Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 PERILAKU IBU PADA SWAMEDIKASI PENGOBATAN GEJALA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS PADA ANAK Ani Anggraini*1, Ida Lisni2, dan Ayu Sartika1 1 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung,Jl. Soekarno Hatta No 754 Cibiru 2 RS. Muhammadiyah, Jl. Banteng Bandung *Corresponding author email; [email protected] Abstrak Latar belakang: Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yaitu batuk, pilek, serak, demam. Survei mortalitas menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita. Tujuan: Menilai gambaran perilaku swamedikasi Ibu terhadap gejala ISPA pada Anak. Metode: Penelitian dilakukan dengan observasi dan bersifat deskriptif kuantitatif. Hasil: 38,70% ibu mengetahui apa yang di maksud dengan Gejala ISPA, 48,00% ibu membuat anak tertidur untuk penanganan pertama dan 46,70% ibu melakukan swamedikasi setelah 1-2 hari Gejala ISPA tak kunjung pulih, 43,00% ibu beralasan tidak memiliki banyak waktu untuk membawa anak ke sarana pelayanan kesehatan dan memilih melakukan swamedikasi, sebanyak 53,30% anak kembali terserang gejala ISPA setelah sembuh.1-2 bulan. Kesimpulan: Berdasarkan Penelitian ketika anak terserang gejala ISPA, ibu lebih memilih melakukan swamedikasi dan melakukan pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan setelah gejala ISPA tidak kunjung sembuh. Kata kunci: ISPA, swamedikasi, perilaku 1. PENDAHULUAN Pengobatan sendiri adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan mengobati diri sendiri menggunakan obat, obat tradisional, maupun cara lain tanpa nasehat dari tenaga kesehatan. Salah satu obat yang sering digunakan untuk swamedikasi di masyarakat adalah Obat-Obat ISPA (Supardi, 2005). Perilaku pengobatan sendiri yang di anjurkan pemerintah pada masyarakat Indonesia harus didasarkan pada ketepatan golongan, ketepatan obat, ketepatan dosis serta lama obat yang terbatas (Ditjen POM, 2007), namun WHO (Word Health Organization) 2012 menyebutkan penggunaan obat di masyarakat secara rasional didasarkan pada aspek klinik, kebutuhan setiap individu, serta kecukupan periode time serta harga yang cukup terjangkau. Hal tersebut fokus kepada 4 aspek penting dalam pengobatan rasional yakni ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan lama pengobatan dan ketepatan biaya. Masalah kesehatan di Indonesia sangatlah kompleks. Masih banyaknya penyakit yang di derita oleh masyarakat terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu menyusui serta anak di bawah lima tahun (balita). Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap berbagai penyakit, hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mulai berinteraksi dengan lingkungan dan daya tahan tubuh (imunitas) anak juga masih rendah sehingga dapat meningkatkan resiko untuk terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur. Selama bertahun-tahun infeksi saluran pernapasan (ISPA) merupakan masalah kesehatan anak penyumbang terbesar penyebab kematian balita di Indonesia (Alasagaf, 2010). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menilai gambaran perilaku swamedikasi pengobatan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Atas pada Anak. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan observasi dan bersifat deskriptif (kuantitatif) yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki yaitu tentang perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh Ibu terhadap Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Atas 83 Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 pada anaknya. Meliputi Kriteria Pasien, Analisa Data dan Pengambilan Kesimpulan dan Saran. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi responden pada pertanyaan apa yang anda (ibu) ketahui tentang gejala ISPA Apa yang anda (Ibu) ketahui tentang gejala ISPA? ∑ % Sakit Tenggorokan (serak) 0 0,00 Demam dan Pusing Batuk dan Pilek Benar Semua 6 35 34 8,00 46,70 45,30 Total 75 100,00 Tabel 2. Distribusi Responden Pada Pertanyaan Apa Yang Sudah Anda (ibu) Lakukan Untuk Penanganan Pertama Apa yang sudah anda (Ibu) lakukan untuk penanganan pertama? ∑ % Bemberi anak banyak minum air putih 0 0,00 Mengompres 7 9,30 Membuat anak tidur Memberi balsam, minyak kayu putih atau minyak telon 36 48,00 32 42,70 Total 75 100,00 Tabel 3. Distribusi Responden Pada Pertanyaan Apa Yang Dilakukan Setelah Penanganan Pertama Tidak Berhasil Apa yang dilakukan setelah penanganan pertama tidak berhasil? Menunggu sampai sembuh tanpa obat Membawa anak ke sarana pelayanan kesehatan Membeli obat setelah 1-2 hari tak kunjung pulih Membeli obat setelah 3-4 hari tak kunjung pulih Total ∑ % 1 1,30 15 20,00 35 46,70 24 75 32,00 100,00 84 Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 Tabel 4. Distribusi Responden Pada Pertanyaan Apa Alasan Anda (Ibu) Tidak Membawa Anak Ke Sarana Pelayanan Kesehatan Terlebih Dahulu Sebelum Membeli Obat Apa alasan anda (Ibu) tidak membawa anak ke sarana pelayanan kesehatan terlebih dahulu sebelum membeli obat? Biaya pelayanan kesehatan mahal Sudah tetapi gejala ISPA tak kunjung sembuh Tidak ada waktu Pelayanan kesehatan cukup jauh Total ∑ % 3 6 43 23 4,00 8,00 57,30 30,70 75 100,00 Tabel 5.Distribusi Responden Pada Pertanyaan Dalam Rentang Berapa Lama Anak Anda (Ibu) Kembali Terserang Gejala ISPA Setelah Sembuh Dalam rentang berapa lama anak anda (Ibu) kembali terserang gejala ISPA setelah sembuh? 2 minggu 3-4 bulan 1-2 bulan > dari 4 bulan Total ∑ % 2 16 40 17 2,70 21,30 53,30 22,70 75 100 Tabel 6. Distribusi Responden Pada Pertanyaan Apakah Anak Anda (Ibu) Sering Berinteraksi Dengan Perokok Apakah anak anda (Ibu) berinteraksi dengan perokok? sering ∑ % Tidak sama sekali 1 1,30 Sesekali 23 30,70 Sering 32 42,70 Sangat sering 19 25,30 Total 75 100,00 4. PEMBAHASAN Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit. Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) termasuk kedalam gejala berdasarkan tingkat keparahan penyakit ISPA ringan yaitu batuk, pilek (keluar ingus dari hidung), serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara), demam (panas) (Rasmaliah 2008). Ada beberapa cara yang bisa 85 Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 dilakukan untuk penanganan pertama yaitu beri kompres hangat atau memberi minyak yang hangat, banyak minum air putih, beri makanan bergizi, rumah dengan ventilasi cukup, banyak istirahat, segera bawa ke sarana pelayanan kesehatan apabila anak menunjukkan gejala– gejala ISPA lebih parah. Jika anak demam, anda bisa menyeka atau mengkompres tubuhnya dengan air hangat, atau memandikan dengan air hangat. Atau dengan membaluri tubuh anak dengan balsam, minyak kayu putih atau telon. Hal ini untuk mebuatnya lebih nyaman. Sehingga anak dapat beristirahat dengan nyaman. Pastikan juga anak banyak minum, Sehingga lendir disaluran napas tidak kental dan mudah dikeluarkan. Memberikan makanan bergizi dapat meningkatkan imunitas pada anak. Sebaiknya anak tinggal pada rumah yang memiliki ventilasi yang cukup sehingga asupan udarapun cukup. Jika gejala tak kunjung berkurang segera bawa anak ke sarana pelayanan kesehatan terdekat. Salah satu faktor yang dapat penimbulkan resiko ISPA adalah Kebiasaan merokok. Sekarang peroko sudah tak asing ditemui ditempat manapun akan dengan mudah kita temui peroko yang bebas menghisap dan menghembuskan asap rokoknya disembarang tempat begitupun pada tempat-tempat beradanya anak. Secara umum, efek pencemaran udara salah satunya asap rokok terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Menurut Depkes RI (2009) Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan setelah gejala ISPA tidak kunjung sembuh. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI 2006. Direktorat Jenderal. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Pharmaceutical care untuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta. 2. Rasmaliah. 2008. Infeksi Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. 4. WHO, 2012, Medicines, WHO, Ganeva, (online), http://www.who.int/medicines/areas/rational _use/en/ 5. Alasagaff H, Mukti A,2010, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya :Airlangga University Press. 5. KESIMPULAN Berdasarkan Penelitian ketika anak terserang gejala ISPA, ibu lebih memilih melakukan swamedikasi dan melakukan 86