STUDI AWAL PEMANFAATAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pfeurotus ostreatus) SEBAGAI BIOKATALIS PEMBENTUKAN SENYAWA ANTIOKSIDAN A. Herry Cahyana 1 ABSTRACT Edible mushroom (Pleurotus ostreatus), is a common vegetables found in locai area, and it contain valuable essential amino acids, minerals and vitamins. This mushroom also is one of the most common wood-degrading basidiomycetes. It produces diverse extracellular enzymes, among which laccase is the most important in the purpose for biotransformation of phenolic compounds. Natural products consist of plant phenolic compounds and have recently attracted special interest become they provide as source of biological active compounds in acting antioxidant. In the cource of screening for the new natural compounds having of antioxidant activity, we have modified a new type of antioxidant starting from phenolic structure, guaiacol catalyzed by enzyme extracted from edible mushroom Pleurotus ostreatus. The product reaction showed antioxidative effect compared with synthetic antioxidant BHT and natural antioxidant a-tocopherol. Keywords: Mushroom (Pleurotus ostreatus), Laccase enzyme, Antioxidant Bleaching p-carotene method PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) (Gambar 1) adalah jenis jamur yang umumnya tergolong dalam kelas basidiomycetes yang mudah dikenali dengan mudah yaitu dapat tumbuh pada kayu yang telah mati dan lapuk. (Suhardiman, 1983). Fenomena ini menarik perhatian bahwa jamur tersebut dapat memanfaatkan sumber energi dari suatu substrat lignin kayu menjadi media tumbuhnya yang berarti jamur tersebut mempunyai sistem ensim tertentu yang dapat memecah lignin. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa sistem enzim yang dimilikinya adalah golongan enzim oksidoredukatse dan pada jamur tiram putih diketahui mengandung enzim lakase(Podzdnyakova, 2004). Enzim lakase adalah enzim yang dapat mereduksi oksigen menjadi air melalui reaksi kopling oksidasi dan reduksi sekaligus yang membutuhkan mediator untuk mengembalikan fungsi enzim tersebut ke bentuk semula. yang dapat diilustrasikan seperti Gambar 2. 1 Dosen tidak tetap Jurusan Teknologi Pangan UPH dan Dosen FMIPA-Ul Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Qktober 2005 1 Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) <>, H,0 Enzim Enzim(ox) *" Substrat(ox) Substrat Gambar 2. Fungsi enzim lakase Jamur ini mengandung asam-asam amino esensial yaitu lisin, metionin, triptofan dan Iain-Iain dan mengandung sejumlah vitamin penting yaitu kelompok vitamin B, vitamin C, dan provitamin D, Kalium (K), Fosfor (P), dan Kalsium (Ca) (Henky, 2004). Tinjauan aktivitas sebagai zat antioksidan menarik perhatian untuk diteliti mengingat reaksi oksidasi adalah reaksi yang menimbulkan efek merugikan seperti dalam aspek makanan memungkinkan timbulnya bau tengik dan sekaligus bersifat toksik (Belitzt, 1987, Hudson, 1990). sedangkan secara luas dikenal sebagai stres oksidatif melalui tahapan pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penelitian terhadap pemanfaatan enzim lakase dalam bidang pangan antara lain menaikkan nilai fungsi tepung wheat, oat dari segi gelatinisasinya, serta fungsi serat makan (Anonim, 2004, 2005) serta pemakaian enzim sebagai biokatalis mendorong terciptanya proses kimiawi yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan jamurtiram putih (Pleurotus ostreatus), sebagai sumber enzim lakase yang dapat difungsikan sebagai biokatalis pembentukan senyawa antioksidan fenolik. 2 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah jamurtiram putih yang diperoleh dari pasar lokal di Jakarta dan bahan kimia lainnya kualitas pro-analisis. Metode Penelitian a. Isolasi Enzim kasar lakase Isolasi enzim kasar lakase dilakukan sesuai dengan prosedur (Hernandez et al, 2001) dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 500 gram jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) ditambahkan sedikit air, dihancurkan dengan cara diblender. Kemudian dicampurkan dengan buffer fosfat pH 6 dalam keadaan dingin, dan homogenat disaring, filtrat yang diperoleh kemudian disentrifugasi.Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan (NH4)2S04, endapan yang terjadi diambil dan diencerkan kembali ke dalam bufernya. Aktivitas enzim dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan metode katekol dan kadar protein enzim dilakukan dengan metode Lowry dan Folin Ciocalteau (l_owry,1951) b. Mengukur aktivitas enzim kasar Aktifitas lakase ditetapkan dengan mereaksikan enzim kasar dengan katekol. Ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL larutan buffer fosfat 0,2 M pH 6; 2,5 mL larutan katekol 0,2 M; 0,5 mL aquademin, dan 0,5 mL enzim kasar. Larutan diinkubasikan selama 30 menit pada suhu 30 °C. Reaksi dihentikan dengan merendam tabung dalam air mendidih selama 3 menit. (Laela, 2005). Hasil reaksi diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm. Aktivitas spesifik enzim dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Worthington Manual Enzyme yang dimodifikasi: Unit / mg = A 470 nm / menit 6,85 x mg protein / mL larutan Reaksi pembentukan senyawa antioksidan Reaksi pembentukan senyawa antioksidan dilakukan dengan pencampuran langsung antara enzim lakase dengan guaiakol, produk yang diperoleh diekstrak dengan etil asetat dan dipekatkan kembali. Uji aktivitas antioksidan Uji aktivitas antioksidan metode bleaching ^-carotene dilakukan menurut prosedur Kulisic (2004) dengan sedikit modifikasi. Metode ini didasarkan pada Jumai llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 3 penurunan nilai absorbansi dari p-karoten yang dicampur dengan asam linoleat dan diinisiasi dengan pemanasan suhu 600 C. Ditimbang 25 mg p-karoten dan dilarutkan dalam 5 ml_ kloroform. Ke dalam 100 mL campuran kloroform: etanol (3:7) ditambahkan 3 mL larutan p-karoten dan 50 mg asam linoleat. Campuran tersebut diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan kedalam botol vial, ditambahkan senyawaan hasil reaksi sebanyak 2 mL dengan variasi konsentrasi 0,05 mg/mL; 0,10 mg/mL; 0,15 mg/mL dan 0,20 mg/mL. Dilakukan juga untuk kontrol dan guaiakol menggunakan botol wa/yang lainnya. Sebagai standardigunakan BHTdantokoferol. Botol v/a/yang berisi campuran tersebut diinkubasi di oven pada suhu 60 0 C selama 6 hari. Setiap hari sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 456 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas enzim lakase Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) diketahui mempunyai kandungan enzim lakase dari hasil uji menunjukan nilai positif dengan metode Lowry dan Folin Ciocalteau Kadar protein dari enzim kasarditentukan dengan menggunakan metode Lowry. Pengukuran kadar protein ini berdasarkan pada campuran pereaksi CuS04 dengan pereaksi Follin Ciocalteu yang bereaksi dengan gugus aromatik dari residu asam amino enzim pada protein sepertitirosin, triptofan, fenilalanin yang memberikan warna biru intensif pada larutanyang diuji. Sebagai standar digunakan larutan BSA (Bovine Serum Albumin). Tabel 1. Penguk uran kadar protein dengan standar BSA Bovine Serum Albumin) Absorban pada 745,9 nm Kadar Protein BSA (Mg/mL) 0,00 0,00 0,339 62,5 125 0,515 250 0,638 1,122 500 1,726 1000 Selanjutnya aktif itas enzim lakase diukur dengan menggunakan katekol sebagai substratnya. Reaksi yang terjadi ditunjukkan dengan adanya pembentukan warna yang diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm. Hasil pengukuran aktivitas enzim dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 4 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 Tabel 2. Aktivitas Enzim Kasar Lakase V(mL) A " 300 A " 74S.9nm 0,501 470 nm 0,156 Protein (mg/mL) Aktivitas spesifik (Unit/mg) 0,0016 15,02 Total protein (mg) 0,4737 Enzim yang diperoleh dalam tahapan pemurnian parsial menggunakan (NH4)2S04 mempunyai aktivitas spesifik sebesar 15,02 unit/mg. Kriteria ini dicoba untuk dimanfaatkan sebagai biokatalis dalam pembentukan senyawa baru yang berawal dari model struktur fenolik. Pembentukan senyawa antioksidan Dari hasil pencampuran ekstrak kasar enzim lakase dengan substrat guaiakol, dapat diperoleh massa yang berwarna kemerahan yang mempunyai tingkat kelarutan yang rendah terhadap media akueus semula sehingga campuran tersebut menjadi keruh. Kekeruhan tersebut terjadi karena enzim dapat memanfaatkan guaiakol sebagai substrat untuk teroksidasi karena memperoleh limpahan elektron dari kopling reaksi oksidasi yang berfungsi mengembalikan bentuk semula enzim lakase tersebut setelah mereduksi oksigen menjadi air. Akibat dari limpahan elektron tersebut substrat yang mempunyai struktur fenolik akan teroksidasi dan mengalami resonansi karena struktur aromatik yang dimilikinya, yang selanjutnya akan saling menstabilkan diri yaitu pembentukan ikatan karbon-karbon membentuk senyawa baru yang mempunyai sifat fisik yang sangat berbeda dari substrat awalnya. Reaksi tersebut dapat diilustrasikan seperti Gambar 3. O. Ukase j. v ^ • H.O Lakasclokiidasii Keterangan: A: guaiakol, B: guaiakol • enzim (merah) Gambar 3. Prediksi reaksi pembentukan senyawa baru. Dan Gambar diatas terlihat tabung reaksi A berisi guaiakol yang diencerkan dengan air-etanol. sedangkan pada tabung reaksi yang berisi cairan guaiakol dan enzim lakase (tabung B) dihasilkan larutan yang berwarna merah yang dengan bertambahnya waktu semakin pekat wamanya. Perubahan warna larutan ini Jumal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 5 menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi dan guaiakol yang dikatahsis enzim lakase. Dari uji diatas, selanjutnya dilakukan pengerjaan dalam skala besar. Produk yang diperoleh dieksktrak dengan etil asetat dan didapatkan produk hasil reaksi berupa larutan yang berwama merah dan dipekatkan menjadi masa semi padat. Aktivitas antioksidan Asam linoleat akan mengalami oksidasi selama masa inkubasi pemanasan 600C. Proses otoksidasi ini dapat diamati dengan perubahan serapan (3-karoten. Semakin lama pemanasan semakin menurunkan nilai serapannya yang dapat dilihat sebagai larutan kontrolnya. Penambahan zat antioksidan diharapkan dapat memperlambat proses oksidasi yang ditunjukkan relatif masih bertahannya serapan (3-karoten terukur. Uji antioksidan dengan metode bleaching ^-carotene terhadap senyawa hasil reaksi yang diproduksi dengan bantuan biokatalis enzim lakase dari jamur tiram putih terlihat seperti Gambar 4. Aktivitas antiofcaidsn aanyawa h**H raakai barbagai komantraai (A) Aktivitas antioksidan (B) 0 1 2 - Komrai Hart * » Tokaferol 0.20mg.'tnL BHT0.20iTi(j/mt. • — Guaiakol 0.20 m g ' m l - Hasil reaksi 0.20 mumiL Gambar 4. Aktivitas antioksidan senyawa baru yang dikatalisis enzim lakase Aktivitas antioksidan senyawa baru hasil reaksi pada pengujian awal menunjukkan bahwa dengan kenaikan konsentrasi yang ditambahkan dapat meningkatkan kemampuan menghambat proses oksidasi sistem asam linoleat (Gambar 4.A). 6 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 Hasil uji aktivitas antioksidan dengan pembanding antioksidan alami a-tokoferol dan antioksidan sintetik BHT dengan penambahan 0,20 mg/mL menunjukkan produk hasil reaksi mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan substrat awalnya, guaiakol, serta mirip dengan BHT tetapi kurang kuat dibandingkan dengan a-tokoferol (Gambar 4.B). Kenaikar kemampuan ini memberikan informasi bahwa dengan terbentuknya komponen kompone baru akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas yang dihasilkan Kemampuan aktivitas antioksidan secara kimiawi dapat dipenuhi oleh suatu struktur kimiawi yang salah satunya adalah golongan fenolik. Substrat awai guaiakol merupakan bentuk fenolik, dan hasil produk dengan kemampuan yang lebih tinggi tersebut diharapkan mempunyai bentuk fenolik yang khas pula atau bentuk lainnya. Penelitian untuk konfirmasi senyawa-senyawa tersebut masih dalam penelitian lanjutan. KESIMPULAN Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang mudah didapat dan dapat dikonsumsi diketahui mengandung enzim lakase yang mampu menggunakan senyawa fenolik guaiakol sebagai substratnya, dan dapat membentuk senyawa baru dengan sifat fisik yang berbeda. Senyawa baru tersebut dengan metode bleaching p-carotene menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. VTT Biotechnology Review Anonim. 2005. Control and Exploitation of Enzyme for Added-Value Food Products. COST. Belitz, W., Grozch, H.D. Food Chemistry, 1997. Springer Verlag Heidelberg, Germany. Hanky, I., 2004. Teknologi Bioproses Pembibitan dan Produksi Jamur Tiram Untuk Peningkatan Nilai Tambah, Jurnal Sains dan Teknologi, 30 Oktober. Hernandez, M.R.T., Munguia, A.L., Ramirez, R.O. 2001 Residual Compost of Agaricus bisporus a Source of Crude Laccase for Enzymatic Oxidation of Phenolic compounds, Process Biochemistry, 36, 635-639. Hudson, B.J.F., 1990, Food Antioxidant, Elseiver Applied Science. Kulisic T., Radonic, R., Katalinic V., Milos M. 2004 Use of Different Methods for Testing Antioxidative Acvtivity of Oregano Essential Oils. Food Chem. 85.633-640. Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005 1 Laela N. 2005. Produksi Senyawa Bioaktif Fenolik Menggunakan Enzim Lakase Hasil Isolasi Media Jamur Tiram Purih (Pleurotus ostreatus). Karya Utama Sarjana Kimia FMIPA-UI Lowry, O.H. et al. 1951. J. Biol. Chem. 193: 265-275 Podzdnyakova, N.N., Nowak, J. R., Turkovskaya, O.V. 2004. Catalytic Properties of Yellow Laccase from Pleuratus ostreatus D1, Journal Molecule Catalysis, 30,19-24. Suhardiman P, 1983. Jamur kayu, Penerbit Swadaya, Jakarta. Wang, H.X, Ng, T.B. 2004 . A Novel Laccase with Fair Thermostability from The Edible Wild Mushroom (Albatrella dispansus), Biochem. Biophys Res., 319, 381-385. 8 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3, No. 2, Oktober 2005