11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman

advertisement
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan
variasi pola tanam tumpangsari tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi
tanaman kacang tanah pada umur tanaman 2 MST – 6 MST. Rata-rata tinggi
tanaman kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi rata – rata tinggi tanaman kacang tanah berdasarkan variasi
Tumpangsari
Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
T0
13,5 tn
20,37 tn
32,12 tn
39,15 tn
43,6 tn
T1
12,48 tn
19,65 tn
30,85 tn
37,15 tn
41,75tn
T2
12,45 tn
19,67 tn
31,5 tn
37,37 tn
42,6 tn
T3
13,40 tn
20,65 tn
32,02 tn
39,47 tn
43,9 tn
BNT 5%
-
-
-
-
-
Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan analisis sidik ragam pada perlakuan variasi pola tanam
tumpangsari kacang tanah tidak berpengaruh nyata pada umur tanaman 2 MST – 6
MST. Pada umur 2 MST – 3 MST dimana masih dalam awal pertumbuhan,
persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara dan cahaya perlakuan T2
lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan T0 keadaan ini menyebabkan
penyerapan unsur hara dan fotosintesis yang lebih banyak terjadi pada perlakuan
T0 memberikan tinggi tanaman lebih tinggi karena pertumbuhannya lebih baik.
Pada umumnya tanaman kacang tanah mempunyai arti penting dalam menambah
kesuburan tanah karena kemampuannya mengikat N dari atmosfir sebagai hasil
kerja sama dengan bakteri Rhizobium sp dalam bintil akar. Manfaat N fiksasi bagi
tanaman lain dapat berupa perembesan dari bintil akar untuk tanaman yang
tumbuh bersama tanaman leguminosa, dan perombakan bahan organik untuk
tanaman berikutnya (Buckman dan Brady, 1982 dalam Kesumawati, 1991). Hal
ini berhubungan dengan sifat cahaya matahari yang merusak auksin, sehinggga
auksin lebih banyak pada tanaman yang sedikit menerima matahari, akibatnya
pemanjangan batang lebih cepat. Menurut Dwijoseputro (1988), fungsi auksin
12
tidak
hanya
menambah kegiatan
sel dijaringan
meristem tetapi
juga
memperpanjang sel yang ada di daerah meristem yang ada.
4.2 Jumlah Daun
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan
variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman
kacang tanah pada umur tanaman 6 MST. Rata-rata jumlah daun kacang tanah dan
hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Rekapitulasi rata – rata jumlah daun (helai) kacang tanah berdasarkan
variasi tumpangsari
Perlakuan
Jumlah Daun (helai)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
T0
8,7 tn
23,28 tn
35,6 tn
66,13 tn
51,55 a
T1
8,48 tn
23,05 tn
34,3 tn
63,83 tn
73,08 b
T2
8,08 tn
22,00 tn
34,75 tn
65,93 tn
72,67 b
T3
8,93 tn
23,4 tn
35,83 tn
68,4 tn
75,02 b
BNT 5%
-
-
-
-
15,53
Ket :
angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanah dengan
perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada umur tanaman
6 MST. Lanbers et. al. (1990) dan Salisbury dan Ross (1995) daun-daun yang
ternaungi menjadi lebih tipis, jaringan palisade dan sel-sel mesofil berkurang,
jumlah kloroplas sedikit, nisbah klorofil a/b rendah, demikian juga kapasitas
fotosintesis per luasan daun menjadi rendah. Sehingga tanaman kacang tanah
yang ternaungi akan menjadi lemah dibanding tanaman yang cukup menerima
cahaya. Sebaliknya, pada daun- daun yang cukup menerima cahaya memiliki
kloroplas dan jaringan palisade yang
banyak/padat, nisbah klorofil a/b dan
kapasitas fotosintesis per luasan daun tinggi. Garcia et al. (2009) mengemukakan
bahwa defisit kelembaban tanah sebagai indikator sedikit banyaknya kandungan
air tanah yang berkontribusi pada tingkat stress atau cekaman terhadap tanaman.
Unsur P (Fosfor) berperan penting dalam pembelahan sel, penyusunan lemak dan
protein, juga untuk perkembangan jaringan meristem yang dapat merangsang
pertumbuhan akar sehingga pembentukan daun meningkat (Sarief, 1986).
13
4.3 Jumlah Polong
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan
variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada jumlah polong tanaman
kacang tanah. Rata-rata jumlah polong kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata – rata jumlah polong kacang tanah berdasarkan variasi Tumpangsari
T0
T1
T2
T3
Jumlah Polong
(buah)
28,52 a
30,75 a
36,9 b
36,02 b
BNT 5%
2,82
Perlakuan
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji lanjut BNT 5%
Dari hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanag dengan
perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata. Faktor cahaya
matahari sangat mempengaruhi pada hasil tanaman kacang tanah. Semakin rapat
jarak tanam mengakibatkan
penurunan jumlah polong pertanaman, hal ini
disebabkan penurunan cahaya yang diterima oleh
tanaman akibat daun saling
ternaungi menyebabkan hasil fotosintesis rendah. Padahal hasil tersebut berperanan
dalam pembentukan
polong maupun biji. Donald (1963) menyatakan
bahwa
penurunan jumlah polong dan biji pada kepadatan yang tinggi disebabkan adanya
persaingan individu tanaman terutama cahaya, pertumbuhan vegetatif baik, fotosintat
yang dihasilkan semakin banyak, hal ini menyebabkan kemampuan tanaman untuk
membentuk organ-organ generatif semakin
meningkat. Varietas kacang tanah
memiliki peranan penting dalam menunjang peningkatan hasil sesungguhnya dari
masing-masing spesies tanaman yang ditumpangsarikan. Hasilnya yang lebih
besar daripada hasil yang diharapkan menunjukkan bahwa, tanaman mengalami
proses saling mengisi (Sitompul dan Guritno, 1995).
14
4.4 Berat Polong
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan
variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada berat polong tanaman
kacang tanah. Rata-rata berat polong kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam
dapat dilihat pada Tabel 4.
6
Tabel 4. Rata – rata berat polong kacang tanah berdasarkan variasi tumpangsari
Ket :
Perlakuan
Berat Polong (gr)
T0
T1
T2
T3
47,25 tn
48,13 tn
47,25 tn
50,75 tn
BNT 5%
-
angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanag dengan
perlakuan variasi pola tanam tumpang sari tidak berpengaruh nyata. Pembentukan
polong menandakan bahwa proses pembuahan kepala putik oleh benang sari
dapat terjadi secara normal. Hal ini diduga karena bunga jantan atau benang sari
yang steril sehingga tidak mampu membuahi kepala putik. Kondisi ini sangat
umum dijumpai pada tanah gambut tebal. Kekurangan unsur mikro biasanya
menjadi penyebab utama kegagalan penyerbukan.
Rendahnya produksi kedelai atau tingginya persentasi polong hampa pada
penelitian ini diduga karena terbatasnya unsur hara, antar tanaman terjadi
persaingan yang kuat dalam unsur hara. Pengaruh-pengaruh ini diakibatkan
kurangnya hasil fotosintesis pada masa vegetatif dan generatif, dimana hasil
fotosintesis daun yang ternaungi menjadi sedikit sehingga pada suatu saat dimana
sangat dibutuhkan untuk pengisian dan perkembangan polong, asimilat tidak
mencukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khali (2000), yang menyatakan
bahwa penaungan pada kacang tanah dan kedelai pada masa sebelum pembungaan
akan mengganggu pertumbuhan akar dan penaungan pada masa pembungaan akan
menggugurkan bunga serta penaungan pada awal pengisian polong akan
menghambat laju pengisian polong
Download