GRII Kelapa Gading Khotbah Minggu (07 Desember 2014) Pengkhotbah : Heruarto Salim Tema : ……....….…..……………...…......... Nas Alkitab Tahun ke-16 Yesus Sang Roti Hidup : ............................................................................................................. Bp. Heruarto Salim Yohanes 6:25-69 Ringkasan Khotbah 755/794 30 November 2014 GRII KG 755/794 (hal 4) Ketika kita membaca tentang Akulah roti hidup, di dalam Yohanes itu ada 7 seri perkataan Akulah, Akulah roti hidup, Akulah terang dunia, Akulah pintu kepada domba, Akulah gembala yang baik, Akulah kebangkitan dan hidup, Akulah jalan, kebenaran dan hidup, Akulah pokok anggur yang benar, ini dikatakan the seven great I am. Tujuh-tujuhnya ini mengacu kepada pernyataan Yesus tentang diriNya sendiri, ketika kita mendengar kata Akulah roti hidup, I am the bread of life, mungkin kita sudah kehilangan nuansanya, tetapi bagi orang pada zaman itu ketika mereka mendengar kata I am, itu adalah satu nama yang sangat agung, yang mereka tidak boleh ucapkan bagi diri mereka sendiri. Ketika Musa bertanya kepada Tuhan apa jawabku kalau orang-orang Israel atau Firaun bertanya siapakah namaMu? Tuhan Allah berkata, Aku adalah Aku, I am who I am, jadi kata I am itu selalu konotasinya adalah kepada nama Allah yang begitu kudus, yang orang Yahudi begitu takut untuk mengucapkan kata itu, takut melanggar, lalu mereka menggantinya dengan kata Adonai, supaya mereka tidak melanggar. Dalam Yohanes 8:58 ketika Yesus beradu pendapat dengan orangorang Yahudi, Yesus berkata, Abraham bersukacita melihat hariKu tiba, lalu orang Yahudi berkata, Kamu ini belum 50 tahun sudah melihat Abraham? Maksudnya apa? Dan Yesus berkata, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada, dalam bahasa Inggris-nya lebih tepat, before Abraham was, I am, dan reaksi berikutnya orang-orang Yahudi adalah mengambil batu hendak melempari Yesus. Jadi mereka tahu, ketika Yesus memakai kata I am, Dia sedang memakai otoritas nama Allah yang dikaitkan kepada diriNya sendiri, Dia sedang menyamakan diriNya dengan Allah. Dari ketujuh seri the seven great I am ini kita akan membaca bagaimana Yesus menyatakan diriNya tentang siapakah Dia? Yang pertama kita melihat dari seluruh pasal 6 ini adalah tentang bagaimana orang-orang Yahudi tidak percaya kepada Allah dan bagaimana Yesus mencoba meyakinkan mereka untuk percaya kepada Dia. Apa sih ketidakpercayaan orang Yahudi, kenapa mereka tetap tidak percaya? Dikatakan di sini bahwa mereka masih terus minta tanda (ayat 30), kalau kita lihat konteks sebelumnya adalah mereka itu sudah melihat dan makan tanda itu sendiri, roti itu sudah mereka makan, tetapi mereka masih minta tanda lagi. Di dalam pasal 4:48 Yesus berkata, kalau engkau tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya, lalu Dia menyembuhkan anak dari pegawai istana dan setelah melihat itu pegawai istana, dan seluruh keluarganya percaya. Namun di akhir kisah waktu Tomas bilang saya tidak akan percaya kecuali saya cucukkan tangan ke luka Tuhan Yesus, setelah Tomas mencucukkan tangannya, lalu Tomas berlutut, kemudian Tuhan berkata, berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Di sini ada tiga kategori yang alkitab nyatakan, berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya, yang kedua, berbahagialah mereka walaupun dberikan mukjizat namun mereka juga percaya, tetapi golongan yang ketiga adalah mereka yang sudah melihat tanda tetapi mereka tetap tidak percaya. Kita jangan berpikir orang kristen, orang non kristen, kebaktian penyembuhan Ilahi, mereka tidak akan percaya sebelum mereka melihat mukjizat kesembuhan. Selalu kita minder bahwa Allah harus dipaksa untuk GRII KG 755/794 (hal 1) “Yesus Sang Roti Hidup” “Yesus Sang Roti Hidup” melakukan mukjizat dulu supaya orang percaya karena mukjizat, di satu sisi memamg betul, Allah bisa memakai mukjizat untuk menyatakan diriNya, tetapi bukan sesuatu yang mutlak. Yang kedua adalah mereka berhenti pada Musa dan manna, bukan pada Kristus dan penggenapanNya. Dalam bagian ini kita melihat orang-orang Yahudi yang tidak melihat kepada apa yang ditunjuk kepada tanda itu, tetapi dia hanya berhenti pada tanda itu dan mereka tidak bisa melihat lebih jauh dari tanda itu. Ketika mereka melihat mukjizat lima roti dan dua ikan, lima roti dan dua ikan berbicara satu mukjizat yang mempersiapkan kepada apa yang diajarkan Yesus tentang roti hidup, dan ini ada penafsiran ketika lima ribu orang lapar, maka di situ Yesus mengadakan mukjizat, oh sebenarnya orang sudah membawa bekalnya masingmasing, tetapi tidak ada yang mau bagibagi, jadi bagaimana? Ada anak kecil yang begitu polos, lalu dia membuka bekalnya dan membagikan kepada Yesus, dan Yesus berkata, lihat, anak kecil saja mau memberikan, lalu orang-orang yang tua jadi malu, kemudian mereka juga membuka bekalnya dan membagi-bagikannya dan semua bisa makan, itu bukan penafsiran yang benar. Kita melihat bahwa mukjizat ini benar-benar terjadi dan bukan hanya berhenti kepada mukjizat itu sendiri, mukjizat ini mengacu kepada Yesus lebih besar dari pada Musa, kalau dulu Musa bisa memberi makan semua orang Israel di padang gurun, sekarang juga Yesus bisa memberi makan semua orang pada saat ini. Jadi ini mau menyatakan bahwa Yesus adalah the new Moses, the greater Moses yang ditunggu-tunggu, makanya di ayat 14 ketika mereka sudah makan kenyang, mereka berkata, Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia, mereka tidak bisa melihat lebih dari tanda yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus. Kesalahan mereka yang lain adalah mereka memuaskan hawa nafsu temporal mereka bukan kepada yang lasting, yang abadi, dikatakan di sini, mereka bukan mencari Tuhan Yesus tetapi mereka hanya mencari roti bagi kebutuhan fisik mereka dan sesudah Yesus mengajarkan semuanya ini, respon dari mereka adalah mereka meninggalkan Yesus, yang sisa hanya 12 murid saja. Mereka juga bersungut-sungut ketika apa yang mereka minta kepada Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus tidak memberikan, jadi ribuan orang bersungutsungut dan hanya sisa 12 orang. Pasal 6 ini adalah awal dari kesuksesan Tuhan Yesus, sebelumnya di pasal 3, Dia hanya menginjili Nikodemus, pasal 4, kepada orang Samaria, dan di pasal 6 ini lima ribu orang datang, kalau kita lihat zaman ini misalnya gereja kita, biasanya yang datang dua ratus orang, kemudian minggu depan ada dua puluh ribu orang, sebenarnya apa sih yang membuat gereja itu sukses, ingin supaya banyak orang? Memberi makan, adakan mukjizat dan khotbah jangan yang susahsusah, kalau bisa yang gampang-gampang dan lucu-lucu. Tetapi kita bersyukur, di sini kita melihat gereja Tuhan yang sejati bergantung bukan kepada makanan, kepada mukjizat, tetapi gereja yang sejati bergantung kepada kuasa firman Tuhan. Dan kita melihat bahwa orang Yahudi terus tidak percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di satu sisi mereka menolak Tuhan Yesus, seluruh pasal 6 ini juga berbicara hal yang lain yaitu ajakan Tuhan Yesus untuk percaya kepadaNya, berulang-ulang Yesus berkata, percayalah, percayalah, Akulah Roti hidup, Akulah Roti yang turun dari surga. Kita berkata, turun dari surga sudah hilang maknanya, tetapi ketika kita melihat di dalam pasal 6 ini, setiap kali kata turun dari surga, selalu gabungan kata berikutnya yaitu hidup yang kekal, di dalam pasal 33, 38, 41, 42, 50, 51, 58 berkali-kali Yesus berkata, turun dari surga untuk memberikan hidup yang kekal. Jadi jelas, ketika Yesus turun dari surga, ketika natal kita memperingati Dia inkarnasi, pertamatama tujuannya adalah memberikan hidup yang kekal, bukan untuk mengajar, bukan untuk menyembuhkan, semuanya itu untuk menunjukkan misiNya yang utama yaitu memberikan hidup yang kekal. Dia berkata, bagaimana caranya? Makan dagingKu dan minum darahKu, waktu orang-orang Yahudi mendengar semuanya ini, mereka berpikir bahwa Tuhan Yesus mengajarkan menjadi kanibal, tetapi dalam konteks Yahudi, bagi mereka hal itu tidak masuk akal, karena di dalam hukum Taurat diajarkan bahwa mereka tidak boleh minum darah, bahkan GRII KG 755/794 (hal 2) mereka tidak boleh makan daging yang masih ada darahnya, itu melanggar hukum Taurat dan sekarang Tuhan Yesus mengajarkan untuk makan daging dan minum darahNya, ini melanggar hukum Taurat, bagaimana Dia bisa mengatakan semua ini? Sebenarnya sesuatu yang tidak masuk akal ini ada satu hal yang di refer oleh Tuhan Yesus, kalau tadi minum darah dan makan daging yang masih ada darahnya dilarang di dalam Taurat, kenapa? Karena di dalam darah ada hidup, jadi kamu tidak boleh makan itu, dikatakan di dalam PL, sampai sekarang beberapa kebudayaan berpikir hal yang sama, kalau kita minum darah binatang tertentu, kita akan memiliki kekuatan yang sama, misalnya minum darah ular, harimau, maka kita menjadi jantan, menjadi kuat, masih ada kepercayaan seperti itu. Tetapi waktu Yesus berkata, makan dagingKu, minum darahKu, itu sedang mengajarkan satu metafora yang lain yaitu abiding in Him, bersatu dengan Kristus, benar-benar bersatu yaitu satu persatuan yang organik, dimana seperti kita makan dan itu masuk ke dalam tubuh kita. Waktu Yesus berkata dalam bagian ini, barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, satu kalimat yang familiar kalau membaca Yesus berkata, Akulah pokok anggur dan kamulah carang-carangnya, barang siapa tinggal di dalam Aku, engkau tetap hidup, barang siapa lepas dari Aku engkau mati. Kalau tadi dikatakan bahwa darah memiliki arti mengandung hidup, disatu sisi kita melihat hal yang lain, darah itu mempunyai konotasi kematian, setiap kali kita membaca darah Yesus, itu selalu merefer kepada kematian Kristus. Ada satu kesan tentang perjamuan kudus, makan daging dan minum darah Yesus kita mengenang akan kematian dan kebangkitan Kristus, itu sesuatu yang tidak masuk akal, sebagaimana kanibalisme itu tidak masuk akal, minum darah tidak masuk akal bagi orang Yahudi. Ada satu hal juga, kalau Yesus betul-betul Mesias, tidak masuk akal kalau Yesus harus disalibkan dan mati dikuburkan, yang kalah, yang menderita, yang orang Yahudi inginkan adalah Mesias yang menang, yang kuat, GRII KG 755/794 (hal 3) Mesias yang membawa mereka keluar dari penjajahan Romawi, itu yang mereka inginkan. Jadi tidak masuk akal kita disuruh minum darah dan lebih tidak masuk akal lagi kita mempunyai Mesias yang mati dikalahkan oleh bangsa Romawi. Dan inilah Mesias yang membawa kita kepada hidup yang kekal yaitu Mesias yang mati di kayu salib, dan ini juga yang memberikan kita jaminan hidup kekal, rasul Paulus mengatakan, kalau Kristus mati dan tidak bangkit, maka konsekuensi logisnya bagi kita adalah makan dan minumlah, eat drink and be merry for tomorrow we die, tidak ada bedanya kita dengan orang dunia. Kalau Kristus tidak dibangkitkan, kita tidak ada bedanya dengan semua orang yan lain, silahkan makan, silahkan minum sebebasbebasnya. Di dalam 1 Korintus 1:22, 24 rasul Paulus men-summaries dengan begitu baiknya yaitu orang-orang Yahudi menghendaki tanda, orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang tersalib, untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan orangorang bukan Yahudi suatu kebodohan. Tetapi untuk mereka yang dipanggil baik orang Yahudi maupun bukan orang Yahudi, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. Pada akhirnya mungkin kita semua berpikir, saya bukan seperti orang Yahudi, orang Farisi, kita percaya kok Yesus itu roti hidup, kalau kita masuk di dalam cerita ini, kirakira kita yang mana, orang-orang yang meninggalkan Yesus atau di dalam 12 orang yang tetap bertahan? Mungkin kita berpikir, saya percaya kok Yesus roti hidup, saya pasti di dalam kalangan yang 12 orang. Tetapi untuk aplikasinya, ketika kita merenungkan Yesus sebagai roti hidup, yang pertama untuk kita self correction, self criticism terhadap diri kita adalah kalau kita melihat Yesus sebagai roti hidup, yang pertama adalah is He your appetite, apakah Kristus seleramu? Selera itu tergantung dari natur kita, maksudnya singa itu tidak akan sangat excited melihat bambu, kalau panda ya dia suka sekali makan bambu, tapi kalau panda dikasih daging segar juga tidak akan mau, kita juga demikian, kita punya selera masing-masing. Jadi kita bisa test tentang kadar rohani kita, yang kita selera itu yang mana? Kalau ada durian montong di daerah manapun kita kejar, karena kita selera, tapi SPIK yang ada di Kemayoran yang dekat kita tidak selera, ada seminar, ada PA kita tidak selera, tapi kalau hal-hal yang lain wah kita kejar. Mudah kita lihat, selera kita itu menentukan natur kita, yang selera kita apa, itulah yang ada di dalam hati kita, apa yang kita kejar, itu yang muncul dari dalam hati kita. Kenapa untuk hal-hal yang duniawi kita bisa begitu bersemangat, tetapi untuk hal-hal yang rohani kita begitu bebal? Tanda dari orang yang terus menyimpan firman Tuhan adalah karena mengasihi dan tanda supaya kita terus membaca firman Tuhan adalah kita mencintai firman Tuhan, apakah firman Tuhan selera kita? Atau waktu bangun pagi hal pertama yang kita ambil itu apakah HP kita, lalu kita cek wa dari siapa, bbm dari siapa, dst.? Siapakah yang menjadi selera kita? Apakah firman Tuhan atau hal-hal lain selain Dia? Teguran Tuhan kepada jemaat Efesus adalah engkau telah meninggalkan kasihmu yang mula-mula, ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh dan bertobatlah lagi. Kita mungkin ingat waktu pertama kali kita bertobat, kita senang membaca firman Tuhan, kita membeli buku-buku supaya kita mengerti, kita datang ke seminar-seminar, sekarang sudah bertahun-tahun, rasanya kasih itu sudah luntur, sudah tidak ada lagi dan biar kiranya teguran kepada jemaat Efesus juga menjadi teguran kepada kita semua. Kalau dulu Dia adalah seleramu, kenapa sekarang tidak lagi? Lalu does He satisfied you, apakah Dia memuaskan jiwamu? Ketika kita melihat kata puas, yang menjadi kepuasan adalah pasti bukan sesuatu yang rutin, misalnya air bening, nasi yang setiap hari kita minum dan makan, jadi bukan lagi sesuatu yang memuaskan. Memang sih kita perlu menikmati, tetapi bukan sesuatu yang kita bilang bahwa kita sangat puas minum air bening atau makan nasi ini. Bedanya hubungan manusia atau materi di dalam dunia ini adalah semakin kita kenal, terhadap satu makanan atau terhadap satu relasi, semakin kita kenal seseorang, kita selalu melihat orang itu dari luar hebat, tidak ada cacat celanya, semakin kita kenal, semakin kita dekat, kita semakin sadar kelamahannya, kita semakin sadar bahwa dia tidak se-holy, sesuci, sebersih, seintegritas yang kita pikirkan. Itu yang membuat kita semakin dalam, semakin dalam semakin melihat kebobrokannya, tetapi perbedaannya dengan firman Tuhan dan tentang Allah ialah semakin kita masuk, semakin kita mendalami, semakin kita mengenal Kristus seharusnya kita semakin melihat keindahanNya, semakin kita melihat keagunganNya, semakin kita melihat cinta kasihNya, semakin kita melihat pengorbananNya. Itu satu hal yang berbeda, apa yang ditawarkan oleh dunia dengan apa yang ditawarkan oleh Kristus, Sang roti hidup, kita makan roti setiap hari, lama-lama kita muak melihat roti, tetapi Sang roti hidup, semakin kita makan, semakin kita menikmati roti ini, justru semakin nikmat dan semakin nikmat. Tetapi kenapa ketika kita membaca firman Tuhan, ketika kita mendalami firman Tuhan tidak semudah generasi sebelumnya? Generasi zaman dulu itu belum ada HP, android dll., bahkan belum ada listrik, satu-satunya yang mereka lakukan adalah berdiam diri, no distraction, tidak ada gangguan, satu-satunya yang mereka punya adalah solitude, tetapi kebalikannya di dalam zaman modern adalah there is no more solitude, hanya distraction. Waktu kita membaca firman Tuhan, apalagi sekarang, kita membaca lewat android dan sejenisnya, waktu kita sedang membaca firman Tuhan, eeh masuk sms dsb., jadi sekarang ini kalau kita mau fokus kepada firman Tuhan sudah tidak mudah karena banyak gangguannya. Kita sebagai manusia modern itu banyak sekali kegiatannya, sehingga kita berkata tidak ada waktu untuk membaca alkitab setiap pagi, kenapa kita sebagai orang kristen tidak memprioritaskan membaca alkitab? Karena kita memprioritaskan hal-hal lain, kalau orang bisa nonton drama korea dll., berjam-jam, kenapa tidak bisa membaca alkitab lima menit saja? Kenapa tidak bisa merenungkan firman Tuhan? Karena tidak ada prioritas. Seringkali kita menukar roti surga dengan hal-hal yang tidak penting dalam hidup kita, kita tidak memprioritaskan mana yang paling penting, tetapi kita mengejar hal-hal yang tidak penting di dalam hidup kita, yang nanti pada waktu hari penghakiman kita akan sadar. Kita bekerja keras, lembur, tidak mengindahkan firman Tuhan, satu saat semua hasil karya GRII KG 755/794 (hal 4) kita, apapun itu, Tuhan katakan, itu adalah sampah. Mari kita melihat siapakah Yesus? Yesus adalah Sang roti hidup yang sudah mengorbankan hidupNya bagi kita semua, apakah kita mempunyai selera, apakah kita dipuaskan oleh Sang roti hidup ini? Mari kita koreksi dan introspeksi diri kita. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS) GRII KG 755/794 (hal 1)