EDUCATION SECTOR ANALYTICAL AND CAPACITY DEVELOPMENT PARTNERSHIP (ACDP - 024) Support to the Development of the Indonesian Qualification Framework PETA JALAN IMPLEMENTASI KERANGKA KUALIFIKASI Maret 2016 Kemitraan untuk Pengembangan Analisis dan Kapasitas Sektor Pendidikan (Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership/ACDP) Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E, Lantai 19 Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Tel. +62 21 5785 1100, Fax: +62 21 5785 1101 Website: www.acdp-indonesia.org Email Sekretariat: [email protected] Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS), Pemerintah Australia melalui Australian AID, Uni Eropa (EU) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) telah membentuk Kemitraan Untuk Pengembangan Analisis dan Kapasitas Sektor Pendidikan (ACDP). ACDP adalah fasilitas untuk mendorong dialog kebijakan dan memfasilitasi reformasi kelembagaan dan organisasi untuk mendukung implementasi kebijakan dan membantu mengurangi disparitas dalam kinerja pendidikan. Fasilitas ini merupakan bagian integral dari Program Dukungan Sektor Pendidikan (Education Sector Support Program /ESSP). Dukungan EU untuk ESSP juga mencakup dukungan anggaran sektor bersama-sama dengan program pengembangan kapasitas Standar Pelayanan Minimal. Dukungan Australia diberikan melalui Kemitraan Pendidikan Australia dan Indonesia. Laporan ini telah disusun dengan dukungan hibah dari Australian Aid dan EU melalui ACDP. Institusi yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan studi ini adalah Trans Intra Asia. ANGGOTA TIM STUDI YANG MENYUSUN LAPORAN INI ADALAH: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bagyo Y Moeliodihardjo, Higher Education Expert / Team Leader Ann Elizabeth Doolette, Qualifications Framework Expert Andrea Bateman, Qualifications Framework Governance Expert Megawati Santoso, Qualifications Framework Expert Eliane Kotler, Recognition of Prior Learning Expert I.B. Ardhana Putra, Recognition of Prior Learning Expert Sumarna F. Abdurahman, Vocational Education & Training Expert Anna Agustina, Communications Specialist Pandangan-pandangan yang disampaikan didalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab para penulis dan tidak berarti mewakili pandangan-pandangan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Australia, Uni Eropa atau Bank Pembangunan Asia. Daftar Isi Daftar Isi ..................................................................................................................................i Daftar Singkatan....................................................................................................................ii 1 Latar Belakang dan Rasionalisasi .................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................................... 1 1.2 Rasionalisasi dari KKNI ............................................................................................................................ 2 2 Pengalaman Internasional dalam Menerapkan KKN ..................................................2 3 Peta jalan Penerapan KKNI di Pendidikan Tinggi........................................................7 3.1 Struktur KKNI............................................................................................................................................. 7 3.2 Strategi Implementasi ............................................................................................................................ 8 3.3 Tahap Penerapan..................................................................................................................................... 9 3.3.1 Mendorong Akuntabilitas Dalam Menghasilkan Program Bergelar ............................... 9 3.3.2 Jenis dan Definisi Baru Kualifikasi .......................................................................................... 10 3.3.3 Sistem Penjaminan Mutu Yang Terpercaya ........................................................................ 10 a) Standar Penjaminan Mutu ................................................................................................. 11 b) Badan Penjaminan Mutu .................................................................................................... 11 c) Penjaminan mutu di jalur profesional............................................................................. 12 3.3.4 Dokumentasi Resmi ................................................................................................................... 13 3.3.5 Situs Web KKNI Pendidikan Tinggi......................................................................................... 13 3.3.6 Logo Iqf Dan Registrasi ............................................................................................................. 13 3.4 Strategi Perlibatan ................................................................................................................................. 14 List of Table Tabel 1: Perbandingan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi negara-negara studi kasus: Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Hong Kong ....................................................................... 5 Halaman i Daftar Singkatan AEC AIPDKI AIPNI AQF AQRF ASEAN ASEM BAN-PT ASEAN Economic Community Indonesian Nursing Diploma Education Institution Indonesian Nursing Education Institution Association Australian Qualifications Framework ASEAN Qualifications Reference Framework Association of South East Asian Nations ASEAN – EU Education Ministers’ Meeting Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi – National Accreditation Agency for Higher Education Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional – National Development Planning Agency BLK Balai Latihan Kerja – Skills Training Center BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi – National Professional Certification Agency BSNP Badan Standar Pendidikan Nasional – Board of National Education Standards DGHE Directorate General of Higher Education DIKLAT Pendidikan dan Pelatihan – Education and Training DLSA Directorate of Learning and Student Affairs – DGHE, and recently converted into the Directorate General of Learning and Student Affairs – DGLSA MoRTHE HHRMA Hotel Human Resource Manager Association HKQF Hong Kong Qualifications Framework HKSAR Hong Kong Special Administrative Region IAI Indonesian Association of Accountants IAPI Indonesian Institute of Certified Public Accountants IQB Indonesian Qualification Board IQF Indonesian Qualification Framework KADIN Kamar Dagang & Industri Indonesia – Indonesian Chamber of Commerce & Industry KKNI Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia – Indonesian Qualification Framework LKP Lembaga Kursus dan Pelatihan – Courses and Training Institute, accredited by MoEC LPK Lembaga Pelatihan Kerja – Skills Training Institute, accredited by MoM LSP Lembaga Sertifikasi Profesi – Professional Certification Bodies (PCB) MoEC Ministry of Education and Culture MoH Ministry of Health MoI Ministry of Industry MoM Ministry of Manpower MoRTHE Ministry of Research, Technology, and Higher Education MRA Mutual Recognition Arrangement NZQF New Zealand Qualifications Framework PCB Professional Competency / Certification Bodies – Lembaga Sertifikasi Profesi PHRI Indonesian Hotel & Restaurant Association PKBM Program Kegiatan Belajar Masyarakat – Community Learning Program PPNI Indonesian Nursing Association RPL Recognition of Prior Learning SKPI Surat Keterangan Pendamping Ijasah – Diploma Supplement SKKNI/NCS Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia – National Competency Standard SISLATKERNAS Sistem Pelatihan Kerja Nasional – National Skills Training System Halaman ii 1 1.1 Latar Belakang dan Rasionalisasi Latar Belakang Tuntutan bagi Indonesia untuk segera membangun kerangka kualifikasi nasional didorong oleh kebutuhan interaksi nasional, regional, dan global. Berbagai situasi sulit dalam perencanaan, pengembangan, dan pemerkerjaan sumber daya manusia adalah faktor pendorong nasional dalam pembangunan KKNI. Disparitas kualitas, ketidakseimbangan massa kritis, dan suplai yang tidak relevan bagi kebutuhan pemangku kepentingan merupakan masalah utama dalam menghasilkan tenaga profesional dan terampil. Di wilayah ASEAN, Cetak Biru Ekonomi ASEAN (ASEAN 2007) menuntut berbagai bidang kerjasama, termasuk pengakuan kualifikasi profesional. Beberapa Pengaturan Saling Pengakuan (MRA) dalam bidang teknik, keperawatan, pariwisata, arsitektur, pengukuran wilayah, praktisi medis, praktisi gigi mulut, dan akuntansi dibuat sejak 2005 untuk mendukung aliran bebas tenaga terampil melalui ‘harmonisasi dan standarisasi’, khususnya dalam menyiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. ASEAN juga terhubung dengan wilayah Asia – Pasifik melalui keanggotaan silang dalam Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Jaringan Kualitas Asia-Pasifik (APQN). Selain itu, beberapa negara anggota ASEAN yang ikut serta dalam Peta jalan Kerangka Kualifikasi APEC mengindikasikan bahwa secara prinsip mereka mendukung konsep kerangka kualifikasi regional. Dalam menghadapi pergerakan global, Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi internasional dalam berbagai sektor seperti perdagangan, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Beberapa di antaranya adalah GATS (Perjanjian Umum atas Perdagangan Jasa – 5 April 1994), WTO (Organisasi Dagang Dunia – 1 Januari 1995), AFTA (Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN – 1992), Konvensi Regional, Pengakuan atas Hasil Belajar, Diploma, dan Ijazah Perguruan Tinggi di Asia Pasifik (16 Desember 1983 dan diperbarui 30 Januari 2008). Ratifikasi ini penting untuk mendukung mobilitas angkatan kerja Indonesia melalui empat moda suplai, 1. Moda 1 –Suplai lintas-batas: kemungkinan bagi penyedia jasa non-residen untuk menyediakan jasa lintas-batas ke wilayah negara anggota. 2. Moda 2 – Konsumsi luar negeri: kebebasan bagi residen suatu negara anggota untuk membeli jasa di wilayah negara anggota lain. 3. Moda 3 – Keberadaan Komersil: kesempatan bagi penyedia jasa asing untuk mendirikan, menjalankan, atau memperluas keberadaan komersil mereka di wilayah negara anggota, seperti cabang, agen, atau perusahaan subsider. 4. Moda 4 – Keberadaan orang: kemungkinan bagi individu asing untuk dibolehkan masuk dan tinggal sementara di wilayah negara anggota dalam rangka menyediakan jasa. KKNI dirancang untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan nasional tersebut, pergerakan regional dan global sebagai bagian integral dalam strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia nasional dengan berperan sebagai (i) referensi nasional untuk mencocokkan dan menyelaraskan luaran pembelajaran dari pendidikan formal dan non-formal, atau diperoleh melalui pengalaman kerja; (ii) sebagai pedoman dan referensi dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi nasional dan bagi pekerja, industri, bisnis, dan institusi negara untuk merancang dan mengembangkan jalur karir; (iii) sebagai referensi peningkatan kualitas bagi institusi pelatihan negara dan swasta; serta bagi asosiasi profesional untuk mengembangkan jalur profesional. Di tingkat internasional, KKNI berfungsi sebagai alat untuk menerjemahkan kualifikasi tenaga kerja dan pelajar internasional agar memenuhi sistem kualifikasi Indonesia. Maka, Kerangka Kualifikasi Indonesia dibentuk dan disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 8, Tahun 2012. Halaman 1 1.2 Rasional dari KKNI KKNI dikembangkan untuk merespon kebutuhan nasional sebagaimana disebutkan diatas dan juga keterlibatan secara global. Sebagai bagian integral dari strategi untuk meningkatkan kualitas dari sumberdaya manusia yang berperan sebagai: (i) referensi nasional untuk menyandingkan dan mengharmonisasikan luaran pembelajran yang dihasilkan dari pendidikan formal dan non-formal, atau diperoleh melalui pengalaman kerja; (ii) sebagai garis petunjuk dan juga referensi dari pengembangan atau peningkatan kualitas pendidikan tinggi nasional dan bagi para pekerja di industri, bisnis, dan institusi publik untuk merencanakan dan mengembangkan jalur karirnya; (iii) sebagai referensi untuk peningkatan kualitas institusi pelatihan swasta atau negeri; sebagaimana asosiasi profesional mengembangkan jalur profesionalnya masing-masing; dan (iv) pada tingkat Internasional, KKNI berfungsi sebagai alat untuk menerjemahkan pasar tenaga kerja internasional dan kualifikasi murid untuk memenuhi sistem kualifikasi Indonesia. 2 Pengalaman Internasional dalam Menerapkan KKN Meski secara sederhana kerangka kualifikasi dapat sekadar berupa instrumen untuk mengklasifikasikan kualifikasi sesuai dengan kriteria tertentu dalam tingkatan-tingkatan pembelajaran dan relativitas antar tingkatan tersebut, hal ini tidak lagi cukup di dunia yang secara cepat mengangkat kerangka kualifikasi sebagai bagian dari sistem kualifikasi mereka. Kerangka kualifikasi nasional yang sudah matang, seperti Kerangka Kualifikasi Australia (AQF), telah melebihi sekadar mendefinisikan kualifikasi dan relativitasnya. AQF menjelaskan secara detil bagaimana kualifikasi perlu dibangun dan kualitas dijamin, serta mengharuskan mereka teridentifikasi sebagai bagian dari AQF dengan membubuhkan logo AQF pada ijazah dan tercatat oleh negara. AQF memiliki persyaratan-persyaratan untuk melindungi kualifikasi AQF dari penggunaan yang salah atau penipuan dalam pemberian gelar dan kualifikasi serta pemberian kredit pembelajaran lampau. Australia adalah satu-satunya yang memberikan semua informasi ini dalam sebuah dokumen komprehensif yang dapat diakses semua pemangku kepentingan: institusi pendidikan, pembuat kualifikasi, badan penjaminan kualitas, petugas registrasi profesional, pemberi kerja, pelajar, dan orangtua. Dengan demikian, AQF menjadi model dokumentasi bagi kerangka kualifikasi nasional lain. Meski kerangka kualifikasi komprehensif seperti ini berpotensi besar bagi negara – meningkatkan kualitas luaran pendidikan, akses terhadap kualifikasi melalui jalur pembelajaran yang berbeda, dan pengakuan terhafap kualifikasi oleh negara, pasar tenaga kerja, dan secara internasional – hal ini sulit diterapkan karena kerumitannya dan pasti ada perlawanan institusi terhadap perubahan. Menurut orang Eropa, sistem kualifikasi kompleks dan dapat mencakup standar, kriteria dan proses penilaian, badan-badan resmi, infrastruktur institusional, rancangan kurikulum dan program, skema pendanaan, dan banyak hal-hal kontekstual lainnya yang tergantung pada keadaan negara dan budaya. Jajaran kebijakan, prosedur, dan institusi yang luas merupakan bagian dari sistem kualifikasi.Kita bisa mendefinisikan sistem kualifikasi sebagai semua aspek dari aktivitas suatu negara yang menghasilkan pengakuan atas pembelajaran. Sistem-sistem ini mencakup cara mengembangkan dan mengoperasikan kebijakan nasional atau daerah atas kualifikasi, pengaturan institusional, proses penjaminan mutu, proses penilaian dan pemberian, pengakuan keterampilan, Halaman 2 dan mekanisme-mekanisme lain yang menghubungkan pendidikan dan pelatihan pada pasar tenaga kerja dan masyarakat luas. Sistem kualifikasi bisa jadi lebih kurang terintegrasi dan koheren.1 Penerapan kerangka kualifikasi nasional yang berhasil pasti didukung oleh sistem penjaminan mutu yang kuat agar dapat memberi kredibilitas pada kualifikasi dalam kerangka serta kepercayaan pengguna pada kualifikasi yang diberikan.Kredibilitas dan kepercayaan adalah penting baik secara nasional maupun internasional bila ingin kualifikasi diakui bernilai. Kualifikasi yang dikembangkan dalam kerangka kualifikasi hanya akan bernilai bila mutunya terjamin. Penjaminan mutu memastikan bahwa standar kualifikasi terpenuhi. Penjaminan mutu mencakup penilaian (biasa disebut akreditasi) program studi (juga disebut jurusan) yang berlanjut pada kualifikasi dan penilaian (biasa disebut registrasi) sang penyedia jasa terkait kapasitasnya untuk menyediakan dan menilai luaran kualifikasi serta mengeluarkan (juga disebut memberi) kualifikasi dengan integritas. Proses penilaian eksternal disertai penjaminan mutu internal yang paralel, yang biasanya merupakan prasyarat dalam standar penjaminan mutu. Penjaminan mutu dilaksanakan sesuai standar kualitas yang telah disetujui.Penjaminan mutu pendidikan dapat dilengkapi penilaian program studi oleh industri atau profesional eksternal (akreditasi), khususnya bila kualifikasi merupakan syarat untuk dipekerjakan di industri tersebut.Penjaminan mutu eksternal amat penting bagi penerapan kerangka kualifikasi dan harus diadakan. Di seluruh dunia, pendidikan tinggi cenderung ditandai oleh perbedaan antara universitas tua yang secara tradisional merupakan institusi pendidikan independen, biasanya dengan hak untuk mendirikan program studi sendiri, dan penyedia pendidikan tinggi baru yang beberapa di antaranya diberikan status universitas.Universitas tua umumnya memiliki tradisi penelitian yang kuat.seringkali memiliki peringkat tinggi di jajaran universitas internasional yang berkelas, dan menarik pelajar-pelajar terbaik nasional maupun internasional. Universitas semacam itu umumnya berjumlah sedikit di negara manapun dan bekerja sama untuk menjaga kualitas pendidikan dan penelitian satu sama lain. Sementara universitas baru, karena umurnya yang masih pendek, jarang diberikan hak untuk mendirikan program studi sendiri dan harus dimonitor oleh penjaminan mutu eksternal oleh badan-badan yang disponsori pemerintah.Perbedaan kedua jenis universitas ini tampak jelas dalam studi kasus pada negaranegara yang tercantum dalam laporan ini dan hal tersebut mempengaruhi sistem penjaminan mutu di negara-negara tersebut. Sistem penjaminan mutu berada di tahap pembangunan yang berbeda di seluruh dunia, seperti halnya tahap pembangunan dan penerapan kerangka kualifikasi.Meski demikian terdapat konsistensi dalam bagaimana penjaminan mutu dilaksanakan di negara-negara studi kasus. 1 Australia memperkuat penjaminan mutu pendidikan tinggi di tahun 2011 dengan pendekatan berbasis-standar dan pemenuhan-syarat, disertai pergeseran dari badan-badan pemerintah daerah menjadi satu badan penjaminan mutu nasional. Hal ini menunjukkan sistem kualifikasi yang matang dan pentingnya kepercayaan diri yang besar terhadap luaran kualifikasi, terkait hubungan yang kuat antara kualifikasi dan pasar tenaga kerja di Australia. Sistem yang berbeda namun serupa ketatnya berlaku di Selandia Baru, dengan sistem kualifikasi yang serupa kematangannya serta hubungan internasional yang signifikan. Republik Irlandia, salah satu negara anggota Uni Eropa pertama yang menerapkan kerangka kualifikasi dan membandingkannya pada Kerangka Kualifikasi Eropa, menjadi contoh Mike Coles, A Review of International and National Developments in the Use of Qualifications Frameworks, European Training Foundation, Maret 2006 dikutip dari Coles dan Werquin, Moving mountains – the role of qualifications systems in promoting lifelong learning, OECD, Paris, 2006 Halaman 3 pendekatan yang berbeda dengan mengandalkan keikutsertaan individu di sejumlah kecil universitasnya. Hong Kong merupakan contoh negara yang sedang berusaha menerapkan penuh kerangka kualifikasinya dan menjadi studi kasus sistem kualifikasi yang belum matang dengan pendekatan metodologi yang berbeda terhadap proses penjaminan mutu. Secara keseluruhan contoh-contoh ini menggarisbawahi tingkatan kematangan sistem nasional yang berbeda, dengan kemiripan dalam sistemnya namun perbedaan pendekatan. Nampak jelas pada empat contoh tersebut bahwa mereka sudah tidak lagi memakai metodologi peningkatan kualitas peer-based untuk penjaminan mutu, meski hal ini tetap merupakan tambahan yang penting untuk peningkatan berkelanjutan oleh beberapa negara, seperti Selandia Baru, dan oleh negara-negara lain yang masih baru dalam membangun penjaminan mutu, seperti Hong Kong (lihat tabel 1). Gambaran luas internasional ini melihat baik proses penjaminan mutu yang ditetapkan untuk instisusi pendidikan tinggi serta standar penjaminan mutu yang bertujuan menilai programprogram studi serta penyedianya. Proses dan standar tersebut membentuk sistem penjaminan mutu pendidikan yang dibutuhkan oleh sistem kualifikasi nasional berbasis kerangka kualifikasi. Halaman 4 Tabel 1: Perbandingan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi negara-negara studi kasus: Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Hong Kong NEGARA Universitas otonom Penilian (awal) terhadap institusi* Tidak diterapkan Penyelenggara Badan Mutu dan pendidikan Standar Pendidikan tinggi lain Teriser (badan pemerintah di bawah undang-undang) Universitas otonom Tidak diterapkan Penyedia pendidikan tinggi lain Badan Kualifikasi Selandia Baru (badan pemerintah di bawah undang-undang) Universitas Tidak diterapkan Monitoring Institusi Penilaian terhadap Program Studi Badan Mutu dan Standar Pendidikan Tersier (badan pemerintah) secara reguler dan menilai resiko. Australia Semua berstatus independen; proses internal universitas diharuskan undangundang TEQSA. PenilaianInstitusiuntuk menyediakan Program Studi Monitoring Program Studi Semua berstatus independen; proses internal universitas diharuskan undangundang TEQSA. Badan Kualitas dan Standar Pendidikan Tersier berbasis resiko; proses internal universitas diharuskan undangundang TEQSA. Badan Mutu dan Standar Pendidikan Tersier (badan pemerintah di bawah undang-undang) Badan Mutu dan Standar Pendidikan Tersier (badan pemerintah di bawah undang-undang) Selandia Baru Badan Mutu Akademik Komite Program milik Universitas Selandia Akademik Universitas Baru untuk Universitas milik Universitas Selandia Baru Selandia Baru (hak legal didelegasikan) Komite Program Akademik Universitas milik Universitas Selandia Baru (hak legal didelegasikan) Komite Program Akademik Universitas milik Universitas Selandia Baru (hak legal didelegasikan) Badan Kualifikasi Selandia Baru (badan pemerintah di bawah undangundang) Badan Kualifikasi Selandia Baru (badan pemerintah di bawah undangundang) Badan Kualifikasi Selandia Baru (badan pemerintah di bawah undangundang) Badan Mutu dan Standar Pendidikan Tersier (badan pemerintah di bawah undang-undang) Badan Mutu dan Standar Pendidikan Tersier (badan pemerintah di bawah undang-undang) Badan Kualifikasi Selandia Baru (badan pemerintah di bawah undang-undang) Irlandia Dewan Mutu Universitas Proses internal Proses internal masing- Proses internal masing- NEGARA Penilian (awal) terhadap institusi* otonom Monitoring Institusi Irlandia milik Universitas Penyedia pendidikan tinggi lain Mutu dan Kualifikasi Irlandia (badan pemerintah di bawah undang-undang) Universitas otonom Tidak diterapkan Penyedia pendidikan tinggi lain Dewan Akreditasi Kualifikasi Akademik dan Kejuruan Hong Kong (badan pemerintah independen di bawah undang-undang) Mutu dan Kualifikasi Irlandia (badan pemerintah di bawah undang-undang) PenilaianInstitusiuntuk menyediakan Program Studi masing masing universitas Penilaian terhadap Program Studi masing universitas Mutu dan Kualifikasi Irlandia (badan pemerintah di bawah undang-undang) Hong Kong Dewan Penjaminan Mutu Proses internal dengan pendanaan dari masing - masing Universitas (badan non- universitas hukum diakui pemerintah) Dewan Akreditasi Dewan Akreditasi Kualifikasi Akademik dan Kualifikasi Akademik Kejuruan Hong Kong dan Kejuruan Hong (badan pemerintah Kong (badan independen di bawah pemerintah undang-undang) independen di bawah undang-undang) Mutu dan Kualifikasi Irlandia (badan pemerintah di bawah undang-undang) Monitoring Program Studi masing universitas Mutu dan Kualifikasi Irlandia (badan pemerintah di bawah undang-undang) Proses internal masing - Proses internal masing masing universitas masing universitas Dewan Akreditasi Kualifikasi Akademik dan Kejuruan Hong Kong (badan pemerintah independen di bawah undang-undang) Dewan Akreditasi Kualifikasi Akademik dan Kejuruan Hong Kong (badan pemerintah independen di bawah undang-undang) Catatan: *Proses penilaian dan standar penetapan universitas-universitas baru tidak diikutsertakan dalam rangkuman ini. 3 Peta jalan Penerapan KKNI di Pendidikan Tinggi Meski sudah banyak aktivitas di pendidikan tinggi terkait penerapan sejak pengumuman KKNI d tahun 2012, masih banyak hal yang harus dilakukan sebagai prioritas agar dapat proses penerapan dapat berjalan penuh, untuk memastikan semua pemangku kepentingan nasional memaham kewajiban mereka di bawah KKNI dan memahami manfaatnya, serta membangun kredibilitas KKNI d kancah internasional. Peta jalan ini mencakup dua bagian i.e. tahap persiapan yang memfokuskan pada penetapan semua sumber daya yang diperlukan KKNI untuk diterapkan dan tahap penerapan.Agar keduanya dapat terlaksana secara efektif, pemerintah perlu menentukan tanggal mulai penerapan dan jadwal transis ke KKNI. Penerapan KKNI dapat terlaksana setelah semua kebutuhan utama terpenuhi.Yang terpenting yaitu pengaturan penjaminan mutu KKNI harus siap agar dapat mulai dijalankan.Tanggal mulai resmi yang disahkan oleh pemerintah harus ditetapkan dan diterbitkan secara formal sebagai informasi bag semua pemangku kepentingan terutama institusi.Jadwal penerapan harus dibentuk oleh Kemenristek.Terakhir, jadwal transisi untuk pengesahan program studi dan institusi terhadap persyaratan KKNI harus disetujui dan diterbitkan. 3.1 Struktur KKNI KKNI adalah kerangka nasional yang terpadu yang dapat digunakan oleh semua sektor di Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 8, Tahun 2012 mendefinisikan kerangka ini sebagai ... kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI terdiri atas sembilan tingkat kualifikasi dengan tingkat kualifikasi kesembilan sebagai yang tertinggi. Jumlah tingkatan ini unik untuk Indonesia dan dirancang agar sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor. Maka, tingkat kualifikasi kesembilan tidak langsung menandakan lebih tingg daripada tingkat 7 dalam KK Hong Kong atau tingkat 8 EQF, dan tidak pula lebih rendah daripada tingkat 10 KK Selandia Baru. KKNI mendorong kesetaraan, dan maka dari itu berperan sebagai referensi nasional untuk saling mengakui luaran pembelajaran yang dihasilkan dari pendidikan dalam bentuk apapun dan berperan sebagai alat untuk menerjemahkan kualifikasi tenaga kerja dan pelajar internasional untuk memenuh sistem kualifikasi Indonesia. Deksipsi tingkatan KKNI didasarkan pada luaran pembelajaran, yang ditentukan melalui pemetaan komprehensif akan keadaan angkatan kerja Indonesia terkini dan berasal dari kebutuhan dua-arah akan pendekatan dorongan-penawaran dan tuntutan-permintaan. Setiap deskripsi mencerminkan kemampuan secara ilmu dan keterampilan serta sikap negara terhadap komitmen untuk mengaku keragaman agama, kelompok suku, budaya, bahasa, serta keunikan negara yang berakar dar Pancasila, Konstitusi, NKRI (integritas nasional), dan Bhinneka Tunggal Ika. Halaman 7 KKNI perlu didukung sistem penjaminan mutu yang baik untuk memberi kredibilitas bagi kualifikas dalam kerangkanya serta kepercayaan pengguna terhadap kualifikasi yang diberikan. 3.2 Strategi Implementasi Dalam sektor pendidikan tinggi, terdapat tiga implikasi utama dari kebijakan KKNI: (a) Penempatan dan sanksi semua derajat (kualifikasi) yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi menuju tingkat KKNI. Oleh karena itu, akuntabilitas penyedia dan sistem jaminan mutu mereka dalam memberikan derajat (kualifikasi) harus selalu divalidasi dan ditingkatkan. (b) Pengakuan atas luaran dari berbagai jenis pendidikan tinggi secara bersama (akademis, kejuruan profesional, spesialis) dan memahami sistem multi entri dan multi exit. (c) Memupuk dan mengembangkan pengakuan terhadap berbagai jalur (non formal dan in formal) oleh penyedia pendidikan tinggi sebagai bagian dari pembelajran sepanjang hidup. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 mengenai KKNI diuraikan dalam sektor pendidikan tinggi Keputusan ini telah dijalankan, dan Pasal 29 Undang-Undang 12/2012 mengenai Pendidikan Tingg secara jelas menetapkan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional harus menjadi referensi dalam mengembangkan kualifikasi. Pasal ini diuraikan lebih lanjut dalam peraturan-peraturan berikut: Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasiona Pendidikan Tinggi, khususnya pasal yang mengatur hasil belajar minimum (saat ini dalam proses untuk direvisi). Peraturan ini mengatur akuntabilitas lembaga penyedia pendidikan dalam memberikan derajat (kualifikasi) sesuai dengan tingkat KKNI mereka. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 81 Tahun 2014 tentang Diploma Kompetensi dan Sertifikasi Profesi di Perguruan Tinggi. Peraturan ini mendukung mekanisme saling mengakui hasil dari berbagai jenis pendidikan tinggi (akademik, kejuruan, profesional spesialis) serta akuntabilitas penyedia dalam bentuk publikasi ijazah tambahan. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 73 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan KKN di Perguruan Tinggi. Peraturan ini memfasilitasi pengakuan berbagai jalur (non formal dan d formal) oleh lembaga penyedia pendidikan tinggi sebagai bagian dari pembelajaran sepanjang hayat dalam bentuk Pengakuan Sebelum Belajar/ Recognition of Prior Learning (RPL). Indikator kinerja utama dari pelaksanaan KKNI yang sukses adalah adanya pengakuan dan penerimaan kualifikasi tenaga kerja Indonesia 'oleh para pemangku kepentingan di seluruh dunia Yang akibatnya, ruang lingkup pelaksanaan KKNI tidak harus dibatasi hanya untuk Indonesia, tetap harus mencakup negara-negara lain juga, seperti yang diilustrasikan pada Gambar-1. Halaman 8 Gambar-1: Lingkup implementasi dan peta jalan Pada tingkat nasional, pengakuan kualifikasi bersama diantara produsen (lembaga pendidikan tingg dan pusat-pusat pelatihan) serta pengusaha (pemerintah dan industri) harus dilakukan. Lulusan dar institusi pendidikan tinggi dan pelatihan harus memiliki kualifikasi KKNI yang diakui oleh satu sama lain, oleh rekan mereka di negara lain, termasuk juga oleh pengguna global. Kualifikasi yang dibutuhkan oleh sektor pemerintah dan industri harus dijelaskan dengan mengacu pada deskrips tingkat KKNI dan diakui oleh rekan mereka di luar negeri juga. Untuk mencapai saling pengakuan, sistem penjaminan mutu yang kuat harus diberlakukan di semua sektor. Inisiatif ini pada waktunya akan meningkatkan akuntabilitas dari pemegang kualifikasi pada semua sektor dan menyebabkan pengakuan KKNI sebagai sistem standar kualifikasi yang bermakna. Pada lingkup global, kualifikasi KKNI harus mengacu kepada kualifikasi regional seperti Kerangka Kualifikasi Referensi ASEAN atau Kerangka Kualifikasi Eropa; selain negara-negara lain yang relevan Proposisi ini akan membawa pengakuan dari masyarakat internasional terhadap kualifikasi tenaga kerja Indonesia '. Peta jalan pelaksanaan KKNI yang komprehensif akan tersirat sebagai fungsi dan tugas dari BKI. Bagian ini akan mencakup hanya peta pelaksanaan KKNI di sektor pendidikan tinggi. 3.3 Tahap Implementasi Tahap implementasi terkait RPL (titik c) akan dibahas dalam Bab 6, maka tahap implementasi berikut menjelaskan poin tersebut a dan b. 3.3.1 Mendorong Akuntabilitas Dalam Menghasilkan Program Bergelar Hingga tahap ini dikeluarkannya Keputusan Kemendikbud 49/2014 tentang Standar Nasiona Pendidikan Tinggi, khususnya pasal yang mengatur luaran pembelajaran minimum, sudah sesua Halaman 9 dengan tujuannya. Belmawa telah menjalankan program pendahuluan dan menguji lebih dari 100 program bergelar untuk menentukan luaran pembelajaran yang disetujui secara nasional.Setelah luaran tersebut ditentukan, sesuai dengan tingkat-tingkatan KKNInya, mereka harus digabungkan ke dalam publikasi resmi KKNI dan diterbitkan di website KKNI pendidikan tinggi. Spesifikasi-spesifikasi khusus per-bidang studi tersebut tidak akan statis seperti halnya definis kualifikasi umum jenis non-spesifik-disiplin, karena persyaratan bidang studi berubah seiring perkembangan ilmu dan perubahan tuntutan pasar. Karena umur simpannya yang pendek diperlukan proses pembaharuan dan penyebaran secara berkelanjutan. Untuk memastikan keberlanjutan spesifikasi tersbeut, konsistensi penggunaan mereka oleh institusi dan sesuai dengan para pengguna, proses pengembangan termasuk keikutsertaan pemberi kerja dan pemangku kepentingan industri, pemeliharaan berkelanjutan serta perbaharuan persyaratan, dan persyaratan penyimpanan dan ketersediannya harus diformalisasi demi transparansi dan akuntabilitas. Hal ini dapat terlaksana oleh pengembangan kebijakan Kementerian, sebelum diadops oleh Badan Kualifikasi Indonesia (IQB). Luaran yang disetujui secara nasional sesuai dengan tingkat-tingkatan KKNI tertentu adalah secara minimum seorang lulusan dengan standar kompetensi sesuai dengan Peraturan Kementerian 49/2014, dan oleh karena itu mereka juga berperan sebagai standar penjamnan mutu. Karena badan penjaminan mutu (BAN-PT dan LAM) memiliki otoritas untuk mengaudit akuntabilitas suatu institus pendidikan tinggi dalam menghasilkan luaran pembelajaran yang diinginkan. 3.3.2 Jenis dan Definisi Baru Kualifikasi Jenis kualifikasi dapat dikembangkan oleh sektor manapun, masing-masing dengan definisi yang menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi, terlepas dari sektor mana mereka diajukan Tidak ada batasan jumlah jumlah jenis kualifikasi di tingkat tertentu yang dapat diundang-undangkan meski jumlah yang lebih banyak membuat mereka lebih sulit dipahami. Karena jenis kualifikasi dimiliki oleh KKNI tersebut, dibutuhkan kepemimpinan dari badan pemerintah yang diajukan. Bila suatu jenis kualifikasi dipegang oleh dua sektor atau lebih, badan pemerintah akan menjadi titik koordinasi perjanjiannya. Penting bahwa hanya jenis kualifikasi yang sudah terundang undangkan dan terdefinisikan yang boleh diterima sebagai bagian dari KKNI. Karena pendidikan tinggi merupakan salah satu pemangku kepentingan jenis kualifikasi dalam KKNI, terlepas dari apakah mereka ditawari oleh sektor tersebut, maka Kementerian yang bertanggungjawab atas pendidikan tinggi perlu berkontribusi pada proses pengembangan jenis-jenis kualifikasi baru dan definisinya. 3.3.3 Sistem Penjaminan Mutu Yang Terpercaya Penerapan kerangka kualifikasi nasional membutuhkan penjaminan mutu yang kuat dan didukung oleh pemerintah yang mencakup standar kelayakan dan suatu badan eksternal yang terpercaya untuk menyetujui dan mengawasi program studi serta kemampuan institusional, dan hal-hal ini berlaku untuk semua.Sistem ini perlu dipimpin oleh prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan objektivitas, keterpercayaan, efektifitas (atau kelayakan), efisiensi, dan keterjangkauan. Kualifikasi yang belum terjamin mutunya oleh sistem penjaminan mutu kerangka kualifikasi tidak bisa diterima sebagai bagian dari KKNI.Sistem ini perlu didukung dan dipercaya oleh para pemangku Halaman 10 kepentingan nasional dan harus dipercaya oleh pihak-pihak internasional agar kualifikasi para lulusan diterima secara global.Tanpa hal ini, penerapan kerangka kualifikasi nasional tidak bisa terlaksana. Semua penjaminan mutu harus mencakup tiga aspek berikut, proses persetujuan kualifikasi itu sendiri (biasa disebut akreditasi); persetujuan organisasi penyedia yang diijinkan menyediakan kualifikasi (biasa disebut akreditas atau registrasi); dan Saat ini sebagian besar sistem sudah ada, dengan beberapa pengecualian, meski demikian penjaminan mutu terhadap persyaratan KKNI belum terlaksana. Dibutuhkan aksi segera untuk menyelesaikan sistem dan menyetujui pelaksanaan, yaitu: a) Standar Penjaminan Mutu Standar penjaminan mutu baru untuk KKNI (Peraturan Kementerian 49 2014) merupakan gabungan persyaratan persetujuan program studi dan peninjauan institusional.Namun hal tersebut harus diperkuat untuk membangun standar hubungan antara standar penjaminan mutu dan KKNI sehingga ketika mulai dipergunakan program studi wajib memenuhi persyaratan KKNI.Tanpa menutup lubang ini badan penjaminan mutu tidak berhak memaksakan penggunaan KKNI dan penyerapan program studi yang memenuhi KKNI. Standar-standar ini, belum diterapkan, saat ini sedang ditinjau untuk amandemen kecil lainnya, dan disarankan agar perubahan ini diikutsertakan di dalamnya. Ketika perubahan standar sudah ditetapkan, penting bagi standar dan proses untuk didokumentasikan dalam satu dokumen komprehensif sedemikian rupa agar mudah diakses semua pengguna dan disebarluaskan ke semua pemangku kepentingan. Harus ada versi berbahasa Inggris (bahasa resmi ASEAN), selain dalam Bahasa Indonesia, agar mudah diakses baik oleh negara-negara ASEAN ataupun oleh komunitas internasional secara luas sebagai cara membangun pengetahuan dan kepercayaan internasional terhadap kualifikasi Indonesia. Selain tersedia di situs web BANPT, publikas ini juga harus direferensikan dan dihubungkan pada situs web KKNI pendidikan tinggi. Dibutuhkan periode stabil bagi standar ini agar dapat mendukung kesuksesan penerapan KKNI dalam jangka waktu yang layak. b) Badan Penjaminan Mutu Badan-badan penjaminan mutu harus mempersiapkan diri untuk menilai dan menyetujui program studi dan institusi terhadap standar. Mereka harus membuat jadwal penerapan KKNI agar dapat mengembangkan sumber daya, proses, dan penilai sesuai dengan standar penjaminan mutu yang terpercaya nasional maupun internasional. Diperlukan penilaian segera terhadap kemampuan legislasi dan pendanaan mereka untuk memastikan bahwa badan tersebut dapat bertahan jangka panjang tanpa terpengaruh perubahan prioritas Kementerian yang membawahinya. Selain itu mereka juga harus mengkaji prosesnya untuk memastikan objektivitas dan eksternalitas yang kua dalam pengumpulan bukti, agar dapat melawan kritik terhadap proses penilaian staf universitas yang sudah ada. Halaman 11 Badan-badan penjaminan mutu juga harus tunduk terhadap suatu bentuk penilaian eksternal untuk menunjukkan bahwa mereka memenuhi standar universal2. Idealnya hal ini dilaksanakan setelah badan tersebut siap beroperasi di bawah persyaratan KKNI sehingga dapat dijadikan panutan yang dapat diawasi dan dibandingkan seiring perkembangan sistem.Hal ini dapat dilakukan setidaknya setiap 5 tahun, namun perlu dipertimbangkan melakukan penilaian kedua setelah 3 tahun agar kepercayaan terhadap penjaminan mutu terbangun secepat mungkin. Semua institusi harus menjalani penilaian eksternal. Agar memiliki kredibilitas internasional universitas otonom harus meniru standar dan proses penjaminan mutu yang diakui negara sebaga bagian dari penjaminan mutu internal mereka. Sistem internal mereka harus diperlihatkan pada para pemangku kepentingan melalui suatu persyaratan untuk mempublikasikan proses dan laporan luaran mereka di situs web masing-masing. Kemenristek dapat membantu mempercepat proses ini. c) Penjaminan mutu di jalur profesional Munculnya bentuk persetujuan kedua bagi program studi jalur profesional dalam pendidikan tingg seiring dibentuknya LAM menciptakan kerumitan tambahan dalam sistem yang sedang berusaha berdiri. Mengambil langkah yang berbeda dari penjaminan mutu program studi pendidikan, khususnya dalam tahap awal penerapan KKNI, beresiko memiliki mutu yang berbeda dari jenis kualifikas pendidikan tinggi dengan adanya sistem dualisme dan terpisah dalam penjaminan mutu. Setidaknya harus ada hubungan antara persetujuan LAM dan persetujuan BANPT. Misalnya, setelah disetujui LAM persetujuan akhir merupakan tanggung jawab BANPT yang juga harus melakukan pengawasan berkelanjutan. Isu-isu berikut harus diselesaikan. Bila LAM bertanggung jawab atas penilaian program studi profesi LAM tersebut merupakan suatu badan penjaminan mutu dan harus mengikuti kontrol dan akuntabilitas yang sama dengan badan penjaminan mutu yang prima. Badan tersebut harus memenuhi standar dan proses yang disetujui untuk melakukan penilaian dan hal ini harus didokumentasikan serta diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Petugas penilaiannya harus dilatih dan melaksanakan tugasnya konsisten terhadap penilai BANPT. LAM juga harus dinilai secara eksternal menggunakan standar yang disetujui secara internasional untuk badan penjaminan mutu sama dengan BANPT. Bila tidak dilakukan, kredibilitas internasional akan dipermasalahkan. Salah satu resiko KKNI adalah penandaan kualifikasi yang diberikan karena telah memenuhi proses penjaminan mutu. Perlu diputuskan siapa yang bertanggung jawab menempatkan program stud yang telah disetujui LAM pada daftar KKNI dan siapa yang bertanggung jawab membolehkan institus tersebut menggunakan logo KKNI pada ijazah program studi yang telah disetujui. 2 Penggunaan prinsip-prinsip INQAAHE untuk badan-badan penjaminan mutu memberikan susunan standar yang ideal dan team penilai yang merupakan spesialis penjaminan mutu internasional. BKNI dapat menerima bantuan badan eksterna seperti INQAAHE atau APQN dalam mengembangkan aturan dan prosedur standar BAN serta mengaudit operasinya. Halaman 12 3.3.4 Dokumentasi Resmi Sangat penting untuk menyatukan semua dokumen resmi mengenai KKNI di sektor pendidikan tingg sebagai satu sistem dokumen yang komprehensif dan memudahkan aksesnya ke semua pemangku kepentingan. KKNI harus dikenal dan dipercaya oleh semua anggota komunitas dan penggunaanya didorong dan ini hanya dapat terjadi bila KKNI sepenuhnya dipahami. Dibutuhkan transparansi dan kemudahan akses; baik secara nasional maupun internasional. Di bidang pendidikan tinggi semua elemen kerangka kualifikasi dan sebagian besar persyaratan penjaminan mutu telah dirancang dan diatur namun masih sulit mengakses rinciannya. Persyaratan KKNI yang saat in tersebar di beberapa instrumen legislatif perlu digabungkan dalam satu dokumen dan aksesnya dimudahkan bagi semua orang. Pengguna tidak perlu mencari sejumlah dokumen untuk menemukan informasi; hal ini tidak hanya merupakan disinsentif, namun juga beresiko bahwa pengguna tidak dapat menemukan beberapa persyaratan tertentu. Salah satu hal yang harus segera dilakukan yaitu mendokumentasikan semua komponen KKN untuk pendidikan tinggi menjadi suatu publikasi tertulis yang komprehensif dan mudah diakses semua pengguna. Hal ini mencakup struktur dan definisi tingkatan serta jenis kerangka kualifikasi, aturan untuk menjaga kualifikasi, peraturan penjaminan mutu termasuk standar proses, dan badan-badan yang bertugas, serta hubungannya dengan badan-badan lain sepert badan penetapan standar profesional. Publikasi KKNI pendidikan tinggiharus diterbitkan dalam Bahasa Indonesia bagi keperluan nasional dan dalam Bahasa Inggris bagi keperluan internasional. Versi Bahasa Inggris dibutuhkan karena merupakan bahasa resmi ASEAN dan Indonesia merupakan anggota Masyarakat Ekonom ASEAN dan menyetujui Kerangka Kualifikasi Referensi ASEAN. Daftar terminologi perlu diikutsertakan dalam publikasi KKNI karena dalam beberapa kasus terminologi yang digunakan di Indonesia berbeda dengan yang digunakan secara internasiona sehingga dapat mengakibatkan kekeliruan. Umumnya, terminologi didefnisikan dalam ketetapan tersebut; dan ketika terminologi yang berbeda dengan pemakaian umum atau internasional suatu referensi terhadap bahasa internasional perlu disertakan dalam daftar terminologi. Dalam jangka panjang, pemeliharaan publikasi dapat menjadi tanggung jawab KKNI yang diusulkan itu sendiri sebagai metode mempromosikan kohesi dan integrasi KKNI tiap sektor Namun karena penerapan KKNI di pendidikan tinggi tampak lebih maju daripada sektor-sektor lain, dalam jangka pendek sebaiknya hal ini menjadi tanggung jawab Kementerian yang bertanggungjawab atas pendidikan tinggi, dan Kementerian tersebut harus segera menjalankan tugasnya mengembangkan dan memelihara publikasi. 3.3.5 Situs Web KKNI Pendidikan Tinggi Paralel dengan pembuatan publikasi KKNI untuk pendidikan tinggi, perlu dibuat sebuah situs web KKNI pendidikan tinggi untuk memfasilitasi akses langsung pada informasi penerapan KKN pendidikan tinggi. Situs web ini akan menjadi tempat penyimpanan semua publikasi KKNI. 3.3.6 Logo IQF dan Registrasi Segera setelah penerapan dimulai, integritas kerangka kualifikasi harus dilindungi dengan memastikan bahwa kualifikasi yang diberikan melalui KKNI ditandai berkualifikasi KKNI. Halaman 13 Sesegera mungkin diperlukan dua aksi untuk mencapai hal tersebut: Pertama, ijazah yang diberikan pada lulusan kualifikasi yang memenuhi persyaratan KKNI harus mencantumkan logo KKNI yang mendadakan bahwa kualifikasi tersebut diakui oleh KKNI. Karena logo KKNI harus berlaku bagi kualifikasi di semua sektor, maka pengembangan logo, peraturan penggunaannya, dan pengawasan berkelanjutan atas penggunaannya harus menjadi tugas badan yang bertanggung jawab atas KKNI tersebut dan rekomendasi atas hal ini dicantumkan pada bagian kepemimpinan laporan ini. Namun demikian, penerapannya dalam pendidikan tinggi juga harus dideskripsikan dalam publikasi KKNI pendidikan tinggi dan dijelaskan di website KKNI pendidikan tinggi. Kedua, program studi dan institusi yang lolos penjaminan mutu KKNI perlu diidentifikasi sebaga memenuhi-KKNI di database kualifikasi dan institusi pendidikan tinggi. Segera harus dilakukan aksi untuk memastikan bahwa database ini dapat berfungsi sebagai daftar KKNI. Dalam jangka pendek hal ini dapat dicapai dengan mengubah database yang ada dan menambahkan catatan mengenai program studi dan institusi yang lolos KKNI. Selain itu, pendamping diploma dapat digunakan untuk mendampingi tanda kualifikasi yang dikeluarkan oleh KKNI terkait. Dokumen ini, diberikan pada lulusan bersama ijazah mereka, harus menjelaskan KKNInya, karakter jenis kualifikasi yang diberikan, serta proses penjaminan mutu yang dilalui program studi dan institusi tersebut. Meski berguna sebagai tambahan untuk menjelaskan KKNI, pendamping diploma tidak disertai logo yang dikhususkan bagi ijazah. 3.4 Strategi Perlibatan Sebuah strategi perlibatan perlu dimulai untuk menginformasikan dan mendorong pelaksanaan KKNI Semua pemangku kepentingan nasional harus memiliki informasi yang cukup tentang manfaat dan rincian lainnya terkait KKNI serta bagaimana menggunakannya. Hal ini diperlukan untuk dapat mendorong penyerapan kualifikasi KKNI oleh para pemberi pekerjaan yang mencari karyawan yang memenuhi syarat, serta murid dan orang tua mereka yang sedang mencari kualifikasi yang ditentukan atau dibutuhkan oleh pemberi pekerjaan. Pada akhirnya perlibatan lebih luas untuk KKNI adalah salah satu peran dari lembaga pemerintahan yang mengurus KKNI ini, setelah lembaga tersebut didirikan Namun hal ini bukan berarti menjadi meniadakan pentingnya bertanggung jawab Kementerian pendidikan tinggi untuk menyebarkan luaskan pentingnya manfaat KKNI di tingkat nasional dan internasional bagi semua pemangku kepentingan. Memberikan informasi mengenai KKNI dalam pendidikan tinggi, selain melalui seminar dan lokakarya dapat juga melalui website resmi pendidikan tinggi dan media seperti TV/koran. Sosial media (misalnya Facebook dan Twitter) pun dapat menjadi pilihan lain. Penggunaan situs pendidikan tinggi resmi dengan link yang mudah untuk diakses oleh publik dan media sosial, dapat menjadi strategi perlibatan yang cocok untuk Indonesia. Pengguna internet pada Tahun 2010 telah mencapai 45 juta pengguna, dan penetrasi ponsel pada tahun yang sama telah mencapai lebih dari 211 juta pengguna [Lim 2011: 4]. Pilihan ini dapat memberikan konsekuensi biaya yang lebih efisien dengan jangkauan potensial yang luas. Beberapa negara telah menghabiskan banyak sumberdaya dalam upaya meluncurkan kerangka kerja kualifikasi mereka. Sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan yang lebih murah. Skotlandia misalnya, mereka menggunakan strategi yang lebih terjangkau dan yang telah terbukti sukses di mana Halaman 14 pengakuan kerangka kualifikasi Skotlandia telah diketahui dengan baik. Publikasi menyasar kepada kelompok sasaran yang berbeda termasuk pengusaha dan murid melalui brosur informasi yang tersedia di situsnya (misalnya brosur berikut untuk murid (http://scqf.org.uk/wp- content / uploads / 2014/05 / Achievement- hitungan-fINAL-WEB-Februari-2015.pdf). Pertimbangan juga harus diberikan untuk mengembangkan publikasi terutama bagi penyedia layanan untuk membantu mereka dengan pengembangan profesional dari staf mereka. Hal ini sangat penting bagi staf dengan tanggung jawab untuk melaksanakan KKNI dan kelompok sasaran utama yang dalam hal ini adalah unit mutu internal di perguruan tinggi '. Halaman 15