ASPEK BIOLOGI MAKANAN DAN MORFOMETRIK SALURAN PENCERNAAN IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS Ade Suryani¹, Yusfiati², Roza Elvyra² ¹Mahasiswa Program Studi S1 Biologi ²Dosen Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Email : [email protected] ABSTRACT Biological aspects and morphometrics of the digestive apparatus of the green spotted puffer fish (Tetraodon nigroviridis) had been studied in estuarine of Bengkalis waters, Riau Province. This research was aimed to study stomach contents and morphometric parameters of the digestive apparatus. Total length of the males green spotted puffer fish which found during this study were ranges 38173 mm and female were 51-158 mm. The natural food which was found in the stomach of the green spotted puffer fish consists of fish, shrimp, mussel, bivalva, animal debris, fitoplankton and zooplankton. The length of intestine from male specimens were 0,8-1,8 times of the body, whereas females specimens have intestine 0,7-1,7 times of the body length. The ratio of stomach, intestine length, ratio intestine length, and ratio ISI (Intestinal Somatic Index) have positive correlation with total body length of the green spotted puffer fish. The result reveals that the green spotted puffer fish is karnivorous fish based on main food and intestine length. Keywords: Intestinal somatic index, Green spotted puffer fish, Morphometric digestive apparatus ABSTRAK Aspek biologi mengenai makanan dan morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (Tetraodon nigroviridis) telah diteliti di muara perairan Bengkalis, Riau. Penelitian ini bertujuan mengamati isi lambung dan parameter morfometrik saluran pencernaan. Panjang total ikan buntal hijau jantan yang ditemukan selama penelitian ini adalah 38-173 mm sedangkan ikan betina adalah 51-158 mm. Makanan alami yang ditemukan dalam lambung ikan buntal hijau meliputi potongan ikan, udang, kerang, gastropoda, unidentified, fitoplankton dan zooplankton. Panjang usus ikan jantan adalah 0,8–1,8 kali panjang tubuhnya dan ikan betina adalah 0,7-1,7 kali panjang tubuhnya. Rasio berat lambung, panjang usus, rasio panjang usus dan rasio ISI (Intestinal Somatic Index) memiliki korelasi positif dengan panjang total tubuh ikan buntal hijau. Ikan buntal hijau jantan dan 1 betina merupakan ikan karnivora berdasarkan jenis makanan dan panjang ususnya. Kata Kunci : Isi lambung, Ikan buntal hijau, Morfometrik saluran pencernaan PENDAHULUAN Ikan buntal (Tetraodon spp.) termasuk jenis ikan demersal dan hidup di laut, muara sungai, dan perairan tawar kawasan iklim sedang dan tropis (Kottelat et al. 1993). Penyebaran Tetraodon spp. hampir di seluruh perairan Indonesia termasuk pulau Sumatera. Sedangkan, di Asia menyebar di India, Burma, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Philipina (Weber dan de Beaufort 1962). Salah satu perairan di Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan tersebut adalah perairan Bengkalis. Terdapat berbagai jenis ikan buntal yang dapat ditemukan di perairan Bengkalis, tetapi jenis ikan buntal yang memiliki tingkat populasi cukup tinggi adalah ikan buntal hijau (Tetraodon nigroviridis). Ikan buntal hijau (T. nigroviridis) seringkali ditemukan di muara perairan Bengkalis. Ikan buntal hijau (T. nigroviridis) merupakan ikan yang tidak disukai oleh masyarakat Indonesia karena racunnya. Sedangkan di Jepang para koki dilatih secara khusus untuk mengolah ikan buntal jenis “Fugu paradalis dan Fugu ocellatus” sehingga bernilai ekonomis tinggi dan memilki harga yang mahal (Fitrial 2003). Makanan merupakan aspek yang menentukan kelangsungan hidup ikan buntal hijau. Besarnya populasi ikan di dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Ketersediaan makanan menentukan jumlah populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamika populasi, dan kondisi ikan yang ada di suatu perairan (Nikolsky 1963). Selanjutnya morfometrik saluran pencernaan dapat mengelompokkan ikan ke dalam golongan ikan yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora dengan mengetahui panjang usus dari ikan buntal hijau. Studi makanan menjelaskan hubungan ekologis di antara organisme sehingga diperlukan identifikasi dari jenis-jenis makanannya. Selain itu, komposisi dari makanan ikan juga menjelaskan kemungkinan habitat yang dikunjungi (Lagler et al. 1965). Sehingga ketersediaan makanan di habitat yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang berdampak pada ukuran tubuh ikan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penelitian tentang aspek biologi makanan dan morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) perlu dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di 3 muara perairan Bengkalis yaitu sungai Pakning, sungai Bengkel, dan sungai Jangkang pada bulan Februari dan September 2012, Januari 2013. Pengukuran morfometrik saluran pencernaan dan pengidentifikasian isi lambung ikan buntal hijau dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi FMIPA UR. Pengidentifikasian isi lambung dianalisis menggunakan buku identifikasi buku acuan Sachlan (1974) dan Kottelat et al. (1993). Data pengukuran rasio berat lambung/berat tubuh, panjang usus/panjang total tubuh, rasio panjang usus/panjang total tubuh, rasio berat usus/berat tubuh diolah secara 2 statistic dengan regresi linier menurut Annuddin (2005) sedangkan data hasil isi lambung di analisis dengan perhitungan sebagai berikut : Kepadatan Relatif (Kr) = jumlah satu macam makanan/jumlah seluruh macam makanan x 100%, Frekuensi Kehadiran (Fk) = jumlah lambung berisi satu macam makanan/jumlah seluruh lambung yang berisi x 100% (Effendie 1979). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Frekuensi Panjang Ikan buntal hijau (T. nigroviridis) yang tertangkap selama penelitian berjumlah 94 ekor, terdiri dari 63 ekor jantan dan 31 ekor betina (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah ikan buntal hijau (T. nigroviridis) yang tertangkap selama penelitian berdasarkan bulan pengambilan sampel Ikan Buntal Februari September Januari Total Hijau (2012) (2012) (2013) Jantan 23 ekor 26 ekor 14 ekor 63 ekor Betina 23 ekor 4 ekor 4 ekor 31 ekor Total 94 ekor Ikan buntal hijau (T. nigroviridis) memiliki panjang total yang bervariasi. Kisaran panjang totalnya antara 38 sampai 173 mm dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok ukuran panjang (Gambar 1). 25 22 21 Jumlah 20 13 15 9 8 10 5 Jantan 4 4 3 4 3 3 0 Betina 0 38-60 61-83 84-106 107-129 130-152 153-175 Selang kelas ukuran panjang (mm) Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina yang tertangkap di muara Perairan Bengkalis Berdasarkan tempat pengambilan sampel, di tiga muara perairan Bengkalis yaitu sungai Pakning, sungai Bengkel dan sungai Jangkang, sebaran frekuensi panjang ikan berdasarkan selang kelas ukuran panjang dan jumlah ikan dapat dilihat pada Gambar 2. Dari ketiga tempat pengambilan sampel, yaitu sungai Jangkang, sungai Bengkel, dan sungai Pakning yang paling banyak ditemukan adalah selang kelas ukuran kecil. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan di 3 muara perairan Bengkalis dan selektifitas alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. 3 Effendie (1997) mengatakan bahwa ketersediaan makanan di suatu perairan yang tidak sebanding dengan populasi ikan yang terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya kompetisi antar individu terhadap makanan tersebut. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan sehingga dalam satu keturunan akan didapatkan ukuran yang bervariasi. Sebaran frekuensi panjang ikan buntal hijau (T. nigroviridis) di sungai Jangkang 16 Jumlah 20 10 7 5 2 1 0 107-129 130-152 153-175 0 38-60 61-83 84-106 Selang kelas ukuran panjang (mm) (a) Sebaran frekuensi panjang ikan buntal hijau (T. nigroviridis) di sungai Bengkel Jumlah 20 19 8 10 4 2 0 0 84-106 107-129 130-152 153-175 0 38-60 61-83 Selang kelas ukuran panjang (mm) (b) Jumlah Sebaran frekuensi panjang ikan buntal hijau (T. nigroviridis) di sungai Pakning 15 10 5 0 10 7 6 2 38-60 61-83 84-106 3 2 107-129 130-152 153-175 Selang kelas ukuran panjang (mm) (c) Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina yang tertangkap pada 3 muara perairan Bengkalis : (a) sungai Jangkang (b) sungai Bengkel (c) sungai Pakning. Kebiasaan Makanan Ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan yang berjumlah 63 ekor terdapat 33 ekor lambung yang berisi dan 30 ekor lambung yang kosong sedangkan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina yang berjumlah 31 ekor terdapat 12 ekor lambung yang berisi dan 19 ekor lambung yang kosong. Jenis Makanan Jenis makanan yang ditemukan pada lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) terdiri dari 5 kelompok yaitu potongan Ikan, potongan Udang, 4 potongan Kerang, potongan Gastropoda dan unidentified (kelompok potonganpotongan tubuh organisme dari kelompok yang sudah dicerna). Hasil frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan pada Tabel 2 dan betina pada Tabel 3. Tabel 2. Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan No. 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Makanan Potongan Ikan Potongan Udang Potongan Kerang Potongan Gastropoda Unidentified Jumlah Sampel (n=33) 4 1 10 14 5 Kepadatan Relatif (%) Frekuensi kehadiran (%) 11,76 2,94 29,41 41,18 14,71 12,12 3,03 30,30 42,42 15,15 Tabel 3. Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina No. Jenis Makanan 1. 2. 3. 4. 5. Potongan Ikan Potongan Udang Potongan Kerang Potongan Gastropoda Unidentified Jumlah Sampel (n=12) 2 3 2 4 4 Kepadatan Relatif (%) Frekuensi Kehadiran (%) 13,33 20 13,33 26,67 26,67 16,67 25 16,67 33,33 33,33 Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif tersebut menunjukkan jenis makanan yang terbanyak atau disukai oleh jenis ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan adalah potongan Gastropoda (42,42% dan 41,18%) dan potongan Kerang (30,30% dan 29,41%) sedangkan pada ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina adalah potongan Gastropoda dan Unidentified (33,33% dan 26,67%) serta potongan Kerang dan potongan Ikan (16,67% dan 13,33%) sehingga ikan buntal hijau (T. nigroviridis) termasuk kedalam kelompok ikan karnivora. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan George (1976) bahwa Tetraodontidae merupakan pemakan organisme kelompok ikan karnivora. Terdapat makanan yang lunak dan keras di dalam lambung ikan buntal hijau, bagian yang keras berupa potongan-potongan tulang dan sirip ikan, cangkang kerang dan Gastropoda, potongan-potongan kaki udang. Diduga sisa potonganpotongan makanan yang keras dapat berfungsi membantu proses pencernaan. Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) dari 3 lokasi pengambilan sampel yaitu sungai Jangkang, sungai Bengkel dan sungai Pakning juga memperlihatkan bahwa pesentase makanan yang tertinggi adalah potongan Gastropoda dan potongan Kerang. Hasil frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan di 3 muara perairan Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 4. 5 Tabel 4. Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) di 3 muara perairan Bengkalis Kepadatan relatif (%) Jumlah Sampel No. Jenis Makanan 1. 2. 3. 4. 5. Potongan Ikan Potongan Udang Potongan Kerang Potongan Gastropoda Unidentified J (16) 4 4 8 B (16) 1 2 11 3 - P (13) 1 2 1 11 1 Frekuensi Kehadiran (%) J B P J B P 25 25 50 5,88 11,76 64,71 17,65 - 6,25 12,5 6,25 68,75 6,25 25 25 50 6,25 12,5 68,75 18,75 - 7,69 15,38 7,69 84,61 7,69 Ket : J = Jangkang, B = Bengkel, P = Pakning Ketersediaan jumlah makanan yang berbeda pada 3 muara perairan Bengkalis menunjukkan bahwa frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanannya di dalam lambung juga berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyebaran organsime sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan tersebut (Efendie 1979). Pada lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina terdapat juga jenis-jenis makanan dari kelompok fitoplankton dan zooplankton. Hasil komposisi, frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan fitoplankton dan zooplankton dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan pada Tabel 5 dan betina pada Tabel 6. Tabel 5. Komposisi, frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan No. Jenis Makanan Jumlah Sampel (n=33) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi kehadiran (%) A I. FITOPLANKTON BACILLARIOPHYCEAE 1. Synedra sp. 2. Navicula hustedii 3. Melosira sp. 4. Nitzchia sp. 5. Diatoma vulgare 21 1 2 4 5 9 26,58 1,27 2,53 5,06 6,33 11,39 63,63 3,03 6,06 12,12 15,15 27,27 II. CHLOROPHYCEAE 1. Volvox sp. 15 15 18,99 18,99 45,45 45,45 III. EUGLENOPHYCEAE 1. Euglena gracilis 2 2 2,53 2,53 6,06 6,06 IV. PHYROPHYCEAE 1. Ceratium fusus 1 1 1,27 1,27 3,03 3,03 B ZOOPLANKTON 1. Nematoda 2. Rotifera 3. Ostracoda 4. Copepoda 5. Cladocera 40 14 10 5 8 3 50,63 17,72 12,66 6,33 10,13 3,79 121,21 42,42 30,30 15,15 24,24 9,09 6 Tabel 6. Komposisi, frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina No. Jenis Makanan Jumlah Sampel (n=12) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi Kehadiran (%) A I. FITOPLANKTON BACILLARIOPHYCEAE 1. Synedra sp. 2. Navicula hustedii 3. Diatoma vulgare 4. Nitzchia sp. 25 8 2 11 4 32,05 10,26 2,56 14,10 5,13 208,33 66,67 16,67 91,67 33,33 II. CHLOROPHYCEAE 1. Volvox sp. 14 14 17,95 17,95 116,67 116,67 III. EUGLENOPHYCEAE 1. Euglena gracilis 1 1 1,28 1,28 8,33 8,33 B ZOOPLANKTON 1. Nematoda 2. Rotifera 3. Ostracoda 38 27 8 3 48,72 34,62 10,26 3,85 316,67 225 66,67 25 Ditemukannya fitoplankton dan zooplankton di dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) diduga pada saat ikan buntal hijau (T. nigroviridis) mempertahankan diri dari predatornya, lambung ikan buntal akan membesar dengan cara memasukkan air dan udara ke dalam lambung dalam jumlah yang banyak bila sudah aman dari predator, air dan udara di dalam lambung dikeluarkan melalui celah insang. Fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan di lambung ikan buntal hijau tersebut diduga ikut termasuk bersama air ke dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) tetapi tidak keluar melalui celah insang karena ikan buntal ini memilki tapis insang yang pendek, kaku dan tidak rapat serta tidak berfungsi sebagai alat penyaring makanan selain itu ikan buntal juga tidak memiliki gigi-gigi faring dan insangnya juga tidak mempunyai apparatus operculum dan hanya memilki celah insang tunggal (Yusfiati 2006) sehingga fitoplankton dan zooplankton tertinggal di dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis). Fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan di dalam lambung ikan buntal hijau (T. nigroviridis) tidak mengambarkan bahwa ikan buntal hijau (T. nigroviridis) termasuk ke dalam kelompok ikan omnivora karena fitoplankton dan zooplankton bukan merupakan makanan dari ikan buntal hijau (T. nigroviridis). Selain itu, ikan buntal hijau (T. nigroviridis) akan mengabaikan fitoplankton dan zooplankton karena ukurannya yang kecil. Morfometrik Saluran Pencernaan Ikan Buntal Hijau (T. nigroviridis) Hasil penangkapan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) dari muara Perairan Bengkalis sebanyak 94 ekor yang terdiri dari 63 ekor jantan dan 31 ekor betina. Ikan buntal hijau jantan memiliki berat tubuh 2,17-82,26 g dan panjang total tubuh 3,8-17,3 cm, sedangkan ikan buntal hijau betina memilki berat tubuh 4,54121,06 g dan panjang total tubuh 5,1-15,8 cm. Data morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) dari muara perairan Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 7. 7 Tabel 7. Pengukuran morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina No Parameter Pengukuran 1. 2. 3. Panjang tubuh ikan (cm) Berat tubuh (gr) Berat lambung (gr) Rasio berat lambung/berat tubuh ikan Panjang usus (cm) 4. 5. 6. 7. Hasil Pengukuran Jantan Betina 3,8-17,3 5,1-15,8 2,17-82,26 4,54-121,06 0,03-1,96 0,12-1,92 0,014-1,024 0,013-0,041 0,028 0,036 2,9-28,5 3,1-26,4 7,095 8,19 0,8-1,8 0,7-1,7 0,86 0,89 0,016-0,046 0,012-0,031 0,038 0,03 Rasio Panjang usus/panjang total tubuh Rasio berat usus/berat tubuh (ISI) Rata-rata hasil pengukuran Jantan Betina 7,9 8,62 19,33 24,75 0,51 0,65 Ket.ISI= Intestinal Somatic Index Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang usus ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan adalah 0,8-1,8 kali panjang tubuhnya dan ikan buntal hijau betina 0,7-1,7 kali panjang tubuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa ikan buntal hijau (T. nigroviridis) termasuk jenis ikan karnivora. Hasil analisis persamaan regresi morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persamaan regresi morfometrik saluran pencernaan ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Parameter pengukuran Panjang total tubuh dan rasio berat lambung/ berat tubuh ikan jantan Panjang total tubuh dan rasio berat lambung/ berat tubuh ikan betina Panjang total tubuh dan panjang usus ikan jantan Panjang total tubuh dan panjang usus ikan betina Panjang total tubuh dan rasio panjang usus/ panjang total tubuh ikan jantan Panjang total tubuh dan rasio panjang usus/ panjang total tubuh ikan betina Panjang total tubuh dan Intestinal Somatic Index (ISI) ikan jantan Panjang total tubuh dan Intestinal Somatic Index (ISI) ikan betina Persamaan rergresi Y= 5.543 X + 5.069 R 0,937 Korelasi 0.968 Y= -158.958 X + 14.302 0.459 0.678 Y= 0.696 X + 2.966 0,865 0.930 Y= 0.545 X + 4.163 0.889 0.943 Y= 16.488 X - 6.232 0.497 0.705 Y= 11.490 X - 1.694 0.667 0.817 Y= -62.250 X - 10.276 0.056 0.236 Y= 134.946 X - 4.532 0.207 0.455 Keterangan : R = keragaman data 8 Panjang total tubuh ikan buntal hijau (T. nigroviridis) dengan rasio berat lambung/berat tubuh. Rasio Berat Lambung/Berat Tubuh Rasio Berat Lambung/Berat Tubuh Jantan Y = 5.543 X + 5.069 r = 0.968 Panjang Total Tubuh (cm) Betina Y = -158.958 X + 14.302 r = 0.678 Panjang Total Tubuh (cm) Gambar 3. Grafik rasio berat lambung/berat tubuh ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina terhadap panjang total tubuh. Gambar 3 pada grafik ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh mempengaruhi rasio berat lambung/berat tubuh. Berarti ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi makanannya sesuai dengan berat tubuhnya. Tetapi pada grafik ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh tidak mempengaruhi rasio berat lambung/berat tubuh karena semakin panjang ukuran tubuhnya maka semakin menurun nilai rasio berat lambung/berat tubuhnya. Berarti ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina tidak mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi makanannya. Panjang total tubuh ikan dengan panjang usus dan panjang total tubuh dengan rasio panjang usus/panjang total tubuh. Jantan r = 0.930 Panjang Usus (cm) Panjang Usus (cm) Y = 0.696 X + 2.966 Betina Panjang Total Tubuh (cm) Y = 0.545 X + 4.163 r = 0.943 Panjang Total Tubuh (cm) Gambar 4. Grafik panjang usus ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina terhadap panjang total tubuh. 9 Y = 16.488 X – 6.232 r = 0.705 Rasio Panjang Usus/Panjang Tubuh Rasio Panjang Usus/Panjang Tubuh Betina Jantan Y = 11.490 X – 1.694 r = 0.817 Panjang Total Tubuh (cm) Panjang Total Tubuh (cm) Gambar 5. Grafik rasio panjang usus/Panjang Total Tubuh ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina terhadap panjang total tubuh Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina mempengaruhi panjang usus dan rasio panjang usus/panjang total tubuhnya. Peningkatan panjang usus ikan, baik itu ikan herbivora, karnivora, maupun omnivora sejalan dengan meningkatnya panjang tubuh ikan karena usus akan mengalami pertambahan panjang apabila makanan yang masuk lebih banyak sehingga usus akan beradaptasi untuk menambah luas area pencernaannya dengan menambah panjang tubuhnya (PerezEspana dan Abitia-Cardenas 1996). Panjang total tubuh dengan ISI (Intestinal Somatic Index). Y = -62.250 X -10.276 r = 0.236 Betina Rasio Berat Usus/Berat Tubuh Rasio Berat Usus/Berat Tubuh Jantan Y = 134.946 X – 4.532 r = 0.455 Panjang Total Tubuh (cm) Panjang Total Tubuh (cm) Gambar 6. Grafik rasio berat usus/berat tubuh (ISI) ikan buntal hijau (T. nigroviridis) jantan dan betina terhadap panjang total tubuh Gambar 6 pada grafik ikan buntal hijau jantan (T. nigroviridis) menunjukkan peningkatan panjang tubuh tidak mempengaruhi rasio berat usus/berat tubuh karena semakin panjang ukuran tubuh maka semakin menurun nilai rasio berat usus/berat tubuhnya. Penurunan nilai rasio berat usus/berat tubuh ikan mengambarkan kondisi nutrisi ikan tersebut tidak baik untuk kebutuhan pertumbuhan tubuh ikan. Sedangkan pada ikan buntal hijau (T. nigroviridis) betina menunjukkan peningkatan berat tubuh mempengaruhi rasio berat usus/berat 10 tubuh. Peningkatan nilai rasio berat usus/berat tubuh ikan menggambarkan kondisi nutrisi ikan tersebut baik untuk kebutuhan pertumbuhan tubuh ikan (Rios et al. 2004). KESIMPULAN DAN SARAN Panjang total ikan buntal hijau jantan yang ditemukan selama penelitian ini adalah 38-173 mm sedangkan ikan betina adalah 51-158 mm. Makanan alami yang ditemukan dalam lambung ikan buntal hijau meliputi potongan ikan, udang, kerang, gastropoda, unidentified, fitoplankton dan zooplankton. Panjang usus ikan jantan adalah 0,8–1,8 kali panjang tubuhnya dan ikan betina adalah 0,7-1,7 kali panjang tubuhnya. Rasio berat lambung, panjang usus, rasio panjang usus dan rasio ISI (Intestinal Somatic Index) memiliki korelasi positif dengan panjang total tubuh ikan buntal hijau. Ikan buntal hijau jantan dan betina merupakan ikan karnivora berdasarkan jenis makanan dan panjang ususnya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi dengan jumlah yang lebih banyak, ukuran ikan yang lebih bervariasi dan waktu pengambilan ikan yang lebih panjang untuk mendapatkan informasi yang lengkap sebagai perbandingan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah memberikan dana Kreativitas Mahasiswa untuk kelangsungan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Annuddin. 2005. Statistika : Rancangan dan Analisa Data. IPB Press. Bogor. Edward and George. 1976. The Fresh and Salt Water Fishes of World. By Fine Yeard Books. Inc. New York. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta. Fitrial, Y. 2003. Toksin Marin Alami. Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (Program pasca Sarjana). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kottelat M.A.J, Whitten S.N, Kartikasari S, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hongkong. P. Lagler K.F, J.E Bardach, R.R Miller. 1977. Ichtyology. New York Jhon Willey and Sons Inc. Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. Rios F.S, Kalinin A.L, Fernandes M.N, Rantin F.T. 2004. Changes in Gut Gross Morphology of Traira Hoplias malabaricusa (Teleoistei, Erythrinidae) 11 During Long-Term Starvation and After Refeeding. Braz. J. Biol. 64 (3B): 683-689. Weber M, Beaufort L F. 1913. The Fish of The Indo – Australian Archipelago. Vol. II. E. J. Brill Ltd. Leiden. Available at : http://www.fishbase.org/summary/speciessummary.php?id=23093 Yusfiati. 2006. Anatomi Alat Pencernaan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) [Tesis]. IPB. Bogor. 12