PIDATO SAMBUTAN REKTOR PADA ACARA Seminar Nasional

advertisement
PIDATO SAMBUTAN REKTOR
PADA ACARA
Seminar Nasional Ikatan Alumni Kedokteran Unsyiah
di Auditorium UIN Arraniry
Sabtu, 29 Juli 2016
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang kami hormati …
Yang kami hormati …
Yang kami hormati …
Syukur Alhamdulillah, bahwa sampai hari ini, kita masih diridhai oleh
Allah untuk tetap bersama, sehat walafiat, serta berkesempatan untuk
berkumpul di hari ini, di tempat yang bersahaja ini, untuk mengikuti acara
Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Kedokteran
Universitas Syiah Kuala (IAKU).
Salawat serta salam, mari kita haturkan ke pangkuan Rasulullah
Muhammad
SAW,
makhluk
terbaik
yang
mampu
mengelola
kesehatannnya dengan sempurna, di bawah bimbingan Allah SWT. Jika
semua manusia mengikuti cara hidup dan cara makan Rasulullah SAW,
mungkin alumni Fakultas Kedokteran akan banyak yang pengangguran,
karena jarang sekali ada orang yang sakit, kecuali ketika mendekati waktu
ajalnya.
Oleh karena itu, saya mencoba-coba merenungi, apa maksud di
balik kalimat yang dijadikan tema seminar pada hari ini, yaitu Revitalisasi
Peran dan Sumbangsih Dokter untuk Bangsa, Hambatan dan Tantangan.
Karena bagaimanapun, bagi saya, dengan cara hidup dan cara makan
kita yang sudah semakin jauh dari contoh yang ditunjukkah oleh
Rasulullah SAW, maka peran dokter justru semakin vital semakin harinya.
Seiring dengan kenyataan itu, tantangan dan hambatan dalam pekerjaan
seorang dokter semakin bertambah dengan munculnya berbagai penyakit
baru dan segala dinamikanya.
Apalagi jika kita berbicara tentang Indonesia, di mana angka
harapan hidup masyarakatnya masih relatif rendah dibandingkan negaranegara maju. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dalam lima
tahun terakhir, angka harapan hidup orang Indonesia masih berkisar pada
angka 70 tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka harapan
hidup di negara-negara mapan seperti Jerman, Jepang, ataupun Amerika.
Bahkan untuk kawasan ASEAN saja, kita masih tertinggal dibandingkan
Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Lagi-lagi, fakta ini setidaknya menyiratkan bahwa masih banyak sisi
yang harus dioptimalkan untuk urusan kesehatan di Indonesia. Dan
alumni fakultas kedokteran tentu merupakan ujung tombak untuk urusan
ini.
Namun, bagaimanapun, tuntutan zaman saat ini sedikit banyak
berbeda dengan era-era sebelumnya. Hari ini, dinamika kehidupan
masyarakat berkembang sangat cepat, sehingga dibutuhkan kejelian
serta kesungguhan ekstra untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini juga
berlaku bagi para dokter, yang peran dan sumbangsih mereka kepada
bangsa masih sangat krusial.
Tatanan kehidupan serta budaya masyarakat yang berbeda-beda
antar suku bangsa di Indonesia, menuntut para dokter untuk mempelajari
dan memahami lebih banyak fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
Oleh karena itu, idealnya, para dokter Indonesia adalah yang paling
paham dan paling cerdas dalam menyikapi permasalahan kesehatan
manusia, karena didukung oleh laboratorium kesehatan yang menyajikan
objek yang lebih beragam, yaitu bangsa Indonesia. Di sisi lain, kebiasaan
kita untuk menjaga silaturrahmi dan interaksi sosial yang bersifat positif,
memberi kita peluang yang sangat terbuka untuk menjalin sinergi dan
kerja sama dengan berbagai pihak dalam pencapaian tujuan, tak
terkecuali dalam bidang kesehatan.
Saya meyakini bahwa permasalahan kesehatan di Indonesia, serta
rendahnya angka harapan hidup masyarakatnya tidak hanya terhubung
dengan sistem pelayanan kesehatan rumah sakit serta para dokter yang
terlibat di dalamnya, akan tetapi hal itu bisa jadi adalah simpul dari
puluhan atau bahkan ratusan persoalan yang terjadi dalam masyarakat
kita. Dan sebagian dari persoalan itu justru tidak terhubung langsung
dengan tema kesehatan.
Oleh karena itu, peran para dokter dalam membangun bangsa, tidak
hanya terbatas pada pelayanan kesehatan di rumah sakit saja, akan
tetapi juga dalam memberikan informasi yang benar kepada masyarakat,
sehingga mereka mampu untuk mengelola kesehatan mereka baik secara
individu ataupun kelompok. Dan tuntutan ini merupakan tantangan
istimewa untuk para dokter, mengingat untuk tujuan itu, mereka tak hanya
dituntut untuk memiliki kompetensi kognitif di bidang medik, tetapi juga
kompetensi softskill, seperti kemampuan berinteraksi, besinergi dan
berkomunikasi.
Bagaimanapun,
kedokteran
akan
kami sangat
mampu
yakin,
menjawab
bahwa lulusan fakultas
semua
tantangan
tersebut,
mengingat alumni kedokteran berasal dari para mahasiswa yang
terseleksi dengan kompetensi tertinggi setiap tahunnya. Universitas Syiah
Kuala
juga
meningkatkan
memiliki
komitmen
kompetensi
yang
lulusannya,
sangat
termasuk
tinggi
untuk
lulusan
terus
Fakultas
Kedokteran. Alhamdulillah, komitmen dan usaha ini telah berbuah nilai
akreditasi terbaik bagi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Di akhir pidato ini, mari kita berdoa, semoga Allah meridhai acara
kita ini, dan membantu kita dalam meneladani Nabi besar Muhammad
SAW, untuk menjadi hamba-Nya yang sehat jiwa dan raga. Amiiin ya
rabbal ‘alamiin.
Wabillahitaufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Darussalam, 29 Juli 2016
Rektor Universitas Syiah Kuala,
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M. Eng.
NIP. 19620808 1988031003
Download