Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Yusri Widjdati (09130039 ST) Mahasiswa Pendidiakan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah. Prestasi belajar merupakan penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum setelah dilakukan kegiatan evaluasi. kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan. Melihat uraian tersebut jelas terlihat bahwa status sosial ekonomi orang tua memiliki peran cukup penting dalam pendidikan siswa, khususnya terhadap prestasi belajar siswa. Anak akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah, karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat terpenuhi oleh orang tuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi keluarga rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orang tuanya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak; (2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan expost facto. Sedangkan sampel penelitian adalah siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Tahun Pelajaran 2012-2013 kelas II sebanyak 95 orang. Pengumpulan data yang digunakan dokumentasi dan angket. Alat analisis menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji regresi linier sederhana, uji F dan koefisien determinasi. Hasil yang diperoleh yaitu status sosial ekonomi orang tua memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar, dengan nilai signifikasi F 0,000 lebih rendah dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan “Ada pengaruh positif dan signifikan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak” dapat diterima. Ada pengaruh positif variabel status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar. Dengan nilai regresi sebesar 0,868 yang menggambarkan semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka prestasi belajar akan mengalami peningkatan. Artinya bahwa setiap peningkatan status sosial ekonomi orang tua, akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 86,8pp %. Besarnya pengaruh variabel status social ekonomi orang tua ( x ) terhadap variabel prestasi belajar ( y ) menggunakan uji koefisien determinasi ( R2 ) guna mengetahui seberapa besar prosentase variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat diperoleh nilai R Square sebesar 0,529 yang menunjukkan sebesar 52,9 % prestasi belajar ( y ) dapat dijelaskan oleh variabel status social ekonomi orang tua ( x ) sedangkan selebihnya yaitu (100 % 52,9 %) sebesar 47,1 % prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terisi misalnya minat belajar, cara guru mengajar, dan lain sebagainya. Saran yang diajukan yaitu bagi sekolah, diharapkan sekolah mampu menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Sehingga bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu mereka tetap bisa berprestasi di sekolah. Bagi guru, kesediaan guru dalam memberikan bimbingan atau layanan konsultasi belajar bagi siswa yang membutuhkan sangat diperlukan. Karena hal ini mampu membantu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi siswa, diharapkan siswa tetap memiliki semangat dan motivasi dalam belajar. Siswa tidak boleh bergantung pada fasilitas orang tua. Siswa hendaknya dapat menjadi pribadi yang mandiri. Kata Kunci : Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Belajar. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 99 PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama atau kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan, yang semuan yaitu biasa dilakukan di sekolah walaupun pada dasarnya kegiatan belajar mengajar itu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi sendiri adalah hasil positif yang menunjukkan gambaran keberhasilan seseorang yang diraihnya dalam suatu kegiatan atau proses belajar yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam upaya mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang diikutinya. Prestasi belajar merupakan penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa tersebut tidak dapat diketahui tanpa adanya penilaian/evaluasi terhadap siswa tersebut. Pada hakekatnya prestasi belajar itu merupakan proses perubahan diri individu dengan pemilikan pengalaman baru dimana perubahan yang terjadi dimanifestasikan kedalam pola, tingkah laku (behavior) yang berada dalam kawasan afektif, kognitif dan psikomotor, perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Dengan demikian prestasi belajar mencerminkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Maka dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar itu adalah suatu perubahan namun tidak setiap perubahan itu merupakan hasil belajar. Kedudukan sosial akan mempengaruhi kedudukan orang tersebut dalam kelompok sosial berbeda. Menurut Ngalim Purwanto (2004:42) mengemukakan bahwa „kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan.‟ Menurut Nasution (2004:25) „tingkat status sosial ekonomi dilihat atau di ukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial.‟ W.S Winkel (1996:257) mengemukakan hal yang berbeda tentang status sosial ekonomi anatara keluarga kaya dan miskin yaitu: Keadaan sosial ekonomi keluarga yang baik dapat menciptakan kondisi siswa yang menghambat dalam belajar, siswa berpikir bahwa untuk apa belajar dengan sungguh-sungguh/rajin jika semua kebutuhan sudah terpenuhi. Sebaliknya siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang ekonominya lemah biasanya kerap jauh lebih rajin namun ada juga siswa yang merasa minder bila belajar bersama dengan anak-anak orang kaya. Pernyataan di atas dapat dipahami karena keluarga yang status sosial ekonominya tinggi ada juga yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya karena kesibukan atau karena adanya asumsi JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 100 bahwa uang adalah segala-galanya sehingga menomorduakan pendidikan sementara bagi keluarga yang status sosial ekonominya menengah ke bawah sangat mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi anaknya dengan harapan agar anak mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu jugaakan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anaknya. Artinya ada asumsi yang harus dipenuhi yaitu semua orang tua pasti menginginkan pendidikan anaknya baik, sehingga dia memperhatikan dan mengoptimalkan untuk pendidikan anaknya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anaknya. Pernyataan di atas dapat dipahami karena keluarga yang status sosial ekonominya tinggi adapula yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya karena kesibukan atau karena berasumsi bahwa uang adalah segala-galanya, sehingga menomorduakan pendidikan. Sementara ada keluarga yang status sosial ekonominya menengah ke bawah tetapi sangat mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi anaknya agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya. Selain itu juga kondisi keluarga yang harmonis akan menimbulkan keberhasilan belajar siswa karena semua fungsi keluarga terealisasikan. Sedangkan kondisi keluarga yang kurang harmonis kurang mendukung keberhasilan belajar siswa karena salah satu fungsi keluarga kurang terealisasi. Perhatian orang tua terhadap anak memberikan pengaruh bagi kelancaran pendidikan anak di sekolah. Kebutuhan-kebutuhan anak pada keluarga yang berasal dari kelompok yang berstatus sosial ekonomi tinggi, cenderung akan diperhatikan, dibandingkan dengan anak yang berasal dari kelompok yang status sosial ekonomi keluarganya rendah. Fitriani (2010:5) mengemukakan “keluarga yang status sosial ekonominya rendah ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau bimbang dalam mengambil keputusan dan tidak terorganisasi”. Orang tua jarang hadir, apatis dan biasanya tidak mampu merespon tantangan keluarga. Menurut Gerungan (1991:181) mengemukakan peranan status sosial ekonomi keluarga terhadap perkembangan anak, yaitu : Status sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya lebih luas, akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alat-alatnya. Anak akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah, karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat terpenuhi oleh orang tuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi keluarga rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orang tuanya. Menurut Fitriani (2010:5) “kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi". Kurangnya penekanan mengenai JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 101 pentingnya pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak. Anak akan cenderung memiliki motivasi belajar rendah, karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di rumah tidak terpenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki semangat dalam belajar. Berdasarkan hasil pengamatan sementara yang dilakukan di MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen menunjukkan masih banyaknya siswa yagn memiliki prestasi belajar rendah, dengan indikasi beberapa siswa masih memiliki nilai ulangan dibawah nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa anak memiliki pemahaman materi rendah, anak kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu siswa di kelas selalu ribut, jarang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung, mengerjakan PR di kelas bahkan tidak jarang siswa tidak mengerjakan PR dengan alasan tidak memiliki LKS (lembar kerja siswa). Hasil wawancara dengan salah satu Guru, bahwa 70% siswa MTs Asyariyah Tegalarum berasal dari keluarga menengah kebawah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua Soerjono Soekanto (2000:445) menyatakan bahwa: “orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja, tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua seutuhnya”. Keberhasilan orang tua dalam menunjang motivasi dan keberhasilan studi terletak pada eratnya hubungan antara orang tua dan anak dan yang terpenting bahwa suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa aman dan damai bila merasa di tengah keluarga tersebut. Perhatian kepada anak untuk memenuhi kebutuhan belajarnya merupakan langkah awal bagi orang tua agar anak memiliki hasrat untuk melakukan kegiatan belajar. Supaya anak dapat belajar dengan teratur, orang tua harus membiasakan anak untuk belajar di rumah. Sebaliknya kontribusi peranan orang tua dalam mendorong anaknya untuk belajar dapat mendorong anak untuk memenuhi tuntutan orang tua. Adanya perhatian orang tua dalam membantu meningkatkan prestasi belajar dapat menumbuhkan hasrat anak untuk belajar. Hal ini seperti yang dikemukakan Moh. Surya (2004:35) bahwa “Orang tua yang senantiasa memberikan kontrol dalam kegiatan belajar anak-anaknya, serta senantiasa memberikan motivasi untuk mencapai prestasi yang baik, akan menunjang terhadap prestasi belajar yang setinggi-tingginya.” Selain sebagai tempat utama dan pertama dalam pemberian pendidikan, keluarga juga mengemban fungsi sebagai tempat memperoleh keahlian, pengetahuan dan keterampilan. Dalam keluargalah pertama kali anak belajar hidup dan mempertahankan kehidupannya. Ketidak berhasilan sebagian keluarga atau katakanlah lemahnya keluarga dalam mewujudkan fungsi dan perannya dalam JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 102 perkembangan kualitas sumber daya manusia, merupakan permasalahan tersendiri yang melibatkan berbagai aspek seperti rendahnya tingkat pendidikan keluarga, lemahnya kemampuan ekonomi, ataupun besarnya komunitas keluarga dan lainnya. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar ini ditandai dengan tingkat penguasaan materi pelajaran yang telah diserap melalui evaluasi atau tes agar diketahui prestasi belajarnya. Evaluasi atau tes merupakan alat ukur untuk mengetahui prestasi belajar siswa, maka perubahan tingkah laku dari hasil belajar diantaranya merupakan prestasi belajar siswa tersebut. Dalam melaksanakan suatu kegiatan belajar mengajar, prestasi belajar siswa merupakan output yang selalu diharapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses belajar mengajar tersebut, baik itu bagi siswa, guru, maupun bagi orang tua siswa yang secara tidak langsung ikut andil dalam pembelajaran tersebut. Prestasi belajar ini merupakan hasil dari usaha guru yang bertugas untuk mengajar dan siswa yang berfungsi sebagai subjek ajar. Pada hakekatnya prestasi belajar itu merupakan proses perubahan diri individu dengan pemilikan pengalaman baru dimana perubahan yang terjadi dimanifestasikan kedalam pola, tingkah laku (behavior) yang berada dalam kawasan afektif, kognitif dan psikomotor, perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Dengan demikian prestasi belajar mencerminkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penddekatan kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pegambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (2007: 68) mengemukakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan obyek penelitian, yaitu elemen-elemen yang ada dalam wilayah penelitian”. Pendapat lain, ”populasi adalah seluruh individu yang dijadikan obyek penelitian dan paling sedikit memiliki satu sifat yang sama” (Sutrisno Hadi, 2006: 176). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Tahun Pelajaran 2012-2013 kelas VIII sebanyak 122 siswa. 2. Sampel Suharsimi Arikunto (2007: 102) mengemukakan bahwa; ”sampel adalah sebagian atau wakil populasi untuk diteliti”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2006: 224), ”sampel adalah JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 103 sekelompok individu yang jumlahnya kurang dari populasi”. Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan, sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi subyek penelitian, dan paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel yang perlu diambil digunakan rumus menurut F. Lynch, yaitu sebagai berikut (Setiawan, 2005: 148): ( NZ 2 ) P(1 P) n= ( Nd 2 ) Z 2 (1 P) Keterangan : n = sampel N = banyaknya populasi Z = nilai normal untuk tingkat kepercayaan 95%, yaitu sebesar 1,96 P = harga patokan tertinggi, yaitu 0,5 d = sampling error, yaitu sebesar 0,10 Perhitungan sampel dapat dilihat sebagai berikut: n (122.(1,96) 2 )0,5(1 0,5) = (122.(0,10) 2 ) (1,96) 2 (1 0,5) = 57178,3744 x 0,25 148,84 1,9208 = 292637,72 3048,96 = 94,81 dibulatkan menjadi 95 Sehingga jumlah sampel masing-masing sekolah adalah dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Sampel NO KELAS POPULASI 1 II-A 40 2 II-B 41 3 II-C 41 PERHIT. SAMPEL 40 x 95 31,14 122 41 x 95 31,9 122 41 x 95 31,9 122 JML SAMPEL 31 32 32 Jumlah 122 95 Berdasarkan perhitungan sampel pada tabel 2, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 siswa. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 104 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Status sosial ekonomi orang tua Status merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial (status sosial) adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Perhatian orang tua merupakan pemusatan tenaga/kekuatan jiwa yang ditujukan kepada suatu obyek yaitu pada karakter anak. Orang tua mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan atau perilaku anak. Variabel status sosial ekonomi orang tua dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator sebagai berikut: 1) Tingkat pendidikan 2) Penghasilan orang tua 3) Alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan 4) Fasilitas belajar dan 5) Keadaan rumah atau lokasi tempat tinggal 2. Prestasi belajar Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan) dan keterampilan (pengalaman). Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rata-rata nilai semester yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Tahun Pelajaran 2012-2013. Teknik Pengumpulan Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu dokumentasi dan angket seperti dijelaskan berikut. 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi 4. Angket HASIL PENELITIAN Deskripsi Variabel Deskripsi variabel penelitian dalam penelitian ini menguraikan mengenai tanggapan siswa terhadap angket/kuesioner yang menyajikan instrumen variabel yang diteliti, yaitu status sosial ekonomi orang tua yang diukur dengan: 1) Tingkat pendidikan; 2) Penghasilan orang tua; 3) Alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan; 4) Fasilitas belajar; dan 5) Keadaan rumah atau lokasi tempat tinggal. Hasil tanggapan siswa mengenai kelima instrumen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 105 a. Tingkat pendidikan Tanggapan responden mengenai tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 2. Tanggapan responden mengenai tingkat pendidikan No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tinggi 42 44,2 Tinggi 14 14,7 Cukup 23 24,2 Rendah 16 16,8 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan 42 orang (44,2%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 23 orang (24,2%) memiliki kategori jawaban cukup, 16 orang (16,8%) memiliki kategori jawaban rendah, dan 14 orang (14,7%) memiliki kategori jawaban tinggi. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas siswa MTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 44,2% memiliki persepsi sangat tinggi terhadap tingkat pendidikan. b. Penghasilan orang tua Tanggapan responden mengenai instrumen penghasilan orang tua dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Tanggapan responden mengenai penghasilan orang tua No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tinggi 40 42,1 Tinggi 13 13,7 Cukup 21 22,1 Rendah 21 22,1 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa 40 orang (42,1%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 21 orang (22,1%) memiliki kategori cukup, 21 orang (22,1%) memiliki kategori jawaban rendah, dan 13 orang (13,7%) memiliki kategori jawaban tinggi. Dapat disimpulkan mayoritas siswa MTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 42,1% memiliki persepsi sangat tinggi terhadap penghasilan orang tua. c. Alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan Tanggapan responden mengenai instrumen alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan, dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Tanggapan responden mengenai alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tinggi 39 41,1 Tinggi 20 21,1 Cukup 21 22,1 Rendah 15 15,8 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan 39 orang (41,1%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 20 orang (21,1%) memiliki kategori jawaban tinggi, 21 orang (22,1%) memiliki kategori jawaban cukup, dan 15 orang (15,8%) memiliki kategori jawaban rendah. Dapat disimpulkan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 106 mayoritas siswa MTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 41,1% mempunyai persepsi sangat tinggi terhadap alokasi penghasilan untuk biaya pendidikan. d. Fasilitas belajar Tanggapan responden mengenai instrumen fasilitas belajar dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Tanggapan responden mengenai fasilitas belajar No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tinggi 47 49,5 Tinggi 8 8,4 Cukup 19 20 Rendah 21 22,1 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa 47 orang (49,5%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 21 orang (22,1%) memiliki kategori jawaban rendah, 19 orang (20%) memiliki kategori jawaban cukup, dan 8 orang (8,4%) memiliki kategori jawaban tinggi. Dapat disimpulkan mayoritas siswa MTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 49,5% memiliki persepsi sangat tinggi mengenai fasilitas belajar. e. Keadaan rumah atau lokasi tempat tinggal Tanggapan responden mengenai instrumen keadaan rumah atau lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6. Tanggapan responden mengenai keadaan rumah atau lokasi tempat tinggal No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tinggi 48 50,5 Tinggi 16 16,8 Cukup 18 18,9 Rendah 13 13,7 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa 48 orang (50,5%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 18 orang (18,9%) memiliki kategori jawaban cukup, 16 orang (16,8%) memiliki kategori jawaban tinggi, dan 13 orang (13,7%) memiliki kategori jawaban rendah. Dapat disimpulkan mayoritas siswaMTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 50,5% memiliki persepsi sangat tinggi terhadap keadaan rumah atau alokasi tempat tinggal. Secara keseluruhan tanggapan responden mengenai variabel status sosial ekonomi orang tua dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Tanggapan responden mengenai status sosial ekonomi orang tua No 1. 2. 3. 4. Kategori Jawaban Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Jumlah Frekuensi 42 18 26 9 95 Persentase 44,2 18,9 27,4 9,5 100 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 107 Berdasarkan tabel 7 menunjukan 42 orang (44,2%) memiliki kategori jawaban sangat tinggi, 26 orang (27,4%) memiliki kategori jawaban cukup, 18 orang (18,9%) memiliki kategori jawaban tinggi, dan 9 orang (9,5%) memiliki kategori jawaban rendah. Dapat disimpulkan mayoritas siswa MTsAsyariyah Tegalarum, yaitu 44,2% memiliki tanggapan sangat tinggi mengenai status sosial ekonomi orang tua. 1. Uji Regresi Uji regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (status sosial ekonomi orang tua) terhadap variabel dependent (prestasi belajar). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0 (lampiran 5) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 8 Tabel 8. Uji Regresi Variabel Koefisien Regresi 43,113 0,529 Constant Status sosial ekonomi orang tua (X) Pesamaan regresi : Y = a + bX Y = 43,113 + 0,529 X Berdasarkan tabel 8 dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai konstanta (constant) sebesar 43,113 (dengan tanda positif) menunjukkan bahwa jika status sosial ekonomi orang tua (X) dianggap nol, maka prestasi belajar (Y) tetap/tidak mengalami perubahan. Nilai koefisien regresi variabel status sosial ekonomi orang tua (X) sebesar 0,529 (dengan tanda positif) menunjukkan bahwa jika status sosial ekonomi orang tua semakin meningkat/semakin baik (dengan asumsi variabel lain tetap), maka prestasi belajar akan mengalami peningkatan. Artinya bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka prestasi belajar akan mengalami peningkatan sebesar 52,9 %. 2. Uji F (uji hipotesis) Digunakan untuk menguji pengaruh variabel status sosial ekonomi orang tua terhadap variabel prestasi belajar. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0 (lampiran 5) yang dapat dilihat dalam tabel 9 Tabel 9. Uji F (Uji Hipotesis) ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 3254.533 3465.467 6720.000 Df 1 93 94 Mean Square 3254.533 37.263 F 87.339 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Status sosial ekonomi orang tua (X) b. Dependent Variable: Prestasi belajar (Y) JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 108 Rumusan hipotesis : Ho : b1 = 0, Tidak ada pengaruh positif dan signifikan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Ha : b1 ≠ 0, Ada pengaruh positif dan signifikan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Dari hasil uji F dengan bantuan program SPSS versi 21.0 (lampiran 5) diperoleh nilai F hitung 87,339 dan signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) sebesar 93 diperoleh nilai F tabel 3,9434. Nilai F hitung 116,095 > F tabel 3,9434 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (=5%) menggambarkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar, sehingga hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh positif dan signifikan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak” dapat diterima. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk melihat sumbangan/ kontribusi variabel status sosial ekonomi orang tua (X) terhadap prestasi belajar (Y). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0 yang mana hasilnya dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Koefisien Determinasi Model Summary Model R d1 .696a R Square .484 Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .479 6.10435 i Predictors: (Constant), Status sosial ekonomi orang tua (X) a. m Dari tabel 10 diperoleh nilai R Square sebesar 0,484 yang menunjukkan sebesar 48,4 % e prestasi belajar (Y) dapat dijelaskan oleh variabel status sosial ekonomi orang tua (Y). n Sedangkan selebihnya yaitu (100%- 48,4 %) sebesar 44,5% prestasi belajar dapat dijelaskan s oleh variabel lain yang tidak diteliti. Misalnya minat belajar, cara guru mengajar, dan lain i sebagainya. o n 0 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 109 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Status sosial ekonomi orang tua memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar, dengan nilai signifikansi F 0,000 lebih rendah dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan “Ada pengaruh positif dan signifikan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak” dapat diterima. 2. Ada pengaruh positif variabel status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar. Dengan nilai regresi sebesar 0,529 yang menggambarkan semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka prestasi belajar akan mengalami peningkatan. Artinya bahwa setiap peningkatan status sosial ekonomi orang tua, akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 52,9%. 3. Besarnya pengaruh variabel status sosial ekonomi (x) terhadap variabel prestasi belajar siswa (y) menggunakan uji Koefisien Determinasi (R2) guna mengetahui seberapa besar prosentase variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat diperoleh nilai R Square sebesar 0,484 yang menunjukkan sebesar 48,4% prestasi belajar (y) dapat dijelaskan oleh variabel status sosial ekonomi orang tua (x) sedangkan selebihnya yaitu (100 % - 48,4 %)sebesar 51,6 % prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel lain ynng tidak terisi misalnya minat belajar, cara guru mengajar dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Yanti Surya. (2008). Pengaruh Minat, Motivasi, Lingkungan Keluarga dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Survey Pada Siswa Kelas XIIPS SMAN Kabupaten Garut). Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Azwar, Saifuddin. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Sigma Alpha. Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Gerungan. (1991). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Ghozali, Imam. (2005). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Undip Gujarati, Damodar. (1995). Ekonometrika Dasar. Bandung: Erlangga. Hadi, Sutrisno. (2006). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset Kartono, Kartini. (2005). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju. Nasution. (2004). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars Nurdiansyah, Dhani A. (2007). Pengaruh Gaya Belajar Siswa dan Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Kelas X IPS SMA Negeri 1 Bayongbong Garut. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 110 Purwanto, Ngalim. (2004). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Soekanto, Soerjono. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press Soelaiman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: IKIP Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualaitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Suparyanto. (2010). Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi Seseorang. Tersedia: http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html). [online] unduh Februari 2013. Surya, Mohammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Syah, Muhibin. (2007). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Syamsuddin, Abin. (2004). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 111