peta jalan implementasi kerangka kualifikasi

advertisement
EDUCATION SECTOR ANALYTICAL AND CAPACITY DEVELOPMENT PARTNERSHIP
(ACDP - 024)
Support to the Development of the Indonesian
Qualification Framework
PETA JALAN IMPLEMENTASI KERANGKA
KUALIFIKASI
Maret 2016
Kemitraan untuk Pengembangan Analisis dan Kapasitas Sektor Pendidikan
(Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership/ACDP)
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E, Lantai 19
Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Tel. +62 21 5785 1100, Fax: +62 21 5785 1101
Website: www.acdp-indonesia.org
Email Sekretariat: [email protected]
Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS), Pemerintah Australia melalui Australian AID,
Uni Eropa (EU) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) telah membentuk Kemitraan Untuk Pengembangan
Analisis dan Kapasitas Sektor Pendidikan (ACDP). ACDP adalah fasilitas untuk mendorong dialog kebijakan
dan memfasilitasi reformasi kelembagaan dan organisasi untuk mendukung implementasi kebijakan dan
membantu mengurangi disparitas dalam kinerja pendidikan. Fasilitas ini merupakan bagian integral dari
Program Dukungan Sektor Pendidikan (Education Sector Support Program /ESSP). Dukungan EU untuk ESSP
juga mencakup dukungan anggaran sektor bersama-sama dengan program pengembangan kapasitas
Standar Pelayanan Minimal. Dukungan Australia diberikan melalui Kemitraan Pendidikan Australia dan
Indonesia. Laporan ini telah disusun dengan dukungan hibah dari Australian Aid dan EU melalui ACDP.
Institusi yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan studi ini adalah Trans Intra Asia.
ANGGOTA TIM STUDI YANG MENYUSUN LAPORAN INI ADALAH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bagyo Y Moeliodihardjo, Higher Education Expert / Team Leader
Ann Elizabeth Doolette, Qualifications Framework Expert
Andrea Bateman, Qualifications Framework Governance Expert
Megawati Santoso, Qualifications Framework Expert
Eliane Kotler, Recognition of Prior Learning Expert
I.B. Ardhana Putra, Recognition of Prior Learning Expert
Sumarna F. Abdurahman, Vocational Education & Training Expert
Anna Agustina, Communications Specialist
Pandangan-pandangan yang disampaikan didalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab
para penulis dan tidak berarti mewakili pandangan-pandangan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Australia,
Uni Eropa atau Bank Pembangunan Asia.
Daftar Isi
Daftar Isi ..................................................................................................................................i
Daftar Singkatan....................................................................................................................ii
1
Latar Belakang dan Rasionalisasi .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................................... 1
1.2 Rasionalisasi dari KKNI ............................................................................................................................ 2
2
Pengalaman Internasional dalam Menerapkan KKN ..................................................2
3
Peta jalan Penerapan KKNI di Pendidikan Tinggi........................................................7
3.1 Struktur KKNI............................................................................................................................................. 7
3.2 Strategi Implementasi ............................................................................................................................ 8
3.3 Tahap Penerapan..................................................................................................................................... 9
3.3.1 Mendorong Akuntabilitas Dalam Menghasilkan Program Bergelar ............................... 9
3.3.2 Jenis dan Definisi Baru Kualifikasi .......................................................................................... 10
3.3.3 Sistem Penjaminan Mutu Yang Terpercaya ........................................................................ 10
a) Standar Penjaminan Mutu ................................................................................................. 11
b) Badan Penjaminan Mutu .................................................................................................... 11
c) Penjaminan mutu di jalur profesional............................................................................. 12
3.3.4 Dokumentasi Resmi ................................................................................................................... 13
3.3.5 Situs Web KKNI Pendidikan Tinggi......................................................................................... 13
3.3.6 Logo Iqf Dan Registrasi ............................................................................................................. 13
3.4 Strategi Perlibatan ................................................................................................................................. 14
List of Table
Tabel 1:
Perbandingan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi negara-negara studi kasus:
Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Hong Kong ....................................................................... 5
Halaman i
Daftar Singkatan
AEC
AIPDKI
AIPNI
AQF
AQRF
ASEAN
ASEM
BAN-PT
ASEAN Economic Community
Indonesian Nursing Diploma Education Institution
Indonesian Nursing Education Institution Association
Australian Qualifications Framework
ASEAN Qualifications Reference Framework
Association of South East Asian Nations
ASEAN – EU Education Ministers’ Meeting
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi – National Accreditation Agency for
Higher Education
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional – National Development Planning
Agency
BLK
Balai Latihan Kerja – Skills Training Center
BNSP
Badan Nasional Sertifikasi Profesi – National Professional Certification Agency
BSNP
Badan Standar Pendidikan Nasional – Board of National Education Standards
DGHE
Directorate General of Higher Education
DIKLAT
Pendidikan dan Pelatihan – Education and Training
DLSA
Directorate of Learning and Student Affairs – DGHE, and recently converted into
the Directorate General of Learning and Student Affairs – DGLSA MoRTHE
HHRMA
Hotel Human Resource Manager Association
HKQF
Hong Kong Qualifications Framework
HKSAR
Hong Kong Special Administrative Region
IAI
Indonesian Association of Accountants
IAPI
Indonesian Institute of Certified Public Accountants
IQB
Indonesian Qualification Board
IQF
Indonesian Qualification Framework
KADIN
Kamar Dagang & Industri Indonesia – Indonesian Chamber of Commerce & Industry
KKNI
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia – Indonesian Qualification Framework
LKP
Lembaga Kursus dan Pelatihan – Courses and Training Institute, accredited by MoEC
LPK
Lembaga Pelatihan Kerja – Skills Training Institute, accredited by MoM
LSP
Lembaga Sertifikasi Profesi – Professional Certification Bodies (PCB)
MoEC
Ministry of Education and Culture
MoH
Ministry of Health
MoI
Ministry of Industry
MoM
Ministry of Manpower
MoRTHE
Ministry of Research, Technology, and Higher Education
MRA
Mutual Recognition Arrangement
NZQF
New Zealand Qualifications Framework
PCB
Professional Competency / Certification Bodies – Lembaga Sertifikasi Profesi
PHRI
Indonesian Hotel & Restaurant Association
PKBM
Program Kegiatan Belajar Masyarakat – Community Learning Program
PPNI
Indonesian Nursing Association
RPL
Recognition of Prior Learning
SKPI
Surat Keterangan Pendamping Ijasah – Diploma Supplement
SKKNI/NCS
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia – National Competency Standard
SISLATKERNAS Sistem Pelatihan Kerja Nasional – National Skills Training System
Halaman ii
1
1.1
Latar Belakang dan Rasionalisasi
Latar Belakang
Tuntutan bagi Indonesia untuk segera membangun kerangka kualifikasi nasional didorong oleh
kebutuhan interaksi nasional, regional, dan global.



Berbagai situasi sulit dalam perencanaan, pengembangan, dan pemerkerjaan sumber daya
manusia adalah faktor pendorong nasional dalam pembangunan KKNI. Disparitas kualitas,
ketidakseimbangan massa kritis, dan suplai yang tidak relevan bagi kebutuhan pemangku
kepentingan merupakan masalah utama dalam menghasilkan tenaga profesional dan
terampil.
Di wilayah ASEAN, Cetak Biru Ekonomi ASEAN (ASEAN 2007) menuntut berbagai bidang
kerjasama, termasuk pengakuan kualifikasi profesional. Beberapa Pengaturan Saling
Pengakuan (MRA) dalam bidang teknik, keperawatan, pariwisata, arsitektur, pengukuran
wilayah, praktisi medis, praktisi gigi mulut, dan akuntansi dibuat sejak 2005 untuk mendukung
aliran bebas tenaga terampil melalui ‘harmonisasi dan standarisasi’, khususnya dalam
menyiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. ASEAN juga terhubung dengan wilayah Asia –
Pasifik melalui keanggotaan silang dalam Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Jaringan
Kualitas Asia-Pasifik (APQN). Selain itu, beberapa negara anggota ASEAN yang ikut serta dalam
Peta jalan Kerangka Kualifikasi APEC mengindikasikan bahwa secara prinsip mereka
mendukung konsep kerangka kualifikasi regional.
Dalam menghadapi pergerakan global, Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi
internasional dalam berbagai sektor seperti perdagangan, ekonomi, lingkungan, dan
pendidikan. Beberapa di antaranya adalah GATS (Perjanjian Umum atas Perdagangan Jasa – 5
April 1994), WTO (Organisasi Dagang Dunia – 1 Januari 1995), AFTA (Wilayah Perdagangan
Bebas ASEAN – 1992), Konvensi Regional, Pengakuan atas Hasil Belajar, Diploma, dan Ijazah
Perguruan Tinggi di Asia Pasifik (16 Desember 1983 dan diperbarui 30 Januari 2008). Ratifikasi
ini penting untuk mendukung mobilitas angkatan kerja Indonesia melalui empat moda suplai,
1. Moda 1 –Suplai lintas-batas: kemungkinan bagi penyedia jasa non-residen untuk
menyediakan jasa lintas-batas ke wilayah negara anggota.
2. Moda 2 – Konsumsi luar negeri: kebebasan bagi residen suatu negara anggota untuk
membeli jasa di wilayah negara anggota lain.
3. Moda 3 – Keberadaan Komersil: kesempatan bagi penyedia jasa asing untuk mendirikan,
menjalankan, atau memperluas keberadaan komersil mereka di wilayah negara anggota,
seperti cabang, agen, atau perusahaan subsider.
4. Moda 4 – Keberadaan orang: kemungkinan bagi individu asing untuk dibolehkan masuk
dan tinggal sementara di wilayah negara anggota dalam rangka menyediakan jasa.
KKNI dirancang untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan nasional tersebut, pergerakan regional
dan global sebagai bagian integral dalam strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
nasional dengan berperan sebagai (i) referensi nasional untuk mencocokkan dan menyelaraskan
luaran pembelajaran dari pendidikan formal dan non-formal, atau diperoleh melalui pengalaman
kerja; (ii) sebagai pedoman dan referensi dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan tinggi nasional dan bagi pekerja, industri, bisnis, dan institusi negara untuk merancang
dan mengembangkan jalur karir; (iii) sebagai referensi peningkatan kualitas bagi institusi pelatihan
negara dan swasta; serta bagi asosiasi profesional untuk mengembangkan jalur profesional. Di
tingkat internasional, KKNI berfungsi sebagai alat untuk menerjemahkan kualifikasi tenaga kerja
dan pelajar internasional agar memenuhi sistem kualifikasi Indonesia.
Maka, Kerangka Kualifikasi Indonesia dibentuk dan disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 8,
Tahun 2012.
Halaman 1
1.2
Rasional dari KKNI
KKNI dikembangkan untuk merespon kebutuhan nasional sebagaimana disebutkan diatas dan
juga keterlibatan secara global. Sebagai bagian integral dari strategi untuk meningkatkan kualitas
dari sumberdaya manusia yang berperan sebagai:
(i) referensi nasional untuk menyandingkan dan mengharmonisasikan luaran pembelajran yang
dihasilkan dari pendidikan formal dan non-formal, atau diperoleh melalui pengalaman kerja;
(ii) sebagai garis petunjuk dan juga referensi dari pengembangan atau peningkatan kualitas
pendidikan tinggi nasional dan bagi para pekerja di industri, bisnis, dan institusi publik untuk
merencanakan dan mengembangkan jalur karirnya;
(iii) sebagai referensi untuk peningkatan kualitas institusi pelatihan swasta atau negeri;
sebagaimana asosiasi profesional mengembangkan jalur profesionalnya masing-masing; dan
(iv) pada tingkat Internasional, KKNI berfungsi sebagai alat untuk menerjemahkan pasar tenaga
kerja internasional dan kualifikasi murid untuk memenuhi sistem kualifikasi Indonesia.
2
Pengalaman Internasional dalam Menerapkan KKN
Meski secara sederhana kerangka kualifikasi dapat sekadar berupa instrumen untuk
mengklasifikasikan kualifikasi sesuai dengan kriteria tertentu dalam tingkatan-tingkatan
pembelajaran dan relativitas antar tingkatan tersebut, hal ini tidak lagi cukup di dunia yang secara
cepat mengangkat kerangka kualifikasi sebagai bagian dari sistem kualifikasi mereka.
Kerangka kualifikasi nasional yang sudah matang, seperti Kerangka Kualifikasi Australia (AQF),
telah melebihi sekadar mendefinisikan kualifikasi dan relativitasnya. AQF menjelaskan secara detil
bagaimana kualifikasi perlu dibangun dan kualitas dijamin, serta mengharuskan mereka
teridentifikasi sebagai bagian dari AQF dengan membubuhkan logo AQF pada ijazah dan tercatat
oleh negara. AQF memiliki persyaratan-persyaratan untuk melindungi kualifikasi AQF dari
penggunaan yang salah atau penipuan dalam pemberian gelar dan kualifikasi serta pemberian
kredit pembelajaran lampau. Australia adalah satu-satunya yang memberikan semua informasi ini
dalam sebuah dokumen komprehensif yang dapat diakses semua pemangku kepentingan:
institusi pendidikan, pembuat kualifikasi, badan penjaminan kualitas, petugas registrasi
profesional, pemberi kerja, pelajar, dan orangtua. Dengan demikian, AQF menjadi model
dokumentasi bagi kerangka kualifikasi nasional lain.
Meski kerangka kualifikasi komprehensif seperti ini berpotensi besar bagi negara – meningkatkan
kualitas luaran pendidikan, akses terhadap kualifikasi melalui jalur pembelajaran yang berbeda,
dan pengakuan terhafap kualifikasi oleh negara, pasar tenaga kerja, dan secara internasional – hal
ini sulit diterapkan karena kerumitannya dan pasti ada perlawanan institusi terhadap perubahan.
Menurut orang Eropa, sistem kualifikasi kompleks dan dapat mencakup standar, kriteria dan proses
penilaian, badan-badan resmi, infrastruktur institusional, rancangan kurikulum dan program, skema
pendanaan, dan banyak hal-hal kontekstual lainnya yang tergantung pada keadaan negara dan
budaya. Jajaran kebijakan, prosedur, dan institusi yang luas merupakan bagian dari sistem
kualifikasi.Kita bisa mendefinisikan sistem kualifikasi sebagai semua aspek dari aktivitas suatu negara
yang menghasilkan pengakuan atas pembelajaran. Sistem-sistem ini mencakup cara
mengembangkan dan mengoperasikan kebijakan nasional atau daerah atas kualifikasi, pengaturan
institusional, proses penjaminan mutu, proses penilaian dan pemberian, pengakuan keterampilan,
Halaman 2
dan mekanisme-mekanisme lain yang menghubungkan pendidikan dan pelatihan pada pasar tenaga
kerja dan masyarakat luas. Sistem kualifikasi bisa jadi lebih kurang terintegrasi dan koheren.1
Penerapan kerangka kualifikasi nasional yang berhasil pasti didukung oleh sistem penjaminan
mutu yang kuat agar dapat memberi kredibilitas pada kualifikasi dalam kerangka serta
kepercayaan pengguna pada kualifikasi yang diberikan.Kredibilitas dan kepercayaan adalah
penting baik secara nasional maupun internasional bila ingin kualifikasi diakui bernilai.
Kualifikasi yang dikembangkan dalam kerangka kualifikasi hanya akan bernilai bila mutunya
terjamin. Penjaminan mutu memastikan bahwa standar kualifikasi terpenuhi. Penjaminan mutu
mencakup penilaian (biasa disebut akreditasi) program studi (juga disebut jurusan) yang berlanjut
pada kualifikasi dan penilaian (biasa disebut registrasi) sang penyedia jasa terkait kapasitasnya
untuk menyediakan dan menilai luaran kualifikasi serta mengeluarkan (juga disebut memberi)
kualifikasi dengan integritas. Proses penilaian eksternal disertai penjaminan mutu internal yang
paralel, yang biasanya merupakan prasyarat dalam standar penjaminan mutu. Penjaminan mutu
dilaksanakan sesuai standar kualitas yang telah disetujui.Penjaminan mutu pendidikan dapat
dilengkapi penilaian program studi oleh industri atau profesional eksternal (akreditasi), khususnya
bila kualifikasi merupakan syarat untuk dipekerjakan di industri tersebut.Penjaminan mutu
eksternal amat penting bagi penerapan kerangka kualifikasi dan harus diadakan.
Di seluruh dunia, pendidikan tinggi cenderung ditandai oleh perbedaan antara universitas tua
yang secara tradisional merupakan institusi pendidikan independen, biasanya dengan hak untuk
mendirikan program studi sendiri, dan penyedia pendidikan tinggi baru yang beberapa di
antaranya diberikan status universitas.Universitas tua umumnya memiliki tradisi penelitian yang
kuat.seringkali memiliki peringkat tinggi di jajaran universitas internasional yang berkelas, dan
menarik pelajar-pelajar terbaik nasional maupun internasional.
Universitas semacam itu umumnya berjumlah sedikit di negara manapun dan bekerja sama untuk
menjaga kualitas pendidikan dan penelitian satu sama lain. Sementara universitas baru, karena
umurnya yang masih pendek, jarang diberikan hak untuk mendirikan program studi sendiri dan
harus dimonitor oleh penjaminan mutu eksternal oleh badan-badan yang disponsori
pemerintah.Perbedaan kedua jenis universitas ini tampak jelas dalam studi kasus pada negaranegara yang tercantum dalam laporan ini dan hal tersebut mempengaruhi sistem penjaminan
mutu di negara-negara tersebut.
Sistem penjaminan mutu berada di tahap pembangunan yang berbeda di seluruh dunia, seperti
halnya tahap pembangunan dan penerapan kerangka kualifikasi.Meski demikian terdapat
konsistensi dalam bagaimana penjaminan mutu dilaksanakan di negara-negara studi kasus.



1
Australia memperkuat penjaminan mutu pendidikan tinggi di tahun 2011 dengan
pendekatan berbasis-standar dan pemenuhan-syarat, disertai pergeseran dari badan-badan
pemerintah daerah menjadi satu badan penjaminan mutu nasional. Hal ini menunjukkan
sistem kualifikasi yang matang dan pentingnya kepercayaan diri yang besar terhadap luaran
kualifikasi, terkait hubungan yang kuat antara kualifikasi dan pasar tenaga kerja di Australia.
Sistem yang berbeda namun serupa ketatnya berlaku di Selandia Baru, dengan sistem
kualifikasi yang serupa kematangannya serta hubungan internasional yang signifikan.
Republik Irlandia, salah satu negara anggota Uni Eropa pertama yang menerapkan kerangka
kualifikasi dan membandingkannya pada Kerangka Kualifikasi Eropa, menjadi contoh
Mike Coles, A Review of International and National Developments in the Use of Qualifications Frameworks, European
Training Foundation, Maret 2006 dikutip dari Coles dan Werquin, Moving mountains – the role of qualifications systems
in promoting lifelong learning, OECD, Paris, 2006
Halaman 3

pendekatan yang berbeda dengan mengandalkan keikutsertaan individu di sejumlah kecil
universitasnya.
Hong Kong merupakan contoh negara yang sedang berusaha menerapkan penuh kerangka
kualifikasinya dan menjadi studi kasus sistem kualifikasi yang belum matang dengan
pendekatan metodologi yang berbeda terhadap proses penjaminan mutu.
Secara keseluruhan contoh-contoh ini menggarisbawahi tingkatan kematangan sistem nasional
yang berbeda, dengan kemiripan dalam sistemnya namun perbedaan pendekatan. Nampak jelas
pada empat contoh tersebut bahwa mereka sudah tidak lagi memakai metodologi peningkatan
kualitas peer-based untuk penjaminan mutu, meski hal ini tetap merupakan tambahan yang
penting untuk peningkatan berkelanjutan oleh beberapa negara, seperti Selandia Baru, dan oleh
negara-negara lain yang masih baru dalam membangun penjaminan mutu, seperti Hong Kong
(lihat tabel 1).
Gambaran luas internasional ini melihat baik proses penjaminan mutu yang ditetapkan untuk
instisusi pendidikan tinggi serta standar penjaminan mutu yang bertujuan menilai programprogram studi serta penyedianya. Proses dan standar tersebut membentuk sistem penjaminan
mutu pendidikan yang dibutuhkan oleh sistem kualifikasi nasional berbasis kerangka kualifikasi.
Halaman 4
Tabel 1: Perbandingan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi negara-negara studi kasus: Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Hong Kong
NEGARA
Universitas
otonom
Penilian (awal)
terhadap institusi*
Tidak diterapkan
Penyelenggara Badan Mutu dan
pendidikan
Standar Pendidikan
tinggi lain
Teriser
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Universitas
otonom
Tidak diterapkan
Penyedia
pendidikan
tinggi lain
Badan
Kualifikasi
Selandia Baru (badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Universitas
Tidak diterapkan
Monitoring Institusi
Penilaian terhadap
Program Studi
Badan Mutu dan Standar
Pendidikan Tersier (badan
pemerintah)
secara
reguler dan menilai resiko.
Australia
Semua
berstatus
independen; proses
internal
universitas
diharuskan undangundang TEQSA.
PenilaianInstitusiuntuk
menyediakan Program
Studi
Monitoring Program
Studi
Semua
berstatus
independen;
proses
internal
universitas
diharuskan
undangundang TEQSA.
Badan
Kualitas
dan
Standar Pendidikan Tersier
berbasis resiko; proses
internal
universitas
diharuskan
undangundang TEQSA.
Badan Mutu dan Standar
Pendidikan Tersier (badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Badan Mutu dan Standar
Pendidikan Tersier (badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Selandia Baru
Badan Mutu Akademik Komite
Program
milik Universitas Selandia Akademik Universitas
Baru untuk Universitas milik
Universitas
Selandia Baru
Selandia Baru (hak
legal didelegasikan)
Komite
Program
Akademik
Universitas
milik Universitas Selandia
Baru
(hak
legal
didelegasikan)
Komite
Program
Akademik
Universitas
milik Universitas Selandia
Baru
(hak
legal
didelegasikan)
Badan Kualifikasi Selandia
Baru (badan pemerintah
di
bawah
undangundang)
Badan Kualifikasi Selandia
Baru (badan pemerintah
di
bawah
undangundang)
Badan Kualifikasi Selandia
Baru (badan pemerintah
di
bawah
undangundang)
Badan Mutu dan Standar
Pendidikan Tersier (badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Badan Mutu dan
Standar Pendidikan
Tersier
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Badan
Kualifikasi
Selandia Baru (badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Irlandia
Dewan Mutu Universitas Proses
internal
Proses internal masing- Proses internal masing-
NEGARA
Penilian (awal)
terhadap institusi*
otonom
Monitoring Institusi
Irlandia milik Universitas
Penyedia
pendidikan
tinggi lain
Mutu dan Kualifikasi
Irlandia
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Universitas
otonom
Tidak diterapkan
Penyedia
pendidikan
tinggi lain
Dewan
Akreditasi
Kualifikasi Akademik
dan Kejuruan Hong
Kong
(badan
pemerintah
independen di bawah
undang-undang)
Mutu
dan
Kualifikasi
Irlandia
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
PenilaianInstitusiuntuk
menyediakan Program
Studi
masing masing universitas
Penilaian terhadap
Program Studi
masing universitas
Mutu dan Kualifikasi
Irlandia
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Hong Kong
Dewan Penjaminan Mutu Proses
internal
dengan pendanaan dari masing - masing
Universitas (badan non- universitas
hukum diakui pemerintah)
Dewan
Akreditasi Dewan
Akreditasi
Kualifikasi Akademik dan Kualifikasi Akademik
Kejuruan Hong Kong dan Kejuruan Hong
(badan
pemerintah Kong
(badan
independen di bawah pemerintah
undang-undang)
independen di bawah
undang-undang)
Mutu dan
Kualifikasi
Irlandia
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Monitoring Program
Studi
masing universitas
Mutu
dan
Kualifikasi
Irlandia
(badan
pemerintah di bawah
undang-undang)
Proses internal masing - Proses internal masing masing universitas
masing universitas
Dewan
Akreditasi
Kualifikasi Akademik dan
Kejuruan Hong Kong
(badan
pemerintah
independen di bawah
undang-undang)
Dewan
Akreditasi
Kualifikasi Akademik dan
Kejuruan Hong Kong
(badan
pemerintah
independen di bawah
undang-undang)
Catatan: *Proses penilaian dan standar penetapan universitas-universitas baru tidak diikutsertakan dalam rangkuman ini.
3
Peta jalan Penerapan KKNI di Pendidikan Tinggi
Meski sudah banyak aktivitas di pendidikan tinggi terkait penerapan sejak pengumuman KKNI d
tahun 2012, masih banyak hal yang harus dilakukan sebagai prioritas agar dapat proses penerapan
dapat berjalan penuh, untuk memastikan semua pemangku kepentingan nasional memaham
kewajiban mereka di bawah KKNI dan memahami manfaatnya, serta membangun kredibilitas KKNI d
kancah internasional.
Peta jalan ini mencakup dua bagian i.e. tahap persiapan yang memfokuskan pada penetapan semua
sumber daya yang diperlukan KKNI untuk diterapkan dan tahap penerapan.Agar keduanya dapat
terlaksana secara efektif, pemerintah perlu menentukan tanggal mulai penerapan dan jadwal transis
ke KKNI.
Penerapan KKNI dapat terlaksana setelah semua kebutuhan utama terpenuhi.Yang terpenting yaitu
pengaturan penjaminan mutu KKNI harus siap agar dapat mulai dijalankan.Tanggal mulai resmi yang
disahkan oleh pemerintah harus ditetapkan dan diterbitkan secara formal sebagai informasi bag
semua pemangku kepentingan terutama institusi.Jadwal penerapan harus dibentuk oleh
Kemenristek.Terakhir, jadwal transisi untuk pengesahan program studi dan institusi terhadap
persyaratan KKNI harus disetujui dan diterbitkan.
3.1
Struktur KKNI
KKNI adalah kerangka nasional yang terpadu yang dapat digunakan oleh semua sektor di Indonesia.
Keputusan Presiden Nomor 8, Tahun 2012 mendefinisikan kerangka ini sebagai
... kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
KKNI terdiri atas sembilan tingkat kualifikasi dengan tingkat kualifikasi kesembilan sebagai yang
tertinggi. Jumlah tingkatan ini unik untuk Indonesia dan dirancang agar sesuai dengan kebutuhan
berbagai sektor. Maka, tingkat kualifikasi kesembilan tidak langsung menandakan lebih tingg
daripada tingkat 7 dalam KK Hong Kong atau tingkat 8 EQF, dan tidak pula lebih rendah daripada
tingkat 10 KK Selandia Baru.
KKNI mendorong kesetaraan, dan maka dari itu berperan sebagai referensi nasional untuk saling
mengakui luaran pembelajaran yang dihasilkan dari pendidikan dalam bentuk apapun dan berperan
sebagai alat untuk menerjemahkan kualifikasi tenaga kerja dan pelajar internasional untuk memenuh
sistem kualifikasi Indonesia.
Deksipsi tingkatan KKNI didasarkan pada luaran pembelajaran, yang ditentukan melalui pemetaan
komprehensif akan keadaan angkatan kerja Indonesia terkini dan berasal dari kebutuhan dua-arah
akan pendekatan dorongan-penawaran dan tuntutan-permintaan. Setiap deskripsi mencerminkan
kemampuan secara ilmu dan keterampilan serta sikap negara terhadap komitmen untuk mengaku
keragaman agama, kelompok suku, budaya, bahasa, serta keunikan negara yang berakar dar
Pancasila, Konstitusi, NKRI (integritas nasional), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Halaman 7
KKNI perlu didukung sistem penjaminan mutu yang baik untuk memberi kredibilitas bagi kualifikas
dalam kerangkanya serta kepercayaan pengguna terhadap kualifikasi yang diberikan.
3.2
Strategi Implementasi
Dalam sektor pendidikan tinggi, terdapat tiga implikasi utama dari kebijakan KKNI:
(a) Penempatan dan sanksi semua derajat (kualifikasi) yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi menuju
tingkat KKNI. Oleh karena itu, akuntabilitas penyedia dan sistem jaminan mutu mereka dalam
memberikan derajat (kualifikasi) harus selalu divalidasi dan ditingkatkan.
(b) Pengakuan atas luaran dari berbagai jenis pendidikan tinggi secara bersama (akademis, kejuruan
profesional, spesialis) dan memahami sistem multi entri dan multi exit.
(c) Memupuk dan mengembangkan pengakuan terhadap berbagai jalur (non formal dan in formal)
oleh penyedia pendidikan tinggi sebagai bagian dari pembelajran sepanjang hidup.
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 mengenai KKNI diuraikan dalam sektor pendidikan tinggi
Keputusan ini telah dijalankan, dan Pasal 29 Undang-Undang 12/2012 mengenai Pendidikan Tingg
secara jelas menetapkan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional harus menjadi referensi dalam
mengembangkan kualifikasi. Pasal ini diuraikan lebih lanjut dalam peraturan-peraturan berikut:
 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasiona
Pendidikan Tinggi, khususnya pasal yang mengatur hasil belajar minimum (saat ini dalam proses
untuk direvisi). Peraturan ini mengatur akuntabilitas lembaga penyedia pendidikan dalam
memberikan derajat (kualifikasi) sesuai dengan tingkat KKNI mereka.
 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 81 Tahun 2014 tentang Diploma
Kompetensi dan Sertifikasi Profesi di Perguruan Tinggi. Peraturan ini mendukung mekanisme
saling mengakui hasil dari berbagai jenis pendidikan tinggi (akademik, kejuruan, profesional
spesialis) serta akuntabilitas penyedia dalam bentuk publikasi ijazah tambahan.
 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 73 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan KKN
di Perguruan Tinggi. Peraturan ini memfasilitasi pengakuan berbagai jalur (non formal dan d
formal) oleh lembaga penyedia pendidikan tinggi sebagai bagian dari pembelajaran sepanjang
hayat dalam bentuk Pengakuan Sebelum Belajar/ Recognition of Prior Learning (RPL).
Indikator kinerja utama dari pelaksanaan KKNI yang sukses adalah adanya pengakuan dan
penerimaan kualifikasi tenaga kerja Indonesia 'oleh para pemangku kepentingan di seluruh dunia
Yang akibatnya, ruang lingkup pelaksanaan KKNI tidak harus dibatasi hanya untuk Indonesia, tetap
harus mencakup negara-negara lain juga, seperti yang diilustrasikan pada Gambar-1.
Halaman 8
Gambar-1: Lingkup implementasi dan peta jalan
Pada tingkat nasional, pengakuan kualifikasi bersama diantara produsen (lembaga pendidikan tingg
dan pusat-pusat pelatihan) serta pengusaha (pemerintah dan industri) harus dilakukan. Lulusan dar
institusi pendidikan tinggi dan pelatihan harus memiliki kualifikasi KKNI yang diakui oleh satu sama
lain, oleh rekan mereka di negara lain, termasuk juga oleh pengguna global. Kualifikasi yang
dibutuhkan oleh sektor pemerintah dan industri harus dijelaskan dengan mengacu pada deskrips
tingkat KKNI dan diakui oleh rekan mereka di luar negeri juga.
Untuk mencapai saling pengakuan, sistem penjaminan mutu yang kuat harus diberlakukan di semua
sektor. Inisiatif ini pada waktunya akan meningkatkan akuntabilitas dari pemegang kualifikasi pada
semua sektor dan menyebabkan pengakuan KKNI sebagai sistem standar kualifikasi yang bermakna.
Pada lingkup global, kualifikasi KKNI harus mengacu kepada kualifikasi regional seperti Kerangka
Kualifikasi Referensi ASEAN atau Kerangka Kualifikasi Eropa; selain negara-negara lain yang relevan
Proposisi ini akan membawa pengakuan dari masyarakat internasional terhadap kualifikasi tenaga
kerja Indonesia '.
Peta jalan pelaksanaan KKNI yang komprehensif akan tersirat sebagai fungsi dan tugas dari BKI. Bagian
ini akan mencakup hanya peta pelaksanaan KKNI di sektor pendidikan tinggi.
3.3
Tahap Implementasi
Tahap implementasi terkait RPL (titik c) akan dibahas dalam Bab 6, maka tahap implementasi berikut
menjelaskan poin tersebut a dan b.
3.3.1
Mendorong Akuntabilitas Dalam Menghasilkan Program Bergelar
Hingga tahap ini dikeluarkannya Keputusan Kemendikbud 49/2014 tentang Standar Nasiona
Pendidikan Tinggi, khususnya pasal yang mengatur luaran pembelajaran minimum, sudah sesua
Halaman 9
dengan tujuannya. Belmawa telah menjalankan program pendahuluan dan menguji lebih dari 100
program bergelar untuk menentukan luaran pembelajaran yang disetujui secara nasional.Setelah
luaran tersebut ditentukan, sesuai dengan tingkat-tingkatan KKNInya, mereka harus digabungkan ke
dalam publikasi resmi KKNI dan diterbitkan di website KKNI pendidikan tinggi.
Spesifikasi-spesifikasi khusus per-bidang studi tersebut tidak akan statis seperti halnya definis
kualifikasi umum jenis non-spesifik-disiplin, karena persyaratan bidang studi berubah seiring
perkembangan ilmu dan perubahan tuntutan pasar. Karena umur simpannya yang pendek
diperlukan proses pembaharuan dan penyebaran secara berkelanjutan.
Untuk memastikan keberlanjutan spesifikasi tersbeut, konsistensi penggunaan mereka oleh institusi
dan sesuai dengan para pengguna, proses pengembangan termasuk keikutsertaan pemberi kerja dan
pemangku kepentingan industri, pemeliharaan berkelanjutan serta perbaharuan persyaratan, dan
persyaratan penyimpanan dan ketersediannya harus diformalisasi demi transparansi dan
akuntabilitas. Hal ini dapat terlaksana oleh pengembangan kebijakan Kementerian, sebelum diadops
oleh Badan Kualifikasi Indonesia (IQB).
Luaran yang disetujui secara nasional sesuai dengan tingkat-tingkatan KKNI tertentu adalah secara
minimum seorang lulusan dengan standar kompetensi sesuai dengan Peraturan Kementerian
49/2014, dan oleh karena itu mereka juga berperan sebagai standar penjamnan mutu. Karena badan
penjaminan mutu (BAN-PT dan LAM) memiliki otoritas untuk mengaudit akuntabilitas suatu institus
pendidikan tinggi dalam menghasilkan luaran pembelajaran yang diinginkan.
3.3.2
Jenis dan Definisi Baru Kualifikasi
Jenis kualifikasi dapat dikembangkan oleh sektor manapun, masing-masing dengan definisi yang
menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi, terlepas dari sektor mana mereka diajukan
Tidak ada batasan jumlah jumlah jenis kualifikasi di tingkat tertentu yang dapat diundang-undangkan
meski jumlah yang lebih banyak membuat mereka lebih sulit dipahami.
Karena jenis kualifikasi dimiliki oleh KKNI tersebut, dibutuhkan kepemimpinan dari badan pemerintah
yang diajukan. Bila suatu jenis kualifikasi dipegang oleh dua sektor atau lebih, badan pemerintah akan
menjadi titik koordinasi perjanjiannya. Penting bahwa hanya jenis kualifikasi yang sudah terundang
undangkan dan terdefinisikan yang boleh diterima sebagai bagian dari KKNI. Karena pendidikan
tinggi merupakan salah satu pemangku kepentingan jenis kualifikasi dalam KKNI, terlepas dari apakah
mereka ditawari oleh sektor tersebut, maka Kementerian yang bertanggungjawab atas pendidikan
tinggi perlu berkontribusi pada proses pengembangan jenis-jenis kualifikasi baru dan definisinya.
3.3.3
Sistem Penjaminan Mutu Yang Terpercaya
Penerapan kerangka kualifikasi nasional membutuhkan penjaminan mutu yang kuat dan didukung
oleh pemerintah yang mencakup standar kelayakan dan suatu badan eksternal yang terpercaya untuk
menyetujui dan mengawasi program studi serta kemampuan institusional, dan hal-hal ini berlaku
untuk semua.Sistem ini perlu dipimpin oleh prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan
objektivitas, keterpercayaan, efektifitas (atau kelayakan), efisiensi, dan keterjangkauan.
Kualifikasi yang belum terjamin mutunya oleh sistem penjaminan mutu kerangka kualifikasi tidak bisa
diterima sebagai bagian dari KKNI.Sistem ini perlu didukung dan dipercaya oleh para pemangku
Halaman 10
kepentingan nasional dan harus dipercaya oleh pihak-pihak internasional agar kualifikasi para lulusan
diterima secara global.Tanpa hal ini, penerapan kerangka kualifikasi nasional tidak bisa terlaksana.
Semua penjaminan mutu harus mencakup tiga aspek berikut,


proses persetujuan kualifikasi itu sendiri (biasa disebut akreditasi);
persetujuan organisasi penyedia yang diijinkan menyediakan kualifikasi (biasa disebut akreditas
atau registrasi); dan
Saat ini sebagian besar sistem sudah ada, dengan beberapa pengecualian, meski demikian
penjaminan mutu terhadap persyaratan KKNI belum terlaksana. Dibutuhkan aksi segera untuk
menyelesaikan sistem dan menyetujui pelaksanaan, yaitu:
a)
Standar Penjaminan Mutu
Standar penjaminan mutu baru untuk KKNI (Peraturan Kementerian 49 2014) merupakan gabungan
persyaratan persetujuan program studi dan peninjauan institusional.Namun hal tersebut harus
diperkuat untuk membangun standar hubungan antara standar penjaminan mutu dan KKNI sehingga
ketika mulai dipergunakan program studi wajib memenuhi persyaratan KKNI.Tanpa menutup lubang
ini badan penjaminan mutu tidak berhak memaksakan penggunaan KKNI dan penyerapan program
studi yang memenuhi KKNI. Standar-standar ini, belum diterapkan, saat ini sedang ditinjau untuk
amandemen kecil lainnya, dan disarankan agar perubahan ini diikutsertakan di dalamnya.
Ketika perubahan standar sudah ditetapkan, penting bagi standar dan proses untuk
didokumentasikan dalam satu dokumen komprehensif sedemikian rupa agar mudah diakses semua
pengguna dan disebarluaskan ke semua pemangku kepentingan. Harus ada versi berbahasa Inggris
(bahasa resmi ASEAN), selain dalam Bahasa Indonesia, agar mudah diakses baik oleh negara-negara
ASEAN ataupun oleh komunitas internasional secara luas sebagai cara membangun pengetahuan dan
kepercayaan internasional terhadap kualifikasi Indonesia. Selain tersedia di situs web BANPT, publikas
ini juga harus direferensikan dan dihubungkan pada situs web KKNI pendidikan tinggi.
Dibutuhkan periode stabil bagi standar ini agar dapat mendukung kesuksesan penerapan KKNI dalam
jangka waktu yang layak.
b)
Badan Penjaminan Mutu
Badan-badan penjaminan mutu harus mempersiapkan diri untuk menilai dan menyetujui program
studi dan institusi terhadap standar. Mereka harus membuat jadwal penerapan KKNI agar dapat
mengembangkan sumber daya, proses, dan penilai sesuai dengan standar penjaminan mutu yang
terpercaya nasional maupun internasional. Diperlukan penilaian segera terhadap kemampuan
legislasi dan pendanaan mereka untuk memastikan bahwa badan tersebut dapat bertahan jangka
panjang tanpa terpengaruh perubahan prioritas Kementerian yang membawahinya. Selain itu
mereka juga harus mengkaji prosesnya untuk memastikan objektivitas dan eksternalitas yang kua
dalam pengumpulan bukti, agar dapat melawan kritik terhadap proses penilaian staf universitas yang
sudah ada.
Halaman 11
Badan-badan penjaminan mutu juga harus tunduk terhadap suatu bentuk penilaian eksternal untuk
menunjukkan bahwa mereka memenuhi standar universal2. Idealnya hal ini dilaksanakan setelah
badan tersebut siap beroperasi di bawah persyaratan KKNI sehingga dapat dijadikan panutan yang
dapat diawasi dan dibandingkan seiring perkembangan sistem.Hal ini dapat dilakukan setidaknya
setiap 5 tahun, namun perlu dipertimbangkan melakukan penilaian kedua setelah 3 tahun agar
kepercayaan terhadap penjaminan mutu terbangun secepat mungkin.
Semua institusi harus menjalani penilaian eksternal. Agar memiliki kredibilitas internasional
universitas otonom harus meniru standar dan proses penjaminan mutu yang diakui negara sebaga
bagian dari penjaminan mutu internal mereka. Sistem internal mereka harus diperlihatkan pada para
pemangku kepentingan melalui suatu persyaratan untuk mempublikasikan proses dan laporan luaran
mereka di situs web masing-masing. Kemenristek dapat membantu mempercepat proses ini.
c)
Penjaminan mutu di jalur profesional
Munculnya bentuk persetujuan kedua bagi program studi jalur profesional dalam pendidikan tingg
seiring dibentuknya LAM menciptakan kerumitan tambahan dalam sistem yang sedang berusaha
berdiri.
Mengambil langkah yang berbeda dari penjaminan mutu program studi pendidikan, khususnya
dalam tahap awal penerapan KKNI, beresiko memiliki mutu yang berbeda dari jenis kualifikas
pendidikan tinggi dengan adanya sistem dualisme dan terpisah dalam penjaminan mutu. Setidaknya
harus ada hubungan antara persetujuan LAM dan persetujuan BANPT. Misalnya, setelah disetujui LAM
persetujuan akhir merupakan tanggung jawab BANPT yang juga harus melakukan pengawasan
berkelanjutan.
Isu-isu berikut harus diselesaikan. Bila LAM bertanggung jawab atas penilaian program studi profesi
LAM tersebut merupakan suatu badan penjaminan mutu dan harus mengikuti kontrol dan
akuntabilitas yang sama dengan badan penjaminan mutu yang prima. Badan tersebut harus
memenuhi standar dan proses yang disetujui untuk melakukan penilaian dan hal ini harus
didokumentasikan serta diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Petugas penilaiannya harus
dilatih dan melaksanakan tugasnya konsisten terhadap penilai BANPT. LAM juga harus dinilai secara
eksternal menggunakan standar yang disetujui secara internasional untuk badan penjaminan mutu
sama dengan BANPT. Bila tidak dilakukan, kredibilitas internasional akan dipermasalahkan.
Salah satu resiko KKNI adalah penandaan kualifikasi yang diberikan karena telah memenuhi proses
penjaminan mutu. Perlu diputuskan siapa yang bertanggung jawab menempatkan program stud
yang telah disetujui LAM pada daftar KKNI dan siapa yang bertanggung jawab membolehkan institus
tersebut menggunakan logo KKNI pada ijazah program studi yang telah disetujui.
2
Penggunaan prinsip-prinsip INQAAHE untuk badan-badan penjaminan mutu memberikan susunan standar yang ideal dan
team penilai yang merupakan spesialis penjaminan mutu internasional. BKNI dapat menerima bantuan badan eksterna
seperti INQAAHE atau APQN dalam mengembangkan aturan dan prosedur standar BAN serta mengaudit operasinya.
Halaman 12
3.3.4
Dokumentasi Resmi
Sangat penting untuk menyatukan semua dokumen resmi mengenai KKNI di sektor pendidikan tingg
sebagai satu sistem dokumen yang komprehensif dan memudahkan aksesnya ke semua pemangku
kepentingan.





KKNI harus dikenal dan dipercaya oleh semua anggota komunitas dan penggunaanya didorong
dan ini hanya dapat terjadi bila KKNI sepenuhnya dipahami. Dibutuhkan transparansi dan
kemudahan akses; baik secara nasional maupun internasional. Di bidang pendidikan tinggi
semua elemen kerangka kualifikasi dan sebagian besar persyaratan penjaminan mutu telah
dirancang dan diatur namun masih sulit mengakses rinciannya. Persyaratan KKNI yang saat in
tersebar di beberapa instrumen legislatif perlu digabungkan dalam satu dokumen dan aksesnya
dimudahkan bagi semua orang. Pengguna tidak perlu mencari sejumlah dokumen untuk
menemukan informasi; hal ini tidak hanya merupakan disinsentif, namun juga beresiko bahwa
pengguna tidak dapat menemukan beberapa persyaratan tertentu.
Salah satu hal yang harus segera dilakukan yaitu mendokumentasikan semua komponen KKN
untuk pendidikan tinggi menjadi suatu publikasi tertulis yang komprehensif dan mudah diakses
semua pengguna. Hal ini mencakup struktur dan definisi tingkatan serta jenis kerangka
kualifikasi, aturan untuk menjaga kualifikasi, peraturan penjaminan mutu termasuk standar
proses, dan badan-badan yang bertugas, serta hubungannya dengan badan-badan lain sepert
badan penetapan standar profesional.
Publikasi KKNI pendidikan tinggiharus diterbitkan dalam Bahasa Indonesia bagi keperluan
nasional dan dalam Bahasa Inggris bagi keperluan internasional. Versi Bahasa Inggris dibutuhkan
karena merupakan bahasa resmi ASEAN dan Indonesia merupakan anggota Masyarakat Ekonom
ASEAN dan menyetujui Kerangka Kualifikasi Referensi ASEAN.
Daftar terminologi perlu diikutsertakan dalam publikasi KKNI karena dalam beberapa kasus
terminologi yang digunakan di Indonesia berbeda dengan yang digunakan secara internasiona
sehingga dapat mengakibatkan kekeliruan. Umumnya, terminologi didefnisikan dalam ketetapan
tersebut; dan ketika terminologi yang berbeda dengan pemakaian umum atau internasional
suatu referensi terhadap bahasa internasional perlu disertakan dalam daftar terminologi.
Dalam jangka panjang, pemeliharaan publikasi dapat menjadi tanggung jawab KKNI yang
diusulkan itu sendiri sebagai metode mempromosikan kohesi dan integrasi KKNI tiap sektor
Namun karena penerapan KKNI di pendidikan tinggi tampak lebih maju daripada sektor-sektor
lain, dalam jangka pendek sebaiknya hal ini menjadi tanggung jawab Kementerian yang
bertanggungjawab atas pendidikan tinggi, dan Kementerian tersebut harus segera menjalankan
tugasnya mengembangkan dan memelihara publikasi.
3.3.5
Situs Web KKNI Pendidikan Tinggi
Paralel dengan pembuatan publikasi KKNI untuk pendidikan tinggi, perlu dibuat sebuah situs web
KKNI pendidikan tinggi untuk memfasilitasi akses langsung pada informasi penerapan KKN
pendidikan tinggi. Situs web ini akan menjadi tempat penyimpanan semua publikasi KKNI.
3.3.6
Logo IQF dan Registrasi
Segera setelah penerapan dimulai, integritas kerangka kualifikasi harus dilindungi dengan
memastikan bahwa kualifikasi yang diberikan melalui KKNI ditandai berkualifikasi KKNI.
Halaman 13
Sesegera mungkin diperlukan dua aksi untuk mencapai hal tersebut:


Pertama, ijazah yang diberikan pada lulusan kualifikasi yang memenuhi persyaratan KKNI harus
mencantumkan logo KKNI yang mendadakan bahwa kualifikasi tersebut diakui oleh KKNI. Karena
logo KKNI harus berlaku bagi kualifikasi di semua sektor, maka pengembangan logo, peraturan
penggunaannya, dan pengawasan berkelanjutan atas penggunaannya harus menjadi tugas
badan yang bertanggung jawab atas KKNI tersebut dan rekomendasi atas hal ini dicantumkan
pada bagian kepemimpinan laporan ini. Namun demikian, penerapannya dalam pendidikan
tinggi juga harus dideskripsikan dalam publikasi KKNI pendidikan tinggi dan dijelaskan di website
KKNI pendidikan tinggi.
Kedua, program studi dan institusi yang lolos penjaminan mutu KKNI perlu diidentifikasi sebaga
memenuhi-KKNI di database kualifikasi dan institusi pendidikan tinggi. Segera harus dilakukan
aksi untuk memastikan bahwa database ini dapat berfungsi sebagai daftar KKNI. Dalam jangka
pendek hal ini dapat dicapai dengan mengubah database yang ada dan menambahkan catatan
mengenai program studi dan institusi yang lolos KKNI.
Selain itu, pendamping diploma dapat digunakan untuk mendampingi tanda kualifikasi yang
dikeluarkan oleh KKNI terkait. Dokumen ini, diberikan pada lulusan bersama ijazah mereka, harus
menjelaskan KKNInya, karakter jenis kualifikasi yang diberikan, serta proses penjaminan mutu yang
dilalui program studi dan institusi tersebut. Meski berguna sebagai tambahan untuk menjelaskan
KKNI, pendamping diploma tidak disertai logo yang dikhususkan bagi ijazah.
3.4
Strategi Perlibatan
Sebuah strategi perlibatan perlu dimulai untuk menginformasikan dan mendorong pelaksanaan KKNI
Semua pemangku kepentingan nasional harus memiliki informasi yang cukup tentang manfaat dan
rincian lainnya terkait KKNI serta bagaimana menggunakannya. Hal ini diperlukan untuk dapat
mendorong penyerapan kualifikasi KKNI oleh para pemberi pekerjaan yang mencari karyawan yang
memenuhi syarat, serta murid dan orang tua mereka yang sedang mencari kualifikasi yang ditentukan
atau dibutuhkan oleh pemberi pekerjaan. Pada akhirnya perlibatan lebih luas untuk KKNI adalah salah
satu peran dari lembaga pemerintahan yang mengurus KKNI ini, setelah lembaga tersebut didirikan
Namun hal ini bukan berarti menjadi meniadakan pentingnya bertanggung jawab Kementerian
pendidikan tinggi untuk menyebarkan luaskan pentingnya manfaat KKNI di tingkat nasional dan
internasional bagi semua pemangku kepentingan.
Memberikan informasi mengenai KKNI dalam pendidikan tinggi, selain melalui seminar dan lokakarya
dapat juga melalui website resmi pendidikan tinggi dan media seperti TV/koran. Sosial media
(misalnya Facebook dan Twitter) pun dapat menjadi pilihan lain.
Penggunaan situs pendidikan tinggi resmi dengan link yang mudah untuk diakses oleh publik dan
media sosial, dapat menjadi strategi perlibatan yang cocok untuk Indonesia. Pengguna internet pada
Tahun 2010 telah mencapai 45 juta pengguna, dan penetrasi ponsel pada tahun yang sama telah
mencapai lebih dari 211 juta pengguna [Lim 2011: 4]. Pilihan ini dapat memberikan konsekuensi biaya
yang lebih efisien dengan jangkauan potensial yang luas.
Beberapa negara telah menghabiskan banyak sumberdaya dalam upaya meluncurkan kerangka kerja
kualifikasi mereka. Sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan yang lebih murah. Skotlandia
misalnya, mereka menggunakan strategi yang lebih terjangkau dan yang telah terbukti sukses di mana
Halaman 14
pengakuan kerangka kualifikasi Skotlandia telah diketahui dengan baik. Publikasi menyasar kepada
kelompok sasaran yang berbeda termasuk pengusaha dan murid melalui brosur informasi yang
tersedia di situsnya (misalnya brosur berikut untuk murid (http://scqf.org.uk/wp- content / uploads /
2014/05 / Achievement- hitungan-fINAL-WEB-Februari-2015.pdf).
Pertimbangan juga harus diberikan untuk mengembangkan publikasi terutama bagi penyedia layanan
untuk membantu mereka dengan pengembangan profesional dari staf mereka. Hal ini sangat penting
bagi staf dengan tanggung jawab untuk melaksanakan KKNI dan kelompok sasaran utama yang dalam
hal ini adalah unit mutu internal di perguruan tinggi '.
Halaman 15
Download