Jurnal Ilmiah DIKDAYA GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL DAN

advertisement
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL DAN ORIENTASI
SEKSUAL MAHASISWA DI KOTA JAMBI
Yurni1
Abstract : Teens today are undergoing rapid social change from a traditional
society to the modern society, which also changed the norms, values and
lifestyles. Teenagers who formerly maintained largely by families, indigenous
culture and traditional values that exist, have been prone to erosion caused by
rapid urbanization and industrialization. This is followed by the media revolution
that is open to the diversity of lifestyles and career choices. Sex is a biological
category; gender and sexual orientation is a social and psychological category.
Sexuality is associated with genital and secondary sex organs. Each category is a
sustainability spectrum or continuum (the horizontal direction) which is located
subcategories like matrix. This study sought to describe sexual behavior and
sexual orientation jambi students. The samples used were 100 students spread in
the city of Jambi taken with incidental random sampling technique (39 men and
61 women). Measurements conducted by distributing questionnaires on study
subjects then were calculated with the help of SPSS program to view a description
based on the percentage of data. Results if the data suggests sexual behavior
committed students are holding hands (90%), Kiss cheeks (62%), Fingered on the
chest (10%), embracing at the waist (54%), kiss lips (39%), holding on the
genitals (10%), putting sex couples with still dressed / petting (5%), had sexual
intercourse (8%). Sexual orientation of students in the city of Jambi around 93%
of students have a heterosexual orientation (ie like the opposite sex) and about
7% had homosexual tendencies (like a kind)
PENDAHULUAN
Dekade antara tahun 1998 dan 2008 menunjukkan peningkatan yang sangat
pesat penelitian mengenai perkembangan orientasi seksual remaja dan isyu-isyu
kesehatan terkait, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Studi mengenai orientasi
seksual, terutama perkembangan daya tarik dan perilaku homoseksual atau
biseksual, bukanlah sesuatu yang baru.Orientasi seksual yang lazim di masyarakat
adalah heteroseksual.Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa ada pula
yang
memiliki
orientasi
seksual
yang
berbeda,
misalnya
homoseksual.Homoseksual menggambarkan laki-laki atau perempuan yang
cenderung menyukai jenisnya (Bell and Weinberg, 1978; Masters and Johnson,
1979).Menurut beberapa teori, sebagian merupakan pengaruh murni biologi
seperti prenatal, atau ketidak seimbangan (Masters, Johnson, Kolodny, 1992).
Sedangkan teori psikoanalisis Freud (Masters, Johnson dan Kolodny, 1992)
mengatakan bahwa perilaku homoseksual muncul dari fiksasi dalam sebuah
ketidakmatangan proses perkembangan psikoseksualnya. Teori Psikososial
menekankan homoseksualitas merupakan hasil pembelajaran dari fenomena,
pengalaman seksual awal mungkin mengarahkan mereka kepada perilaku
1
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Batanghari
87
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
homoseksual dengan kenikmatan, hubungan sejenis yang memuaskan atau dengan
ketidaknyamanan, kekecewaan, atau pengalaman heteroseksual yang menakutkan
(Masters, Johnson, Kolodny, 1992). American Psychological Association,
American Psychiatric Association, dan National Association of Social Workers
mengemukakan bahwa pada tahun 1952 ketika Asosiasi Psikiatri pertama kali
menerbitkan Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder,
homoseksualitas masih tergolong sebagai gangguan mental (wikipedia.org).
Namun pengklasifikasian tersebut menjadi sasaran pemeriksaan kritis dalam
penelitian yang didanai oleh Institut Kesehatan Mental Nasional.Dari berbagai
kumpulan hasil penelitian homoseksualitas oleh para ahli bidang kedokteran,
kesehatan mental, ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku meyimpulkan bahwa
pengklasifikasian homoseksualitas sebagai gangguan mental tidak akurat
(wikipedia.org). Setelah penemuan ilmiah, terutama oleh APA (American
Psychiatric Association ) tahun 1973 homoseksual dihilangkan sebagai salah satu
kategori diagnostik dan dikeluarkan dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Seperti yang di utarakan oleh Kinsey (1953), homoseksual
adalah variasi dari tingkah laku seksual, seperti masturbasi.Maka yang menjadi
dasar pada perilaku seksual ini adalah stimulus yang menimbulkan tingkah laku
tersebut.
Dari suatu survei di Amerika Serikat pada saat dilangsungkan pemilu 2004,
diketahui bahwa 4% dari seluruh pemilih pria menyatakan bahwa dirinya adalah
seorang gay (Ramitha, 2011). Di Alabama menunjukkan rumah tangga sesama
jenis naik 38,8 persen antara tahun 2000 dan tahun 2010, dan naik 42,1 persen di
Wyoming dan 55,4 persen di Kansas (Charles, 2011). Sedangkan di Indonesia,
data statistik menyatakan bahwa 8 sampai 10 juta populasi pria Indonesia pada
suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual (Asteria, 2008). Di
Indonesia, menurut hasil penelitian dan penelusuran Yayasan Priangan Jawa
Barat, pada tahun 2003 kasus homoseksual di kalangan pelajar di Bandung sudah
tinggi, Bahkan 21% siswa SLTP dan 35% siswa SMU disinyalir melakukan
perbuatan homoseksual (Asteria, 2008). Sayangnya peneliti tidak dapat
menemukan penjelasan mengenai presentasi yang diambil ini dari jumlah seluruh
siswa atau hanya dari jumlah siswa yang homoseksual. Sampai saat ini tidak ada
jumlah pasti berapa homoseksual yang ada di Indonesia, tapi menurut survei yang
dilakukan oleh Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN) menyebut adanya 4000
sampai 5000 homoseksual di Jakarta (Gunadi, Rahman, Indra, Sujoko, 2003).
Sedangkan Gaya Nusantara menyebutkan sekitar 260.000 dari enam juta
penduduk Jawa Timur adalah homo.Bahkan Dede Oetomo memperkirakan bahwa
1% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia adalah homoseksual (Gunadi,
Rahman, Indra, Sujoko, 2003).Maka dari itu kita pun tidak dapat menutup mata
bahwa jumlah homoseksual tidak lah sedikit.Pandangan tentang seksualitas
manusia juga sangat diwarnai oleh paradigma orientasi seksual hetero.Akibatnya,
terjadi hegemoni dan heteronormativitas dalam konsep seksualitas (Musdah,
2010).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adapun masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah:”bagaimana gambaran perilaku seksual dan
orientasi seksual mahasiswa di Jambi?”
88
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai
perilaku seksual serta orientasi seksual mahasiswa yang berada di Kota Jambi.
Tinjauan Literatur
Orientasi seksual
Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya
menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses
perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya
hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai
institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa
lima sampai sepuluh persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan
persen pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah
dengan pasangan yang seusia mereka. Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga
memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum
remaja. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia
15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang
berisiko. Selanjutnya hasil dari penelitian mengenai kebutuhan akan layanan
kesehatan reproduksi di 12 kota di Indonesia pada tahun 1993, menunjukkan
bahwa pemahaman mereka akan seksualitas sangat terbatas. Temuan dari
berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual
dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang
kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual
(PMS) dan alat-alat kontrasepsi.
Orientasi seksual adalah rasa ketertarikan secara seksual maupun emosional
terhadap jenis kelamin tertentu.Orientasi seksual ini dapat diikuti dengan adanya
perilaku seksual atau tidak. Missal seseorang perempuan yang tertarik dengan
sejenis namun selama hidupnya dia belum pernah melakukan perilaku seksual
dengan perempuan, maka ia tetap dikatakan memiliki orientasi seksual sejenis.
Menurut Swara Srikandi Indonesia (Asosiasi Lesbian dan Gay Indonesia),
orientasi seksual merupakan salah satu dari empat komponen seksualitas yang
terdiri dari daya tarik emosional, romantic, seksual dan kasih sayang dalam diri
seseorang dalam jenis kelamin tertemtu.Tiga komponen seksualitas adalah jenis
kelamin biologis, identitas fender (arti psikologis pria dan wanita) dan peranan
jenis kelamin (norma-norma budaya untuk perilaku feminine dan maskulin).
Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual karena berkaitan dengan
perasaan dan konsep diri.Namun dapat pula seseorang menunjukkan orientasi
seksualnya dalam perilaku mereka.
Jenis-jenis orientasi seksual ada tiga yaitu: a). Heteroseksual, aktivitas
seksual dimana pasangan seksual yang dipilihnya berasal dari lawan jenis. b).
Biseksual, aktivitas seksual dimana pasangan seksual yang dipilih berasa dari
lawan jenis dan sesama jenis. c). Homoseksual, aktivitas seksual dimana pasangan
seksual yang dipilih berasal dari sesame jenis. Pria homoseksual disebut gay dan
perempuan homoseksual disebut lesbian.
Perilaku seksual adalah segala sesuatu yang dilakukan karena adanya
dorongan seksual. Pada konsep ini tidak peduli bagaimana dan dengan siapa atau
apa dorongan itu dilampiaskan. Apabila perilaku tersebut muncul karena adanya
dorongan seksual maka disebut perilaku seksual.
89
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
Perilaku seksual adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
reproduksi atau peilaku yang merangsang sensadi dalam reseptor-resepto yang
terletak pada atau sekitar organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang juga
dapat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan
dan kultur dimana individu tersebut tinggal.
Perilaku seksual dibagi menjadi 2 macam yaitu:a) seks penetratif (seks
vaginal, seks anal, seks oral dan seks dengan alat yang dimasukkan). Seks oral
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu oro-penile/fellatio yaitu sexualoralisme adalah
suatu keadaan dimana kepusaan didapat dengan menggunakan bibir, mulut dan
lidah kepada organ genetalia pasangannya yang dilakukan untuk melakukan
rangsangan ke penis; oro-vulva/cunnilingus yaitu sexualoralisme yang dilakukan
dengan cara melakukan rangsangan ke vagina; dan oro-anus/anilingus yaitu
sexualoralisme yang dilakukan dengan cara melakukan rangsangan ke anus. b)
seks non penetrative, bentuk-bentunya adalah (1) seks manual;(2) seks dengan
sentuhan/kontak badan; (3) seks dengan alat yang tidak dimasukkan; (4) seks
sado-masochist; (5) melihat pornografi; (6) seks fantasi; dan (7) seks lewat
telpon/internet.
Di dalam kehidupan terdapat sekelompok orang yang memiliki orientasi
seksual berbeda.Orientasi seksual menjadi tiga bagian (Supratiknya, 1995),
yaitu: 1. Heteroseksual, yaitu ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang
berbeda, perempuan tertarik pada laki-laki, dan lakilaki tertarik pada perempuan.
2. Biseksual, ketertarik secara seksual pada perempuan dan laki-laki sekaligus. 3.
Homoseksual, yaitu ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang sama,
perempuan tertarik pada perempuan yang disebut sebagai lesbian, dan laki-laki
yang tertarik pada laki-laki disebut sebagai gay.
Menurut Butler (1999) “sex” ini adalah sebuah kategorisasi yang dihasilkan
dan dijalankan berdasarkan sitem kewajiban heteroseksualitas didalam usaha
membatasi adanya identitas lain selain hasrat heteroseksual. Selain itu hampir
semua kebudayaan memilih untuk melestarikan kelompoknya dan identitas sosial
dari kelompoknya harus dilestarikan, maka mereka lebih mengakui adanya
pernikahan heteroseksual diluar kekerabatan.Karenanya, dianggap perbuatan salah
dan tabu jika ada hubungan seksual yang terjalin dengan kerabat termasuk juga
terhadap hubungan homoseksual (Butler, 1990).
Teori tentang homoseksual yang berkembang saat ini pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua golongan: esensialis dan konstruksionis. Esensialisme
berpendapat bahwa homoseksual berbeda dengan heteroseksual sejak lahir, hasil
dari proses biologi dan perkembangan. Teori ini menyiratkan bahwa
homoseksualitas merupakan abnormalitas perkembangan, yang membawa
perdebatan bahwa homoseksualitas merupakan sebuah penyakit.Sebaliknya,
konstruksionis berpendapat bahwa homoseksualitas adalah sebuah peran sosial
yang telah berkembang secara berbeda dalam budaya dan waktu yang berbeda,
dan oleh karenanya tidak ada perbedaan antara homoseksual dan heteroseksual
secara lahiriah (Carroll, 2007). Sebagai negara yang beragama, Indonesia
menyandarkan nilai dan norma pada agama. Dalam hal ini sebagian besar agama
di Indonesia memang melarang bahkan mengaharamkan keberadaan homoseksual
(Mulyani, dkk, 2009).Sehingga homoseksual dianggap sebagai suatu
90
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
penyimpangan, pendosa, terlaknat, bahkan penyakit sosial (Musdah, 2010).Jika
ditinjau dari nilai agama homoseksual ini termasuk penyimpangan seksual karena
menyalahi perintah Allah dan memnyalahi fitrahnya sebagai makhluk ciptaanNya.
Masa dewasa awal adalah masa dimana seorang individu sudah mulai
mendapat tuntutan dari lingkungan mengenai masalah hubungan intim (Atkinson,
Dkk. 2003).Dimana pertanyaan mengenai pasangan dan pernikahan sering kali
muncul.Individu dewasa awal menjalin hubungan interaksi sosial yang lebih
luas.Individu mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama yang
memungkinkan individu berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim (Hall dan
lindzey, 1993).Mungkin bagi pasangan heteroseksual tidak sulit untuk
mengenalkan pasangannya kepada keluarga ataupun orang-orang sekitar. Bagi
homoseksual untuk mengenalkan pasangannya atau bahkan untuk menunjukan
diri bahwa ia seorang homoseksual sangatlah sulit. Mereka takut terhadap reaksireaksi yang akan muncul dari keluarga maupun orang terdekat. Mereka takut akan
penolakan dan pengucilan yang dilakukan kepada meraka. Banyak orang tua yang
mengetahui bahwa anaknya homoseksual seringkali merasa terpukul dan merasa
bersalah, tidak sedikit juga yang akhirnya mengusir anaknya dari rumah atau
mengucilkan anaknya (Walker, 1996; Nevid et all, 1995). Penjelasan tersebut
merupakan gambaran beberapa hambatan dan resiko yang dihadapi homoseksual
untuk menyatakan diri kepada orang lain atau lingkungan. Menurut Eighberg
(1990) banyak orang yang merasakan ketertarikan kepada sesama jenis memiliki
fase "coming out" dalam kehidupan mereka (Eichberg, 1990).Coming out
digambarkan dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase "mengenali diri", dimana
muncul kesadaran bahwa ia terbuka untuk hubungan sesama jenis. Fase ini sering
digambarkan sebagai coming out yang bersifat internal. Tahap kedua melibatkan
keputusan untuk terbuka kepada orang lain, misalnya keluarga, teman, dan/atau
kolega. Tahap ketiga mencakup hidup secara terbuka sebagai orang Lesbian Gay
Bisexsual Transgender (LGBT).
METODE
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh
Sugiyono (2012: 8) yaitu :“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.
Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain. Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan
data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan
metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai
gambaran perilaku seksual dan orientasi seksual mahasiswa di kota Jambi.
91
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.Objek
penelitian adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah keseluruhan mahasiswa yang ada di kota Jambi yang menjadi objek
penelitian yaitu Perilaku seksual dan orientasi seksual mahasiswa di kota Jambi.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah sampling
insidental.Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data (Sugiyono, 2012).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada
penelitian yaitu perilaku seksual dan orientasi seksual mahasiswa di kota Jambi.
Deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah
responden dikali 100 %, sepertidikemukan Sudjana (2001) adalah sebagai berikut:
P=
F x 100%
N
Keterangan:
P: Presentase jawaban
F: Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N:Jumlah responden
100 % : Bilangan tetap
Dalam penelitian ini yang menggunakan rumus presentase adalah jawaban
dari kuesioner yang telah disebar, kemudian masing-masing jawaban di analisis
dengan rumus presentase yaitu banyaknya jawaban dibagi dengan jumlah
keseluruhan responden kemudian dikali
Aspek
Persent
dengan bilanngan tetap yaitu 100%. N
o
ase
Selanjutnya penentun kategori respon
Belum
7%
perilaku seksual dan orientasi seksual 1
Pernah
mahasiswa di kota Jambi dianalisis secara
Pacaran
kualitatif dan dengan melihat hasil-hasil
2
Punya Pacar
73 %
penelitian terdahulu.
3
Pernah
22 %
Punya Pacar
HASIL
(sekarang
Penelitian ini dilaksanakan di kota
Jomlo)
Jambi sebagai tempat penelitian, dengan
populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa yang ada di kota Jambi. Sampel
penelitian berjumlah seratus orang yang diambil secara acak dengan metode
purposive sampling.
Alasan memilih metode ini karena jumlah populasi yang sangat besar
sehingga diharapkan 100 orang subyek yang dipilih secara acak dapat mewakili
populasinya.
Responden adalah mahasiswa yang berasal dari universitas dan akademi
yang berada di kota Jambi, meliputi kampus negeri dan swasta, sekolah tinggi
kesehatan. Usia responden berkisar antara 18 hingga 22 tahun, berada di
semester dua hingga semester empat bangku kuliah.
92
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa sebagian besar subyek
memiliki pacar ( 73 %) hanya sekitar tujuh persen (7 %) mahasiswa yang belum
pernah pacaran. Sedangkan sisanya sebesar 22 % berstatus jomblo, artinya
sebelumnya pernah pacaran.
Tabel.1 Gambaran Hubungan Mahasiswa
Berdasarkan angket kuesioner yang diisi oleh mahasiswaOrientasi seksual
mahasiswa 93% adalah heteroseksual, artinya mereka menyukai lawan
jenis.sedangkan terdapat 7 % mahasiwa yang memiliki orientasi seksual menyukai
sejenis. Hal ini terlihat dari jawaban subyek bahwa mereka merasa tidak nyaman
dengan kecenderungan seks bawaan mereka saat ini.Maksdunya bila pria mereka
merasa lebih nyaman menjadi seorang wanita, begitupun sebaliknya bila wanita
mereka merasa lebih nyaman menjadi seorang pria.
Terdapat 5 % mahasiswa memiliki kecenderungan merasa nyaman bila
memakai pakaian lawan jenisnya.Kecenderungan ini terlihat kaitannya dengan
kondisi keluarga subyek, pada pertanyaan tentang lingkungan keluarga dan tempat
tinggal subyek dengan kecenderungan ini menjawab merasa tidak nyaman.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 2. Perilaku seksual Mahasiswa
Aspek
Persentase
Berpegangan tangan
90%
Cium pipi
62%
Meraba pada bagian
10%
dada
Merangkul pada bagian
54%
pinggang
Cium bibir
39 %
Memegang pada bagian
10%
kelamin
Menempelkan kelamin
5%
pasangan dengan masih
berpakain (petting)
Pernah melakukan
8%
hubungan seksual
Berdasarkan data tabel di atas dapat terlihat bahwa berpegangan tangan dan
cium pipi sudah menjadi suatu yang lumrah pada mahasiswa yang berpacaran di
kota Jambi. Perilaku merangkul pada bagian pinggang terdapat 54 % artinya
hampir sebagian besar mahasiswa yang berpacaran melakukan ini.
Perilaku yang mengarah pada intercourse seperti menempelkan kelamin
pasangan pada bagian kelaminnnya dengan masih berpakaian (petting) terdapat 5
%, bercumbu pada bagian dada sebesar 62 %.Perilaku bercumbu pada bagian dada
ini bisa diartikan dengan meremas dada pasangan, menciumi dada pasangan dan
menggigit putting pasangan.
Sedangkan mahasiswa yang sudah melakukan hubungan seksual terdapat
sebanyak 8 %.Hubungan seksual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri
93
Jurnal Ilmiah DIKDAYA
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
mahasiswa yang pernah melakukan hubungan seksual dan perilaku yang
mengarah pada hubungan seksual. Mahasiswa yang pernah melakukan hubungan
seksual ini adalah mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, keduanya
memiliki proporsi yang sama. Artinya jenis kelamin tidak menentukan seseorang
tidak melakukan hubungan seksual.
Latar belakang keluarga yang harmonis sangat mempengaruhi perilaku seksual
dan orientasi seksual mahasiswa.Hal ini dapat disimpulkan dari sebagian besar
mahasiswa yang memiliki kecenderungan perilaku seksual bebas merasa tidak
nyaman dengan keluarganya.Namun ada juga mahasiswa yang berasal dari
keluarga yang nyaman tapi menunjukkan perilaku seksual yang bebas. Ada faktor
lain yang harus digali mengenai kemungkinan terjadinya hal ini, misalnya faktor
lingkungan pergaulan dan gaya hidup.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya perhatian
orang tua pada anaknya. Meskipun mereka sudah dewasa, sudah berstatus
mahasiswa mereka tetap memerlukan bimbingan dan pengarahan dari orang tua
dan lingkungan terdekat supaya terhindar dari perilaku bebas.
Lembaga pendidikan sebaiknya ikut berperan memberikan pengarahan
pada mahasiswa tentang perilaku bergaul yang sehat agar terhindar dari pergaulan
bebas.Peneliti yang berminat untuk meneliti perilaku seksual remaja sebaiknya
bisa mempertimbangkan untuk meneliti faktor reliusitas pada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Alan P dan Weinberg, Martin S. 1978. Homosexualities: A study of
Diversity Among Men and Women. Melbourne, Macmillan Company of
Australia
Charles, Silverstein. 2011. Representation of homosexuality in Jamaica. Social
and economic studies 60 (1)
Eichberg,H. 1990. Stronger, funnier, deadlier.Track and field on the way to the
ritual of the recod. In carter, J and Kruger, A. (eds) Ritual and record. Sport
record and quantifications in pre-modern societies (Westport, Conn)
Gatra. 2016. Melawan aksi LGBT di Kampus. Edisi Febuari
Hall, L & Linzey, G. 1993.Teori-teori psikodinamik klinis, alih bahasa
Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius
Kinsey, Alfred C; Pomeroy, Wardell B; and Martin, Clyde. 1953. Sexual behavior
in the human Female. Indiana University
Masters, William H; Johnson, Virginia E; Kolodny, Robert C. 1992.Masters and
Johnson on sex and human loving. Boston, Little Brown Company
Musdah, Mulia. 2010. Homoseks tidak dilarang. Kabarislamia.com/2010/09/14
Nevid,J.S.,Fichner-Rathus, L & Rathus,S.A. 1995. Human Sexuality in a world of
diversity (2nded). Boston: Allyn & Bacon
Ramitha, Vina. 2011. Kemenangan Baru kaum homoseks Amerika.
http://www/empirestatephtc.org/resource/res/curr/LGBT/GLB-adolescents
94
Download