How To Deal With Chronic Stable Angina Pectoris Conservative Therapy Better Djanggan Sargowo Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2006 1 How To Deal With Chronic Stable Angina Pectoris Conservative Therapy Better Djanggan Sargowo Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang Abstrak Akibat dari kondisi iskemik mioard akan terjadi pengurangan konsumsi oksigen dan pembentukan ATP di mitokondria, mempercepat glikolisis anaerob, akumulasi laktat dan asidosis sel. Farmakoterapi klasik pada situasi iskemik bertujuan memperbaiki keseimbangan antara sintesa ATP dan penggunaan dengan meningkatnya suplai oksigen (misalnya dengan menggunakan nitrat long acting atau Ca2+ antagonis) atau dengan menurunkan kontraksi jantung dengan mengurangi tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (misalnya dengan β-bloker atau Ca2+ antagonis). Salah satu penelitian menunjukkan bahwa asam lemak merupakan substrat mitokondria yang utama selama kondisi iskemik miokard, dan menghambat oksidasi karbohidrat dan memperantarai perubahan piruvat menjadi laktat. Obat yang sebagian menghambat oksidasi asam lemak miokard, meningkatkan oksidasi karbohidrat, dimana hasilnya pengurangan produksi laktat dan peningkatan pH sel selama kondisi iskemik. Trimetazidine (1-[2,3,4-trimethoxibenzyl]-piperazine) merupakan obat pertama dan terdaftar banyak digunakan lebih dari 90 negara di seluruh dunia. Secara selektif trimetazidine menghambat enzim β oksidase asam lemak yaitu 3-keto- acyl-CoA dehidrogenase (3-KAT), dan tanpa efek hemodinamik. Trimetazidine secara signifikan memperbaiki keadaan pasien angina stabil menggunakan monoterapi atau kombinasi antara β-bloker dan Ca2+ antagonis. Trimetazidine merupakan alternatif yang bagus sebagai agen hemodinamik dan unik kemampuannya dalam mengurangi gejala angina ketika pasien resisten terhadap penatalaksanaan pada umumnya yaitu vasodilator, β-bloker, maupun Ca2+ antagonis. 2 Abstract The primary result of myocardial ischaemia is reduced oxygen consumption and adenosine triphosphate (ATP) formation in the mitochondria, and accelerated anaerobic glycolysis. lactate accumulation and cell acidosis. Classic pharmacotherapy for demand-Induced ischaemia is aimed at restoring the balance between ATP synthesis and breakdown by increasing the oxygen delivery (i.e. with long acting nitrates or Ca2+ channel antagonist) or by decreasing cardiac power by reducing blood pressure and heart rate (i.e. with β-blocker or Ca2+ channel antagonist). Animal studies show that fatty acids fire the primary mitochondrial substrate during moderate severity myocardial ischemia, and that they inhibit the oxidation of carbohydrate and drive the conversion or pyruvate to lactate. Drugs that partially Inhibit myocardial fatty acid oxidation Increase carbohydrate oxidation, which results in reduced lactate production and a higher cell pH during ischaemia. Trimetazldine (1-[2.3.4-trimethoxibenzyl]piperazine) is the first and only registered drug in this class, and is available in over 90 countries world-wide. Trimetazidine selectively inhibits the fatty acid β-oxidation enzyme 3-keto-acyl-CoA dehydrogenase (3-KAT), and is de.void of any dlrect haemodynamic effects. In double-blind placebo-controlled trials trimetazldine significantly Improved symptom-limited exercise performance in stable angina patients when used either as monotherapy or in combination with β-blockers or Ca2+ channel antagonists. Given available evidence, trimetazidine is an excellent alternative to classic haemodynamlc agents, and is unique in its ability to reduce symptoms of angina when used in patients resistant to a haemodynamlc treatment as vasodilators. β-blockers or Ca2+ channel antagonists. 3 Pendahuluan Lebih dari 30 tahun, penatalaksanaan yang efektif dari angina stabil kronik yaitu menghambat secara parsial oksidasi asam lemak miokardium dengan aktivasi reciprocal oksidasi karbohidrat. Perawatan penyakit jantung iskemik dengan pendekatan metabolik merupakan hal yang aging 90 tahun yang lalu, observasi yang telah dilakukan bahwa nyeri dada dapat disembuhkan dengan pemberian gula pada pasien tersebut. Pada akhir tahun 1960 dan 1970, penggunaan terapi metabolik dalam rangka untuk mengobati iskemia miokardiurn menunjukkan bahwa pemberian glukosa, insulin, kalium akan mengurangi disritmia ventrikel dan meningkatkan pertahanan dari infark miokard. Selama periode Oliver dan teresterifikasi juga mengembangkan konsep bahwa supresi dari asam lemak yang tidak erifikasi di dalam plasma dan juga oksidasi dan uptake asam lemak miokardium, mengurangi kerusakan akibat iskemik dan disritmia ventrikel selama infark miokard akut atau angina yang dipicu oleh olahraga. Konsep tersebut dipakai sampai tahun 1980an dimana dilakukan demonstrasi dengan hambatan langsung dari transpor asam lemak ke mitokondria dengan oxfenicine yang meningkatkan oksidasi glukosa dan menurunkan produksi laktat dan menghasilkan kesembuhan gejala pada pasien angina stabil. Perkembangan terakhir dari penggunaan terapi metabolik dalam 15 tahun terakhir yaitu dengan hambatan secara parsial oksidasi asam lemak miokardium, terutama trimetazidine (1-[2,3,4-trimethoxibenzyl]-piperazine) dan ranolazine, pada penatalaksanaan angina pektoris stabiI kronik. Trimetazidine merupakan obat yang pertama dan telah diregistrasi dan juga banyak dipergunakan di 90 negara. Ranolazine yang merupakan salah satu perkembangan atau penemuan baru dan telah terbukti efektif pada berbagai penelitian, walaupun mekanismenya belum dilaporkan. Trimetazidine secara selektif menghambat rantai panjang 3-keto CoA thiolase, dimana dengan mengkatalisis β oksidasi asam lemak. Pada penelitian 4 tertentu, trimetazidine secara signifikan mampu membatasi timbulnya gejala pada pasien angina stabil dengan menggunakan monoterapi atau kombinasi dengan β-bloker atau Ca2+ antagonis. Pada review artikel kali ini, kami akan: 1. menunjukkan rasio biokimia pada terapi metabolik pada penyakit jantung iskemik 2. mendiskusikan mekanisme trimetazidine 3. menunjukkan farmakologi klinik trimetazidine pada penyakit jantung. Metabolisme Energi Selama Iskemia Kinerja jantung secara konstan akan membutuhkan transduksi energi dan pembakaran bahan karbon yang simultan. ATP mengandung bahan yang membuatnya dapat dimetabolisme dengan kecepatan pembakaran yang relatif rendah yaitu 10 - 15 detik untuk proses komplit metabolisme selama saat jantung istirahat. Sintesa aerob dari ATP sangat didukung oleh tingginya sirkulasi darah pada otot jantung, konsumsi oksigen dan oksidasi posporilasi dii mitokondria. Resintesa ATP di dapat dari oksidasi posporilasi ADP dengan pospat anorganik di mitokondria. Pada keadaan jantung normnal terdapat keseimbangan antara proses sintesa ATP dan pembakarannya sehingga jumlahnya di dalam otot jantung akan selalu konstan meskipun kerja jantung meningkat. Pembakaran bahan karbon (glukosa, asam laktat dan asam lemak) di dalam mitokondria akan menghasilkan penurunan NADH dan FADH2 sehingga dapat mengisi transport elektron dan pembentukan ATP oleh oksidasi posporilasi di mitokondria. Dengan demikian maka laju pembakaran bahan karbon, konsumsi oksigen, resintesa ATP, pembakaran ATP dan energi kontraksi eksternal adalah satu proses yang terikat satu sama lain sehingga pada keadaaan meningkatnya kebutuhan akan energi untuk kontraksi akan mengakibatkan peningkatan kerja pada masing-masing komponen dengan jumlah yang proporsional. Dampak primer yang ditimbulkan oleh iskemia adalah menurunnya pembentukan ATP secara aerob di mitokondria yang secara bersamaan akan 5 mengakibatkan penurunan pembakaran ATP, pemendekan fase sistolik, penurunan uptake ion kalsium oleh retikulum sarkoplasma, terstimulasinya glikolisis anaerob, dan turunnya pH sel. Pada jantung normal, energi untuk resintesa ATP didapatkan dari pembakaran asam lemak (+ 2/3 dari total) sedangakan sisanya dari karbohidrat (+ 1/3 dari total). Pada keadaan normal jantung dapat mengkonsumsi laktat tapi pada keadaan iskemik terjadi ketidakseimbangan dalam metabolisme aerob ATP di dalam mitokondria, dengan terstimulasinya glikolisis anaerob non oksidatif yang merubah sistem “uptake lactat" menjadi "lactat production". Dari penelitian yang dilakukan pada anjing dan babi didapatkan bahwa selama fase iskemia (turunnya aliran darah sebesar 30%-60%), oksidasi asam laktat tetap menyuplai oksigen untuk membentuk ATP dalam usaha untuk menjaga homeostasis dan energi pada miokard. Iskemia miokard terjadi ketika ada kekurangan suplay oksigen sehingga membutuhkan kompensasi berupa peningkatan denyut jantung dan efek inotropik untuk meningkatkan suplay oksigen. Penyebab iskemia tersering adalah penyakir arteri koronaria yang tidak mampu mensuplai oksigen yang cukup saat tubuh berolahraga. Dengan kata lain, bila ada lesi baik itu makrovaskuler maupun mikrovaskuler pada pasien dengan angina stabil kronis yang memiliki iskemia karena kebutuhan oksigen yang meningkat yang disebabkan oleh sirkulasi aliran darah ke miokard tidak cukup saat tubuh melakukan olahraga atau stres psikologis. Penelitian terakhir terhadap pasien penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa ketika angina yang dipicu oleh supresi kerja jantung maka terdapat perubahan dari yang semula terjadi laktat uptake menjadi produksi laktat yang dilihat dengan depresi segmen ST dan menimbulkan nyeri dada. Penelitian yang dilakukan pada babi bahwa ketika aliran darah oleh arteri koronaria dan konsumsi oksigen dipertahankan pada tingkat istirahat, kemudian babi distimulasi jantungnya dengan pemberian dobutamin, maka tampak perubahan yang mencolok pada laktat uptake menjadi produksi laktat dan depresi glikogen, sehingga selama rangsang 6 kebutuhan oksigen pada kondisi iskemik terdapat peningkatan glikolisis anaerobic walaupun konsumsi oksigen sisa pada miokard masih cukup tinggi. Inter-Regulasi Oksidasi Karbohidrat dan Asam Lemak Metabolisme inter-regulasi antara oksidasi karbohidrat dan asam lemak adalah komplek dan sangat penting selama fase iskemik. Hal ini dikarenakan proses oksidasi lemak dalam menghambat oksidasi piruvat yang memegang peranan penting dalam produksi laktat. Oksidasi dari asam lemak rantai panjang yang berasal dari plasma menghasilkan 60%-70% energi untuk sintesa ATP pada jantung yang sehat. Laju oksidasi asam lemak dari miokard ditentukan oleh kesediaan asam lemak non-ester di dalam plasma dan dibantu oleh enzim mitokondria sebagai kunci untuk transport lemak asilase dan β oksidasi. Gambar 1. Metabolisme energi pada jantung normal. 7 Konsentrasi asam lemak non esterifikasi di dalam plasma ditentukan oleh pemecahan trigliserida di dalam sellemak dan bergantung pada stimulasi pelepasannya oleh katekolamin dan dihambat oleh insulin. Disamping itu, jantung juga mendapat turunan asam lemak dan pemecahan trigliserida dengan lipase miokard ekstraseluler. Selama di dalam sel, asam lemak di esterifikasi secara acak menjadi acyl-CoA lemak rantai panjang yang kemudian ditransport ke mitokondria oleh sistem karnitin, kemudian dioksidasi oleh β oksidasi menjadi acetyl-CoA. Terdapat 4 tahapan proses oksidasi asam lemak oleh β oksidase yang masing-masing tahapan terdapat enzim tertentu. Tiap enzim bekerja untuk intermediasi asam lemak rantai panjang, medium dan rantai pendek. Tahap awal adalah katalisator oleh Acyl-CoA dehidrogenase, diikuti 2enoyl-CoA hydralase dan 3 hydrocyacyl CoA dehidrogenase. Tahap akhir adalah enzim 3-KAT yang diturunkan acyl-CoA untuk membentuk β oksidase dan melepas acetyl CoA dalam siklus asam sitrat. Kecepatan oksidasi asam lemak oleh jantung dikendalikan oleh konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma, transportasi rantai panjang menuju ke mitokondria dan aktivasi enzim β oksidase asam lemak. Penghambat farmakologi dari oksidasi asam lemak bertujuan untuk menurunkan konsentrasi asam lemak plasma melalui hambatan lipolisis pada sel lemak (seperti pada asam nikotinik), hambatan transport lemak amilase ke mitokondria (dengan oxfenicine atau etonoxin) atau hambatan langsung pada enzim β oksidase asam lemak (misalnya ranolazine atau trimetazidine). 8 Gambar 2. Skema β oksidasi asam lemak. Oksidasi terhadap glukosa dan laktat akan menghasilkan energi yang tidak didapat dari oksidasi asam lemak. Glukosa diuptake oleh jantung dalam bentuk simpanan yaitu glikogen atau dipecah menjadi piruvat melalui glikolisis di sitosol. Setengah dari kebutupan akan piruvat didapat dari aliran darah secara langsung dan dikonversi ke piruvat. Pada keadaan jantung yang sehat, piruvat ditransport ke matrix mitokondria dan secara bertahap dioksidasi menjadi acetyl-CoA oleh enzim piruvat dehidrogenase (PDH). Laktat dehidrogenase mengkatalisis inter-konversi antara piruvat dan laktat dalam darah yang konversinya bergantung pada rasio NADH-/NADW + (laktat piruvat rasio) serta kecepatan glikolisis dan laju PDH di dalam mitokondria sehingga selama fase iskemia terjadi aktivasi glikolisis, peningkatan rasio NADH -/NADW + dan pertukaran PDH seimbang maka terjadi pergeseran dari laktat uptake menjadi produksi laktat. 9 Gambar 3. Pengaturan oksidasi piruvat pada kondisi aerobik normal. Oksidasi piruvat oleh PDH adalah kunci untuk regulasi glukosa dan oksidasi laktat. Selama fase iskemia, aliran masuk dari piruvat melalui PDH adalah kunci penentu kecepatan produksi laktat. Kecepatan oksidasi piruvat di jantung bergantung pada 2 hal yaitu fsforilasi terhadap PDH oleh PDH kinase spesifik dan konsentrasi substrat (NADH dan free CoA) dan produk (NADH dan acetyl-CoA). Aktivitas PDH kinase dihambat oleh piruvat dan ADP dari teraktivasi oleh peningkatan rasio acetyl-CoA / CoA dan NADH-/NADW +. Dari penelitian terhadap anjing dan babi menunjukkan bahwa iskemia miokard dan reperfusi tidak berpengaruh terhadap status fosforilasi dari PDH. Perlu dicatat bahwa meskipun tanpa peningkatan fosforilase dari PDH, peningkatan rasio NADH-/NADH+ dan acetyl-CoA / CoA akan menghambat aliran masuk piruvat melalui PDH dan mengurangi oksidasi glukosa dan piruvat. Konsep tentang laju oksidasi glukosa dan laktat di miokard dikendalikan oleh oksidasi asam lemak melalui efek PDH dipresentasikan pertama kali pada tahun 1960 oleh Randle et al. Dan dikenal sebagai Randle cycle atau glucose- 10 fatty acid cycle. Oksidasi asam lemak dan piruvat terjadi di matriks mitokondria. Peningkatan oksidasi asam lemak akan menghasilkan peningkatan rasio NADH-/NADH+ dan acetyl-CoA / CoA di matriks mitokondria yang akan menghambat aliran masuk PDH melalui PDH kinase dan aktivasi enzim. Akibatnya supresi pada oksidasi asam lemak di miokard akan lebih rendah dan rasio NADH-/NADH+ dan acetyl-CoA / CoA akan turun dan terjadi penghambatan pada PDH dan peningkatan oksidasi glukosa dan laktat. Metabolisme Energi di Miokard selama Iskemi Induksi-Demand Pada jantung yang sehat, peningkatan kebutuhan akan energi dari jantung akan meningkatkan konsumsi oksigen di miokard dan peningkatan laju oksidasi glukosa, laktat dan asam lemak. Seringkali pada pasien penyakit jantung koroner memiliki aliran darah dan oksigen untuk miokrd pada saat istirahat tapi akan terdapat daerah-daerah di miokard yang tidak dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen. Ketika bebannya bertambah dan membutuhkan yang lebih banyak oksigen. Seperti pada keadaan berolahraga atau stimulasi adrenergik (misalnya peningkatan denyut jantung, afterload dan kontraktilitas). Ketika kebutuhan akan energi meningkat maka secara bersamaan akan mengakibatkan aliran darah di arteri koronaria. Ketidaksesuaian akan terjadi pada saat kebutuhan akan oksigen dan ketersediaan oksigen tidak seimbang akan mengakibatkan sintesa aerob ATP tidak mencukupi dan akan terjadi stimulasi glikolisis dan pergeseran uptake laktat menjadi produksi laktat. Kondisi ini disebut iskemia induksi-demand. Hal ini jelas menimbulkan masalah metabolisme. Penelitian terhadap pasien penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa dengan induksi atau pacu pada angina akan menghasilkan ketergantungan denyut jantung terhadap pergeseran uptake laktat dan pelepasan laktat di miokard dan tercatat sebagai jatuhnya segmen ST di EKG dan nyeri dada. Hasil ini menimbulkan dugaan adanya hubungan sebab akibat antara produksi laktat oleh miokard, perubahan segmen ST pada EKG dan angina. Sudah diduga bahwa nyeri dada karena 11 induksi-iskemia pada miokard sebagai akibat berkurangnya ATP dan pembentukan adenosin dan efluks dan stimulasi reseptor adenosin Al oleh neuron aferen sensori dari jantung. Penelitian pada tikus menunjukkan perubahan segmen ST yang diaktifkan oleh oncodes sarcolemmal di kanal K ATP selama terjadinya oksigenasi pada arteri koronaria sehingga diduga belum terbukanya kanal ini sehingga respon terhadap deplesi ATP akan dapat dilihat pada EKG dan di iskemia sehingga gejala atau pada angina induksi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pembentukan A TP. Pengobatan klasik pada induksi-demand iskemia adalah dengan meningkatkan suplai oksigen untuk menjaga keseimbangan antara sintesa ATP dan pembongkarannya (bisa dengan asam nitrat long acting atau Ca 2+ antagonis). Dapat juga dengan menurunkan beban jantung dengan mengurangi tekanan darah dan denyut jantung. Ada juga alternatif lain dengan menurunkan oksidasi asam lemak di miokard dan peningkatan oksidasi karbohidrat serta mencegah penurunan pH intra sel. Farmakologi Pre Klinik terhadap Trimetazidine Trimetazidine berfungsi sebagai anti angina dengan mekanisme parsial hambatan terhadap oksidasi asam lemak serta bersifat sitoprotektif terhadap iskemia dan reperfusi. Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa penggunaan trimetazidine mampu meningkatkan kontraktilitas miokard pada fase iskemia dan reperfusi. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan aliran darah di arteri koronaria, peningkatan kotraktilitas, denyut jantung n meningkatkan metabolisme energi. Pada tahun 1994 Fantini menyebutkan bahwa trimetazidine menghambat oksidasi carnitin pada sel jantqng tikus tanpa mempengaruhi oksidasi piruvat, glutamat dan citrat, llingga secara tidak langsung juga akan menghambat oksidasi asam lemak sehingga influks PDH dapat ditingkatkan. Kantor et al. menyebutkan bahwa trimetazidine menghambat enzim KAT sehingga secara tidak langsung juga menghambat β oksidase dan juga 12 menurunkan rasio NADH-/NADH+ dan acetyl-CoA / CoA di dalam matriks mitokondria, kemudian makan engurangi hambatan terhadap PDH dan meningkatkan oksidasi glukosa. Hambatan yang dapat ditimbulkan oleh trimetazidine terhadap 3-KAT sampai 70% dan konsentrasi klinis yang dapat muncul dihilangkan sampai 20-40% dari hasil ini maka penggunaan trimetazidine relatif aman dan sangat toleransi dengan baik. Gambar 4. Efek Trimetazidine pada 3-KAT. 13 Trimetazidine dilaporkan mampu berperan dalam metabolisme fosfolipid di jantung tikus. Pada percobaan 4 minggu dengan trimetazidine pada tikus, didapatkan penurunan kandungan asam linoleat di dalam fosfolipid dan meningkatkan kandungan asam oleat dan stearat walaupun tidak ada hubungannya dengan komposisi asam lemak plasma. Pada penelitian dengan kultur sel otot ventrikel didapatkan trimetazidine mampu mempercepat konversi rantai panjang asam lemak menjadi membran fosfolipid dan menghasilkan peningkatan fosfolipid di dalam sel. Sampai saat ini masih belum jelas apakah efek diatas berhubungan dengan efikasi anti angina dengan terapi trimetazidine jangka panjang tetapi sudah sangat jelas bahwa pemberian trimetazidine single dose tidak berhubungan dengan perbaikan waktu dari olahraga setelah pemberian dosis tersebut. Gambar 5. Efek Trimetazidine pada oksidasi glukosa. 14 Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa trimetazidine dapat mengikat mitokondria dengan aktifitas yang cukup kuat pada membran luarnya sampai membran dalamnya. Ikatan terhadap mitokondria ini lebih kuat bila dibandingkan dengan trimetazidine terhadap konsentrasinya sendiri yang diduga memiliki ikatan dengan mitokondria tidak berhubungan dengan efikasi klinis, rantai panjang dari enzim 3-KAT terdapat di membran mitokondria, tetapi tidak diketahui apakah trimetazidine juga berikatan dengan 3-KAT sebagai usaha untuk menghambat aktifitas enzimatisnya. Fisiologi Klinis dan Terapi Tradisional untuk Iskemia Miokard Iskemia miokard dan manifestasi klinisnya (termasuk angina pectoris dan infark miokard) adalah berdampak langsung terhadap terjadinya ketidakseimbangan antara kebutuhan metabolisme miokard dan suplai aliran darahnya. Meningkatnya kerja jantung tidak diuji dengan peningkatan aliran darah arteri koronaria. Konsep patologi ini sebagai dasar dari terapi angina pektoris yaitu dengan mengurangi kerja jantung dan menurunkan kebutuhan metabolisme miokard, serta meningkatkan aliran darah koronaria sesuai dengan petunjuk terapi pada European Society of Cardiology, maka terapi medika mentosa dipertahankan sesuai dengan perawatan angina pektoris stabil dan diberikan pada kelompok pasien yang beresiko tinggi dan menunjukkan gejala klinis. Sampai saat ini terdapat 3 agen utama yang sudah tersedia yaitu golongan nitrat, β-bloker, dan Ca2+ antagonis. Studi meta-analisis untuk membandingkan ketiga agen ini sudah banyak dipublikasikan. Perdebatan awal terapi untuk mengurangi iskemia miokard adalah dengan menurunkan konsumsi oksigen dari miokard dan meningkatkan perfusi miokard. Pilihan pertama adalah agen hemodinamik yang sesuai dengan struktur derajat penyakit dan penyakit dasarnya. Bila keluhan pasien tidak cukup terkontrol, maka penggunaan kombinasi obat boleh dipertimbangkan. Namun dari studi klinis didapatkan bahwa penggunaan terapi kombinasi tidak lebih baik daripada 15 meningkatkan dosis terapi. Studi populasi pacta 5125 pasien dengan angina stabil kronis, diantaraya 2/3 menggunakan obat tunggal dan dimana separuhnya mengalami angina pada saat ini sehat dan 1/3nya mengalami angina karena stress psikologis. Sesuai dengan petunjuk pada EKG, dianjurkan mengganti alternatif agen tunggal bila obat yang pertama tidak dapat mengontrol gejala klinisnya. Trimetazidine pada Perawatan Angina Stabil Sebagai pilihan alternatif agen hemodinamik untuk angina, terdapat alternatif lain yaitu penggunaan agen metabolik untuk terapi sindroma iskemia. Obat-obatan ini tidak memiliki efek langsung terhadap hemodinamik, inotropik, atau efek kronotropik, dan diharapkan dapat secara langsung mempengaruhi metabolisme energi dari jantung. Mereka menyarankan pada semua penelitian tentang perawatan pada penyakit jantung iskemik dan yang telah dibuktikan keuntungannya sebagai agen utama dan pada semua pasien yang mendapatkan terapi tradisional. Trimetazidine merupakan modulator metabolik yang telah dibuktikan pada beberapa penelitian. Mereka akan memutuskan agen tersebut berdasarkan efikasi kliniknya pada angina stabil kronik dan pendapat terbaru tentang indikasi pemberian pada penyakit lain. Trimetazidine : Efikasi Anti Iskemia Efikasi dari trimetazidine pada perawatan angina pektoris telah dievaluasi pada beberapa penelitian, sebagai monoterapi ataupun kombinasi, pada akut atau kronik, sebagai perawatan pertama atau pada pasien yang resisten terhadap β-bloker atau Ca2+ antagonis. Efek akut dari trirnetazidine telah dicobakan pada pasien dengan angina stabil kronik selama tes olahraga. Trimetazidine meningkatkan usaha ketahanan dan berkurangnya gejala iskemia dan perubahan EKG. Perawatan kronik dengan menggunakan trimetazidine, perlu diperjelas adanya keuntungan yang dapat diamati setelah fase akut dan pertahanan dari pasien. Pada kenyataannya, tidak efek samping termasuk 16 perubahan yang tidak signifikan dari denyut jantung dan atau tekanan aorta. Studi perbandingan telah menunjukkan bahwa perbaikan pada kondisi iskemik dan olahraga dengan pemberian trimetazidine merupakan hal yang hampir sarna dengan pemberian nifedipine maupun propanolol, dengan efek samping yang jarang terjadi. Gambar 6. Efek Trimetazidine dan propanolol pada latihan. Oleh karena terdapat kekurangan akan denyut jantung dan tekanan darah, trimetazidine menghilang sebagai calon ideal untuk kombinasi dengan agen hemodinamik yang klasik. Hipotesa tersebut telah diperjelas pada pasien yang akan menerima nifedipine atau propanolol. Penambahan trimetazidine membawa hasil yang cukup signifikan dalam perbaikan status klinis dan pengurangan episode iskemik. Perbaikan tersebut diikuti dengan waktu berjalan pada treadmill yang lebih lama dan dengan berkurangnya nyeri dan perubahan EKG. Secara konsisten, efek samping secara signifikan berkurang pada pasien yang diberikan trimetazidine daripada pasien yang menerima nifedipine atau propanolol. 17 Gambar 7. Efek Trimetazidine dan propanolol pada jumlah latihan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa efek dari trimetazidine merupakan zat tambahan sebagai agen hemodinamik yang telah diberikan pada berbagai multi senter, secara acak, maupun penelitian double-blind dimana penambahan trimetazidine pada propanolol dibandingkan dengan penambahan nitrat pada propanolol. Penelitian kali ini menunjukkan pasien dengan angina kronik dan penyakit arteri koroner, diberikan trimetazidine-propanolol memberikan hasil yang lebih efektif dan lebih baik jika dibandingkan dengan yang diberikan kombinasi propanolol dengan nitrat (gambar 8). Penelitian kali ini menunjukkan bahwa hanya penambahan trimetazidine pada β-bloker ternyata menunjukkan adanya suatu perbaikan, sebaliknya dengan penambahan nitrat pada β-bloker tidak memberikan efek pada gejala maupun kapasitas olahraga. Telah disebutkan pada penelitian terbaru dimana efek pemberian trimetazidine dinilai pada pasien dengan angina yang tidak terkontrol yang diberikan diltiazem. Penelitian double-blind juga menunjukkan bahwa penambahan trimetazidine pada diltiazem full-dose menghasilkan pengurangan yang signifikan pada angka kejadian serangan iskemik, pemanjangan waktu sampai 1mM depresi 18 ST, peningkatan waktu terjadinya angina selama berolahraga, dan peningkatan kerja maksimum dari peak olahraga. Efek yang menguntungkan tersebut diperoleh tanpa kejadian hemodinamik yang merugikan maupun peningkatan terjadinya efek samping. Secara konsisten, pada berbagai penelitian, perawatan selama 4 minggu dengan pemberian trimetazidine menunjukkan pengurangan gejala dan secara signifikan meningkatkan kapasitas berolahraga pada pasien angina yang tidak dapat terkontrol oleh agen lain termasuk golongan nitrat, β-bloker, dan Ca2+ antagonis. Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa dengan perawatan selama 12 minggu dengan pemberian trimetazidine dan metoprolol secara signifikan mengurangi manifestasi atau gejala klinis jika dibandingkan dengan pemberian plasebo dan metoprolol pada pasien dengan angina stabil yang tidak dapat dikontrol dengan pemberian metoprolol saja. Efikasi Trimetazidine pada Pasien Diabetes Optimasi metabolisme jantung menghilang sebagai strategi yang atraktif untuk manajemen penyakit jantung iskemik pada pasien diabetes. Keberadaan ventrikel dapat dirusak pada pasien diabetes yang berpotensi terhadap penyakit arteri koroner, kondisi tersebut diabetic cardiomiopathy. Peningkatan asam lemak bebas dalam plasma dan oksidasi. Peningkatan asam lemak akan merusak kontraktilitas dan memicu terjadinya disritmia selama dan setelah terjadinya kondisi iskemik. Jika dibandingkan dengan penyakit jantung non diabetic, hewan coba yang diabetes atau pasien akan memiliki penurunan kapasitas uptake glukosa dan glikolisis, peningkatan oksidasi asam lemak, dan perusakan oksidasi piruvat di mitokondria. Penelitian yang mengisolasi jantung menunjukkan bahwa pergantian dari asam lemak bebas menjadi glukosa sebagai substrat metabolik untuk produksi energi merupakan efek yang baik pada jantung pasien dengan diabetes. 19 Gambar 8. Efek Trimetazidine dan ISDN pada latihan. Manipulasi klinis dari substrat metabolik merupakan suatu hal yang diharapkan pada perubahan kondisi iskemik miokardium yaitu asam lemak menjadi penggunaan glukosa. Pada studi prospektif, angka kematian pada pasien diabetes oleh karena infark miokard akut telah berkurang 30% dalam 1 tahun dengan pemberian infus GIK dalam 24 jam yang diikuti pemberian insulin multi-dose. Penelitian DIGAMI secara acak pada 620 pasien diabetes yang mengalami infark miokard akut dan menunjukkan bahwa pemberian insulin merupakan pengaruh yang baik pada semua penyebab kematian terutama kardiovaskuler, dengan pengurangan yang signifikan dari reinfark fatal dan kegagalan ventrikel kiri. Penelitian (ECLA) yang lain menggambarkan efikasi dari pemberian infus GIK terhadap pengurangan angka kematian pada pasien infark miokard akut yang telah diberikan terapi reperfusi. Penelitian meta 20 analisis yang menggunaka infus GIK menunjukkan bahwa terjadi pengurangan angka kematian sebesar 28% selarna 1 tahun pengamatan dan regimen terapi telah direkomendasikan untuk semua pasien diabetes yang menderita infark miokard akut. Mekanisme dari trimetazidine berdasarkan penggantian atau pertukaran asam lemak dengan penggunaan glukosa, membuat obat ini sebagai perawatan yang atraktif untuk angina pektoris pada pasien dengan diabetes. Hipotesa ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian dimana efikasi dan ketahanan trimetazidine telah dinilai pada pasien diabetes dengan angina stabil kronik dan telah diberikan obat anti angina konvensional 4 minggu perawatan dengan pemberian trimetazidine menghasilkan perbaikan yang signifikan pada kapasitas berolahraga dan durasi olahraga pada seluruh populasi pasien dan kelompok pasien diabetes (gambar 9). Gambar 9. Efek 4 minggu penggunaan trimetazidine. Trimetazidine dapat menurunkan tingkat dan intensitas nyeri pada angina selama berolahraga dan menurunkan serangan angina per minggu. Hasil tersebut tidak berpengaruh atau bebas dari perubahan denyut jantung 21 dan tekanan darah arteri. Koreksi dari perubahan metabolisme jantung berhubungan dengan diabetes mungkin menunjukkan pendekatan terapi inovatif dan efektif dalam manajemen penyakit jantung iskemik pada pasien dengan diabetes. Hasil didapatkan pada pasien angina dengan pemberian trimetazidine dan pada pasien infark dengan GIK merupakan hal yang konsisten dengan hipotesa. Trimetazidine merupakan obat angina yang efektif baik pada pasien dengan diabetes maupun non diabetes. Bagaimana progresifitas pada disfungsi atau gangguan jantung dengan pemberian trimetazidine pada pasien diabetes dengan penyakit arteri koroner, percobaan yang menjawab pertanyaan tersebut belum dilakukan. Efikasi Trimetazidine pada Pasien dengan Disfungsi Ventrikel Kiri Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan kegagalan fungsi jantung secara progresif. Penatalaksanaan kondisi tersebut yaitu berdasar pada ACE inhibitor, β--bloker, diuretik, dan digoxin. Modulasi metabolik merupakan cerita dan pendekatan alternatif untuk mengatasi disfungsi atau gangguan miokardium. Konsep tersebut tidak aging. Efek yang menguntungkan dari agen bahwa pengaruh metabolisme energi miokardium telah ditunjukkan pada penelitian dan studi klinis tentang reperfusi kondisi iskemia dan gagal jantung. Agen tersebut mengubah metabolisme energi asam lemak menjadi karbohidrat, memperbaiki coupling glikolisis dan penggunaan glukosa dengan aktivasi dehidrogenase. 22 stimulasi dari komplek piruvat Gambar 10. Efek 2 bulan trimetazidine LVEF. Studi klinis berperan dalam memperjelas dengan pedekatan metabolik dengan penggunaan trimetazidine pada disfungsi ventrikel kiri. Pada studi kohort yang menggunakan 20 pasien dengan disfungsi ventrikel kiri simtomatik dan perbaikan fungsi yaitu dengan adanya peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang mendapatkan terapi trimetazidine selama 6 bulan. Perbaikan yang signifikan terjadi dibandingkan pada dengan fraksi ejeksi pemberian dengan plasebo pemberian yang pada trimetazidine akhirnya lebih membutuhkan PTCA. Akhir-akhir ini, trimetazidine sangat berguna memperbaiki sebaik dobutamine terutama pada pasien disfungsi iskemik dengan penyakit arteri koroner dan fungsi ventrikel yang normal. Pada studi kali ini, pasien dikumpulkan dan dipilih secara acak selama perawatan 15 hari dengan pemberian trimetazidine oral atau plasebo. Kelompok tersebut ditukar dengan pemberian regimen dosis yang lain selama 15 hari lagi. Observasi studi tersebut mengindikasikan bahwa trimetazidine melindungi dari kondisi iskemik dan memperbaiki fungsi ventrikel yang ditunjukkan dengan pengurangan peak 23 dan angka index gerakan dinding selama periode penatalaksanaan aktif. Efek yang menguntungkan tersebut terjadi tanpa modifikasi hemodinamik sistemik yang signifikan. Efek trimetazidine pada disfungsi miokardium kronik telah dibuktikan pada 38 pasien dengan infark miokardium sebelumnya dan penyakit koroner multivessel. Setelah 2 bulan, secara acak pasien diberikan perawatan aktif, ternyata menunjukkan perbaikan yang signifikan : istirahat dan sistolik peak dan juga fraksi ejeksi tanpa perubahan denyut jantung dan tekanan darah. Peak VO2 secara signifikan meningkat pada pasien yang mendapatkan trimetazidine. Kesimpulan Modulasi metabolisme miokardium merupakan cerita, pendekatan alternatif yang bertujuan untuk melindungi sel jantung dan memperbaiki disfungsi dari miokardium dimana tersebut ditujukan pada kondisi iskemik stabil, iskemik akut, reperfusi jantung atau gagal ung kronik. Trimetazidine merupakan agen metabolik dengan memodulasi penggunaan substrat energi kardiak, melindungi jantung manusia ketika terpapar kondisi iskemik yang beruIang, memperbaiki kapasitas berolahraga pada angina kronik, memperbaiki respon kontraksi dengan stimulasi inotropik dan mencegah kondisi menjadi gagal jantung yang progresif. Trimetazidine layak sebagai alternatif atau agen hemodinamik klasik dan diberikan peluang baru untuk penatalaksanaan atau terapi penyakit lain. 24 Daftar Pustaka 1. Bergmean G., Atkinson L., Meetcalfe J., Jackson J., Jewitt D.E. Beneficial effect of enhanced myocardial carbohydrate utilization after oxfenicine (Lhydroxyphenylglycine) in angina pectoris. Eur. Heart J. (1980) 1, 247-253. 2. Fath-Ordouhadi F., Beatt K.J. Glucose-insulin-potassium therapy for treatment or acute myocardial infarction. An overview or randomized placebo-controlled trialls. Circulation (1997) 96, 1152-1156. 3. Kay I., Finelli C., Aussedat J., Guarnieri C., Rossi A. Improvement of long term preservation of the isolated arrested rat heart by trimetazidine: effects of the energy state and mitochondrial function. Am J. Cardiol (1975) 76, 45B-49B. 4. Lewandoski E.D., Kudej R.K., White L.T., O’Donell J.M., Vatner S.F. Mitochondrial preference for short chain fatty acid oxidation during coronary artery constriction. Circulation (2002) 105, 367-372. 5. Olliver M.F., Opie L.H. Effects of glucose and fatty acids on myocardiali ischaemia and arrhythmias. Luncet (1994) 343; 155-1584. 6. Parker J.O., Chiong M.A., West R.O., Case R.B., Sequential alterations in myocardial lactate metabolism, S-T segments, and left ventricular function during angina induced by atrial pacing. Circulation (1969) 40, 113-131. 7. Rowe M.J., Dolder M.A., Kirby B.J., Oliver M.F. Effect of nicotinic-acid analogue on raised plasma-free-fatty-acids after acute myocardial infarction. Lancet (1973) 2; 814-818. 8. Rowe M.J., Nellson J.M.M., Oliver M.F., Control of ventricular arrhythmias during myocardial infarction by antilipolytic treatment using a nicotinic-acid analogue. Lancet (1975) 1, 295-300. 9. Russel D.C., Olliver M.F. Effect of antilipolytic therapy on ST segment evelation during myocardial ischaemia in man. British Heart J. (1978) 40, 117-123. 10. Sentex E., Serglel J.P., Luncien A., Grynberg A. Is the cytoprotective effect of tritetazidine associated with lipid metabolism? Am J. Cardiol (1997) 195, 15362. 11. Sodi-Pallares D. Testelli M.R., Fishleder B.I, et.al. Effects of an intruvenous Infusion of a potassium-glucose-insulin solution on the electrocardiographic signs of myocardial infarction. ,Am. J. Cardiol. (1962) 9, 166-181. 12. Wisneski J.A., Gertz E.W., Neese R.A., Gruenke L.D., Cralg J.C. Dual carbonlabeled isotope experiments using D-[6-14C] glucose and L-[1,2,3-11 C3] lactate: a new approach for investigating human myocardial metabolism during ischemia. J. Am. Col. Cardiol. (1985) 5, 1138-1146. 25