BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAROS 2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI 2.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terletak dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40’45’50’07’ lintang selatan dan 109’205’-129’12’ bujur timur yang berbatasan dengan kabupaten Pangkep sebelah utara, Kota Makassar dan Kabupaten Gowa sebelah Selatan, Kabupaten Bone disebelah Timur dan Selat Makassar disebelah Barat. Secara administratif, kabupaten Maros terdiri atas 14 kecamatan , 80 Desa dan 23 kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan sebagai berikut : Luas wilayah menurut kecamatan Tahun 2010 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Mandai Moncongloe Maros baru Lau Turikale Marusu Bontoa Bantimurung Simbang Tanralili Tompobulu Camba Cenrana Mallawa Total Ibukota Kecamatan Bontoa Moncongloe Baju Bodoa Maccini Baji Turikale Temmapadduae Bontoa Kalabbirang Jene’taesa Borong Pucak Cempaniaga Limampocoe Sabila Jumlah desa/Kelurahan 6 5 7 6 7 7 9 8 6 8 8 8 7 11 103 Luas 49,11 46,87 53,76 53,73 29,93 73,83 93,52 173,70 105,31 89,45 287,65 145,36 180,97 235,92 1.619,11 Persentase terhadap luas Kab(%) 3,03 2,89 3,32 3,32 1,85 4,56 5,78 10,73 6,50 5,52 17,77 8,98 11,18 14,57 100,00 Sumber: diolah Pansus DPRD Kab. Maros (dalam Perda Kab.Maros No.10 tahun 2010) Ibukota kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah utara kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi selatan. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros, yang merupakan Bandar Udara terbesar di Kawasan timur Indonesia. Letak kabupaten Maros yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai kegiatan produksi dan ekonomi di kabupaten Maros. Kabupaten Maros yang terletak dibawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis-humid. Cuaca yang sangat mempengaruhi potensi pertanian di kabupaten Maros, seperti berikut ini: a. Arus Angin Arus angin yang terjadi tiap tahun sebagai berikut; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS - Pada bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah barat, barat laut dan timur barat. - Pada bulan Juni sampai Agustus angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan ratarata 7 km/jam. b. Temperatur Rata-rata temperatur sebagai berikut : - Pada Daerah Kabupaten Maros temperatur udara rat-rata berkisar antara 26’C dan 27,6’C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 34,6’C dan temperatur minimum 19,9’C. c. Curah Hujan Di Kabupaten Maros terjadi musim hujan dari bulan November sampai bulan Maret. Curah hujan bulanan rata-rata yang terjadi di kabupaten Maros dapat dilihat dalam tabel berikut : Curah Hujan Bulanan rata-rata No Kecamatan Jan Feb 1 Mandai 1910 668 2 Maros baru 1226 719 3 B.Murung 1122 689 6 Tanralili 887 455 5 Camba 877 601 6 Mallawa 161 118 7 Moncongloe 1049 713 8 Turikale 1185 700 9 Marusu 1284 573 10 Lau X X 11 Simbang X 601 12 Tompobulu 1471 719 13 Cenrana X 167 14 Bontoa X 601 Mar X 186 142 99 X X 749 155 133 X 65 127 174 65 Apr 281 146 165 55 X 98 735 142 251 X 96 325 206 96 Mei 313 219 335 334 X X 407 194 265 X 225 249 239 X Jun x 83 x x X X X X 75 X X 45 54 X Jul 46 31 30 X 14 258 46 38 X X 25 6 47 Ags 2 0 X 0 0 X X 0 32 Sep 102 17 18 X 3 55 1 X X 157 103 Okt 16 26 17 X 8 55 12 27 X X X 59 39 Nov 380 112 130 159 X 107 395 X 0 X X 147 31 107 Sumber Data: Klimatologi BMG kab.Maros 2009 (dalam Draf Final Laporan RP2I Kab.Maros Dari data yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang mendapatkan iklim yang paling sesuai untuk budidaya padi adalah daerah topografi Bantimurung dan Maros baru, yang terletak dalam kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Maros baru daerah topografi berbukit/bergunung lebih sesuai dengan tanaman palawija. d. Perubahan iklim Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah pesisir, trend peningkatan evolusi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai dan juga berpengaruh pada efektifitas Sistem drainase pada daerah irigasi di wilayah datar dekat laut. Pada wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang mengakibatkan banjir pada sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh kepada kapasitas bendungbendung irigasi yang ada dan fasilitas pencegahan masuknya lumpur pada saluran induk (kantong lumpur). Dampak yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten Maros adalah sebagai berikut : Des 943 486 684 482 X 61 977 577 84 X X 491 X 513 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS a. Pengaruh sistem drainase di wilayah datar dekat laut kecamatan Bontoa, Maros baru dan Marusu b. Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah perbukitan, khususnya di Camba, Cenrana dan Mallawa. 2.1.2. Kondisi Topografis Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara Global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian diatasmuka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja. Secera defenisi bahasanya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu anila bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Berdasarkan data hasil penelitian Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Maros, pada peta rupabumi dengan skala 1:50.000 (Surwanda Wijaya, dkk 1994) dapat diklarifikasi pengelompokan sudut lereng yang terdapat di kabupaten Maros, yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Wilayah sudut lereng ,3% Wilayah sudut lereng 3-5% Wilayah sudut lereng 5-10% Wilayah sudut lereng 10-15% Wilayah sudut lereng 30-70% Wilayah sudut lereng >70% Klasifikasi Sudut lereng di kab.Maros No Sudut Lereng Ketinggian diatas muka laut Luas (%) Bentangan Sebaran(kecamatan) dan bantuan penyusun 1 <3 0-30 33,33 Pedataran; dominan Aluvium Lau,Bontoa,Turikale, Maros baru,Marusu,Mandai ,Bantimurung,Camb a dan Tanralili Persawahan pertambakan perkebunan permukiman pertambangan 2 3-5 15-300 1,87 Permukiman perkebunan 3 5-10 25-750 4,31 Mallawa,camba,banti murung,bontoa dan Tanralili Mallawa,Camba,Tan ralili,Tompobulu dan Perbukitan,se dimen dan vulkanik Perbukitan kars dan Jenis/peruntukan lahan Perkebunan peternakan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4 10-15 100-1.565 5 15-30 25-1.540 6 30-70 100-1.458 7 >70 35-1.437 intrusi serta pegunungan vulkanik 11,48 Perbukitan intrusi vulkanik kars dan sedimen bantimurung permukiman pertambangan Mallawa,Camba,Ban timurung,Bontoa,Sim bang,Tanralili dan Tompobulu Perkebunan peternakan permukiman , Hutan belukar , Alang alang 23,30 Pegunungan vulkanik,Perb ukitan kars, intrusi dan sedimen 20,09 Pegunungan Vulkanik, Perbukitan intrusi dan Kars Mallawa,Camba,Ban timurung,Bontoa,To mpobulu,Tanralili,Mo ncongloe dan Simbang Mallawa,Camba,bant imurung,Simbang, dan Bontoa Perkebunan, Hutan lindung,Semak belukar,Peternakan,Pe rmukiman 5,61 Mallawa,Camba,bant imurung,Simbang,To mpobulu dan Tanralili Hutan lindung,Hutan produksi terbatas,Perkebunan,s emak belukar, Rekreasi. Perbukitan kars dan Pegunungan vulkanik Hutan lindung,Hutan produksi terbatas,Perkebunan,R ekreasi,Pertambangan ,Permukiman. Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros, 2009 (dalam revisi RTRW kab.Maros) Kondisi topografi Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai bergunung-gunung. Hampir semua wilayah di Kabupaten Maros terdapat daerah daratan dengan kemiringan lereng 0 – 2 % merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah sekitar 70.882 Ha atau sebesar 43,8 % dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada kemiringan 2 – 5 % dengan luas wilayah 9.165 Ha atau sebesar 6 % dari luas total wilayah. Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan 0 – 2 % dominan berada pada sebelah Barat. Daerah yang mempunyai kemiringan lereng di atas 40 % atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 % dari luas wilayah Kabupaten Maros yang berada pada sebelah timur wilayah Kabupaten Maros. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Peta Topografi 2.1.3. Geohidrologi a. Hidrologi Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan ( run off ) dan sebagian lagi meresap ke bumi dan sampai ke tempat-tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai tempat-tempat yang dalam, dimana sering dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat diperoleh dari pemboran dengan kedalaman 75-100 meter. Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros adalah berasal dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros, Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Bentimurung, Marana, Cambaya, Pattunuang Asue, Bontotengga dan Sabantang. Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian, sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10 – 15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Kondisi Daerah aliran sungai (DAS) No Nama DAS 1 Cambajawayya 2 Jeneberang 3 Maros 4 Mario 5 Minraleng 6 Camba/Laiya 7 Tompobulu 8 Bantimurung 9 Tanralili 10 Toddopulia 11 Toddolimae 12 Benteng Gajah 13 Purna Karya 14 Bone tanjora 15 Samanggi 16 Panagi 17 Cenrana 18 Galaggara 19 Balangkasa 20 Borong kaluku 21 Batu Putih 22 Pattontongan 23 Moncongloe 24 Balombong 25 Leang leang 26 Batangase –Kampala 27 Marana 28 Bulumarapa 29 Borong(Bandara) 30 Manrepo(Tombolo) 31 Balangajia(Bontolangkasa) 32 Ca’bella Total Luas DAS 10,00 68,01 841,07 14,53 524,01 36,00 277,00 29,00 19,50 7,00 9,00 12,00 8,50 10,50 6,20 6,00 14,70 41,00 8,10 11,00 20,20 16,50 14,50 7,80 11,20 8,00 4,00 18,00 4,50 4,10 10,00 6,00 2.077,92 Lahan Kritis (%) 1,30 18,39 0,46 6,67 214,91 241,73 Sumber: Dinas Kehutanan, DinasPU/SDA kab.Maros,Dinas PSDA Prov Sul-sel tahun 2009(dalam Draf final RP2I kab.Maros) BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Peta DAS Dari informasi diatas , dapat disimpulkan bahwa wilayah hulu DAS Maros sudah dalam keadaan kritis, dikarenakan erosi dan pengikisan bibir sungai. Hal ini sangat mempengaruhi aliran air sungai Maros pada musim hujan maupun musim kemarau. Ketersediaan air untuk irigasi pada musim kemarau sudah mulai menurun. b. Jenis Tanah Jenis Tanah di Kabupaten Maros diklarifikasikan dalam 4(empat) tipe : a. Alluvial Muda merupakan endapan alluvium (endapan aluvial sungai pantai dan rawa) yang berumur kuarter(resen) dan menempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan lereng <3%. Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal dengan tingkat kesuburan yang tinggi. b. Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunung api dan menempati daerah perbukitan vulkanik. Sifat sifat fisik nya berwarna coklat hingga kemerahan. c. Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan beku(intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng , 70%. Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempeng lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang tinggi, agak padu, solam dangkal, tebal 0,2-4,5 m dan sudut lereng ,70%. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS d. Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batu gamping yang menempati daerah perbukitan Kars, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng .705.Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m. Klasifikasi Jenis Tanah di kab.Maros Jenis Litologi Batuan Luas Sebaran(Kecamatan) Tanah Alluvia Endapan Alluvial 14,20%(229,91) Lau,Bontoa,Turikale,Maros Muda baru,Moncongloe,Marusu,Mandai, Camba, B.murung,Tanralili,Tompobulu Regosol Batuan vulkanik dan 26,50%(429,06) Cenrana,Camba, Mallawa,Tompobulu lapukan gunug api Litosol Batuan beku/sedimen 37,60%(608,79) Mallawa,Camba,Bantimurung,Cenrana dan lapukannya ,Simbang,mandai,Tompobulu,Tanralili Mediteran Batu Gamping & 21,70%(351,35) Mallawa,Camba,Bantimurung,Bontoa, lapukan Simbang,Tompobulu,Tanralili. Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Maros, 2009(dalam revisi RTRW) c. Klimatologi Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 – 82 %, curah hujan tahunan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata-rata 29°C. Kecepatan angin rata-rata 2 – 3 knot/jam. Daerah Kabupaten Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah hujan yakni : a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai Septembar Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Beberapa desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode bulan Oktober sampai Maret dan musim kemarau dalam bulan April sampai September. d. Curah Hujan Jumlah curah Hujan dan banyaknya hari Hujan menurut bulan Tahun 2010 di kabupaten Maros Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Curah Hujan (2) 1.033 532 274 218 430 197 Jumlah hari Hujan (3) 30 23 16 20 28 21 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 229 88 330 201 455 752 395 19 17 25 25 23 27 23 Sumber: Stasiun Klimatologi Klas I (dalam Maros dalam Angka 2010) e. Informasi Geografis Lainnya Geologi dan Geomorfologi a. b. c. d. Kabupaten Maros terbagi dalam empat satuan geomorfologi, sebagai berikut : Satuan pegunungan Vulkanik: menempati bagian utara, tengah dan timur puncak tertnggi Bulu lekke (1.361 m dpl) menempati luas 30% dari luas daerah kabupaten Maros. Satuan perbukitan vulkanik: intrusi dan sedimen. Menempati daerah perbukitan yang menyebar secara setempat-setempat sekitar 15% dari luas Kabupaten Maros. Satuan perbukitan Kars: satuan perbukitan ini tersebar cuckup luas pada bagian tengah, timur laut daerah kabupaten Maros. Satuan Pedataran Alluvium: terletak dibagian barat yang tersebar dengan arah utara-selatan, menempati sekitar 25% dari luas daerah Kabupaten Maros. Pembagian Satuan Geomorfologi kab.Maros No Satuan Daerah Luas Ciri Morfologi Geomorfologi Sebaran Daerah 1 Pegunungan Utara,tengah, 30 Relief Vulkanik timur Topografi,Tinggi kemiringan,lereng terjal, tekstur topografi kasar 2 Perbukitan Tersebar 15 Perbukita vulkanik setempatsetempat-setempat setempat tidak kemiringan lereng terkonsentrasi sedang 3 PerbukitanKarst Tengah dan 30 Relief topografi Timur laut kars membentuk tower tower dengan relief yang kasar 4 Pedataran alluvial Bagian Barat 25 Topografi Datar, dengan arah relief rendah, penyebaran tekstur topografi Utara sampai halus selatan Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros,2009 (dalam revisi RTRW) Bantuan Penyusun Batuan gunung api Batuan vulkanik,Beku(intrusi) dan sedimen Batu gamping(batu kapur) Endapan aluvial BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 2.2. ADMINISTRASI Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 km dan secara administrasi pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/ kelurahan. Kedudukan secara administratif berbatasan dengan : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Banyaknya Desa/kelurahan, lingkungan, dusun, rukun warga/rukun kampung dan rukun tetangga menurut kecamatan tahun 2010 Kecamatan Desa/Kelurahan Lingkungan Dusun Mandai 6 10 16 Moncongloe 5 0 17 Maros Baru 7 11 13 Marusu 7 0 25 Turikale 7 31 0 Lau 6 19 6 Bontoa 9 3 34 Bantimurung 8 4 33 Simbang 6 0 24 Tanralili 8 2 30 Tompobulu 8 0 35 Camba 8 6 22 Cenrana 7 0 33 Mallawa 11 3 32 Jumlah 103 89 320 Sumber: Badan pemberdayaan Masyarakat dan pemerintah Desa Kab.Maros(Maros dalam angka 2010) Peta administrasi BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 2.3. KEPENDUDUKAN 1. Kepadatan Penduduk Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 berjumlah 319.020 jiwa, yang tersebar di 14 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 41.294 jiwa yang mendiami Kecamatan Turikale. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Namun di Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin laki-lakil lebih besar dari 100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut lebih besar dari penduduk perempuan. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Turikale,1.380 jiwa/km2. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km2. Tingkat Kepadatan penduduk menurut Kecamatan tahun 2010 Kecamatan Luas % Jumlah penduduk(orang) Mandai 49,11 0,03 35.044 Moncongloe 46,87 0,03 16.939 Maros Baru 53,76 0,03 23.987 Marusu 53,73 0,03 25.226 % 21,64 10,46 14,81 15,58 Kepadatan penduduk 714 361 446 469 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Turikale Lau Bontoa Bantimurung Simbang Tanralili Tompobulu Camba Cenrana Mallawa 29,93 73,83 93,52 173,70 105,31 89,45 287,66 145,36 180,97 235,92 Jumlah total 1.619,12 0,02 0,05 0,06 0,11 0,07 0,06 0,18 0,09 0,11 0,15 41.319 24.201 26.573 28.078 22.209 24.456 14.104 12.554 13.593 10.719 319.002 25,52 14,95 16,41 17,34 13,72 15,10 8,71 7,75 8,40 6,62 1.381 328 284 162 211 273 49 86 75 45 197 Sumber; BPS Kab.Maros(Maros dalam angka 2010) 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dimaksudkan untuk melihat struktur lapangan kerja sebagai mata pencaharian utama masyarakat di kabupaten Maros. Adapun lapangan kerja masyarakat di kabupaten Maros meliputi; PNS/TNI-POLRI, pertanian, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan wiraswasta. 3. Pendidikan Pembagunan bidang Pendidikan bertujuan utuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat , hal ini berkaitan dengan dengan berbagai program yang dicanagkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Peninhkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh pendidikan tentunya harus diikuti dengan peningkatan penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidikan yang memadai. Kebutuhan fasilitas pendidikan sangat tergantung pada jumlah penduduk usia sekolah. Sesuai standar kebutuhan untuk keberadaan fasilitas pendidikan didasarkan pada jumlah ruang kelas , radius pelayanan setiap fasilitas dan lahan yang dibutuhkan. 4. Kesehatan Di kabupaten Maros pada tahun 2010 terdapat 3 rumah sakit , 2 rumah bersalin, 14 puskesmas, 392 posyandu, 4 balai kesehatan , 34 puskesmas pembantu, 61 puskesdes dan 2 polindes. Dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), jumlah akseptor baru yang terjaring pada tahun 2010 sebanyak 11.562 orang. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di kabupaten Maros 2007-2010 Tahun Rumah Rumah Klinik/Balai Puskesmas Posyandu Pustu Poskesdes polindes sakit bersalin kesehatan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 2007 2008 2009 2010 2 2 2 3 1 2 2 2 14 14 14 14 389 392 392 392 0 2 2 4 35 34 34 34 1 27 58 61 12 2 2 2 Sumber: Dinas Kesehatan kab.Maros (Maros dalam Angka 2010) Banyaknya tenaga Kesehatan menurut kecamatan di Kabupaten Maros Kecamatan Dokter Mandai Moncongloe Maros baru Marusu Turikale Lau Bontoa Bt.Murung Simbang Tanralili Tompobulu Camba Cenrana Mallawa Jumlah 6 2 1 5 6 3 1 3 4 3 1 2 2 2 41 Dokter gigi 4 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 32 Tenaga Medis Jumlah perawat dokter 10 13 4 8 4 12 6 12 9 7 5 12 4 14 6 16 6 6 5 8 3 11 4 3 4 2 3 13 73 137 Bidan Farmasi 18 12 7 5 13 9 9 11 8 10 4 7 5 5 123 3 4 0 3 2 3 1 3 0 0 1 1 1 0 22 Ahli gizi 5 2 2 3 4 4 3 3 2 2 1 1 1 1 34 Tenaga medis Teknisi Kesehatan Sanitasi medis masy 2 2 6 1 0 6 0 1 2 1 2 5 0 1 6 2 2 9 3 2 4 1 1 4 1 1 3 0 1 2 0 0 4 0 0 3 1 0 2 0 1 3 12 14 59 Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010) 5. Sosial Masyarakat Sikap dan prilaku manusia dalam melaksanakan kehidupannya pada dasarnya dilandasi dengan keyakinan dan agama yang dianut dan menjadi pedoman yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Struktur Penduduk menurut agama di kabupaten Maros didominasi oleh penduduk yang menganut agama Islam. Perkembangan pembangunan dibidang spritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Banyaknya tempat Peribadatan menurut kecamatan tahun 2010 Kecamatan Mandai Moncongloe Maros baru Marusu Turikale Lau Bontoa Bt.Murung Simbang Tanralili Masjid 55 26 43 34 46 49 40 53 47 46 Musholla 7 1 5 8 3 2 1 6 Gereja 4 2 4 2 4 Pura - Vihara - BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Tompobulu Camba Cenrana Mallawa Jumlah 47 37 38 36 2 7 1 4 1 1 - 597 - 47 18 0 0 Sumber: Kementerian Agama Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010) PEREKONOMIAN 1. Pertumbuhan Ekonomi Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangannya PDRB nya . Nilai PDRB kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun . hal ini dipengaruhi oleh prodduksi beberapa jenis komoditas kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan , disamping itu harga komoditas beberapa jenis kegiatan ekonomi tersebut juga mengalami peningkatan. Tabel . Nilai dan Kontribusi sektor PDRB tahun 2007 s/d 2011 atas dasar harga Konstan Kab.Maros 2007 No Sektor 1 Pertanian 2 (Rp) 2008 % (Rp) 393.598,73 41,00 405.983,67 Pertambangan & Penggalian 14.629,81 1,52 3 Industri Pengolahan 209.664,59 4 Listrik,Gas & Air bersih 5 2009 (Rp) % 40,04 420.285,13 39,01 444.070,76 38,51 15.392,72 1,52 16.345,04 1,52 17.387,77 1,51 21,84 226.453,81 22,33 245.187,79 22,76 267.841,09 23,23 8.275,73 0,86 8.893,70 0,88 9.629,22 0,89 10.522,96 0,91 Konstruksi 14.561,32 1,52 15.856,18 1,56 17.342,35 1,61 19.268,04 1,67 6 Perdagangan,Hotel & Restoran 76.237,68 7,94 82.225,18 8,11 88.882,05 8,25 97.521,84 8,46 7 51.694,39 5,38 56.543,55 5,58 61.395,58 5,70 67.445,90 5,85 8 Pengakuan & Konsumsi Keuangan,Sewa, & Perusahaan 56.777,13 5,91 60.382,22 5,96 64.293,40 5,97 67.225,79 5,83 9 Jasa-Jasa 134.596,54 14,02 142.181,47 14,02 154.117,41 14,30 161.897,82 14,04 100,00 1.013.912,50 100,00 1.077.477,97 100,00 1.153.181,97 PDRB (Rp) % Js. 960.035,92 Sumber: BPS % 2010 100,00 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 7,5 6,27 5,61 5 4,33 4,58 2006 2007 3,11 2,5 0 2005 2008 2009 Perekonomian Daerah Sebagian besar dari luas wilayah kabupaten Maros merupakan dataran rendah sehingga sangat potensial untuk kegiatan sektor- sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kawasan pantai sepanjang 31 km sangat sesuai dengan kegiatan pengelolaan hasil laut. Disamping itu potensi perairan Pantai tersebut dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari. a. Pertanian Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang memiliki pengusahaan pertanian tanaman pangan pertanian yang sangat strategis di provinsi Sulawesi selatan. Luas baku areal persawahan tahun 2009 mencapai 25.919 Ha. Total areal persawahan yang paling luas adalah kecamatan Bantimurung mencapai 3.908 Ha. Total produksi padi pada tahun 2009 sebesar 271.570 ton dengan luas panen 44.907 Ha. Produksi jagung sebesar 24.899 Ton dengan luas panen 5.000 Ha. Hasil produksi perkebunan rakyat yang utama adalah kemiri(sekitar 5.500-6.000 ton) dan jambu mente sekitar 5.00-1.000 ton. Produksi hasil hutan terdiri dari Kayu Jati sekitar 850.000 ton, bambu 175.000 batang, rotan 400.000 ton dan getah pinus sekitar 550.000 kg. b. Peternakan Populasi ternak di kabupaten Maros adalah Sapi, kerbau dan kambing dan unggas.Pada tahun 2009 berdasarkan Sumber data dari Dinas Perikanan, kelautan dan peternakan kab. Maros Jumlah populasi Sapi sebanyak 30.403 ekor, sedangkan kerbau 4.041 ekor dan Kambing 11.569 ekor, kuda 4.452 ekor. Untuk populasi ternak unggas, ayam kampung sebanyak 390.351 ekor, total ayam petelur 212.723 ekor, ayam pedaging 7.982.504 dan itik 241.706 ekor. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS c. Perikanan Usaha perikanan kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 ton, dengan jenis tangkapan ikan, teripang dan kepiting. Sedangkan untuk produksi perikanan darat sebesar 506,6 ton yang terdiri atas ikan bandeng dan windu. d. Pertambangan dan galian Komoditas unggulan yang lain di kabupaten Maros adalah sektor pertambangan. Namun baru sebagian kecil dieksploitasi. Dengan demikian peranannya terhadap PDRB kabupaten Maros relatif sangat rendah yaitu berkisar 1,30 persen. e. Perdagangan Peluang pengembangan sektor perdangan kabupaten Maros, sangat potensial dengan posisi strategis sebagai wilayah pendukung Mamminasata. Kegiatan perdagangan dengan skala besar adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan meliputi ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang semuanya itu diproduksi secara lokal. Kegiatan perdagangan potensi produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap perdagangan antar pulau , antar daerah. f. Perindustrian Sektor industri kabupaten Maros menunjukkan kecenderungan meningkat baik dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun nilai investasinya. Industri kabupaten Maros terbagi atas tiga kelompok yaitu industri besar, menengah dan kecil. Kegiatan industri kabupaten Maros telah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Lokasi industri umumnya berada pada jalur utama (jalan arteri), berdasarkan RTRW kabupaten Maros dan rencana tata ruang kawasan metropolitan Mamminasata, kawasan industri ditetapkan di kecamatan Marusu. g. Pariwisata Potensi Sumber daya alam (SDA) unggulan kabupaten Maros lainnya adalah potensi wisata alam seperti permandian alam Bantimurung, Cagar alam Karaenta, taman wisata alam Goa Pattunuang, taman safari puncak, permandian air panas Reatoa, air terjun Lacolla dan bonto somba, Batu Napara / sungai putedan pasir putih Kuri. Potensi wisata lainnya adalah taman purbakala leang-leang yang terletak pada perbukitan kapur yang curam, sekitar 17km dari kota Maros. Sebagian dari objek-objek wisata tersebut masih belum dikembangkan dan dikelola secara profesional. Khusus untuk objek wisata alam Bantimurung dengan kondisi alam tropis yang subur menjadikan daerah ini sebagai permukiman yang ideal dari berbagai jenis Kupu-kupu, dimana pada saat ini tercatat sekitar 150 jenis kupu-kupu yang di daerah lain sudah amat sulit ditemukan. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS VISI dan MISI Kabupaten Maros Visi Mewujudkan masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui Pemerintahan yang bersih dan profesional. Yang Sejahtera menurut pengertian Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan takwa kepada Tuhan yang maha Esa. Berdasarkan pengertian tersebut indikatornya adalah tercukupinya kebutuhan minimum hak dasar yang meliputi; pangan, kesehatan, pedidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik. Yang dimaksud beriman adalah menjalankan ibadah yang telah disyariatkan oleh agama, ini mencakup aspek amalan hati, perkataan dan perbuatan dan tunduk kepada Allah, terhadap perintah dan larangannya. Indikatornya adalah dilaksanakannya nilai- nilai keagamaan bagi para pemeluk agama. Yang dimaksud Pemerintahan yang bersih dan profesional adalah pemerintah yang menjalankan prinsip-prinsip Good Governance yang meliputi 10 prinsip yaitu: 1. Akuntabilitas: adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari pembangunan daerah harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentua peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pengawasan: adalah setiap kegiatan pembangunan daerah dipantau secara proporsionalbaik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau rakyat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Daya tanggap: adalah tingkat kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap perkembangan dan dinamika masyarakat untuk penanganan segera. 4. Profesionalisme: adalah tingkat kemampuan penyelenggara pemerintah yang menguasai bidangnya sehingga mampu memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakat. 5. Efesiensi dan efektifitas: terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya secara optimal dengan hal yang maksimal. 6. Transparansi: adalah keterbukaan informasi yang benar , jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 7. Kesetaraan: adalah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. 8. Wawasan ke depan: adalah membangun daerah berdasarkan visi dan strategis yang jelas dan mengikut sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya. 9. Partisipasi: adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembangunan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. 10. Penegakan hukum: adalah mewujudkan supremasi hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Misi 1. 1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan mendorong secara sungguh-sungguh simpul perekonomian; 2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan melalui penciptaan iklim, usaha yang kondusif; 3. Penataan biroksasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik; 4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan; 5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat; 6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan; 7. Meningkatkan pembinaan keagamaan; 8. Meningkatkan pemberdayaan perempuan; 9. Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup. Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya kemudian dijabarkan secara lebih sistematis ke dalam perumusan strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan. Selain itu, untuk mengukur ketercapaian kinerja maka dirumuskanlah pula indikator sebagai tolak kinerja. 2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, oleh Pemerintah Kabupaten Maros telah dilakukan penyesuaian dan penataan organisasi perangkat daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga dalam kurun waktu tahun 2008 telah diberlakukan Struktur Organisasi Perangkat Daerah. Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada awalnya Pemerintah Kabupaten Maros telah menetapkan Organisasi Perangkat Daerah yang terdiri dari 15 (lima belas) dinas, 7 (tujuh) badan, 6 (enam) kantor termasuk Inspektorat, Satpol PP dan RSUD, serta 2 (dua) sekretariat, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini : 1. 2. 3. 4. 5. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Kesehatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Dinas Pekerjaan Umum Dinas Tata Ruang dan Perumahan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Dinas Pengelola Keuangan Daerah Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran Dinas Pertanian Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Bdan Kepegawaian Daerah dan Diklat Badan Lingkungan Hidup Kantor Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kantor Perpustakaan dan Arsip Kantor Pengelola Daerah Kawasan dan Penanaman Modal Inspektorat Rumah Sakit Umum Salewangang Satuan Polisi Pamong Praja Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Seiring dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan senantiasa dilaksanakan, sehingga sampai dengan akhir Desember Tahun 2010 telah dilakukan penyesuaian/perubahan Organisasi Perangkat Daerah dan berlaku efektif pada Tahun 2011 sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Dinas Pekerjaan Umum Dinas Tata Ruang dan Perumahan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Dinas Pengelola Keuangan Daerah Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas Pertanian Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Dinas Pemuda Olah Raga dan Seni Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Lingkungan Hidup Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal Kantor Perpustakaan dan Arsip Kantor Pendapatan Daerah Inspektorat Rumah Sakit Umum Salewangang Satuan Polisi Pamong Praja Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Sekretariat KORPRI 2.10. TATA RUANG WILAYAH Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maros meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa taman margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah. Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Maros. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Tabel 52 Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Maros No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase 1 2 3 4 1 Kawasan Bandara 2 Kawasan Hutan Lindung 3 Kawasan Hutan Produksi 4 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 5 Kawasan Konservasi 6 Kawasan Mangrove 7 Kawasan Perikanan 8 Kawasan Perkebunan 9 Kawasan Permukiman 10 Kawasan Pertambangan 11 Kawasan Pertanian Lahan Kering 12 Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah 13 Kawasan Tambak 14 Sungai Total 384 14.611 0.26 10.05 15.364 10.57 6.434 4.43 28.611 19.69 135 0.09 286 0.20 7.165 4.93 3.442 2.37 48 0.03 29.344 20.19 28.688 19.74 987 6.74 1.010 0.70 145.311 100 Sumber: Hasil Analisis Tim, 2011 . Arahan kawasan lindung ditetapkan dengan dasar sebagai berikut: 1. Menetapkan kawasan lindung sebesar minimal 30% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Maros yang dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau biasa disebut juga Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, termasuk berbagai kawasan konservasi. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin katersediaan sumber daya air. 3. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumbedaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Maros mutlak ada dan diperlukan, baik untuk perlindungan pada lingkup ruang wilayah Kabupaten Maros maupun untuk perlindungan pada wilayah sekitarnya. Perlindungan ini dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya beserta aktivitasnya dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam, dan/atau ulah manusia dan makhluk hidup lainnya yang merusak kealamian, kelestarian dan keselamatan tata kehidupan. Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan adanya kegiatan manusia. Yang termasuk kawasan lindung di Kabupaten Maros terbagi atas : Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; Kawasan perlindungan setempat; Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya; Kawasan rawan bencana alam; Kawasan lindung geologi; dan ▪ Kawasan lindung lainnya. 4.1.1 Kawasan Yang Bawahannya Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan tujuan mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi, menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsure hara tanah, air tanah, dan air permukaan serta memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan. Dilihat dari fungsinya, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya terdiri dari Kawasan hutan lindung dan Kawasan resapan air. Dalam RTRWK ini, penentuan kawasan lindung didasarkan pada Peta Kawasan Hutan Kabupaten Maros yang dikeluarkan Departemen Kehutanan. Melengkapi peta kawasan tersebut, juga dilakukan analisis penentuan peruntukan kawasan dalam skala yang lebih rinci berdasarkan data elevasi (wilayah dengan elevasi di atas 2.000 m dpl – sesuai Peta Kontur digital dari Bakorsutanal menjadi kawasan lindung), kemiringan lereng (>45 % masuk kawasan lindung), dikombinasikan dengan data intensitas hujan dan sifat fisik tanah. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS a. Hutan Lindung Sebaran luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros terdapat di 7 (tujuh) wilayah kecamatan antara lain: Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Tompobulu. Pengembangan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Maros, dilakukan dengan : a. Dilakukan pendelineasian kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung sesuai rencana pemanfaatan ruang. b. Menghindari kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung yang dapat merusak fungsi lindung dan menimbulkan degradasi lingkungan sementara ataupun permanen. c. Melakukan perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di hutan lindung tersebut. d. Pembatasan dan relokasi kegiatan budidaya yang sudah ada dari hutan lindung ke lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam rencana pemanfaatan ruang. e. Penetapan enclove bagi kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung guna menghindari perkembangan kegiatan budidaya tersebut. f. Penegasan status lahan kawasan lindung oleh instansi terkait sehingga jelas dan tegas peruntukannya dan keberadaannya terlindungi. g. Reboisasi terhadap hutan lindung atau lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung sehingga sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan hasil analisis pola ruang kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros memperlihatkan bahwa beberapa kawasan hutan lindung yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Kabuaten Maros melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Selanjutnya dari hasil kaji analisis fungsi kawasan hutan berdasarkan kriteria, fungsi dan pola sebarannya memperlihatkan sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros, meliputi: wilayah Kecamatan Mallawa, Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Tompobulu. Keberadaan dan terpeliharanya kawasan lindung di Kabupaten Maros dianggap sangat urgen. Pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, seperti di kebanyakan wilayah Kabupaten Maros, kawasan lindung menjadi penyangga bencana banjir, longsor dan erosi. Hutan lindung menjaga kelestarian sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Maros untuk mendukung dan melindungi kawasan budidaya potensial yang ada di bawahnya, dan untuk menjaga kelestarian ragam hayati, demi kepentingan masa kini maupun masa depan penduduk di Kabupaten Maros. Ada sebagian kawasan hutan di wilayah Kabupaten Maros yang telah kritis, oleh karena itu reboisasi dan perubahan peran komunitas di kawasan hutan dari mencari nafkah dengan menebang pohon tak terkendali menjadi mendapatkan tambahan nafkah karena perannya sebagai penjamin fungsi hutan. Revitalisasi fungsi hutan dan peran BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS masyarakat ini sangat penting untuk ikut andil dalam mengendalikan proses perubahan iklim dan pemanasan global. Tekanan terhadap kawasan lindung juga akan terjadi di sekitar jalan-jalan penghubung baru. Seperti yang juga terjadi di beberapa wilayah, pembukaan atau peningkatan aksesibilitas dan kapasitas jalan selalu diikuti oleh perobahan tata guna lahan melalui proses alih fungsinya. Khususnya di kawasan lindung, pengendalian alih fungsi ruang di sepanjang kanan dan kiri jalan perlu pengendalian yang sangat ketat. Perlu dibuat sistem pengamanan yang tidak hanya mengandalkan aspek legal hukum dan pengawasan dari petugas, tetapi juga sistem pengamanan yang melibatkan masyarakat itu sendiri, dikemas dalam program yang arif bijaksana. Hendaknya, kegiatan permukiman secara tegas dibatasi, tetapi diarahkan pada kegiatan dan bangunan dalam rangka wisata alam yang dikaitkan dengan konservasi kawasan lindung. Luas kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros adalah kurang lebih seluas 14.611 ha. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 53. Tabel 53 Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Maros No Kawasan Hutan Lindung Luas (Ha) Persentase 1 2 3 4 1 Kec. Bantimurung 2,417 16.54 2 Kec. Bontoa 323 2.21 3 Kec. Cenrana 4,972 34.03 4 Kec. Lau 87 0.59 5 Kec. Mallawa 574 3.93 6 Kec. Simbang 16 0.11 7 Kec. Tompobulu 6,222 42.59 14.611 100 Jumlah Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2011 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat juga dimanfaatkan sebagai kawasan lindung yang melindungi daerah setempat dimana kawasan tersebut berada. Pada kawasan ini tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan apabila telah terdapat kegiatan budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi kegiatan budidaya. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari : a. Kawasan Sempadan Pantai Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Maros terdapat di pesisir pantai di Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Marusu, Kecamatan Lau, dan Kecamatan Bontoa. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantai berpasir dengan substrat didominasi oleh pasir yang berasal dari laut maupun yang berasal dari daratan terbawa sungai atau sedimentasi maupun erosi pantai, serta daratan sepanjang tepian laut, dengan ketentuan : - Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi kearah darat; atau - Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan hutan bakau (mangrove) yang merupakan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Bontoa seluas kurang lebih 5 hektar, Kecamatan Lau seluas kurang lebih 14 hektar, Kecamatan Maros Baru seluas kurang lebih 56 hektar, dan Kecamatan Marusu seluas kurang lebih 60 hektar yang merupakan bagian dari sempadan pantai. Pengembangan kawasan sempadan pantai, adalah: Adanya perlindungan terhadap kawasan hutan bakau yang ada saat ini dan perbaikan terhadap hutan bakau yang rusak. Pembangunan areal tambak diarahkan di luar garis hutan bakau, jadi tidak merusak hutan bakau yang ada. Memberikan status hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian hutan bakau sehingga aman dari berbagai gangguan. Pengembangbiakan berbagai fauna di kawasan hutan bakau untuk mendukung pelestarian lingkungan. Pengendalian perkembangan perkampungan di sepanjang pantai. Rehabilitasi kawasan hutan bakau yang sudah mengalami kerusakan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS b. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sungai yang perlu mendapat perlindungan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sungai dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kawasan sungai dari gangguan manusia. Sempadan sungai ditetapkan di Sungai Lekopancing, Sungai Bantimurung, dan Sungai Maros dengan ketentuan : - Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; - Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan - Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. Sempadan sungai adalah lahan di kiri dan kanan sungai yang dapat dipengaruhi oleh keadaan air sungai. yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Maros. Pengembangan kawasan sempadan sungai, adalah : Adanya perlindungan terhadap sempadan sungai yang ada saat ini. Dilakukannya kegiatan reboisasi di sepanjang sempadan sungai untuk mendukung kelestarian alur sungai dan air sungainya itu sendiri. Memberikan status hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian sempadan sungai sehingga aman dari berbagai gangguan. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya di sempadan sungai. Pembebasan lahan atau penguasaan lahan sempadan sungai oleh lembaga berwenang sehingga aman dari gangguan. c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Kawasan sekitar danau di Kabupaten Maros, meliputi Waduk Lekopancing Kecamatan Tanralili dan Bendung Bontosunggu Kecamatan Tompobulu, dengan ketentuan : - Daratan dengan jarak paling sedikit 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau - Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. . d. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kabupaten Maros adalah menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, social budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik paling sedikit 20% (dua puluh BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS persen) dan RTH Privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luar kawasan perkotaan yaitu PKN, PKLp dan PPK di Kabupaten Maros. Kawasan RTHKP adalah sarana RTH kawasan perkotaan Maros, meliputi: - Kawasan hijau pertamanan kota terebar di kawasan perkotaan ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kota-kota satelit Kabupaten Maros, dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan penunjang pada kawasan pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, industri dan perumahan; Kawasan hijau rekreasi dan olahraga di perkotaan (lapangan olahraga); Kawasan hijau pertanian yang di kawasan perkotaan; Kawasan hijau di sepanjang jalur jalan, sempadan sungai, pantai, dan danau atau waduk; Taman Pemakaman Umum di Kecamatan Mandai; Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan di perkotaan; - . BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.3. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Kawasan Cagar Budaya Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah,ilmu pengetahuan, dan pembangunan pada umumnya serta melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan keanekaragaman bentuk geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros, meliputi Kawasan Taman Nasional, Kawasan Pantai Berhutan Bakau, dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Kawasan konservasi Taman Nasional didefinisikan sebagai satuan wilayah yang memiliki keragaman hayati yang unik atau langka sehingga perlu dicegah kepunahannya dengan memberikan perlindungan khusus. Pengelolaan kawasan konservasi ditentukan oleh macam perlindungannya, seperti cagar alam akan dikelola dengan teknik berbeda dari taman nasional misalnya. Kawasan konservasi dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui balai-balai konservasi yang ada di Provinsi. Kawasan konservasi di Kabupaten Maros, adalah Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung seluas kurang lebih 28.610 (dua puluh delapan ribu enam ratus sepuluh) hektar, meliputi: a. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Bantimurung seluas kurang lebih 6.750 (enam ribu tujuh ratus lima puluh) hektar; b. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Camba seluas kurang lebih 3.623 (tiga ribu enam ratus dua puluh tiga) hektar; c. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 2.825 (dua ribu delapan ratus dua puluh lima) hektar; d. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 10.024 (sepuluh ribu dua puluh empat) hektar; e. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Simbang seluas kurang lebih 4.184 (empat ribu seratus delapan puluh empat) hektar; dan f. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 1.204 (seribu dua ratus empat) hektar. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros, yang meliputi: a. Bangunan dan lingkungan arkeologi, yakni : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Situs Prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung; Situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa;dan Situs Bulu Sipong di Kecamatan Bontoa; b. Bangunan dan lingkungan peninggalan sejarah, yakni : Rumah Adat Karaeng Loe di Pakere di Kecamatan Simbang; Kompleks Makam Kassi Kebo di Kecamatan Maros Baru; dan Kompleks Makam Karaeng Simbang di Kecamatan Bantimurung. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.4 Kawasan Rawan Bencana Alam Karakteristik wilayah Kabupaten Maros yang terdiri dari wilayah dataran tinggi (pegunungan) dan dataran rendah (daerah Pesisir) memiliki potensi terjadinya bencana alam (kawasan rawan bencana). Untuk menghindari terjadinya dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut tentunya dibutuhkan perencanaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap ekosistem sekitarnya dan perlindungan terhadap aktifitas manusia. Kawasan rawan bencana diidentikkan sebagai kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya, terdiri atas; - Kawasan rawan bencana banjir berada di sebagian Kecamatan Maros Baru, sebagian Kecamatan Lau, sebagian Kecamatan Marusu, sebagian Kecamatan Bontoa, sebagian Kecamatan Turikale, sebagian Kecamatan Simbang, dan sebagian Kecamatan Bantimurung;dan - Kawasan rawan tanah longsor berada di sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa dan sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung; Kegiatan pengembangan di lahan yang rawan bencana alam, adalah: a. Dilakukannya kegiatan reboisasi di kawasan ini sehingga memberikan keamanan kepada penduduk di sekitarnya. b. Menghindari kegiatan budidaya baik pertanian maupun permukiman, sehingga lahan seperti ini tidak membahayakan aktifitas manusia di sekitarnya. c. Adanya pendelineasian dan pemetaan yang tegas mengenai lahan-lahan yang rawan bencana alam, sehingga terhindar dari bencana alam. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air diarahkan untuk menjamin kelestarian ekosistem alami dalam penyerapan air hujan sehingga tidak terjadi run-off dalam jumlah berlebihan yang berpotensi menjadi genangan banjir dengan strategi : - Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air; Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air; Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Berdasarkan Pedoman Pengendalian Kawasan Rawan Banjir, terdapat 2 (dua) pendekatan dalam penanganan banjir, yaitu: - - Pengendalian Struktural terhadap banjir Pelaksanaan pengendalian ini dilakukan melalui kegiatan rekayasa teknis, terutama dalam penyediaan prasarana dan sarana serta penanggulangan banjir (Pedoman Penanggulangan Banjir (A-71). Pengendalian Non Struktural (Pengendalian Terhadap Pemanfaatan Ruang) Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat bencana banjir, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui pengelolaan daerah pengaliran, pengelolaan kawasan banjir, flood proofing, penataan sistem permukiman, sistem peringatan dini, mekanisme perijinan, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan (limitasi) pemanfaatan lahan dalam rangka mempertahankan keseimbangan ekosistem. Untuk pengelolaan ruang kawasan rawan banjir diarahkan pada penanganan banjir yang berupa pencegahan dini (preventif) dan pencegahan sebelum terjadinya bencana banjir (mitigasi), yang terdiri dari kombinasi antara upaya struktur (bangunan pengendali banjir) dan non-struktur (perbaikan atau pengendalian DAS). Penetapan kawasan rawan bencana alam akan membawa dampak perlunya penerapan pengelolaan kawasan sebagaimana yang telah diarahkan dalam RTRWN, yaitu: a. Pola pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah meliputi: - Pengembangan vegetasi yang berfungsi untuk menahan laju gerakan tanah; Pengembangan sistem jaringan drainase; Pengembangan bangunan penahan gerakan tanah; dan Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi fisik kawasan. b. Pola pengelolaan kawasan rawan gempa bumi besar meliputi: - Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi; dan - Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa. c. Pola pengelolaan zona patahan aktif meliputi: - Pengkajian gerakan patahan aktif; dan - Pengaturan lokasi permukiman serta prasarana dan sarana agar berada di luar jalur patahan. d. Pola pengelolaan kawasan rawan abrasi meliputi: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS - Pembatasan dan pengaturan pusat permukiman dan kegiatan manusia di kawasan yang pernah dan/atau rawan abrasi; Pemanfaatan dan pengembangan teknologi pemecah gelombang laut yang berpotensi mengikis tanah atau batuan; dan Pengembangan vegetasi bakau untuk melindungi kawasan rawan abrasi dan mencegah terjadinya abrasi. e. Pola pengelolaan kawasan rawan bencana alam banjir meliputi: - Pengendalian kegiatan manusia di kawasan rawan bencana banjir untuk melindungi manusia, kegiatan budidaya, serta prasarana dan sarana penunjang perikehidupan manusia; dan - Pengembangan prasarana pengendali banjir. Langkah preventif pada kawasan rawan bencana : a. b. c. d. Banjir : perlu mempertimbangkan daya dukung fisik lingkungan, memperhatikan pola kemiringan dasar saluran (desain) dalam membangun drainase, dan dalam perencanaan dan penanganan banjir di kawasan, berpedoman pada konsep satu kesatuan sistem/subsistem daerah pengaliran sebagai satu konsep pengelolaan; Gempa bumi (dataran tinggi) : ditujukan untuk meminimalisir aktivitas manusia; Gunung berapi (pegunungan) : ditujukan untuk meminimalisir sedimentasi melalui penerapan teknologi/rekayasa teknis; dan Longsor (pegunungan) : ditujukan untuk meminimalisir sedimentasi melalui penerapan teknologi/rekayasa teknis serta memperkuat struktur tanah. Pada mitigasi bencana jangka pendek lebih ditujukan kearah penyelamatan jiwa dan harta benda, sedangkan mitigasi bencana jangka panjang ditujukan kearah program pengaturan fenomena keairan baik pada kondisi berlebih maupun kondisi kurang. Mitigasi banjir jangka pendek umumnya terdiri dari kegiatan sesaat sebelum, selama, dan sesudah bencana. Sedangkan mitigasi bencana jangka menengah dan jangka panjang terdiri dari kegiatan perencanaan dan pembangunan sistem mitigasi untuk jangka waktu lima tahunan dan dua puluh tahunan. Untuk mitigasi bencana jangka panjang, alternatif kegiatan yang dominan misalnya berupa pengembangan program konservasi dan pengendalian banjir, pengembangan program penataan ruang di daerah rawan bencana alam, pengembangan program operasi dan pemeliharaan jaringan drainase makro dan mikro termasuk instrumentasi early warning system, serta pemberdayaan sumberdaya manusia. Target pengembangan program konservasi dan pengendalian banjir misalnya perlu diantisipasi dengan bijaksana. Sedangkan program pengembangan sumberdaya manusia perlu diformulasikan dengan baik, yang betul-betul dapat memberikan nilai tambah pada manusia. Pembangunan manusia secara menyeluruh diartikan pada BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS penumbuhan persepsi/sikap/ketrampilan bagaimana mengantisipasi bencana yang diberlakukan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat baik ditingkat birokrat ataupun rakyat biasa, baik anak-anak maupun orang tua. Upaya yang sangat dianjurkan adalah : a. b. c. d. e. f. Pembentukan kelompok kerja (Pokja) mitigasi antisipasi penyimpangan Iklim di tingkat provinsi, kabupaten, kota dan komunitas kelompok usaha tani dan nelayan, yang dikoordinir oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Daerah; Melakukan manajemen on river one plan one management dengan membangun retarding basin seperti embung dan chek dam, wetland yang tersebar di daerah hulu yang akan berfungsi sebagai pengontrol penahanan dan pelepasan air secara terkendali baik volume, waktu dan koordinasi antara hulu dengan hilir. Dengan demikian kalau terpaksa tejadi banjir, maka beberapa jam sebelumnya sudah diinformasikan ke masyarakat; Menyebarkan informasi tentang perkiraan cuaca dan atau iklim yang bersumber dari Pokja Mitigasi Bencana Alam termasuk kepada penyuluh dan petani melalui berbagai media termasuk internet dan pusat sms, sehingga para pemangku kepentingan seperti petani dan nelayan dapat lebih aman dalam menyesuaikan program dan kegiatannya; Penyiapan benih/ bibit yang memenuhi kriteria 5 tepat (waktu, jumlah, mutu, harga dan tempat); Pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi (utama dan tingkat usaha tani dan nelayan) berkoordinasi dengan Departemen Kimpraswil; dan Upaya konservasi air di lahan pertanian dengan membangun embung dan chek dam di tempat-tempat strategis. 4.2.5 Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam geologi dan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Maros, terdiri atas : a. Kawasan cagar alam geologi berupa keunikan bentang alam, mencakup Kawasan karst di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah Kecamatan Mallawa; b. Kawasan rawan bencana alam geologi berupa kawasan rawan abrasi dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan abrasi meliputi pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu. Sedangkan kawasan rawan tsunami meliputi pantai dengan elevasi lebih rendah dari permukaan air laut dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yakni sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu. c. Kawasan sempadan mata air meliputi daratan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air dan merupakan wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air, yakni di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, dan sebagian wilayah Kecamatan Cenrana. Untuk menghindari bahaya geologi, maka dilakukan perlindungan terhadap daerah sensitif. Perlindungan tersebut diantaranya dengan cara menetapkan klasifikasi daerah bahaya serta membuat daerah buffer, antara lain : - - Daerah dengan kerawanan gerakan tanah tinggi dianggap tidak layak menjadi lokasi permukiman, hal ini karena peletakan bangunan pada daerah tersebut dapat merusak konstruksi bangunan dan dapat mengganggu keselamatan para penghuni bangunan tersebut. Daerah dengan potensi banjir tinggi dianggap tidak layak, hal ini dapat mengganggu keselamatan penghuni bangunan. Daerah sesar dengan menetapkan buffer zone sepanjang 300 m sebagai daerah tidak layak. Penetapan ini didasarkan pada hasil kesepakatan para ahli dengan pertimbangan zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak stabil jika terimbas gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif dan tidak aktif. 4.2.6 Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya bertujuan dalam rangka melindungi kelestarian dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesenambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan. Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, meliputi: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS a. Kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir berupa kawasan hutan pantai berhutan bakau di sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Lau, dan sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, dan b. Kawasan konservasi maritim berupa permukiman nelayan di Kawasan Maros Kecamatan Maros Baru, dan Kecamatan Marusu. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2 Rencana Kawasan Budidaya Kawasan budidaya dapat diartikan sebagai wilayah yang dapat dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk kegiatan usaha berbagai sektor atau sub sektor pembangunan yang terkait. Kriteria kawasan budidaya adalah ukuran yang meliputi daya dukung, aspek-aspek yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan dan kelestarian lingkungan. Penetapan kawasan budidaya dapat dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu kriteria sektoral dan kriteria ruang. Kriteria teknis sektoral kawasan budidaya adalah suatu kegiatan dalam kawasan yang memenuhi ketentuan-ketentuan teknis seperti daya dukung, kesesuaian lahan, bebas bencana, dan lain-lain. Sedangkan kriteria ruang kawasan budidaya menentukan pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang menghasilkan nilai sinergi terbesar untuk kesejahteraan masyarakat dan tidak bertentangan dengan kelestarian lingkungan. Pengelolaan kawasan budidaya adalah suatu pendekatan dalam mengelola kawasan-kawasan di luar kawasan lindung agar pemanfaatannya dilakukan secara optimal, selaras, dan serasi dengan kawasan lindung dalam mewujudkan pembangunan daerah. Penetapan suatu kawasan budidaya dengan fungsi utama tertentu, selain mengacu pada kriteria harus mempertimbangkan faktor-faktor lain, yaitu : a. b. c. Lingkungan buatan, sosial, dan interaksi antar wilayah; Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta pembinaan kemampuan kelembagaan; Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya serta fungsi pertahanan dan keamanan. Berdasarkan fungsinya, kawasan budidaya dikelompokkan ke dalam kawasan hutan produksi, termasuk hutan rakyat, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata, danau, pesisir laut dan kepulauan. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.1 Rencana Peruntukan Hutan Produksi Kriteria untuk kesesuaian lahan sebagai areal hutan produksi mengacu kepada kriteria yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No 683/KPTS/Um/8/1982 tanggal 8 Agustus 1981. Arahan kawasan hutan produksi dilakukan dengan pemanfaatan hutan dan pelestarian hasil (kayu dan non kayu), sehingga diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi yang maksimal bagi masyarakat yang tinggal atau di sekitar kawasan hutan. Walaupun hutan produksi saat ini sudah tidak dibedakan, namun dalam pemanfaatannya harus tetap mengacu pada ketentuan teknis kehutanan. Artinya terdapat kawasan hutan produksi yang pemanfaatannya hanya melalui tebang pilih. Sebaran luas hutan produksi terbatas di Kabupaten Maros adalah sebagai berikut: a. b. Kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 15.364 (lima belas ribu tiga ratus enam puluh empat) hektar, yang tersebar di Kecamatan Bantimurung dengan luas 94 (sembilan puluh empat) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 1.672 (seribu enam ratus tujuh puluh dua) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 2.473 (dua ribu empat ratus tujuh puluh tiga) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Simbang seluas kurang lebih 561 (lima ratus enam puluh satu) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili seluas kurang lebih 543 (lima ratus empat puluh tiga) hektar, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 10.022 (sepuluh ribu dua puluh dua) hektar; Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 6.434 (enam ribu empat ratus tiga puluh tiga) hektar, yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Camba seluas kurang lebih 1.283 (seribu dua ratus delapan puluh tiga) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 2.244 (dua ribu dua ratus empat puluh empat) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 1.586 (seribu lima ratus delapan puluh enam) hektar, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 1.321 (seribu tiga ratus dua puluh satu) hektar. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian Metoda analisis kesesuaian lahan pertanian menggunakan kerangka Sistim Food and Agriculture Organization (FAO, 1976) yang dikembangkan oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT, 1982). Parameter yang dinilai meliputi kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, permeabilitas, kesuburan, reaksi tanah, kemiringan lahan (slope), relief mikro, drainase, ketersediaan air, erosi dan banjir. Pengumpulan data parameter tersebut diperoleh dari data sekunder yang sudah dikompilasi pada saat penyusunan Sistem Informasi Tata Ruang. Dari data yang terhimpun dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi dalam Kriteria Kesesuaian Lahan Pertanian, kemudian ditumpangtindihkan (superimpose) antara klasifikasi parameter tersebut. Hasil akhir diperoleh Unit Kesesuaian Lahan dan dinilai secara kualitatif. Untuk memudahkan digunakan notasi huruf dan angka sebagai berikut: S1 (sangat sesuai) : lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti. S2 (cukup sesuai) : lahan mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. S3 (sesuai marginal) : lahan mempunyai pembatas-pembatas serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. N1 (tidak sesuai pada saat ini) : lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih mempunyai kemungkinan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. N2 ( tidak sesuai permanen ) : lahan mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan penggunaan berkelangsungan pada lahan tersebut. Jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan ditunjukan dengan huruf kecil, misalnya d (drainase), x (salinitasi), t (topografi), dan m (ketersediaan air). Pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian dikelompokan pada peruntukan pertanian lahan basah (padi sawah dan perikanan) dan pertanian lahan kering (tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan, hutan produksi dan peternakan). Luas kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Maros seluas 58,032 Ha. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah Kawasan pertanian adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Potensi masing-masing sumberdaya yang ada satu sama lain tentunya sangat berbeda, yang disebabkan oleh ketersediaan sumberdaya yang ada di masing-masing kecamatan di Kabupaten Maros. Luas kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Maros adalah 28.688 Ha. Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pertanian lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah diarahkan pada : Area lahan dengan kemiringan lahan < 15 % serta kawasan-kawasan yang sudah memiliki irigasi teknis, irigasi semi teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan; Mempertahankan lahan basah yang telah ada; Meningkatkan pengelolaan areal-areal persawahan yang terlantar; Meningkatkan kualitas daerah pelayanan irigasi; Pengalihgunaan lahan hutan rawa untuk pertanian lahan basah; Pengaturan masa tanam untuk menghindari kerusakan tanaman secara meluas; Perbaikan sistem pemasaran pasca panen; Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan; Pengembangan kegiatan pertanian lahan basah yang ramah lingkungan. Berdasarkan kriteria diatas, maka daerah yang dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian lahan basah adalah sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale. Daerah irigasi teknis yang berada di kecamatan tersebut harus tetap dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Selain itu juga diperlukan bantuan pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana pertanian (obat-obatan, pupuk dan kebutuhan lainnya). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 54 Sebaran Kawasan Pertanian Tnaman Pangan Lahan Basah di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS No Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah Luas (Ha) Persentase 1 2 3 4 1 Kec. Bantimurung 4.358 15.19 2 Kec.Bontoa 966 3.37 3 Kec.Camba 927 3.23 4 Kec.Cenrana 2.022 7.05 5 Kec.Lau 2.223 7.75 6 Kec.Mallawa 417 1.45 7 Kec.Mandai 2.158 7.52 8 Kec.Maros Baru 985 3.43 9 Kec.Marusu 1.594 5.55 10 Kec.Moncongloe 3.652 12.73 11 Kec.Simbang 3.367 11.74 12 Kec.Tanralili 2.920 10.18 13 Kec.Tompobulu 1.743 6.08 14 Kec.Turikale 1.357 4.73 28.688 100.00 Jumlah Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 b. Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan budidaya pertanian lahan kering di Kabupaten Maros meliputi tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan, perkebunan, hutan produksi dan peternakan. Luas lahan budidaya pertanian lahan kering seluas 29.344 Ha. Kawasan pertanian lahan kering ini dipergunakan untuk tanaman palawija, hortikultura dan lain-lain. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering diarahkan pada : Area lahan dengan kemiringan lahan < 25 %; Meningkatkan produksi untuk mencapai swasembada pangan palawija dan memenuhi kebutuhan industri pengelolaan dan menunjang agrowisata; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Pengembangan tanaman dengan cara tumpangsari guna meningkatkan nilai tambah hasil produksi tanaman pangan; Pengenalan sistem bercocok tanam yang produktif dan penanganan pasca panen; Dukungan pemupukan dan sistem pengolahan tanah yang baik pada daerah yang memiliki faktor pembatas kesuburan tanah kurang; Pembuatan terasering untuk mencegah erosi pada kawasan yang mempunyai kelerengan lebih dari 25 %; Perbaikan sistem pemasaran pasca panen; Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan; Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering yang ramah lingkungan. Tabel 55 Sebaran Kawasan Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan No Kawasan Pertanian Lahan Kering Luas (Ha) Persentase 1 2 3 4 1 Kec. Bantimurung 735 2.50 2 Kec. Bontoa 539 1.84 3 Kec. Camba 4.349 14.82 4 Kec. Cenrana 5.364 18.28 5 Kec. Lau 144 0.49 6 Kec. Mallawa 5.293 18.04 7 Kec. Mandai 845 2.88 8 Kec. Maros Baru 361 1.23 9 Kec. Marusu 575 1.96 10 Kec. Moncongloe 1.060 3.61 11 Kec. Simbang 1.007 3.43 12 Kec. Tanralili 4.382 14.93 13 Kec. Tompobulu 4,375 14.91 14 Kec. Turikale 315 1.07 29.344 100.00 Jumlah BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 c. Kawasan Pertanian Hortikultura Kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Maros seluas kurang lebih 11.681 hektar terdapat di Kecamatan Camba, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Tanralili, dan Kecamatan Tompobulu; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS d. Kawasan Peruntukan Perkebunan Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 638/KPTS/Um/8/1981 kriteria fisik wilayah untuk penentuan lokasi tanaman tahunan adalah lokasi yang mempunyai skor/nilai untuk faktor kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan adalah 125 sampai 175. Kriteria kesesuaian lahan adalah bahwa suatu wilayah pada kawasan penyangga dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai areal tanaman tahunan jika memenuhi syarat kesesuaian lahan untuk tanaman tahun yang bersangkutan. Syarat kesesuaian yang dimaksud adalah yang mempunyai nilai kesesuaian lahan dari sangat sesuai sampai marginal untuk tanaman tahunan. Dalam penetapan pilihan komoditi tanaman tahunan selain pertimbangan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi. Kriteria kesesuaian lahan bagi pengembangan tanaman keras/tahunan/perkebunan sangat beragam sesuai dengan jenis komoditinya. Pada dasarnya berbagai jenis tanaman keras dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 2.500 m di atas permukaan laut. Kriteria kawasan peruntukan perkebunan meliputi: 1. Kawasan perkebunan ( skor <125 ) / yang berada di luar kawasan lindung; 2. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perkebunan; 3. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan perkebunan mampu memberikan manfaat : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi; Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; Meningkatkan fungsi lindung; Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam untuk pertanian pangan; Meningkatkan pendapatan masyarakat; Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional; Menciptakan kesempatan kerja; Meningkatkan ekspor; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kawasan perkebunan ini dipergunakan untuk jangka panjang dan jangka pendek. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan pada : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Area lahan tegalan, semak/belukar atau alang-alang dengan kemiringan lahan 15 - 40 % sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga kawasan lindung; Meningkatkan perekonomian penduduk disekitar kawasan penyangga hutan lindung melalui pengembangan agroforestry yang sudah ada dengan jenis komoditas yang komersial dan memiliki keterkaitan dengan industri serta dapat memantapkan fungsi kawasan lindung; Meningkatkan kualitas dan produktivitas perkebunan dalam mendukung pertumbuhan agroindustri; Pembukaan lahan baru untuk perkebunan pada kawasan yang mempunyai kelerengan lebih dari 25 % perlu dilakukan dengan land covering untuk mencegah erosi. Sedangkan pembukaan lahan perkebunan pada daerah rawa perlu dibuat drainase untuk mengeringkannya dan tetap menyisakan sebagian wilayahnya tetap berupa rawa untuk mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah; Pengawasan dan pengendalian pembukaan lahan perkebunan baru sehingga tidak terjadi overlap dengan kegiatan lainnya; Perbaikan sistem pemasaran hasil produksi perkebunan. Pembinaan dan penyuluhan terpadu terutama untuk perkebunan rakyat dan pembangunan sarana dan prasarana penunjang untuk memudahkan pengelolaan dan penanganan pasca panen. Arahan lokasi untuk tanaman perkebunan menurut kecamatan di Kabupaten Maros dapat dilihat Tabel 56 dan gambar berikut. Tabel 56 Arahan Lokasi Pengembangan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Maros No Kawasan Perkebunan Luas (Ha) Persentase 1 Kec. Bantimurung 469 6.54 2 Kec. Bontoa 130 1.82 3 Kec. Camba 1.744 24.34 4 Kec. Cenrana 1.082 15.10 5 Kec. Mallawa 2.687 37.51 6 Kec. Mandai 25 0.35 7 Kec. Marusu 0.00 0.00 8 Kec. Moncongloe 38 0.53 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 9 Kec. Simbang 253 3.54 10 Kec. Tanralili 117 1.64 11 Kec. Tompobulu 619 8.64 7.165 100.00 Jumlah Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS e. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Maros, terdiri atas : - Kawasan peruntukan pengembangan ternak besar mencakup sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; dan - Kawasan peruntukan pengembangan ternak kecil mencakup sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Turikale, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu. 4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan Pengembangan kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Maros, meliputi, kawasan peruntukan perikanan tangkap, perikanan peruntukan budidaya perikanan dan kawasan pengembangan minapolitan. Kawasan ini diperuntukkan untuk pengembangan perikanan darat dan perikanan laut. Pengembangan kawasan perikanan adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Pembuatan kolam dan tanggul pelindung banjir; Penerapan teknologi tepat guna untuk memperoleh hasil yang maksimal; Penyediaan bibit unggul, pakan ikan, sarana dan prasarana penunjang; Pembangunan dermaga ikan; Perbaikan sistem pemasaran hasil panen maupun hasil tangkapan. b. Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap Kawasan perikanan tangkap adalah kawasan penangkapan perikanan laut di Wilayah Perairan Selat Makassar termasuk rencana pengembangan bagan dan kramba-kramba, yang meliputi kawasan pesisir dan laut Kecamatan Bontoa, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Marusu, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Lau, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan Maros Baru. c. Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Kawasan peruntukan budidaya perikanan, meliputi: - Kawasan budidaya perikanan laut komoditas rumput laut tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu; - Kawasan budidaya perikanan air payau komoditas udang dan bandeng tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu; - Kawasan budidaya perikanan air tawar tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Lau, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale. d. Kawasan Pengembangan Minapolitan Kawasan pengembangan minapolitan di Kabupaten Maros merupakan kawasan minapolitan terpadu yang direncanakan akan dikembangkan sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, dan sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru. Kawasan pengembangan minapolitan diarahkan dapat terintegrasi dan terpadu dengan Pelabuhan Perikanan (PPI) Bontoa di Kecamatan Bontoa. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS PETA RENCANA KAWASAN PERIKANAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.4 Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan permukiman perkotaan maupun kawasan permukiman perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pengelolaan kawasan permukiman berupa memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, tersedianya sumber air baku, serta memiliki akses yang tinggi. Pada umumnya pola atau bentuk permukiman yang terjadi mengikuti bentuk permukaan lahan yang relatif rendah dan datar dengan kemiringan lereng antara 0-15% yang keberadaannya mengikuti pola pembentukan jaringan jalan secara linier. Pola-pola permukiman merupakan bentukan awal dari sekelompok perumahan yang berada dalam satu kesatuan batas tertentu yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas pendukung lingkungan guna mempermudah tingkat pelayanan dan kesejahteraan penduduk yang mendiaminya. a. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang memiliki ciri utama kegiatan non pertanian (seperti perdagangan, jasa, industri), merupakan tempat konsentrasi penduduk dengan kepadatan tinggi, pusat pelayanan sosial ekonomi bagi wilayah belakangnya dan pusat pemerintahan. Di Kabupaten Maros di indikasikan adanya 14 (empat belas) kawasan perkotaan yang terdiri dari 1 (satu) ibukota kabupaten dan 13 (tiga belas) ibukota kecamatan. Kawasan permukiman perkotaan merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan kawasan permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas social, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan lainnya. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, mencakup : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS a. b. c. d. e. f. Kawasan Permukiman Perkotaan Baru Maros -Gowa yang merupakan kota satelit KSN Perkotaan Mamminasata Bagian Timur di Kecamatan Moncongloe; Kawasan Permukiman Baru Kawasan Strategis Moncongloe di Kecamatan Moncongloe; Kawasan permukiman Kota Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai; Kawasan perkotaan Baru Maros di Kecamatan Turikale; Kawasan permukiman perkotaan sepanjang koridor bypass Mamminasata di Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Mandai, dan Kecamatan Turikale; dan Kawasan permukiman di pusat kegiatan PKN, PKLp dan PPK; Untuk mewujudkan perkotaan yang baik dan sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dibutuhkan beberapa tindakan, yaitu: Penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman pembangunan perkotaan. Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan. Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya. b. Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan Sistem permukiman perdesaan adalah arahan hirarki pusat-pusat permukiman perdesaan sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa bagi wilayah permukiman perdesaan sekitarnya. Pusat permukiman perdesaan merupakan pusat-pusat terkonsentrasinya penduduk dan kelengkapan fasilitas dengan dominasi kegiatan utama di sektor pertanian. Kriteria dalam penentuan pusat permukiman perdesaan adalah : Wilayah desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa sekitarnya; Desa-desa yang memiliki potensi untuk tumbuhnya investasi; Dapat berfungsi sebagai pusat perantara wilayah; Dapat berfungsi sebagai tempat penyediaan pelayanan pada desa-desa sekitarnya; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Kawasan peruntukan permukiman perdesaan merupakan kawasan permukiman yang di dominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan penduduk yang rendah dan kurang intensif dalam pemanfaatan daerah terbangun. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, mencakup : a. b. Kawasan permukiman transmigrasi di Kecamatan Tompobulu; dan Kawasan permukiman di pusat kegiatan PPL di sebagian wilayah Kecamatan Camba, dan sebagian wilayah Kecamatan Mallawa. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros, sampai tahun 2032, adalah: a) b) c) d) e) Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan permukiman transmigrasi yang memadai terutama penyediaan air bersih, jalan dan listrik. Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah dan fungsional. Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah tinggal yang layak huni. Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke lahan-lahan pertanian atau lahan usaha penduduknya dengan konsep agropolitan yang tepat. Menghindari pembangunan permukiman perdesaan di kawasan hutan lindung dan rawan bencana alam. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Tabel 57 Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman di Kabupaten Maros No Kawasan Permukiman Luas (Ha) Persentase 1 2 3 4 1 Kec. Bantimurung 407 11.83 2 Kec. Bontoa 90 2.61 3 Kec. Camba 18 0.51 4 Kec. Cenrana 164 4.77 5 Kec. Lau 266 7.71 6 Kec. Mandai 457 13.27 7 Kec. Maros Baru 371 10.79 8 Kec. Marusu 251 7.30 9 Kec. Moncongloe 180 5.22 10 Kec. Simbang 273 7.92 11 Kec. Tanralili 421 12.24 12 Kec. Tompobulu 81 2.34 13 Kec. Turikale 465 13.50 3.442 100.00 Jumlah Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan Arahan lokasi pengembangan kawasan pertambangan/bahan galian pada lokasi-lokasi yang terdapat potensi bahan tambang/galian dan mempunyai potensi cadangan yang menguntungkan untuk dieksploitasi. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Maros, adalah sebagai berikut : Perlunya ada pendelinasian kawasan pertambangan dengan jelas; Kegiatan eksploitasi pertambangan harus dilakukan studi AMDAL; Kawasan pertambangan yang sudah ada tetap dipertahankan dan dioptimalkan produksinya serta memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Pengeluaran izin lokasi kegiatan pertambangan baru harus di lengkapi dengan persyaratan teknis yang berlaku. Kawasan peruntukan wilayah pertambangan mineral dan batubara di Kabupaten Maros terdiri atas : a. b. c. Wilayah usaha pertambahan komoditas mineral logam, terdiri atas : Komoditas emas tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, dan sebagian wilayah Kecamatan Mallawa; Komoditas Galena tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, dan sebagian wilayah Kecamatan Camba. Wilayah usaha pertambahan komoditas mineral bukan logam berupa oker tersebar d sebagian wilayah Kecamatan Camba, dan sebagian wilayah Kecamatan Cenrana. Wilayah usaha pertambangan komoditas batuan, terdiri atas : 1) Komoditas marmer di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, dan sebagian wilayah Kecamatan Camba; 2) Komoditas lempung di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) d. Komoditas batu gamping di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe; Komoditas pasir kuarsa di sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, dan sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung; Komoditas basalt di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; Komoditas andesit di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah Kecamatan Cenrana; Komoditas diorite di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah Kecamatan Cenrana; Komoditas granodiorit di sebagian wilayah Kecamatan Camba, dan sebagian wilayah Kecamatan Mallawa; Komoditas trakhit di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa; Komoditas krikil galian dari bukit di sebagian wilayah Kecamatan Marusu; Komoditas pasir pasang di sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Tompoblu, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale; Komoditas krikil berpasir alami di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, dan sebagian wilayah Kecamatan Simbang; Wilayah usaha pertambahan batubara tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, dan sebagian wilayah Kecamatan Simbang. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.6 Kawasan Peruntukan Industri Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian daerah sehingga keberadaan dan tingkat pertumbuhan sektor industri umumnya dapat menentukan seberapa besarnya perkembangan ekonomi daerah tersebut. Melihat potensi tersebut maka program pengembangan industri di Kabupaten Maros sampai Tahun 2032, adalah sebagai berikut: Kawasan-kawasan yang mempunyai bahan baku yang cukup memadai, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri, dan tidak terletak atau berdekatan dengan kawasan lindung dan pertanian lahan basah; Lokasi industri yang tidak sesuai rencana tata ruang harus dikendalikan pengembangannya dan untuk lokasi industri baru ditempatkan di zone industri yang telah direncanakan atau disekitarnya. Kegiatan industri yang mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan perlu dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah industri; Pengembangan kegiatan industri ditujukan untuk dapat menyerap tenaga kerja, menggalakan ekspor, dan pengembangan industri yang terkait dengan sektor pertanian; Pengeluaran izin lokasi kegiatan industri baru harus di lengkapi dengan ijin pemanfaatan ruang dan persyaratan teknis yang berlaku. Untuk pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Maros sampai Tahun 2032 digunakan pendekatan terpusat dimana kegiatan industri dikembangkan dalam satu zona yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkannya, yakni : a. b. Kawasan Peruntukan Industri Besar, meliputi : - Kawasan peruntukan industri semen terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung; - Kawasan peruntukan industri manufaktur diarahkan di Kawasan Industri Maros di Kecamatan Marusu; - Kawasan peruntukan industri pengolahan marmer diarahkan sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Turikale, dan sebagian wilayah Kecamatan Lau; dan - Kawasan peruntukan industri peleburan diarahkan di Kecamatan Bontoa Kawasan peruntukan industri sedang, terdiri atas : - Kawasan peruntukan industri pengolahan komoditas perikanan diarahkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, dan sebagian wilayah Kecamatan Lau; dan - c. Kawasan peruntukan industry pengolahan komoditas peternakan di sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu. Kawasan peruntukan industri rumah tangga berupa aglomerasi industry rumah tangga diarahkan di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale. 4.2.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Objek wisata di Kabupaten Maros meliputi objek wisata alam, cagar alam, agro wisata, pantai dan bahari, wisata alam, maka ada pula potensi wisata yang berbasis wisata sejarah. Untuk pengembangan kegiatan wisata di Kabupaten Maros sampai tahun 2032, maka beberapa obyek wisata yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut; (1) Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas : - Kawasan upacara adat Appalili, Katto Bokko, dan Mappadendang di Kecamatan Maros Baru; - Kawasan perlombaan perahu hias di Kecamatan Bontoa; - Kawasan kompleks makam kassi kebo di Kelurahan Bajubodoa Kecamatan Maros Baru; - Kawasan kompleks makam Karaeng Simbang di Desa Samangki Kecamatan Simbang; - Kawasan Pendopo Pallantikang Karaeng Pallantikang Kecamatan Maros Baru; - Kawasan rumah adat Karaeng Loe Repakere (Istana Raja Marusu) di Pakere Desa Bonto Tallasa Kecamatan Simbang; dan - Kawasan budaya khalawatiah Sammang di Patte’ne Temmappaduae Kecamatan Marusu, Leppangkomae Marusu di Kelurahan Desa Desa BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Borimasunggu Kecamatan Kecamatan Turikale. (2) (3) Maros Baru dan Kelurahan Turikale Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas : - Kawasan wisata alam Bantimurung di Kecamatan Bantimurung; - Kawasan wisata pasir putih Pantai Kuri di Kecamatan Marusu; - Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta di Kecamatan Cenrana yang terpadu dengan Goa Salukang Kallang di Kecamatan Cenrana dan Goa Liku Makallang di Kecamatan Simbang; - Kawasan wisata alam Goa Pattunuang di Desa Samangki Kecamatan Simbang; - Kawasan wisata alam air terjun Bonto Somba di Kecamatan Tompobulu; - Kawasan wisata alam air panas di Dusun Reatoa Desa Samaenre Kecamatan Mallawa; - Kawasan wisata Leang PanningE (goa kelelawar) di Desa Batu Putih Kecamatan Mallawa; - Kawasan wisata arum jerang di Sungai Maros; - Kawasan wisata air terjun Lacolla’ di Kecamatan Camba; - Kawasan taman prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung; dan - Kawasan situs prasejarah Leang Akkarrasa Rammang-Rammang di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa. Kawasan peruntukan pariwisata buatan, terdiri atas : - Kawasan agrowisata Tanralili yang merupakan kawasan pengembangan wisata pertemuan, konvensi, dan pameran (MICE) yang terpadu dengan kawasan agrowisata Pucak di Kecamatan Tanralili; - Kawasan agrowisata Bantimurung di Kecamatan Bantimurung; dan - Kawasan wisata kuliner di Jalan Topaz dan Jalan Gladiol di kawasan taman hutan kota dan kola di Kecamatan Turikale dan rencana kawasan wisata kuliner di sempadan Sungai Maros di Kecamatan Turikale, dan - Kawasan wisata Sungai Maros di Kecamatan Turikale, Kecamatan Maros Baru dan Kecamatan Marusu. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS 4.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya a. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara Kawasan pertahanan dan keamanan yang dimaksud adalah kawasan yang merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang harus dijaga dan dipelihara dengan mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar. Adapun Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi kawasan militer Kariango, kawasan militer Samboeja; kawasan Kodim Maros, kawasan Polres Maros, kawasan Koramil yang tersebar di masing-masing kecamatan dan kawasan Polsek yang tersebar di masing-masing kecamatan meliputi fasilitas Kodam, Koramil, Lapangan Tembak, Polres dan Polsek dan lainnya. Kawasan pertahanan dan keamanan Negara, terdiri atas : - Komando Distrik Militer 1422 Maros di Kecamatan Turikale; - Komando Rayon Militer di Kecamatan Mandai, Kecamatan Camba, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Tanralili, Kecamatan Marusu, Kecamatan Simbang, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Lau, Kecamatan Moncongloe, dan Kecamatan Turikale; - Batalyon Infantri L-433 Julu Siri di Kecamatan Simbang; - Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C serta Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna di Kecamatan Tanralili; - Kepolisian Resort Maros di Kecamatan Turikale; - Kepolisian sector di Kecamatan Mandai, Kecamatan Camba, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Tanralili, Kecamatan Marusu, Kecamatan Simbang, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Lau, Kecamatan Moncongloe, dan Kecamatan Turikale; dan - Pangkalan TNI Angkatan Udara di Kecamatan Mandai Pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Negara, meliputi : - Peningkatan prasarana dan sarana di kawasan pertahanan dan keamanan Negara; dan - Penataan kawasan pertahanan dan keamanan Negara. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS b. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kabupaten Maros meliputi : pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Rencana pengembangan kawasan perdagangan perdagangan tradisional di Kabupaten Maros terdistribusi di masing-,masing kecamatan meliputi : - Kawasan perkotaan Tetebatu di Kecamatan Mandai; Kawasan perkotaan Pamanjengang di Kecamatan Moncongloe; Kawasan perkotaan Baju Bodoa di Kecamatan Maros Baru; Kawasan perkotaan Pattene di Kecamatan Marusu; Kawasan perkotaan Barandasi di Kecamatan Lau; Kawasan perkotaan Panjalingang di Kecamatan Bontoa; Kawasan perkotaan Pakalu di Kecamatan Bantimurung; Kawasan perkotaan Parang Tinggi di Kecamatan Simbang; Kawasan perkotaan Ammarrang di Kecamatan Tanralili; Kawasan perkotaan Pucak di Kecamatan Tompobulu; Kawasan perkotaan Cempaniga di Kecamatan Camba; Kawasan perkotaan Bengo di Kecamatan Cenrana; Kawasan perkotaan Ladange di Kecamatan Mallawa; Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa pusat perbelanjaan di Kabupaten Maros meliputi : - - - Kawasan pengembangan Pasar Induk Regional/Pasar Tradisional Modern (Tramo) Kota Maros di Kecamatan Turikale; Kawasan pengembangan Pasar Sentral Kota Maros di Kecamatan Turikale; Kawasan pengembangan kawasan perdagangan skala Kabupaten di Kecamatan Lau dan di Kota Baru Satelit Moncongloe di Kecamatan Moncongloe; Kawasan perdagangan pasar tradisional skala kecamatan yang terdistribusi di seluruh Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di perkotaan Cempaniga di Kecamatan Camba dan PPK di perkotaan Ladange di Kecamatan Mallawa; Kawasan perdagangan pasar tradisional skala lingkungan yang terdistribusi di pusat kegiatan PPL di Kecamatan Camba dan PPL Kecamatan Mallawa; Kawasan pasar induk pertanian Maros di Kecamatan Turikale; dan Kawasan pasar grosir di Kota Maros Kecamatan Turikale. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa toko modern Kabupaten Maros, meliputi: - Kawasan Pasar Induk Regional semi modern/pasar tradisional modern (Tramo) Kota Maros di Kecamatan Turikale; Kawasan Pasar Sentral Kota Maros di Kecamatan Turikale; Kawasan Kota Baru Satelit Moncongloe di Kecamatan Moncongloe; Kawasan Kota Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai; dan Kawasan Pengembangan ekonomi Marusu, Maros Baru, Lau, dan Bontoa di Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau, dan Kecamatan Bontoa. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS c. Kawasan Peruntukan Perkantoran Kawasan peruntukan perkantoran di Kabupaten Maros, mencakup : 1). Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan, terdiri atas : - Kawasan peruntukan pemerintahan kabupaten di kawasan perkotaan Turikale Kecamatan Turikale; - Kawasan peruntukan pemerintahan kecamatan di kawasan perkotaan Tetebatu di Kecamatan Mandai, Kawasan perkotaan Pamanjengang di Kecamatan Moncongloe, Kawasan perkotaan Baju Bodoa di Kecamatan Maros Baru, Kawasan perkotaan Pattene di Kecamatan Marusu, Kawasan perkotaan Barandasi di Kecamatan Lau, Kawasan perkotaan Panjalingang di Kecamatan Bontoa, Kawasan perkotaan Pakalu di Kecamatan Bantimurung, Kawasan perkotaan Parang Tinggi di Kecamatan Simbang, Kawasan perkotaan Ammarrang di Kecamatan Tanralili, Kawasan perkotaan Pucak di Kecamatan Tompobulu, Kawasan perkotaan Cempaniga di Kecamatan Camba, Kawasan perkotaan Bengo di Kecamatan Cenrana, dan Kawasan perkotaan Ladange di Kecamatan Mallawa. 2). Kawasan peruntukan perkantoran swasta, terdiri atas : - d. Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Turikale di Kecamatan Turikale; Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Tetebatu di Kecamatan Mandai; Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Baju Bodoa di Kecamatan Maros Baru; Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Barandasi di Kecamatan Lau; dan Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Panjalingang di Kecamatan Bontoa; Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum Secara umum, rencana peruntukan kawasan pelayanan umum di Kabupaten Maros, meliputi: a) Kawasan peruntukan pelayanan olahraga, merupakan kawasan olahraga kabupaten yang dikembangkan secara berhirarki pada masing-masing pusat dan sub pusat kegiatan secara proporsional, terdiri atas : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS b) - Kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kabupaten diarahkan dipusat kegiatan PKN di Kecamatan Turikale; dan - Kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kecamatan diarahkan pada kawasan PPK dan PPL secara proporsional. Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan, terdiri atas : - Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional diarahkan dipusat kegiatan PKN di Kecamatan Turikale; dan - Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala kabupaten dan/atau kecamatan diarahkan pada kawasan PPK dan PPL secara proporsional. c) Kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi diarahkan di kawasan perkotaan Turikale Kecamatan Turikale, dan kawasan perkotaan Mandai di Kecamatan Mandai. d) Kawasan peruntukan pelayanan pemakamam umum merupakan kawasan peruntukan pemakaman umum skala regional diarahkan di kawasan perkotaan Tetebatu Kecamatan Mandai. e. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Ruang udara di wilayah NKRI beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya sebagai karunia Tuhan YME yang dianugerahkan kepada rakyat dan Bangsa Indoensia dan memiliki potensi sangat besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Ruang pengelolaan udara kurang lebih sampai setinggi 80 km dibawah ketinggian batas atmosfir terendah 100 km (teori Garis Von Karman) menjadikan kepentingan nasional sangat dominan. Terutama pada wilayah perbatasan negara. Secara umum ada empat sumber daya di udara yang bermanfaat yaitu: (1) sumber daya energi surya, (2) sumber daya energi angin, (3) sumber daya energi gas berupa oksigen, hidrogen, nitrogen, oksida ntrious dan argon yang diperoleh melalui penguraian udara secara kimiawi, dan (4) sumber daya energi ruang. Dalam tataran RTRW Kabupaten, maka aspek sumber daya ruang wilayah udara yang potensiil dimanfaatkan untuk jalur penerbangan, menara, bangunan, olah raga terjun payung, permainan layang-layang, media pembuangan asap maupun gas buang dan penggunaan ruang udara lainnya. Lebih khusus lagi dalam RTRW Kabupaten Maros rencana penatagunaan ruang lebih difokuskan ke ruang udara di kawasan pelabuhan udara (bandara). Pengembangan bandar udara di Kabupaten Maros saat ini adalah upaya relokasi Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin dari lokasi awal di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros ke Kota Makassar (perbatasan Kota Makassar-Kabupaten Maros). Dalam penatagunaan udara di kawasan bandara dan sekitarnya digunakan stándar ruang udara bagi keselamatan pergerakan pesawat udara mengikuti standar ruang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Ketentuan yang lebih teknis akan disusun dalam perencanaan dan atau perancangan khusus kawasan bandara. Penatagunaan udara sekitar kawasan bandara yang disebut KKOP ditetapkan dengan kriteria ruang kawasan butir a s/d f yang berikut yang merupakan batas ruang untuk bangunan dan kegiatan yang mengganggu penerbangan (lihat Gbr. 41). Gambar 41 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS Sumber:http://bp1.blogger.com/_V74oaU4ejWw/SByZVKEjigI/ AAAAAAAAAMk/uRZLUHQeues/s1600-h/KKOP_1.jpg (download 080810) Gambar di atas menjelaskan perlunya pengaturan batas pemanfaatan ruang kawasan bandara. Penatagunaan udara sekitar kawasan bandara yang disebut Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) ditetapkan dengan kriteria ruang kawasan butir a s/d f yang berikut yang merupakan batas ruang untuk bangunan dan kegiatan yang mengganggu penerbangan (lihat Gambar 42) a. Kawasan pendekatan dan lepas landas, kemiringan 70 jarak 15.000m dari ujung landasan pacu; b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, sudut sudut horizontal 7,50 kanan kiri, radius 15.000 m; c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, ketinggian 46 m radius 4.000 m dari as dan ujung landasan pacu; d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar, ketinggian 191 m radius 9.000 m dari batas permukaan kerucut ; e. Kawasan di bawah permukaan kerucut bawah 46 m jarak 2000 m dari as dan ujung landasan pacu sampai batas kerucut atas setinggi 191 m pada radius 1000 m dari batas permukaan bawah kerucut; f. Kawasan di bawah permukaan transisi, dari permukaan landasan pacu ke ketinggian 46 m dengan jarak 2.000 m dari ujung landasan pacu. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS BUKU PUTIH KABUPATEN MAROS