hubungan tingkat keparahan klinik urtikaria dengan

advertisement
Husain RN., dkk. Hubungan Tingkat Keparahan Klinik…
HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KLINIK URTIKARIA
DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA URTIKARIA
KRONIK
Rahmatun Nisa Husain 1, Sani Widjaja 2, Alfi Yasmina 3
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin/ Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
3
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
ABSTRACT: Chronic urticaria may decrease the quality of life as a result of
complaints of sleep disturbance due to the intense itching, fatigue, social isolation,
loss of energy, and emotional or sexual disorders. Quality of life in patients with
chronic urticaria can be assessed using the dermatology life quality index. The aim of this
research was to determine the relationship between the clinical severity of urticaria and
dermatology life quality in patients with chronic urticaria in RSUD Ulin Banjarmasin.
The research used analytic observational method with cross-sectional approach. Thirty
subjects were taken with purposive sampling. The data were collected with validated
dermatology quality of life index questionnaire. The result showed that 60% patients
diagnosed with chronic urticaria had mild clinical severity and 40% had severe clinical
severity. In patients diagnosed with chronic urticaria, 36.67% had poor quality of life,
43.33% had moderate quality of life, and 20.00% had good quality of life. Statistical
analysis with chi-square test with 95% confidence level indicated that there was a
significant relationship between the clinical severity of urticaria and dermatology quality
of life (p = 0.006). It was concluded that there was a relationship between the clinical
severity of urticaria and dermatology quality of life in patients with chronic urticaria in
RSUD Ulin Banjarmasin.
Keywords: clinical severity, chronic urticaria, dermatology quality of life
ABSTRAK: Urtikaria kronik dapat menurunkan kualitas hidup sebagai dampak
keluhan gangguan tidur akibat intensitas gatal yang hebat, keletihan, isolasi sosial,
kehilangan energi, dan gangguan emosional atau seksual. Kualitas hidup pada
penderita urtikaria kronik dapat dinilai menggunakan indeks kualitas hidup dermatologi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan klinik urtikaria dengan
kualitas hidup dermatologi pada penderita urtikaria kronik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Rancangan penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Subyek penelitian diambil dengan metode purposive sampling sebanyak
30 pasien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner indeks kualitas hidup dermatologi
yang telah divalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita urtikaria kronik
menunjukkan tingkat keparahan klinik ringan sebanyak 60% dan tingkat keparahan klinik
berat sebanyak 40%. Pada pasien yang didiagnosis urtikaria kronis, 36,67% memiliki
kualitas hidup buruk, 43,33% kualitas hidup sedang, dan 20,00% kualitas hidup baik.
Analisis statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat keparahan klinik
urtikaria dengan kualitas hidup dermatologi (p = 0,006). Disimpulkan bahwa terdapat
143
Berkala Kedokteran Vol.9 No.2 Sep 2013:143-149
hubungan antara tingkat keparahan klinik urtikaria dengan kualitas hidup dermatologi
pada penderita urtikaria kronik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Kata-kata kunci: tingkat keparahan klinik, urtikaria kronik, kualitas hidup dermatologi
144
Husain RN., dkk. Hubungan Tingkat Keparahan Klinik…
PENDAHULUAN
Urtikaria
adalah
reaksi
vaskular di kulit akibat berbagai
sebab. Urtikaria biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat
timbul dan menghilang perlahanlahan,
berwarna
pucat
dan
kemerahan, meninggi di permukaan
kulit, sekitarnya dapat dikelilingi
halo, timbul rasa gatal dan kadang
rasa terbakar (1,2).
Berdasarkan
durasinya,
urtikaria dikelompokkan menjadi dua
yaitu urtikaria akut dan urtikaria
kronik. Urtikaria akut terjadi kurang
dari enam minggu, sedangkan
urtikaria kronik terjadi hampir tiap
hari atau paling sedikit dua kali
dalam seminggu, dan berlangsung
selama enam minggu atau lebih (3).
Sekitar 70-80% penyebab urtikaria
kronik belum diketahui, sehingga
digolongkan sebagai urtikaria kronik
idiopatik (UKI). Pada 35-50% kasus
UKI, dalam tubuh pasien ditemukan
autoantibodi
sehingga
disebut
urtikaria autoimun, dan sebagian
lainnya
tidak
ditemukan
autoantibodi, sehingga tetap disebut
idiopatik (4).
Urtikaria kronik ditandai oleh
urtika yang bersifat sementara yang
timbul hampir tiap hari selama enam
minggu atau lebih. Lesi timbul
mendadak, menghilang dalam waktu
2-4 jam, kecuali delayed pressure
urticaria (DPU) dan urtikaria
vaskulitis (5). Secara umum, lesi
urtika sulit dijadikan kriteria
pembeda berbagai jenis urtikaria,
namun onset dan durasi tiap urtika
dapat digunakan sebagai dasar
membantu menegakkan diagnosis
awal. Tingkat keparahan penyakit
dapat dinilai berdasarkan durasi,
intensitas gatal, keluhan sistemik
yang menyertai, dan angioedema
yang timbul (6).
Morbiditas urtikaria kronik
tergantung
pada
durasi
dan
keparahan penyakit. Sekitar 20%
pasien masih menderita urtikaria
kronik sampai 10 tahun. Urtikaria
kronik dapat menurunkan kualitas
hidup sebagai dampak keluhan
gangguan tidur akibat intensitas gatal
yang hebat, keletihan, isolasi sosial,
kehilangan energi, dan gangguan
emosional atau seksual (7,8).
Kualitas
hidup
penting
pada
beberapa penyakit alergi, khususnya
rinitis alergi dan urtikaria. Kualitas
hidup urtikaria kronik dapat dinilai
menggunakan indeks kualitas hidup
dermatologi
yang
memiliki
parameter berupa gejala dan perasaan
mengenai penyakitnya, aktivitas
sehari-hari,
waktu
senggang,
pekerjaan dan sekolah, hubungan
personal, dan pengobatan (9).
Penelitian ini dilakukan di
RSUD Ulin Banjarmasin, yaitu di
Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin (IKKK) RSUD Ulin
Banjarmasin, karena banyaknya
kasus urtikaria pada tahun 2008 2010, dimana terdapat peningkatan
jumlah kasus urtikaria, yaitu dari 70
orang pada tahun 2008 menjadi 116
orang pada tahun 2010 (10). Sampai
saat ini belum pernah dilakukan
penelitian tentang hubungan antara
keparahan klinik urtikaria dengan
kualitas hidup dermatologi pada
pasien urtikaria kronik, sehingga
penelitian
ini
penting
untuk
dilakukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
observasional
analitik
dengan
pendekatan
cross
sectional.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
145
Berkala Kedokteran Vol.9 No.2 Sep 2013:143-149
Juni sampai dengan November 2012
di Poliklinik IKKK RSUD Ulin
Banjarmasin. Sampel penelitian
adalah 30 orang penderita urtikaria
kronik yang bersedia menjadi subyek
penelitian, berusia lebih dari 16
tahun, dan merupakan pasien
urtikaria
kronik
yang
baru
didiagnosis.
Instrumen
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar informed consent,
kuesioner kualitas hidup dermatologi
yang telah divalidasi, dan lembar
skoring keparahan klinik.
Persiapan penelitian dilakukan
dengan mengajukan izin untuk
penelitian
di
RSUD
Ulin
Banjarmasin. Pada pelaksanaan
penelitian, pasien yang datang ke
Poliklinik IKKK RSUD Ulin
Banjarmasin dan telah didiagnosis
menderita urtikaria kronik serta
memenuhi kriteria inklusi untuk
sampel diberi penjelasan tentang
manfaat penelitian dan prosedur yang
akan dilakukan. Penderita yang
setuju untuk mengikuti penelitian
diminta
untuk
menandatangani
informed consent dan kemudian
mengisi kuesioner indeks kualitas
hidup
dermatologi.
Tingkat
keparahan klinik dicatat dari hasil
anamnesis.
Data yang tercatat di status
lembar kuesioner dan lembar
keparahan klinik dimasukkan ke
dalam tabel untuk menggambarkan
karakteristik
subyek
penelitian,
kemudian dilakukan analisis statistik
deskriptif.
Hubungan
variabel
kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat
kepercayaan 95%.
146
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini diperoleh
30 sampel penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan didapatkan 30%
laki-laki dan 70%
perempuan.
Sampel berusia antara 17-74 tahun,
dan ditemukan 26,67% pada kategori
usia 41-50 tahun pada derajat ringan
sampai
berat.
Berdasarkan
pendidikan
terakhir,
83,33%
penderita merupakan lulusan SMA
dan Perguruan Tinggi. Pekerjaan
penderita didapatkan beragam, yaitu
PNS dan wiraswasta masing-masing
30% dan 40% responden lainnya
tidak bekerja (ibu rumah tangga,
pelajar, dan mahasiswa).
Subjek penelitian terdiri dari
30% laki-laki dan 70% perempuan.
Hasil ini sesuai dengan kepustakaan
yang menyatakan bahwa insidensi
urtikaria kronik lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki dengan
rasio perbandingan laki-laki :
perempuan mencapai 1 : 2. Jumlah
penderita urtikaria kronik pada
penelitian ini ditemukan lebih
banyak wanita, hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Suryadi (12) dan
Noprianti dkk (13).
Rentang usia responden pada
penelitian ini adalah 17-74 tahun,
ditemukan terbanyak pada usia 41-50
tahun (26,7%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan kepustakaan bahwa
urtikaria kronik dapat menyerang
semua umur (11). Penelitian
Noprianti dkk (2008) melaporkan
kelompok umur terbanyak adalah
pada kelompok usia 45-49 tahun
(13).
Berdasarkan hasil penilaian
kuesioner untuk tingkat keparahan
klinik urtikaria, maka penderita
urtikaria kronik di Poliklinik IKKK
RSUD Ulin Banjarmasin dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat
Husain RN., dkk. Hubungan Tingkat Keparahan Klinik…
keparahan klinik urtikaria, bahwa
tingkat keparahan klinik urtikaria
dengan kategori ringan paling sering
dialami oleh penderita urtikaria
kronik, yaitu sebanyak 60%.
Kemungkinan hal ini dikarenakan
tingginya
tingkat
pendidikan
penderita (83,33%) yang akan
berdampak pada tingkat keparahan
klinik urtikaria, karena penderita
dengan pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima dan menyerap
informasi juga memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi terhadap
penyakitnya. Selain itu pekerjaan
penderita juga berpengaruh pada
tingkat keparahan klinik urtikaria
dimana sebagian besar penderita
merupakan PNS sehingga akses
untuk
berobat
lebih
mudah
dibandingkan dengan pekerjaan yang
lainnya.
Berdasarkan kualitas hidup
dermatologi, penderita urtikaria
kronik di Poliklinik IKKK RSUD
Ulin
Banjarmasin
dapat
dikategorikan seperti pada Gambar di
bawah ini.
37%
20%
43%
Baik
Sedang
Buruk
Gambar
Distribusi kualitas hidup
dermatologi pada penderita urtikaria
kronik di RSUD Ulin Banjarmasin
Dari Gambar tersebut dapat
dilihat bahwa penderita urtikaria
dengan kualitas hidup dermatologi
kategori
sedang
merupakan
kelompok
terbanyak
(43,33%).
Berdasarkan jenis kelamin, kualitas
hidup dengan kategori sedang
terbanyak adalah wanita (26,67%),
hal ini diduga karena wanita lebih
sensitif terhadap gejala yang
ditimbulkan
oleh
urtikaria
dibandingkan laki-laki. Pekerjaan
terbanyak dalam kategori ini adalah
PNS dan wiraswasta (30,00%).
Hubungan antara tingkat
keparahan klinik urtikaria dengan
kualitas hidup dermatologi dianalisis
dengan menggunakan uji chi-quare
dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil analisis ditunjukkan pada
Tabel di bawah ini:
Tabel Hubungan Tingkat Keparahan Klinik Urtikaria dengan Kualitas
Hidup Dermatologi pada Penderita Urtikaria Kronik di RSUD Ulin
Banjarmasin
Kualitas Hidup
Tingkat
Buruk
Sedang
Baik
Nilai
Keparahan
p
FrekuensiPersentase Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase
Klinik
(orang)
(%)
(orang)
(%)
(orang)
(%)
Berat
9
81,81
3
23,07
0
0
0,006
Ringan
2
18,18
10
76,92
6
100
Total
11
100
13
100
6
100
147
Berkala Kedokteran Vol.9 No.2 Sep 2013:143-149
Berdasarkan
hasil
uji
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara
tingkat keparahan klinik urtikaria
dengan kualitas hidup dermatologi (p
= 0,006. Penelitian ini membuktikan
bahwa tingkat keparahan klinik
urtikaria
mempengaruhi kulitas
hidup dermatologi pada penderita
urtikaria kronik di RSUD Ulin
Banjarmasin.
PENUTUP
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan
sebagai
berikut;
penderita urtikaria kronik di RSUD
Ulin Banjarmasin bulan Juni sampai
November
2012
menunjukkan
tingkat keparahan klinik ringan
sebanyak 60% dan tingkat keparahan
klinik berat sebanyak 40%; kualitas
hidup dermatologi penderita urtikaria
kronik di RSUD Ulin Banjarmasin
bulan Juni sampai November 2012
berada pada kategori baik sebanyak
20,00%, kategori sedang sebanyak
43,33%,
dan
kategori
buruk
sebanyak
36,67%;
terdapat
hubungan antara tingkat keparahan
klinik urtikaria dengan kualitas
hidup dermatologi pada penderita
urtikaria kronik di RSUD Ulin
Banjarmasin (p = 0,006).
Saran untuk penelitian ini
adalah perlu dilakukan penelitian
menggunakan sampel lebih besar
dan jumlah variabel yang lebih luas
seperti
jumlah
urtikaria
dan
distribusi urtikaria, juga pengaruh
perbedaan latar belakang dalam hal
pendidikan, sosial ekonomi, budaya,
dan lain-lain, agar hasilnya bisa lebih
akurat.
148
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia, 2008.
2. Zuberbier
T.
EAACI/GA2LEN/EDF/WAO
guideline:
definition,
classification and diagnosis of
urticaria. Allergy 2009; 64:
1417-1426
3. Sabroe RA, Greaves MW. The
pathogenesis
of
chronic
idiopathic
urticaria.
Arch
Dermatol 1997; 133: 1003-8
4. Tong Lj, Blakrishnan, Kochan
JP, et al. Assessment of
autoimmunity in patient with
chronic urticaria. J Allergy Clin
Immnunol 1997; 99: 461-465.
5. Odom RB, James WD, Berger
TG. Andrews’ disease of the
skin clinical dermatology. 10th
ed. Philadelphia: WB Saunders,
2006.
6. Grattan CEH, Sabroe RA,
Greaves MW. Chronic urticaria.
J. Am Acad Dermatol 2002; 46:
645-656.
7. Zuberbier T. Urticaria. J Allergy
2003; 58: 1224-34
8. Greaves M. Chronic urticaria. J
Allergy Clin Immunol 2000;
105: 664-72
9. Finlay
AY,
Khan
GK.
Dermatology life quality index
(DLQI): A simple practical
measure for routine clinical use.
Clin Exp Dermatology 1994; 19:
210-216
10. Departemen IKKK RSUD Ulin
Banjarmasin. Data rekam medis
pasien urtikaria 2005-2008.
Banjarmasin: RSUD Ulin, 2008.
11. Wibowo
B.
Hubungan
Kepositivan Autologous Serum
Skin Test Dengan Gambaran
Husain RN., dkk. Hubungan Tingkat Keparahan Klinik…
Klinik dan Kualitas Hidup Pada
Penderita Urtikaria Kronik.
Laporan Penelitian. Program
Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin,
Universitas
Diponegoro. 2006.
12. Tjekyan
RMS.
Prevalensi
urtikaria di Kota Palembang
tahun 2007. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin
2008; 20(1): 1-6.
13. Nopriyati, Thaha MA, Tjekyan
S. Hubungan autologous serum
skin
test/ASST
dengan
keparahan klinis urtikaria kronik
idiopatik di RSUD Dr. Moh
Hoesin Palembang. Makara
2008; 12(1): 27-35.
149
Download