8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Massa

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi Massa
Kemampuan untuk menjangkau ribuan atau bahkan jutaan orang merupakan ciri
dari komunikasi massa, yang dilakukan melalui medium massa seperti televisi atau
koran. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah
medium massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memberi
informasi, menghibur, atau membujuk. (Vivian, 2008:450)
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media
cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja komunikasi massa berasal
dari pengembangan kata media of mass communication. Media massa atau saluran.
Menurut Gerhard Maletzke, salah seorang pakar komunikasi Eropa, komunikasi
massa adalah setiap bentuk informasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka
melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada public yang
tersebar.
Menurut Hungaria George, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, komunikasi
massa adalah produksi dan distribus yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang continue serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Menurut Prof. Onong Uchajana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran
radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop. (Prof. Onong Uchjana Effendy., 2003:79)
8
9
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa selalu
bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang, menggunakan semua
media yang ada. Dan komunikasi massa selalu mengikuti perkembangan zaman yang
ada dalam penyampaiannya.
Jika di zaman dulu menggunakan cara-cara konvensional, yang kemudian
berkembang menggunakan media cetak dan elektronik, sekarang sudah bertambah
dengan menggunakan internet. Tak bisa dipungkiri bahwa komunikasi menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, hingga menjadi suatu usaha bisnis
yang menjanjikan. Maka, sebagai makhluk yang mau tidak mau harus berkomunikasi,
penting bagi kita untuk bisa menguasai teknik komunikasi dengan baik dan benar.
2.1.1
Ciri – Ciri Komunikasi Massa
Adapun ciri-ciri komunikasi massa tersebut, dijabarkan oleh Nurudin sebagai
berikut: (Nurudin, 2007:19)
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang.
Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam
sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem.
Sebagaimana yang kita ketahui sistem itu adalah “sekelompok orang, pedoman,
dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan
ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk
mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan
mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Dalam sistem sebagai sebuah
lembaga dalam komunikasi massa ada beberapa unsur yang membentuk sesuatu
10
yang akhirnya disebut sebagai lembaga. Suatu unsur saling bekerja sama,
berkaitan satu dengan yang lain dan juga saling melengkapi.
2. Komunikan dalam Komunikasi Massa bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya,
penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan
yang tidak sama. Namun mereka adalah komunikan televisi.
3. Pesannya Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau
satu kelompok masyarakat tertentu. Kita bisa melihat televisi, misalnya. Karena
televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat
umum. Misalnya dalam pemilihan kata-katanya sebisa mungkin memakai katakata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah merupakan monopoli
kelompok tertentu.
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Dalam media cetak seperti koran, hanya berlangsung satu arah. Kita tidak bisa
langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang
bersangkutan). Kalaupun bisa sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan
ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi
yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik
(feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).
5. Komunikasi Massa menimbulkan Keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut
11
hampir bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif. Contohnya majalah atau
media. Komunikator dalam media massa berupaya menyiarkan informasinya
secara serentak, walaupun ada wilayah jangkauannya yang berbed, yang
memungkinkan terjadi perbedaan penerimaan.
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Peralatan teknis merupakan sebuah sarana yang sangat dibutuhkan media massa,
dikarenakan agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat
dan serentak kepada khalayak tersebar.
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/penjaga gawang, adalah
orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,
menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami. Tidak semua data atau bahan-bahan yang akan disampaikan
oleh media bisa disiarkan begitu saja, oleh karena itu perlu ada pemilihan dan
penyesuaian dengan media yang bersangkutan.
Gatekeeper
berfungsi
untuk
menginterpretasikan
pesan,
menganalisis,
menambah data, dan mengurangi pesan–pesan lainnya. Intinya, Gatekeeper
merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media
massa. Semakin kompleks sistem yang dimiliki, semakin banyak pula Gatekeeping
yang dilakukan. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang
12
akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung
pada fungsi penapisan informasi tersebut.
2.1.2
Fungsi Komunikasi Massa
Banyak ahli yang mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa kendati
dalam
setiap
item
fungsi
terdapat
persamaan
dan
perbedaan.
Karlinah
mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut (Ardianto &
Erdinayah, 2004: 19):
1. Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengat atau pemirsa. Berbagai informasi
dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan
kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus
informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi
didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja melainkan dari media.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik.
Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran
nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. Fungsi mempengaruhi ini
dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang
13
disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya
mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang
suatu analisis produk tertentu. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan
tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan oleh media tersebut.
4. Fungsi Proses Pengembangan Mental
Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan
orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan
berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya
dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa
besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat
membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
5. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk
dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu menusia dalam proses
penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan
pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain,
saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator
dan komunikan.
6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif.
Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang
berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di
14
sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikan digunakan sebagai kontrol utama
dan pengatur lingkungan.
2.1.3
Unsur-unsur Komunikasi Massa
Harold D. Lasswell (dalam Wiryanto, 2005) memformulasikan unsur-unsur
komunikasi massa dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ”Who Says What in
Which Channel to Whom With What Effect?”
1. Unsur who (sumber atau komunikator).
Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau
orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized
person). Yang dimaksud dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah perusahaan
surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Sedangkan yang
dimaksud institutionalized person adalah redaktur surat kabar (sebagai contoh).
Melalui tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh
karena itu, ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara
tanpa fasilitas lembaga.
2. Unsur says what (pesan).
Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat
besar dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa
berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya.
3. Unsur in which channel (saluran atau media).
Unsur
ini
menyebarluaskan
menyangkut
pesan-pesan
semua
peralatan yang
komunikasi massa.
Media
digunakan
yang
untuk
mempunyai
15
kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan
sebagainya.
4. Unsur to whom (penerima, khalayak, audien).
Penerima pesan-pesan komunikasi massa biasa disebut audien atau khalayak.
Orang yang membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi, browsing
internet merupakan beberapa contoh dari audience.
5. Unsur with what effect (dampak).
Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
diri audiens sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo (dalam
Wiryanto, 2005) mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga
kategori, yaitu: perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata.
Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan.
2.2
Media Massa
Menurut Hafied Cangara (2006 : 122) dalam buku pengantar ilmu komunikasi ,
media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat
kabar, film, radio, dan televisi.
Pengertian lain, media massa itu adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
(Nurudin, 2007 : 9)
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jarak jauh kepada banyak orang (khalayak) dalam
16
jarak waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga
institusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu
oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatankesepakatan lain. (Nurani Soyomukti,2010 : 198)
Berikut ini beberapa contoh media massa dari paradigm-paradigma baru
(Nurudin, 2007 : 13)
Surat Kabar
Majalah
Alat Komunikasi
Massa
Tabloid
Internet
Televisi
Radio
Gambar 2.1 Contoh Media Massa
Dalam paradigma baru, yakni surat kabar, majalah, tabloid, radio dan internet,
merupakan perkembangan teknologi komunikasi massa yang kian cepat. Perubahan
tersebut akan membawa konsekuensi perubahan ciri yang melekat pada media massa
tersebut.
17
Media massa juga tidak terlepas dari proses jurnalistik, karena informasi yang
didapatkan oleh sebuah media massa tentunya didapat melalui proses tersebut.
2.2.1
Jenis-jenis media massa :
Menurut buku pengantar ilmu komunikasi (Nurani, 2010 : 200) terdapat
jenis-jenis media massa, yaitu :
1. Media cetak, contohnya adalah surat kabar yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Pesan yang disampaikan memuat unsure reproduksi utama: Symbol
verbal gambar dan warna
b. Relatif nyaman, mudah dibawa kemana-mana
c. Insur umpan balik yangada juga bersifat verbal
d. Sumber kehidupan industry media cetak adalah iklan dan penjualan
2. Media audio, misalnya radio yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Unsur reproduksi adalah suara
b. Secara ralatif bisa dibawa kemana-mana
c. Tidak bisa dinikmati berulang-ulang alias tidak dapat didengar kembali
d. Pesan bersifat serempak
e. Proses komunikasinya menggunakan unsur umpan balik, baik verbal
mapun nonverbal
18
3. Media audio-visual misalnya Televisi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Unsur reproduksinya bersifat verbal, gambar, warna, suara dan gerakan.
b. Tidak portable karena tidak bisa dibawa kemana-mana
c. Pesan tidak bisa diulang karena tampilan pesan sekilas sehingga cepat
berlalu.
d. Bersifat serempak
e. Umpan balik : verbal dan nonverbal
2.3
Radio
2.3.1
Radio Sebagai Media Massa
Terdapat banyak media yang menjadi alat komunikasi, salah satunya adalah
radio, sebagai media massa, radio memiliki sifat yang khas dibandingkan media
massa yang lain. Kekhasannya adalah sifatnya yang audial, untuk indera telinga.
Karena itu pendengar ketika menerima pesan dari radio dengan tatanan mentan yang
pasif (Effendy, 2003 : 314). Radio mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau
“the fifth estate”, setelah pers dianggap sebagai kekuasaan keempat “the fourth
estate”. Radio dianggap memiliki kekuasaan yang begitu hebat disebabkan oleh tiga
faktor : (Effendy, 2003 : 139-144).
1. Radio Siaran Bersifat Langsung
Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, sesuatu hal atau program yang
akan disampaikan tidak lah mengalami proses yang kompleks. Dibandingkan dengan
19
penyebaran propaganda dengan famplet, penyebaran berita melalui surat kabar,
penyebaran penerangan dengan majalah, radio jauh lebih mudah dan cepat, hal ini
dikarenakan setiap gagasan propaganda dapat ditulis di atas secarik kertas kemudian
tinggal dibacakan di depan mikrofon. Di samping itu dalam radio dikenal dengan
istilah stop press, dimana sebuah informasi yang sangat penting disiarkan ditengahtengah acara siaran apa saja dan secara berulang kali.
Pendengar radio juga memiliki kebutuhan dalam mendapatkan informasi
secara aktual dan terpercaya dari sebuah penyiaran program tertentu yang disajikan
sebuah radio.
2. Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan
Siaran
radio
tidak
mengenal
jarak
dan
rintangan.
Radio
mampu
menyampaikan pesan saat itu juga dapat diterima pendengar. Selain waktu, ruang
pun bagi radio bukan merupakan masalah. Seberapa pun jauhnya sasaran yang
dituju, dengan radio dapat dicapai, semua tidak menjadi rintangan, karena radio
mampu menjangkau pelosok pedalaman.
3. Radio Siaran Mengandung Daya Tarik
Radio memiliki daya tarik yang menyebabkan radio siaran mempunyai
kekuasaan. Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur
yang ada padanya, yakni:
a. Musik : Radio menyiarkan musik-musik yang disukai pendengar, tanpa pendengar
harus ke suatu pertunjukan untuk menikmati musik.
b. Kata-kata : Dalam radio, kata-kata seorang penyiar radio lebih “intim” ke telinga
pendengar, sehingga pendengar merasa seolah-olah si penyiar berbicara dengannya.
20
c. Efek suara : radio menyediakan efek-efek suara yang mampu menyentuk
emosional pendengar sehingga mendiring pendengar untuk berimajinasi.
Pesawat radio yang kecil dan harganya relatif murah itu dapat memberikan
hiburan, penerangan, dan pendidikan. Untuk menikmati sebuah program di radio pun
begitu mudah, karena dengan hanya menggunakan indera pendengaran, si pendengar
dapat mendengarkan radio sembari melakukan aktivitas lain.
2.3.2
Program Radio
Menurut Wahyudi (1994 : 17-18), dari aspek karakteristiknya program siaran
radio terbagi dua, yaitu:
1. Siaran karya artistik, yaitu siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistik,
yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan.
2. Siaran karya jurnalistik, yaitu siaran yang diproduksi melalui pendekatan
jurnalistik, yaitu suatu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan,
termasuk dalam proses penyajian kepada khalayak.
21
Adapun perbedaan antara karya artistik dan karya jurnalistik menurut Wahyudi
(1994 : 19) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Karya Artistik dan Karya Jurnalistik
Karya Artistik
Karya Jurnalistik
•
Sumber: Ide/gagasan
•
Sumber: Permasalahan hangat
•
Mengutamakan keindahan
•
Mengutamakan kecepatan / aktualitas
•
Isi pesan bisa fiksi dan non-fiksi
•
Isi pesan harus factual
•
Penyajian tidak terkait waktu
•
Penyajian terikat waktu
(perencanaan)
•
Sasaran kepercayaan dan kepuasan
•
Sasaran kepuasan pendengar
•
Memenuhi rasa kagum / menghargai
•
Memenuhi rasa ingin tahu pendengar
seseorang
•
Improvisasi terbatas
•
Improvisasi tidak terbatas
•
Isi pesan terikat pada kode etik
•
Isi pesan terikat pada kode moral
•
Menggunakan bahasa jurnalistik
•
Penggunaan bahasa bebas (dramatis)
•
Refleksi daya khayal kuat
•
Refleksi penyajian kuat
•
Isi pesan tentang realitas sosial
•
Isi pean menyerap realitas / faktual
pendengar
(ekonomi kata dan bahasa)
Menurut Morissan (2005), program radio bisa berupa radio, talk show, info hiburan,
dan jingle.
a.
Berita radio
22
Berita radio merupakan laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting atau
menarik. Siaran berita dibedakan dengan siaran informasi. Siaran berita adalah sajian
fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Sedangkan siaran
informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan, namun tetap dikerjakan
menurut kaidah jurnalistik. Format penyajian berita radio terdiri atas : siaran
langsung yaitu reporter mendapatkan fakta atau peristiwa dari lapangan dan pada
saat bersamaan melaporkannya dari lokasi.
Dalam program radio berupa berita radio, proses komunikasi yang terjadi bersifat
satu arah dimana penyiar laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting
atau menarik tanpa mendapatkan feedback dari pendengar radio. Dalam produksi
program informasi, kemasannya bisa hanya berupa teks yang dikemas dengan
menyertakan musik (backsound).
b.
Talk show
Talk show pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni
wawancara. Program perbincangan biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara
(host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah
dirancang sebelumnya. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan
oleh stasiun radio adalah :
b.1. One-on-one-show yaitu bentuk perbincangan saat penyiar (pewawancara) dan
narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi microphone terpisah di
studio yang sama.
b.2. Panel discussion yaitu pewawancara sebagai moderator ada bersama
sejumlah narasumber.
23
b.3. Call in show yaitu program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari
pendengar. Topik ditentukan lebih dahulu oleh penyiar di studio, diberikan contoh
berdasarkan
pengalaman
penyiar,
kemudian
pendengar
diminta
untuk
memberikan respon berdasarkan pengalaman masing-masing ke stasiun radio.
Tidak semua respon audience layak disiarkan sehingga perlu petugas penyeleksi
telepon masuk sebelum diudarakan.
Dalam pelaksanaannya, urutan proses talk show adalah sebagai berikut :
pertama, pembukaan yang berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan
informasi interaksi dengan pendengar jika memang akan dilakukan demikian.
Kedua, diskusi utama yang berisi pertanyaan awal penyiar, tanggapan narasumber,
dan interaksi pendengar. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan ucapan terima
kasih.
Program talk show dapat menjalankan keseluruhan dari orientasi berita, isu,
dan hubungan dengan komunitas. Yang sering terjadi adalah talk show sudah
direkam sebelumnya dan mengutamakan host dan satu atau dua orang tamu untuk
mendiskusikan topik. Dua jenis talk show yang paling umum adalah one-on-oneshow serta panel discussion. Sedangkan yang paling popular adalah call in show.
c.
Jingle radio
Jingle atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang
mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuan produksi jingle bagi radio
adalah untuk mempromosikan keberadaan radio baru di tengah masyarakat,
memberikan informasi symbol atau identitas terpenting dari radio agar selalu diingat
pendengar, membentuk citra radio di benak pendengar, berfungsi sebagai jeda pada
24
saat disiarkan, dan sejenisnya. Ada tiga jenis jingle yaitu jingle untuk stasiun radio,
jingle untuk acara radio, dan jingle untuk penyiar radio (p.282).
2.4
Peran
2.4.1
Definisi Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Soekamto,
1982 : 238)
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang
yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan
perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah
ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran seseorang dalam
posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari
orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut.
Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang
dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan
dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan (Soekamto, 1982 : 238).
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.
25
Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi
anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.
Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari sesesorang
pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita
siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial
atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.
Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang
tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton (1968) dinamakan perangkat
peran (role set). Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut
sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini,
hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di
antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan,
mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas
mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur
sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah
perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku
peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.
Sedangkan, Abu Ahmadi (1982) mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks
26
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya
2.4.2
Teori Peran
Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang
menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori
sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak,
kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan
memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan
cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu,
berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering
digunakan untuk menggambarkan teori peran.
2.4.3
Konsep Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario
yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang
dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah “tertulis” seorang Presiden harus
bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana,
murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus
dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut
teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika
menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.
Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi scenario
sehingga sering didemo public.
27
Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya
dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog,
telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial
dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan
oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman
bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar
seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang
mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah
dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan
oleh peran sosial.
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas
penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan
bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk
mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan
menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu
pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai
istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun.
Di Indonesia berbeda, usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya
pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima
tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age grading). Dalam masyarakat
kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa
28
dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam
pembagian lagi.
2.4.4
Ketidakberhasilan Peran
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya
mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak
jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial,
ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain.
1. Role Conflict
Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang
peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut
Hendropuspito (1989), konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang
memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu
mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang
dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu
pola, seseorang harus melanggar pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran.
Yakni, konflik antara berbagai peran yang berbeda, dan konflik dalam satu peran
tunggal. Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau bagianbagian dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang
bertentangan bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik
inheren.
29
2. Role Strain
Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini
dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah
karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain
yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu, masing-masing interaksi ini merumuskan
peran yang berbeda, karena membawa harapan-harapan yang berbeda pula. Maka,
apa yang tampak sebagai satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek
sebenarnya adalah beberapa peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian
pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya
membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu),
sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan
sebagai penjual (terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk
perusahaan tersebut).
2.4.5
Stres Peran
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur
sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin
dilaksanakan. Stres peran terdiri dari :
a. Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama yang lain.
b. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak
jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
30
c. Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu
profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi.
d. Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya,
sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut melakukan
banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya. (Keliat,
1992)
2.4.6
Faktor-faktor Penyesuaian Peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran
yang harus dilakukan, yaitu :
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku
peran
f. Proses Yang Umum Untuk Memperkecil Ketegangan Peran Dan
Melindungi Diri Dari Rasa Bersalah
Menurut Horton dan Hunt (1993), seseorang mungkin tidak memandang
suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat
kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran
tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya
kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya.
31
Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang
memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama. Ada
beberapa proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi
diri dari rasa bersalah, yaitu antara lain:
1.
Rasionalisasi
Rasionalisasi yakni suatu proses defensif untuk mendefinisikan kembali
suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah yang secara sosial dan pribadi
dapat diterima.
Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran, yang mencegah kesadaran
bahwa ada konflik. Misalnya, orang yang percaya bahwa “semua manusia sederajat”
tapi tetap merasa tidak berdosa memiliki budak, dengan dalih bahwa budak bukanlah
“manusia” tetapi “benda milik.”
2.
Pengkotakan (Compartmentalization)
Pengkotakan (Compartmentalization) yakni memperkecil ketegangan peran
dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah,
sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat tuntutan peran pada satu waktu
tertentu. Misalnya, seorang politisi yang di acara seminar bicara berapi-api tentang
pembelaan kepentingan rakyat, tapi di kantornya sendiri ia terus melakukan korupsi
dan merugikan kepentingan rakyat.
3.
Ajudikasi (Adjudication)
Ajusikasi yakni prosedur yang resmi untuk mengalihkan penyelesaian
konflik peran yang sulit kepada pihak ketiga, sehingga seseorang merasa bebas dari
tanggung jawab dan dosa.
32
4.
Kedirian (Self)
Kadang-kadang orang membuat pemisahan secara sadar antara peranan dan
“kedirian” (self), sehingga konflik antara peran dan kedirian dapat muncul sebagai
satu bentuk dari konflik peran. Bila orang menampilkan peran yang tidak disukai,
mereka kadang-kadang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan apa yang
harus mereka perbuat. Sehingga secara tak langsung mereka mengatakan, karakter
mereka yang sesungguhnya tidak dapat disamakan dengan tindakan-tindakan mereka
itu.Konflik-konflik nyata antara peran dan kedirian itu dapat dianalisis dengan
konsep jarak peran (role distance) yang dikembangkan Erving Goffman. “Jarak
peran” diartikan sebagai suatu kesan yang ditonjolkan oleh individu bahwa ia tidak
terlibat sepenuhnya atau tidak menerima definisi situasi yang tercermin dalam
penampilan perannya. Ia melakukan komunikasi-komunikasi yang tidak sesuai
dengan sifat dari peranannya untuk menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar peran
yang dimainkannya. Seperti, pelayan toko yang mengusulkan pembeli untuk pergi ke
toko lain karena mungkin bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Ini merupakan
tindakan mengambil jarak dari peran yang mereka lakukan dalam suatu situasi.
Penampilan “jarak peran” menunjukkan adanya perasaan kurang terikat terhadap
peranan. Pada sisi lain, “penyatuan diri” dengan peranan secara total merupakan
kebalikan dari “jarak peran”. Penyatuan diri terhadap peran tidak dilihat dari sikap
seseorang terhadap perannya, tetapi dari tindakan nyata yang dilakukannya. Seorang
individu menyatu dengan perannya bila ia menunjukkan semua kemampuan yang
diperlukan dan secara penuh melibatkan diri dalam penampilan peran tersebut.
33
2.5
Produser
Produser adalah orang yang bertanggung jawab terhadap acara yang diasuhnya.
Seorang produser harus mempunyai database yang lengkap dan akurat. Maksudnya,
setiap produser mempunyai nomor telepon, alamat, dan biodata singkat dari narasumber
(pejabat, artis, atlet, pakar) yang kompeten dan sesuai dengan tuntutan program,
Produser juga dituntut harus mampu bekerja sama dengan Program Director, Music
Director, Penulis Naskah, Penyiar, dan Operator. Sebab, kualitas program yang
disajikan tidak bisa lepas dari hubungan yang harmonis dan serasi dari pihak-pihak yang
terkait tersebut. (Triartanto, 2010 : 81)
Di dalam penyajian program, produser juga membuat suatu rundown acara agar
dapat berlangsung lancar dan terarah. Selain itu, produser atau Program Director perlu
merancang dan membuat setiap clock format untuk program-programnya. Jika program
drama, yang harus dibuat adalah synopsis dan naskah drama yang memuat keterangan
mengenai narasi, monolog, dialog, musik, lagu, serta efek suara.
34
2.6
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Download