semangat dalam
proses belajar. Permasalahan sebuah metode mengajar seorang guru sering sekali
tanpa sebuah tujuan kurikulum, sering sekali guru menyampaikan sebuah
pembelajaran yang tidak mengerti hasil akhir dari sebuah pembelajaran; seperti
pembelajaran yang tidak bertahap, melompat dan tidak sesuai dengan kemampuan
seorang siswa. Akibatnya seorang siswa tidak dapat mengikuti sebuah proses
pembelajaran.
126
4.3.6 Masalah mengajar
Permasalahan mengajar, sering sekali seorang guru menjadi penghambat
dalam proses belajar-mengajar seperti guru telat masuk pada mata pelajaran
praktik instrumen gitar, kemudian permasalahan tidak memiliki bahan yang sama
antara siswa dengan siswa yang lainnya ketika mempelajari instrumen gitar. Hal
ini menjadi sebuah permasalahan pada pembelajaran gitar melalui sebuah
pengajaran yang diberikan oleh seorang guru.
4.3.7 Masalah pengarahan
Permasalahan-permasalahan pengarahan yang dilakukan seorang guru
dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi proses belajar-mengajar
sangat menjadi persoalan di Chandra Kusuma School, khususnya pada
pembelajaran praktik instrumen musik. Kurangnya guru ber’orientasi terhadap
pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, menjadikan siswa tidak
mengenal bahan yang akan dipelajari. Kemudian guru yang hanya mengajar siswa
melalui sebuah contoh tanpa menjelaskan teknik ketika mempelajari instrumen
gitar, terlebih lagi guru memberikan bahan ajar (repertoar) yang tidak sesuai
dengan kemampuan siswa, mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalm
pembelajaran praktik instrumen gitar.
4.3.8 Masalah isi dan urutan materi
Dalam membuat rencana pengajaran pembelajaran (RPP), guru sekolah
Chandra Kusuma memiliki masalah dalam menyusun isi dan urutan bahan
pelajaran, sering sekali guru kurang menguasai materi dalam pembelajaran praktik
127
instrumen gitar melalui sebuah bahan ajar (Reportoar). Kemudian materi yang
disajikan tidak relevan dengan tujuan yang mengakibatkan siswa bingung karena
dianggap teknik yang diajarkan guru tidak tepat dengan bahan yang sedang
dipelajari seorang anak. Terlebih sebuah materi yang diberikan seorang guru
sangat luas, akibatnya anak tidak akan menemukan tujuan dari sebuah
pembelajaran. Kemudian persoalan guru kurang mampu dalam menyesuaikan
penyajian bahan dengan waktu anak yang akan mengikuti sebuah ujian instrumen.
4.4
Masalah Lingkungan
Permasalahan dalam sebuah lingkungan sangat mempengaruhi lancarnya
sebuah pembelajaran praktik instrumen gitar. Hal ini sering sekali terjadi disebuah
areal sekolah dan halaman rumah yang begitu ramai sehingga menimbulkan
sebuah keributan, suara bising dari orang yang lalu-lalang, suara kendaraan di
area komplek Cemara Asri, banyaknya orang yang datang ke area tersebut
menjadi sebuah persoalan untuk kelangsungan praktik instrumen bagi seorang
siswa, permasalahannya adalah minat seorang siswa tidak ingin melatih kembali
apa yang telah dipraktikkan dengan seorang guru dikarenakan gangguan tersebut,
akibatnya siswa tidak akan melakukan kegiatan praktik, sebaliknya ia akan
mencari teman untuk cerita atau bermain dengan menghabiskan waktu.
4.5
Masalah Orangtua
Permasalahan pada orangtua adalah sebuah permasalahan yang cukup
kompleks. Tidak sedikit para orangtua yang ingin anaknya cepat dalam
mempelajari instrumen khususnya gitar. Namun permasalahannya adalah
128
dukungan dari orangtua tidak terjadi pada seorang anak. Banyaknya para orangtua
yang menganggap anaknya mahir dalam memainkan sebuah instrumen
dikarenakan anak telah dapat bermain sebuah lagu dengan instrumen tanpa
memikirkan keberlanjutan anak dengan instrumen tersebut. Terlebih pada
keinginan orangtua yang ingin anaknya mempelajari semua alat musik tanpa
memikirkan banyaknya mata pelajaran yang diambil seorang anak. Kesibukan
orangtua bekerja menjadikan mereka tidak ingin anaknya hanya di rumah
menghabiskan waktu, sehingga para orangtua membuat anak-anak mereka les
tambahan untuk menghabiskan waktu sebelum orangtua pulang bekerja tanpa
memikirkan persoalan anak dengan praktik instumen yang sedang dipelajari
seorang anak. Permasalahan-permasalahan ini menjadi hal yang harus di mengerti
orangtua dalam proses pembelajaran gitar disekolah Chandra Kusuma. Agar para
orangtua dapat menempatkan posisi menjadi seorang motivator bagi anak-anak
mereka serta menjadi partner terhadap sebuah pembelajaran anak, khususnya
pembelajaran gitar.
129
4.6
Permasalahan Lagu “Here, There and Everywhere” Kurikulum
ABRSM
130
Lagu memiliki sebuah struktur seperti (intro) mengawali sebuah lagu,
(Verse) menjembatani untuk sebuah refren, (Chorus) disebut juga dengan reff,
(Bridge) sebuah jembatan untuk memasuki sruktur lagu, (interlude) bagian yang
dimainkan istrumen jarang sekali dengan suara/vocal, (Ending) bagian penutup
dari sebuah lagu.
Lagu Here, There and Everywhere, keseluruhan terdiri dari 29 birama,
yang diawali sukat 4/4 yang terdiri dari:

Intro terdapat pada birama pertama sampai birama ketiga (bar 1 –
bar 3)

Verse terdapat pada kamar II, birama 11 ketukan ke 3 dan 4

Chorus terdapat pada birama 13 sampai pada birama 17 ketukan ke
2

Bridge terdapat pada satu birama melainkan terdiri dari ketukan
pada birama 3 ketukan 3 – 4, untuk mengawali sebuah lagu, birama
12 ketukan 4 untuk mengawali sebuah reffrein, birama 24 ketukan
ke 3 untuk sebuah penghabisan lagu

Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)

Ending terdapat pada birama 25 ketukan ke 4 (up) samapai pada
birama 29
131
4.6.1 Permasalahan proses penerapan birama 4 sampai birama 6
Guru mengajarkan murid teknik tangan kanan pada petikan dan tangan kiri
pada penjarian yang dilakukan melalui birama 4 sampai birama 6 dengan teknik
tirando, dimana pada birama 4 murid memainkan posisi III yang teletak pada jari
1 nada D, kemudian dilanjutkan kembali dengan jari posisi 1 yang terletak pada
jari 2 nada G.
4.6.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 dan birama 8
Guru mengajarkan teknik tangan kanan dan tangan kiri pada penjarian
yang memiliki teknik nada sambung, jari telunjuk dan posisi 2 yang dilakukan
siswa pada proses pembelajaran dan diawali dari birama 7 dan 8. Diawali dengan
murid memainkan posisi II yang terletak pada nada A senar 3 kemudian
dilanjutkan dengan jari 3 pada senar A.
132
4.6.3 Permasalahan proses penerapan birama 9 sampai birama 11
Guru mengajarkan 3 buah posisi yang berbeda serta penjarian pada siswa
yang diawali dengan murid memainkan posisi I nada C jari 1, kemudian menuju
ke posisi IV yang terletak pada nada F# di senar B, kemudian posisi II jari 1 nada
A pada senar G.
4.6.4 Permasalahan proses penerapan birama 13 sampai birama 15
Pada birama 13 terdapat modulasi, dari nada dasar D ke nada dasar Bes,
murid diajarkan dengan posisi I pada lagu yang terdapat modulasinya, hal ini
dikarenakan supaya siswa lebih memahami bagaimana memainkan posisi I bukan
hanya di nada dasar yang sama.
133
4.6.5 Permasalahan proses penerapan birama 16 sampai birama 19
Birama 13 merupakan “jembatan” nada menuju ke nada dasar semula,
murid diajarkan memainkan posisi I pada birama 13 dan juga posisi III pada
birama 14 tetapi dengan nada dasar yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan
posisi III dan posisi II seperti yang telah di jelaskan pada birama V.
4.6.6 Permasalahan proses penerapan birama 27 sampai birama 29
Birama 24 sampai 26 merupakan akhir dari lagu Here there and
everywhere, penjarian yang digunakan siswa adalah posisi II, lagu Here there and
everywhere lebih banyak menggunakan posisi II dan III dikarenakan tuntutantuntutan nada yang lebih nyaman, dimainkan selain di posisi I.
134
4.7
Permasalahan Lagu “Ode to Joy” Kurikulum ABRSM
Lagu Ode to joy, keseluruhan terdiri dari 15 birama, yang bermain
dengan nada dasar G mayor diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :

Intro, tidak terdapat pada lagu Ode to joy, yang dimainkan langsung dengan
melodi dasar

Verse terdapat pada birama 7, yang kembali pada akor I, bukan pada akord V
atau V7

Chorus terdapat pada birama 8 sampai pada birama 11 tetapi terdapat sebuah
penahanan nada (suspensi) sampai pada birama selanjutnya atau birama 12
ketukan pertama
 Bridge tidak terdapat pada lagu Ode to joy
135
 Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)

Ending terdapat pada birama 12 ketukan ke 2 sampai pada birama 15
4.7.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 4
Pada lagu ode to joy memiliki pebedaan dengan lagu Here there and
everywhere secara teknik, dimana penjarian tangan kanan ibu jari (p), siswa
diajarkan untuk memainkan bass dan melodi dalam posisi I, dan lamban legato
pada bass, penjarian yang digunakan adalah jari tengah (m) dan jari telunjuk (i),
seperti yang terlihat dalam birama 1, dalam penjarian tangan kiri semua penjarian
diajarkan pada lagu ini, seperti jari 4 yang terlihat pada birama 1 ketukan ke 4.
4.7.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 10
Pada birama 9 sampai birama 12 yang paling utama diajarkan pada siswa
adalah tanda kromatis, seperti yang terlihat pada birama 11 nada Dis pada senar D
dengan menggunakan jari 1, jika diperhatikan nada C pada birama 11 sengaja
mneggunakan jari 2, yang pada dasarnya menggunakan jari 1 senar B, namun
136
guru mengajarkan jari 2 pada senar G, dikarenakan tuntutan nada Dis yang
terdapat pada ketukan selanjutnya.
4.8
Permasalahan Lagu “Nel Cor Piu Non Mi Sento” Kurikulum ABRSM
Lagu nel cor piu non mi sento, keseluruhan terdiri dari 20 birama,
yang diawali sukat 6/8 yang terdiri dari:
137
 Intro tidak terdapat pada lagu nel cor piu non mi sento terdapat pada lagu tetapi
memiliki sebuah okmat pada nada A
 Verse terdapat pada kamar birama 8 ketukan ke 2 dan ketukan 3-5 berhenti
kemudian dilanjutkan dengan okmat
 Chorus terdapat pada birama 8 ketukan kelima sampai pada birama 14 ketukan
ke 3
 Bridge tidak terdapat pada lagu ini
 Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)
 Ending terdapat pada birama 14 ketukan ke 6 sampai pada birama 20
4.8.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 2
Pada lagu nel cor piu non mi sento siswa diajarkan dengan birama 6/8,
dimana nada A merupakan melodi awal lagu, yang dimainkan dengan jari 4
dengan jari tengah (m), dikarenakan nada selanjutnya Fis yang menggunakan jari
1.
4.8.2 Permasalahan proses penerapan birama 3 sampai birama 4
138
Siswa diajarkan dengan jari tengah (m), jari telunjuk (i), dan jari manis (a)
pada birama 2 ketukan ke 3 sampai birama 4 ketukan ke 3 dengan menggunakan
posisi III dan posisi V. Siswa diajarkan dengan posisi yang lebih sulit, bukan
berarti tidak dapat dimainkan dengan posisi 1, agar siswa lebih mengenal dengan
penjarian-penjarian selain di posisi I.
4.8.3 Permasalahan proses penerapan birama 5 dan birama 6
Siswa diajarkan dengan posisi III, banyak variasi posisi dalam lagu ini,
pada birama 6 ketukan ke 4 merupakan posisi III.
4.8.4 Permasalahan proses penerapan birama 8 sampai birama 9
139
Pada birama 9 ketukan ke 6 siswa diajarkan kembali menggunakan posisi
4, dan terdapat kromati dalam birama 10, selanjutnya siswa diarahkan kembali
untuk memainkan posisi II dengan nada G jari 2 pada tangan kiri.
4.8.5 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 14
Pada biarama 11, terdapat 2 penjarian yang sama pada jari telunjuk (i),
siswa diajarkan dengan teknik itu supaya siswa tahu tidak selamanya penjarian
tangan kanan harus berganti-ganti, namun ada harus tetap memainkan penjarian
yang sama.
Sama halnya dengan birama 11 siswa diajarkan memainkan penjarian
tangan kanan yang berurut, hanya saja nada yang berganti dan posisi penjarian.
140
Siswa kembali diajarkan dengan nada yang menggunakan tanda kromatis
dengan posisi II, dan mengajarkan aplikasi tanda permata seperti yang terlihat
pada birama 14.
4.8.6 Permasalahan proses penerapan birama 17 sampai birama terakhir
Pada birama 16 ketukan ke 6 sampai birama 18 siswa diingatkan kembali
dengan penjarian yang telah di bahas di awal lagu dikarekan supaya siswa tidak
lupa dengan penjarian-penjarian sebelumnya apabila dihadapkan dengan penjarian
yang baru.
Birama 18 ketukan ke 6 sampai birama 20 merupan melodi terakhir pada
lagu yang tetap dimainkan dengan posisi yang sama pada awal lagu. Lagu ini
tidak memakai penjarian ibu jari(p), namun guru berfungsi sebagai pengiring
untuk melodi yang dimainkan siswa.
141
BAB V
SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN INSTRUMEN GITAR DI
CHANDRA KUSUMA SCHOOL
5.1
Solusi Dalam Pembelajaran
Solusi pembelajaran yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma sebaiknya
dilakukan melalui faktor-faktor pendukung yang dialami oleh seorang siswa yang
sangat penting diperhatikan oleh sebuah sekolah maupun terhadap seorang guru
agar terjadinya proses belajar yang baik dalam mempelajari praktik instrumen
gitar.
Dalam proses pembelajaran adanya Figur sebagai seorang guru menjadi
ujung tombak kesuksesan dalam pembelajaran khususnya di sekolah Chandra
Kusuma School, karena maju mundurnya pembelaajran terletak di tangan seorang
guru. Dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital
dan penting. Demikian halnya dalam pengembangan pembelajaran praktik
instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Fungsi kontrol dari seorang guru ini
terletak ditangan seorang guru yang membuat posisi seorang guru tetap penting
dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran praktik instrumen gitar.
5.2
Solusi Permasalahan Faktor-Faktor Internal Belajar
Solusi dari faktor-faktor internal dalam sebuah pembelajaran untuk
mencapai sebuah tujuan dari hasil proses belajar. Minat terhadap sebuah metode
yang baik sangat diperlukan dalam sebuah pembelajaran agar siswa tidak merasa
142
bosan. Metode tersebut sebaiknya harus dimengerti oleh seorang guru agar ketika
seorang guru menyampaikan sebuah metode kepada seorang siswa, seorang guru
akan menimbulkan ketertarikan dan suasana yang menyenangkan, kemudian dari
aspek seorang guru pada sebuah pembelajaran praktik instrumen yang diberikan
Kemudian interaksi belajar-mengajar siswa merupakan kunci utama
keberhasilan selama proses belajar yang dilakukan oleh guru dan murid. bahan
belajar yang dapat dimengerti seorang siswa yang disampaikan oleh seorang guru.
Proses belajar menjadikan interaksi antara guru dan siswa menjadikan sebuah
pembelajaran saling mengisi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Faktor jasmani seorang siswa sangat penting menjadi sebuah perhatian seorang
guru, sekolah dan juga para orangtua dalam proses pembelajaran khususnya
pembelajaran praktik.
5.2.1 Solusi permasalahan faktor kesehatan
Solusi dari sebuah permasalahan faktor kesehatan sangat dibutuhkan
dalam proses pembelajaran praktik instrumen di Chandra Kusuma School. Hal ini
dikarenakan tidak semua anak lahir dalam keadaan yang sempurna. Kekurangan
anak melalui sebuah fisik yang kurang lengkap, maupun autisme tidak pernah
diinginkan para orang tua. Maka dalam hal ini sekolah Chandra Kusuma
mengkelompok anak-anak yang kurang mampu mengikuti pelajaran praktik
instrumen melalui fisik yang kurang sempurna, atau hal lainnya. Tujuan
pengelompokan tersebut dilakukan sekolah agar siswa yang memiliki kemampuan
tidak merasa terganggu dan siswa yang memiliki kekurangan dapat belajar dengan
143
santai sesuai dengan keinginan siswa yang kurang sehat terhadap fisik maupun hal
lainnya.
5.2.2 Solusi permasalahan faktor intelektual (inteligensi)
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Dalam
situasi yang sama, siswa yang berintelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada
mereka yang berintelegensi rendah. Dalam hal ini Chandra Kusuma School
melihat anak yang berkemampuan tinggi diberikan pengajaran individual yang
dilakukan antara seorang guru dan murid (face to face), kemudian sekolah juga
terkadang mengelompokan anak-anak yang berkemampuan tinggi diberikan
bahan ajar tambahan yang diambil dari lagu untuk dilatih dirumah, agar anak
tidak merasa membuang waktu dan bahan tersebut akan dipertunjukan diacara
sekolah maupun acara di luar sekolah.
5.2.3 Solusi permasalahan perhatian
Dalam hal ini peran penting guru menguasai bahan yang dijadikan sebuah
konsep dalam penyajian sangat penting dilakukan, agar seorang siswa dalam
melakukan kegiatan praktik instrumen gitar tidak merasa kesulitan, kemudian
guru harus memiliki pengetuhan, penguasaan bahan ajar, teknik, serta
penyampaian yang baik agar seorang siswa tertarik dan memusatkan perhatiannya
terhadap seorang guru dikarenakan hal ini menarik.
144
5.2.4 Solusi permasalahan minat
Permasalahan minat penting terhadap sebuah pembelajaran instrumen gitar.
Chandra Kusuma School mempertunjukan sebuah permainan segala instrumen
kepada siswa dengan membuat sebuah pertunjukan baik dilakukan seorang guru
maupun dilakukan seorang siswa, kemudian membuat sebuah klinik musik
kepada siswa yang ingin mempelajari instrumen, dengan menyediakan berbagai
pilihan instrumen. Kemudian siswa dapat mencoba memainkan istrumen yang
dibantu instruktur yang berkompetesi dibidang instrumen masing-masing. Setelah
membuat sebuah pertunjukan dan klinik, kemudian siswa yang ingin belajar
mengisi sebuah formulir dan esok harinya berjumpa dengan guru praktik
instrumen. Guru praktik instrumen mengaudisi sebelum menerima siswa
mempelajari instrumen. Hal ini dilakukan agar siswa yang mempelajari instrumen
musik di sekolah Chandra Kusuma benar-benar berminat akan sebuah instrumen
dan melihat sejauh mana keinginan anak mempelajari instrumen tersebut.
5.2.5 Solusi permasalahan bakat
Permasalahan anak yang berbakat akan menjadi sebuah masalah jika
seorang guru tidak mengawasi anak yang memiliki bakat dalam bermain musik.
Hal ini terlihat pada pemilihan reportoar pembelajaran, anak yang berbakat akan
selalu memilih bahan yang lebih sulit dari teman-temannya, persoalannya adalah
bahan yang diambil seorang anak terlalu ketinggian dalam hal ini seorang guru
harus mengawasi anak ketika memainkan bahan dan pemilihan bahan dalam
mempelajari instrumen gitar. Kemudian persoalan orang tua yang menahan bakat
anaknya terhadap sebuah pembelajaran instrumen musik, menjadi sebuah masalah
145
bagi seorang guru untuk menjelaskan kemampuan anak dan bakat yang dimiliki
seorang anak kepada orang tua maupun wali siswa.
5.2.6 Solusi permasalahan kesiapan
Permasalahan kesiapan guru harus dapat menjelaskan terhadap orangtua
agar dapat menahan seorang anak untuk mempelajari instrumen di usia yang
sangat muda dengan alasan tubuh yang masih kecil berhubungan dengan ukuran
instrumen yang akan dipelajari anak kurang sesuai ukuran. Kemudian persoalan
alat yang lengkap untuk mempelajari instrumen khususnya instrumen gitar.
5.2.7 Solusi permasalahan rasa percaya diri
Sekolah Chandra Kusuma memiliki banyak siswa yang sangat berprestasi.
Kebiasaan siswa sekolah Chandra Kusuma, jika salah satu menonjol terhadap
sebuah bidang, akan diakui oleh teman-teman siswa lainnya bahwa anak tersebut
berkompetensi dibidangnya. Hal ini menjadi sebuah budaya di sekolah tersebut
yang mengakibatkan jika seorang anak yang lain ingin mendalami dan ingin
menonjol dalam satu bidang anak yang lain akan mengejeknya. Permasalahan ini
harus menjadi sebuah permasalahan bagi seorang guru bukan hanya terhadap
orang tua. Seorang guru harus melakukan doktrin kepada seorang siswa yang baru
saja mendalami sebuah bidang ilmu agar tidak mendengar ejekan maupun sindiran
dari teman-teman. Kemudian solusi ketika anak yang mengalami grogi dalam
mengikuti sebuah pertunjukan seorang guru harus benar-benar menyiapkan anak
melalui bahan yang akan dipertunjukan, kemudian sebelum melakukan
pertunjukan orangtua dan seorang guru harus memberikan semangat kepada
146
seorang murid yang akan tampil, serta membuat penampilan-penampilan kecil
sebelum pertunjukan dilaksanakan.
5.2.8 Solusi permasalahan disiplin waktu
Kebiasaan buruk ini harus diatasi dengan melibatkan sekolah Chandra
Kusuma, guru dan para orangtua. Sekolah chandra Kusuma di akhir semester
sering sekali mempertemukan siswa, guru dan orangtua untuk sebuah pertunjukan
kecil yang dilakukan seorang anak. Kemudian membagikan laporan yang
berbentuk rapot. Penilaian yang diberikan kepada seorang guru berbentuk nilai
dan deskripsi. Kemudian guru diberi waktu untuk berbicara kepada orangtua
untuk menjelaskan prilaku, permainan, kecerdasan serta keseharian ketika
mempelajari instrumen musik khususnya gitar. sebaliknya orangtua juga dapat
memberitahu kegiatan anaknya dirumah ketika anaknya mengulang pelajaran
tersebut dirumah. Melalui hal ini seorang anak tidak dapat bermain ketika proses
belajar-mengajar praktik instrumen musik berlangsung, dikarenakan kebanyakan
siswa-siswi di Chandra Kusuma School takut terhadap orangtuanya.
5.2.9 Solusi permasalahan faktor kelelahan
Solusi ketika seorang anak kelelahan menjadi permasalahan yang cukup
penting karena sangat mengganggu proses belajar-mengajar. Permasalahan ini
terjadi ketika praktik instrumen terjadwal dipelajaran akhir. Dalam hal ini guru
harus dapat mencari fokus siswa dengan cara mengajak siswa bercerita sedikit
tentang
kesukaannya
bermain
maupun
kegiatan-kegiatan
siswa
yang
147
menyenangkan, kemudian ketika seorang siswa sudah mulai semangat seorang
guru kembali melajutkan praktik.
5.2.10 Solusi permasalahan motivasi belajar
Solusi untuk sebuah motivasi siswa terhadap proses pembelajaran, seorang
guru dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari
ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya kegunaan sebuah ilmu dan betapa
besarnya ganjaran bagi orang yang tidak menuntut ilmu, maka siswa akan merasa
haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat
siswanya merasa membutuhkan ilmu, bila seseorang merasa membutuhkan ilmu
maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri, sehingga semangat
siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses
belajar praktik instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma
5.3
Solusi Permasalahan Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Mendidik seorang anak dibutuhkan pengalaman yang baik serta
pengetahuan terhadap bidang yang ingin dipelajari anak khususnya pada
instrumen gitar. Seorang pendidik juga harus memiliki talenta untuk memotivasi
anak pada pembelajaran. Motivasi yang diberikan seorang guru kepada siswa
menjadi
sebuah
faktor
yang
penting
dalam
pembelajaran.
Kemudian
permasalahan lingkungan siswa, aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan
pesat apabila program pembelajaran disusun dengan baik oleh seorang guru yang
sesuai dengan kebutuhan seorang siswa. Permasalahan-permasalahan tersebut jika
148
diatasi oleh seorang guru, sekolah dan para orangtua akan menjadi sebuah solusi
dari faktor-faktor eksternal dalam pembelajaran gitar melalui :
5.3.1 Solusi permasalahan kesejahteraan guru
Solusi permasalahan seorang guru disekolah Chandra Kusuma tidak begitu
berpengaruh. Sekolah Chandra Kusuma menyediakan tunjangan hari besar,
kemudian di akhir tahun pembelajaran setiap guru mendapatkan tunjangan
berbentuk barang dan uang. Sekolah Chandra Kusuma memberikan gaji kepada
seorang guru cukup besar dibanding sekolah-sekolah yang lain. Dalam
permasalahan ini guru disekolah Chandra Kusuma tidak memiliki sebuah
permasalahan kesejahteraan bagi seorang guru khususnya pada guru praktik
instrumen musik.
5.3.2 Solusi permasalahan sarana dan prasarana pembelajaran
Sekolah Chandra Kusuma tiap bulannya melihat kekurangan dari segala
sarana dan prasarana, baik pada alat musik yang sudah rusak maupun ruangan
dengan fasilitasnya. Terlebih lagi sekolah Chandra Kusuma menambah alat musik
diawal tahun pembelajaran baru. Alat-alat musik yang sudah rusak, diperbaiki
oleh orang yang berkompetensi terhadap bidang instrumen masing-masing,
terlebih lagi sekolah Chandra Kusuma menyediakan alat-alat musik untuk siswa
yang belum yakin serius terhadap pembelajaran instrumen, dapat meminjam alatalat musik tersebut dipakai untuk pembelajaran dan ketika anak sudah menyukai
alat tersebut anak dapat membeli disekolah maupuin diluar sekolah.
149
5.3.3 Solusi permasalahan kebijakan penilaian
Sekolah Chandra Kusuma melatih siswa sebelum ujian berlangsung,
kemudian sekolah tersebut membuat pra ujian kepada siswa untuk mengujikan
terlebih dahulu yang dinilai dari seorang guru yang berkompeten di bidang
instrumen. Sekolah Chandra Kusuma juga membuat ujian susulan kepada siswa
yang gagal untuk ujian, tetapi tidak pada pelajaran seni musik khususnya praktik
instrumen dikarenakan ujian yang dilakukan siswa terlepas dari sebuah sekolah,
secara Internasional yang bertempat di hotel J.W Mariott. Maka dalam hal ini
sekolah harus benar-benar mempersiapkan anak untuk mengikuti ujian dengan
kesiapan yang benar-benar baik.
5.3.4 Solusi permasalahan kurikulum
Solusi permalasahan sebuah kurikulum menurut penulis terdapat pada
seorang guru yang menerapkan sebuah kurikulum. Seorang guru harus mengerti
tujuan sebuah kurikulum agar siswa yang membelajarinya dapat mengerti
kekurangan anak sampai dimana ketika memainkan bahan ajar tersebut melalui
sebuah kurikulum, kemudian persoalan bagaimana seorang guru mengajarkan
anak sebelum mempelajari bahan yang akan diujiankan, pastinya seorang anak
akan memainkan bahan yang mendukung teknik-teknik yang terdapat pada buku
panduan yang akan diujiankan siswa. Persoalannya bagaimana seorang guru akan
memberikan bahan pendukung untuk anak yang akan ujian sedangkan seorang
guru tidak mengerti akan persoalan bahan dari kurikulum tersebut. Dalam hal ini
guru harus mengerti pada persoalan sebuah kurikulum baik dari sebuah tujuan
maupun bahan pendukung untuk memainkan sebuah kurikulum, yang akan
150
diujiankan seorang anak serta mengerti kelemahan kurikulum agar seorang guru
dapat memposisikan seorang siswa ketika mempelajari praktik instrumen
khususnya gitar.
5.3.5 Solusi permasalahan metode
Dalam hal ini seorang guru harus mengerti sebuah cara ajar yang baik,
penulis melihat guru di sekolah Chandra Kusuma memiliki skill yang baik dalam
mengajar, guru praktik instrumen di sekolah tersebut sering sekali mengajarkan
anak bermain tanpa melihat buku panduan tetapi bahan yang dimainkan seorang
anak untuk kepentingan bermain sebuah lagu sebuah kurikulum. Hanya saja
persoalannya adalah anak jadi tidak suka bermain ketika membaca sebuah notasi
dalam buku panduan. Kemudian persoalan cara guru yang tidak mengikuti bahan
yang berurutan tertera di buku panduan tidak di ikuti oleh guru karena anak
merasa sudah tidak penting memainkan bahan tersebut. Maka anak disuruh guru
untuk melompati urutan bahan yang ada pada buku panduan. Dalam hal ini guru
harus mengerti keinginan anak bermain tahap demi tahap kemudian jika daya
tangkap anak sangat cepat guru harus memberikan reportoar tambahan untuk
menambah tugas anak. Penyampaian yang dilakukan oleh guru adalah sebuah
metode yang baik bagi seorang siswa sekolah Chandra Kusuma School.
5.3.6 Solusi permasalahan mengajar
Solusi dari permasalahan sebelum guru mengajar, sebaiknya terlebih
dahulu guru harus dapat mengatasi persoalan jadwal pada individu guru terlebih
dahulu, agar dapat masuk tepat waktu. Kemudian menstandarisasikan bahan agar
151
tidak terdapat bahan yang mudah dan bahan yang sulit bagi anak, karena dapat
mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri anak memainkan bahan yang mudah.
5.3.7 Solusi permasalahan pengarahan
Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajarmengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam berorientasi
kepada tujuan pelajaran. Hal ini menunjukan bahwa anak harus fokus pada sebuah
bahan yang akan diujiankan dan guru fokus kepada bahan ajar, kemudian
mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa. Reportoar yang terdapat pada
sebuah pembelajaran harus dijelaskan teknik permainan agar siswa dapat
memainkan bahan melalui sebuah kurikulum. Setelah memahami teknik, seorang
guru harus menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan
siswa mempelajari instrumen gitar. Persoalan-persoalan ini jika dilaksanakan
dengan baik Siswa akan mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa
menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru sangat relevan dengan
kebutuhannya serta bermakna bagi kehidupan siswa-siswi di kemudian hari.
5.3.8 Solusi permasalahan isi dan urutan materi
Solusi dalam permasalahan isi dan urutan-urutan pembelajaran menurut
penulis guru harus menguasai materi dalam pembelajaran gitar. seorang guru
harus dapat memainkan atau mencontohkan teknik yang sulit ketika anak
kesulitan memainkan teknik yang terdapat pada sebuah bahan atau reportoar.
Kemudian seorang guru harus dapat mencontohkan teknik yang lain tetapi masih
sesuai dengan kebutuhan seorang siswa mempelajari instrumen, hal ini agar tidak
152
membingungkan seorang siswa dalam pelatihan yang terdapat pada bahan yang
dipelajari. Kemudian seorang guru harus mengajarkan siswa melalui bahan yang
mudah sampai pada bahan yang sulit dipelajari oleh siswa. Hal ini dilakukan
seorang guru agar siswa merasakan perkembangan terhadap sebuah pembelajaran
prakti instrumen. Terlebih lagi guru harus memiliki konsep dalam membagi
pertemuan siswa dalam mempelajari instrumen. Agar siswa siap ketika
melaksanakan ujian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
5.4
Solusi Permasalahan Lingkungan
Solusi permasalahan lingkungan menurut penulis perlu adanya sebuah
kerja sama antara orangtua, guru dan pihak sekolah untuk mendukung proses
pembelajaran praktik instrumen gitar yang dipelajari oleh siswa Chandra Kusuma.
Seorang guru sebaiknya melarang siswa berkumpul diruangan praktik instrumen.
Dengan memberi tau wali kelas siswa-siswi tersebut. Kemudian pihak sekolah
harus dapat mengkordinir mata pelajaran siswa yang tidak mengambil musik
program atau pembelajaran praktik instrumen agar siswa-siswi tidak lalu lalang
ketika mendapat mata pelajaran musik program dan musik reguler. Terlebih
persoalan orang tua komplek Cemara Asri selain sebuah perumahan, komplek
tersebut juga digunakan sebagai tempat berbisnis, tempat makan (restaurant),
tempat rekreasi para masyarakat dengan adanya sebuah danau buatan menjadikan
keramaian bagi orang yang ingin santai melihat danau, Berbelanja dan ingin
melakukan sebuah kegiatan-kegiatan berbisnis, akibatnya dari keramaian tersebut
sangat mengganggu anak yang tinggal diarea perumahan tersebut ketika
mengulang pelajaran praktik instrumen dirumah.
153
5.5
Solusi Permasalahan Orangtua
Solusi permasalahan orangtua sangat dibutuhkan dalam pembelajaran
praktik instrumen gitar sangat penting keikutsertaan orang tua dalam
perkembangan seorang anak sangat dibutuhkan dalam mempelajari instrumen
gitar. Persoalan dukungan, orangtua harus mengerti apa yang dilakukan anaknya
ketika mempelajari instrumen gitar. kemudian orangtua harus mengerti kebutuhan
seorang anak ketika mempelajari praktik instrumen seperti instrumen gitar baik,
senar yang dipakai seorang anak, penyanggah kaki, buku pelajaran dan segala
kebutuhan anak ketika berproses. Orangtua juga harus melihat waktu anak
kesehariannya, apakah digunakan seorang anak dengan baik atau hanya mengikuti
keinginan dari orangtua siswa. Kemudian orang tua harus menanyakan bagaimana
proses pembelajaran yang dilakukan anak dalam bermain instrumen gitar, apakah
anak mengalami kesulitan pada bahan pembelajaran dan bagaimana seorang guru
menyampaikan bahan ajar terhadap seorang anak permalahan ini snagat
dibutuhkan untuk perkembangan seorang anak. Jika permasalahan ini diabaikan
oleh orangtua maka seorang anak akan melakukan tanpa sebuah tujuan dan
tanggung jawab terhadap apa yang anak pelajari.
154
5.6
Solusi Permasalahan Lagu “Here, There and Everywhere” Kurikulum
ABRSM
155
Lagu memiliki sebuah struktur seperti (intro) mengawali sebuah lagu,
(Verse) menjembatani untuk sebuah refren, (Chorus) disebut juga dengan reff,
(Bridge) sebuah jembatan untuk memasuki sruktur lagu, (interlude) bagian yang
dimainkan istrumen jarang sekali dengan suara/vocal, (Ending) bagian penutup
dari sebuah lagu.
Lagu Here, There and Everywhere, keseluruhan terdiri dari 29 birama,
yang diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :

Intro terdapat pada birama pertama sampai birama ketiga (bar 1 –
bar 3)

Verse terdapat pada kamar II, birama 11 ketukan ke 3 dan 4

Chorus terdapat pada birama 13 sampai pada birama 17 ketukan ke
2

Bridge terdapat pada satu birama melainkan terdiri dari ketukan
pada birama 3 ketukan 3 – 4, untuk mengawali sebuah lagu, birama
12 ketukan 4 untuk mengawali sebuah reffrein, birama 24 ketukan
ke 3 untuk sebuah penghabisan lagu

Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)

Ending terdapat pada birama 25 ketukan ke 4 (up) samapai pada
birama 29
156
5.6.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 4 sampai birama 6
Proses penerapan
Anak melatih nada-nada yang tertulis dalam sebuah partitur secara
berulang-ulang sesuai simbol untuk memperlancar anak bermain penjarian.
Kemudian merilekskan anak dengan kesulitan yang terdapat pada bagian ini.
5.6.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 dan birama 8
Proses penerapan
Dalam hal ini penulis membuat sebuah penjarian yang memainkan bentuk
tangga nada yang diambil melalui nada-nada yang terdapat pada lagu Here, there
and everywere.
Solusi pembelajaran birama 8
Proses penerapan
Kemudian melatih sebuah sinkopasi dalam sebuah notasi, agar siswa dapat
bermain up tempo, dengan baik dan menggunakan rasa (feeling), serta tidak
bingung ketika memainkan sinkop tersebut.
157
5.6.3 Solusi permasalahan proses penerapan birama 9 sampai birama 11
Proses penerapan
Dimainkan dengan posisi I yang dimulai melalui tangan kanan jari
telunjuk dilakukan berulang-ulang dengan penjarian yang benar.
Solusi pembelajaran birama 10
Proses penerapan
Penulis membuat sebuah penerapan penjarian yang dilakukan secara
berurutan melalui bahan contoh pertama, tanpa mengelang jari (crossing) yang
sesuai pada partitur lagu, birama ke 10 yang dihitung dari intro. Hal ini dilakukan
penulis agar anak tidak merasa kesulitan dikarenakan sebelum memainkan teknik
penjarian, posisi jari dan frame jari yang terdapat pada bagian sebuah lagu, anak
memainkan sebuah teknik pengantar untuk sebuah teknik yang sulit pada lagu
tersebut, kemudian setelah anak dapat memainkannya bahan contoh pertama
secara baik, guru melatih nada dengan teknik yang terdapat pada lagu Here, there
and everywhere.
158
5.6.4 Solusi permasalahan proses penerapan birama 13 sampai birama 15
Proses penerapan
Mengajarkan anak tangga nada Bb mayor, hal ini dilakukan penulis
dikarenakan terdapat sebuah modulasi pada lagu Here, there and everywhere,
agar anak tidak merasa kesulitan melalui nada dan penjarian, ketika memainkan
lagu Here, there and everywhere yang terdapat sebuah modulasi pada birama ke
10 pada ketukan ke 3 up tempo.
5.6.5 Solusi permasalahan proses penerapan birama 16 sampai birama
Proses penerapan
Penulis memberikan sebuah contoh dengan melatih motif yang terdapat
pada lagu Here, there and everywhere dengan aplikasi diberbagai posisi, yang
dikhususkan penulis pada posisi ganjil I, III, dan V tanpa mengubah nada dari
bagian lagu tersebut, hal ini dikarenakan dalam permainan instrumen gitar,
159
memainkan nada dengan sebuah teknik diberbagai posisi menjadi lebih menarik
untuk dimainkan.
5.6.6 Solusi permasalahan proses penerapan birama 27 sampai birama 29
Proses penerapan
Proses penerapan ini dilakukan sesuai dengan teknik arpeggio, tetapi
dalam lesson ini, penulis membuat sebuah gubahan terhadap nada G yang
digantikan menjadi F#. dikarenakan dalam lagu Here there and everywhere
terdapat nada F# atau si pada Movable do dan fa pada fixed do.
160
5.7
Solusi Permasalahan Lagu “Ode to Joy” Kurikulum ABRSM
Lagu Ode to joy, keseluruhan terdiri dari 15 birama, yang bermain
dengan nada dasar G mayor diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :

Intro, tidak terdapat pada lagu Ode to joy, yang dimainkan langsung dengan
melodi dasar

Verse terdapat pada birama 7, yang kembali pada akor I, bukan pada akord V
atau V7

Chorus terdapat pada birama 8 sampai pada birama 11 tetapi terdapat sebuah
penahanan nada (suspensi) sampai pada birama selanjutnya atau birama 12
ketukan pertama
 Bridge tidak terdapat pada lagu Ode to joy
 Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)
161

Ending terdapat pada birama 12 ketukan ke 2 sampai pada birama 15
5.7.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 4
proses penerapan
Penulis membuat sebuah latihan kepada siswa untuk dapat memainkan
melodi dasar dari lagu Ode to joy melalui sebuah petikan secara bersamaan yang
dilakukan pada ibu jari P dengan M dipetik secara bersamaan melalui teknik
tirando, tidak hanya pada jari P dan M tetapi guru dapat melatih P dan I secara
bersamaan melalui bahan yang dibuat oleh penulis, jika anak masih kesulitan
memainkan jari secara bersamaan.
proses penerapan
Penulis kembali membuat permainan yang menggunakan jari secara
bersamaan melalui P dan i, kemudian P dan M, kemudian P dan A, hal ini
dikarenakan melodi dasar dan akord, bass maupun nada yang rendah pada lagu
ode to joy, memiliki teknik yang jarak petikannya dari jarak merapat sampai pada
menjauh, sebaliknya terdapat petikan dari menjauh hingga petikan merapat,
162
kemudian guru juga dapat melatih anak, melalui bahan yang dibuat oleh penulis
dimulai dari birama terakhir dimainkan secara berurutan dengan tempo yang sama
sampai pada birama pertama.
Proses penerapan
Pada birama 5 sampai birama 8 tidak terlalu berbeda dengan birama 1
sampai 4, hanya saja siswa diajarkan dengan nada G jari 3 pada tangan kiri pada
senar E yang terlihat pada ketukan terakhir birama 8.
5.7.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 10
Proses penerapan
Penulis membuat
sebuah pelatihan dengan menahan nada bass
(suspension), kemudian setelah anak dapat bermain penahanan nada bass, guru
dapat memberikan sebuah iringan kepada murid dengan mengikutsertakan melodi
yang terdapat pada nada sopran.
163
5.8
Solusi Permasalahan Lagu “Nel Cor Piu Non Mi Sento” Kurikulum
ABRSM
Lagu nel cor piu non mi sento, keseluruhan terdiri dari 20 birama,
yang diawali sukat 6/8 yang terdiri dari :
 Intro tidak terdapat pada lagu nel cor piu non mi sento terdapat pada lagu tetapi
memiliki sebuah okmat pada nada A
 Verse terdapat pada kamar birama 8 ketukan ke 2 dan ketukan 3-5 berhenti
kemudian dilanjutkan dengan okmat
164
 Chorus terdapat pada birama 8 ketukan kelima sampai pada birama 14 ketukan
ke 3
 Bridge tidak terdapat pada lagu ini
 Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah
pembelajaran)
 Ending terdapat pada birama 14 ketukan ke 6 sampai pada birama 20
5.8.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 2
Proses penerapan
Penulis membuat tangga nada dengan sukat yang akan diajarkan seorang
guru melalui patern 6\8. Dengan jari P, I, M, yang digunakan tangan kanan,
kemudian 0,1,2,3 jari pada tangan kiri. Hal ini dilakukan penulis agar siswa dapat
mengerti jarak sebuah nada baik naik dan turun dan sesuai dengan patren 6\8.
5.8.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 3 sampai birama 4
165
proses penerapan
Penulis membuat sebuah pelatihan bertahap, melatih siswa dengan contoh
pertama yang diulang terus-menerus sampai seorang siswa benar-benar
mendapatkan penjarian yang baik dengan petikan yang sesuai dengan simbol
penjarian. Kemudian setelah siswa dapat memainkan contoh pertama dengan baik,
dilanjutkan dengan permainan yang menggunakan jari keempat. Hal ini dilakukan
seorang siswa sampai menjadi sangat baik, kemudian setelah siswa dapat bermain
dengan baik pada contoh pertama dan kedua, siswa memainkan nada yang sesuai
dengan lagu nel cor piu non mi sento pada birama 3 dan 4.
5.8.3 Solusi permasalahan proses penerapan birama 5 sampai birama 6
proses penerapan
Dalam hal ini penulis melatih sebuah penjarian secara bergantian yang
berbentuk sebuah tangga nada, dilakukan siswa dengan posisi V yang mengikuti
simbol penjarian pada tangan kiri.
5.8.4 Solusi permasalahan proses penerapan birama 8 dan birama 9
166
proses penerapan
Penulis membuat frame yang sama pada posisi V dan posisi II dilakukan
dengan melatih naik dan turun pada posisi V dan II, diawali dengan petikan
apoyando kemudian guru dapat melatih siswa juga dengan petikan tirando,
kemudian dapat ditambahkan dengan sebuah variasi ritme agar pembelajaran
lebih menarik.
5.8.5 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 14
5.8.6 Solusi permasalahan proses penerapan birama 17 sampai birama
terakhir
proses penerapan
Penulis membuat sebuah pelatihan melalui posisi II secara crossing, pada
jari 1,2 kemudian crossing terjadi pada jari ke 4, kemudian pergantian posisi
dilakukan dengan mengubah penjarian yang dilakukan pada jari ke 4 posisi II,
dimainkan pada jari 1 posisi V yang ditutup dengan jari ke 4 pada senar B.
167
Penulis mengharapkan, dengan membuat pelatihan tersebut, siswa dapat melatih
pergantian posisi dan pergantian penjarian pada kolom yang sama.
168
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pendidikan musik. Faktor penghambat
eksternal dan internal,
menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik.
Kemudian faktor orang tua, lingkungan belajar, guru, sekolah, menjadi hal utama
untuk perkembangan siswa dalam pembelajaran praktik instrumen gitar.
Kurangnya dukungan dari segala pihak menjadikan proses pembelajaran gitar di
sekolah Chandra Kusuma menjadi kurang baik dan perkembangan siswa serta
minat terhadap pembelajaran instrumen gitar menjadi menurun.
Pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra kusuma tidak
sepenuhnya mendapatkan permasalahan dari faktor penghambat eksternal dan
internal, tetapi permasalahan kurang berminatnya anak dalam mempelajari bahan
ajar dan mengembangkan bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran
praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma adalah sebuah pembelajaran
yang menggunakan sebuah kurikulum. Kurikulum yang digunakan Chandra
Kusuma adalah kurikulum ABRSM dengan sebuah metode yang diajarkan guru
kepada seorang siswa ketika melakukan proses belajar-mengajar.
Penerapan sebuah metode dan kurikulum adalah hal yang perlu
diperhatikan seorang guru dan sekolah, ketika akan menggunakan sebuah
kurikulum yang menjadi bahan ajar guru di sekolah kemudian diterapkan kepada
seorang siswa melalui metode. Kurikulum ABRSM adalah sebuah kurikulum yang
169
digunakan seorang siswa untuk sebuah ujian dalam proses pembelajaran gitar di
sekolah Chandra Kusuma School. Permasalahan kurikulum ABRSM sering terlihat
dari kurangnya kesiapan seorang siswa mengikuti ujian, permasalahan ini terjadi
karena kurang baiknya penyampaian seorang guru dalam pembelajaran, metode
yang digunakan seorang guru kurang tepat dalam pembelajaran, kemudian
permasalahan kurang mengertinya seorang guru terhadap sebuah kurikulum dalam
pembelajaran praktik instrumen gitar.
6.2
Saran
Permasalahan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan sebuah
kurikulum disekolah Chandra Kusuma memerlukan kerjasama yang baik antara
seorang gura dan siswa. Guru dengan pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, guru dengan penyampaiannya yang menarik serta guru yang
menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan ingin lebih dalam mempelajari
praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma. Terlebih seorang siswa yang
menerima masukan dari seorang guru dalam pembelajaran instrumen gitar,
sebaiknya siswa dapat mengembangkan dan mengulang kembali dirumah apa
yang diberikan seorang guru ketika anak mempelajari instrumen gitar.
170
DAFTAR PUSTAKA
Adler Samuel, The Study of Orchestration, New York, W.W. Norton and
Company, 1989.
Andhi Kurniawan Yohanes, Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi, Jakarta,
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta Bina Aksara, (2006).
Banoe Pono, Kamus Musik, Yogyakarta, PenerbitKanisius, 2003, Hal.223.
Carlson Betty, Jane Stuart Smith, Karunia Musik, Surabaya, Penerbit Momentum,
2003.
Dale, B.J.,Jacob& Anson, H.V., 1940, Harmony, counterpoint & Improvisation,
Book 1, Borough Green Sevenoaks, Kent, 1940.
Dewi, Damjanti Kusuma, “Definisi Pembelajaran”, dalam Jurnal Pembelajaran,
2004.
Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta, Buku Baik, 2005).
Gage, N.L., & Berliner, D. “Educational Psychology”, Second Edition, (Chicago:
Rand Mc. Nally), 1979.
Hucthing Arthur, Concerto dalam The New Grove Dictionary of Musik and
Musicians (Stanley Sadie), Vol. 4, London,2002.
Kamian Roger, Terj: Triyono Bramantyo, Pengantar Apresiasi Musik,
Terjemahan dari buku Introduction to Music a Guide to Good, Yogyakarta,
Institut Seni
Indonesia, 1998.
Lamb Norman, GUIDE TO TEACHING STRINGS, by Wm. United States of
America, C. Brown Publishers, 1990.
Mack Dieter, Ilmu melodi, Diatinjau dari segi Budaya Musik Barat Yokyakarta,
Pusat Musik Liturgi, 1995
Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 3, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.
171
Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 4, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.
Messiaen Oliver , Translated by John Satterfield, The Technique of My Musical
Language, AlphonseLeduc, Edition Muaicales,175, Paris, rue SaintHonore, 1966.
Miller M. Hugh, History of Music, New York, 1973.
Ottoman Robert W., Elementary Harmony, Theory and Practice-hall, Inc., USA,
Englewood Cliffs, 1962.
Persichetti, Vincent, Twentieth Century Harmony, Creative Aspect and Practice,
Faber and Faber Limited, London, 3 Queen Square, 1978.
Peter Larsen Jens, The New Grove Dictionary of Music & Musicians, Vol. 8 HHyporchema, London, 2002.
Prier, SJ Karl-Edmund, Kamus Musik, Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi, 2009,
hal.92.
Scholes A. Percy, The Oxford Companion to Musik, London, Oxford University
Press, 1972.
Stein Leon, Structure and Style, University of Music, New Jersey, 1979.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Alafabeta, 2009.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (2009).
Sukardi, Metodologi Penelitian Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2003.
Supriadi, “Psikologi Pendidikan”, dalam Jurnal Psikologi Pendidikan, 2006.
Suryabroto, Soemadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada,
1995).
Tabrani Rusyan Drs. A., dkk, “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar”,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1989.
http://ratdix.wordpress.com/2008/08/23/tuning-stem-gitar/
(http://spitod.wordpress.com/2007/08/29/apa-itu-teknologi-apa-itu-teknik/
172
(http://generation-indonesia.niceboard.com/t383-gitar)
Sumber Internet: http://banjirembun.blogspot.com/2012/04/pengertianprosespembelajaran.
html
http://kamusbahasaindonesia.org/teknik#ixzz2B28NgMT0
http://www.scribd.com/doc/99824013/Skripsi-ollie
http://id.wikipedia.org/wiki/Gitar
http://generation-indonesia.niceboard.com/t383-gitar
http://www.jinkurakura.blogspot.com/2009/03/teori-scaledanchord-dasar.html
http://www.scribd.com/doc/24558054/PENGERTIANMETODE
Drs. A. Tabrani Rusyan, dkk, “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar”,
1989, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Download