prosiding seminar nasional kebidanan dan call for - E

advertisement
ANALISIS FAKTOR PEMERIKSAAN IVA DALAM UPAYA DETEKSI
DINI KANKER SERVIKS DI KELURAHAN CANDIREJO
KABUPATEN SEMARANG
Dwi Fuji Astuti1),Heni Setyowati2), Eti Salafas3)
Fakultas Ilmu Kesehatan ,UniversitasNgudi Waluyo
Email: [email protected]
2
Fakultas Ilmu Kesehatan ,UniversitasNgudi Waluyo
Email: [email protected]
3
Fakultas Ilmu Kesehatan ,UniversitasNgudi Waluyo
Email: [email protected]
1
ABSTRAK
Presentase tingginya angka penderita kanker serviks di Indonesia, dengan kasus
62,65% dari 814 kanker ginekologi (RSCM, 2011) salah satu penyebabnya adalah
karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala dan rendahnya kesadaran wanita
untuk memeriksakan kesehatan dirinya, sebagian besar terdeteksi pada stadium
lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
sikap wanita usia subur dengan motivasi pemeriksaan IVA dalam upaya deteksi dini
kanker serviks di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah wanita
usia subur yang terdapat di Kelurahan Candirejo pada bulan April 2015. Teknik
sampelnya adalah dalam proportional random sampling sebanyak 56 orang. Hasil
penelitian menunjukkan 48.40% responden memiliki pengetahuan kurang, 53.60%
responden memiliki sikap cukup baik dan 66.10% responden memiliki motivasi
cukup baik. Nilai p-value pengetahuan dan motivasi sebesar 0,110>0,05 dengan
angka korelasi +0,200 berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan motivasi
pemeriksaan IVA. P-value sikap dan motivasi sebesar 0,007<0,05 dengan angka
korelasi +0,345 berarti ada hubungan sikap WUS dengan motivasi pemeriksaan IVA
dalam upaya deteksi dini kanker serviks.
Kata Kunci: motivasi, sikap, pengetahuan, pemeriksaan IVA, kanker serviks
|1
PENDAHULUAN
Kanker adalah istilah umum untuk
pertumbuhan sel
tidak normal yaitu
tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan
tidak berirama yang dapat menyusup
kejaringan tubuh yang normal dan menekan
jaringan
tubuh
normal
sehingga
mempengangaruhi fungsi tubuh. Kanker
serviks atau kanker leher rahim adalah
tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher
rahim. Seperti penyakit kanker pada
umumnya,
kanker
serviks
akan
menimbulkan masalah pada kesakitan,
penderitaan, kematian financial dan
ekonomi, masalah pada lingkungan
kehidupan dan masalah pada pemerintah.
Dengan demikian penanggulangan kanker
serviks harus dilakukan secara menyeluruh
dan terintegrasi (Roumauli dan Vida,
2012; h.151).
Tanda dan gejala dari kanker
serviks pada umumnya keluhan berupa
perdarahan, cairan atau discharge vagina
kemerahan, rasa berat diperut bawah,atau
rasa kering di vagina. Tetapi
92%
penderita tidak mempunyai keluhan apaapa. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam
asetat (IVA) merupakan salah satu cara
untuk melakukan deteksi dini kanker
serviks yang paling sederhana dengan
menggunakan asam asetat 3-5%, meski
demikian masih banyak Wanita Usia Subur
(WUS) yang kurang termotivasi untuk
melakukan pemeriksaan IVA (Marmi,
2013; h.270)
Menurut
data
World
Health
Organization (WHO) menyatakan saat ini
490.000 perempuan didunia setiap tahun di
diagnosa terkena kanker serviks dan 80 %
berada di negara berkembang termasuk
Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus
2|
baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang
perempuan karena kanker serviks. Di
Indonesia diperkirakan setiap hari muncul
40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal,
berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
perempuan meninggal dunia karena kanker
serviks tiap tahunnya (Yayasan Kanker
Indonesia, 2013).
Berdasarkan data yang ada, kanker
leher rahim menempati urutan kedua dari
jumlah kanker yang terjadi pada wanita.
Begitu juga dengan jumlah kasus kanker
yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan
provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012
dengan jumlah insidens untuk kanker
payudara sebanyak 2.261 kasus dan kanker
leher rahim
sebanyak 909 kasus
(DepKes,2014). Insiden kanker serviks
menurut perkiraan DEPKES, 100 per
100.000 penduduk pertahun, sedangkan
dari data Laboratorium Patologi Anatomi
seluruh Indonesia, frekuensi kanker serviks
paling tinggi diantara kanker yang ada di
indonesia, apabila dilihat penyebarannya
terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa
dan Bali (Roumauli dan Vida, 2012; h.152).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang, kasus penyakit
kanker serviks di puskesmas dan rumah
sakit Kabupaten Semarang tahun 2013
jumlah kasus per 100.000 penduduk
4.168.662 jiwa yaitu 41 positif kanker
serviks, khususnya Ungaran Barat 4 positif
kanker serviks (Profil DinKes, 2013).
Upaya penanganan deteksi dini
kanker serviks ada beberapa hal yaitu
seperti Tes Papanicolaou (PAP) smear,
Kolposkopi, Gineskopi, Inspeksi serviks,
servikografi konisasi, PAPNET, Tes HPVDNA, akan tetapi di Indonesia yang paling
tersosialisasikan
adalah
pemeriksaan
Papsmear namun pemeriksaan IVA penting
dilakukan oleh wanita usia subur karena
pemeriksaannya sederhana dan terjangkau
(Marmi, 2013; h.255-256).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober
2014 di Puskesmas Ungaran didapatkan
informasi, bahwa di puskesmas tersebut
belum pernah dilakukan program sosialisasi
IVA dan puskesmas belum melayani
pemeriksaan IVA. Wawancara yang
dilakukan pada bidan Desa Candirejo
diperoleh informasi yang serupa dimana
bidan juga belum melayani pemeriksaan
IVA dan belum pernah melakukan
sosialisasi tentang IVA.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
Candirejo Kecamatan Ungaran Barat,
Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan
pada tanggal 5-20 April 2015. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah 56 WUS usia 35-40 tahun yang
berada di Kelurahan Candirejo Ungaran
Barat Kabupaten Semarang. Sedangkan
pada kuesioner pengetahuan diketahui
jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban
salah diberi skor 0, Kuesioner sikap dan
motivasi diketahui jawaban apabila SS=4,
S=3, TS=2, STS=1. Hasil perhitungan tiaptiap item akan dibandingkan dengan tabel
nilai r product moment, instrumen
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel
dimana untuk n=20 pada taraf signifikasi
5% dari r tabelnya adalah 0.444.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Pengetahuan
Pengetahuan
mengenai IVA
Baik
Cukup
Kurang
Total
Distribusi frekuensi
Jumlah
Persentase
18
32.10
11
19,60
27
48.40
56
100,00
Berdasarkan
tabel
1
diatas,
menunjukkan bahwa dari jumlah responden
56 responden yaitu di dapatkan sebanyak
27 responden 48,40% termasuk dalam
kategori kurang
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu.
Faktor yang pertama adalah pengetahuan
yang kurang mengenai pengertian IVA.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemeriksaan IVA dilihat dari banyaknya
kesalahan dalam menjawab pertanyaan
berikut: 1) IVA merupakan pemeriksaan
serviks dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) serviks setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam
asetat 3-5% sebesar 51.8%; 2) Jika terdapat
serviks terjadi peradangan merupakan hasil
yang positif sebesar 58.9%. Menurut teori
(Marmi
2013)
IVA
merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan
cara melihat langsung (dengan mata
telanjang) leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan asam asetat 35% dan IVA radang = serviks dengan
radang (servisitis), atau kelainan jinak
lainnya (positif serviks)
|3
Fakor yang kedua adalah pekerjaan
ibu yang paling banyak adalah IRT (48.2%)
dikarenakan sosial ekonomi yang rendah
dan lingkungan yang kurang mendukung.
Menurut Thomas yang dikutip oleh
Nursalam (2003), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. sedangkan bekerja
pada umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga. Hubungan tingkat pekerjaan ini
dapat dilihat dari 48.2% ibu menjawab
salah mengenai ideal dilakukannya
pemeriksaan IVA setiap wanita minimal 1x
pada usia 35-40 tahun.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Sikap
Sikap
Baik
Cukup
Kurang
Total
Distribusi frekuensi
Jumlah
Persentase
20
35,70
30
53,60
6
10,70
56
100,00
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa jumlah responden yang memiliki
tingkat sikap yang cukup baik memiliki
proporsi yang paling banyak yaitu sebanyak
30 orang atau 53,60% diikuti dengan
responden dengan sikap yang baik yaitu
sebanyak 20 orang atau 35,70% dan yang
paling sedikit adalah responden dengan
sikap yang kurang baik yaitu sebanyak 6
orang atau 10,70%.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kurangnya sikap responden
terhadap pemeriksaan IVA. Faktor yang
pertama adalah pengalaman pribadi untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
4|
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat (Wawan dan Dewi (2011;
h.35-36) dapat dilihat bahwa terdapat
37.50% ibu tidak setuju untuk melakukan
pemeriksaan IVA setiap satu tahun sekali.
Faktor yang kedua adalah Pengaruh
orang lain yang dianggap penting pada
umumnya, individu cenderung untuk
memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan pemikiran orang lain yang dianggap
penting tersebut, Wawan dan Dewi (2011;
h.35-36), dapat dilihat bahwa terdapat
41.1% ibu tidak setuju untuk melakukan
pemeriksaan IVA apabila dilakukan tiap
tahun guna deteksi dini kanker serviks.
Hasil ini menceminkan bahwa banyak
wanita di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
nampaknya sudah memiliki sikap yang
cukup positif.
Sikap adalah salah satu faktor predisposisi
yang merupakan pendorong perilaku
seseorang untuk bertindak (Green dalam
Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Motivasi
Motivasi
Pemeriksaan
IVA
Baik
Cukup
Kurang
Total
Distribusi frekuensi
Jumlah
Persentase
16
37
3
56
28,60
66,10
5.40
100,00
Berdasarkan tabel 5 pemeriksaan
IVA yang cukup baik memiliki proporsi
yang paling banyak yaitu sebanyak 37
orang atau 66,10%.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kurang baiknya motivasi
WUS terhadap pemeriksaan IVA yaitu
faktor pertama adalah minat dalam
pemeriksaan IVA dapat dilihat bahwa
terdapat 35.7% ibu tidak setuju dalam
melakukan pemeriksaan IVA jika dalam
pemeriksaan IVA dilakukan secara
sederhana dan suami tidak mendukung
dilakukan pemeriksaan IVA pada ibu.
Minat adalah suatu lebih suka dan rasa
keinginan dalam suatu hal tanpa ada yang
menyuruh. Minat merupakan faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik seseorang
(Taufik,2007).
Faktor yang kedua adalah sifat dan
kepribadian
yang
dapat
diketahui
berdasarkan pernyataan bahwa terdapat
35.7% ibu menyatakan suami tidak setuju
apabila ibu melakukan pemeriksaan IVA.
Wahyu Sumidjo (2005) menyatakan sifat
kepribadian adalah corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya dan
digunakan
untuk
bereaksi
serta
menyesuaikan diri terhadap rangsangan
dari dalam diri maupun lingkungan,
sehingga corak dan kebiasaannya itu
merupakan kesatuan fungsional yang khas
pada manusia itu, sehingga orang yang
berkepribadian pemalu akan mempunyai
motivasi berbeda dengan orang yang
memiliki kepribadian keras. Sehingga ibu
yang merasa malu apabila dilakukan
pemeriksaan oleh tenaga keshatan yang
kurang profesional maka ibu kurang
termotivasi.
Banyaknya responden yang belum
sampai terjadi keterlambatan menjadikan
banyak responden yang termotivasi untuk
menggunakan
pemeriksaan
IVA.
Responden nampaknya sudah cukup
mendapatkan motivator yang cukup baik
untuk selalu Adanya beberapa responden
yang memiliki motivasi yang kurang baik
dapat dikarenakan
WUS
kurang
mengerti mengenai pemeriksaan IVA
sesuai dengan anjuran maupun kondisi
ekonomi keluarga yang memungkinkan
sebagai penghambat dan yang melemahkan
motivasi dalam melakukan pemeriksaan
IVA
Analisis Bivariat
Tabel 4 Uji Hubungan Pengetahuan
dengan Motivasi Pemeriksaan
IVA
Hubungan
Pengetahu
an –
Motivasi
Korela
si
Kendal
Tau
0,200
Signifikan
si
Keteranga
n
0,110
Tidak ada
hubungan
Berdasarkan hasil analisis korelasi
Kendall's Tau menunjukkan nilai korelasi
sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan tidak
adanya hubungan antara pengetahuan
wanita usia subur mengenai IVA dengan
motivasi dalam pemeriksaan IVA.
Nilai uji statistic Kendall's tau
diperoleh signifikansi sebesar 0,110. Nilai
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05.
Hal ini berarti ada tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan motivasi
pemeriksaan IVA. Dengan demikian
hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan pengetahuan dengan
motivasi WUS tentang pemeriksaan IVA
dalam upaya deteksi dini kanker serviks
tidak dapat diterima. Arah koefisien positif
berarti bahwa wanita dengan pengetahuan
yang lebih baik mengenai IVA cenderung
memiliki motivasi yang lebih kuat terhadap
pemeriksaaan IVA dalam upaya deteksi
dini kanker serviks.
|5
Tabel 5 Uji Hubungan Sikap dengan
Motivasi Pemeriksaan IVA
Hubunga
n
Sikap –
Motivasi
Korelas
i
Kendal
Tau
0,345
Signifikans
i
Keteranga
n
0,007
Hubungan
positif
signifikan
Berdasarkan hasil analisis korelasi
Kendal Tau menunjukkan nilai korelasi
sebesar 0,345. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang lemah antara sikap wanita
mengenai IVA dengan motivasi dalam
pemeriksaan IVA.
Nilai uji statistic Kendall's tau
diperoleh signifikansi sebesar 0,007. Nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti ada hubungan positif antara
sikap dengan motivasi pemeriksaan IVA.
Dengan demikian hipotesis 2 yang
menyatakan bahwa ada hubungan sikap
WUS dengan motivasi pemeriksaan IVA
dalam upaya deteksi dini kanker serviks
dapat diterima. Arah koefisien positif
berarti bahwa wanita dengan sikap yang
lebih baik mengenai IVA cenderung
memiliki motivasi yang lebih kuat untuk
pemeriksaaan IVA untuk deteksi dini
kanker serviks.
Hubungan Pengetahuan dan Motivasi
WUS dalam Upaya Deteksi Dini Kanker
Serviks
Dapat diketahui bahwa berdasarkan
uji korelasi Kendal Tau, diperoleh nilai =
0.200 dengan p-Value sebesar 0.110 oleh
karena p-Value = 0.110> (0.05) maka Ha
ditolakdan Ho diterima dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan motivasi ibu
6|
dalam pemeriksaan IVA di Kelurahan
Candirejo Kecamatana Ungaran Barat
Kabupaten
Semarang.
Pengetahuan
mempengaruhi
motivasi
dalam
pemeriksaan IVAdi Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat pada tahun 2015
dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa
terdapat 48.40%
ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang pemeriksaan
IVA memiliki motivasi yang kurang pula
dan terdapat 32.10% ibu memiliki
pengetahuan
yang
baik
mengenai
pemeriksaan IVA memilki sikap yang baik
pula.
Penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sri Suyatmi
(2010) "Hubungan Pengetahuan dengan
Motivasi untuk melaksanakan pemeriksaan
IVA pada WUS di Kelurahan Bojong
Salaman Wilayah Kerja Puskesmas Karang
Ayu Semarang, tingkat pengetahuan WUS
termasuk kurang (65,9%) sedangkan
tingkat motivasi ibu juga masih rendah
(63,6%).
Sehingga ada hubungan antara
pengetahuan dengan motivasi untuk
melaksanakan metode IVA pada WUS di
Kelurahan Bojong Salaman Semarang.
Sehingga ada perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
judul, pendekatan, tempat dan waktu
penelitian.
Hubungan Sikap dan Motivasi WUS
dalam Upaya Deteksi Dini Kanker
Serviks
Dapat
diketahui
pula
bahwa
berdasarkan uji korelasi Kendal Tau,
diperoleh nilai = 0.345 dengan p-Value
sebesar 0.007 oleh karena p-Value =
0.007< (0.05) maka H0 ditolakdan Ha
diterima dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara sikap
dengan motivasi ibu dalam pemeriksaan
IVA di Kelurahan Candirejo Kecamatana
Ungaran Barat Kabupaten Semarang,
dengan kekuatan hubungan yang lemah.
Hubungan ini mempunyai arah yang positif
artinya semakin baik sikap ibu maka
semakin baik pula motivasi ibu terhadap
pemeriksaan IVA dalam upaya deteksi dini
kanker serviks. Sikap mempengaruhi
motivasi dalam pemeriksaan IVA di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang pada tahun
2015 dapat dilihat dari hasil penelitian
bahwa terdapat 53.60% ibu yang memiliki
sikap cukup baik tentang pemeriksaan IVA
memiliki motivasi yang cukup baik pula
dan terdapat 35.70% ibu memiliki sikap
yang baik mengenai pemeriksaan IVA
memilki motivasi yang baik pula.
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Arianti Wahidatul Nisa (2013)
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
umur dengan tindakan pengetahuan kanker
serviks dengan nilai p-value 0.008 ada
hubungan antara pendidikan dengan
tindakan pengetahuan kanker serviks
dengan nilai p-value 0.001. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoadmodjo (2012) pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan atau motivasi
seseorang, dengan pengetahuan yang
diperoleh, seseorang akan mengetahui
mafaat dari saran atau nasihat sehingga
akan
termotivasi
dalam
usaha
meningkatkan status kesehatan.
Seperti halnya penelitian Marissa
(2013) diperoleh kesimpulan bahwa
menunjukkan adanya perbedaan antara
WUS yang menjalani tes IVA dengan yang
tidak menjalani tes IVA dengan nilai pvalue <0.05. Namun perilaku manusia
merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap
dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010)
Hubungan Sikap dan motivasi pada WUS
akan memberikan dorongan dalam diri
seseorang (motivasi) untuk, mengambil
suatu tindakan. Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa pengetahuan yang baik
dan benar mengenai pemeriksaan IVA akan
memberikan dorongan sikap dan motivasi
dalam pemeriksaan IVA dalam upaya
deteksi dini kanker serviks yang baik pula.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab terdahulu, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Paling banyak responden masih
memiliki pengetahuan yang masih
kurang sebesar 48.40%.
2. Paling banyak responden memiliki
sikap yang cukup baik terhadap
pemeriksaan IVA sebesar 53.60%.
3. Paling banyak responden memiliki
motivasi yang cukup baik mengenai
pemeriksaan IVA sebesar 66.10%.
4. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak ada hubunganantara pengetahuan
dengan motivasi pemeriksaan IVA
dengan nilai signifikansi sebesar
0.110>0.05 dengan korelasi kendalls
tau 0.200.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
ada hubungan positif antara sikap dengan
motivasi pemeriksaan IVA dengan tingkat
|7
hubungan yang lemah dengan nilai
signifikansi sebesar 0.007<0.05 dengan
korelasi kendalls tau sebesar 0.345.
Hubungan ini mempunyai arah yang positif
artinya semakin baik sikap ibu maka
semakin baik pula motivasi ibu terhadap
pemeriksaan IVA dalam upaya deteksi dini
kanker serviks
REFERENSI
Administrator. Deteksi Dini Kanker
Dengan
Metode IVA Diakses
tanggal 26
oktober
2014.
Didapat
dari:
http://www.dinkesjatengprov.go.id
Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta:
Rineka Cipta; 2010
B.Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara; 2013.
Fathiyani GM. Hubungan Pengetahuan
dengan Motivasi Ibu Nifas Dalam
Menggunakan KB IUD di Wilayah
Kerja Puskesmas Kayen Kabupaten
Pati. KTI. Ungaran: Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo; 2013
Ikatan Bidan Indonesia. 50 Tahun IBI
Bidan Menyongsong Masa Depan.
Jakarta:
IBI;
2006
Kholid A. Promosi Kesehatan dengan
Pendekatan Teori Perilaku, Media
dan Aplikasinya Untuk Mahasiswa
dan Praktisi Kesehatan. Jakarta:
Rjawali Pers; 2014
Kumalasari I, Andhyantoro I. Kesehatan
Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan
dan Keperawatan.
Jakarta; Salemba Medika; 2012
Malayu H. Organisasi dan Motivasi.
Jakarta: Bumi Aksara; 2014
8|
Marmi.
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2005
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2007
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2012
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007
Purwati I. Hubungan Pengetahuan dengan
Minat
Wanita
Usia
Subur
Terhadap
Pemeriksaan
Papsmear di Desa Gogik Ungaran
Barat Kabupaten
Semarang.
KTI.Ungaran: Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo; 2014
Riyanto BA. Kapita Selekta Kuesioner
Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian
Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2014
Roumauli S, Vinda A V. Kesehatan
Reproduksi
Buat
Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2012
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta;
2010
Wawan dan Dewi. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia.
Yogyakarta:
Nuha
Medika;
2011
Download