44 BAB II AKTOR-AKTOR DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

advertisement
BAB II
AKTOR-AKTOR DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pembahasan hukum dan hubungan internasional tidak akan tampak dinamis, jika tidak
digambarkan tentang peran aktor-aktor atau subyek hukum dalam hubungan internasional.
Karena itu dalam bab ini menjelaskan tentang aktor-aktor negara (state actors) dengan nonnegara (non-state actors) yang secara langsung memainkan peranan dalam hubungan
internasional. Dalam bagian pertama dijelaskan tentang aktor-aktor negara termasuk jenis negara
adidaya (super power), negara menengah (middle power), dan negara yang memiliki kekuatan
kecil disertai dengan faktor yang terlihat (tangible) dan faktor yang bersifat kualitatif
(intangible). Sedangkan bagian kedua, terkait dengan aktor-aktor negara yang termasuk
organisasi internasional, baik organisasi internasional antar pemerintah, dengan organisasi
internasional non-pemerintah.
Adapun maksud dan tujuan dari bab ini menggambarkan secara komprehensif tentang
pelaku-pelaku utama dalam hubungan internasional, baik dalam statusnya sebagai subyek hukum
yang memiliki kesamaan status sebagai subyek hukum internasional, maupun negara-negara
yang memiliki perbedaan kapasitas dalam hukum dan hubungan internasional. Konsekuensinya,
bahwa kesederajatan negara-negara menurut hukum internasional tidak selalu harus sebanding
dengan praktek hubungan internasional yang acapkali dihadapkan pada persoalan-persoalan
ketidakmampuan negara-negara tersebut.
A. Negara-negara dalam Hubungan Internasional
Adapun aktor pertama yang berhubungan dengan status negara sebagai subyek hukum
internasional akan diwakili pemerintahan negara masing-masing. Selain itu, dijelaskan juga
44
mengenai penggolongan negara dan indikator mengapa negara yang satu memiliki kemampuan
dan kekuatan lebih dari negara lain. Dalam kehidupan masyarakat internasional jumlah negara
sebagai anggotanya dan pemerintah sebagai perwakilan resmi negara, selalu berubah secara
dinamis, baik dalam jumlah maupun juga kualitas suatu negara. Dewasa ini frekuensi perubahan
negara terjadi hanya di beberapa negara berkembang menjadi negara yang maju. Sehingga tidak
mustahil pula, dinamika suatu negara berakibat lahir negara baru yang lepas dari negara
induknya. Pergantian pemerintahan dengan proses konstitusional maupun inkonstitusional.
Untuk melestarikan hubungan antar sesama anggota masyarakat negara, timbul suatu persoalan
pokok yakni pengakuan.1
Meskipun pengakuan bukan merupakan kewajiban hukum internasional, kemampuan
negara untuk melakukan hubungan internasional dengan negara-negara sahabatnya sangat
menentukan legitimasi suatu negara dengan pengakuan. Suatu negara telah sah dan lejitimit
ketika syarat-syaratnya yaitu telah terpenuhi. Penduduk yang tetap (permanent population),
wilayah yang jelas (defined territory), Pemerintahan yang lejitimit (legitimate government), dan
kemampuan melakukan hubungan internasional. Pengakuan suatu negara tidak lebih dari tata
krama internasional (international courtesy). Karena itu, tidak mengherankan jika pengakuan
lebih bermotif politik, dan bukan kewajiban hukum (legal obligation).
Beberapa tokoh pemikir dan sarjana memberikan pandanganya terkait definisi negara,
antara lain C. Humprey Wadlock yang memberi pengertian negara sebagai suatu lembaga
(institution), atau suatu wadah di mana manusia mencapai tujuan-tujuannya dan dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatannya. 2 Sedangkan Fenwich mendefinisikan negara sebagai suatu
1
2
Burhan Tsani, Hukum dan Hubungan Internasional, Liberty Pers, Yogyakarta, 1994.
Sir Humphrey Waldock president of the International Court of Justice 1979- 1982 dalam summary record of the
964th meeting Succession of states in respect of matter other that treaties, yearbook of the International Law
Commission 1968.
45
masyarakat politik yang diorganisasikan secara tetap, menduduki suatu daerah tertentu, dan
hidup dalam batas-batas daerah tersebut, bebas dari negara lain, sehingga dapat bertindak sebagai
badan yang merdeka di muka bumi.
Menurut Henry C. Black, negara adalah sekumpulan orang yang secara permanen
menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum (binding by law),
melalui suatu pemerintahan yang mampu menjalankan kedaulatannya secara merdeka dan
mampu mengawasi masyarakat dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu
menyatakan perang dan damai, serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan
masyarakat internasional lainnya.
Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ahli, ada satu patokan standar atau
unsur trandisional dari suatu entitas untuk disebut sebagai negara, seperti yang tercantum dalam
Pasal 1 Konvensi Montevideo The Convention on Rights and Duties of State of 1933 :
“The state is a person of international law should phases the following qualifications:
Permanent population; defined territory; legal government; and capacity to enter into
international relations with the other states.”3
Hal itu dapat diterjemahkan negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki
syarat-syarat atau unsur-unsur konstitutif sebagai berikut: Pertama, penduduk merupakan
kumpulan individu-individu yang terdiri dari dua kelamin tanpa memandang suku, bahasa,
agama dan kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat dan yang terikat dalam suatu negara
melalui hubungan yuridis dan politik yang diwujudkan dalam bentuk kewarganegaraan.
3
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar , Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama Bandung 2006,
h.105
46
B. Kedaulatan Negara dan Negara berdaulat (sovereign state)
Negara sebagai subjek hukum telah di perbincangkan sejak abad 17 terkait hak-hak dan
kewajiban negara telah dimulai sejak abad ke-17 dengan landasan teori kontrak social. Pada
tahun 1916, American Istitute of International Law (AIIL) mengadakan seminar dan
menghasilkan Declaration of the Rights and Duties of Nations, yang disusul dengan sebuah
kajian yang berjudul Fundamental Rights and Duties of American Republics, dan sampai
diselesaikannya Konvensi Montevideo tahun 1933. Hasil Konvensi Montevideo 1933 kemudian
menjadi rancangan deklarasi tentang Hak dan kewajiban negara-negara yang disusun oleh
Komisi Hukum Internasional (International Law Committee) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tahun 1949. Namun komisi tersebut tidak pernah menghasilkan urutan yang memuaskan negaranegara. Adapun Hak-hak dan kewajiban Negara menurut pasal 1 konvensi Montevideo 1933
yaitu Sebuah populasi permanen, wilayah tertentu, pemerintah, kapasitas untuk masuk ke
dalam hubungan dengan negara-negara lain.
Dari segi hukum internasional, syarat (capacity to enter into relation with the other
states) merupakan syarat yang paling penting. Suatu negara harus memiliki kemampuan untuk
menyelenggarakan hubungan-hubungan ekstern dengan negara-negara lain. Hal inilah yang
membedakan negara dalam arti sesungguhnya dari unit-unit yang lebih kecil seperti anggota
suatu federasi, atau protektorat, yang tidak mengurus hubungan-hubungan luar negerinya sendiri
dan tidak diakui oleh negara-negara lain sebagai anggota masyarakat internasional yang
sepenuhnya mandiri.
C. Pengelompokan Negara dan Faktor-faktornya
Kedaulatan negara menurut Holsti dan Karen Mingst, memiliki kedaulatan yang sejajar
dalam hukum, namun dalam prakteknya dalam hubungan internasional dibedakan antara super
47
power, midle power dan small power. Menurut K. J. Holsti, pengelompokan negara-negara
menjadi
beberapa
golongan
disebut
dengan
stratifikasi
internasional
(international
stratification). Pertama, negara adidaya (great power), yaitu Amerika Serikat dan Rusia.
Sementara itu, Kosta Rika dan Timur Leste bisa disebut sebagai negara dengan kekuatan kecil
(small power). Disamping kedua model negara tersebut, terdapat negara dengan kekuatan
menengah (middle power). Adapun kapasitas negara-negara yang super power, middle power,
dan small power ditentukan adanya faktor-faktor yang nyata (tangible) dan tidak nyata
(intangible). Kedua faktor tersebut biasanya dijadikan parameter akademis terhadap penentuan
peran negara.
Dalam hubungan internasional, Holsti mencatat bahwa pembedaan negara-negara
tersebut ditentukan oleh: (1) tingkat kemampuan teknologi (a nations technology level); (2)
ketersediaan kemampuan dan kecepatan kekuatan militer, serta teknologi militer yang canggih
(available intermediate military capabilities, closedly related to it’s technology); (3) reputasi
negara yang mampu mengikatkan daya cengkeram diplomasi yang mempengaruhi negara lain. 4
Pertama, faktor-faktor nyata (tangible) sebuah negara didasarkan pada populasi
(population), wilayah (territory), sumber daya alam dan kapasitas industri (natural resources
and industrial capacity), kapasitas pertanian (agricultural capacity) serta kekuatan militer dan
pergerakan (military strength and mobility). Kesemua faktor tersebut dapat dijadikan patokan
seberapa kuat atau besar kemampuan sebuah negara. China, Rusia, dan Amerika memiliki
jumlah populasi yang besar dan negara-negara tersebut juga memiliki posisi berpengaruh dalam
hubungan global.
Namun ada negara dengan jumlah penduduk kecil namun memiliki kekuatan yang besar
seperti Israel. Sedangkan dalam faktor wilayah letak strategis dan besaran luas juga berperan
4
K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey: Englewood Cliffs, 1983, hlm: 72.
48
adalam menentukan kapasitas sebuah negara. AS merupakan negara yang memiliki wilayah
cukup luas dan letak yang strategis berdekatan dengan negara-negara berpengaruh lainya serta
didukung kemampuan penunjang memiliki kapasitas sebagai negara super power. Banyak negara
yang memiliki wilayah yang luas bahkan lebih besar dari AS seperti Australia, Kanada dan
Sudan namun jika dibandingkan tidak memiliki kekuatan sebesar Amerika. Sumber daya alam
dan kapasitas industri merupakan sumber ekonomi utama sebuah negara yang mana juga
mencerminkan kekayaan negara tersebut. Sebuah negara yang mampu mengelola SDA dan
kapasitas industrinya secara maksimal akan memberikan pengaruh positif terhadap kekuatan
negara tersebut.
Sama pentingnya SDA dan kapasitas industri, faktor pertanian juga berpengaruh dalam
membangun kekuatan sebuah negara. Garda terdepan kekuatan sebuah negara adalah kekuatan
militernya. Ketahanan sebuah negara terhadap ancaman dari luar atau dalam negeri akan terlihat
dari seberapa besar dan maju kekuatan militer dan persenjataan yang dimiliki. Negara-negara
besar seperti Uni Soviet, AS, Cina, Perancis, Inggris, Iran memiliki kekuatan militer tempur dan
persenjataan yang lengkap dan modern untuk menunjang kekuatan negara mereka.
Kedua, faktor-faktor tidak nyata (intangible) mencakup kepemimpinan (leadership and
personality), sistem birokrasi (bureaucratic-organizational efficiency), jenis pemerintahan (type
of government), moral dan kekompakan masyarakat (societal cohesiveness and moral
strengthen), reputasi positif (reputation in positive way) dan dukungan dan ketergantungan luar
negeri (foreign support and dependency)5. Sebuah negara akan diakui kekuatan pengaruhnya
ketika pemimpin negara tersebut memiliki pola jiwa kepemimpinan yang mampu menggunakan
politik berbagai alat dalam pencapaian tujuanya.
5
Theodore A. Coloumbis. Introduction to International Realtion: Power and Justice. University of Scuthern,
Missipi. h.72
49
Beberapa tokoh pemimpin negara yang mampu membawa negaranya diakui atau sifat
kepemimpinanya seperti Napoleon, Hitler, Gandhi, Kennedy, Roesevelt, Mao, Stalin, Kruschev
dan Nixon. Dalam kepemimpinan itu juga akan tercermin bagaimana jalanya sistem kerja
pemerintahan yang tertuang dalam birokrasi. Hubungan langsung antara pemerintah dan
masyarakat dilakukan melalui jalur birokrasi, dan seberapa majunya negara serta cara perlakuan
ke masyaralatnya melalui jalur birokrasi akan menunjukan kualitas negara tersebut. Theodore A.
Coloumbis menegaskan bahwa negara berjalan dan sistem pemerintahan yang digunakan telah
membawa pengaruh dalam bermasyarakat global. Secara garis besar sistem pemerintahan terbagi
dalam jenis pemerintahan demokrasi dan pemerintahan atau negara non-demokrasi. Bagi negara
sekelas AS sudah tentu demokrasi adalah sistem utama andalan mereka. Pemerintah menawarkan
keterbukaan dan kebebasan suluas-luasnya kepada masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan
bersama. Negara-negara yang menempatkan kebebasan individu mewakili negara-negara Blok
Barat Kapitalis.
Namun bagi negara-negara pecahan Uni Soviet demokrasi belum tentu menjadi sistem
pemerintahan ideal bagi mereka. Sebuha sistem pemerintahan akan dianggap tepat digunakan
sebuah negara ketika dirasa namun menaungi kebutuhan rakyat dan penyelenggara negaranya,
namun tak jarang negara-negara yang memiliki pemahaman kekuasaan pemerintah adalah yang
utama maka pemenuhan semua keinginan rakyat bukanlah hal utama. Negara sebagai organisasi
kekuasaan yang sangat dominan, sehingga hak-hak individu harus dikesampingkan untuk
menciptakan keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat, dikenal dengan negara-negara Blok
Komunis.
Kekuatan dukungan dan ketergantungan luar negeri merupakan faktor tambahan yang
cukup berpengarush dalam menentukan kekuatan sebuah negara. Ketika dukungan politik
50
diberikan maka sebuah negara tersebut akan menjadi lebih percaya diri dan meningkatkan daya
tawarnya dengan negara lain. Reputasi sebuah negara adidaya sudah cukup memberikan daya
tawar tinggi dalam berhubungan antar negara dan akan lebih berpengaruh.
D. Tiga jenis Negara berdaulat
a) Negara Adidaya (Super Power)
Sebelum menjelaskan adanya tiga kelompok negara berdaulat ada penyebutan istilah
negara adidaya (a great power), yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Negara-negara yang memiliki
kedaulatan penuh dan status sederajat sebagai negara berdaulat (sovereign state), tetapi juga
memiliki perngaruh yang kuat. Negara super power itu sangat mempengaruhi negara lain.
Kapasitas politik yang kuat, negara super power seperti Amerika Serikat, China, Perancis,
Inggris dan Rusia. Mereka dijamin piagam PBB sebagai anggota tetap PBB (security council of
UNO), juga memiliki hak veto dan sebagai pemegang keseimbangan (balance of power)
kekuatan negara-negara.6
Hak veto berasal dari bahasa Latin yang berarti “saya menolak” adalah hak-hak utama
yang dimiliki negara super power dan dapat membatalkan putusan, tetapan, rancangan peraturan
atau resolusi di Dewan Keamanan PBB. Hak Veto tidak dijelaskan secara spesifik atau gamblang
dalam Piagam PBB, namun bila dicermati dalam pasal 27 Piagam PBB yang berbunyi:
1. Each member of the Security Council shall have one vote.
2. Decisions of the Security Council on procedural matters shall be made by an affirmative
vote of nine members.
3. Decisions of the Security Council on all other matters shall be made by an affirmative
vote of nine members including the concurring votes of the permanent members;
6
Lihat K. J. Holsti, , , ,Hlm: 71.
51
provided that, in decisions under Chapter VI, and under paragraph 3 of Article 52, a
party to a dispute shall abstain from voting.7
Meskipun hak veto tidak secara eksplisit disebutkan dalam Piagam PBB, fakta bahwa
substantif keputusan DK PBB membutuhkan suara setuju dari anggota tetap, berarti bahwa salah
satu dari anggota tetap dapat mencegah pengesahan pengambilan keputusan setiap rancangan
resolusi tentang masalah substantif yang dibahas Dewan Keamanan. Berdasarkan alasan tersebut
acapkali Hak Veto dianggap sebagai prinsip great power unanimity. Satu suara hak veto dapat
membatalkan kesepakatan banyak negara.
Dilihat dari segi hukum dan keadilan, hak veto adalah jelas merupakan sumber awal
ketidakadilan global. Itulah sebabnya Morgenthau sangat peduli untuk melihat hak dan keadilan
ketika negara-negara tersebut melaksanakan hubungan kerjasama
luar negeri, baik untuk
kepentingan politik, ekonomi dan keamanan. Hingga kini kritik dan perdebatan mengenai adanya
hak veto ini masih berlanjut. Hak veto justru dianggap sebagai alat pencapai tujuan pribadi
negara pemegangnya dan menghambat upaya pencapaian damai yang dilakukan Dewan
Keamanan. Theodore A. Coloumbis menyimpulkan bahwa veto itu sebagai bentuk
ketidaksepakatan dari suatu negara adikuasa, yang mencakup penolakan atau putusan yang
dikeluarkan oleh organisasi Dewan Keamanan PBB sebagai penyelesaian yang memalukan. 8
Dalam sejarah Dewan Keamanan, hampir setengah veto yang dikeluarkan adalah suara Uni
Soviet, dan sebagian besar terjadi sebelum tahun 1965. Sejak tahun 1966 dari total 155 veto yang
ada, 133 diantaranya dikeluarkan oleh salah satu dari tiga anggota NATO yaitu AS, Inggris dan
Perancis. Dari tahun 1946 sampai 2008, veto telah dikeluarkan pada 261 kesempatan.
7
8
Lihat Pasal 27 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
A great power veto procedures were slowly and paintly settled, , , ,Hlm: 375.
52
Penggunaan hak tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat sejumlah 82 kali antara 1946 dan 2007.
Sejak tahun 1972 telah menggunakan hak vetonya lebih dari anggota tetap lainnya. 9 Rusia / Uni
Soviet telah menggunakan hak veto 124 kali, lebih banyak dari jumlah veto dua anggota lain dari
lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. 10 Semakin banyak pemikiran yang menginginkan
penghapusan hak veto yang tentu saja ditentang oleh para pemegangnya. Sampai kapanpun
kedua pemikiran akan perlu atau tidaknya hak veto akan terus berlanjut, karena dua kepentingan
besar pemegang hak dan pihak yang menginginkan “keadilan” tidak akan mudah mencapai satu
pemahaman.
Negara-negara super power umumnya memiliki pengaruh yang kuat karena dipergunakan
oleh kedua faktor tersebut. Faktor yang nyata, setiap negara-negara oleh wilayah yang luas
(large teritory), penduduk yang banyak (large population), sumber daya alam dan ekonomi yang
kaya (rich natural, economic sources), kualitas sumber daya manusia (human resources quality),
teknologi dan kekuatan militer (advance technology and military). Amerika Serikat, China, dan
Rusia, tergolong negara-negara yang memiliki faktor yang tangible tersebut. Inggris dan
Perancis tergolong negara super power, tetapi dalam konteks wilayah dan penduduk tidak
sebanyak Amerika Serikat, China, dan Rusia kekuatan militer yang cukup jumlahnya dan
teknologi militer yang tinggi.
Namun citra Inggris dan Perancis hampir tidak dapat ditolak pengakuanya di dunia
negara-negara berkembang. Negara Super power dianggap sebagai negara yang mampu
mempengaruhi tatanan dunia Intenasional secara keseluruhan. Contohnya seperti negara
Amerika Serikat, Rusia. Sedangkan kelima negara super power, memiliki kemiripan dalam
faktor intangible. Persoalannya memiliki sistem Pemerintahan yang lejitimit (legitimate
9
Lihat dalam, www.connexions.org/CxLibrary/CxTypeIndex-ART.htm.
Changing Patterns in the Use of the Veto in the Security Council
http://www.globalpolicy.org/component/content/article/102/32810.html
10
53
government), kepemimpinan yang kuat (strong leader), moralitas penduduk sadar hukum (high
morality), dan penegakan hukum yang tegas dan berkeadilan. Jadi, negara-negara yang telah
terselenggaranya suatu pemerintahan yang demokratis, juga sangat ditentukan oleh model
penegakan hukumnya yang tegas dan berkeadilan.
b) Negara-negara dengan kekuatan menengah (Middle Power)
Negara-negara yang memiliki kekuatan menengah (middle power), tidak sama dengan
kelima negara besar diatas. Tetapi, mereka cukup diperhitungkan sebagai negara yang bersekutu
dengan negara-negara super power. Australia, Singapura, Spanyol, Italia, dan juga Malaysia,
serta Indonesia tergolong sekutu negara-negara super power itu. Secara sosial, ekonomi, negara
yang middle power memiliki kedudukan yang bagus, umumnya menjadi sekutu. Sebagai negara
yang mandiri, mereka tidak sepenuhnya terbebas dari pengaruh negara-negara super power. Jika
dilihat faktor tangible, negara-negara middle power dapat memposisikan dirinya super power,
Australia karena wilayahnya satu benua hanya diduduki satu negara. India wilayahnya yang luas
dan penduduknya kedua terbesar setelah China. Indonesia hampir memiliki wilayah yang luas
dan penduduk yang besar setelah Amerika Serikat.
Namun, negara-negara tersebut memiliki kelemahan dalam faktor intangible, yang tidak
dapat mengungguli negara-negara super power. Pada aspek sosial, ekonomi, dan teknologi
tergolong negara yang maju dan makmur. Namun, stabilitas politik, demokrasi dan HAM, serta
model Pemerintahan yang bersih masih banyak dipersoalkan. Praktek korupsi masih begitu kuat
telah menjadi faktor instability dalam ekonomi. Banyak negara-negara di Timur Tengah sebagai
negara middle power, Saudi Arabia, Kuwait, Iran. Namun, saat ini negara-negara tersebut
tergolong tidak stabil secara politik karena terngah menjalankan reformasi politik, dari sistem
politik tertutup menjadi model terbuka dan demokrasi.
54
c) Negara Small Power
Terakhir, negara small power, tergolong kelompok Negara-negara yang secara sejarah
bekas negara-negara jajahan yang sulit berkembang. Hampir kedua faktor tangible dan
intangible tidak mampu ditegakkan. Di benua Afrika, banyak negara-negara tergolong small
power. Di wilayah Asia Pasifik,Vanuatu, Papua Nugini, Samoa merupakan negara yang tidak
memiliki kemampuan kuat dalam memenuhi kesejahteraan warga negaranya. Small power
merupakan negara yang kurang punya pengaruh dalam sistem internasional. Walaupun begitu,
tindak tanduk mereka juga dapat mengubah sistem internasional sehingga mereka menjadi
penyokong dari kekuatan negara-negara super power, dan middle power.
Negara small power ini negara yang lahir di bawah tahun 1960. Ini hasil dari peperangan
dari penduduk asli atau jajahan. Pada tahun 1955, terdapat suatu Konferensi Asia-Afrika,
membuat kesepakatan yang disebut Dasasila Bandung. Dari sepuluh kesepakatan internasional
dari Bandung tersebut yaitu:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di
dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam soalan-soalan dalam negeri negara
lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian
mahupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
55
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu Negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur
tangan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi mahupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan,
persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum , ataupun lain-lain cara damai,
menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional. 11
Negara-negara Asia-Afrika banyak yang lahir setelah Dasa Sila Bandung, telah
menunjukan dengan jelas pengaruh dari kesepakatan internasional terhadap kesadaran nasionalis
dan kedaulatan negara yang berdaulat dan merdeka dari segala intervensi negara-negara asing.
2.3 Organisasi Internasional
Aktor Non-negara yaitu organisasi internasional antar pemerintah (Intergovernmental
Organization). Organisasi internasional dalam arti luas merupakan bentuk kerjasama antar pihak
yang bersifat internasional untuk tujuan internasional. Pihak-pihak tersebut bisa berupa
perorangan badan-badan bukan negara, yang berada di berbagai negara atau Pemerintah negara.
Adapun tujuan organisasi internasional itu sendiri yaitu mencapai tujuan bersama menyangkut
kepentingan berbagai negara.
11
Lihat isi Dasasila Bandung dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Dasasila_Bandung
56
Organisasi internasional dalam arti yang luas pada hakikatnya meliputi tidak saja
organisasi internasional publik (Public International Organization) tetapi juga organisasi
internasional privat (Private International Organization). Organisasi internasional semacam ini
meliputi juga organisasi regional dan organisasi sub-regional. Ada pula organisasi yang bersifat
universal (organization of Universal Character). Organisasi internasional publik juga di sebut
sebagai organisasi antar pemerintah (intergovermenthal Organization). Tetapi karena
keanggotaannya adalah negara maka organisasi tersebut lazim disebut hanya organisasi
internasional. Organisasi antar pemerintahan negara-negara ini bergerak dalam inisiatif antar
negara. Umumnya berbentuk suatu group atau aliansi, dan setiap negara memiliki perwakilannya
bergerak sesuai dengan tujuan kesepakatan dan perjanjian mengikat. Sering kali memainkan
peran lebih penting ketimbang aktor negara. Keputusannya menyeluruh dan memaksa negara
dinaunginya. Bahkan sampai bisa mempengaruhi Non-Governmental Organizations dan
International Non-Governmental Organization (INGO’s) dalam komunitas global. Seperti
Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations), Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara
(NATO), Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organizations (WTO)), Perserikatan
negara-negara Se-Asia Tenggara (ASEAN), dan lain sebagainya.
1. Beberapa ayat dan organisasi internasional antara lain sebagai berikut: Prinsip
universalitas (Universality) yang di anut oleh PBB termasuk badan-badan khususnya dan
keanggotaannya tidak membedakan besar kecilnya negara, walaupun untuk menjadi
anggota organisasi jenis ini masih mempunyai syarat-syarat tertentu. Prinsip kedekatan
wilayah (Geographic Proximity) yang anggotanya hanya dibatasi pada Negara-negara
yang berada di wilayah tertentu seperti ASEAN. Prinsip Selektivitas (Selectivity) yang
57
melihat dari segi kebudayaan, Agama, Etnis, pengalaman sejarah, dan sesama produsen
seperti Liga Arab, OKI, Negara persemakmuran, OPEC, dan lain sebagainya12.
Organisasi Internasional privat (Private International Organization) merupakan
organisasi yang di bentuk atas dasar non- pemerintah karena itu sering disebut organisasi nonpemerintahan (Non Governmental Organization) atau NGO yang anggotanya badan-badan
swasta atau perorangan. NGO merupakan aktor yang terdiri dari beberapa lembaga di beberapa
negara yang mana regulasinya tanpa campur tangan pemerintah. Tetapi, dalam suatu negara bisa
saja berlindung sebagai koneksi jaringan pemerintah di lingkup sebuah problematika
internasional. Aktor yang cukup signifikan perannya karena keterkaitan dalam isu-isu rumit dan
luas seperti kampanye melawan narkotika, kesehatan dan sebagainya.
Organisasi regional atau subregional. Pembentukan organisasi regional maupum
subregional anggotanya didasarkan atas prinsip kedekatan wilayah seperti South Pasific Forum,
South Asian Regional Association dll. Dalam kaitannya dengan organisasi regional tersebut, PBB
telah mengatur dalam BAB VIII Pasal 52 khususnya yang berkaitan dengan kewajiban
organisasi-organisasi regional untuk ikut serta dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan
regional dan untuk menyelesaikan pertikaian lokal secara damai sebelum diajukan ke dewan
keamanan PBB. Organisasi yang bersifat universal. Pada umumnya organisasi internasional yang
bersifat universal lebih memberikan kesempatan kepada anggotanya seluas mungkin dan tidak
memperdulikan bahwa Negara itu kecil atau besar, kuat atau lemah, karena itu prinsip persamaan
kedaulatan merupakan faktor penting dengan menggunakan hak suara yang sama. PBB termasuk
badan-badan khusus dapat digolongkan dalam jenis organisasi ini. 13
Ciri-ciri umum organisasi internasional
12
13
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 1990, hlm: 23.
Peter Willetts, Ibid
58
Prof Henry G.Schremer memberikan ciri-ciri umum organisasi yang terbagi dalam 3 jenis
yaitu: Universality, suatu organisasi yang biasanya bergerak dengan kegiatan yang luas.
Organisasi dengan ciri ini seharusnya tidak memberikan persyaratan-persyaratan yang berat bagi
keanggotaannya disamping tidak akan memberikan sanksi untuk mengusir anggotanya. Ultimate
Necessity, Menyangkut berbagai aspek kehidupan internasional yang sangat luas yang
diperlukan oleh semua negara seperti maslah cuaca, pelayaran, penerbangan. Organisasi ini lebih
berbentuk teknis
seperti badan-badan khusus
PBB
yang
ada. Heterogenity,
karena
keanggotaannya yang luas maka akan mempunyai perbedaan pandangan, baik dibidang politik
maupun tingkat perekonomiannya serta budaya yang berbeda-beda. Dalam sifatnya yang
heterogen itu, bagi negara anggota yang mempunyai penduduk yang besar akan mempunyai hak
suara yang sama dengan negara yang penduduknya kecil. 14
Suatu organisasi internasional tidak secara otomatis merupakan subyek hukum
internasional. Untuk memperoleh status sebagai subyek HI, maka organisasi internasional harus
memiliki syarat-syarat berikut: (1) piagam pendirian, sebagai konstitusinya yang disepakati oleh
anggota yang ikut dalam perjanjian internasional, (2) memiliki maksud dan tujuan yang jelas
untuk mendukung terselenggaranya perdamaian dan ketertiban dunia, (3) memiliki struktur
kepemimpinan dan struktur organisasi yang akuntabel, (4) memiliki prosedur dan mekanisme
pengambilan keputusan yang mengikat, dan (5) pemberlakuannya dapat dipaksakan kepada
negara-negara anggotanya.15
Dasar hukum yang menyatakan bahwa Organisasai Internasional adalah subyek Hukum
Internasional adalah Pasal 104 Piagam PBB Isi Pasal 104 : “The Organization shall enjoy in the
territory of each of its Members such legal capacity as may be necessary for the exercise of its
14
15
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Bandung: Alumni, 1997, hlm: 37-40.
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Fourth Edition, Oxford: Clarendon Press, 1999, hlm: 203.
59
functions and the fulfilment of its purposes”. Dapat disimpulkan bahwa organisasi akan
menikmati di wilayah masing-masing anggota. Kapasitas hukum seperti yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi dan pemenuhan tujuannya. Organisasi internasional antar pemerintah yang
paling lejitimit adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain memiliki jumlah anggota tidak
kurang dari 192 negara juga memiliki banda-badan tetap (permanent body) yang kuat. PBB
memiliki kelengkapan sidang umum (General Assembly) PBB.16
a) Pembentukan dan Pembubaran
Pembubaran suatu Organisasi internasional dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
alasan. Karena tugasnya telah dapat diselesaikan dan/atau tugasnya diambil alih oleh Organisasi
internasional yang lain. Namun, dalam kenyataannya sebagian besar dibubarkan karena tugasnya
telah dapat diselesaikan. Pengambil alihan tugas suatu organisasi internasional biasanya juga
tidak dilakukan sepenuhnya. Organisasi internasional yang mengambil alih tugas Organisasi
internasional yang lain itu biasanya juga mempunyai tugas tersendiri yang lain. Pembubaran
Organisasi internasional itu dapat ditetapkan berdasarkan anggaran dasarnya, keputusan rapat
anggota, perjanjian internasional dengan Organisasi internasional lain atau kemacetan Organisasi
internasional tersebut.17
Dalam perkembangan sejarahnya, mula-mula organisasi internasional dalam tindakannya
keluar dilakukan oleh salah satu anggotanya. Dan sekarang, tindakan keluar Organisasi
internasional yang diwakilkan kepada salah satu anggotanya sudah tidak dianut lagi. Organisasi
internasional itu kini memutuskan dan bertindak sendiri secara internasional. Bahkan keputusan
Organisasi internasional itu mungkin tidak sama dengan kehendak anggota-anggotanya. Dalam
16
17
Sumaryo Suryokusumo,op.cit, hlm: 46-50.
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh, Jakarta: Sinar Grafika, hlm: 826.
60
hal demikian ini Organisasi internasional merupakan personalitas hukum internasional, yakni
kedudukan sebagai orang atau subjek hukum internasional.
Personalitas hukum dari organisasi internasional dapat ditetapkan secara eksplisit dalam
anggaran dasar oraganisasi internasional tersebut. Namun sering personalitas hukum suatu
organisasi internasional tidak ditetapkan dalam anggaran dasarnya. Dalam hal demikian
kenyataan didirikannya Organisasi internasional untuk melakukan perbuatan internasional
merupakan landasan yang cukup untuk menentukan personalitas Organisasi internasional yang
bersangkutan.18
Terdapat banyak faktor non-negara, di antaranya ada individu-individu, organisasi antar
negara (antar Pemerintah), organisasi internasional non-Pemerintah, gerakan keagamaan,
perusahaan multinasional, etno-nasionalisme, organisasi teroris dan sebagainya. Peranan mereka
sangat penting bagi hubungan internasional suatu negara. 19
b) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)20
Organisasi antar-pemerintah, misalnya Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), berperan
penting dalam hubungan internasional. Kedudukannya di atas negara-negara anggotanya.
Melalui organisasi antar pemerintah inilah berbagai diplomasi dan kerjasama dilakukan. Tujuan
utama pembentukan PBB adalah untuk menjaga perdamaian dunia. Organisasi ini dibentuk untuk
memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan
perlindungan sosial. Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan di San Fransisco pada tanggal 24
18
Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Yogyakarta, Atmajaya, 1998.
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Bandung: Alumni, 1997, hlm: 58-67.
20
PBB merupakan suksesor Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang berkantor pusat di New York dan memiliki kantor
perwakilan di berbagai Negara seperti di Jenewa Swiss dan Wina Austria. Lembaga ini dibentuk untuk
memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan
sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia. Piagam PBB merupakan anggaran dasar yang juga
menjadi sumber rujukan utama hukum internasional dalam kaitannya sebagai sebuah konvensi.
19
61
Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC, namun sidang umum
yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara dan baru berlangsung pada 10 Januari 1946 di
Church House, London. Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama
Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak didirikan di San
Fransisco pada 24 Oktober 1945, sedikitnya 192 negara menjadi anggota PBB. Semua negara
yang tergabung dalam wadah PBB menyatakan independensinya masing-masing, selain Vatikan
dan Tahta Suci serta Republik Cina (Taiwan) yang tergabung dalam wilayah Cina pada 1971.
Hingga tahun 2007 sudah ada 192 negara anggota PBB. Sekretaris Jendral PBB saat ini adalah
Ban Ki-Moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007. Berdasarkan Piagam
pembentukannya, PBB mempunyai empat tujuan utama, yaitu:
1. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia;
2. Membangun hubungan damai dan kerjasama antara negara-negara di dunia;
3. Bekerja sama dengan negara-negara anggotanya dalam pemecahan masalah-masalah
internasional, dan
4. Mendorong penghormatan hak asasi manusia. 21
Piagam PBB membentuk enam struktur utama, yaitu: Majelis Umum, Dewan Keamanan,
Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Kerjasama, Mahkamah Internasional (ICJ), dan Sekretariat.
Meskipun anggota Majelis Umum adalah seluruh negara yang terdaftar, namun badan ini tidak
memiliki kekuatan apapun untuk menetapkan resolusi dan tindakan nyata tanpa persetujuan 5
Anggota tetap Dewan Keamanan. Karena Dewan Keamanan yang beranggotakan Cina, Rusia,
Amerika, Inggris, dan Prancis memiliki Hak Veto untuk mengeliminasi keputusan Majelis
21
Pasal 1 Piagam PBB
62
Umum yang tidak sesuai selera mereka. Intinya Dewan Keamanan adalah kekuatan pokok dan
pengendali bagi keputusan dan tindakan PBB. 22
c) ASEAN
Contoh organisasi antar pemerintah yang lain adalah ASEAN, organisasi yang menaungi
antar pemerintah Asia Tenggara. Dibentuk untuk menggalang kerjasama baik ekonomi,
keamanan dan sebagainya untuk memajukan Asia Tenggara. 23 ASEAN dikukuhkan oleh lima
negara pengasas; Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand di Bangkok. Proses
pembentukan ASEAN dibuat dalam sebuah penandatanganan perjanjian yang dikenal dengan
nama “Deklarasi Bangkok”. Adapun yang bertanda tangan pada Deklarasi Bangkok tersebut
adalah para menteri luar negeri saat itu, yaitu Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos
(Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman
(Thailand).
Pada tanggal 8 Januari 1984, seminggu setelah mencapai kemerdekaannya, Negara
Brunei masuk menjadi anggota ASEAN. Tepatnya tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar
menjadi anggota dua tahun kemudianya, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja
sudah menjadi anggota ASEAN bersama-sama Myanmar dan Laos, Kamboja terpaksa menarik
diri disebabkan masalah politik dalam negara tersebut. Namun, dua tahun kemudian Kamboja
kembali masuk menjadi anggota ASEAN pada 30 April 1999. ASEAN bergerak dengan prinsip
utama yang terkandung dalam piagamnya, antara lain: Menghormati kemerdekaan, kesamaan,
integritas dan identitas nasional semua negara Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan
permasalahan nasionalnya tanpa ada campur tangan dari luar Penyelesaian perbedaan atau
22
23
Pasal 7 dan Pasal 25 Piagam PBB
http://tri-g-s-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-35180.html
63
perdebatan
antar
negara
dengan
aman
Menolak
penggunaan
kekuatan
dan
kekerasan meningkatkan kerjasama yang efektif antara anggota. Perubahan fundamental ASEAN
terjadi ketika anggotanya menyepakati Piagam ASEAN, (ASEAN Charter 2007). Di dalam
piagam tersebut, selain ditegaskan maksud dan tujuan untuk perdamaian dan ketertiban dunia,
juga menegaskan fungsi organisasi dalam pembuatan mekanisme pengambilan keputusan, fungsi
tinggi antar kepala negara atau kepala pemerintahan.
Selain itu, struktur organisasi dan badan-badan utama ASEAN didirikan. Kemajuan
tertinggi yang pernah diraih adalah Komisi HAM ASEAN berfungsi selain turut
mempromosikan HAM di tingkat ASEAN, juga turut ambil bagian dalam menyelesaikan isu-isu
HAM diantara anggotanya. Atas dasar Piagam ASEAN tersebut, maka ASEAN mulai diakui
sebagai personalitas subyek hukum internasional. Akan tetapi, dalam kebutuhan negara-negara
ASEAN yang sedang tumbuh dan berkembang, utamanya nilai-nilai HAM dan demokrasi.
Tingkat kemandirian dalam pengambilan, dirasakan keputusan di ASEAN belum begitu
maju, masih timpang mengingat keputusan harus diambil secara aklamasi. Prinsip ASEAN
harmony masih sangat kental, sehingga untuk kasus-kasus tertentu misalnya terhadap Myanmar,
ASEAN tidak berbuat sesuai dengan yang diharapkan.
d) Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional, merupakan salah satu jenis organisasi internasional yang
karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum
internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal
64
mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu
Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant
dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah
Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk
Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negaranegara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of
the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.24
Organisasi non-pemerintah, kajiannya berbau non-pemerintah, bisa dalam hal ekonomi,
keagamaan, kelompok teroris, ekosistem dan sebagainya. Misalnya, green peace, sebuah
organisasi yang mempunyai peranan dalam hal penyelamatan lingkungan hidup. Organisasi ini
didirikan pada 15 September 1971 karena kebutuhan untuk menyelamatkan habitat-habitat
hewan dan tumbuhan yang terancam, baik oleh manusia maupun bencana alam.
Ada pula gerakan keagamaan dalam hubungan internasional, misalnya pengumuman dari
gereja (Katolik) pusat yang ada di Vatikan ke seluruh gereja (Katolik) yang ada diseluruh dunia.
Hukum keagamaan berkaitan dengan aspek ibadah, kekeluargaan dan juga diatur dalam hukum
kanonik. Bagi umat Islam, jama’ah yang akan melaksanakan ibadah haji di Masjidil Haram,
Saudi Arabia juga dianggap melakukan gerakan keagamaan. Namun, Mekkah tidak dijadikan
subyek hukum. Ada juga organisasi, forum damai dan dialog agama-agama.
Salah satu organisasi internasional yang juga sangat penting adalah perusahaan
internasional. Perusahaan ini tidak hanya berada dalam satu negara saja, tetapi juga di negara
lain. Perusahaan multinasional berperan penting dalam ekspor impor suatu negara. Pada awal
mulanya, hubungan internasional menitikberatkan aktor hanya negara (states). Sudut
pandangnya dari interaksi antar negara yang membentuk suatu pertalian, bertujuan untuk
24
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar maju, Bandung 2003, H.123
65
menciptakan hubungan dinamis yang damai dan harmonis. Dapat dikatakan, bahwa peran
penting aktor negara terletak pada pemerintahan, politik yang dijalankannya, dan individual.
Beberapa alasan dan problematika yang menempatkan hanya pada aktor negara masih belum
bisa dijelaskan secara jelas. Tetapi, peran negara jauh lebih dahulu ada tidak dapat dipungkiri.
Dan dalam perkembanganya, maka dikenal juga dengan aktor non-negara (non-state actor)
seperti organisasi-organisasi internasional.
e) Multi National Corporation
Multi National Corporation (MNC’s) atau suatu perusahaan yang biasanya berada di
banyak negara. Namun, memusatkan manajemen (pembuatan keputusan) pada negara di mana
induk perusahaan berada. Dalam perkembangannya, banyak negara terlibat akan globalisme dan
kapitalisme, sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
MNC. Untuk
menjaga stabilitas ekonomi domestiknya dan menjadikan aktor yang bergerak sebagai MNC.
Organisasi MNC juga dinamakan sebagai corporate yang lebih handal daripada peran negara,
seperti Google, Sony, dan lain sebagainya.
Perusahaan-perusahaan raksasa yang perannya dapat menaklukan dan menciptakan
ketergantungan, sering dikenal sebagai corporatocracy. Suatu perusahaan raksasa yang dalam
aktivitasnya sangat kuat, sebagai akibat dari dukungan militer (kalau di Amerika Serikat,
terdapat Pentagon), politik nasional dan internasional (di Capital Hill – New York), kongres dan
senator, menguasai media elektronik dan cetak, dan juga menguasai pasar global. Misalnya,
McDonald memainkan pasar Junk Food di Indonesia, lebih luas dan dalam lagi seperti PT.
Freeport dan Honda memonopoli perekonomian lewat interest masing-masing. Akibatnya,
66
financial negara tersebut tertekan dan kesejahteraan kembali pada pada sumbernya yaitu negaranegara adidaya.
Organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan kepentingan antar bangsa,
sebagai wadah atau alat untuk melaksanakan kerjasama internasional, sarana untuk
mengkoordinasi kerjasama antar negara ke arah pencapaian tujuan yang sama yang perlu
diusahakan secara bersama-sama. Organisasi internasional baik yang berbentuk organisasi
internasional antar Pemerintahan maupun organisasi internasional non-negara merupakan pola
kerjasama yang melintasi batas-batas negara. Dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan
lengkap telah berlangsung melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan, sehingga lembaga
tersebut dapat mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati
bersama. Persentuhan antara aspek hukum internasional, ekonomi dan politik internasional tidak
dapat dihindarkan. Akibatnya, sumber daya alam seperti minyak yang sumbernya terbatas di
beberapa negara pengekspor tertentu, dapat dimainkan sebagai faktor penentu kepentingan
politis, yang juga berpengaruh pada keamanan internasional. Perang Teluk di Timur Tengah,
sebagai salah satu kasus penting mengingat negara-negara di Timur Tengah yang bergabung
pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (Organization for Petroleum
Exporting Countries) telah berpengaruh pada aspek-aspek keamanan, pertahanan serta ketertiban
internasional.
67
Download