i AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN Macaranga
tanarius (L.) Mull. Arg. TERHADAP Streptococcus pyogenes ATCC 19615
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Muhadela Tiara Murtiwi
NIM : 108114148
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN Macaranga
tanarius (L.) Mull. Arg. TERHADAP Streptococcus pyogenes ATCC 19615
Skripsi yang diajukan oleh :
Muhadela Tiara Murtiwi
NIM : 108114148
Telah disetujui oleh
Pembimbing
Yohanes Dwiatmaka S. Si., M. Si.
Tanggal..........................................
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGESAHAN SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN Macaranga
tanarius (L.) Mull. Arg. TERHADAP Streptococcus pyogenes ATCC 19615
Oleh :
Muhadela Tiara Murtiwi
NIM : 108114148
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : ...........................
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.)
Panitia Penguji :
Tanda tangan
1. Yohanes Dwiatmaka, M.Si.
.................................
2. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt.
.................................
3. Dr. Erna Tri Wulandari M. Sc., Apt.
.................................
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Muhadela Tiara Murtiwi
Nomor mahasiswa
: 108114148
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN Macaranga
tanarius (L.) Mull. Arg. TERHADAP Streptococcus pyogenes ATCC 19615
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan
(Muhadela Tiara Murtiwi)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 Juli 2014
Penulis
(Muhadela Tiara Murtiwi)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, kekasih jiwaku, motivator terbaikku dan pengharapanku,
Kedua orangtua ku tercinta yang kasihnya terus tercurah,
Malaikat-malaikat utusan Tuhan diduniaku,
Masa lalu yang membuatku banyak belajar dan masa depan cerah yang penuh harapan,
Almamaterku,
dan Diriku.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, bimbingan dan kasih karuniaNya yang terus mengalir dalam pembuatan
skripsi yang berjudul AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN
Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg. TERHADAP Streptococcus
pyogenes ATCC 19615 sehingga dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm). Penulis
menyadari dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Ipang Djunarko M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Yohanes Dwiatmaka M. Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing, memberikan arahan, evaluasi dan saran dalam pembuatan
dan penyelesaian skripsi.
3.
Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi.
4.
Ibu Dr. Erna Tri Wulandari M. Sc., Apt.selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi
5.
Ibu Maria Budi Jumpowati S. Si. yang dengan sabar memberi arahan,
bimbingan, saran dan dukungan dalam pembuatan skripsi.
6.
Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
banyak memberi ilmu, bimbingan dan arahan bagi penulis selama masa
kuliah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Pak Narto, Mas Dwi, Pak Mukminin, Pak Wagiran, Pak Parlan, Mas Andri
dan segenap karyawan serta laboran yang telah memberi bimbingan dan
arahan semenjak masa kuliah hingga membantu dalam penyusunan skripsi.
8.
Kedua orang tua penulis yang terus memberikan motivasi, bimbingan, arahan,
doa, dan dukungan yang tiada hentinya.
9.
Kakak-kakakku Amelia Prasetyowati, Mudaningrum Riskiyani, Rendi
Rismawan yang telah memberikan doa, semangat, serta dukungan.
10. Rio Yulianto, Rinda Meita P., Gabriela Indria P. S. K. W., Lydia Eryana P. H.
E., Yosef Supriadi, Hayuningtyas P. dan Aang yang selalu memberi motivasi,
semangat, dukungan, serta doa bagi penulis.
11. Maria Ajeng Listyorini yang telah memberi dukungan, semangat, bantuan,
dan setia menjadi teman berbagi suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Gilda Todingbua, Trifonia Rosa, Novianti Ekasari, Agnes Astri S., Christiana
Desti dan teman-teman seperjuangan skripsi di laboratorium yang telah
banyak berbagi dukungan, arahan serta semangat.
13. Teman-teman Farmasi angkatan 2010 khususnya kelas D dan FKK-B yang
telah menghiasi hari-hari penulis selama masa perkuliahan.
14. PMK Apostolos yang telah menjadi keluarga dan memberi dukungan,
semangat, doa serta melengkapi hari-hari penulis dengan sukacita dalam
Tuhan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan kontribusi bagi penulis dalam masa kuliah dan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam diri penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dari berbagai pihak. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat
bagi sesama dan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
INTISARI......................................................................................................... xviii
ABSTRACT ..........................................................................................................xix
BAB I. PENGANTAR ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Perumusan masalah ........................................................................... 4
2. Keaslian penelitian ............................................................................ 4
3. Manfaat penelitian ............................................................................. 4
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 6
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Tanaman Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg. ...................................... 6
1. Taksonomi ........................................................................................ 6
2. Deskripsi........................................................................................... 7
3. Kandungan ....................................................................................... 7
B. Antimikroba ............................................................................................ 9
C. Bakteri Streptococcus pyogenes .............................................................. 11
D. Radang Tenggorokan .............................................................................. 13
E. Pengukuran Aktivitas Antibakteri ........................................................... 14
1. Metode difusi.................................................................................... 14
2. Metode dilusi .................................................................................... 15
F. Penyarian ................................................................................................. 15
1. Infundasi ............................................................................................ 17
2. Maserasi ............................................................................................ 17
3. Perkolasi ............................................................................................ 18
4. Soxhletasi .......................................................................................... 18
G. Senyawa Kimia Bahan Alam .................................................................. 19
1. Flavonoid .......................................................................................... 19
2. Tanin ................................................................................................. 20
3. Alkaloid ............................................................................................. 21
4. Saponin.............................................................................................. 21
H. Kromatografi Lapis Tipis ........................................................................ 22
I. Landasan Teori ........................................................................................ 24
J. Hipotesis .................................................................................................. 25
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 26
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 26
1. Variabel penelitian ............................................................................ 26
2. Definisi operasional .......................................................................... 27
C. Bahan Penelitian...................................................................................... 27
D. Alat Penelitian ......................................................................................... 28
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 28
1. Determinasi tanaman M. tanarius .................................................... 28
2. Pembuatan serbuk daun M. tanarius ................................................ 29
3. Pembuatan ekstrak etanol daun M. tanarius .................................... 29
4. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak daun M. tanarius ................ 30
5. Uji skrining fitokimia daun M. tanarius .......................................... 30
6. Uji antibakteri ................................................................................... 33
F. Analisis Hasil .......................................................................................... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 38
A. Identifikasi Bahan Tanaman M. tanarius (L.) M. A. ............................. 38
B. Pengumpulan Bahan................................................................................ 39
C. Pengeringan Bahan dan Pembuatan Serbuk Daun M. tanarius .............. 39
D. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun M. tanarius ......................................... 41
E. Uji Fitokimia Daun M. tanarius .............................................................. 43
1. Uji pendahuluan ................................................................................ 43
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji senyawa fenolik........................................................................... 44
3. Uji flavonoid ..................................................................................... 47
4. Uji tanin............................................................................................. 51
5. Uji alkaloid ........................................................................................ 52
6. Uji saponin ........................................................................................ 55
F. Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes .......................................... 58
G. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
terhadap Bakteri S. pyogenes .................................................................. 59
H. Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun M. tanarius terhadap
Bakteri S. pyogenes ................................................................................. 67
I. Uji Penegasan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
dengan Streak Plate................................................................................. 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 71
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71
B. Saran ........................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 72
LAMPIRAN ........................................................................................................ 77
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 100
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Perbedaan gejala radang tenggorokan yang disebabkan
oleh infeksi bakteri dan virus ........................................................... 13
Tabel II.
Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak etanol daun M. tanarius .... 45
Tabel III. Hasil uji KLT flavanoid ekstrak etanol daun M. tanarius ............... 49
Tabel IV. Hasil pengukuran zona hambat dalam milimeter (mm) ................... 62
Tabel V.
Hasil uji KHM dan KBM ekstrak etanol daun M. tanarius
terhadap S. pyogenes ........................................................................ 68
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Struktur senyawa yang terkandung dalam M. tanarius ................. 8
Gambar 2.
Bakteri S. pyogenes pada transmission elektron microscopy (TEM)
perbesaran 6.500X ......................................................................... 11
Gambar 3.
Struktur senyawa flavonoid ........................................................... 20
Gambar 4.
Tanaman (A) dan daun segar (B) M. tanarius ............................... 38
Gambar 5.
Hasil uji pendahuluan serbuk daun M. tanarius ............................ 43
Gambar 6.
Hasil uji tabung senyawa fenolik serbuk daun M. tanarius ........... 44
Gambar 7.
Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak etanol daun M. tanarius
sebelum disemprot besi (III) klorida dilihat pada sinar tampak,
UV 254 dan 365 nm ....................................................................... 45
Gambar 8.
Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak etanol daun M. tanarius
setelah disemprot besi (III) klorida dilihat pada sinar tampak,
UV 254 dan 365 nm ....................................................................... 46
Gambar 9.
Reaksi pembentukan warna senyawa fenolik dengan besi (III)
klorida ............................................................................................ 47
Gambar 10. Hasil uji tabung flavonoid serbuk daun M. tanarius ..................... 48
Gambar 11. Reaksi flavonoid dengan natrium hidroksida ................................ 48
Gambar 12. Hasil uji KLT senyawa flavonoid ekstrak etanol daun M. tanarius
sebelum disemprot sitroborat ......................................................... 49
Gambar 13. Hasil uji KLT senyawa flavonoid ekstrak etanol daun M. tanarius
setelah disemprot sitroborat ........................................................... 50
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 14. Perkiraan reaksi flavonoid dengan sitroborat ................................ 51
Gambar 15. Hasil uji tabung tanin serbuk daun M. tanarius ............................. 52
Gambar 16. Hasil uji tabung alkaloid golongan II dan III serbuk daun
M. tanarius .................................................................................... 53
Gambar 17. Perkiraan reaksi uji Mayer ............................................................. 54
Gambar 18. Perkiraan reaksi uji Bouchardat ..................................................... 55
Gambar 19. Hasil uji tabung saponin serbuk daun M. tanarius ........................ 56
Gambar 20. Reaksi hidrolisis saponin dalam air ............................................... 56
Gambar 21. Media BAP sebelum perlakuan (A), hasil uji hemolisis
saponin ekstrak etanol daun M. tanarius (B) ................................. 57
Gambar 22. Media Blood Agar Plate (BAP) sebelum distreak dengan
bakteri (A), media BAP yang sudah distreak bakteri S. pyogenes
diinkubasi selama 24 jam ............................................................... 58
Gambar 23. Bentuk koloni bakteri S. pyogenes yang ditanam
dalam media BAP .......................................................................... 59
Gambar 24. Hasil uji difusi ekstrak daun M. tanarius terhadap
S. pyogenes dengan metode difusi sumuran .................................. 61
Gambar 25. Diagram rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun
M. tanarius terhadap bakteri S. pyogenes ...................................... 65
Gambar 26. Hasil penegasan uji KHM dan KBM konsentrasi 3,5 % (A) dan
5 % (B) .......................................................................................... 69
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Determinasi M. tanarius ................................. 78
Lampiran 2.
Tanaman M. tanarius................................................................... 79
Lampiran 3.
Ekstraksi Daun M. tanarius ......................................................... 80
Lampiran 4.
Uji Kelarutan Ekstrak Etanol Daun M. tanarius ......................... 81
Lampiran 5.
Seri Konsentrasi Ekstrak Ekstrak Etanol Daun M. tanarius ....... 82
Lampiran 6.
Surat Keterangan Kultur Bakteri S. pyogenes ............................. 83
Lampiran 7.
Kultur Bakteri S. pyogenes .......................................................... 84
Lampiran 8.
Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran .. 85
Lampiran 9.
Tabel Hasil Pengukuran Zona Hambat Uji Difusi Ekstrak Etanol
Daun M. tanarius terhadap S. pyogenes ..................................... 89
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk ............................................. 90
Lampiran 11. Hasil Uji Levene .......................................................................... 91
Lampiran 12. Hasil Uji Anava Satu Arah .......................................................... 91
Lampiran 13. Hasil Uji Varian ........................................................................... 91
Lampiran 14. Hasil Uji T Tidak Berpasangan ................................................... 94
Lampiran 15. Hasil Uji Dilusi Padat .................................................................. 97
Lampiran 16. Hasil Uji Penegasan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun
M. tanarius .................................................................................. 99
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Radang tenggorokan merupakan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
yang paling umum ditemui. Radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pyogenes harus ditanggulangi karena dapat menyebabkan infeksi
sistemik berbahaya. Daun Macaranga tanarius dapat digunakan sebagai tanaman
obat karena memiliki aktivitas antibakteri sekaligus memiliki daya antiinflamasi.
Senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang terkandung adalah flavonoid,
tanin dan saponin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak
etanol daun M. tanarius dalam berbagai konsentrasi terhadap S. pyogenes.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap
pola searah. Aktivitas antibakteri diukur dengan metode difusi sumuran,
penentuan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM)
dilakukan dengan metode dilusi padat. Uji kualitatif kandungan kimia daun M.
tanarius dilakukan dengan uji tabung dan kromatografi lapis tipis (KLT).
Data diameter zona hambat dianalisis secara statistik menggunakan uji
Shapiro-Wilk dan uji Levene kemudian dilanjutkan Uji Anava Satu Arah. Untuk
mengetahui potensi antibakteri ekstrak daun M. tanarius dilakukan analisis
dengan uji T tidak berpasangan. Data KHM dan KBM dianalisis dengan analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun M. tanarius
memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. pyogenes dengan nilai KHM 3,5% dan
KBM 5%.
Kata kunci : Radang tenggorokan, daun Macaranga tanarius, Streptococcus
pyogenes, aktivitas antibakteri, KHM, KBM, KLT.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Strep throat is the most commonly encountered upper respiratory tract
infection. Strep throat that caused by Streptococcus pyogenes bacteria must be
overcome because it can cause dangerous systemic infection. Macaranga tanarius
leaves able to be herbal medicine because have antibacterial activity and have
anti-inflammation activity. Particular compound which has antibacterial activity
in M. tanarius leaf are flavonoids, tannins and saponin.
This study is aimed to examine the potential antibacterial of M. tanarius
leaf ethanol extract at various concentration against S. pyogenes bacteria. This
study including purely experimental study used complete randomized design
study unidirectional pattern. Antibacterial activity measured by a method of well
diffusion, the determination of the minimum inhibitory concentration (MIC) and
minimum bactericidal concentration (MBC) done with the solid dilution method.
A qualitative test of chemical content of leaves M. tanarius done by thin layer
chromatography (TLC).
The inhibition zone diameter data are analyzed statistically by using
Shapiro-Wilk test and Levene test and then continued by One Way Anava test. In
order to examine the potential antibacterial of M. tanarius leaf extract, the
researcher used unpaired T-test. The data of MIC and MBC are analyzed
descriptively. The result of this study shows that the M. tanarius leaf etanol
extract has antibacterial activity against S. pyogenes with MIC 3,5% and MBC
5%.
Keywords : Strep throat, Macaranga tanarius leaf, Streptococcus pyogenes,
antibacterial activity, MIC, MBC, TLC.
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi menjadi salah satu masalah kesehatan manusia. Penyakit
infeksi didefinisikan sebagai proses saat organisme (misalnya bakteri, virus dan
jamur yang dapat menyebabkan penyakit) masuk ke dalam tubuh atau jaringan
dan menyebabkan trauma atau kerusakan (Grace and Borley, 2007). Radang
tenggorokan termasuk dalam infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang paling
umum ditemui dalam masalah kesehatan dengan insidensi 100 kasus per 1000
jiwa di dunia ini (Finch, Davey, Vilcox, and Irving, 2012). Pada tahun 2013, di
Indonesia kasus ISPA memiliki prevalensi 25% (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2013). Radang tenggorokan biasanya disebabkan oleh virus dan
bakteri. Menurut Cook and Zumla (2009) dari 100 kasus radang tenggorokan, 20
diantaranya disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes.
Bakteri S. pyogenes termasuk dalam grup A hemolitik streptococcus,
banyak terdapat pada saluran nafas bagian atas. Radang tenggorokan yang
disebabkan oleh infeksi S. pyogenes ditandai dengan sakit tenggorokan,
pembesaran tonsil yang disertai eksudat, rasa perih, panas, dan rasa tidak enak
badan. Penyebab radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri perlu
ditanggulangi. Bila sakit tenggorokan disebabkan oleh S. pyogenes, maka terapi
lengkap menjadi hal yang penting karena kasus infeksi streptococcal yang tidak
ditangani dapat menyebabkan infeksi sistemik berbahaya seperti demam scarlet
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(penyakit jengkering), demam rheumatik, glomerulonefritis akut, dan sindrom
streptococcal toxic (Madigan, et al., 2009). Untuk mengobati radang tenggorokan
yang disebabkan oleh bakteri digunakan antibiotik yaitu substansi organik yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan dalam konsentrasi rendah dapat menghambat
atau membunuh mikroorganisme lainnya (Chinedum, 2005). Penggunaan
antibiotik yang semakin meluas menyebabkan terjadinya resistensi bakteri. Oleh
sebab itu, eksplorasi tanaman obat yang memiliki aktivitas antibakteri terus
berkembang. Hal ini juga seiring dengan kecenderungan pengobatan masa kini
yang kembali menggunakan bahan herbal karena lebih cenderung memiliki efek
samping minimal dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Tanaman obat secara
alami memiliki daya perlindungan dari bakteri melalui metabolit sekunder yang
dihasilkan. Diharapkan dengan melakukan eksplorasi tanaman yang ada disekitar,
dapat ditemukan tanaman yang bermanfaat khususnya dalam melawan infeksi.
Daun Macaranga tanarius belum banyak dieksplorasi sebagai tanaman
obat. Selama ini daun M. tanarius biasa digunakan secara tradisional sebagai
penyamak jala ikan, bahan membuat minuman, dan pewarna pada kerajinan tikar
(World Agroforestry Centre, 2014). Dalam pemanfaatannya sebagai tanaman obat
di masyarakat, akar M. tanarius digunakan sebagai antitusif dan melawan demam,
sedangkan daunnya digunakan sebagai antiinflamasi (Lim, et al., 2009). Lim et al.
(2009), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ekstrak metanol 100% daun
segar M. tanarius memiliki kemampuan menghambat bakteri Gram positif seperti
Bacillus cereus, Micrococcus luteus, dan Staphylococcus aureus. Pada penelitian
tersebut digunakan dosis sebesar 5 µg hingga 10 µg, sehingga memiliki potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
sedangkan pada bakteri Gram negatif tidak menunjukkan adanya penghambatan.
Daun M. tanarius diketahui mengandung flavonoid yang memiliki aktivitas
antibakteri (Kawakami et al., 2008; Matsunami et al., 2006; Matsunami, et al.,
2009; Phomart, et al., 2005). Selain itu dalam penelitian Kurniawaty (2010), daun
M. tanarius ditemukan memiliki daya antiinflamasi. Daun M. tanarius memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi obat radang tenggorokan karena memiliki
aktivitas antibakteri dan daya antiinflamasi.
Pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol daun M. tanarius. Etanol
dipilih sebagai penyari karena etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu
mengekstraksi komponen yang memiliki aktivitas antimikroba (Bala, Aitken,
Fechner, Cusack, and Steadman, 2011). Etanol dapat melarutkan senyawa yang
dituju seperti senyawa flavonoid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1986). Penelitian ini ingin melihat potensi daun M. tanarius dalam melawan
infeksi yang disebabkan S. pyogenes yang termasuk dalam bakteri Gram positif.
Selain itu, juga dilakukan penentuan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar
bunuh minimum (KBM) guna mengetahui konsentrasi terkecil yang dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri S pyogenes. Nilai KHM dan
KBM, dapat menentukan konsentrasi untuk pengobatan infeksi bakteri S.
pyogenes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Perumusan masalah
Berdasakan latar belakang permasalahan diatas, muncul permasalahan
sebagai berikut.
a. Apakah ekstrak etanol daun M. tanarius memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. pyogenes?
b. Berapakah KHM dan KBM ekstrak etanol M. tanarius terhadap
bakteri S. pyogenes?
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai M. tanarius menunjukkan adanya aktivitas
antioxidan, antiinflamasi dan antibakteri (Lim, et al., 2009). Penelitian
mengenai daya antibakteri dilakukan dengan menggunakan ekstrak metanol
100% daun M. tanarius terhadap bakteri Gram positif (B. cereus, M. luteus,
dan S. aureus) menunjukkan aktivitas penghambatan pada dosis 5 µg hingga
10 µg, sedangkan pada Gram negatif tidak menunjukkan aktivitas
penghambatan. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
M. tanarius terhadap bakteri S. pyogenes sejauh pengetahuan peneliti belum
pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
mengenai potensi daun M. tanarius sebagai sumber antibakteri terhadap
bakteri S. pyogenes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Manfaat metodologis, Penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan mengenai metode yang tepat dalam pengujian aktivitas
antibakteri daun M. tanarius terhadap S. pyogenes.
c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai manfaat daun M. tanarius dalam pengobatan
radang tenggorokan.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui potensi ekstrak etanol M. tanarius sebagai antibakteri.
2.
Mengetahui KHM dan KBM ekstrak etanol M. tanarius terhadap
bakteri S. pyogenes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Macaranga tanarius
1. Taksonomi
Klasifikasi Macaranga tanarius berdasarkan International Taxonomy
Integrated System (ITIS) (2011):
Kerajaan
: Plantae
Subkerajaan
: Viridaeplantae
Divisi
: Tracheophyta
Subdivisi
: Spermatophytina
Kelas
: Magnoliopsida
Superordo
: Rosanae
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Macaranga Thouars
Spesies
: Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg.
Menurut World Agroforestry Centre (2014), M. tanarius memiliki
sinonim dan nama umum.
Sinonim
: Macaranga molliuscula Kurz., Macaranga tomentosa
Druce, Mappa tanarius Blume
Nama Umum
: parasol leaf tree, hairy mahang (Inggris), binunga,
himindang, kuyonon (Filipina), mapu (Batak), mara
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(Sunda), tutup ancur (Jawa), ka-lo (Malay), kundoh,
mahang puteh, tampu hu chang lek, ka-lo, lo khao, mek
pang (Thailand), hach dâu nam (Vietnam).
2. Deskripsi
M. tanarius memiliki ukuran pohon kecil hingga medium dengan
tinggi 20 meter. Ukuran batang tebal, berwarna hijau tua ketika muda. Daun
berselang-seling, permukaan berbulu halus, suborbicular, berukuran 8-32 x 528 cm, berbentuk lingkaran pada dasar dan tajam pada ujungnya, sedikit
berlekuk, tangkai daun memiliki panjang 6-27 cm. Bunga berwarna hijau,
bunga jantan benang sari berbentuk jarum, bunga betina berkelompok, dengan
jaringan glandular, dua sel telur dan dua stigma besar. Buahnya berbentuk
kapsul bikokus diameter 1 cm, dengan duri lembut yang panjang, berwarna
kuning, biji berdiameter 5 mm (World Agroforest Centre, 2014).
3. Kandungan
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun M. tanarius sudah banyak
diteliti. Berdasarkan isolasi dan penelitian, kandungan kimia yang ditemukan
dalam daun M. tanarius antara lain flavonoid, glikosida dan terpenoid.
Penelitian yang dilakukan oleh Kawakami et al., (2008) menememukan
flavonoid yang berupa sembilan prenylflavanon dan sebuah diterpen. Sembilan
prenylflavanon tersebut antara lain macaflavanone A, macaflavanone B,
macaflavanone C, macaflavanone D, macaflavanone E, macaflavanone F,
macaflavanone G, tanariflavanone B, dan nymphaeol C, sedangkan diterpen
yang dimaksud adalah kolavenol. Terdapat tiga komponen baru ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dalam daun M. tanarius yang juga merupakan golongan flavonoid antara lain
tanariflavanone B, tanariflavanone C, dan tanariflavanone D. Selain itu juga
terdapat kandungan flavonoid seperti nymphaeol A, nymphaeol B, dan
nymphaeol C. Kandungan terpenoid antara lain blumenol A (vomifoliol),
blumenol B (7,8- dihydrovomifoliol), dan annuionone E dalam daun M.
tanarius (Phomart, et al., 2005). Glikosida yang ditemukan adalah
macarangioside A, macarangioside B, macarangioside C, dan macarangioside
D (Matsunami, et al., 2006; Matsunami, et al., 2009). Komponen lainnya yang
ditemukan tanarifuranonol, mallophenol
G, lauroside E, metil brevifolin
karboksilat, hiperin dan isoquercitrin. Beberapa struktur senyawa yang
terkandung dalam M. tanarius (Gambar 1).
macaflavanone A
nymphaeol C
lauroside E
tanarifuranonol
Gambar 1. Struktur senyawa yang terkandung dalam M. tanarius
(Matsunami, et al., 2006; Kawakami et al., 2008; Phomart, et al., 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Antimikroba
Agen antimikroba adalah bahan kimia sintetis atau alami yang dapat
membunuh
atau
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.
Aktivitas
antimikroba adalah kadar terkecil yang dibutuhkan oleh agen antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Nilai dari aktivitas tersebut disebut
Kadar Hambat Minimum (KHM) (Madigan, et al., 2009). Antibiotik adalah
substansi organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dalam konsentrasi
rendah dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya (Ibezim,
2005). Agen antimikroba diklasifikasikan sebagai bakteriostatik, bakterisid, dan
bakteriolisis bergantung dari efek yang ditimbulkan terhadap kultur bakteri.
Bakteriostatik biasanya menghambat sintesis protein dan berikatan dengan
ribosom bakteri. Banyak antibiotik bekerja dengan mekanisme tersebut.
Sedangkan agen bakteriosid akan berikatan kuat dengan target dan tidak hilang
bila diencerkan, membunuh bakteri tanpa merusak sel. Agen bakteriosid biasanya
juga merupakan bakteriolisis, membunuh dengan melisiskan sel dan melepaskan
komponen sitoplasma. Agen bakteroilisis termasuk pula antibiotik yang
menghambat sintesis dinding sel seperti penisilin dan bahan kimia seperti
detergen yang dapat memecahkan membran sitoplasma bakteri. Bakteri Gram
positif dan Gram negatif memiliki perbedaan dalam hal kerentanan terhadap
antibiotik. Pada umumnya bakteri Gram positif dapat dipengaruhi, sedangkan
bakteri Gram negatif mudah resisten (Madigan, et al., 2009). Hanya kurang dari
satu persen dari ribuan antibiotik digunakan secara klinis. Hal ini disebabkan
karena toksisitas atau kurangnya kemampuan uptake host. Namun antibiotik alami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dapat digunakan dan dimodifikasi untuk meningkatkan efikasi (Madigan, et al.,
2009).
Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat
bakterisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik
mengandung molekul fenol yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi
kemampuan mengiritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakterinya.
Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah dengan merusak lipid pada
membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi,
2008). Flavonoid bersifat antibakteri karena mampu berinteraksi dengan DNA
bakteri yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri,
mikrosom dan lisosom. Aktivitas antibakteri dari flavonoid juga dilakukan dengan
pengurangan fluiditas membran pada sel bakteri dan penghambatan metabolisme
energi pada bakteri (Cushnie and Lamb, 2005). Mekanisme antimikroba dari tanin
yaitu, (i) zat astringent pada tanin dapat menginduksi kompleksasi dengan enzim
dan substrat, berbagai enzim mikrobial mengalami penghambatan ketika
dicampur dengan tanin, (ii) toksisitas tanin erat kaitannya dengan aksi pada
membran mikroorganisme, dan (iii) kompleksasi logam ion pada tanin dapat
merusak membran sitoplasma dari bakteri (Akiyama, et al., 2001).
Terpenoid memiliki mekanisme antibakteri dengan bereaksi dengan porin
(protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan
polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang
merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas
dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Cowan, 1999). Saponin
memiliki sifat seperti deterjen dan mungkin meningkatkan permeabilitas membran
sel bakteri tanpa menghancurkan bakteri tersebut. Hal ini memfasilitasi masuknya
zat antibakteri melalui membran dinding sel bakteri. Saponin dapat mengganggu
permeabilitas pada lapisan terluar membran (Arabski et al., 2012). Minyak atsiri
dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu
proses terbentuknya membran atau dinding sel, membran atau dinding sel tidak
terbentuk atau terbentuk tidak sempurna, sehingga tekanan osmosis sel terganggu
dan mikroba mati (Sitepu, Suada dan Susrama, 2012).
C. Bakteri Streptococcus pyogenes
Taksonomi
bakteri
S.
pyogenes
menurut
Bergey’sManual
of
Determinatve Biology :
Kerajaan : Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus pyogenes
Gambar 2. Bakteri S. pyogenes pada
transmission electron microscopy (TEM)
perbesaran 6.500X (Todar, 2012)
S. pyogenes memiliki sel bulat atau lonjong, garis tengah kurang dari
2 μm, berpasangan atau berantai, anggota rantai sering memberikan gambaran
diplokokus
(Jawetz,
Melnick
and
Adelbergha,
1984).
Panjang
rantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Streptococcus berbeda-beda, pada perbenihan cair rantai dapat panjang dan
umumnya tidak bergerak. Koloni streptococcus kecil, bening, buat, dengan garis
tengah kurang dari 1 mm dan cembung. Pada koloni dapat ditemukan bentuk
koloni mukoid, licin atau mengkilap dan bentuk kasar atau tidak mengkilap.
Streptococcus hemolitik β golongan A berwarna putih kelabu pada media agar
darah. Membentuk koloni permukaan keruh, keras kering (Bonang dan
Koeswardono, 1982). S. pyogenes merupakan bakteri Gram positif dan
metabolisme anaerob. Suhu optimum pertumbuhan 37˚C dan merupakan bakteri
fakultatif anaerob (Bonang dan Koeswardono, 1982).
S. pyogenes memproduksi protein resisten panas dan resisten asam yang
disebut protein M. Protein ini terdapat pada permukaan sel dan pada fimbria.
Protein M memperantarai perlekatan bakteri pada sel epitel inang dan membantu
bakteri bertahan pada proses fagositosis sel darah putih. Imunitas terhadap S.
pyogenes bergantung pada produksi antibodi tubuh yang spesifik terhadap protein
M (Pratiwi, 2009). Streptococus pyogenes adalah bakteri patogen utama manusia
yang berkaitan dengan invasi lokal atau sistemik dan gangguan imunologik
(Jawetza, dkk., 1984). Faktor virulensi utama dari Streptococus pyogenes
menyebabkan infeksi serius antara lain, faringitis, infeksi saluran pernafasan,
infeksi kulit (impetigo dan erysipelas) dan jarigan, endokarditis, meningitis, sepsis
dan arthritis (Murray, et al., 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Radang Tenggorokan
Pada saluran nafas bagian atas, bakteri banyak tumbuh dalam lingkungan
yang mengandung sekresi dari membran mukosa. Bakteri secara terus menerus
memasuki saluran nafas bagian atas melalui udara yang terhirup namun seringkali
terjebak dalam saluran dan sekret hidung. Mikroorganisme yang sering ditemukan
antara lain staphylococci, streptococci, diptherioid bacilus, dan kokus Gram
negatif (Madigan, et al., 2009). Sakit tenggorokan merupakan infeksi saluran
nafas bagian atas yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Gold
standar untuk mengetahui penyebab radang tenggorokan adalah dengan
melakukan tes kultur tenggorokan pasien. Bakteri yang biasa ditemukan dalam
kultur usap tenggorokan pasien adalah bakteri S. pyogenes (Finch, et al., 2012).
Terdapat beberapa perbedaan gejala radang tenggorokan yang disebabkan oleh
infeksi bakteri dan oleh virus dalam Tabel I.
Tabel I. Perbedaan gejala radag tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan virus (Cook dan Zumla 2009)
Ciri
Onset
Tenggorokan
Infeksi Bakteri
Tiba-tiba
Sangat sakit
Mata dan Hidung
Tidak terganggu
Tonsil
Membesar dan perih, merah,
dan mengeluarkan eksudat
Infeksi Virus
Bertahap
Kurang nyaman
Mata merah dan
mengeluarkan ingus
Tidak membesar, merah,
terdapat vesikel dan ulser
S. pyogenes termasuk dalam streptokokus β-hemolitik grup A.
Streptokokus golongan A yang virulen, melekat pada epitel faring dengan
pertolongan asam lipoteikoat yang menutupi fili permukaan. Pada bayi dan anak
kecil penyakit ini muncul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
encer dan demam ringan, infeksi ini cenderung meluas ke telinga tengah, mastoid,
dan selaput otak (Jawetz, Melnick and Adelberghb, 1995). Kebanyakan isolat
biasanya memproduksi toksin yang dapat melisiskan sel darah merah pada kultur
media, kondisi ini disebut β-hemolitik. Penyakit ini biasa ditandai dengan sakit
tenggorokan, pembesaran tonsil yang disertai eksudat, rasa perih, panas, dan rasa
tidak enak badan (Madigan, et al., 2009).
E. Pengukuran Aktivitas Antibakteri
Aktivitas antimikroba diukur secara invitro untuk menentukan potensi zat
antimikroba dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh dan jaringan, dan
kepekaan terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Penentuan nilai-nilai ini dapat
dilakukan dengan dua metode utama yaitu metode difusi dan metode dilusi
(pengenceran) (Jawetzb, dkk., 1995).
1. Metode difusi
Cakram kertas saring, cawan yang berliang renik atau silinder tak
beralas, yang mengandung obat pada jumlah tertentu ditempatkan pada media
yang telah ditanami mikroorganisme. Setelah diinkubasi, garis tengah daerah
hambatan jernih yang mengelilingi cakram dianggap sebagai zona hambat
(Jawetzb, dkk., 1995). Metode difusi dengan cakram didasarkan pada proses
difusi senyawa dari disk yang berisi obat ke lempeng agar. Ketika antibiotik
diletakkan pada lubang sumuran atau disk pada lempeng agar, obat mulai
berdifusi dengan segera. Tes menggunakan cakram memiliki sejarah yang
panjang, dan telah dikembangkan salah satunya dengan meode sumuran. Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang bervariasi menyebabkan metode ini menjadi populer, disamping harganya
yang lebih murah dibanding metode lain. Hal ini menimbulkan berbagai variasi
di seluruh dunia. Tidak seperti metode dilusi, nilai KHM tidak dapat ditentukan
akan tetapi zona jernih perlu dibandingkan dengan nilai KHM strain yang sama
untuk mendeterminasikan zona jernih mana yang mungkin merupakan nilai
KHM dan kategori kerentanan (Lorian, 2005).
2. Metode dilusi
Terdapat dua macam metode dilusi yaitu dilusi padat dan dilusi cair.
Kedua metode ini memiliki prinsip yang sama, yang membedakan hanyalah
media yang digunakan (Pratiwi, 2008). Sejumlah obat antmikroba tertentu
dibuat beberapa seri pengenceran dicampurkan pada media cair atau padat
kemudian media ditanami bakteri uji dan diinkubasi (Jawetz b, dkk., 1995).
Penentuan KHM pada metode dilusi padat ditetapkan dari larutan uji dengan
kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroa uji.
Konsentrasi larutan uji yang telah ditetapkan sebagai KHM dikultur ulang pada
media baru dan diinkubasi selama 18-24 jam, jika media tersebut tidak terdapat
pertumbuhan mikroba setelah inkubasi maka ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi,
2008).
F. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa,
zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Simplisia yang disari
mengandung zat aktif yang yang dapat larut dan tidak dapat larut. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan penyarian dalah kecepatan difusi zat yang larut melalui
lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat
tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, dengan demikian
maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya.
Dalam penyarian, serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin dan
dijaga agar selnya tidak pecah. Namun simplisia yang terlalu halus akan
memberikan kesulitan pada proses penyarian (pada metode ekstraksi perkolasi)
dan penyaringan (butir-butir halus membentuk suspensi yang sulit dipisahkan).
Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan
kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori
dalam simplisia sehingga mempermudah peyarian. Cairan penyari harus dapat
mencapai seluruh serbuk dan secara terus menerus mendesak larutan yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi keluar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
kriteria dalam pemilihan penyari antara lain stabil secara fisika dan kimia, netral,
tidak mudah menguap dan terbakar, selektif (hanya menarik zat berkhasiat), tidak
mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
Etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu mengekstraksi
komponen yang memiliki aktivitas antimikroba (Bala et al., 2011). Etanol dapat
melarutkan alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Untuk meningkatkan penyarian
biasanya digunakan campuran etanol dan air namun hal ini bergantung bahan
yang akan disari. Etanol dapat dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih
selektif, kapang dan bakteri sulit tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi lebih
dari 20%, tidak beracun, netral, absorbsi baik, etanol dapat bercampur dengan
baik pada segala perbandingan, dan pemanasan yang diperlukan dalam proses
pemekatan lebih sedikit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
Cara penyarian dibedakan menjadi :
1. Infundasi
Infus adalah sediaan cari yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit. Infundasi adalah proses
penyarian yang umumnya digunakan utuk menyari zat kandungan aktif yang
larut dalam air. Penyarian yang dilakukan dengan infundasi menyebabkan sari
yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Selain itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
2. Maserasi
Maserasi adalah proses perendaman serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Maserasi digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif
mudah larut, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian
maserasi adalah peralatan sederhana dan mudah dikerjakan, sedangkan
kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan
konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan
tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecilkecilnya antara larutan dalam sel dengan larutan diluar sel (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
3. Perkolasi
Cara penyarian dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia yang ditempatkan dalam
bejana silinder diberi sekat berpori pada bagian bawah. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif hingga keadaan jenuh. Didiamkan selama 24 jam, setelah itu kran dibuka
dan diatur kecepatan tetesannya agar penyarian berjalan sempurna. Pada
penentuan akhir perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara
kualitatif pada perkolat terakhir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1986).
4. Soxhletasi
Penggabungan proses menghasilkan ekstrak cair dan dilanjutkan
proses penguapan. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping
kemudian didinginkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari turun melarutkan
zat aktif serbuk simplisia. Cara ini menguntungkan karena uap panas tidak
melalui serbuk simplisia tapi melalui pipa samping. Kelemahan cara ini larutan
dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kurang cocok. Selain itu, cairan penyari dididihkan terus menerus sehingga
penyari harus murni atau campuran azeotrop (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1986).
Pengeringan dengan tangas air merupakan pengeringan yang sederhana.
Kerugiannya cairan penyari tidak dapat ditampung kembali. Pemekatan cairan
mula-mula dapat dilakukan dengan pemanasan agak cepat di dalam tangas air.
Bila dikehendaki untuk menghasilkan ekstrak kental atau ekstrak kering maka
pemanasan dapat diteruskan. Pemanasan harus dilakukan dengan pengontrolan
suhu (50-60˚C), agar zat aktifnya tidak rusak (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1986).
G. Senyawa Kimia Bahan Alam
Senyawa kimia tanaman bermolekul kecil banyak dijumpai dalam semua
tanaman dan terdapat kelompok senyawa kimia khas dalam tanaman tertentu.
Senyawa kimia tanaman yang jumlahnya paling banyak adalah senyawa
bermolekul kecil yang penyebarannya terbatas, selanjutnya disebut sebagai
metabolit sekunder (Sirait, 2007).
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam. Hampir
2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi
flavoniod. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah
gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula sehingga akan larut dalam
pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian
campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk
glikosida. Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis
sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid. Flovonoid
tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6 (Markham, 1988). Dalam tumbuhan,
flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang
mungkin terdapat pada satu tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida
(Harbone, 1987).
Gambar 3. Struktur senyawa flavonoid (Markham, 1988)
2. Tanin
Tanin tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat
bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut air.
Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisiskan. Tanin terkondensasi hampir tersebar pada seluruh tumbuhan
angiospermae sementara tanin terhidrolisis penyebarannya hanya terbatas pada
tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1987). Semakin murni tanin, kelarutannya
semakin kurang dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal.
Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
atau garam. Selain itu, tanin memiliki kemampuan mengendapkan protein yang
menyebabkan sering terjadinya reaksi dengan enzim. Asam gallat merupakan
asam fenolat yang sering ditemukan dalam tanin (Robinson, 1995).
3. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder
yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran. Pembentukan
alkaloid dapat ditemukan pada bagian daun, akar, getah dan kuncup muda.
Kebanyakan alkaloid adalah zat kristal yang berikatan dengan asam untuk
membentuk garam. Pada tanaman, alkaloid terdapat dalam keadaan bebas
sebagai garam atau N-oksida. Umumnya alkaloid larut dalam air jika berupa
garam sedangkan bentuk bebas atau basanya mudah larut dalam pelarut
organik dan sukar larut dalam air (Sirait, 2007).
4. Saponin
Terpenoid dapat dipilah menjadi sekurangnya empat golongan
senyawa yaitu triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Saponin dan glikosida jantung sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat
sebagai glikosida. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang terdapat
dalam banyak tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan,
bersifat seperti sabun, dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk
busa dan menghemolisis sel darah (Harborne, 1987). Kedua jenis saponin
tersebut larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
H. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar. Pada
kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau
pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fase diam karena pengaruh pengembangan secara menaik (ascending)
atau gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). Mekanisme
sorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi (Ganjar dan Rohman,
2007).
Pemisahan yang optimal akan diperoleh jika menotolkan bercak sekecil
dan sesempit mungkin, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan
menurunkan resolusi. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan
bercak menyebar dan puncak ganda. Pemisahan kromatografi planar umumnya
dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam.
Solut pada kedua kromatografi ini dikarakterisasi dengan jarak migrasi solut
terhadap jarak ujung fase geraknya. Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf (Ganjar dan Rohman, 2007). Rf merupakan ciri
senyawa yang terulangkan. Bilangan Rf terdefinisaikan sebagai jarak yang
ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan
pengembang yang diukur dari garis awal. Oleh sebab itu, bilangan Rf selalu lebih
kecil dari 1 (Markham, 1988).
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢 𝑕 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢 𝑕 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
(Ganjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Angka Rf berkisar antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal. Selain itu juga terdapat hRf, yaitu angka Rf dikalikan faktor 100 (h),
menghasilkan nilai antara 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya sifat penjerap yang
agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak menyimpang atau
secara umum menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem
pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari
hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah
maka komponen polar pelarut harus dinaikkan (Stahl 1985).
Bercak pemisahan pada KLT umumnya tidak berwarna, berbagai cara
dapat dilakukan untuk mendeteksi bercak. Cara kimia dapat dilakukan dengan
mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui penyemprotan sehingga bercak
menjadi jelas. Cara fisika dapat dilakukan dengan fluorosensi sinar ultraviolet.
Lampu ultraviolet dapat dipasang pada panjang gelombang 254 atau 366 untuk
menampakkan solut sebagai bercak gelap atau bercak yang berfluorosensi terang
pada dasar yang berfluorosensi seragam (Ganjar dan Rohman, 2007). Hasil positif
dalam identifikasi senyawa fenolik yang ditandai timbulnya noda berwarna hitam
setelah plat KLT disemprot pereaksi besi (III) klorida (Marliana, 2007). Menurut
Schneider (cit., Meiyanto, dkk., 2011), hasil positif flavonoid ditunjukkan dengan
bercak warna kuning setelah disemprot sitroborat pada sinar tampak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
I. Landasan Teori
Radang tenggorokan termasuk ISPA yang cukup sering ditemui di
masyarakat. Radang tenggorokan dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Radang
tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri harus ditangani dengan tepat karena
infeksi streptococcal dapat menyebabkan infeksi sistemik yang berbahaya.
Bakteri yang biasa ditemui dalam kultur tenggorokan penderita radang
tenggorokan adalah S. pyogenes yang termasuk dalam grup A streptococcus dan
merupakan bakteri Gram positif .
Daun M. tanarius telah lama digunakan sebagai agen antiinflamasi.
Menurut penelitian, daun M. tanarius dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif, namun tidak menunjukkan penghambatan terhadap bakteri Gram
negatif. Kandungan daun M. tanarius yang merupakan turunan dari flavonoid
memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Flavonoid bersifat antibakteri karena
mampu berinteraksi dengan DNA bakteri yang menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom. Aktivitas
antibakteri dari flavonoid juga dilakukan dengan pengurangan fluiditas membran
pada sel bakteri dan penghambatan metabolisme energi pada bakteri. Etanol
dipilih sebagai penyari karena dapat menarik senyawa antibakteri yang dituju
seperti flavonoid. Flavonoid bersifat polar sehingga campuran etanol dengan air
yang juga bersifat polar dapat digunakan untuk menarik flavonoid dalam daun M.
tanarius.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun M.
tanarius terhadap S. pyogenes. Selain itu juga dilakukan penentuan nilai KHM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan KBM untuk mengetahui konsentrasi yang dapat digunakan dalam
menghambat dan membunuh bakteri. Diharapkan dari penelitian ini daun M.
tanarius yang kurang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dapat dikembangkan
sebagai antibakteri. Hal ini dapat melengkapi kegunaan daun M. tanarius yang
sudah lama digunakan sebagai agen antiinflamasi sehingga dapat digunakan
mengobati radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri S. pyogenes.
J. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun M. tanarius
memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. pyogenes, serta nilai KHM dan KBM
dari ekstrak etanol daun M. tanarius terhadap S. pyogenes dapat ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas.
Konsentrasi ekstrak etanol daun M. tanarius konsentrasi 5%, 10%,
20%, 40%, dan 80%.
b. Variabel tergantung.
Aktivitas antibakteri ekstrak etanol M. tanarius yang dilihat dari
diameter zona hambat dalam milimeter (mm).
c. Variabel pengacau terkendali.
Asal daun M. tanarius, waktu inkubasi, suhu inkubasi.
d. Variabel pengacau tak terkendali.
Suhu pengeringan simplisia, tetesan embun saat inkubasi.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Definisi operasional
a. Ekstrak etanol daun M. tanarius. Ekstrak serbuk daun M. tanarius
yang disari menggunakan etanol 70% dan dihilangkan pelarutnya
dengan pemanasan di atas penangas air pada suhu 50-60˚C hingga
kental lalu ditimbang hingga bobot tetap dan disimpan pada suhu 4˚C.
b. Zona hambat. Daerah jernih di sekitar lubang sumuran yang telah
diteteskan ekstrak etanol daun M. tanarius yang menandakan tidak
terdapat pertumbuhan bakteri dinyatakan dalam milimeter (mm).
c. Aktivitas antibakteri. Kemampuan ekstrak etanol daun M. tanarius
untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri S. pyogenes
yang dibandingkan dengan kontrol negatif.
d. Kontrol negatif. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak
etanol daun M. tanarius ketika diteteskan dalam media yaitu aquadest
steril, hasilnya akan digunakan sebagai pembanding.
e. Kontrol positif. Suspensi antibiotik Amoxicilin dengan konsentrasi
25 mg/mL yang telah terbukti mampu menghambat maupun
membunuh pertumbuhan bakteri S. pyogenes yang hasilnya digunakan
sebagai pembanding ekstrak etanol daun M. tanarius.
C. Bahan Penelitian
Daun M. tanarius yang diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang dipanen pada bulan Juli 2013. Media Nutrient
Agar (NA) (Oxoid), Nutrient Broth (NB) (Oxoid), Blood Agar Plate (BAP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Larutan Mac Farland 0,5, kultur murni S. pyogenes ATCC 19615 yang diperoleh
dari Balai Kesehatan, Yogyakarta (EQAM Belgia). Etanol 70% (teknis), aquadest
steril, suspensi antibiotik Amoxicilin (Indofarma). Kalium hidroksida LP, natrium
hidroksida, asam klorida, natrium klorida 2%, gelatin 1%, Bourchadat LP, dan
Mayer LP. Silika gel 60F254, asam asetat, air, etil asetat, asam formiat, toluene,
rutin, asam gallat, besi (III) klorida, dan sitroborat.
D. Alat Penelitian
Alat-alat gelas (Pyrex), pipet ukur (Pyrex), aluminium foil, mikropipet,
neraca analitik (Mettler Toledo), cawan petri (Pyrex), cawan porselen, grinder,
kulkas, oven (Memmert), Microbiological Safety Cabinet (MSC), inkubator,
autoklaf, jarum ose, batang pengaduk, stirer, hot plate, sendok, bunsen, pelubang
sumuran, mikropipet, pipet tetes, tabung reaksi, gelas arloji, labu ukur. Penangas
air (Memmert), drying box, mesin penyerbuk, ayakan nomor 40, corong, corong
Buchner, rotarry vaccum evaporator (Buchi), UV cabinet, chamber.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius
Dilakukan pengamatan terhadap pohon dan bagian tanaman seperti
daun, batang, buah dan bunga. Bagian tanaman tersebut dicocokkan dengan
ciri morfologi tanaman Macaranga tanarius yang terdapat pada buku Flora of
Java Jilid I mengikuti panduan determinasi tanaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Pembuatan serbuk daun M. tanarius
Daun M. tanarius sebanyak 500 g dicuci dengan air mengalir,
dikeringkan dibawah sinar matahari ditutup dengan kain hitam selama satu
hari. Pengeringan dilanjutkan dalam oven pada suhu 40-50˚C selama satu hari
(hingga dapat hancur ketika diremas), dibuat serbuk dengan grinder dan diayak
pada ayakan nomor mesh 40.
3. Pembuatan ekstrak etanol daun M. tanarius
Serbuk daun M. tanarius sebanyak 30 g diekstraksi secara maserasi
menggunakan 300 mL etanol 70% selama lima hari ditempat gelap dan
terlindung dari cahaya. Selama roses maserasi dilakukan penggojogan setiap 24
jam sekali untuk meratakan penyarian. Setelah maserasi selama lima hari
kemudian filtrat dipisahkan dan dilakukan remaserasi selama dua hari dengan
penambahan penyari yang baru dengan perbandingan yang sama (Badan POM
RI, 2010). Filtrat disimpan dalam kulkas bersuhu 4°C dan dicampur dengan
filtrat hasil remaserasi. Hasil ekstraksi dipisahkan antara filtrat dengan serbuk
menggunakan kertas saring dengan bantuan corong Buchner yang terhubung
dengan vaccum. Filtrat hasil maserasi dan remaserasi yang telah dicampur
kemudian dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator hingga tidak ada
penyari yang menetes pada alat. Filtrat yang pekat tersebut dikumpulkan pada
cawan porselen dan diuapkan diatas waterbath untuk mendapatkan ekstrak
kental. Ekstrak kental ditimbang hingga bobot tetap untuk memastikan pelarut
benar-benar hilang. Ekstrak disimpan dalam kulkas bersuhu 4˚C hingga
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak daun M. tanarius
Variasi konsentrasi ekstrak daun M. tanarius dibuat dengan
melarutkan ekstrak dengan aquadest steril hingga konsentrasi yang ingin
diperoleh. Ekstrak dibuat dalam konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%
(50 mg/mL, 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, dan 800 mg/mL).
5. Uji skrining fitokimia daun M. tanarius
Skrinning fitokimia daun M. tanarius dilakukan terhadap senyawa
fenolik, flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin.
a. Uji pendahuluan. Uji pendahuluan dilakukan dengan uji tabung. Sebanyak 2
gram serbuk daun M. tanarius ditambahkan 10 mL aquadest, kemudian
dipanaskan selama 30 menit diatas penangas air dan disaring. Filtrat
diamati, bila muncul larutan kuning kemerahan menunjukkan adanya
senyawa yang mengandung kromofor (flavonoida dan antrakinon).
Kemudian dengan penambahan larutan kalium hidroksida LP 3 tetes maka
warna larutan akan menjadi lebih intensif (Herlianawati, 2007).
b. Uji senyawa fenolik. Uji kandungan senyawa fenolik dilakukan dengan uji
tabung dan ditegaskan dengan uji KLT. Pada uji tabung, sebanyak 2 gram
serbuk daun M. tanarius ditambahkan 10 mL aquadest, kemudian
dipanaskan selama 10 menit diatas penangas air. Disaring panas-panas lalu
didinginkan, kemudian filtrat ditambahkan 3 tetes pereaksi besi (III) klorida.
Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya senyawa fenolik
(Harborne, 1987). Pada uji KLT, chamber tempat pemisahan dijenuhkan
dengan menggunakan fase gerak yang akan digunakan. Uji kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
senyawa fenolik dilakukan dengan menggunakan plat KLT silika gel 60F254
dan fase gerak etil asetat : asam formiat : toluene : air (6 : 1,5 : 2 : 1).
Pembanding yang digunakan adalah asam gallat yang dibuat dengan
melarutkan 10 mg asam galat dalam 1 mL etanol. Plat KLT ditotol dengan
ekstrak etanol daun M. tanarius dalam konsentrasi 10%, dibuat dengan
menimbang ekstrak etanol daun M. tanarius sebanyak 1 gram dan dilarutkan
dalam etanol 70% hingga 10 mL. Senyawa dielusi hingga mencapai batas
(8 cm) dalam fase gerak. Setelah proses elusi selesai, plat diangin-anginkan
agar fase gerak menguap dan diamati dibawah UV 254 nm dan 365 nm
(Wagner, Bladt, and Zgainski, 1984). Untuk senyawa fenolik dilakukan
deteksi dengan besi (III) klorida dan hasil positif berupa bercak berwarna
hitam (Marliana, 2007).
c. Uji flavonoid. Uji kandungan flavonoid dilakukan dengan uji tabung dan
ditegaskan dengan uji KLT. Pada uji tabung, sebanyak 0,2 g serbuk
dilarutkan ke dalam natrium hidroksida akan terjadi pembentukan intensitas
warna kuning. Pada penambahan asam klorida terjadi perubahan intensitas
warna kuning menunjukkan adanya flavonoid (Wibowo, 2013). Uji KLT
flavonoid digunakan fase diam silika gel 60F254 dan fase gerak etil asetat asam formiat - asam asetat - air (100 : 11 : 11 : 27). Pembanding yang
digunakan adalah rutin yang dibuat dengan melarutkan 10 mg rutin dalam
1 mL etanol. Plat KLT ditotol dengan ekstrak etanol daun M. tanarius
dalam konsentrasi 10%, dibuat dengan menimbang ekstrak etanol daun M.
tanarius sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam etanol 70% hingga 10 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Senyawa dielusi hingga mencapai batas (8 cm) dalam fase gerak. Setelah
proses elusi selesai, plat diangin-anginkan agar fase gerak menguap dan
diamati dibawah UV 254 nm dan 365 nm (Wagner, Bladt, and Zgainski,
1984). Hasil positif flavonoid ditunjukkan dengan bercak warna kuning atau
kuning coklat setelah disemprot sitroborat (Schneider cit., Meiyanto, dkk.,
2011).
d. Uji tanin. Uji kandungan tanin dilakukan dengan uji tabung. Sebanyak 2
gram serbuk daun M. tanarius ditambahkan 10 ml aquadest, kemudian
dipanaskan selama 30 menit diatas penangas air dan disaring. Sebanyak
5 mL filtrat ditambahkan natrium klorida 2% sebanyak 1 mL. Bila terjadi
endapan atau suspense, disaring menggunakan kertas saring. larutan gelatin
1% ditambahkan sebanyak 5 mL, bila terbentuk endapan menunjukkan
adanya tanin (Marliana, 2005).
e. Uji alkaloid. Uji kandungan alkaloid dilakukan dengan uji tabung. Sebanyak
500 mg serbuk daun M. tanarius ditambahkan 1 mL asam klorida 2N dan
9 mL. Dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan
disaring. Sebanyak 3 tetes filtrat dipindahkan ke kaca arloji dan
ditambahkan 2 tetes Bourchadat LP. Bila terdapat endapan maka
menunjukkan alkaloid golongan II. Sebanyak 3 tetes filtrat dipindahkan ke
kaca arloji dan ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Bila filtrat membentuk
endapan, maka menunjukkan adanya kandungan alkaloid golongan III
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
f. Uji saponin. Uji kandungan saponin dilakukan dengan uji tabung dan uji
hemolisis. Pada uji tabung, serbuk daun M. tanarius dimasukkan sebanyak
0,5 g dalam tabung reaksi. Ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuknya buih selama
± 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes
asam klorida 2N buih tidak hilang menunjukkan positif adanya saponin
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Untuk memastikan
kandungan saponin dalam daun M. tanarius dilakukan uji hemolisis.
Sebanyak 40 µL ekstrak etanol daun M. tanarius yang dilarutkan dalam
aquadest diteteskan dalam lubang sumuran pada media BAP. Didiamkan
selama satu hari kemudian diamati hasilnya. Bila area sekitar lubang
sumuran berubah warna menjadi kuning artinya terjadi proses hemolisis dan
menunjukkan adanya kandungan saponin dalam ekstrak daun M. tanarius.
6.
Uji antibakteri
a. Pembuatan suspensi bakteri S. pyogenes. Kultur murni bakteri S. pyogenes
yang didapatkan dari Balai Kesehatan Yogyakarta diambil sebanyak satu
ose, di kultur pada media NB dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah
inkubasi, dibuat suspensi bakteri uji yang kekeruhannya disetarakan dengan
larutan Mac Farland 0,5 untuk mendapatkan kepadatan populasi bakteri 1,5
x 108 CFU.
b. Pembuatan
suspensi
antibiotik
sebagai
kontrol
positif.
Antibiotik
Amoxicilin dry syrup dilarutkan dalam aquadest steril hingga mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
konsentrasi 25 mg/mL. Di-vortex hingga homogen terutama saat sebelum
digunakan.
c. Pembuatan sumuran pada media NA. Media NA dituangkan dalam petri
kemudian didiamkan hingga memadat (sebagai base layer). Media NA yang
masih dalam bentuk cair diinokulasi dengan suspensi bakteri uji secara pour
plate, dituang dalam cawan petri yang telah terdapat base layer dan
didiamkan hingga memadat (sebagai seed layer). Dengan menggunakan
pelubang sumuran, media yang telah memadat tersebut dibuat lubanglubang sumuran pada seed layer namun tidak menembus base layer. Jumlah
lubang yang dibuat sesuai dengan seri konsentrasi ekstrak etanol daun M.
tanarius, kontrol negatif dan kontrol positif.
d. Uji daya antibakteri secara difusi sumuran. Pada lubang-lubang sumuran,
diberikan ekstrak yang telah dilarutkan dalam aquadest steril dengan variasi
konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80% (50 mg/mL, 100 mg/mL, 200
mg/mL, 400 mg/mL, dan 800 mg/mL) sebanyak 40 µL. Kontrol positif yaitu
suspensi antibiotik Amoxicilin dan kontrol negatif yaitu aquadest steril
sebagai pelarut ekstrak diberikan dalam lubang sumuran. Dilakukan
inkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam, setelah waktu inkubasi diamati
hasilnya.
e. Penentuan KHM dan KBM dengan matode dilusi padat. Pada pengamatan
hasil, dilihat zona hambat yang terbentuk disekitar sumuran. Setelah
mendapatkan zona hambat, range konsentrasi zona hambat digunakan untuk
menentukan KHM dan KBM dengan metode dilusi padat. Variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
konsentrasi dilusi padat dibuat berdasarkan konsentrasi terkecil yang masih
memberikan zona hambat dari uji potensi antibakeri. Suspensi bakteri uji
dan ekstrak yang telah dilarutkan sesuai variasi konsentrasi diinokulasikan
secara pour plate dalam media NA dengan perbandingan suspensi bakteri :
ekstrak (1 : 1). Diinkubasi dalam suhu 37˚C selama 24 jam. Hasil inkubasi
dilakukan penegasan hasil dengan melakukan streak pada media NA dan
diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Pada hasil streak diamati
berdasarkan kekeruhan pertumbuhan bakteri pada media. Media yang jernih
tidak adanya pertumbuhan bakteri diberi notasi -, media yang keruh diberi
notasi ++, dan sangat keruh +++. Konsentrasi terkecil yang menunjukkan
tidak adanya pertumbuhan bakteri selanjutnya dilakukan uji penegasan.
f. Uji penegasan. Media yang jernih dipilih dua konsentrasi terkecil untuk
selanjutnya dilakukan uji penegasan. Permukaan media digores dengan ose,
kemudian digoreskan pada media yang masih steril. Adanya pertumbuhan
bakteri pada bekas goresan menunjukkan pada konsentrasi tersebut terjadi
kemampuan penghambatan pertumbuhan bakteri sedangkan tidak adanya
pertumbuhan bakteri menunjukkan pada konsentrasi tersebut terjadi
kemampuan membunuh pertumbuhan bekteri. Konsentrasi terkecil yang
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri ditentukan sebagai KBM,
sedangkan
konsentrasi
terkecil
yang
menunjukkan
pertumbuhan bakteri ditentukan sebagai KBM.
masih
adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
F. Analisis Hasil
Data dari hasil penelitian ini berupa data diameter zona hambat, data nilai
KHM dan KBM, dan data hasil uji KLT. Data diameter zona hambat dianalisis
secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data memiliki
distribusi normal atau tidak. Data dinyatakan terdistribusi normal bila nilai
p>0,05. Dilakukan uji Levene untuk mengetaui variasi data. Bila data terdistribusi
normal dan variasi data homogen dilanjutkan uji Anava Satu Arah untuk
mengetahui paling tidak terdapat dua kelompok data yang memiliki perbedaan
bermakna dengan nilai p<0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan maka dilakukan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui pada variasi
konsentrasi ekstrak etanol daun M. tanarius berapa terdapat perbedaan bermakna
dengan kontrol negatif dan kontrol positif maupun antar variasi konsentrasi.
Data KHM dan KBM dianalisis dengan analisis deskriptif berdasarkan
kekeruhan pertumbuhan bakteri yang dibandingkan dengan kontrol negatif dan
kontrol positif. Selanjutnya dilakukan uji penegasan KHM dan KBM dengan
streak plate untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Data hasil uji kualitatif
kandungan kimia daun M. tanarius dilakukan dengan mengamati bercak yang
tampak pada KLT secara visual dibawah lampu UV 254 nm dan 365 nm.
Bercak pada kromatogram dihitung Retardation factor (Rf) dengan
rumus:
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢 𝑕 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢 𝑕 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
(Ganjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Warna bercak dan harga Rf sampel dibandingkan dengan standar
pembanding. Bila warna bercak dan harga Rf mendekati pembanding,
menunjukkan komponen senyawa kimia sampel sama dengan
pembanding.
standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Bahan Tanaman Macaranga tanarius (L.) M. A.
Penelitian ini menggunakan daun Macaranga tanarius (L.) M. A. yang
berasal dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Identifikasi
bahan tanaman bertujuan untuk memastikan kebenaran bahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan ciri
morfologi tanaman seperti daun, batang, bunga dan buah menurut pustaka acuan
yaitu Backer, C. A. and Bakhuizen van den Brink, (1983).
A
B
Gambar 4. Tanaman (A) dan daun segar (B) M. tanarius
Berdasarkan hasil determinasi tanaman didapatkan hasil bahwa benar tanaman
yang digunakan merupakan tanaman Macaranga tanarius (L.) M. A. (Lampiran
1).
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Pengumpulan Bahan
Daun M. tanarius yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kebun
obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dipetik dalam kondisi
segar pada bulan Juli-Agustus 2013. Dipilih daun yang berwarna hijau segar agar
didapatkan kandungan senyawa yang optimal. Daun yang diambil berada di
tengah batang, tidak terlalu atas agar tidak terlalu muda dan tidak terlalu bawah
agar tidak terdapat daun yang terlalu tua. Daun yang masih muda dimungkinkan
kandungan senyawa didalamnya belum optimal, sedangkan daun yang terlalu tua
dikhawatirkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya sudah mulai
berkurang (Departeman Kesehatan Republik Indonesia, 1985). Selain itu dipilih
daun yang terbebas dari hama, serangga maupun pengotor agar toksin yang
dihasilkan tidak mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Daun yang didapatkan
kemudian disortir untuk mendapatkan daun yang sesuai dengan kriteria. Daun
dicuci dibawah air mengalir agar kotoran tidak lagi menempel pada daun
selanjutnya daun yang telah dibersihkan siap untuk dikeringkan.
C. Pengeringan Bahan dan Pembuatan Serbuk Daun M. tanarius
Pengeringan bahan daun M. tanarius bertujuan untuk mengurangi kadar
air agar terhindar dari pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya
simplisia dalam proses penyimpanan. Pengeringan juga bertujuan menginaktifkan
enzim-enzim yang terkandung dalam tumbuhan. Hal ini untuk mencegah
peruraian senyawa kimia oleh enzim-enzim tersebut (Departeman Kesehatan
Republik Indonesia, 1985). Pengeringan daun M. tanarius dilakukan dibawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sinar matahari dengan ditutup kain berwarna hitam. Pengeringan dilanjutkan
dalam oven suhu 36˚C hingga daun dapat hancur ketika diremas. Pengeringan
dengan oven dapat mengatur suhu, kelembaban dan aliran udara dalam proses
pengeringan simplisia. Hal ini agar simplisia yang didapatkan dapat kering lebih
merata dengan waktu lebih cepat tanpa bergantung cuaca sehingga simplisia yang
didapatkan pun dapat memiliki mutu lebih baik.
Daun yang mudah hancur ketika diremas menandakan daun sudah kering
dan siap untuk masuk ke tahap berikutnya yaitu penyerbukan. Setelah proses
pengeringan, didapatkan 529 g daun kering dari 1,51 kg daun segar. Daun dibuat
serbuk dengan alat grinder. Sebelum masuk grinder daun lebih dulu diremas
untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil sehingga mempermudah proses
penyerbukan. Hasil dari penyerbukan dikumpulkan dan diayak dengan pengayak
nomor mesh 40. Penyerbukan dan pengayakan bertujuan untuk memperkecil
ukuran partikel sehingga permukaan yang kontak dengan penyari akan semakin
luas. Hal ini agar kandungan kimia yang terlarut dalam penyari dapat lebih
banyak. Serbuk yang terlalu halus dapat mempersulit proses penyarian dan
penyarian (Departeman Kesehatan Republik Indonesia, 1985). Oleh karena itu
digunakan pengayak dengan nomor mesh 40 untuk mendapatkan serbuk yang
sesuai. Serbuk yang didapatkan disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap
udara hingga akan digunakan agar terhindar dari pengotor maupun pertumbuhan
bakteri dan jamur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
D. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
Metode yang dipilih dalam ekstraksi adalah maserasi. Maserasi dipilih
karena dalam pembuatan ekstrak mengikuti ketentuan Farmakope Herbal
Indonesia yaitu membuat ekstrak dari serbuk sering simplisia dengan metode
maserasi menggunakan pelarut yang sesuai (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009). Ekstraksi menggunakan metode maserasi lebih sederhana, tidak
terlalu banyak menggunakan pelarut dan karena tidak menggunakan proses
pemanasan maka zat aktif didalamnya dapat terjaga. Digunakan pelarut etanol
70% yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang terkandung
dalam serbuk simplisia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
Perbandingan serbuk dengan penyari yang digunakan 1 : 10. Etanol 70% sangat
efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Voight, 1995).
Etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu mengekstraksi komponen yang
memiliki aktivitas antimikroba (Bala, et al., 2011). Etanol dapat melarutkan
komponen antimikroba dalam daun M. tanarius seperti senyawa fenolik,
flavonoid, tanin, dan saponin (Harborne, 1987).
Maserasi (macerase = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simplisia yang telah dihaluskan disatukan dengan bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya
langsung untuk mencegah reaksi dikatalisis cahaya atau perubahan warna.
Pemilihan waktu lamanya maserasi dapat berbeda-beda, namun waktu lima hari
dirasa memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses dasar maserasi.
Prinsip maserasi adalah pelarutan bahan kandungan simpilisia dari sel yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
rusak dan difusi bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Maserasi selesai
berarti keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai, maka proses difusi akan segera
berakhir. Rendaman harus dikocok berulang-ulang (± tiga kali sehari) agar
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat dalam cairan.
Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif.
Secara teoritis, pada suatu maserasi tidak memungkinkan ekstraksi absolute.
Semakin besar perbandingan simplisia dengan pelarut maka semakin banyak hasil
yang diperoleh (Voight, 1995). Ekstrak kental ditimbang hingga bobot tetap untuk
memastikan pelarut benar-benar hilang. Penimbangan dinyatakan sudah mencapai
bobot tetap apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah
dikeringkan selama 1 jam tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan
seperti tersebut diatas tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan
timbangan analitik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Pada proses maserasi dilakukan replikasi tiga kali, dengan jumlah serbuk
yang sama, yaitu 30 g dan pelarut etanol 70% dengan perbandingan yang sama
serta perlakuan yang sama. Didapatkan ekstrak sebanyak 5,29 g; 5 g; dan 4,71 g
yang selanjutnya masing – masing dibuat seri konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%,
dan 80% (50 mg/mL, 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, dan 800 mg/mL).
Berdasarkan hasil tersebut, rendemen yang didapatkan 16,7%. Ekstrak tersebut
digunakan untuk uji potensi antibakteri, uji KHM KBM dan uji kualitatif
kromatografi lapis tipis (KLT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E. Uji Fitokimia Daun M. tanarius
Pada penelitian ini dilakukan uji fitokimia daun M. tanarius untuk
mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam daun M. tanarius.
Berdasarkan penelitian skrining fitokimia yang dilakukan sebelumnya, pada daun
M. tanarius terdapat kandungan turunan flavonoid yang memiliki aktivitas
antibakteri. Pada skrining fitokimia ini dilakukan uji tabung dan uji KLT.
1. Uji pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa yang
terkandung dalam daun M. tanarius memiliki gugus kromofor atau gugus
hidrofilik. Berdasarkan hasil uji tabung didapatkan larutan kemerahan yang
dengan penambahan KOH LP warna menjadi lebih intensif (Gambar 5). Hal ini
menunjukkan dalam daun M. tanarius terdapat gugus kromofor seperti
flavonoid, antrakinon, dan lainnya atau gugus hidrofilik seperti gula, asam
fenolat, dan lainnya (Herlianawati, 2007).
Filtrat
penambahan KOH LP
Gambar 5. Hasil uji pendahuluan serbuk daun M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Uji senyawa fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang larut air sehingga untuk
melarutkannya dilakukan pemanasan dengan air. Filtrat M. tanarius
ditambahkan 3 tetes besi (III) klorida. Terjadi warna hijau-biru menunjukkan
adanya senyawa fenolik. Berdasarkan hasil uji tabung didapatkan warna biru
gelap (kehitaman) setelah penambahan besi (III) klorida (Gambar 6). Hal ini
menunjukan adanya kandungan senyawa fenolik dalam daun M. tanarius.
Filtrat
penambahan besi (III) klorida
Gambar 6. Hasil uji tabung senyawa fenolik serbuk daun M. tanarius
Untuk memastikan kandungan senyawa fenolik, dilakukan uji KLT
terhadap ekstrak etanol daun M. tanarius. Uji kandungan senyawa fenolik
dilakukan dengan menggunakan plat KLT silika gel 60F254 dan fase gerak etil
asetat : asam formiat : toluene : air (6 : 1,5 : 2 : 1). Standar yang digunakan
adalah asam gallat. Plat KLT ditotol dengan ekstrak etanol daun M. tanarius
yang dilarutkan dalam etanol 70% menggunakan pipa kapiler. Senyawa dielusi
hingga mencapai batas (8 cm) dalam fase gerak. Setelah elusi diamati dibawah
UV 254 nm dan 365 nm. Untuk senyawa fenolik, pendeteksian digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pereaksi besi (III) klorida yang menunjukkan hasil positif bila berwarna hitam
(Marliana, 2007) (Tabel II).
Tabel II. Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak daun M. tanarius
Senyawa
Uji
Hasil
Rf
Asam
Gallat
0,80
Sampel
0,71
Sebelum Disemprot
Sinar
UV
UV 365
Tampak
254
Coklat
Ungu
ungu
muda
kebiruan
Coklat
Ungu
ungu
muda
kebiruan
Setelah Disemprot
Sinar
UV
UV 365
Tampak
254
Hitam
Ungu
ungu
kelabu
kebiruan
Hitam
Ungu
ungu
kelabu
kebiruan
Gambar 7. Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak daun M. tanarius sebelum
disemprot pereaksi besi (III) klorida dilihat pada sinar tampak, UV 254 dan
365 nm
Keterangan :
S : Sampel
P : Senyawa pembanding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 8. Hasil uji KLT senyawa fenolik ekstrak daun M. tanarius setelah
disemprot pereaksi besi (III) klorida dilihat pada sinar tampak, UV 254 dan
365 nm
Keterangan :
S : Sampel
P : Senyawa pembanding
Berdasarkan hasil KLT, didapatkan nilai Rf senyawa pembanding
asam gallat 0,80 dan sampel 0,87. Bercak yang diperoleh pada pembanding
dan sampel berwarna coklat muda. Pada UV 254 nm pembanding dan sampel
menghasilkan bercak berwarna ungu, sedangkan pada UV 365 nm keduanya
berwarna ungu kebiruan. Setelah penyemprotan dengan besi (III) klorida
didapatkan bercak hitam kelabu pada pembanding dan sampel. Pada UV
254 nm pembanding dan sampel menghasilkan warna ungu sedangkan pada
UV 365 nm keduanya berwarna ungu kebiruan. Nilai Rf yang mendekati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
karakterisasi senyawa yang serupa menunjukkan hasil positif. Hal ini
menunjukkan sampel memiliki senyawa fenolik.
Reaksi warna yang terjadi ketika senyawa fenolik direaksikan dengan
besi (III) klorida.
Gambar 9. Reaksi pembentukan warna pada senyawa fenolik dengan besi
(III) klorida (Herlianawati, 2007).
3. Uji flavonoid
Serbuk daun M. tanarius dilarutkan dalam natrium hidroksida. Bila
terjadi pembentukan intensitas warna kuning dan dengan penambahan asam
klorida intensitas warna kuning berubah, menunjukkan adanya flavonoid. Hasil
dari uji tabung terhadap kandungan flavonoid menunjukkan terjadi intensitas
warna kuning setelah dilarutkan natium hidroksida dan dengan penambahan
asam klorida terjadi perubahan intensitas warna (Gambar 10). Hal ini
menunjukkan adanya kandungan flavonoid dalam daun M. tanarius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Penambahan natrium hidroksida
penambahan asam klorida
Gambar 10. Hasil uji tabung flavonoid serbuk daun M. tanarius
Reaksi antara flavonoid dengan natrium hidroksida akan membentuk
kinoid yang berwarna kemerahan dan dengan penambahan akan kembali
seperti semula.
Gambar 11. Reaksi flavonoid dengan natrium hidroksida
Untuk memastikan kandungan flavonoid, dilakukan KLT terhadap
ekstrak etanol daun M. tanarius. Fase diam yang digunakan silika gel 60F254
dan fase gerak etil asetat - asam formiat - asam asetat - air (100 : 11 : 11 : 27).
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan senyawa pembanding rutin (kuersetin3-rutinosida) yang merupakan glikosida flavonol karena merupakan jenis
flavonoid yang paling sering dijumpai pada pemeriksaan flavonoid, banyak
terdapat dalam tumbuhan dan tersebar luas dalam pigmen tanaman (Harborne,
1987). Senyawa dielusi hingga mencapai batas (8 cm) dalam fase gerak.
Setelah proses elusi selesai, diamati dibawah UV 254 nm dan 365 nm. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Schneider (cit., Meiyanto, dkk., 2011), hasil positif flavonoid ditunjukkan
dengan bercak warna kuning setelah disemprot sitroborat pada sinar tampak
(Tabel III).
Tabel III. Hasil uji KLT flavonoid ekstrak daun M. tanarius
Senyawa
Uji
Hasil
Rf
Rutin
0,97
Sampel
0,41
Sebelum Disemprot
Sinar
UV 254 UV 365
Tampak
Kuning
Ungu
Ungu
muda
kebiruan
Kuning
Ungu
Ungu
muda
kebiruan
Setelah Disemprot
Sinar
UV
UV 365
Tampak
254
Kuning
Ungu
ungu
kecoklatan
kebiruan
Kuning
Ungu
ungu
kecoklatan
kebiruan
Gambar 12. Hasil uji KLT flavonoid ekstrak daun M. tanarius sebelum
disemprot pereaksi sitroborat dilihat pada sinar tampak, UV 254 dan 365 nm
Keterangan :
S : Sampel
P : Senyawa pembanding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 13. Hasil uji KLT flavonoid ekstrak daun M. tanarius setelah
disemprot pereaksi sitroborat dilihat pada sinar tampak, UV 254 dan 365 nm
Keterangan :
S : Sampel
P : Senyawa pembanding
Berdasarkan hasil KLT, didapatkan nilai Rf senyawa pembanding
rutin 0,97 dan sampel 0,41. Bercak yang diperoleh pada pembanding dan
sampel berwarna kuning muda. Pada UV 254 nm pembanding dan sampel
menghasilkan bercak berwarna ungu, sedangkan pada UV 365 nm keduanya
berwarna ungu kebiruan. Setelah penyemprotan dengan sitroborat didapatkan
bercak berwarna kuning kecoklatan pada pembanding dan sampel. Pada UV
254 nm pembanding dan sampel menghasilkan warna ungu sedangkan pada
UV 365 nm keduanya berwarna ungu kebiruan. Nilai Rf yang didapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
cukup jauh, hal ini dapat dikarenakan fase gerak yang digunakan merupakan
campuran senyawa semipolar dan polar. Setelah dilakukan elusi, sampel
diduga merupakan senyawa semipolar karena memiliki nilai Rf yang cukup
jauh dengan pembanding yang bersifat polar. Rutin merupakan glikosida
flavonoid yang bersifat polar sedangkan sampel diduga merupakan aglikon
flavonoid yang bersifat lebih semipolar. Pendeteksian menggunakan sitroborat
menunjukkan warna bercak yang serupa antara sampel dengan pembanding
yaitu berwarna kuning kecoklatan. Sampel dapat dikatakan mengandung
flavonoid, namun memiliki jenis yang berbeda dengan pembanding.
Penampak noda asam sitroborat dengan flavonoid diduga membentuk
ikatan pada kedudukan lain ketika dilakukan pemanasan. Reaksi yang terjadi
antara sitroborat dan flavonoid belum diketahui secara pasti (Daniel, 2010).
Gambar 14. Perkiraan reaksi flavonoid dengan sitroborat (Mulyani dan
Laksana, 2011)
4. Uji tanin
Serbuk daun M. tanarius ditambahkan 10 mL aquadest, disaring lalu
sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan natrium klorida 2% (1 mL). Bila terjadi
endapan atau suspensi kemudian disaring. Filtrat hasil penyaringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ditambahkan larutan gelatin 1% sebanyak 5 mL, bila terbentuk endapan
menunjukkan adanya tanin. Berdasarkan hasil uji tabung, didapatkan adanya
endapan atau suspensi setelah penambahan natrium klorida 2%. Setelah
disaring dan ditambahkan gelatin 1% juga terdapat endapan (Gambar 15). Hal
ini menunjukkan adanya kandungan tanin dalam daun M. tanarius. Hal ini
didukung dengan hasil KLT senyawa fenolik yang menunjukkan hasil positif
karena tanin juga merupakan senyawa fenolik.
Filtrat
Penambahan natrium klorida 2% Penambahan gelatin 1%
Gambar 15. Hasil uji tabung tanin serbuk daun M. tanarius
Adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin. Tanin
bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut
dalam air. Reaksi ini lebih sensitif dengan penambahan natrium klorida
untuk mempertinggi penggaraman dari tanin-gelatin (Marliana, Suryanti, dan
Suyono, 2005).
5. Uji alkaloid
Serbuk daun M. tanarius ditambahkan 1 mL asam klorida 2N dan
9 mL air. Sebanyak 3 tetes filtrat dipindahkan ke kaca arloji dan ditambahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2 tetes Bourchadat LP. Bila terdapat endapan maka menunjukkan alkaloid
golongan II. Sebanyak 3 tetes filtrat dipindahkan ke kaca arloji dan
ditambahkan 2 tetes Mayer LP membentuk endapan maka menunjukkan
alkaloid golongan III. Berdasarkan hasil uji tabung tidak didapatkan endapan
setelah filtrat ditetesi dengan Bourchadat LP, begitu pula pada penambahan
Mayer LP tidak didapatkan adanya endapan (Gambar 16). Hal ini
menunjukkan tidak terdapat kandungan alkaloid golongan II dan golongan III.
Golongan II
Filtrat
penambahan Bourchadat LP
tidak ada endapan
Golongan III
Penambahan Mayer LP
tidak ada endapan putih
Gambar 16. Hasil uji tabung alkaloid golongan II dan III serbuk daun M.
tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Hasil positif alkaloid golongan III dengan pereaksi Mayer ditandai
dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer LP, larutan
merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk
endapan merah merkurium (II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan
berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat (II) (Svehla cit.,
Marliana, Suryanti, dan Suyono 2005). Alkaloid mengandung atom nitrogen
yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry, cit.,
Marliana, Suryanti, dan Suyono 2005). Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam
K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid
yang mengendap (Marliana, Suryanti, dan Suyono 2005).
Gambar 17. Perkiraan reaksi uji Mayer (Marliana, Suryanti, dan Suyono
2005)
Hasil
positif
alkaloid
pada
uji
Bouchardat
ditandai dengan
terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan
tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Bouchardat LP, iodin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna
coklat. Pada uji Bouchardat, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan nitrogen pada alkaloid, membentuk kompleks kaliumalkaloid yang mengendap (Marliana, Suryanti, dan Suyono 2005).
Gambar 18. Perkiraan reaksi uji Bouchardat (Marliana, Suryanti, dan
Suyono 2005)
6. Uji saponin
Daun M. tanarius sebanyak 2 gram ditambahkan 10 mL air panas,
didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Dilakukan perbandingan
dengan lerak yang sudah diketahui pasti memiliki saponin dengan perlakuan
yang sama. Terbentuknya buih selama ±10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm
dan pada penambahan satu tetes asam klorida 2N buih tidak hilang maka
menunjukkan positif adanya saponin. Berdasarkan hasil uji tabung, didapatkan
buih yang bertahan ± 10 menit dengan tinggi lebih dari 3 cm pada daun M.
tanarius dan dengan penambahan kalium hidroksida buih tidak mengalami
perubahan (Gambar 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Setelah penggojogan
setelah didiamkan 10 menit
dan ditambah KOH
Gambar 19. Hasil uji saponin serbuk daun M. tanarius
Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya
glikosida
yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi, cit., Marliana, Suryanti, dan
Suyono 2005).
Gambar 20. Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Marliana, Suryanti, dan
Suyono 2005)
Untuk memastikan kandungan saponin dalam ekstrak etanol daun M.
tanarius, dilakukan uji hemolisis menggunakan media BAP. Ekstrak diteteskan
dalam lubang sumuran dan setelah didiamkan selama 24 jam terlihat area
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
sekitar lubang sumuran pada setiap konsentrasi berubah warna menjadi kuning
(Gambar 21). Hal ini disebabkan karena saponin memiliki kemampuan
hemolisis (melisiskan sel darah merah) (Zhang cit., Pranoto, Ma’ruf, dan
Pringgenies, 2012). Saponin dapat membentuk kompleks dengan sterol
membran eritrosit, sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas dan
selanjutnya kehilangan hemoglobin (Wang, et al., 2007).
A
B
Gambar 21. Media BAP sebelum perlakuan (A), hasil uji hemolisis saponin
ekstrak etanol daun M. tanarius (B)
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan
busa bila dikocok dalam air. Pada konsentrasi yang rendah, sering
menyebabkan hemolisis pada sel darah merah (Robinson, 1991). Berdasarkan
hasil uji tabung, didapatkan busa ketika serbuk di kocok dengan air. Selain itu,
ketika ekstrak etanol daun M. tanarius diteteskan pada media BAP terjadi
hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan saponin dalam
daun M. tanarius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
F. Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes
Kultur bakteri Streptococcus pyogenes berasal dari Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta (Lampiran 6). Untuk memastikan kebenaran bakteri yang
didapatkan, dilakukan identifikasi secara sederhana dengan melakukan streak
plate pada media BAP. S. pyogenes termasuk dalam grup A hemolitik
streptococcus. Bakteri ini memiliki kemampuan homolisis sehingga identifikasi
dilakukan
dengan
media
BAP
untuk
melihat
kemampuan
hemolisis.
Streptococcus memiliki bentuk kokus berantai, anggota rantai sering memberikan
gambaran diplokokus (Jawetz, Melnick and Adelbergha, 1984). Koloni
streptococcus kecil, bening, bulat, dengan garis tengah kurang dari 1 mm dan
cembung. Pada koloni dapat ditemukan bentuk koloni mukoid, licin atau
mengkilap dan bentuk kasar atau tidak mengkilap. Streptococcus grup A
β-hemolitik berwarna putih kelabu pada media agar darah (Bonang dan
Koeswardono, 1982).
A
B
Gambar 22. Media BAP sebelum distreak dengan bakteri (A), media
BAP yang sudah distreak bakteri S. pyogenes diinkubasi selama 24
jam (B).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 23. Bentuk koloni bakteri S. pyogenes yang ditanam dalam
media BAP
Berdasarkan hasil identifikasi, bakteri S. pyogenes yang ditanam dalam
media BAP secara streak plate membentuk warna putih keruh setelah diinkubasi
selama 24 jam (Gambar 23), sedangkan media yang tidak ditanami bakteri tetap
berwarna merah. Hal ini menunjukkan kemampuan hemolisis yang merupakan
ciri spesifik bakteri S. pyogenes. Bentuk koloni yang dihasilkan kokus berantai,
kecil, bening, bulat, dan cembung dengan permukaan tidak mengkilap. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri yang didapatkan dari Laboratorium Balai Kesehatan
Yogyakarta merupakan bakteri Streptococcus pyogenes.
G. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun M. tanarius terhadap
Bakteri S. pyogenes
Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun M. tanarius dilakukan dengan
metode difusi sumuran. Ekstrak dilarutkan dalam aquadest steril dengan seri
konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80% yang. Penentuan seri konsentrasi
ekstrak mengacu pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Lim, et al., (2009).
Dalam penelitian tersebut, digunakan ekstrak daun M. tanarius yang disari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menggunkan metanol 100% dengan konsentrasi ekstrak 1%. Pada penelitian ini
konsentrasi ekstrak yang digunakan dimulai dari konsentrasi 5%. Perbedaan
metode pengeringan, ekstraksi dan jenis penyari dengan penelitian sebelumnya
dapat memberikan hasil yang berbeda, oleh karena itu konsentrasi pada penelitian
ini ditingkatkan. Berdasarkan hasil orientasi, konsentrasi 80% adalah konsentrasi
tertinggi ekstrak dapat larut dalam aquadest, sehingga konsentrasi 80% digunakan
sebagai konsentrasi tertinggi.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media NA. Media NA
dipilih karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap bagi pertumbuhan
bakteri. Kandungan nutrisi tersebut antara lain pepton, NaCl, yeast extract, dan
beef extract. Media ini dapat digunakan untuk berbagai jenis mikroorganisme
(Atlas, 1996). Pada penelitian ini digunakan kontrol negatif aquadest yang
merupakan pelarut ekstrak dan kontrol positif amoxicillin 25 mg/ml. Kontrol
negatif digunakan untuk melihat apakah aquadest sebagai pelarut turut
memberikan pengaruh pada zona hambat yang terbentuk. Sedangkan kontrol
positif yang digunakan Amoxicilin dipilih karena sering digunakan dalam
pengobatan kasus radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu,
menurut teori Amoxicilin dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. pyogenes
(Finch, Greenwood, Norrby, and Whitley, 2010). Antibiotik ini merusak lapisan
peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Mekanisme kerjanya dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada
tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan menghambat protein pengikat
penisilin yang terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
peptidoglikan dinding sel bakteri dan mencegah aktivitas enzim transpeptidase
yang membungkus ikatan silang polimer gula yang membentuk dinding sel
sehingga dinding sel menjadi rapuh dan mudah lisis (Pratiwi, 2009).
Dalam penelitian ini dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, dari setiap
replikasi tersebut dilakukan repetisi tiga kali. Dari hasil pengamatan didapatkan
zona hambat yang diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter
(mm). Pengukuran dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal, kemudian
dari tiga kali pengukuran tersebut hasilnya dirata-rata. Hasil pengukuran zona
hambat ekstrak etanol daun M. tanarius terhadap bakteri S. pyogenes disajikan
secara lengkap dalam Lampiran 9.
Gambar 24. Hasil uji difusi ekstrak daun M. tanarius terhadap Streptococcus
pyogenes dengan metode difusi sumuran
Keterangan :
A = Konsentrasi 80%
B = Konsentrasi 40%
C = Konsentrasi 20%
D = Konsentrasi 10%
E = Konsentrasi 5%
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Hasil pengukuran zona hambat ekstrak etanol daun M. tanarius terhadap
bakteri S. pyogenes diringkas dalam Tabel IV.
Tabel IV. Hasil pengukuran zona hambat dalam milimeter (mm)
Konsentrasi
Replikasi 1
(Mean±SD)
13±0,81
14±0,95
18±0,53
24±2,40
Replikasi 2
(Mean±SD)
12±0,05
13±0,68
17±0,43
27±2,84
Replikasi 3
(Mean±SD)
12±0,18
14±0,24
18±1,40
25±2,97
Total
(Mean±SD)
12±0,84 a
14±0,50 a
18±0,28 b
25±1.61 c
5
10
40
Kontrol +
6
6
6
6d
Kontrol Keterangan:
*Repetisi tiap replikasi sebanyak 3 kali
*Diameter lubang sumuran 6 mm
*Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama, berbeda tidak bermakna
berdasarkan uji T tidak berpasangan pada taraf p<0,05
Berdasarkan data tersebut, zona hambat yang ditunjukkan berasal dari
kemampuan ekstrak. Pelarut tidak memberikan pengaruh terhadap zona hambat
yang terbentuk, ditunjukkan dengan nilai kontrol negatif yang seluruhnya bernilai
nol ketika sudah dikurangi lubang sumuran. Data zona hambat yang didapatkan
selanjutnya dilakukan analisis hasil secara statistik. Analisis hasil secara statistik
bertujuan untuk melihat adanya potensi antibakteri ekstrak etanol daun M.
tanarius terhadap bakteri S. pyogenes. Data dianalisis normalitas distribusi
menggunakan uji Shapiro Wilk. Royston (1995), mengatakan bahwa jumlah data
antara 3 hingga 5000 dapat dianalisis menggunakan Shapiro Wilk. Dari uji
Shapiro Wilk didapatkan hasil data tidak terdistribusi normal (Lampiran 10). Data
yang tidak normal, yaitu konsentrasi 20% dan 80% tidak diikut sertakan dalam
analisis statistik selanjutnya. Selanjutnya dilakukan uji Levene untuk mengetahui
variasi data (Lampiran 11). Pada hasil uji Levene didapatkan variasi data homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(p>0,05) sehingga dapat dilanjutkan uji Anava Satu Arah untuk mengetahui
berbeda bermakna. Berdasarkan uji Anava Satu Arah didapatkan nilai p<0,05
sehingga terdapat data yang berbeda bermakna secara statistik (Lampiran 12).
Untuk mengetahui kelompok data yang memiliki perbedaan bermakna
maka dilakukan uji T tidak berpasangan yang didahului uji varian. Uji varian
berguna untuk melihat variansi antar 2 kelompok data. Nilai p<0,05 menunjukkan
variansi kedua kelompok tidak homogen sedangkan nilai p>0,05 menunjukkan
variansi kedua kelompok homogen (Lampiran 13). Setelah uji varian dilanjutkan
uji T tidak berpasangan antar dua kelompok data dimana nilai p<0,05
menunjukkan berbeda bermakna antar dua kelompok data. Berdasarkan hasil uji T
tidak berpasangan didapatkan hampir seluruh kelompok data berbeda bermakna,
kecuali antara konsentrasi 5% dengan 10% (Lampiran 14).
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut antara kelompok konsentrasi
uji dengan kontrol negatif berbeda bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun M. tanarius memiliki potensi daya antibakteri terhadap S. pyogenes.
Selain itu, antar variasi konsentrasi uji juga berbeda bermakna, maka
menunjukkan semakin besar konsentrasi uji memberikan aktivitas antibakteri
yang berbeda pula. Namun pada konsentrasi 5% dengan 10% menunjukkan hasil
statistik berbeda tidak bermakna. Hal ini menunjukkan konsentrasi 5% memiliki
kemampuan yang sama dengan konsentrasi 10% dalam penghambatan bakteri S.
pyogenes.
Pada perbandingan antara kelompok konsentrasi uji dengan kontrol
positif didapatkan hasil statistik berbeda bermakna. Artinya aktivitas antibakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yang ditunjukkan ekstrak etanol daun M. tanarius tidak sebesar antibakteri dari
Amoxicilin. Hal ini dapat disebabkan karena ekstrak merupakan campuran dari
berbagai senyawa, dimana senyawa yang aktif sebagai antibakteri bercampur
dengan senyawa yang tidak aktif sebagai antibakteri. Dapat pula senyawa tersebut
bercampur dengan senyawa yang bersifat antagonis sehingga meniadakan
aktivitas antibakteri atau dapat juga bercampur dengan senyawa yang sinergis
namun jumlahnya tidak cukup untuk memberikan aktivitas antibakteri. Perlu
penelaahan lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri dan interaksi kandungan senyawa yang terdapat dalam
ekstrak. Selain itu, adanya kemungkinan difusi senyawa terhalangi sehingga tidak
dapat memberikan aksi penghambatan. Sedangkan Amoxicilin yang merupakan
turunan penisilin telah lama terbukti memiliki daya antibakteri dengan spektrum
luas. Senyawa yang terkandung didalamnya telah terisolasi menjadi senyawa
tunggal serta telah melalui berbagai pengujian sehingga efek penghambatannya
teruji.
Menurut David (cit., Moerfiah dan Supomo, 2011), ketentuan antibakteri
sebagai berikut :
1. Sangat kuat (diameter zona hambat ≥20 mm)
2. Kuat (diameter zona hambat 10-20 mm)
3. Sedang (diameter zona hambat 5-10 mm)
4. Lemah (diameter zona hambat ≤ 5 mm)
Berdasarkan ketentuan tersebut zona hambat yang terbentuk ketika sudah
dikurangi lubang sumuran (6 mm) termasuk dalam kekuatan antibakteri sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
hingga kuat yakni rata-rata 6 hingga 13 mm. Kontrol positif Amoxicilin termasuk
dalam kekuatan antibakteri kuat karena memiliki rata-rata 19 mm (Lampiran 9).
Rata-rata Diameter Zona Hambat
25,00
20,00
Diameter 15,00
Zona Hambat
(mm±SD) 10,00
Rata-rata
Diameter
Zona
Hambat
5,00
0,00
kontrol -
5
10
40
kontrol +
Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
Gambar 25. Diagram rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun
M. tanarius terhadap bakteri S. pyogenes
Aktivitas antibakteri yang muncul dikarenakan kandungan senyawa
fenolik, flavonoid, tanin dan saponin yang terkandung dalam ekstrak daun M.
tanarius. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol
ke dalam sel dan menyebabkan prespitasi serta denaturasi protein. Pada kadar
tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis
(Parwata dan Dewi, 2008). Senyawa fenolik memiliki mekanisme kerja dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara inaktivasi protein (enzim) pada
membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga
mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Dimana sebagian besar struktur
dinding sel dan membran sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak.
Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan
protein dari sel bakteri menjadi terganggu yang akan berakibat pada lolosnya
makromolekul dan ion dari sel, sehingga sel bakteri menjadi kehilangan
bentuknya dan terjadilah lisis (Susanti, 2008).
Flavonoid bersifat antibakteri karena mampu berinteraksi dengan DNA
bakteri. Hasil interaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom. Ion hidroksil secara kimia
menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi sehingga
menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri (Sabir, 2003). Cincin B pada
flavonoid dapat menyebabkan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan susunan
asam nukleus basa, hal ini menjelaskan aksi penghambatan pada sintesis DNA
dan RNA pada bakteri. Aktivitas antibakteri dari flavonoid juga dilakukan dengan
pengurangan fluiditas membran pada sel bakteri dan penghambatan metabolisme
energi pada bakteri (Cushnie and Lamb, 2005).
Mekanisme tanin menghambat bakteri belum dijelaskan secara jelas,
namun Akiyama, et al., (2001) meringkas mekanisme antimikroba dari tanin
yaitu, (i) zat astringent pada tanin dapat menginduksi kompleksasi dengan enzim
dan substrat, berbagai enzim mikrobial mengalami penghambatan ketika
dicampur dengan tanin, (ii) toksisitas tanin erat kaitannya dengan aksi pada
membran mikroorganisme, dan (iii) kompleksasi logam ion pada tanin dapat
merusak membran sitoplasma dari bakteri. Aktivitas biologis tanin mungkin
ditentukan oleh konfigurasi spasial dari gugus ortho- phenolic hydroxyl. Tanin
telah terbukti mengganggu integritas membran karena menyebabkan kebocoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dari liposom. Aktivitas tanin lebih rendah pada bakteri Gram negatif oleh adanya
lipopolisakarida pada permukaan sel bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan
bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap efek bakterisida tanin dibanding
bakteri Gram negatif (Smith, Imlay, and Mackie, 2003).
Saponin memiliki sifat seperti deterjen dan mungkin meningkatkan
permeabilitas membran sel bakteri tanpa menghancurkan bakteri tersebut. Secara
teori, hal ini mungkin memfasilitasi masuknya zat antibakteri melalui membran
dinding sel bakteri Saponin dapat mengganggu permeabilitas pada lapisan terluar
membran. Pada bakteri Gram negatif, lapisan terluar membran dilapisi oleh
lipopolisakarida. Saponin hanya berikatan pada bagian Lipid A dan dapat
meningkatkan permeabilitas membran pada bakteri Gram negatif (Arabski et al.,
2012).
Hardiningtyas
(cit.,
Pranoto,
Ma’ruf,
dan
Pringgenies,
2012)
menambahkan, saponin merupakan golongan senyawa yang dapat menghambat
atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek
utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari
dalam sel.
H. Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
terhadap Bakteri S. pyogenes
Penentuan KHM dan KBM dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
terkecil ekstrak yang mampu menghambat dan membunuh bakteri. Penentuan
nilai KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi padat menggunakan range
konsentrasi hasil dari uji potensi. Berdasarkan hasil uji potensi, didapatkan
konsentrasi terkecil (5%) masih memiliki zona hambat. Dibuat seri konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
untuk menentukan KHM dan KBM dengan konsentrasi 5% sebagai konsentrasi
tengah sehingga seri konsentrasi yang didapatkan 1,5% ; 3,5% ; 5% ; 6,5% dan
8,5%. Seri konsentrasi tersebut direplikasi tiga kali menggunakan ekstrak yang
sama dengan uji difusi. Hasil dari penentuan KHM dan KBM ini dibandingkan
kekeruhannya
dengan
kontrol
positif
dan
kontrol
negatif.
Kekeruhan
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri sedangkan media yang jernih
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Media yang sangat keruh diberi
notasi +++, keruh ++ dan media yang jernih diberi notasi – untuk memudahkan
pengamatan.
Tabel V. Hasil uji KHM dan KBM ekstrak etanol daun M. tanarius terhadap
S. pyogenes
Konsentrasi
1,5%
3,5%
5%
6,5%
8,5%
Kontrol +
Kontrol -
Kekeruhan
Replikasi Replikasi Replikasi
1
2
3
+
+
+
++
++
++
Keterangan:
: jernih
+ : keruh
++ : agak keruh
+++ : sangat keruh
Berdasarkan hasil pengujian pada ketiga replikasi didapatkan konsentrasi
1,5% dari ketiga replikasi masih keruh namun tidak sekeruh kontrol negatif.
Selanjutnya media yang jernih dengan dua konsentrasi terkecil dilakukan uji
penegasan dengan metode streak plate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
I. Uji Penegasan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun M. tanarius dengan
Streak Plate
Hasil dari dilusi padat selanjutnya dilakukan uji penegasan untuk
mengetahui KHM dan KBM. Cawan petri yang tidak terdapat pertumbuhan
bakteri (dipilih dua konsentrasi terkecil) dilakukan uji penegasan. Uji penegasan
dilakukan tiga kali sesuai dengan replikasi yang dilakukan pada uji dilusi. Uji
penegasan dilakukan dengan menggoreskan ose pada permukaan media kemudian
dilakukan streak plate pada media NA steril secara zig-zag. Diinkubasi selama 24
jam dan diamati, bila masih terdapat pertumbuhan bakteri disekitar goresan streak
plate maka menunjukkan KHM, sedangkan bila tidak terdapat pertumbuhan
bakteri di sekitar goresan streak plate maka menunjukkan KBM.
A
B
Gambar 26. Hasil penegasan uji KHM dan KBM konsentrasi
3,5%(A) dan 5%(B)
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil konsentrasi 3,5% masih
terdapat pertumbuhan bakteri pada ketiga replikasi sehingga konsentrasi 3,5%
dinyatakan sebagai KHM, sedangkan konsentrasi 5% pada ketiga replikasi tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri sehingga dinyatakan sebagai KBM
(Lampiran 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Menurut Aligiannis et al., (cit., Diaz, et al., 2010), suatu senyawa
memiliki aktivitas antibakteri yang kuat bila nilai KHM berkisar antara 0,05 - 0,50
mg/mL, aktivitas sedang bila nilai KHM antara 0,6 - 1,50 mg/mL dan aktivitasnya
dikatakan lemah bila memiliki nilai KHM diatas 1,50 mg/mL. Berdasarkan teori
tersebut, nilai KHM dari ekstrak etanol daun M. tanarius termasuk aktivitas lemah
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. pyogenes. Hal ini disebabkan karena
ekstrak merupakan campuran senyawa, dimungkinkan hanya satu atau sedikit
senyawa yang bertanggung jawab dalam aktivitas antibakteri tersebut atau
senyawa yang aktif sebagai antibakteri dapat bercampur dengan senyawa yang
tidak aktif sebagai antibakteri. Selain itu, senyawa tersebut dimungkinkan
bercampur dengan senyawa yang bersifat antagonis sehingga meniadakan
aktivitas antibakteri atau dapat juga bercampur dengan senyawa yang sinergis
namun jumlahnya tidak cukup untuk memberikan aktivitas antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak etanol daun M. tanarius memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
S. pyogenes.
2. Ekstrak etanol daun M. tanarius memiliki nilai KHM 3,5% dan KBM 5%
terhadap bakteri S. pyogenes.
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memastikan kandungan senyawa
dalam daun M. tanarius yang memiliki aktivitas antibakteri menggunakan
metode yang lebih spesifik.
2. Perlu dilakukan penetapan kadar senyawa yang bertanggung jawab dalam
aktivitas antibakteri dan dilanjutkan ke tahap fraksinasi hingga isolasi senyawa
untuk mendapatkan nilai KHM yang kuat.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama et al., 2001, Antibacterial Action of Several Tannins against
Staphylococcus aureus, Journal of Antimicrobial Chemotheraphy 48, 487491.
Arabski et al., 2012, Effects of Saponins against Clinical E. coli Strains and
Eukaryotic Cell Line, Journal of Biomedicine and Biotechnology Volume
2012,
Atlas, R.M., 1996, Handbook of Microbiological Media 2nd Edition, CRC Press,
Boca Raton, pp. 1026.
Badan POM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat OAI Deputi II, Jakarta,
pp.6.
Bala, N., Aitken, E. A. B., Fechner, N., Cusack, A, and Steadman K. J., 2010,
Evaluation of Antibacterial Activity of Australian Basidiomycetous
Macrofungi Using A High-Throughput 96-Well Plate Assay,
Pharmaceutical Biology, pp. 1–9.
Bonang, G., dan Koeswardono, E. S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran untuk
Laboratorium dan Klinik, Gramedia, Jakarta, pp. 18, 92,93.
Chinedum, I. E., 2005, Microbial Resistance to Antibiotics, African Journal of
Biotechnology, 4 (13), 1606-1611.
Cook, G. C., dan Zumla, A. I., 2009, Manson’s Tropical Disease, Saunders
Elseviers, New York pp. 152.
Cushnie, T. P., and Lamb, A. J., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoids,
International Journal of Antimicrobial Agents 26, 343–356.
Daniel, 2010, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi Etil Asetat
dari Daun Tumbuhan Sirih Merah (Piper crocantum Ruiz & Pav),
Mulawarman Scientifie, Volume 9, 17-26.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1-52.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Materia Medika Indonesia,
Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 336.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Farmakope Herbal Indonesia,
Edisi I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp. viii.
Diaz, et al., 2010, Screening of Medicinal Plants for Antibacterial Activities on
Staphylococcus aureus Strains Isolated from Bovine Mastitis, Brazilian
Journal of Pharmacognosy 20 (5): 724-728.
Finch, R., Greenwood, D., Norrby, S. R., and Whitley, R. J., 2010, Antibiotic and
Chemotherapy, 9th edition, Saunders Elsevier, New York, pp. 215.
Finch, R., Davey, P., Vilcox, M., and Irving, W., 2012, Antimicrobial
Chemotherapy, 6th edition, Oxford University Press, New York, pp. 224225.
Ganjar, I. G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, pp. 323, 328, 353-366.
Grace, P. A., dan Borley, N. A., 2007, At Glance Ilmu Bedah, Penerbit Erlangga,
Jakarta, pp. 78.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, ITB, Bandung, pp. 70, 71, 154-285.
Herlianawati, 2007, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong
(Andredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, 42-50, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Holt, J. G., Krieg, N. R., Sneath, P. H. A., Staley, J. T., and Wiliams, S. T.,
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th Edition, Lippincot
Williams & Walkins, Philadelphia, pp. 116.
ITIS, 2011, ITIS Report Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., Available :
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search
value=503637&print_version=SCR&source=from_print diakses pada 6
Maret 2014 pukul 19.08.
Jawetz, E., Melnick, J. L., and Adelberga, A., 1984, Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan, Edisi 16, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 244, 248.
Jawetz, E., Melnick, J. L., and Adelbergb, A., 1995, Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 160, 222, 224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kawakami, S., et al., 2008, Macaflavanones A-G, Prenylated Flavanones from the
Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 71, 1872–1876.
Kurniawaty, A. Y., 2010, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, 78,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., and Yule, C.M., 2009, Evaluation of Antioxidant,
Antibacterial and Anti-Tyrosinase Activities of Four Macaranga
Species, Food Chemistry 114, 594–599.
Lorian, V., 2005, Antibiotics in Laboratory Medicine, Fifth Edition, Lippincot
Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 30-31.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., and Parker, J., 2009, Brock Biology of
Microorganisms, Pearson Benjamin
Cummings, San Fransisco, pp.
779,792,793,794, 821, 966, 967.
Markham, K. R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung,
pp. 24-25.
Marliana, Suryanti, dan Suyono, 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi 3 (1): 26-31.
Marliana, E.,
2007, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Batang
Spatholobus Ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth yang Berfungsi sebagai
Antioksidan, Jurnal Penelitian MIPA Volume 1, No.1 23-28.
Matsunami, K., et al., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane
Glucosides from Macaranga tanarius (L.) Mull.-Arg, Chem. Pharm. Bull.
54(10) 1403—1407.
Matsunami, K., et al., 2009, Absolute Configuration of (+)-Pinoresinol 4-O-[600O-galloyl]-b-D-Glucopyranoside, Macarangiosides E, and F Isolated from
the Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, (70) 1277–1285.
Mauseth, J. D., 1998, Botany An Introduction to Plant Biology, Jones and Bartlett
Publishers, Canada, pp. 565.
Meiyanto, H. dkk., 2011, Potensi Kemopreventif Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk
Keprok (Citrus reticulate) pada Karsinogen Sel Hepat Tikus Galur Sparaue
Dawley terinduksi DMBA, Jurnal Farmasi Indonesia Pharmacon Vol. 12
No. 1 9-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Moerfiah dan Supomo, F. D. S., 2011, Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah
terhadap Bakteri Penyebab Sakit Gigi, Ekologia, Vol. 1 No. 1 30-35.
Mulyani S., dan Laksana T., 2011, Analisis Flavonoid dan Tannin dengan Metoda
Mikroskopi-Mikrokimiawi, Majalah Obat Tradisional, 16(3),109 – 114.
Murray, P. R., Baron, E. J., Pfaller, M. A., Tenover F. C., and Yolken, R. H, 1999,
Manual of Clinical Microbiology, 7th Edition, American Society for
Microbiology, Washington DC, pp. 284.
Parwata dan Dewi, 2008, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari
Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.), Jurnal Kimia 2 (2) 100-104.
Phommart S., Sutthivaiyakit P., Chimnoi N., Ruchirawat S., dan Sutthivaiyakit S.,
2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod. 68,
927-930.
Pranoto E. N., Ma’ruf W. F., Pringgenies D., 2012, Kajian Aktivitas Bioaktif
Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria Scabra) terhadap Jamur Candida
Albicans, Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 1,
Nomor 1, 1-8.
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 180.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB,
Bandung, pp. 157.
Sabir, A., 2003, Pemanfaatan Flavonoid dalam Bidang Kedokteran Gigi, Majalah
Kedokteran Gigi (Dental Journal) FKG Unair, (36) 81-87.
Sirait, 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung, pp. 5459.
Sitepu, Suada dan Susrama, 2012, Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak
Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.)
Boed. dan Aspergillus flavus LINK., E-jurnal Agroekoteknologi Tropika,
Vol. 1, No. 2, 107-114.
Smith, A. H., Imlay, J. A., and Mackie I. R., 2003, Increasing the Oxidative Stress
Response Allows Escherichia coli To Overcome Inhibitory Effects of
Condensed Tannins, Appl. Environ. Microbiol. 69(6): 3406–3411.
Stahl, E., (1985), Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB,
Bandung, pp. 67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Susanti, A. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea
Indica Less) terhadap Escherichia coli secara In Vitro, Jurnal Universitas
Airlangga Vol. 1 No. 1.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, pp. 561-565.
Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E. M., 1984, Plant Drug Analysis : A Thin
Layer Chromatography Atlas, Springer-Verlag, Berlin, pp. 163-165.
Wang Y., et al., 2007, Exploration of The Correlation Between The Structure,
Hemolytic Activity, and Cytotoxicity of Steroid Saponins, Bioorganic &
Medicinal Chemistry 15, 2528–2532.
Wibowo, W. I., 2013, Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) terhadap Bakteri Streptococcus
mutans Penyebab Karies Gigi, Skripsi, 24, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
World Agroforest Centre, 2014, AgroForestryTree Database, Available :
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Products/AFDbases/af/asp/Spe
ciesInfo.asp?SpID=1092 diakses pada 6 Maret 2014 pukul 19.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 2. Tanaman M. tanarius
Daun segar M. tanarius
Pohon M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 3. Ekstraksi Daun M. tanarius
Serbuk daun M. tanarius
Replikasi 2
Replikasi 1
Replikasi 3
Ekstrak etanol daun M. tanarius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 4. Uji Kelarutan Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
Pelarut aquadest
Pelarut DMSO 4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 5. Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6. Surat Keterangan Kultur Bakteri S. pyogenes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 7. Kultur Bakteri S. pyogenes
Kultur Bakteri S. pyogenes
Penyetaraan suspensi bakteri dengan Mac Farland 0,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 8. Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran
Perlakuan
a. Replikasi 1
i. Repetisi 1
Kontrol
ii. Repetisi 2
iii. Repetisi 3
Keterangan :
A = Konsentrasi 80%
B = Konsentrasi 40%
C = Konsentrasi 20%
D = Konsentrasi 10%
E = Konsentrasi 5%
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Perlakuan
b. Replikasi 2
i. Repetisi 1
Kontrol
ii. Repetisi 2
iii. Repetisi 3
Keterangan :
A = Konsentrasi 80%
B = Konsentrasi 40%
C = Konsentrasi 20%
D = Konsentrasi 10%
E = Konsentrasi 5%
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Perlakuan
c. Replikasi 3
i. Repetisi 1
Kontrol
ii. Repetisi 2
iii. Repetisi 3
Keterangan :
A = Konsentrasi 80%
B = Konsentrasi 40%
C = Konsentrasi 20%
D = Konsentrasi 10%
E = Konsentrasi 5%
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kontrol Media
Kontrol Pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Tabel Hasil Pengukuran Zona Hambat Uji Difusi Ekstrak Etanol Daun M. tanarius terhadap S. pyogenes
Konsentrasi
5
10
20
40
80
kontrol +
kontrol -
1A
8,1
9,3
11,0
12,5
12,3
18,0
0
Replikasi 1 (mm)
1B
1C Mean±SD
7,7
6,5
7,4±0,81
8,4
7,4
8,4±0,95
10,1 10,9 10,7±0,48
11,4 12,1
12±0,53
13,6 12,6 12,8±0,66
19,8 15,0 17,6±2,40
0
0
0
2A
6,2
6,7
8,9
11,0
13,9
22,5
0
Replikasi 2 (mm)
2B
2C Mean±SD
6,3
6,3
6,3±0,05
7,5
8,1
7,4±0,68
8,9
9,1
8,9±0,10
11,5 11,9 11,4±0,43
12,0 11,5 12,5±1,24
22,4 17,5 20,8±2,84
0
0
0
3A
5,6
7,8
9,8
10,9
12,5
17,8
0
Replikasi 3 (mm)
3B
3C Mean±SD
5,8±0,18
6,0
5,8
7,6±0,24
7,7
7,4
8,9±0,90
9,0
8,0
11,3 13,5 11,7±1,40
12,4 13,5 12,8±0,63
17,7 22,9 19,4±2,97
0
0
0
Mean±SD
6,5±0,84
7,8±0,50
9,5±0,99
11,8±0,28
12,7±0,20
19,3±1.61
0
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk
A. Uji Normalitas Kontrol Negatif
B. Uji Normalitas Kontrol Positif
C. Uji Normalitas Konsentrasi 5%
D. Uji Normalitas Konsentrasi 10%
E. Uji Normalitas Konsentrasi 20%
F. Uji Normalitas Konsentrasi 40%
G. Uji Normalitas Konsentrasi 80%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 11. Hasil Uji Levene
Lampiran 12. Hasil Uji Anava Satu Arah
Lampiran 13. Hasil Uji Varian
A. Perbandingan kontrol negatif dan kontrol positif
B. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
C. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 10%
D. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 40%
E. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 5%
F. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
G. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 40%
H. Perbandingan konsentrasi 5% dan konsentrasi 10%
I. Perbandingan konsentrasi 5% dan konsentrasi 40%
J. Perbandingan konsentrasi 10% dan konsentrasi 40%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 14. Hasil Uji T Tidak Berpasangan
A. Perbandingan kontrol negatif dan kontrol positif
B. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 5%
C. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 10%
D. Perbandingan kontrol negatif dan konsentrasi 40%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
E. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 5%
F. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 10%
G. Perbandingan kontrol positif dan konsentrasi 40%
H. Perbandingan konsentrasi 5% dan konsentrasi 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
I. Perbandingan konsentrasi 5% dan konsentrasi 40%
J. Perbandingan konsentrasi 10% dan konsentrasi 40%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 15. Hasil Uji KHM dan KBM dengan metode Dilusi Padat
Replikasi 1
Replikasi 2
Konsentrasi 1,5%
Replikasi 3
(+)
(+)
Konsentrasi 3,5%
(+)
(-)
(-)
(-)
Konsentrasi 5%
(-)
Keterangan :
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
(-)
(-)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Replikasi 1
Replikasi 2
Konsentrasi 6,5%
Replikasi 3
(-)
(-)
Konsentrasi 8,5%
(-)
(-)
(-)
(-)
Keterangan :
+ = Amoxicilin 25mg/ml
- = aquadest steril
Kontrol Media
Kontrol pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 16. Hasil Uji Penegasan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun
M. tanarius
Replikasi 1
Replikasi 2
Konsentrasi 3,5%
Konsentrasi 5%
Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Muhadela Tiara Murtiwi,
lahir di
Semarang, 21 April 1993. Penulis merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Muryono dan
Sri Pratiwi serta memiliki dua kakak perempuan.
Penulis mengawali bangku sekolah di TK Pancaran
Kasih (1996-1998) dan melanjutkan sekolah di SDN
Bratan 1 Surakarta (1998-1999), SDN 1 Jati Kulon,
Kudus (1999-2004), kemudian di SMPN 1 Kudus
(2004-2006), SMPN 9 Surakarta (2006-2007) dan melanjutkan di SMA Negeri 4
Surakarta (2007-2010). Penulis melanjutkan pendidikan jenjang Perguruan Tinggi
di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2010-2014). Selama menempuh
jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis
aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah bergabung dalam
kepanitiaan Pharmacy Performance sebagai Sie Dana Usaha (2010), Hari Anti
Temabakau sebagai Bendahara (2011), TITRASI (2011), dan Panitia Seminar
Nasional Diabetes (2011). Dalam kegiatan organisasi, penulis aktif dalam
kepengurusan ISMAFARSI sebagai Sie Organisasi (2011) dan Komisaris
ISMAFARSI sehingga dapat bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Farmasi sebagai Contact Person ISMAFARSI (2012). Penulis juga aktif
mengikuti kegiatan ISMAFARSI di luar kampus seperti Latihan Kepemimpinan
Tingkat Wilayah (2012), Latihan Kepemimpinan Nasional (2012), PraMusyawarah Nasional (2012), Rapat Kerja Nasional (2013), dan lainnya. Penulis
pernah menjadi Asisten Praktikum Mikrobiologi (2012 dan 2013).
100
Download