Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI KELURAHAN OLAK KEMANG KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH : NURFALAH AID311025 PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAMBI 2016 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c ABSTRAK Nurfalah 2015 Hubungan Pola Asuh Orang Tua permisif dengan Perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi, Skripsi Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing I Nyimas Muazzomi, S.Ag, M.Pd,I, dan Pembimbing II Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua Permisif, Perkembangan sosial emosional, Anak Usia Dini Pendidikan anak di peroleh terutama melalui interaksi antara orang tua-anak. Dalam pola asuh orang tua akan menunjukan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya, oleh karena itu keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak. Perkembangan sosial emosional yang beragam, diantaranya ada anak yang bisa membina hubungan dengan teman sebaya serta orang yang baru dikenal, ada yang suka menyendiri serta pendiam. Ada anak yang tidak mampu mengelola emosi terlihat dari anak yang suka usil dengan temannya hingga menangis, anak yang usil tersebut memiliki sedikit teman dalam bermain. Berdasarkan permasalahan di atas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua permisif dengan Perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan 4Danau Teluk Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015 /2016. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengungkap hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif Penelitian ini bersifat korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel, masing-masing dinamakan, variabel dependen dan independen. Yang menjadi variabel dependen ialah perkembangan sosial emosional anak usia dini, sedangkan variabel independen adalah pola asuh orang tua permisif, dengan subjek penelitian berjumlah 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebab dari perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,437 lebih besar dari r tabel sebesar 0,3338. rhitung > rtabel (0,437 > 0,3338).. Dengan demikian terdapat korelasi pola asuh orang tua permisif (X) dengan perkembangan sosial emosional anak (Y). Pada uji t diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.793 > 2.0345). Kesimpulan dari hasil penelitian ada korelasi yang positif antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Jadi semakin tinggi tingkat pola asuh orang tua dalam bentuk permisif akan mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak usia dini. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak di peroleh terutama melalui interaksi antara orang tua-anak. Dalam pola usaha orang tua akan menunjukan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya, oleh karena itu keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak. Disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian dibesarkan pada awalnya pertama dalam lingkungan keluarga kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena atau sering disebut masa golden age. Karena itulah keluarga dipandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota lain sering di angap sebagai sistem atau jaringan yang saling berinteraksi. Sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh tua. mengasuh anak bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik ataau jasmaninya saja,melainkan juga pada pemenuhan optimalisasi perkmbangan yang lain emosi, social, bahasa, motorik dan kognifif. Peran keluarga dalam pendidikan anak usia dini sangatlah besar, terutama pada jalur pendidikan informal. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dari pada di luar rumah sehingga di butuhkan pengawasan serta perhatian Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c lebih dari orang tua, terutama di bawah anak berusia 5 tahun. Memiliki peran yang sangat besar di dalam hal menentukan karakter dan memeksimalkan kecerdasan anak. Oleh karena itu di perlukan pola asuh yang dapat memaksimalkan kecerdasan yang harus di miliki oleh seorang anak. Pola asuh secara umum diarahkan pada cara orang tua memperlakukan anak dalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi, mendisiplinkan, memonitor, mendorong pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya,agar anak mempersepsikan pola asuh yang di berikan kepadanya dengan baik. Pola asuh adalah sikap orang tua dalam membingbing anak-anaknya. Perlakuan orang tua seorang anak akan mempengaruhi bagai mana anak itu memandang, menilai, dan juga mempengaruhi seorang anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang di antara mereka. Orang tua yang satu dengan yang lain memberikan pola asuh yang berbeda dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Perkembangan sosial emosi pada usia anak- anak perlu mendapat perhatian dari orang tua. Suasana emosional orang tua dirumah dapat merangsang perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan mentalnya, sebab usia 2,5 atau 3 tahun telah menunjukkan emosi “aku” nya. Sikap dan perilaku yang muncul seperti membantah, menolak, membangkang dan tidak tahu aturan kerap terjadi. Ketidaktahuan psikis anak akan menimbulkan berbagai kekerasan dari orangtua sebagai orang terdekatnya berupa kekerasan fisik, psikis, bahkan seksual. Kekerasan fisik misalnya dengan mencubit, memukul, dan jewer mulai dari kekerasan berkadar ringan hingga berdosis ekstrem. Kekerasan psikis seperti memberi stigma (cap buruk) “kamu anak nakal, tidak tahu diri, jorok, bodoh dan sejenisnya” (Asmaya, 2010). Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dari observasi yang telah peneliti lakukan sebelumnya diketahui bahwa anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi ini tempat peneliti meneliti di RT.01, RT.02 dam RT.13 memiliki perkembangan sosial emosional yang beragam, diantaranya ada anak yang bisa membina hubungan dengan teman sebaya serta orang yang baru dikenal, ada yang suka menyendiri serta pendiam. Ada anak yang tidak mampu mengelola emosi terlihat dari anak yang suka usil dengan temannya hingga menangis, anak yang usil tersebut memiliki sedikit teman dalam bermain. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh perkembangan sosial emosional anak, dimana anak yang mempunyai kemampuan membina hubungan dengan orang lain akan mampu membina hubungan dengan temanya. Hasil wawancara dengan orang tua anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi ini tempat peneliti meneliti di RT.01, RT.02 dam RT.13 tanggal 11 Februari 2016 diketahui ada 10 anak yang belum bisa mandiri dan menangis saat ditinggal orangtuanya, sehingga masih ditemani dan anak sulit untuk berinteraksi dengan temannya. Ada 9 anak yang suka usil dengan temannya, setelah di nasehati hanya diam dan merasa tidak bersalah. Selain itu ada anak yang mampu mengenali emosi temannya terlihat pada saat teman lain sedang menagis lalu ia melaporkan kepada gurunya. Beragam pula tingkat motivasi diri pada anak, bagaimana anak mengelola dan mengepresikan emosi dan bagaimana pula anak mengenali emosi teman sebayanya. Setelah dilakukan wawancara dengan 5 orang tua anak, 3 diantaranya mempunyai latar belakang pekerjaan sebagai petani dan 2 sebagai pedagang. Ia mengatakan bahwa anak susah diatur dan cenderung mengikuti keinginannya sendri. Ada juga anak yang kurang suka bergaul dengan teman walaupun telah berada dilingkungan rumahnya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Selain itu ada anak yang setelah berada dilingkungan rumah bisa bermain dengan teman sebaya. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik meneliti tentang “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua permisif dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015 /2016. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. 1. Pola asuh orang tua permisif serta hubungannya dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Pola asuh orang tua permisif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a. Pemberian Kebebasan (pembolehan yang sifatnya toleran). b. Proteksi c. 2. Submission (Penyerahan). Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a. Membaur dengan teman b. Respon positif terhadap stimulus yang diberikan c. Menunjukkan kasih sayang 1.3 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut: Bagaimana hubungan pola asuh orang tua Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengungkap hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pendidikan anak usia dini. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis a. Diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmiah dalam Pendidikan Anak Usia Dini bahwa pola asuh orang tua permisif mempunyai hubungan terhadap perkembangan sosial emosional anak. b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan masukan untuk meneliti permasalahan lain atau sebagai referensi lain terhadap penelitian yang hampir sama atau penelitian yang sejenis. 2. Secara praktis a. Bagi anak Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Anak dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional mereka untuk belajar dan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. b. Bagi Orang Tua Orang tua dapat lebih memahami tentang cara memberikan pola asuh kepada anak yang benar dan dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. c. Bagi Peneliti Dapat dijadikan acuan sebagai referensi dalam suatu penelitian yang berhubungan dengan pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial emosional anak. 1.6 Defenisi Operasional 1. Pola Asuh Orang Tua Permisif Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua.(Hurlock,2003) 2. Perkembangan Sosial Emosional Perkembangan sosial emosional adalah seseorang dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat. .(Hurlock,2003) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 1.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. 1.8 Kerangka Konseptual Pola Asuh Permisif (X) Rxy Perkembangan Sosial Emosional (Y) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh Orang Tua Permisif Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orangtua dimana didalamnya terdapat aspek-aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di berikan, semua keputusan di serahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas (Hurlock 2007:125). Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbinganpun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk member keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. Dengan hal ini anak berusaha belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkungan sosial. Karena kurang adanya arahan, baik yang berlaku dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial, meskipun sengaja melanggar peraturan, tidak diberlakukan hukuman dan juga tidak ada hadiah bagi yang berperilaku sosial dengan baik. Jadi orang tua membiarkan anak berbuat dengan sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kehendaknya agar mereka senang. Remaja dengan orang tua permisif cenderung seenaknya sendiri, kurang bertanggung jawab, manja dan kurang berfikir dalam bertindak karena remaja tidak diberi bimbingan dan arahan oleh orang tua untuk berperilaku yang baik. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dalam pola asuh ini orangtua bersifat permisif (serba membolehkan), tidak mengendalikan, kurang menuntut. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar anak-anak, hanya menuntut sedikit dewasa dan hanya member sedikit perhatian dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Orang tua dengan pola asuh permisif dibiarkan mengatur tingkah laku mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri. Hurlock (2007:94) pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan ketat bahkan bimbinganpun jarang sekali di berikan sehingga tidak ada pengendalian dan pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berperilaku menurut apa yang diinginkan tanpa ada kontrol dari orangtua. Adapun pola asuh permisif adalah suatu bentuk pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak. Cirinya orang tua bersikap longgar, tidak terlalu memberikan bimbingan dan kontrol, perhatianpun terkesan kurang. Kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri (Papalia, Olds, 2009: 54). Gunarsa dan Gunarsa, 1995; Helm dan Turner, 1995; Papalia, Olds dan Feldman, 2011 dalam (Dariyo, 2004: 98) mengemukakan bahwa pola asuh permisif merupakan children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Dalam pola asuh permisif orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tatacara dan batasan-batasan dari tingkah lakunya.Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah “keterlaluan” orang tua baru bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi longgar. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya (Gunarsa, 2006:83). Sementara menurut peneliti sendiri pola asuh permisif adalah suatu bentuk bimbingan orang tua, dimana orang tua sangat memberi kelonggaran dan kebebasan sepenuhnya tanpa adanya peraturan dalam keluarga. Dari pemaparan diatas, maka pola asuh permisif yang diterapkan orang tua dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku, namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya. 2.1.1 Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif Orangtua Menurut Baumrind (Gunarsa, 2006:399), secara garis besar pola asuh orang tua terdiri dari empat aspek, antara lain : a. b. c. d. Kontrol Hukuman dan Hadiah Dominasi Komunikasi Empat aspek tersebut terdap dalam semua jenis pola asuh, termasuk dalam pola asuh permisif hanya saja kadarnya yang berbeda. Shocib (2013:23) bahwa aspek-aspek dari salah satu jenis pola asuh, yaitu pola asuh permisif orangtua, antara lain : a. b. c. Orang tua bersifat toleran terhadap anak Orang tua tidak peduli dengan tindakan anak yaitu dengan tidak ada batasan atau peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan Tidak ada tindakan dari orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun negative, yang berupa hadiah atau hukuman. Komunikasi hampir tidak ada Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c d. e. Orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak yang aktif. Semua keputusan di serahkan kepada anak Kebebasan di berikan kepada anak sepenuhnya dalma penagmabilan keputusan tanpa memperhatikan kebutuhannya. Kontrol terhadap anak longgar Tindakan orang tua yang tidak peduli dengan semua tindakan anak atau sikap anak. Menurut Shocib (2013: 23) aspek-aspek yang terdapat dalam pola asuh permisif antara lain: a. b. c. d. e. Orang tua bersifat toleran terhadap anak, bahkan orang tua tidak peduli tindakan anak, sehingga orang tua tidak memberi batasan atau peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun negative. Komunikasi hampir tidak ada antara orang tua dan anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak sepenuhnya tanpa memperhatikan kebutuhannya. Kontrol orang tua terhadap anak sangatlah longgar. 2.1.2 Pola asuh permisif atau pemanja Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua. Secara umum ciri-ciri pola asuh orang tua yang bersifat pemanja yaitu: a. Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. b. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c c. Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas kewajaran. 2.1.2 Sebab-sebab Pola Asuh Permisif Orang Tua Alasan tersembunyi yang sering kali menjadi latar belakang mendorong banyak orang tua menerapkan pola asuh permisif adalah sebagai berikut: a. Tidak ingin terganggu Beberapa orang tua tidak ingin diganggu kehidupan pribadi mereka. Orang tua model ini menganggap keberadaan anak remaja dengan berbagai masalahnya merupakan gangguan serius terhadap kehidupan privasi mereka. Itulah sebabnya, mereka membiarkan anak remaja mereka melakukan apa saja sepanjang tidak mengganggu kehidupan privasi mereka. b. Kurang pengetahuan dan pengalaman Tidak sedikit orang tua yang kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana mengasuh anak remaja yang terus berubah dan bergejolak. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman sangat berpotensi mendorong orang tua membiarkan anak remajanya melakukan apa saja sesuai kehendak mereka. c. Gengsi dan harga diri Faktor gengsi dan harga diri dapat memicu orang tua menerapkan pola asuh serba memperbolehkan (permisif) terhadap anak remajanya. Jikalau anak tetangga sebelah rumah sudah memiliki telepon genggam model terbaru, mengapa tidak membelikan anak remaja sendiri hal yang sama? Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Demikian halnya jika anak remaja tetangga sebelah rumah sudah mulai rajin ke diskotik, mengapa tidak membiarkan anak remaja sendiri ke diskotik ? Kompetisi sia-sia inilah salah satu penyebab banyaknya remaja menjadi konsumtif, tidak produktif, bahkan terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak senonoh. d. Akibat penderitaan masa kecil Orang tua yang mengalami berbagai kesukaran dan kesulitan hidup masa lalu biasanya menyimpan obsesi. Obsesi bisa jadi pemicu orang tua menganut pola asuh permisif karena tidak ingin melihat anak remajanya mengalami kesukaran atau kesulitan seperti ketika dirinya menjalani masa remaja dulu. e. Ingin membahagiakan anak remaja Ingin membahagiakan anak remaja adalah alasan klasik yang paling banyak menjadi pendorong para orang tua menerapkan pola asuh serba membolehkan (permisif) terhadap anak-anak remaja mereka. f. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah orang tua terhadap anak remaja mereka bisa menjadi pemicu penerapan pola asuh permisif. Dengan menerapkan aturan serba membolehkan banyak orang tua merasa telah berbuat baik kepada anakanak remaja mereka, sekaligus menghapus perasaan bersalah tersebut (Shocib, 2013:48-49). Dari beberapa aspek mengenai ciri-ciri pola asuh permisif yang telah dikemukakan oleh Shocib dan sebab-sebab orang tua memilih pola asuh permisif menurut pendapat Surbaktidiatas adalah hal yang menjadi pemicu terjadinya kenakalan remaja, sehingga dengan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c pengertian tersebut orang tua setidaknya bisa mengetahui dan memilih pola asuh yang terbaik bagi anak. 2.1.3 Dampak Pola Asuh Permisif Menurut Shocib (2013: 51) Dampak pola asuh permisif adalah anak-anak remaja berkembang dengan kepribadian dan emosional yang kacau. Sebagai contoh, dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Bertindak sekehendak hati. b. Tidak mampu mengendalikan diri. c. Tingkat kesadaran mereka rendah d. Menganut pola hidup bebas, nyaris tanpa aturan. e. Selalu memaksakan kehendak. f. Tidak mampu membedakan baik dan buruk. g. Kemampuan berkompetisi rendah sekali. h. Tidak mampu menghargai prestasi dan kerja keras. i. Mudah putus asa dan sering kalah sebelum bertanding. j. Miskin inisiatif dan daya juang rendah. k. Tidak produktif dan hidup konsumtif. l. Kemampuan mengambil keputusan rendah (Shocib 2013: 51). 2.1.4 Indikator Penelitian Pola Asuh Permisif Menurut Baumrind (2014) indikator dari pola asuh permisif adalah sebagai berikut: 1. Pemberian Kebebasan Pola asuh permisif juga ditandai dengan orangtua mendidik anaknya secara bebas yaitu dengan mendidik acuh tak acuh, Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 2. 3. bersifat pasif atau bersifat masa bodoh. Hal tersebut menyebabkan kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga. Sehingga anak merasa kurang menikmati kasih sayang orangtua Proteksi Maksud dari kontrol orangtua sangat lemah adalah orangtua membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbimbingnya. Seperti orangtua membiarkan anak bermain sampailarut malam tanpa pengawasan. Sikap orangtua yang seperti ini sangat berbahaya dan menjadikan anak bersikap sesuka hati. Submission (Penyerahan) Salah satu indikator pola asuh permisif adalah tidak memberikan aturan atau pengarahan kepada anak dengan membiarkan apa saja yang dilakukan anak. Dengan kata lain orangtua terlalu memberikan kebebasan kepada anak untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan oleh orangtua. 2.2 Pengertian Tentang Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini 2.2.1 Perkembangan Sosial Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicori). Syamsuddin (2013:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (2000:86) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsanganrangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya". Muhibin (2013:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (2003:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial". 2.2.2 Perkembangan Emosi Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya, setiap orang bereaksi terhadap keberadaannya. Hidup manusia sangat kaya akan pengalaman emosional. Hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya, adapula yang sangat samar sehingga ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik itu laki-Iaki ataupun perempuan. Sebagai contoh, seorang anak tertawa kegirangan ketika ayahnya melambungkan tubuhnya ke udara atau kita meiihat seorang anak yang berusia satu tahun sedang menangis karena mainannya direbut oleh kakaknya. Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan rnelalui kondisi fisiknya. Sebagai contoh seorang anak akan iangsung menangis apabila ia merasa sakit atau merasa tidak nyaman. Namun, apabiia seorang anak ditanya tentang "bagaimana perasaannya" atau "mengapa ia merasa sakit?", anak akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dalam bahasa verbal. Contoh-contoh perilaku di atas menunjukkan gambaran emosi seseorang. Jadi, apa sebetulnya yang dimaksud dengan emosi itu? Untuk mengetahui hai itu lebih jelas, Anda dapat mengikuti pembahasan berikut ini. Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan v senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary (1994:690) emosi didefinisikan sebagai "berbagai perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c (2013:411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak". Syamsuddin (2013:69) mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. 2.2.3 Proses Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (2003), yaitu sebagai berikut. 1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat. 2. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat. 3. Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial. Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan. Ada dua puluh karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan penyesuaian diri baik, yaitu sebagai berikut. 1. Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya. 2. Menikmati pengalamannya. 3. Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya. Apakah itu peran sebagai anggota kelompok, murid di sekolah atau sekadar peran kakak terhadap adiknya. 4. Mampu memecahkan masalah dengan segera. 5. Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk merasa bahagia. 6. Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum. 7. Tetap pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya itu salah. 8. Merasa puas dengan kenyataan. 9. Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk melarikan diri. 10. Belajar dari kegagalan tidak mencari alasan untuk kegagalannya. 11. Tahu bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main. 12. Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 13. Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya. 14. Dapat menunjukkan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya terganggu. 15. Dapat menunjukkan kasih sayang. 16. Dapat menahan sakit dan frustrasi bila diperlukan. 17. Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan. 18. Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan. 19. Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya. 20. Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. Untuk itu, sejak dini anak perlu diajak bersikap realistis terhadap diri dan kemampuannya. 2.2.4 Fungsi dan Peranan Emosi Pada Perkembangan Anak Usia Dini Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya emosi pada individu, selanjutnya kita akan membahas tentang tungsi atau peranan emosi pada perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Sebagai contoh, anak yang merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan emosinya dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi anak dengan lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk bahasa verbal. Demikian pula halnya ekspresi tertawa terbahak-bahak Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c ataupun memeluk ibunya dengan erat. Ini merupakan contoh bentuk komunikasi anak yang bermuatan emosional. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain berikut ini. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Penilaian ini akan menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak, sekaligus membentuk konsep diri anak berdasarkan perlakuan tersebut. Sebagai contoh, seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis, lingkungan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang "cengeng". Anak akan diperlakukan sesuai dengan penilaiannya tersebut, misalnya entah sering mengolok-olok anak, mengucilkannya atau bisa juga menjadi over protective. Penilaian dan perlakuan terhadap anak yang disebut "cengeng" ini akan mempengaruhi kepribadian dan penilaian diri anak. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi ditampilkan dapat sosial anak lingkungannya. belajar untuk melalui Melalui membentuk reaksi tingkah reaksi-reaksi lingkungan laku emosi yang sosial, anak yang dapat diterima lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang kurang menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar dapat diterima di lingkungan masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak yang empati dan suka berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Anak akan tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan. Artinya, apabila ada seorang anak yang pemarah dalam suatu kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu, misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran atau malah bubar. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan. Artinya, apabila seorang anak yang ramah dan suka menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan pun menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut berulang-ulang hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya, seorang anak akan menolak bermain finger painting (melukis dengan jari tangan) karena takut akan mengotori bajunya dan dimarahi orang tuanya. Aktivitas finger painting ini sangat baik untuk melatih motorik halus dan indra perabaannya. Namun, hambatan emosional (takut dimarahi orang tuanya) anak menjadi kehilangan keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan pengembangan dirinya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 2.2.5 Indikator Penelitian Perkembangan Sosial Emosional Anak Hurlock (2003: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. untuk memperoleh kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial memerlukan tiga (3) proses yaitu: 1. 2. 3. Membaur dengan teman: Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima untuk dapat bermasyarakat, dalam membentuk prilaku agar dapat diterima di masyarakat, pada usia anak SD belajar berprilaku agar dapat diterima di masyarakat meliputi: (1) tanggapan anak terhadap pola asuh orang tua, (2) interaksi anak dan orang tua, (3) kondisi keluarga dan, (4) motivasi dari orang tua dalam belajar. Proses belajar berprilaku yang meliputi pola pengasuhan orang tua, contohnya orang tua menemani anak ketika mengerjakan pekerjaan rumah,interkasi yang terjadi pada orang tua dan anak pada saat tersebut akan membentuk prilaku yang baik dan positif pada anak. Proses tersebut terjadi di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupaka faktor exogin pertama yang sangat berpengaruh pada perkembangan sosial seorang anak. Respon positif terhadap stimulus yang diberikan: Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan murid. Pada proses ini anak yang mampu memainkan peran sosial dalam lingkunganya akan mam pu mengembangkan pengendalian diri dan rasa percaya diri. Contohnya anak yang lebih senang belajar disekolah akan mengurangi intensitas belajar di rumah, karena anak merasa sekolah memiliki fasilitas yang lebih lengkap untuk belajar. Anak mulai mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai proses pengendalian diri, proses tersebut terjadi di lingkungan sekolah yang meliputi: (1) intensitas keberdaan anak di sekolah, (2) fasilitas belajar, (3) cara guru mengajar dan interaksi guru dan siswa Lingkungan sekolah itu sendiri merupakan faktor Exogin kedua yang berpengaruh pada perkembangan sosial seorang anak. Menunjukkan kasih sayang: Untuk bermasyarakat dan bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang lain dan mampu berkomunikasi sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka menggabungkan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c diri. Pada proses ini anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka mereka akan dapat diterima sebagai anggota kelompok dalam suatu ruang lingkup sosialisasi. Contohnya anak yang suka meniru perbuatan yang dilakukan oleh teman yang suka mengucapkan katakata tidak baik ketika sedang bermain atau belajar. Proses tersebut terjadi di lingkungan teman sebaya yang meliputi (1) kecenderungan anak bermain dengan teman sesama jenis, (2) interaksi sosial anak terkait unsur moral dan (3) status dari teman sebaya itu sendiri. Lingkungan teman sebaya merupakan faktor Exogin ketiga yang berpengaruh pada perkembangan sosial seorang anak. Dari ketiga aspek yang terjadi di tiga kontek yang mempengaruhi perkembangan sosial seorang anak tersebut, terlihat jelas bahwa masing-masing memiliki peran sentral yang saling berhubungan dalam menentukan tingkah laku sosial maupun pola fikir dari seorang anak. Anak usia sekolah dasar memerlukan perhatian penuh dalam pembentukan pola fikirnya, segala bentuk rasa ingin tahu anak hendaknya dapat terjawab secara jelas dan logis sesuai dengan kemampuan dan taraf berfikir anak usia tersebut, hal tersebut sematamata bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada anak. 2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap minatbelajar anak, karena seorang anak dalam keluarga inilah mengalami pertumbuhan awal dan dasar baik fisik maupun mentalnya. “Dalam keluarga Islam, orang tua sebagai pendidik anak di lingkup keluarganya, perlu memahami konsep, tugas, fungsi, dan sifat-sifat pendidik muslim, dan mengupayakan anak-anaknya menjadi insane kreatif dalam kehidupannya”. Sebenarnya ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional yaitu faktor internal diantaranya jasmani, psikologis, dan kematangan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c fisik. Adapun faktor eksternal diantaranya keluarga, sekolah, dan masyarakat. Disini keluarga, khususnya orang tua memang merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak, dan memberikan pengalaman pendidikan pertama. Pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua merupakan tugas yang komplek yang memerlukan kepekaan dan kemauan untuk melihat apa yang harus dilakukan kepada anak-anak, dan merubahnya bila perlu. Oleh karena itu penguasaan metodologi dalam kependidikan, penguasaan materi yang tepat, kemampuan memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada anak penting dimiliki oleh setiap orang tua. Sosial emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada, dan anak lebih mampu mengendalikan perasaan - perasaannya sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan tersebut (Santrock, 2013: 208). Sosial emosional anak memerlukan pengarahan dan stimulus dari seorang, oleh karena itu diharapkan dapat memfasilitasi perkembangan tersebut dengan model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak agar perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. 2.4 Penelitian yang Relevan 1. Sulistyaningrum, Yeni (2011) Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Al-Azhar Kid's World). Skripsi, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Hasil analisis data menunjukkan bahwa pola asuh orang tua sebagian besar adalah Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c demokatis. Hal ini ditunjukkan dalam hasil penelitian bahwa orang tua yang selalu menerapkan pola asuh demokratis sebesar 50%, yang kadang-kadang menerapkan pola asuh demokratis sebesar 38.03%, dan yang tidak pernah menerapkan pola asuh demokratis sebesar 11.78%. 2. Jaka Wisnu Saputra (2013) Pola Asuh Orangtua yang Bekerja terhadap Sosial Emosional Anak Usia 4-5 Tahun.di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Teknik pengumpulan datanya meliputi observasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan hasil penelitian dan menyusun laporan, dengan tujuan penulis dapat mengetahui dan mempelajari tingkah laku dan kebiasaan masyarakat khususnya pola asuh orangtua terhadap anak. Sementara untuk pengembangannya melakukan metode populasi dan sampel. Hasil dari analisis data ini dibuatkan kerangka dari angket-angket yang dikumpulkan dan solusi untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dalam bidang pengasuhan di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas adalah sama-sama meneliti pola asuh orang tua siswa tapi tempat penelitiannya berbeda sedangkan penelitian peneliti meneliti hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini dimana sama-sama meneliti pola asuh tapi variabel lainnya berbeda dan tempat penelitiannyapun berbeda. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Hasil refleksi maupun saran - saran dari penelitian - penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang menyebabkan penelitian kurang berhasil dapat dijadikan pengetahuan agar tidak diulangi lagi dalam penelitian ini, sedangkan hal hal yang menyebabkan penelitian terdahulu tersebut berhasil, akan dijadikan sebagai pedoman agar penelitian dapat dilakukan. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif Penelitian ini bersifat korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel, masing-masing dinamakan, variabel dependen dan independen. Yang menjadi variabel dependen ialah perkembangan sosial emosional, sedangkan variabel independen adalah pola asuh orang tua permisif. Penelitian ini merupakan penelitian yang dirancang untuk menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini melakukan pengujian hipotesis dengan mengacuh kepada hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen tersebut. Penelitian ini adalah “penelitian kuantitatif dengan metode survey dan penelitian ini di maksudkan untuk menguji hipotesis”. Menurut Sugiyono (2009:229) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah “penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil”. Sehingga dengan demikian ditemukan dengan kejadian-kejadian relatif, distribusi maupun psikologis. Penelitian korelasi adalah “penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel” (Sugiyono 2012:187). Tujuan dari penelitian korelasional adalah untuk menyatakan besar kecilnya hubungan dua variabel atau lebih. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Sugiyono (2011:117) menyebutkan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Anak paud di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi berjumlah 70 orang anak usia dini setelah diklasifikasikan melalui angket yang diajukan ke orang tua anak usia dini terjaring yang permisif 35 orang, Berdasarkan populasi di atas, dapat diketahui jumlah subyek dalam penelitian sebanyak 35 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan semua subyek dalam memperoleh data penelitian tentang pola asuh orang tua permisif dan perkembangan sosial emosional, sehingga penelitian ini termasuk penelitian populasi. Subjek penelitian diambil keseluruhan dikarenakan kurang dari 100 ini disebut total sampling. 3.2 Intrumen Penelitian Menurut Arikunto (2012:136) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi. Angket disini digunakan untuk memperoleh data mengenai perkembangan sosial emosional siswa dalam belajar. Menurut Sugiyono (2009:142), “Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan pola asuh orang tua permisif terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pola Asuh Orang Tua Permisif Variabel Indikator Pola Asuh Orang Tua permisif 1. Pemberian Kebebsan (pembolehan yang sifatnya toleran) 2. Proteksi Deskriptor 1. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtu 2. Tidak adanya hadiah atau pun pujian meski anak berperilaku sosial baik No. Item 1-5 6-10 1. Tidak ada nya 11-15 hukuman meski anak melanggar peraturan 2. Kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. 16-20 3. Submission (Penyerahan) 3. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak 4. Membiarkan anak berprilaku semaunya 21-25 26-30 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Perkembangan Sosial Emosional Variabel Indikator Perkembangan 1. Membaur teman Sosial Emosional anak No. Item dengan 1. Mengajak temannya 1-3 untuk bermain 2. Menjawab pertanyaan teman 3. Bekerjasama dalam 4-6 permainan kelompok 3 Mengenal mainan milik temannya 4 Mau berbagi dengan 7-9 temannya 10-12 Deskriptor 13-15 2 Respon terhadap positif 1. stimulus yang diberikan 2. 3. 4. Tersenyum sebagai 16-18 respon terhadap perhatian yang diberikan orang lain kepadanya Menghampiri bila dipanggil namanya Menghargai orang lain 19-21 Meraih benda yang diberikan 22-24 25-27 3. Menunjukkan kasih sayang 1. Menunjukkan rasa 28-30 kasih sayang pada orang sekitar, misalnya membelai adik, mencium ibu 2. Menggandeng Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c tangan orang tua (Ibu) bila berjalan di luar rumah 31-33 Angket dapat dibedakan atas beberapa jenis tergantung dari sudut pandangnya: 1) Dipandang dari cara menjawab, diantaranya: a) Angket terbuka, yaitu memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b) Angket tertutup, sudah disediakan jawabannya responden tinggal memilih. 2) Dipandang dari jawaban yang diberikan: a) Angket langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. b) Angket tidak langsung, jika responden menjawab tentang orang lain. 3) Dipandang dari bentuknya: a) Angket pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan angket tertutup. b) Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka. c) Check list ( √ ), merupakan sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check ( √ ) pada kolom yang sesuai. d) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Dari penjelasan tentang beberapa jenis angket diatas dalam penelitian ini penulis memilih angket yang digunakan adalah angket yang berbentuk check list. Dalam penelitian ini diperlukan dua macam data yaitu : tentang pola asuh orang tua permisif dan data perkembangan sosial emosional . Data tentang pola asuh orang tua permisif dan perkembangan sosial emosional siswa dikumpulkan dengan menggunakan angket. Angket disusun berdasarkan kisi-kisi Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 3.3 Teknik Pengumpul Data Dari hipotesis yang diajukan, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan analisa korelasi product moment 1. Uji Prasarat Analisis Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik. Sebagai syarat suatu penelitian, maka sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji Korelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh merupakan distribusi normal atau tidak. Adapun metode statistik untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji chi quadrat, dengan menggunakan rumus sebagai mana diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002 : 29). fo fh ) x 2 fh Keterangan : X2 = Chi quadrat fo = Frekuensi yang diperoleh fh = Frekuensi yang diharapkan. b. Uji Korelasi Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Rumus : Keterangan : rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y. xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item. y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian. c. Uji T Selanjutnya dilakukan uji signifikan koefisien korelasi dan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t (Sugiyono, 2011: 230) rumus yang digunakan adalah: t hitung r n2 1 r2 Pengujian signifikansi berfungsi untuk mencari makna dari hubungan variabel X (pola asuh orang tua permisif) terhadap Y (perkembangan sosial emosional anak), dengan bantuan komputer program IBM SPSS Statistics 22 64bit. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Tabel 2 : Kriteria Penafsiran Korelasi No Korelasi 1. 0,00 – 0,20 2. 0,21 – 0, 40 3. 4. 0,41 – 0,70 0,71 – 0,90 5. 0,91 – 1,00 Penafsiran Korelasi kecil : hubungan hampir dapat diabaikan Korelasi rendah : hubungan jelas tetapi kecil Korelasi sedang : hubungan memadai Korelasi tinggi : hubungan besar Korelasi sangat tinggi : hubungan sangat erat Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Tempat penelitian peneliti di Desa Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi dimana peneliti mengadakan penelitian di RT.01, RT.02 dam RT.13 yang terdiri dari 35 orang tua permisif yang mempunyai berbagai macam pekerjaan ada yang swasta, wiraswasta, PNS, buruh dan petani. Dari berbagai macam pekerjaan penduduk desa Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi membuat kesibukan orang tua pun bermacam-macam. Dalam penelitian ini peneliti pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di desa Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Data tentang hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi ini didapat dari hasil peyebaran angket yang dilakukan pada saat penelitian. Dari hasil penyebaran angket tersebut kemudian data diolah sehingga diperoleh data yang berupa nilai. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Hasil tabulasi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini, Tabel 3. Distribusi Hasil Pengumpulan Data Tentang Pola Asuh Permisif Pada Orang Tua di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 ∑ X ( Pola asuh Orang Tua Permisif) 80 85 90 68 92 98 91 55 92 85 69 82 92 100 85 73 92 97 81 61 83 90 57 97 96 84 96 92 89 89 59 91 77 91 84 2943 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Tabel 4. Distribusi Hasil Pengumpulan Data Tentang Perkembangan Sosial Emosional Anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 ∑ Y (Perkembangan Sosial Emosional Anak) 91 72 78 62 76 82 73 67 76 68 83 76 73 77 70 85 84 85 65 36 77 73 33 78 71 74 66 57 72 89 82 86 65 68 74 2544 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 4.2. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu variabel pola asuh orang tua permisif (X). Sedangkan variabel perkembangan sosial emosional (Y) sebagai variabel terikat. Melalui proses pengumpulan data melalui metode yang telah ditentukan yaitu metode angket dan metode dokumentasi diperoleh deskripsi data sebagai berikut : Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi, maka akan dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis lanjut. 1. Analisis pendahuluan Dalam analisis ini akan dideskripsikan tentang hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi melalui data yang diperoleh dari responden melalui daftar angket. Setelah diketahui data-data tersebut kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian ini. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut : a. Tingkat pola asuh orang tua permisif N permisif Valid N (listwise) 35 Descriptive Statistics Minimum Maximum 55.00 100.00 Mean Std. Deviation 84.085 12.21708 7 35 Data hasil penelitian pola asuh orang tua permisif dikumpulkan melalui angket yang terdiri 29 pertanyaan dengan jumlah responden 35 Orang tua. Angket ini berisi pertanyaan – pertanyaan yang diartikan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c kedalam bentuk angka-angka. Kemudian angka-angka tersebut ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 64bit (Seri Program Statistik, diperoleh sebaran data tertinggi (maksimum) sebesar 100.00, dan terendah (minimum) sebesar 55.00. sementara, nilai rata-rata (Mean) sebesar 84.0857, dan simpangan baku (std deviation) 12.21708. Dari hasil data statistik diatas didatkan histogram dibawah ini Grafik 1. Histogram Pola Asuh Orang Tua Permisif Setelah mengetahui nilai tertinggi dan nilai terendah pola asuh orang tua permisif, yaitu nilai tertinggi 100.00 dan nilai terendah 55.00. Langkah selanjutnya adalah mencari interval dari nilai tersebut. Rumus yang digunakan adalah : Statistics permisif N Valid Missing 35 0 Mean 84.0857 Std. Error of Mean 2.06506 Median 89.0000 Mode Std. Deviation 92.00 12.21708 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Variance 149.257 Range 45.00 Minimum 55.00 Maximum 100.00 Sum 2943.00 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown R=H–L+1 = 100 – 55 + 1 = 44 Selanjutnya dicari nilai interval, dengan rumus sebagai berikut : a. Rata-Rata (mean) Untuk menghitung rata-rata dari suatu populasi, maka digunakan rumus: untuk data tunggal ∑ = 84.085 Median = [ ( )] =[ ( =[ ( )] )] = [ ] = 18 b. Simpangan Baku K = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 35 = 1+ 3.3 x 1.5440 = 6.0954245463559095971449753007649 = 6 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c R = skor terbesar – skor terkecil = 100 – 55.00 = 45 I = R/K = 45/6.0954245463559095971449753007649 = 7.3825866693572334071545739524952 = 7 Tabel 10. Daftar Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Permisif Interval nilai F Persentase 55 – 62 4 11.43% 63 – 70 2 5.71% 71 – 77 2 5.71% 78 – 84 6 17.14% 85 – 91 10 28.57% 92 - 98 11 31.43% jumlah 35 100.00% Maka hal ini menunjukkan bahwa tingkat pola asuh orang tua permisif tergolong pada kriteria rendah sekali pada jarak interval 63 – 70 yaitu 2 responden atau 5.71% dan interval 71 – 77 yaitu 2 responden atau 5.71%. b. Perkembangan sosial emosional anak usia dini Descriptive Statistics N Minimum sosial 35 Valid N (listwise) 35 33.00 Maximum 91.00 Mean 72.6857 Std. Deviation 12.30918 Data hasil penelitian Perkembangan sosial emosional anak usia dini dikumpulkan melalui angket yang terdiri 27 pertanyaan dengan jumlah responden 35 Orang tua. Angket ini berisi pertanyaan – pertanyaan yang diartikan kedalam bentuk angka-angka. Kemudian angka-angka tersebut ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 64bit (Seri Program Statistik, diperoleh sebaran data tertinggi (maksimum) sebesar 91.00, dan terendah (minimum) sebesar 33.00. sementara, nilai rata-rata (Mean) sebesar 72.6857, dan simpangan baku (std deviation) 12.30918. Dari hasil data statistik diatas didatkan histogram dibawah ini Grafik 1. Histogram Perkembangan sosial emosional anak usia dini Setelah mengetahui nilai tertinggi dan nilai terendah Perkembangan sosial emosional anak usia dini , yaitu nilai tertinggi 91.00 dan nilai terendah 33.00. Langkah selanjutnya adalah mencari interval dari nilai tersebut. Rumus yang digunakan adalah : Statistics sosial N Valid Missing 35 0 Mean 72.6857 Std. Error of Mean 2.08063 Median 74.0000 Mode Std. Deviation Variance Range 73.00 a 12.30918 151.516 58.00 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Minimum 33.00 Maximum 91.00 Sum 2544.00 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Setelah mengetahui nilai tertinggi dan nilai terendah perkembangan sosial emosional anak yaitu nilai tertinggi 91.00 dan nilai terendah 33.00, langkah selanjutnya adalah mencari interval dari nilai tersebut. Rumus yang digunakan adalah : R=H–L+1 = 91.00 – 33.00 + 1 = 59 Selanjutnya dicari nilai interval, dengan rumus sebagai berikut : a. Rata-Rata (mean) Untuk menghitung rata-rata dari suatu populasi, maka digunakan rumus: untuk data tunggal ∑ = 72.68 Median = [ ( )] =[ ( =[ ( )] )] = [ ] = 18 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c c. Simpangan Baku K = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 35 = 1+ 3.3 x 1.5440 = 6.0954245463559095971449753007649 = 6 R = skor terbesar – skor terkecil = 91.00 – 33.00 = 58.00 I = R/K = 58.00/6.095 = 9.5159 = 10 Tabel 12 Daftar Distribusi Frekuensi Perkembangan Sosial Emosional Interval nilai 33 – 42 43 - 52 51 - 62 63 – 72 73 – 82 83 – 92 Jumlah Maka hal ini menunjukkan F Persentase 2 5.71% 0 0.00% 2 5.71% 10 28.57% 14 40.00% 7 20.00% 35 100.00% bahwa nilai rata-rata perkembangan sosial emosional anak disekolah tergolong pada kriteria rendah sekali pada jarak interval 43 - 52 yaitu 0 responden atau 0.00% 2. Analisis Uji Hipotesis a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Untuk mengetahui variabel dependen dan independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar berikut. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 35 a,b Normal Parameters Mean .0000000 Std. Deviation 11.06980727 Most Extreme Differences Absolute .128 Positive .080 Negative -.128 Test Statistic .128 c Asymp. Sig. (2-tailed) .157 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test terhadap residual regresi yang dilakukan dengan program IBM SPSS Statistics 22 64bit (Seri Program Statistik) tabel diatas menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi normal dengan nilai asymp.sig (2-tailed) 0.157 lebih besar dari 5%. Hasil pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan residual diatas data setelah proses dapat diketahui p-value lebih besar dari 5% (p > ) yaitu sebesar 0.157 > 0.05 maka dapat dinyatakan bahwa data memiliki sebaran data normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa syarat model regresi dapat dipenuhi. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Diagram 3. Histogram Nomalitas Pola Asuh Permisif dan Perkembangan sosial emosional Diagram 4. Nomalitas Nomalitas Pola Asuh Permisif dan Perkembangan sosial emosional 3. Korelasi Pola Asuh Permisif (X) dengan Perkembangan sosial emosional (Y) Pengujian secara digunakan untuk menguji signifikansi koefisien korelasi parsial atau hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat (Y). Data dianalisis dengan bantuan komputer program IBM SPSS Statistics 22 64bit. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Dasar pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas. Jika angka probabilitas hasil analisis ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Apabila Ha diterima menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara korelasi pola asuh permisif (X) dengan perkembangan sosial emosional (Y) secara parsial. Correlations sosial Pearson Correlation sosial 1.000 .437 .437 1.000 . .004 .004 . sosial 35 35 permisif 35 35 permisif Sig. (1-tailed) sosial permisif N permisif Apabila nilai rhitung (rh) yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai rtabel (rt) maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga ada hubungan yang signifikan antara hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Sedangkan apabila rhitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus tersebut diatas seperti pada diperoleh rxy hitung sebesar 0,437. Koefisien korelasi tersebut dikonsultasikan dengan tabel r pada taraf signifikasi 5% yaitu sebesar 0,3338. Dengan perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,437 lebih besar dari r tabel sebesar 0,3338. rhitung > rtabel (0,437 > 0,3338). Dengan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c demikian terdapat korelasi pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi 4. Hasil Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi”. Hasil penghitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment akan menghasilkan koefisien korelasi rxy, kemudian koefisien tersebut diinterpretasikan dan dikonsultasikan dengan tabel korelasi product moment pada taraf siginikasi 5% dan 1% dengan ketentuan : 1. Jika nilai rxy observasi ( nilai r hitung ) lebih besar atau sama dengan r tabel berarti hasil penelitian menunjukan hasil yang “siginifikan” artinya hipotesis diajukan diterima. 2. Jika nilai rxy observasi ( nilai r hitung ) lebih kecil dari pada r tabel berarti hasil penelitian menunjukan hasil yang “ non siginifikan” artinya hipotesis yang diajukan ditolak. Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Model B Error Beta t Sig. 1 (Constant) 35.637 13.398 2.660 .012 permisif .441 .158 .437 2.793 .009 a. Dependent Variable: sosial Correlations Zeroorder Partial Part .437 .437 .437 Collinearity Statistics Tolerance 1.000 VIF 1.000 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t, untuk variabel bebas perkembangan sosial emosional koefisien dapat diperoleh nilai t-hitung sebesar 2.793 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan nilai thitung dengan ttabel pada taraf signifikan 5%. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima. Dan jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Pada perhitungan tabel pada taraf signifikansi 5%, ttabel adalah = 2.0345 Berdasarkan uji analisis di atas, diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.793 > 2.0345). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Berarti ada korelasi yang positif antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebab dari perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,437 lebih besar dari r tabel sebesar 0,3338. rhitung > rtabel (0,437 > 0,3338).. Dengan demikian terdapat korelasi pola asuh orang tua permisif (X) dengan perkembangan sosial emosional anak (Y). Pada uji t diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.793 > 2.0345). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Berarti ada korelasi yang positif antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Dilihat dari hasil analisis regresi dan korelasi tersebut yaitu menunjukkan semakin tinggi pola asuh orang tua permisif, maka akan semakin rendah perkembangan sosial emosionalnya. Berdasarkan hasil peneltian ditarik kesimpulan bahwa orangtua Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orangtua dimana didalamnya terdapat aspek-aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di berikan, semua keputusan di serahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas (Hurlock 2003:125). Pola asuh permisif ditandai dengan sikap penerimaan tinggi, namun kontrol terhadap anak rendah. Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja, orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja (Muttaqin, 2005). Menurut asumsi peneliti bahwa orang tua yang permisif adalah orang tua yang serba membolehkan anak melalukan apa saja tanpa pengawasan dan kontrol darinya serta menuruti kemauan dan keinginan anak. Sehingga anak cenderung suka memberontak, kurang percaya diri dan prestasi rendah serta kurang bertanggung jawab. Dengan demikian anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh seperti ini tidak mampu bersaing diluar terutama dalam meraih prestasi. Selain itu latar belakang pekerjaan dan pendidikan orang tua juga mempengaruhi cara pola asuh orang tua, diantaranya ada yang bekerja sebagai petani, pedagang sehingga perhatian terhadap anak tidak cukup. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diberikan oleh peneliti kepada orang tua, dimana apabila anak menginginkan sesuatu seperti mainan yang disukai maka orang tua akan membelikan apa kemauan anak.selain itu apabila anak terlalu jauh main bersama teman orang tua bersikap membiarkan saja dan menunggu kapan anak pulang. Menurut Soetjiningsih, (2007) bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam pola asuh perkembangan anak karena dengan pendidikan orang tua yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar. Terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana cara menjaga kesehatan, mendidik, dan mengasuh anak. Hasil yang sama ditunjukkan dalam penelitian bahwa terdapat keterkaitan antara pendidikan ibu dalam menentukan pola pengasuhan. Dalam pelaksanaan penelitian terlihat jelas perbedaan antara orang tua berpendidikan tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah. Orang tua yang berpendidikan tinggi mereka hanya memerlukan sedikit penjelasan dan bisa menjawab kuesioner sendiri dengan cepat tanpa banyak bertanya atau kooperatif. Orang tua yang berpendidikan rendah dalam penelitian membutuhkan penjelasan secara perlahan-lahan dan jelas, dalam mengisi kuesioner juga membutuhkan waktu yang lama. Tentu tingkat pendidikan orang tua ini akan berpengaruh langsung dalam penerapan pola asuh kepada anak-anak mereka. Berdasarkan pola asuh orang tua didapatkan data pola asuh permisif dengan perkembangan sosial anak didapat rxy hitung sebesar 0,240. Hal ini bisa terjadi dikarenakan orang tua permisif selalu memanjakan anak, anak tidak diberi batasanbatasan atau aturan-aturan yang pasti sehingga anak tidak mempunyai rasa tanggung jawab terutama pada dirinya sendiri. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Hal serupa juga diungkap oleh (Prayitno, 2013) bahwa orang tua yang menggunakan pola asuh permisif anak tidak ada rasa tanggung jawab sosial dan akan mengalami kesulitan dalam bergaul. Bila orang tua terlalu acuh dan memanjakan anak maka dapat menghambat perkembangan moral anak, pola asuh ini merupakan pengasuhan yang terburuk dan yang lainnya. Tetapi pola asuh bisa digunakan semua tergantung pada situasi dan perkembangan anak. Senada dengan (Prayitno, 2013) seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya anak semua pola asuh bisa diterapkan tergantung pada situasi tertentu dan pertumbuhan anak. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan tentang pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini anak di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Dari hasil perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,437 lebih besar dari r tabel sebesar 0,3338. rhitung > rtabel (0,437 > 0,3338). Dengan demikian terdapat korelasi pola asuh orang tua permisif (X) dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini (Y). Pada uji t diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.793 > 2.0345) Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Berarti ada korelasi yang positif antara pola asuh orang tua permisif dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Dimana semakin tingkat tingkat pola asuh orang tua dalam bentuk permisif akan mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak usia dini Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua sebaiknya dalam mendidik dan mengasuh anak menggunakan ke tiga pola asuh karena dalam mengasuh anak ada saat dan waktu tertentu anak dididik dengan pengasuhan yang berbeda. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan pola asuh yang di berikan kepada anak agar perkembangan sosial emosional anak lebih baik, karena orang tua sangat berperan banyak dalam memperhatikan perkembangan anak, karena anak lebih banyak dirumah dibandingkan di sekolah 2. Bagi guru diharapkan lebih memperhatikan anak yang menunjukan tingkat perkembangan sosial emosional anak usia dini usia 4-6 tahun yang masih belum mampu untuk belajar dengan cara menahasehati, memperingati anak, menegur anak jika masih manja kepada orang tua sehingga memotivasi untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini anak. 3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini. Peneliti lain dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menambah variabel lain yang belum diungkap dalam penelitian ini seperti: status mental dan perasaan, keadaan jasmani dan rohani anak, kondisi lingkungan, dan motivasi belajar Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c DAFTAR PUSTAKA Arikunto (2012) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Asmaya, (2010) Aa Gym Da’i Sejuk dalam Masyarakat Majemuk. Jakarta: Hikmah. Dariyo, (2004) Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia Goleman (2013) Emitional Intelligence Perkembangan emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utam Gunarsa, (2006) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock (2003) Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Hurlock (2007) Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Jaka Wisnu Saputra (2013) Pola Asuh Orangtua yang Bekerja terhadap Sosial Emosional Anak Usia 4-5 Tahun.di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Muhibin (2013) Psikologi Belajar. Bandung. PT.Radja Grafindo Persada Muttaqin, (2005). Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta Papalia, Olds, (2009) Human development tenth edition. New York : Mc Graw Hill Prayitno, (2013) Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Penerbit. PT. Rineka Cipta Shocib (2013) Pola Asuh Orang Tua, Jakarta Rineke Cipta Soetjiningsih, (2007) Buku Ajar Tumbuh Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Kembang Sugiyono (2009) Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Remaja dan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c Sugiyono (2012) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta Sulistyaningrum, Yeni (2011) Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Al-Azhar Kid's World). Skripsi, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Syamsuddin (2013) Metode Riset Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c KISI – KISI ANGKET PENELITIAN Judul Skripsi : “Hubungan Pola Asuh Orang Tua permisif dengan Perkembangan sosial emosional Anak Usia Dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Devenisi Operasional : “Pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak “Perkembangan sosial emosional adalah seseorang dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Oleh : Nurfalah NIM : AID311025 Pembimbing Skripsi I : Nyimas Muazzomi, S.Ag, M.Pd,I Pembimbing Skripsi II : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I Variabel Pola Asuh Orang Tua permisif No. Item 1-5 Indikator Deskriptor 4. Pemberian Kebebsan (pembolehan yang sifatnya toleran) 3. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtu 4. Tidak adanya hadiah atau pun pujian meski anak berperilaku sosial baik 5. Proteksi 5. Tidak ada nya 11-15 hukuman meski anak melanggar peraturan 6. Kurang kontrol 16-20 terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. 6. Submission (Penyerahan) 7. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak 8. Membiarkan anak berprilaku semaunya 6-10 21-24 25-29 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c ANGKET PENELITIAN POLA ASUH PERMISIF JUDUL SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI KELURAHAN OLAK KEMANG KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI IDENTITAS ORANG TUA Nama : Umur : Nama anak/kelas : Pendidikan terakhir : Alamat : Tanggal pengisian : PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda ceklist ( √ ) pada kolom. Jawablah setiap kalimat pernyataan atau pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan jangan satu butirpun pertanyaan yang terlewatkan. No PERTANYAAN PENILAIAN S S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Meskipun anak saya berbuat baik pada orang lain, saya tidak pernah memberiku pujian dalam bentuk apapun. saya tidak marah, jika anak saya melakukan kesalahan sekecil apapun. Saya lebih membebaskan anak saya berbuat sesuka hati mereka tanpa pernah saya larang Karena saya sibuk bekerja anak saya biarkan bermain dirumah Saya tidak pernah memarahi anak dalam bentuk apapun saya tidak marah ,meskipun anak saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan Saya tidak pernah memberikan pujian kepada anak Saya tidak pernah memberikan hadiah kepada anak Saya tidak pernah mensuport anak dalam belajar Saya tidak pernah memberikan nasehat kepada anak saya tidak pernah menanyakan, jika anak saya terlambat pulang sekolah. Karena saya sibuk bekerja anak saya titip dengan neneknya S S T S TS Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Saya tidak pernah menghukum anak disaat mereka berbuat kesalahan Saya membiarkan anak belajar sendiri Saya membiarkan anak melakukan kegiatan sendiri tanpa perlu saya awasi Saya membiarkan anak saya bergaul dengan tetangga di sebelah rumah Saya tidak bisa mengontrol kegiatan sehari-hari anak dirumah Saya percaya anak-anak akan baik-baik saja tanpa saya awasi Saya melihat pertumbuhan anak-anak saya walaupun saya sibuk bekerja Jika anak saya menonton acara TV dan lupa belajar, saya tidak mengingatkan. Saya tidak pernah menanyakan pekerjaan rumah kepada anak Saya tidak pernah memeriksa pekerjaan rumah anak Saya jarang Memperhatikan perkembangan anak baik disekolah maupun dirumah Saya jarang ngobrol dengan anak. Ketika anak mempunyai masalah dengan teman di sekolah, saya menyerahkan ke gurunya Memberi kebebasan penuh kepada anak untuk bergaul dengan siapa saja yang mereka sukai Memberi kepercayaan penuh kepada anak untuk menentukan cita-cita nya tanpa melihat bakat dan talenta anak Selalu mencukupi kebutuhan anak dengan memberi barang-barang yang mereka inginkan tanpa melihat dampak barang tersebut . Memberi kebebasan penuh kepada anak untuk menggunakan uang yang mereka miliki Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c KISI – KISI ANGKET PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK Judul Skripsi : “Hubungan Pola Asuh Orang Tua permisif dengan Perkembangan sosial emosional Anak Usia Dini di Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Devenisi Operasional : “Pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak “Perkembangan sosial emosional adalah seseorang dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat Oleh : Nurfalah NIM : AID311025 Pembimbing Skripsi I : Nyimas Muazzomi, S.Ag, M.Pd,I Pembimbing Skripsi II : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I Variabel Indikator Perkem bangan Sosial Emosional anak 1. Membaur teman No. Item 1-5 4. Mengajak temannya Deskriptor dengan untuk bermain 5. Menjawab pertanyaan teman 2 Respon positif 5. Tersenyum sebagai terhadap stimulus respon terhadap yang diberikan perhatian yang diberikan orang lain kepadanya 6. Menghampiri bila dipanggil namanya 3. Menunjukkan kasih sayang 6-10 1 115 620 21-23 rasa 3. Menunjukkan kasih sayang pada orang sekitar, misalnya membelai adik, mencium ibu 24-27 4. Menggandeng tangan orang tua (Ibu) bila berjalan di luar rumah 1 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c ANGKET PENELITIAN JUDUL SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI KELURAHAN OLAK KEMANG KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI IDENTITAS ORANG TUA Nama : Umur : Nama anak/kelas : Pendidikan terakhir : Alamat : Tanggal pengisian : PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda ceklist ( √ ) pada kolom. Jawablah setiap kalimat pernyataan atau pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan jangan satu butirpun pertanyaan yang terlewatkan. No PERTANYAAN PENILAIAN S S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Anak saya mempunyai banyak teman Anak saya mudah bermain dengan siapa saja Anak saya senang bermain dengan temantemannya Anak saya mudah bergaul dengan siapa saja Anak saya disukai teman-temannya Saya sering mengajak anak untuk jalan-jalan Saya sering bercanda dengan anak Saya sering menemani anak dalam bermain Saya memarahi anak disaat anak tidak menurut Saya menemani anak kapan dia membutuhkan saya Anak saya senang bermain dengan temannya Anak saya senanng berkumpul dengan temannya Saya melihat anak saya lebih banyak suaranya dari pada temannya Saya melihat anak saya suka memimpin temannya S S T S TS Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c899a81944d3410493e2c 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Anak suka kasar dengan temannya Anak suka mengalah dengan temannya Anak suka mendikte temannya Anak jadi idola teman sebayanya Anak lebih pendiam dibanding teman sebayanya Menunjukkan rasa kasih sayang pada orang sekitar, misalnya membelai adik, mencium ibu Menggandeng tangan orang tua (Ibu) bila berjalan di luar rumah Anak tahu bagaimana cara bicara yang baik dengan orang yang lebih tua Anak bersikap manis didepan orang tua Anak mampu mengambil hati orang tua Anak menghibur teman yang lagi sedih Anak mampu memimpin teman sebayanya Anak mampu bergaul dengan teman sebayanya