penerapan low frequency current pada patologi neuromusculosceletal

advertisement
Pertemuan ke 3
Oleh:
Sugijanto
Disampaikan pada kuliah
MK: Elaktrofisika dan Sumberfisis II
Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa
dapat:
 Memahami tentang Arus listrik frekwensi rendah
meliputi pengaruh dan penerapannya serta
penilaian hasil
 Memahami jenis dan sifat fisis, dosis dan teknik
aplikasi arus galvanik searah, Interupted Direct
Current untuk kasus patologi.
 Mampu menerapkan arus galvanik searah dan
Interupted Direct Current pada kasus patologis.
 Mampu menilai tentang hasil penerapan arus
galvanik searah dan Interupted Direct Current
pada kasus patologis
Tujuan instruksional:
Pertanyaan studi

Luigini Galvani (1786) meneliti stimulasi arus
listrik pada saraf kodok dan dipublikasikan
1791 sebagai arus galvanism merupakan arus
statik. Fabre-Palaprat (1833) penggunaan DC
untuk iontophoresis. Stephene Le Duc
dipolerkan dalam Licht (1983).



Elektrode sebagai konduktor antara alat
dengan jaringan, dibungkus pad basah atau
bath dengan cairan yang disesuaikan.
Kutub positif (anode) bersifat asam dan
negatif (cathode) bersifat basa, sehingga
burn lebih besar pada cathode.
Intensitas dihitung mA/cm2 dan beban total I
(intensity) x t (total time) Beban yang
diterima tergantung ohmic resistance
jaringan permukaan, paling besar pada
epidermis, dimana makin luas area makin
kecil beban
TRANSMISI
MEMPRODUKSI ARUS LISTRIK
SEARAH

Prinsip pembuatan arus DC dengan
transformer dan rectifier yang
menghasilkan voltage 40V, melalui
potensial devider dirubah menjadi 10V
dan melalui variable resistor diatur
intensitas outputnya, antara 0 – 10mA
atau 0 – 100mA.
PENGARUH FISIOLOGI DAN
PENGGUNAAN TERAPI ARUS
LISTRIK SEARAH

Stimulus sensoris
◦ Ada rasa tertusuk-tusuk kecil hingga rasa iritasi
gatal atau bahkan nyeri/pedih pada kulit
dibawah elektrode, terlebih pada cathode.
Pengaruh ini dimanfaatkan untuk mengurangi
nyeri. Diikuti erythema dibawah pad pada
aplikasi  10 menit.

Hyperaemia

Pengaruh panas dan iritasi vasomotor menimbulkan
dilatasi kapiler, yang diharapkan meningkatkan
nutrisi lokal dan mempercepat proses inflamasi.
 Electrotonus
 Pada cathode menimbulkan depolarisasi potensial yang
meningkatkan eksitabilitas saraf (cathelectrotonus)
sementara dan pada anode menimbulkan reversehyperpolarisasi yang menurunkan eksitabilitas saraf
(anelectrotonus)
 Mengurangi
nyeri
• Pengaruh pengurangan nyeri sesuai dengan
‘gate control theory’ (Melzak & Wall) oleh stimuli
pada nerve endings, dan adanya hyperemia
dapat mengurangi faktor penyebab nyeri.
 Mempercepat penyembuhan
 Becker et al (1977) meneliti pengaruh
positif
terhadap penyambungan tulang dan Brighton et al
(1981) meneliti pengaruh positif terhadap non union
fracture.
 Juga bermanfaat pada luka terbuka superficial,
tetapi dalam klinis kurang berkembang. Aplikasi
DC yang lebih modern dengan HVPC.
 Studi klinis terhadap pengaruh arus listrik searah
pada penyembuhan oleh Griffin et al 1991 (HVPC
pada decubitus), Wolcot et al 1969, Feedar et al
1988 dan 1991, dll meneliti efek positif pada luka
ischemic.
 Mekanisme penyembuhan luka sebenarnya belum
jelas.
 Lebih efektif pada luka superficial karena pengaruh
proliferasi dan migrasi cells epithelial dan
connective tissue. Juga dijumpai fibroblast lebih
aktif.
 Dijumpai efek bactericidal terutama pada cathode.
Metoda aplikasi





Dengan iontophoresis dan HVPC atau TENS.
Ukuran pad disesuaikan dengan luka, digunakan
larutan steril dan difiksasi denga plester.
Elektrode aktif (mis cathode) ukuran sedikit lebih
kecil dari luka dan elektrode dispersif lebih besar
(2X) ditempatkan lebih proximal. Arus 1 mA /20
cm2 dengan waktu 30 – 45 menit atau bahkan 2
jam , tiap hari selama 3 – 4 hari, sesudahnya
polarisasi dibalik bila infeksi telah teratasi.
Kontra indikasi penggunaan perangsangan arus
listrik untuk penyembuhan luka bila dijumpai
kerusakan jaringan yang serius. Demikian pada
kulit sensitif, metastasis cancer
Kerusakan jaringan
Umumnya disebabkan over intensity dan
konsentrasi arus.


Sering disebut ion transfer, memasukkan ion
lewat membran dgn menggunakan arus listrik
searah utk tujuan pengobatan.
Mekanisme iontopharesis:
◦ Bila beda potensial diterapkan pada elektrolit maka
terjadi peristiwa ion muatan positif yang tertarik ion
negatif dan sebaliknya. Obat memiliki muatan ion
tertentu, yaitu obat dengan ion bermuatan negatif akan
diidorong oleh kutub negatif masuk ke cell-membran dan
bergerak ke kutub positif. Demikian pula obat dengan
muatan ion positif akan didorong oleh kutub positif dan
ditarik oleh kutub negatif. Ion mudah lewat kelenjar
keringat dan sedikit melalui subaceous gland.
◦ Intensitas yang diperlukan dalam klinis adalah 0,1 – 0,5
mA/cm2 pad (Cummings 1987). Waktu aplikasi antara 10
– 30 menit. Konsentrasi larutan yang dianjurkan 1 – 2%.
IONTOPHORESIS

Penggunaan Lignocaine atau Procaine dan
waktu anesthesia meningkat dengan
penambahan adrenaline. Dapat digunakan
untuk pengobatan herpes zoster dan
trigeminal neuralgia atau pada minor
surgery.
Anesthesia lokal

Dengan menggunakan antiprespirant
jenis Glycopyrronium bromide
iontophoresis. Pengaruhnya disini bisa 4 –
6 minggu. Dapat pula menggunakan
poldine methylsulphate. Menggunakan
active electrode anode.


Digunakan terutama pada avascular area.
Pada non healing ulcer dapat
menggunakan metalic silver iontophoresis
misalnya dengan xianthinol nicotinate
atau histamine diphosphate.

Pada tendinitis dan bursitis superficial
dengan menggunakan sodium salicilate
atau sodium diclofenac.
Penggunaan antibiotik dan
obat anti-inflamasi
Penggunaan lain
 Nyeri neurogenik
 Penggunaan vinca alkaloid (vincristine dan vinblastine)
untuk mengobatan chronic pain.
 Hyaluronidase untuk mengobati local oedeme.
 Zink iontophoresis untuk ischemic ulcer.
 Iodine dan chlorine untuk melenturkan scarr.
 Salicylate untuk kasus RA.
 Cooper iontophoresis untuk infeksi kulit akibat
jamur.

Persiapan bagian yang akan diobati
› Dibasahi dan dihangatkan akan menurunkan skin ohmic
resistance.
› Ukuran active electrode ½ dari dispersive (indifferent) electrode,
dengan pad spongious atau kasa cukup tebal dan kelembaban
cukup.
› Bila menggunakan metode bath maka dispersive elactrode
harus besar.
› Tes kulit adakah gangguan sensasi atau hypersensitive.
› Kulit dibasuh dan bebas minyak / salep.
› Posisi electrode tepat dan difiksasi dengan plester atau
bandage dangan isolasi yang baik.

Penerapan
› Bila tiba-tiba indikator meter naik tinggi, turunkan intensitas dan
dibuka untuk di cek apakan ada chemical burn.
› DOSIS
› Intensitas yang paling aman umumnya 0,1 – 0,2 mA/cm2 dalam
waktu 10 – 40 menit.
› Pada kasus Idiopathic hyperhidrosis dosis 12 mA (atau 15 – 20
mA) dalam waktu 12 menit (atau 15 menit) untuk tangan.
Chemical damage, chemical burn.
 Shock
 Irritasi pada pasien hypersensitive.
 Systemic effect pada penerapan area
luas.

BAHAYA PENGGUNAAN ARUS
LISTRIK SEARAH
Daftar pustaka
TUGAS
Download