BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada umumnya dilakukan untuk menyimpan dana atau uang yang diperoleh dari hasil kerja mereka ke dalam bentuk barang maupun tabungan di bank. Selain itu dapat juga dilakukan investasi dalam bentuk saham dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih banyak dari modal awal yang dikeluarkan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Eduardus Tandelilin, 2001). Seorang investor membeli sejumlah saham dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan pada umumnya dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear yaitu semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Investasi berhubungan dengan portofolio, portofolio merupakan sekumpulan investasi yang melalui tahap identifikasi sekuritas-sekuritas yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan sekuritas yang banyak bertujuan untuk mengurangi risiko yang akan ditanggung. Menurut Jogiyanto Hartono (2014(a)) portofolio adalah suatu kumpulan aktiva keuangan dalam suatu unit yang dipegang atau 1 dibuat oleh seorang investor, perusahaan investasi, atau instansi keuangan. Portofolio optimal adalah portofolio yang memberikan hasil kombinasi return tertinggi dengan risiko terendah. (Jogiyanto Hartono, 2014(a)) Untuk diversifikasi. menurunkan Prinsip-prinsip risiko portofolio, diversifikasi investor dibedakan perlu menjadi melakukan dua yaitu diversifikasi random dan diversifikasi Markowitz. Diversifikasi random yaitu investasi secara acak oleh investor pada berbagai jenis saham yang berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda dan berharap bahwa varians sebagai ukuran risiko portofolio tersebut akan bisa diturunkan (Eduardus Tandelilin, 2001). Diversifikasi Markowitz merupakan diversifikasi yang lebih efisien dari diversifikasi secara random. Model diversifikasi ini diperkenalkan oleh Henry Markowitz sekitar tahun 1950-an yang menyatakan bahwa dalam menginvestasikan dana tidak hanya pada satu aset, karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah diinvestasikan akan lenyap” (Eduardus Tandelilin, 2001). Pada tahun 90an muncul model yang dikenal sebagai model BlackLitterman (model BL) yang diperkenalkan oleh Robert Litterman dan Fisher Black. Model Black-Litterman merupakan salah satu alat ukur yang mampu mengoptimalkan proses konstruksi portofolio. Model ini telah dibahas dalam berbagai literatur. Salah satunya adalah tentang aspek dari proses kontruksi portofolio (Chincarini & Kim, 2013). Menurut Retno Subekti (2008) model Black-Litterman sebagai salah satu model optimisasi portofolio merupakan sebuah model yang menghasilkan kinerja lebih baik dan menguntungkan bagi 2 seorang investor karena keterlibatan opini investor dalam portofolio yang dibentuknya tidak terabaikan. Model Black-Litterman merupakan pendekatan yang banyak digunakan untuk alokasi aset dengan memadukan pandangan investor tentang pasar. Model Black-Litterman menggunakan pendekatan Bayes dalam pengamatan terhadap nilai pasar, pandangan dari investor serta data perusahaan / lembaga penelitian (Zhou, 2008). Seorang investor dapat menggunakan model Black-Litterman dalam pembentukan portofolio untuk memperoleh nilai return yang diinginkan. Pembobotan portofolio Black Litterman menggunakan model Mean Variance Markowitz dengan ukuran risiko standar deviasi atau variance portofolio (Black & Litterman, 1992). Variance portofolio adalah penjumlahan semua varians dan kovarians pada matriks varians-kovarians dikalikan dengan bobot masing-masing sekuritas yang termasuk dalam portofolio Black Litterman (Jogiyanto Hartono, 2014(b)). Selain dengan menggunakan variance dalam menentukan risiko suatu portofolio juga dapat digunakan Value at Risk (VaR). VaR didefinisikan sebagai kerugian maksimum yang diharapkan pada portofolio aset selama periode waktu tertentu dan pada tingkat kepercayaan tertentu. Pengukuran VaR bertujuan untuk memperkirakan suatu besaran kerugian maksimum yang mungkin dialami investor pada tingkat kepercayaan tertentu. VaR memiliki keterbatasan dalam penggunaannya yaitu VaR hanya mengukur secara efektif pada kondisi normal, sehingga tidak cocok digunakan pada kondisi ekstrim saat data naik/turun dengan tajam (Rockafellar & Uryasev, 2000). Di sisi lain, VaR mengabaikan kerugian di luar nilai pada tingkat risiko sehingga untuk 3 mengatasi kasus yang mungkin terjadi pada VaR dibutuhkan ukuran risiko Conditional Value at Risk (CVaR) (Xu Yang, 2014). CVaR memiliki sifat sub - additive yaitu CVaR pada suatu portofolio dapat terdiri dari dua aset lebih kecil atau sama dengan jumlah CVaR masing masing CVaR dari dua aset tersebut. Hal tersebut dapat merefleksikan dengan tepat efek diversifikasi karena diversifikasi ditujukan untuk mengurangi risiko. Sifat convex membuat CVaR dapat digunakan dalam teknik optimalisasi (Rockafellar & Uraysev, 2000). Sifat – sifat tersebut merupakan keunggulan CVaR dibandingkan VaR, karena CVaR merupakan ukuran risiko yang memperhitungkan kerugian di atas VaR. Penelitian yang dilakukan oleh Xu Yang (2014) mengenai optimasi portofolio model Black-Litterman dengan menggunakan metode Mean Conditional Value at Risk dan CVaR sebagai ukuruan risiko. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa bobot portofolio yang diperoleh mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan hanya dengan menggunakan model BL. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Noviana Serawati (2012) suatu portofolio optimal dapat diperoleh dengan cara menggunakan metode Mean-CVaR untuk pembobotan dan pengukuran risiko portofolio dengan menggunakan ukuran risiko CVaR. Metode Mean-CVaR yang dikembangkan oleh R. Tyrrel Rockafellar dan Stanislav Uraysev (2000) ini menggunakan Conditional Value at Risk (CVaR) sebagai ukuran risiko. Dalam pembentukan portofolio metode ini hampir sama dengan Mean Variance yaitu meminimalkan risiko, dalam hal ini CVaR. 4 Mengingat adanya ukuran risiko seperti Variance, VAR dan CVaR dalam pembentukan portofolio, maka penulis tertarik untuk membahas penerapan ukuran risiko CVaR dengan menggunakan metode Mean Conditional Value at Risk (Mean-CVaR) dalam portofolio Black-Litterman. Metode Mean-CVaR dipilih karena merupakan metode yang dapat menghitung pembobotan portofolio dan meminimalkan risiko dengan ukuran risiko CVaR sehingga menghasilkan portofolio yang optimum. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data aset dari saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) dan IHSG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan Metode Mean Conditional Value at Risk pada portofolio Black-Litterman? 2. Bagaimana analisis investasi saham-saham JII menggunakan Metode Mean Conditional Value at Risk pada portofolio Black-Litterman? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan penerapan Metode Mean Conditional Value at Risk pada portofolio Black-Litterman. 5 2. Untuk menjelaskan analisis investasi saham-saham JII menggunakan Metode Mean Conditional Value at Risk pada portofolio Black-Litterman. D. Manfaat Penulisan Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain. 1. Bagi penulis Dapat memahami lebih lanjut mengenai portofolio melalui analisis berbasis statistika melalui pengembangan model Black-Litterman dengan ukuran risiko CVaR. 2. Bagi perpustakaan Jurusan Pendidikan Matematika UNY Bermanfaat dalam hal menambah referensi dan sumber belajar bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UNY. 3. Bagi investor Menambah sumber referensi atau wawasan dalam berinvestasi dengan membentuk portofolio yang optimal. 6