Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 03 No. 12 Sep 2013 (13 – 21) ISSN : 2303-3959 Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pathological Change of African Catfish (Clarias gariepinus) Infected by Aeromonas Hydrophila Asniatih*, Muhammad Idris**, dan Kadir Sabilu*** Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo Kampus Tridharma Kendari 93333, Telp (0401) 393783 E-mail : *[email protected], **[email protected], ***[email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan patologi pada ikan lele dumbo (C. gariepinus) yang terinfeksi A. hydrophila. Beberapa parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu gejala klinis eksternal maupun internal serta perubahan patologi pada ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila. Organ target yang digunakan untuk pengamatan histopatologi yaitu insang, ginjal dan hati. Infeski bakteri dilakukan melalui penyuntikkan secara intramuskular dengan konsentrasi bakteri yang digunakan yaitu 10 7 cfu/ml sebanyak 0,1 ml. Pemeriksaan bakteri pasca infeksi A. hydrophila dilakukan melalui Uji bakteri pada media selektif A. hydrophila yaitu media RS (Rimler Shotts) serta uji pewarnaan gram. Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk melihat perubahan patologi pada jaringan organ ikan lele dumbo. Hasil dari penelitian ini adalah gejala klinis ektsternal pada ikan lele dumbo yaitu mulai tampak pada hari ke-4 dan hari ke-5 pasca penyuntikkan. Gejala klinis pada hari ke-4 yaitu pada bagian tengah kepala terdapat bercak kemerahan, terdapat lesi pada bagian punggung bekas penyuntikkan serta pada organ mata mengalami exopthalmia (organ mata yang menonjol keluar), sedangkan gejala klinis eksternal pada hari ke-5 yaitu seluruh bagian kepala berwarna pucat kemerahan. Gejala klinis internal pada ikan lele dumbo yaitu hati berwana pucat dan merah kehitaman serta ginjal berwarna merah kehitaman pula, hancur yang disertai dengan pendarahan dan organ insang menjadi pucat. Perubahan patologi yang terjadi pada organ insang yaitu hemoragi. Pada organ ginjal terjadi perubahan patologi berupa degenerasi hialin pada tubulus distal dan artropi pada jaringan hematopoetik. Pada organ hati terjadi perubahan patologi berupa hemoragi, nekrosis dan edema. Kata kunci: perubahan patologi, gejala klinis, A. hydrophila, ikan lele dumbo (C. gariepinus) Abstract The aim of the present study was to know the pathological change of African catfish (C. gariepinus) infected by A. hydrophila. Parameters observed were external and internal clinical signs, and pathological change of African catfish infected by A. hydrophila. Parts of the body of African catfish used for histopathological examination were gill, kidney and heart. Bacteria was injected through intramuscular infection with 10 7 cfu/ml for 0,1 ml concentration of bacteria A. hydrophila. Bacteria were tested after infection A. hydrophila using selective RS (Rimler Shotts) medium and staining gram. Histopathological examination also was conducted to show the pathological change on catfish tissue infected by A. hydrophila. Result showed that external clinical signs on catfish appear on 4th and 5th days after infection. On 4th day, central head of African catfish were reddish, lesi in dorsal, appearing exopthalmia on eyes. Furthermore, on 5th day was all part of head of African catfish became pale and reddish. The internal clinical signs were liver became pale and dark reddish and the kidney showed the dark reddish, friable and hemorrhage, whereas the gill became pale. Pathological change in gill was hemorrhage, in kidney was hyaline degeneration in tubular epithelia, also atrophy in hematopoietic tissue and liver were hemorrhage, necrosis and edema. Keywords: pathological change, clinical signs, A. hydrophila, African catfish (C. gariepinus) Pendahuluan Ikan lele dumbo memiliki pertumbuhan yang cepat namun sangat rentan terhadap penyakit khususnya serangan bakteri. Salah satu bakteri yang menyerang ikan lele dumbo yaitu Aeromonas hydrophila yang biasa dikenal dengan penyakit Motile Aeromonas Septicemia atau penyakit bercak merah. Angka dkk., Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO (2005). Yogananth et al., (2009) menyatakan bahwa A. hydrophila merupakan mikroorganisme akuatik yang berada di perairan laut maupun perairan tawar, dalam kondisi stres bakteri tersebut menjadi patogen dan bersifat patogen oportunistik pada penyakit Hemoragi septicemia (penyakit bercak merah) pada ikan. Lukistyowati dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa bakteri A. hydrophila sangat 13 mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80-100 %) dalam kurun waktu yang singkat (1-2 minggu). Yin et al., (2010) juga menambahkan bahwa infeksi bakteri A. hidrophila dapat menyebabkan kematian hingga 80%. Patologi merupakan suatu studi penyakit mencakup fungsional dan perubahan morfologi serta reaksi yang berkembang pada organisme akibat infeksi agen dan kekurangan nutrisi (Plumb, 1994). Pemeriksaan histopatologi pada ikan dapat memberikan gambaran perubahan jaringan ikan yang terinfeksi penyakit. Dalam penentuan penyakit pada ikan, diagnosa penyakit merupakan langkah awal yang perlu diterapkan. Pada proses diagnosa penyakit infeksi pada ikan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis yang meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal maupun internal serta perubahan patologi. Untuk mengetahui perubahan patologi pada ikan yang terserang penyakit, perlu dilakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi adanya komponen-komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikro anatomi terhadap perubahan abnormal tingkat jaringan. Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai perubahan patologi pada ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013-April 2013, bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Kendari. Peralatan yang digunakan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu (a) untuk nekropsi ; Baki (kecil/besar), Pisau/scalpel, Botol bermulut lebar, Spatula dan Disecting set (b) untuk proses jaringan ; Alas dari bahan plastic/talenan, Pensil 2B dan label, Automatic Tissue Processor, Wax Dispenser, Microtome, Water bath, Refrigerator, Steaning jar, Gelas objek dan gelas penutup, Light/compound mikroskop (c) untuk injeksi bakteri ; Jarum suntik (d) untuk uji bakteri ; Jarum ose, Cawan Petri, Erlenmeyer, Mikro pipet, Tabung reaksi, Inkubator, Lampu Bunsen, Autoclave, Oven, Vortex, Sprider, Refrigerator, Laminar flow (e) Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO untuk kualitas air ; Thermometer, DO meter dan pH meter. Bahan yang digunakan yaitu (a) untuk pembuatan preparat histologi ; Paraffin, Formalin PA, Etahnol PA, Xylene PA, Haematoxylin Crystal, Mercury Oxide, Hydrochloric Acid, Amonium atau Potassium Ammonium Sulfat, Sodium Phosfat Dibasic,Natrium Chlorida, Entelan ,Methanol, Asam Asetat Glacial, Sodium Phosphat Monobasic (b)bahan untuk pewarnaan histology ; Xylene, Alkohol absolute, Alkohol 95%, HE, Aquadest Acid Alkohol (c) media untuk uji bakteri ; TSA, TSB, dan RS medium A. Pemeliharaan Organisme Uji 1. Ikan Uji Ikan lele dumbo yang digunakan yaitu ukuran 16-18 cm sebanyak 10 ekor. 2. Persiapan Wadah Pemeliharaan Mencuci akuarium dengan sabun, lalu dibilas dengan air bersih dan bagian dalam direndam dengan kalium permanganat (KMnO4) 25 ppm selama 24 jam agar akuarium bebas dari patogen, kemudian dibilas dan dikeringkan selam 1 hari. Kemudian akurium di isi dengan air sampai ketinggian 20 cm dan dipasang aerasi. Akuarium di isi 10 ekor ikan uji. Ikan lele dumbo yang baru datang terlebih dahulu direndam dalam larutan garam 30 ppt selama 5 menit. Perendaman ini bertujuan untuk melepaskan ektoparasit yang menempel. Kemudian ikan di pindahkan ke akuarium uji. Masa pemeliharaan diawali dengan mangadaptasikan ikan terhadap lingkungannya yang baru selama 3 hari. B. Penyediaan Suspensi Bakteri Aeromonas Hydrophila Bakteri yang digunakan yaitu A. hydrophila berasal dari laboratorium uji Staisun Karantina Ikan Kelas 1 Wolter Monginsidi. Biakan bakteri A. hydrophila diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 24-250C dalam media TSA miring pada tabung reaksi kemudian diambil menggunakan jarum ose sampai memenuhi lingkaran jarum ose. setelah itu dilarutkan 25 ml dalam media TSB, selanjutnya bakteri tersebut di inkubasi selama 18-24 jam dalam water bath shaker pada suhu 270C (Sholikhah, 2009). Kemudian untuk memperoleh dosis 107 cfu/ml maka dilakukan pengenceran berseri dengan menggunakan 14 eppendorf dan (Utami, 2009). mikropipet secara aseptic D. Pemeriksaan Bakteri C. Injeksi Bakteri Penginfeksian bakteri pada ikan dilakukan melalui metode penyuntikan (injeksi) dilakukan secara intramuskular pada bagian punggung dibelakang operkulum ikan. Kosentrasi yang digunakan yaitu 107 cfu/ml sebanyak 0,1 ml/ekor. Pemeriksaan bakteri atau uji bakteri bertujuan untuk memastikan bahwa bakteri yang menginfeksi ikan lele dumbo adalah A. hydrophila. Pemeriksaan bakteri dilakukan melalui dua metode yaitu uji RS (Rimler shots) medium dan pewarnaan gram yang mengacu pada Badan Standarisasi Nasional (2009). E. Pembuatan Preparat Histologi Prosedur pembuatan preparat histologi dapat dilihat pada Gambar 1. Organ target (Insang, ginjal dan hati) dengan ketebalan 5 cm Fiksasi menggunakan formalin 10% minimal 24 jam Dehidrasi dan Clearing pada Automatic tissue processor Penanaman dalam parafin (Embedding) Pemotongan jaringan organ menggunakan mikrotom Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (H&E) Penutupan (Covering) Pengamatan menggunakan mikroskop Gambar 1. Bagan Pembuatan Preparat Histologi F. Parameter Yang Diamati G. Analisis Data Parameter yan diamati pada penelitian ini adalah gejala klinis baik eksternal maupun internal, perubahan patologi khususnya pada organ insang, hati dan ginjal serta kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH). Analisis data dilakukan secara deksriptif, menggambarkan bagian-bagian jaringan yang mengalami perubahan patologi pada ikan lele dumbo dan dibandingkan dengan literatur Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO yang ada. 15 Hasil A. Gejala Klinis Gambar 2. Gejala klinis morfologi organ eksternal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: 2.A; Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila 2.B; Ikan lele dumbo pada hari ke-4 pasca infeksi bakteri A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan E (Exopthalmia) atau mata menonjol keluar 2.C; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-4 pasca infeksi A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan L (Lesi) 2.D; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-5, PK (Pucat Kemerahan). Gejala klinis internal Gambar 3. Gejala klinis morfologi organ internal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: A. Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila, M (Merah), B. Ikan lele dumbo pada organ internal pada hari ke-5 pasca infeksi A. hydrophila M (Merah), P (Pink/pucat), MK (Merah Kehitaman). C. Insang ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 berwarna pink (pucat). media RS (Rimler shotts) dan uji pewarnaan gram seperti yang disajikan pada pada Tabel 1. B. Identifikasi Bakteri Identifikasi bakteri dilakukan melalui uji fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu Tabel 1. Hasil uji pewarnaan gram dan uji fisiologis bakteri A. hydrophila pasca infeksi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) No. 1. 2. Uji Warna koloni Pewarnaan gram Media Rimler-shotts (RS) Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO Hasil Kuning Negatif, batang pendek Referensi BSNI, 2006 BSNI, 2006 16 Gambar 4. Identifikasi bakteri pada ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi hydrophila. A. Uji pada RS medium. B. Uji pada RS medium. C. Pewarnaan Gram. A. C. Pengamatan Histopatologi 1. Insang Gambar 5. Patologi arcus insang ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (A. Perbesaran 400x, B. Perbesaran 800x). A. Menunjukkan arcus insang dalam kondisi normal. B. Menunjukkan kondisi arcus insang pasca infeksi A.hydrophila yakni terjadi perubahan patologi berupa hemoragi (pendarahan yang disebabkan keluarnya darah dari dinding vaskula karena kerusakan dinding vaskular) yang terjadi pada jaringan konektif dan jaringan otot pada arcus insang. 2. Ginjal Gambar 6. Patologi ginjal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (Perbesaran 400x). A. Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo (C. gariepinus) dalam keadaan normal, Tubulus distal (T) dan Jaringan Hematopoetik (JH) dalam kondisi normal. B. Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 yakni, pada bagian tubulus distal (T) dan jaringan hematopoetik (JH), terjadi perubahan patologi berupa artropi (A), yaitu ketidaknormalan jumlah dan volume sel atau penyusutan sel, serta tubulus distal mengalami kerusakan atau degenerasi hialin. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 17 3. Hati Gambar 7. Patologi hati ikan lele dumbo dumbo (C.gariepinus) dengan pewarnaan H-E (Perbesaran 400x). Gambar 7. A, menunjukkan organ hati ikan lele dumbo dalam keadaan normal, H (Hepatopankreas) tampak jelas. Gambar 7. B, menunjukkan organ hati ikan lele dumbo pasca infeksi A. Hydrophila, hepatokankreas mengalami kerusakan dalam bentuk perubahan patologi berupa Nekrosis (N) yaitu kematian sel jaringan, Hemoragi (H) yaitu keluarnya darah dari kardio vaskuler dan juga Edema (E) yaitu degenarasi vakuola. 4. Kualitas Air Pengukuran kualitas air selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Hasil pengkuran kualitas air selama penelitian No. 1. 2. 3. Parameter 0 Suhu ( C) DO (mg/l) Ph Nilai 28,8 - 29,4 5,75 - 6,93 6,5 – 7 Pembahasan A. Gejala Klinis Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis pada hari pertama, kedua dan ketiga pasca penyuntikan bakteri A. hydrophila menunjukkan belum adanya gejala klinis yang tampak pada ikan lele dumbo. Hal disebabkan belum adanya reaksi yang ditimbulkan akibat infeksi bakteri tersebut, dikarenakan oleh sistem pertahanan tubuh (sistem imun) ikan lele dumbo masih mampu bertahan terhadap serangan bakteri A. hydrophila dibandingkan pada hari ke-4 dan ke-5 pasca penyuntikan A. hydrophila. Pada hari ke-4 dan ke-5 pasca penyuntikkan A. hydrophila, gejala klinis eksternal pada ikan lele dumbo mulai tampak. Gejala klinis eksternal yang tampak pada hari ke empat yaitu: pada bagian tengah kepala ikan Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO Kualitas Air Optimum Untuk Ikan Lele Dumbo 25-30 6,5 -12,5 6,5 -8 Referensi Soetomo, 1987 Taufik, 1984 Bachtiar, 2006 terdapat bercak merah, pada bagian mata mengalami exopthalmia (organ mata yang menonjol) serta terdapat lesi pada bagian dorsal atau bagian punggung bekas penyuntikkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Plumb (1994) bahwa infeksi MAS menyebabkan lesi eksternal yang dapat terjadi pada beberapa bagian organ ikan yaitu ekor, punggung, perut atau pada bagian kepala. Infeksi MAS juga menyebabkan exopthalmia (organ mata yang menonjol keluar). Hal ini disebabkan oleh akumulasi cairan pada mata sehingga menyebabkan bola mata menjadi cekung dan menonjol keluar. Selanjutnya Carraschi et al., (2012) mengemukakan bahwa gejala klinis eksternal pada penyakit MAS yaitu terjadi kemerahan pada bagian kulit, dan mata mengalami exopthalmia. Pengamatan gejala klinis eksternal yang tampak pada hari ke lima pasca penyuntikkan A. hdrophila yaitu seluruh bagian kepala 18 berwana pucat kemerahan. Hal ini disebabkan oleh bakteri A. hydrophila yang bersifat patogen. Sesuai dengan pernyataan Oliver et al., (1981) dalam Sholikah (2009) bahwa warna kemerahan pada bagian kepala ikan atau pada bagian tubuh ikan, disebabkan oleh patogen A. hydrophila yang mendegradasi jaringan organ tubuh serta mengeluarkan toksik yang disebarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah sehingga menimbulkan warna kemerahan pada tubuh ikan. Hasil pengamatan pada gejala klinis internal yaitu tampak pada hari ke lima masa penelitian, organ hati berwarna merah muda (pink) dan merah kehitaman serta mengalami pembengkakkan, ginjal hancur, berwana merah kehitaman yang disertai dengan peradangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alagappan et al., (2009) bahwa gejala klinis internal pada hati, limpa dan ginjal ikan lele (Arius maculatus) mengalami pembengkakkan. Bullock et al., (1971) dalam Angka (2005) juga menyatakan bahwa ikan yang sakit akibat infeksi A. hydrophila mengalami perdangan pada ginjal serta hati berwarna pucat. Sedangkan Thunes et al., (1993) dalam Angka (2005) menyatakan bahwa ikan yang terserang penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) dapat mati secara langsung tanpa menunjukkan gejala klinis apapun seperti lesi kecil dipermukaan tubuh, exopthalmia dan abses (cairan berwarna kuning) dirongga perut. B. Perubahan Patologi 1. Insang Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi pada organ insang ikan lele dumbo pasca penyuntikkan A. hydrophila terjadi perubahan patologi pada arcus insang berupa hemoragi (keluarnya darah dari kardio vaskular). Smith dan Jones (1961) menyatakan bahwa hemoragi yang terjadi pada arcus insang adalah kondisi keluarnya darah dari dan dalam vaskula akibat kerusakan dinding vaskula. Hal ini disebabkan karena insang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Sesuai dengan pernyataan Plumb (1994) bahwa hemoragi dapat disebabkan oleh trauma, atau meningkatnya porositas yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau toksin. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 2. Ginjal Hasil pengamatan pada organ ginjal ikan lele dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila yaitu terjadinya perubahan patologi berupa degenerasi hialin pada tubulus distal dan artropi pada jaringan hematopoetik. Takashima dan Hibaya (1995) mengemukakan bahwa degenerasi hialin terjadi pada jaringan konektif, dan serat halus berangsur-angsur menebal hingga akhirnya menjadi substansi esinopilik homogen. Fibriosit biasanya menghilang dan sel-sel parenkim mengalami artropi ketika jaringan konektif terdegradasi. Jun et al., (2010) mengemukakan bahwa perubahan patologi pada ginjal ikan korean cyprinid loach (Misgurnus anguillicaudatus) yang terinfeksi A. hydrophila yaitu degenerasi pada tubulus distal dan pada glomerulus serta jaringan hematopoetik mengalami nektrotik. Selanjutnya Yardimci dan Yilmaz (2011) mengemukakan bahwa perubahan patologi yang terjadi pada ginjal ikan nila (Oreochromis niloticus) akibat infeksi A. hydrophila yaitu hemoragi, hiperemia dan nekrosis pada tubulus distal. Artropi yang terjadi pada ginjal pasca infeksi A. hydrophila yaitu penyusutan sel-sel hematopoetik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Plumb (1994) bahwa atropi merupakan berukurangnya jumlah sel pada jaringan atau kitidaknormalan jumlah sel yang biasa juga disebut penyusutan sel. Atropi dapat disebabkan oleh kelaparan atau malnutrisi (penyebab paling umum), kekurangan persediaan darah yang cukup atau infeksi kronis. 3. Hati Hati merupakan pusat metabolisme tubuh, organ hati menghasilkan cairan empedu sebagai emulsifikator lemak yang berperan penting dalam proses pencernaan makanan (Sukenda dkk., 2008). Berdasarkan hasil pengamatan, perubahan patologi pada hati ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila, menunjukkan adanya degenerasi atau kerusakan pada hepatopankreas yakni inti sel dan sitoplasma sudah tidak tampak lagi. Hal ini disebabkan kerusakan histopatologi yang dikenal dengan nekrosis. Kerusakan bertambah parah karena diselingi dengan hemoragi serta edema. Prince dan Wilson (2006) menyatakan bahwa nekrosis merupakan sel-sel yang mempunyai aktivitas yang sangat rendah dan akhirnya mengalami 19 kematian sel jaringan sehingga menyebabkan hilangnya fungsi pada daerah yang mengalami nekrosis. Berdasarkan pengamatan, nekrosis yang terjadi pada hati termasuk dalam kategori kariolisis, yang ditandai oleh adanya bagian jaringan yang inti selnya sudah tidak tampak dan tidak dapat diwarnai atau hilang. Hemoragi dan edema yang juga terjadi pada patologi hati, membuat kerusakan menjadi kompleks sehingga hati kehilangan fungsinya. Guyton dan Hall (1996) dalam Pazra (2008) menyatakan bahwa penyebab dari edema adalah meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula sehingga menimbulkan perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang interstisium. Kondisi peningkatan tekanan hidrostatik sering ditemukan pada pembuluh vena dan edema sebagai resiko paska kongesti. C. Kualitas Air Berdasarkan pengamatan suhu air yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 2829 0C sesuai dengan pernyataan Soetomo (1987) bahwa suhu optimal dalam pemeliharaan ikan lele dumbo berkisar 25-30 0C. Pertumbuhan ikan lele dumbo akan terhambat pada suhu kurang dari 200C Mufidah dkk (2000) Diluar kisaran suhu tersebut dapat mengurangi nafsu makan ikan. Hasil pengukuran oksigen terlarut berkisar antara 5,75 - 6,93 mg/l. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut masih dapat ditoleransi oleh ikan lele dumbo,sesuai dengan pernyataan Taufik (1984) menambahkan bahwa kisaran oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya ikan lele dumbo berkisar 6,5 -12,5 mg/l. Menurunya oksigen terlarut dalam air dapat mengurangi nafsu makan ikan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan terganggu (Shafrudin dkk., 2006). Rendahnya kadar oksigen di suatu perairan dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga sistem imun menjadi menurun. Pada saat itu, serangan penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh ikan, baik berupa bakteri ataupun parasit. Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) yaitu 6,5-7. Kondisi ini cukup optimal untuk kehidupan ikan lele dumbo, sesuai dengan pernyataan Bachtiar (2006) bahwa derajat keasaman yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele dumbo yaitu 6,5-8. Taufik (1984) menambahkan bahwa perubahan pH dapat menyebabkan ikan menjadi stres Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO sehingga dapat dengan mudah terserang penyakit, dan secara tidak langsung rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga memudahkan infeksi oleh patogen. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan patologi pada ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila yaitu pada arcus insang mengalami hemoragi, pada ginjal, jaringan hematopoetik mengalami atropi dan tubulus distal mengalami degenerasi hialin, serta pada organ hati mengalami hemoragi, edema dan nekrosis. Persantunan Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan Laboratorium bakteri dan laboratorium histopatologi Stasiun Karantina Ikan Kelas I Kendari atas bimbingan dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka Alagappan, K.M., Deivasigamani, B., Kumaran, S., dan Sakthivel, M. 2009. Histopathological Alteration in Estuarine Catfish (Arius maculates; Thunberg, 1972) Due to Aeromonas hydrophila Infection. World Journal of Fish and Marine Science 1 (3) : 185-189. Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) Pada Ikan lele dumbo (Clasias sp.), Patologi, Pengobatan dan Pencegahannya dengan Fitofarmaka. Pacsa Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan lele dumbo Dumbo. 101 hal. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Metode Indentifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila Secara Biokimia. BSNI. Jakarta. 9 hal. Carraschi, P.S.,Claudinei. C., Joaquim.G.M.N., Flavio.R., Oswaldo.,D.R.J., Antonio.,N.N. and Neida.,L.B. 2012. Evaluation of Experimental Infection With Aeromonas hydrophila In Pacu (Piaractus mesopotamicus). International Journal of Fisheries and Aquaculture. 4 (5) : 81-84 Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan 20 Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Jun, J.W., Kim, J.H., Gomez, D.K., Choresca, C.H., Han, J.E., Shin, P.S., dan Park, S.C. 2010. Occurrence of TetracyclineResistant Aeromonas hydrophila in Korean Cyprinis Loach (Misgurnus anguillicaudatus). African Journal of Microbiology Research. 4 (9): 849-855. Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2012. Pelacakan Gen Aerolysin dari Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas yang diberi Pakan Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Veteriner 13 (1) : 43-50. Mufidah, N.B.W., Boedi, S.R., dan Woro, H.S., 2009. Pengkayaan Daphnia spp. Dengan Viterna Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1(1) : 5965. Pazra, DB. Gambaran histopatologi insang, otot dan usus Pada ikan lele (clarias spp.) Asal dari Daerah bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal. Plumb., J.A. 1994. Health Maintenance of Cultured Fishes, Principal Microbial Diseases. CRC press. Amerika. 239 p. Prince, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi. Edisi VI. Volume 1. EGC. Philadelphia. Sarkar.,R, Saha.,M, dan Roy.,P. 2012. Identification And Typing of Aeromonas hydrophila Through 16s rDNA-PCR Fingerprinting. Journal Aquaculture Research and Development. 3 (6) : 1-4. Shafrudin, D., Yuniarti dan Setiawati, M., 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Terhadap Produksi Pada Sistem Budidaya Dengan Pengendalian Nitrogen Melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2) : 137-147. Sholikhah, H.E. 2009. Efektivitas Campuran Meniran (phyllanthus niruri) dan Bawang Putih (allium sativum) Dalam Pakan Untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada ikan lele dumbo dumbo (clarias sp.). Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO Smith, H A dan Jones T C. 1961. Veterinary Pathology. Lea & Febiger, Philadelpia. Soetomo, M H A. 1987. Teknik Budidaya Ikan lele dumbo Dumbo. Sinar Biru, Bandung. 109 hal. Sukenda.,L, Jamal.,D. Wahjuningrum dan A. Hasan., 2008. Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan lele dumbo Dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia 7(2) : 159-169 Taufik,P. 1984. Faktor Kualitas Air Dapat Mempengaruhi Timbulnya Suatu Penyakit Pada Ikan. Majalah Pertanian No 3. Departemen Pertanian. Jakarta. Utami, P.W. 2009. Efektivitas Ekstrak PaciPaci (Lecuas lavandulaefolia) yang Diberikan Lewat Pakan Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ikan MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada Ikan lele dumbo Dumbo (Clarias sp.) [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 119 hal. Yardimci, B., dan Yimlaz, A. 2011. Pathological Findings of Experimental Aeromonas hydrophila Infection in Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Thesis. Department of Pathology, Faculty of Veterinary Medicine, University of Ankara. Turkey. p. 58. Yin, G., Ardo L., Thompson, K.D., Adams A., Jeney Z,. Jeney G., 2010. Chinese Herbs (Astragalus radix and Ganoderma Lucidum) Enhance Immune Respons of carps, Cyprinus carpio and Protection Againts Aeromonas hydrophila . Fish and Shellfish Immunology 26 (1) :140 -145. Yogananth, N., Bhakyaraj. R., Chanthuru. A., Anbalagan.,T, Nila., M. 2009. Detection of Virulence Gene in Aeromonas hydrophila Isolates from Fish Samples Using PCR Thecnique. Global Journal of Biotechnology and Biochemistry 4 (1): 51-53. 21