III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D3 menurut Oldeman (1975) (Lampiran 2). Waktu penelitian dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011. 3.2 Bahan dan Alat Percobaan Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri atas : 1. Benih padi varietas Ciherang (deskripsi lengkap pada Lampiran 3) 2. Pupuk : a. Pupuk Urea (46% N), KCl (60% K2O) dan SP-36 (36% P2O5) b. Pupuk Hayati Biovita (hasil analisis kandungan Lampiran 4) 3. Pestisida (decis 25 EC) Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri atas : 1. Alat ukur (meteran, penggaris dan timbangan). 2. Alat pertanian (cangkul, caplak, ajir, tank spayer, dll). 3. Alat tulis, dll. 3.3. Metode Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) yang terdiri dari 7 Perlakuan dengan 4 ulangan sehingga terdapat 28 petak percobaan. Luas lahan percobaan yaitu 294 m² dengan ukuran setiap 25 26 petaknya 3 m x 3,5 m dengan jarak antar ulangan yaitu 50 cm dan antar perlakuan 30 cm. Tata letak percobaan ini disajikan pada Lampiran 5. Rincian perlakuannya adalah sebagai berikut : H0 = Kontrol (tanpa pupuk) H1 = Pupuk N, P dan K dosis rekomendasi (200 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha K2O) H2 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha H3 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P dan K dosis rekomendasi H4 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¼ dosis rekomendasi) dan K H5 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi) dan K H6 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi) dan K Model liniernya adalah : Yij = µ + Ui + Pj + Єij Dimana : Yij : Pengamatan kelompok ke-i dan perlakuan ke-j µ : Rataan Umum Ui : Pengaruh ulangan ke-i Pj : Pengaruh perlakuan ke-j dan Єij : Pengaruh galat ulangan ke-i dan perlakuan ke-j i = 1, 2, 3,...,k dan j = 1, 2, 3,...,p Selanjutnya data yang diperoleh nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis varians, seperti pada Tabel 2. 27 Selanjutnya apabila hasil analisis variansnya menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan pengujian lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan ( Duncan Multiple Range Test ) pada taraf nyata 5%. Tabel 2. Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok Sumber Keragaman Derajat Bebas Ulangan (U) Perlakuan (P) Galat (G) Total u–1 p–1 (u-1) ( p-1) up – 1 Jumlah Kuadrat (JK) JK U JK P JK G Kuadrat Tengah (KT) JK U / (u-1) JK P / (p-1) JK G / (p-1)(u-1) F Hitung F Tabel 0.05 KT(U)/KT(G) KT(P)/KT(G) Sumber : Gasperz (1995) 3.4 Pelaksanaan Percobaan 3.4.1 Persiapan Lahan Sebelum ditanami, lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali dengan cara dicangkul atau di bajak. Pengolahan tanah pertama dilakukan pembalikan tanah agar gulma dan sisa tanaman sebelumnya bisa dihilangkan dan sisa residu yang mengendap di dalam tanah bisa hilang, kemudian dilanjutkan dengan penggaruan dan perataan tanah. Setelah itu dilakukan pembuatan petakan-petakan perlakuan di lahan dengan ukuran 3 m x 3,5 m sebanyak 28 petak dengan jarak antar baris 50 cm dan antar kolom 30 cm. Setiap petakan kemudian dipasangi tanda yang menunjukkan keterangan perlakuan dan ulangan. 3.4.2 Pembibitan Benih Padi Varietas Ciherang direndam terlebih dahulu dalam larutan garam selama satu malam guna memisahkan benih yang terisi penuh dengan benih yang setengah terisi dan benih hampa. Setelah semuanya terpisahkan, benih 28 kemudian diangkat dan ditiriskan selama satu malam dengan ditutup karung (Simarmata dan Yuwariah, 2007). Selanjutnya benih disebar di bedengan pembibitan yang terpisah dari lahan utama dengan lebar bedengan 1 m. 3.4.3 Penanaman Penanaman dilakukan setelah pengolahan tanah ketiga dilakukan dan bibit padi siap untuk ditanam/dicabut dari persemaian yaitu pada umur bibit 21 hari. Lahan penanaman diatur dengan menggunakan jarak tanam 30 cm x 35 cm yang ditanam dengan metode kembar (twin seedling). 3.4.4 Pemeliharaan 3.4.4.1 Pemupukan Pada penelitian ini pupuk yang digunakan adalah pupuk hayati dan pupuk anorganik, untuk pupuk hayati jenis yang digunakan adalah pupuk hayati Biovita yang diberikan pada saat persemaian dan pada lahan tanaman padi saat tanam. Sedangkan untuk pemberian pupuk anorganik (N,P,K), dosis yang digunakan disesuaikan dengan perlakuan. Dosis rekomendasi di lahan sawah tersebut (Simarmata dan Yuwariah, 2007) yaitu 200kg/ha pupuk N, adapun waktu pengaplikasiannya untuk pupuk N (Urea) diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam dengan dosis 100 kg/ha, 18 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 50 kg/ha, dan 36 HST dengan dosis 50 kg/ha. Untuk pupuk P (SP-36) diberikan pada 18 HST dengan dosis rekomendasi 50 kg/ha, sedangkan untuk pupuk K (K2O) dosis rekomendasi 50 kg/ha diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dengan dosis 25 kg/ha dan 36 HST dengan dosis 25 kg/ha. Lahan sawah yang akan diberi pupuk 12 hari sebelumnya dibiarkan macak-macak agar pupuk tidak mengalir terbawa air. 29 3.4.4.2 Penyiangan Penyiangan gulma yang pertama dilakukan pada saat tanaman padi berumur 21 HST, setelah itu dilakukan penyiangan kembali yang disesuaikan dengan tingkat keberadaan gulma di lahan percobaan. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan gasrok. 3.4.4.3 Penyulaman Penyulaman tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST berbarengan dengan penyiangan gulma yang pertama dilakukan, bibit yang digunakan berasal dari tanaman sisa persemaian terdahulu yang varietasnya sama. 3.4.4.4 Pengairan Pengaturan air dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman, untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan perakaran padi serta meningkatkan populasi dan keanekaragaman hayati (kekuatan biologis tanah). Pada fase vegetatif awal, tanah dipertahankan dalam kondisi lembab hingga macak-macak. Pada umur 20 HST lahan digenangi, ini untuk memudahkan penyiangan ke 2. Pengaturan pemberian air dilakukan untuk mempertahankan tanah agar tetap lembab. Untuk merangsang pertumbuhan akar biarkan tanah sampai retak (tapi tanaman tetap segar). Selanjutnya, kondisi aerob dipertahankan hingga padi masak susu dengan mengatur atau mengendalikan sistem pemberian air (25 hari menjelang panen). Dari fase pemasakan hingga panen, sistem pemberian air dihentikan dan biarkan lahan kering. 3.4.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara berkala, terutama pada fase-fase kritis tanaman. Dengan hama yang dominan adalah ulat daun, penggerek batang, tikus. Pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan dengan cara manual 30 yaitu mengambil tanaman yang terserang hama atau mengambil hama seperti keong lalu dikumpulkan dan dibuang. Sedangkan untuk hama tikus dilakukan pengendalian dengan cara mencampurkan dengan gabah kemudian diletakkan disekitar lahan percobaan dengan tujuan agar hama tikus memakan pestisida tersebut kemudian mati. 3.4.5 Panen dan Pasca Panen Umur tanaman padi varietas Ciherang adalah 119 hari. Pemanenan harus dilakukan secara tepat waktu yaitu ketika umur matang fisiologis padi tersebut sudah tercapai atau secara penampakan fisik malai padi sudah terlihat menguning dan merunduk, jangan sampai pemanenan dilakukan lebih cepat atau lebih lambat dari seharusnya, karena hal tersebut akan berakibat pada kualitas hasil padi yang diperoleh. Padi yang sudah dipanen dikumpulkan/ditumpuk di petakan masingmasing, agar tidak terjadi kesalahan pencatatan data. Kemudian padi yang sudah dipanen harus segera dirontokkan agar kualitas gabah dan beras gilingnya tinggi. Perontokan dilakukan dengan menggunakan alat perontok sederhana yang biasa digunakan oleh petani setempat. 3.5 Pengamatan Pengamatan terdiri dari pengamatan penunjang yang tidak dianalisis secara statistik dan pengamatan utama yang dianalisis secara statistik. 3.5.1 Pengamatan penunjang meliputi : 1) Analisis tanah. 2) Data curah hujan. 3) Tingkat serangan hama, penyakit, dan gulma yang tumbuh. 31 3.5.2 Pengamatan utama yang dihitung secara statistik meliputi : Komponen Pertumbuhan : 1) Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada 3, 5 dan 7 MST, dengan menggunakan sampel 10 rumpun padi untuk setiap petak perlakuan. 2.) Jumlah anakan (anakan) Jumlah anakan diukur sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 3, 5 dan 7 MST dengan menggunakan sampel 10 rumpun padi untuk setiap petak perlakuan. 3.) Indeks Luas Daun (ILD) Dilakukan saat tanaman berada pada fase vegetatif akhir yaitu 10 MST, yaitu dengan cara mengambil secara acak 30 lembar daun bendera bagian atas, tengah dan bawah tanaman padi pada seluruh areal percobaan untuk kemudian hasilnya dirata-ratakan. Sampel yang diambil tadi kemudian digambarkan pada kertas kemudian digunting dan ditimbang untuk mencari konstanta. Metode pengukuran luas daun dilakukan dengan metode Gravimetri, yaitu dengan cara menghitung perbandingan antara berat replika daun pada kertas dengan berat kertas sesungguhnya (Sitompul dan Bambang Guritno,1995), adapun rumus perhitungannya adalah : LD = x LK Di mana : LD = Luas daun Wr = Berat kertas replika daun 32 Wt = Berat total kertas LK = Luas total kertas Hasil perhitungan tersebut nantinya dimasukan kedalam persamaan regresi untuk mencari konstanta. Kemudian dilakukan perhitungan selanjutnya, yaitu menghitung ILD, dengan rumus : ILD = Dimana : LD = Luas daun A = Luas kanopi daun Komponen Hasil dan Hasil : 1.) Banyak malai per rumpun Jumlah malai per rumpun adalah penghitungan besaran anakan yang menghasilkan malai/anakan produktif yang muncul dalam satu rumpun tanaman padi. Pengamatan ini dilakukan menjelang panen dimana banyaknya malai yang muncul sudah maksimum. Pengamatan ini menggunakan 10 rumpun tanaman padi sebagai sampel untuk setiap petak percobaannya. 2.) Jumlah gabah isi per malai (butir) Jumlah gabah isi per malai dihitung setelah panen dengan cara menghitung jumlah gabah isi pada tiap malai dalam satu rumpun tanaman sampel. 3.) Bobot 1000 biji (g) Pengamatan dilakukan dengan menghitung bobot 1000 biji kering yang diambil secara acak dari beberapa tanaman sampel pada setiap petak perlakuan. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen. 33 5.) Bobot gabah per petak (kg) Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang bobot gabah yang telah dikeringkan dari seluruh tanaman pada setiap petak percobaan. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen. 6.) Indeks panen Indeks panen adalah perbandingan bobot gabah kering isi dengan bobot kering tanaman total, atau dihitung menggunakan rumus : Bobot gabah kering isi Bobot kering total Bobot kering total = Bobot gabah kering isi + Bobot kering tanaman Indeks Panen