BAB I - E-Journal STIESIA Surabaya

advertisement
ISSN 0000-0000
RISIKO AUDITOR APABILA LAPORAN
KEUANGAN AUDITAN DIGUNAKAN UNTUK
MELENGKAPI PERMOHONAN KREDIT BANK
Soejono Karni*)
ABSTRAK
Bank yang menderita rugi karena dalam pengambilan keputusan pemberian kredit mendasarkan pada laporan auditan dan ternyata laporan auditan terdapat salah saji material. Di Amerika Serikat bank dapat menuntut ganti rugi kepada KAP yang bersangkutan.
Agar mutu audit di Indonesia tidak rendah maka setiap akuntan harus memahami sejarah perkembangan profesi akuntan di Amerika Serikat.
Kata-kata kunci : risiko auditor, laporan keuangan auditan
1. PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak terjadi kredit macet yang penyelesaiannya diserahkan kepada Badan
Penyelesaian Piutang Negara. Calon nasabah yang mengajukan kredit cukup besar kepa-a
bank pada umumnya diwajibkan untuk melampirkan proposal penggunaan kredit dan laporan auditan yang diberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Pada umumnya perusahaan
yang mengajukan kredit mengajukan permintaan audit baru pertama kali diaudit.
Profesi akuntan publik di Indonesia menggunakan standar auditing dan kode etik yang
dikembangkan di Amerika Serikat, namun tidak mengalami berbagai macam kasus-kasus
seperti di sana. Amerika Serikat adalah negara demokrasi, sehingga hak-hak masyarakat
sangat dilindungi.
Profesi akuntan di Indonesia harus memahami sejarah perkembangan profesi akuntan di
Amerika Serikat, apabila tidak maka kemungkinan tanggung jawab akuntan publik seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan auditan akan rendah mutunya.
*)
Drs. Soejono Karni, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

74
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Di Indonesia, apabila terjadi kasus kredit baik dari bank Pemerintah maupun swasta dan
ternyata terdapat perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara termasuk perbuatan tindak pidana korupsi. Sesuai pasal 2 UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dipidana
dengan pidana negara seumur hidup, atau pidana penjara paling sedikit 4 tahun dan paling
lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp 1.000 juta.
Oleh karena itu auditor sebaiknya berhati-hati apabila laporan auditnya digunakan untuk
melengkapi permohonan kredit bank.
2. TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK DI AMERIKA SERIKAT
Tanggung jawab akuntan publik di Amerika Serikat dapat dikelompokkan menjadi :
- Tanggung jawab terhadap klien (pihak yang menandatangani kontrak audit)
- Tanggung jawab pada pihak ke tiga
- Tanggung jawab pada pasar modal
- Tanggung jawab kepada Pemerintah
Tanggung jawab akuntan publik pada umumnya didasarkan pada putusan hakim bila ada
perkara karena adanya tuntutan pihak yang dirugikan akibat dalam mengambil keputusan
mendasarkan pada laporan auditor atau auditor telah melakukan kecerobohan dalam
melakukan audit.
Tuntutan kepada pihak ke tiga timbul dari perkara Ulthamares. Ulthamares dalam
memberikan kredit kepada nasabahnya tahun 1923 mendasarkan keputusannya pada
laporan akuntan. Pada tahun 1925 nasabah bangkrut, dan ternyata piutang dagang dinilai
lebih tinggi.
Ulthamares sebagai pihak yang dirugikan menuntut kepada Kantor Akuntan Publik.
Pengadilan memutuskan bahwa akuntan publik bertanggung jawab terhadap kelalaian
yang bersifat biasa kepada klien dan harus bertanggungjawab atas kelalaian yang besar
kepada pihak ke tiga.
Apabila kelalaian besar tersebut disengaja, maka perbuatan auditor sudah termasuk
perbuatan kriminal yang tentunya ada sanksi dari Pemerintah.
3. KOMENTAR PENGUSAHA NASIONAL TERHADAP KREDIT MACET
Masalah kredit macet mencuat terutama tahun 1993. Pengusaha Nasional Probosutedjo
pernah memberikan pendapatnya terhadap kredit macet yang dimuat dalam Harian Suara

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
75
Pembaharuan (Semarang) tanggal 26 Mei 1993 dengan judul “Kredit macet sulit diatasi
karena pejabat bank ikut main”.
Probosutedjo antara lain memberi komentar sebagai berikut :
- Terjadinya kredit macet itu adaslah akibat permainan oknum pelaksana bank dengan
nasabah. Hal ini sebenarnya sudah terlihat sejak awal. Kredit yang diberikan lebih
besar dari aset yang dijaminkan debitur.
- Malah kuat dugaan, pelarian modal ke luar negeri (capital flight) yang mendapat
kritikan itu, sebagian bersumber dari hasil permainan kredit serupa itu.
- Biasanya dalam tempo tiga bulan masalah sudah timbul. Sebab jangankan cicilan,
bunga pinjamanpun tidak dibayar dan galibnya bank baru mulai bertindak. Sementara
debitur tenang-tenang saja. Nah kalau mau sita – sitalah silahkan. Bank akhirnya
kewalahan karena kalaupun disita nilai agunan di bawah nilai kredit yang diberikan.
Akhirnya kredit dimasukkan dalam pos kredit macet. Dari segi administratif bank, ini
lebih aman karena sebenarnya oknum pelaksana bank ikut main, jadi tidak
dikehendaki masalahnya berkepanjangan.
- Banyak usaha-usaha yang memperoleh pinjaman dari bank Pemerintah yang
melakukan proposal fiktif, jaminan fiktif dan pekerjaan fiktif.
4. AUDIT DAN KEPENTINGAN PENGGUNA LAPORAN AUDIT
Karena adanya tuntutan dari pengguna laporan seperti kasus Ulthamares tahun 1923 di
Amerika Serikat, maka audit sekarang lebih diarahkan kepada kepentingan pengguna
laporan. Dari pernyataan pendapat akuntan menurut Norma Pemeriksaan Akuntan dan
Standar Auditing jelas beda sekali.
Laporan menurut laporan standar auditing lebih menguntungkan bagi pengguna laporan,
karena adanya kata-kata yang menyatakan pendapat auditor, bahwa ia yakin bahwa audit
yang dilaksanakan memberikan dasar yang memadai untuk mendukung pendapat
akuntan.
Dihubungkan dengan kepentingan bank (pemberi kredit), pelaksanaan audit maupun
susunan pendapat akuntan mengarah kepada kepentingan pengguna laporan. Apa yang
diperlukan pengguna laporan misalnya pihak bank, sejalan dengan audit menurut standar
auditing, yaitu mengenai analisa 5 C.

76
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kepentingan bank
Audit menurut Standar Auditing
1. Menilai karakter calon nasabah, 1. Dalam memahami struktur pengen- dalian
karena karakter pada waktu sekaintern, auditor pertama-tama harus menilai
rang sangat besar peranannya dafaktor lingkungan pengendalian. Faktor
lam memutuskan apakah permolingkungan pengendalian sangat berpengahonan kredit ditolak atau diteruh terhadap kewajaran laporan keuangan.
rima.
Unsur yang harus dinilai auditor menurut
SA Seksi 319 (PSA No. 23) paragraf 09
antara lain :
- Falsafah dan gara operasi (integritas) manajemen
- Pengaruh faktor-faktor ekstern
2. Pihak bank menilai condition 2. Menurut standar auditing terdapat pendausaha nasabah, apakah perusahapat wajar tanpa pengecualian dengan baan di masa yang akan datang tehasa penjelasan. Auditor tidak hanya menitap dapat mempertahankan usalai kewajaran laporan keuangan perusahahanya. Termasuk pula persaingan per 31 Desember saja, melainkan juga
an dengan perusahaan sejenis
kelangsungan hidup perusahaan selama sedan kebijakan pemerintah, yang
tahun terhitung dari tanggal laporan audit.
mungkin dapat mempengaruhi
Apabila auditor memberikan pendapat wausaha calon nasabah
jar tanpa pengecualian berarti tidak terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidup-nya dalam jangka
waktu setahun (SA Seksi 341 (PSA No.
30) paragraf 02).

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
77
Kepentingan bank
Audit menurut Standar Auditing
3. Pihak bank dalam pemberian 3. Agunan pokok adalah berupa piutang dakredit harus memperhatikan colgang, persediaan dan investasi/ aktiva tetap
lateral (agunan) baik agunan poyang semuanya nampak di neraca/laporan
kok maupun agunan tambahan.
keuangan calon nasabah yang dibiayai dari
Salah satu keterbatasan bank
kredit bank auditor harus menilai kewajaradalah apakah nilai agunan wajar
an cara penilaian. Namun apakah piutang
dan memang benar-benar ada
dagang, persediaan dan aktiva tersebut beserta milik calon nasabah.
nar-benar milik perusahaan, apabila terjadi
kolusi, prosedur audit menjadi tidak efektif. Dalam hal ini perlu auditor minta pernyataan klien (SA Seksi 333 - PSA No.
17).
4. Bank menilai capacity, yaitu ke- 4. Dalam standar auditing auditor harus memampuan calon nasabah untuk
ngaudit saldo awal, apalagi biasanya audit
memperoleh laba dan mengem
dilakukan untuk pertama kali. Auditor habalikan kredit. Perhitungannya
rus mengaudit saldo awal sebagaimana didengan membandingkan kondisi
atur dalam SA Seksi 323 (PSA No. 56).
laporan keuangan tahun sebelumnya.
5. Dalam menghitung kebutuhan 5. Untuk dapat menganalisa laporan keuangmodal tergantung dari perhitungan dengan wajar apabila neraca awal dan
an capacity dan analisa laporan
neraca akhir disajikan secara wajar. Auditkeuangan dan data lainnya.
or perlu minta pernyataan klien tentang
hal-hal yang menyangkut hutang jangka
panjang dan modal.
6. FAKTOR–FAKTOR YANG MENYEBABKAN KREDIT MENJADI MACET
Faktor-faktor yang menyebabkan kredit menjadi macet cukup banyak, namun biasanya
dikelompokkan menjadi :
- Macet karena bisnis
- Macet karena non bisnis

78
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Apabila kredit macet karena bisnis misalnya adanya produk baru, adanya peraturan
pemerintah merupakan resiko bisnis. Kredit macet non bisnis, ada kemungkinan
disebabkan oleh tidak akuratnya data atau informasi yang dipakai dasar dalam
pengambilan keputusan atau nasabah tidak menggunakan kredit sesuai perjanjian kredit.
Dalam menilai 5 C apabila pihak bank sepenuhnya mendasarkan pada laporan akuntan,
maka tentu pihak bank akan menyalahkan akuntan yang bersangkutan karena dalam
pendapat akuntan dikemukakan bahwa auditor yakin tidak terdapat salah saji material.
Misalnya aktiva yang dijadikan agunan pokok ternyata di mark up atau sebagian fiktif
atau bukan milik nasabah, tentu pihak bank akan menghadapi kesulitan dalam menyita
barang-barang atau aktiva tetap yang diagunkan.
Apabila penanganan kasus kredit macet tersebut oleh penyidik (Jaksa atau Polisi),
penyidik pada umumnya minta bantuan akuntan untuk menghitung kerugian keuangan
dan atau perekonomian negara. Disamping itu auditor juga diminta oleh penyidik
pelanggaran hukum yang dilakukan nasabah khususnya hukum materiil.
Biasanya auditor kalau terjadi kasus sering dipanggil ke Kejaksaan atau Kepolisian untuk
menjadi saksi ahli.
7. LANGKAH–LANGKAH AUDIT TERHADAP PENYALURAN KREDIT
YANG DIDUGA TIDAK BENAR
Dalam audit ini auditor harus mengarah pemeriksaan apakah penyaluran kredit menyimpang dari ketentuan bank sendiri atau ketentuan lain (memperoleh buktii melawan hukum
secara materiil) dan pengaruh terbesar terhadap terjadinya kredit macet antara lain
penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan rencana.
Auditor yang berusaha memperoleh bukti perbuatan melawan hokum secara materiil dan
pihak penyidik misalnya Jaksa yang mengusut mengapa nasabah atau pegawai bank telah
melakukan perbuatan melawan hokum secara materiil.
Langkah audit pemberian kredit di kantor cabang antara lain sebagai berikut:
a. Memperoleh semua ketentuan dari bank yang bersangkutan dan ketentuan dari Bank
Indonesia dan ketentuan lain yang ada hubungannya dengan penyaluran kredit yang
diperiksa.
b. Minta berkas penyaluran kredit dari permohonan sampai dengan kredit macet dan
tidak diperpanjang lagi atau diserahkan ke BUPN.
c. Periksa permohonan kredit dan lampirannya misalnya:
- Laporan keuangan perusahaan.
- Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.
- Laporan study kelayakan.
- Rencana penggunaan kredit.

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
79
Perhatikan laporan keuangan tersebut apakah telah di mark up, karena asset perusahaan
akan dijadikan agunan calon nasabah.
d.
Periksa disposisi Kepala Cabang dan analisa kredit yang dibuat petugas kredit. Pada
saat petugas kredit mengunjungi calon nasabah apakah minta bukti-bukti / data-data
misalnya mengenai neraca, rencana produksi / penjualan dan agunan dan lain-lain
yang terakhir.
Periksa apakah petugas bank dalam membuat analisa kredit sehingga diperoleh
kesimpulan permohonan kredit bias diteruskan ke Kantor pusat didasarkan pada :
- Laporan keuangan yang diaudit Akuntan Publik.
- Laporan study kelauakan
atau didasarkan pada data /bukti tambahan yang diperoleh langsung dari calon nasabah.
Periksa informasi dari bank tentang character calon nasabah.
e.
f.
Periksa agunan yang akan diserahkan, apakah berupa tanah, gedung atau barang
persediaan. Periksa apakah nilainya tidak di mark up dan apakah agunan marketable.
Pada tahap ini biasanya bukti-bukti agunan belum di serahkan oleh calon nasabah,
baru foto copy.
Setelah permohonan tersebut diteruskan ke Kantor pusat untuk kredit yang
jumlahnya relatif besar ada petugas kredit dari Kantor pusat yang dating ke Kantor
Cabang. Petugas dari pusat juga mendatangi calon nasabah untuk memperoleh datadata yang terakhir mengenai perkembangan perusahaan.
Dimisalkan kredit yang dimohon untuk tambahan pembelian mesin-mesin pabrik
dan modal kerja. Analisa oleh petugas dari Kantor pusat sangat menentukan dapat
atau tidaknyadiberikan kredit dengan memperhatikan :
- Charakter
- Capacity
- Capital
- Coblateral
- Condition
Periksa apakahdalam menentukan capacity (kemampuan / kesanggupan mengelola kredit)
dan capital (modal usaha calon nasabah) petugas yang bersangkutan mendasarkan analisa
keuangan yang sumber datanya di ambil dari laporan keuangan yang telah diaudit
Akuntan Publik dan study kelayakan tau mendasarkan data baru / laporan-laporan yang
diperoleh dari perusahaan. Apabila auditor jeli, kadang-kadang laporan baru yang
diperoleh dari perusahaan selain di mark up juga dimanipulasi (hal ini antara lain dapat
diketahui bila dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit Akutan Publik atau

80
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Study Kelayakan). Auditor juga perlu memeriksa apakah agunan yang akan diserahkan
masih sama dengan laporan cabang atau berbeda.
g. Periksa mengenai persyaratan dalam:
- Syarat-syarat efektif kredit
- Syarat-syarata penanda tanganan kredit
- Syarat-syarat pencairan kredit
Benar-benar dipenuhi atau ada yang ditangguhkan atau dilanggar oleh calon nasabah.
h. Periksa perjanjian kredit, yang umumnya berisi :
- Jumlah kredit yang disetujui.
- Rencana penggunaan kredit
- Agunan yang diserahkan.
- Syarat-syarat pencairan kredit
- Dan lain-lain.
Mengingat perjanjian kredit dibuat secara sah, maka merupakan undang-undang bagi
bank dan nasabah yang mengikat untuk dipenuhi.
i.
j.
k.
Audit yang paling penting adalah saat pencairan kredit dan penggunannya. Sering
apabila syarat pencairan harus menyerahkan bukti pembelian mesin atau bahan baku,
kwintasi tersebut tidak benar bahkan fiktif. Penggunaan kredit yang menyimpang
dari perjanjian kredit umumnya penyebab utama terjadinya kredit macet.
Apa yang diuraikan diatas hanya secara garis besar saja, sedang dalam kenyataannya, walaupun masalahnya sama yaitu penyaluran kredit yang tidak benar yang
umumnya sama sekali tidak diangsur / diangsur sedikit sekali, namun masing-masing kasus mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.
Kerugian pihak bank, ada yang dihitung pokoknya saja namun ada pula yang dihitung
berikut bunga sampai kredit tersebut diserahkan ke BUPN.
Dengan mengacu pada putusan Mahkamah Agung No.275/Pid/1983 mengenai kasus
Nata Legawa, yang berpendapat bahwa adanya pemberian kredit kepada P.T.Jawa
Building setelah adanya larangan pemberian kredit untuk proyek real este,
mengakibatkan dana yang telah diberikan untuk keperluan real estate tidak dapat
digunakan untuk sector-sektor lain yang diprioritaskan pemerintah, hal mana jelas
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.(Hamzah 1986: 50).
Kredit macet non bisnis atau penyaluran yang tidak benar ada yang demikian cair tidak
mengangsur, bahkan bunga yang dibayar hanya beberapa bulan saja jelas merugikan bank
dan keuangan negara atau perekonomian negara.

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
81
Pihak bank akan mengalami kesulitan likuidiatas. Apabila kredit pokok dan bunganya
dibayar sesuai perjanjian, berarti dana tersebut dapat dipinjamkan ke nasabah yang
memerlukan.
Contoh pemeriksaan kredit macet non bisnis
1) Permintaan bantuan tenaga ahli dari penyidik
Menurut pasal 120 (1) KUHAP dalam hal menganggap perlu penyidik dapat minta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki kahlian khusus. Atas dasar pasal 120 (1)
KUHAP Kejaksaan Negeri A pada tanggal 1 September 1997 minta bantuan kepada
Kantor lembaga pengawasan B dalam penyidikan menyangkut perkara pemberian kredit
bermasalah kepada nasabah C pada tahun 1994 oleh Kantor Cabang Bank D yang
berkantor pusat di Jakarta.
Kantor lembaga pengawasan B setelah menerima surat dari kejaksaan Negeri A
menerbitkan surat tugas per 8 September 1997 kepada auditor S yang berlatar belakang
akuntan untuk membantu penyidikan yang dilakukan oleh Kejaksaan
Negeri A.
2) Langkah-langkah auditor pada saat pertama kali ke kejaksaan
Auditor S datang ke kejaksaan Negeri untuk mengerahkan surat dari Kantor Lembaga
Pengawasan B. S etelah diadakan pembicaraan seperlunya, maka auditor menanyakan
kepda Jaksa penyidik mengenai:
- Apakah pengawasan kasus oleh kejaksaan sudah tahap penyidikan (DIR)
- Apakah jaksa telah memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk memeriksa rekening
giro / simpanan nasabah.
- Apakah calon tersangkah ditahan atau tidak.
- Apakah bukti-bukti yang ada hubungannya dengan pemberian kredit sudah disita.
3) Ringkasan kasus kredit bermasalah
Apa yang dikemukakan penulis dibawah sekedar contoh kasus sehingga dapat
memudahkan bagi auditor dalam menangani kredit bermasalah.
Ringkasan kasus
P.T. X bergerak dibidang industri pengolahan kayu yang produksinya dijual ekspor dan
local. Pabrik mulai dibangun tahun 1994 dan berproduksi tahun 1996 Nilai investasi yang
telah dilakukan sampai dengan akhir tahun 1990 sebesar Rp 8,5 miliar dengan rincian:
Tanah
: Rp 4 miliar
Gedung pabrik
: Rp 0,5 miliar

82
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Mesin-mesin
: Rp 3,5 miliar
Lain-lain
: Rp 0,5 miliar
Menurut –penjelasan perusahaan, investasi tersebut seluruhnya dibiayai dengan modal
sendiri (pemegang saham), dan dalam neraca perusahaan sebagai lawan adalah rekening
adalah hutang kepada pemegang saham. Modal kerja perusahaan sangat kecil.
P.T. X dengan alasan ingin memperluas pabrik serta mesin-mesin yang telah dibeli
sebagian bias diberi kredit bank serta untuk modal kerja , maka pada bulan pebruari 1994
mengajukan kredit kepada Bank C sebesar Rp 5 miliar dengan rincian:
Kredit Investasi
: Rp 3,5 miliar
Kredit Modal Kerja
: Rp 2 miliar
Kredit investasi tersebut sebagian akan digunakan untuk pembelian tambahan mesinmesin baru sebagaimana dituangkan dalam laporan study kelayakan. Permohonan kredit
dilampiri laporan study kelayakan atas rencana perluasan pabrik pengolahan kayu. Pada
bulan januari 1996 nasabah tidak membayar bunga dan angsuran yang jatuh tempo bulan
juni 1995 sebesar Rp 1 miliar.
4) Pemeriksaan yang dilakukan auditor dan Jaksa penyidik
Walaupun pada saat auditor mulai melakukan audit penanganan perkara tresebut sudah
DIK, namun perolehan bukti melawan hukum secara materiil masih sedikit sekali. pihak
Jaksa penyedik secara intensif memeriksa calon tersangka (nasabah) dan pejabat bank.
Auditor minta kepada penyidik untuk memperoleh bukti dari pemohon kredit
Secara baik yang dilakukan nasabah maupun pejabat bank.
5) Pemeriksaan terhadap hasil analisa petugas Kantor Cabang
Pemeriksaan diarahkan terhadap alasan-alasan yang mendasari keputusan Kepala Cabang
untuk meneruskan permohonan kredit ke Kantor pusat.
- Dalam membuat analisa petugas bank mendasarkan pada data-data yang diperoleh
dari pihak peusahaan
- Penilaian terhadap obyek usaha perusaan tidak didasarkan pada study kelayakan.
Penilaian analis kredit oleh petugas bank meliputi:
(1) Collateral
Dalam menilai kelangsungan hidup calon nasabah pihak bank mendasarkan pada
persaigan usaha dengan perusahaan sejenisnya.

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
83
(2) Character
Pihak bank telah menghubungi beberapa bank untuk minta informasi mengenai character
calon nasabah.
(3) Capital
Petugas analis kredit cabang dalam menghitung investasi tidak mendasarkan pada hasil
study kelayakan, melainkan data-data yang diperoleh dari perusahaan, sehingga nilai
investasi jauh lebih besar dari kredit yang diminta.
(4) Capacity
Dalam menganalisa kemampuan perusahaan memperoleh laba,analis kredit cabang hanya
mendasarkan pada laporan-laporan yang diterima dari calon nasabah, tanpa
memperhatikan laporan menurut study kelayakan dan cenderung di mark up, sehingga
perusahaan calon nasabah sangat mampu memperoleh laba dan membayar bunga serta
membayar kredit yang telah jatuh tempo.
(5) Penilaian terhadap agunan (collateral)
Pihak bank menerima saja apa yang dilaporkan oleh calon nasabah, bahkan nilainya lebih
besar dari pada yang dilaporkan menurut study kelayakan.
Nasabah mengaku punya utang pada Bank H sebesar Rp 2,5 miliar, namun utang tersebut
akan dilunasi dengan dananya sendiri apabila permohonan kredit disetujui.
Dari hasil audit terhadap analisa petugas kredit dapat disimpulkan :
- Analisa-analisa yang dilakukan didasarkan pada data-data yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan kewajarannya (data dari calon nasabah yang cendrung di
mark up dan di manipulasi);
- Tidak menggunakan laporan study kelayakan / laporan akuntan independen
- Dalam menilai agunan cendrung diperbesar nilainya (mark up dari data yang sudah di
mark up).
- Percaya saja bahwa hutang pada Bank H akan dilunasi dengan dananya sendiri oleh
calon nasabah.
Perbuatan yang dilakukan analis kredit tersebut bertentangan dengan sikap hati-hati yang
diperlukan dalam pemberian kredit.
(6) Hasil analisa petugas kredit Kantor pusat
Hasil analisa Kantor Cabang berikut laporan study kelayakan dikirim ke Kantor pusat
Bank D. petugas bagian kredit Kantor pusat datang ke Kantor Cabang dan mendatangi
pabrik calon nasabah dalam rangka memperoleh data-data terbaru.

84
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Dari hasil pemerikasan terhadap analisa petugas kredit dari Kantor pusat, adalah sebagai
berikut:
Charakter calon nasabah
Dalam menilai charakter calon nasabah, petugas pusat mendasarkan hasil penilaian
Kantor Cabang yaitu reputasi nasabah baik cukup baik.
Capital
Dalam menganalisa capital, tidak mendasarkan pada hasil study kelayakan, bahkan
percaya dengan pembelian mesin-mesin baru oleh perusahaan, sehingga seluruhnya
sebesar Rp 3,5 miliar. Di samping itu percaya pula bahwa perusahaan telah membeli
bahan baku sebesar Rp 2 miliar serta adanya keterangan tertulis, bahwa kebutuhan bahan
kayu gelondongan akan dijamin oleh salah satu suplier. Akibatnya share modal sendiri
calon nasabah seolah-olah menjadi besar.
Capacity
Dalam menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba, semata-mata mendasarkan
pada data dari perusahaan. Bahkan apabila diperbandingan antara data menurut study
kelayakan jelas perolehan laba menurut laporan perusahaan telah dimanipulasi. Dari
aspek produksi maupun aspek pemasaran tidak ada masalah, sehingga hasil analisa
mengenai capacity sangat baik.
Dalam menentukan kebutuhan modal kerja, juga tidak menggunakan data-data menurut
studi kelayakan, melainkan dihitung sendiri dengan memperbanyak kegiatan-kegiatan
yang perlu diberi modal kerja.
Akhirnya kredit yang diusulkan tidak lagi sebesar yang dimohon , melainkan naik
menjadi :
Kredit investasi
: Rp 3,5 miliar
Kredit modal kerja
: Rp 2,5 miliar
Agunan
Agunan tidak saja berupa nilai Investasi P.T. X tetapi ditambah lagi persediaan, bahan
baku dan barang jadi yang nilainya Rp 2,5 miliar. Disamping itu nasabah akan
menyerahkan tanah di Mojokerto.
Lain-lain
Petugas dari Kantor pusat percaya saja bahwa nasabah akan segera melunasi hutangnya
pada Bank H sebesar Rp 2,5 miliar dengan dananya sendiri setelah permohonan kredit
disetujui sehingga tidak mempengaruhi analisa keuangan. Dalam neraca hutang Rp 2,5
miliar yang akan segera dilunasi calon nasabah, dimasukkan sebagai hutang jangka
panjang.
Usulan kredit sebesar Rp 6 miliar disetujui oleh Direksi.

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
85
Perbuatan dalam menganalisa kredit tidak didasarkan laporan stuidy kelayakan, namun
didasarkan pada data dari perusahaan yang cenderung di mark up adalah merupakan
penyimpangan.
8. AUDIT YANG DILAKUKAN AUDITOR
Auditor yang membantu penyidik melakukan audit secara detail terhadap bukti-bukti
mulai permohonan kredit sampai kredit dinyatakan macet.
Apabila dalam menilai capacity, capital dan callateral pihak bank mendasarkan
sepenuhnya pada study kelayakan dan laporan akuntan , maka audit diarahkan pada
kondisi akun neraca setelah dibet terutama persediaan, pihutang dagang, uang muka
pembelian dan aktiva tetap.
Apabila ternyata persediaan, pihutangdagang uang muka pembelian , aktiva tetap
sebagian fiktif dan di mark up maka auditor akan memberi tahu kepada mengenai Jaksa
untuk mengusudnya termasuk pula mengenai penilaian auditor terhadap intergritas
nasabah sebagai konsekwensi audit telah dilaksanakan sesuai standar auditing dan
laporan perusahaan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian, apabila sebagian besar
pihutang dagang dan persedian fiktif, uang muka pembelian fiktif, nilai aktiva tetap (nilai
investasi) di mark up dan sebagian bukan miliknya , maka auditor akan memberikan
bahan pertanyaan kepada Jaksa misalnya:
a.
b.
Mengapa KAP tidak melakukan konfirmasi piutang, uang muka pembelian serta
melakukan
Mengapa KAP tidak minta pernyataan tertulis dari klien bahwa piutang, persediaan
uang muka pembelian tidak fiktif, kwintansi perolehan aktiva tetap seperti mesin sah
dan tidak palsu.
Kalau di Amerika Serikat sesuai Comman law maka apabila terbukti terdapat kelalaian
audit disengaja dalam melaksanakan audit selain KAP akan dituntut ganti rugi oleh Bank,
juga ada kemungkinan pemerintah pun akan memberikan sanksi misalnya tidak boleh
praktek.
Di Indonesia pun pada masa yang datang menurut penulis mungkin juga berlaku
demikian.
Interaksi antara frofesi akuntan publik Indonesia dengan pemakai jasanya belum begitu
terungkap sehingga tuntuntan kebutuhan pemakai jasa belum tertangkap dengan jelas
oleh profesi tersebut. Tuntutan pengadilan mengenai ketidak puasan pemakai jasa akntan
publik belum pernah dialami oleh profesi akutan publik. Dengan demikian profesi
akuntan publik Indonesiabelum dapat merasakan sampai seberapa jauh tanggung jawab
yang harus dipikulnya dalam menilai kewajaranlaporan keuangan kliennya. Profesi

86
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
akutan publik Indonesia telah menggunakan laporan audit yang dikembangkan di USA ,
yang merupakan pencerminan tanggung jawab yang dipikul akutan publik disana.
Apakah dengan demikian profesi akuntan publik Indonesia juga menyanggupi untuk
memikul tanggung jawab yang sama seperti yang ditanggung oleh akuntan publik di
USA. ?
9. PELAKU TINDAK PIDANA
Pelaku tindak pidana sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam
pasal 55 KUHP.
(1) Dipidana sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana
1e. orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan
perbuatan itu.
2e. orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah makai kekuasaan atau pengaruh,
kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi kesempatan, daya upaya
atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan sesuatu perbuatan.
(2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub 2e. itu boleh dipertanggungjawabkan
kepadanya hanyalah perbuatan yang dengan sengaja dibujuk oleh mereka itu, serta
dengan akibatnya.
Pasal 56 KUHP
Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan.
1e. barang siapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu
2e. barang siapa dengan sengaja memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan
untuk melakukan kejahatan.
Apabila laporan auditan terdapat salah saji yang sangat materiil dan penyidik dapat
membongkar hubungan antara nasabah dengan auditor, lebih-lebih apabila terbukti
auditor melanggar kode etik misalnya menyangkut fee audit maka auditor mungkin
diperlakukan sebagai orang yang membantu nasabah atau turut serta dalam melaksanakan
perbuatan pidana tersebut.

Risiko Auditor atas Laporan Keuangan Auditan (Soejono Karni)
87
10. TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA
Tanggung jawab akuntan publik yang paling berat adalah apabila laporan auditnya
dipakai oleh pengguna laporan sebagai dasar pengambilan keputusan misalnya dalam
pemberian kredit oleh bank.
Apabila ternyata laporan audit terdapat salah saji material, maka pada saat kredit tersebut
macet (non bisnis) maka akan ketahuan oleh pengguna laporan auditan. Pengguna laporan
pada umumnya langsung menyalahkan auditor karena dalam pendapat akuntan
disebutkan bahwa auditor yakin bahwa tidak terdapat salah saji material dalam laporan
keuangan.
Tanggung jawab hukum akuntan publik di Amerika Serikat terus berkembang sesuai
perkembangan kasus-kasus yang terjadi dan menuntut tanggung jawab yang semakin
besar. Di Indonesia pun seharusnya juga memikul tanggung jawab yang sama, namun
karena kondisi sosial para akuntan di Indonesia belum seperti di Amerika Serikat
mungkin sulit dilaksanakan. Namun bagaimanapun juga auditor harus berhati-hati,
melaksanakan audit sesuai standar auditing agar memperkecil resiko yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standar Profesional Akuntan Publik
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


88
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 74-88
Download