Studi Seroprevalensi Infectious Bronchitis pada

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam kampung
Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini
belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam
lokal dengan keragaman genetis tinggi yang sudah dikenal luas dan tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Jenis ayam lokal ini diperkirakan menjadi bervariasi
karena pengaruh isolasi tempat. Variasi individu dalam satu jenis ini tidak hanya
terbatas pada warna bulu, tetapi juga pada ukuran tubuh, produktivitas telur, dan
suara. Ayam kampung juga disebut sebagai ayam buras (Nurcahyo & Widyastuti
1998).
Ayam kampung tidak memiliki ciri spesifik yang khas, dalam hal ini
keragaman fenotip maupun genotipnya cukup tinggi. Secara umum ayam
kampung dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping, kakinya panjang dan
warna bulu beragam. Manfaat dan keunggulan ayam kampung adalah sebagai
produsen daging dan telur, dan tahan terhadap penyakit. Ayam kampung mudah
dikenali karena banyak berkeliaran di desa-desa hampir di seluruh wilayah
Indonesia (Sulandari et al. 2007).
Masalah yang paling menonjol dalam pemeliharaan ayam buras adalah
tingginya kematian pada anak ayam di bawah umur dua bulan, karena serangan
penyakit. Perawatan, kebersihan, pemberian pakan dan minuman yang baik
diperlukan agar ayam selalu sehat dan prima kondisinya (Sarwono 2003).
Pemeliharaan ayam kampung oleh masyarakat selama ini jauh berbeda
dengan sistem pemeliharaan ayam ras yang relatif intensif. Biasanya ayam
kampung dipelihara secara semiintensif atau diumbar sehingga ayam dibiarkan
hidup bebas berkeliaran dan bahkan ada yang tanpa dikandangkan. Hal ini
menjadi penghambat perkembangan ayam kampung karena sulitnya melakukan
pengawasan dan pengendalian penyakit. Ayam membutuhkan tempat tinggal
layak yang memenuhi syarat kesehatan, yakni kandang yang nyaman untuk
tempat hidupnya. Tanpa tersedianya kandang yang baik, tidak mungkin peternak
bisa mendapatkan hasil yang baik dari ayamnya. Syarat kesehatan untuk kandang
ayam antara lain tidak terlalu sempit, cukup mendapatkan cahaya matahari, dapat
melindungi ayam dari terik matahari, hujan, kencangnya angin malam, dan di
kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat minum, tempat makan,
tenggeran untuk tidur, sarang untuk bertelur) bagi kepentingan hidup ayam
(Sarwono2003).
Penyakit yang biasa diketahui dan sering dilaporkan pada ayam kampung
selama ini adalah penyakit AI dan ND. Banyak sekali penyakit lain selain kedua
penyakit tersebut yang dapat menyerang ayam kampung, baik penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur, maupun penyakit yang disebabkan
oleh hal-hal lain. Penyakit yang disebabkan oleh virus selain AI dan ND antara
lain IB, CRD, fowl pox, Mareks disease, dan IBD. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri antara lain salmonellosis dan infectious coryza. Penyakit yang disebabkan
oleh jamur antara lain aspergillosis. Penyakit yang disebabkan oleh hal-hal lain
misalnya bubul (penyakit kaki bengkak) (Sulandari et al. 2007).
Sistem kekebalan pada ayam kampung
Sistem kekebalan ayam terdiri atas kekebalan non-spesifik dan
kekebalan spesifik. Kekebalan non-spesifik disebut juga kekebalan bawaan.
Sistem kekebalan ini tidak dapat dibuat melalui program kesehatan unggas.
Keberadaan kekebalan non-spesifik sangat penting, misalnya faktor genetik,
suhu tubuh, bentuk anatomi, mikroflora normal, dan silia saluran respirasi.
Faktor lain yang terlibat dalam kekebalan bawaan antara lain nutrisi,
lingkungan, umur, proses peradangan, dan faktor metabolis (Gary 1991).
Sistem kekebalan spesifik (dapatan) terdiri atas komponen seluler dan
non seluler. Komponen non seluler yaitu imunoglobulin (antibodi) dan sel-sel
yang memproduksinya. Antibodi bekerja secara spesifik terhadap antigen yang
menyerang, misalnya antibodi terhadap virus IB hanya akan melawan virus IB,
tidak terhadap virus yang lain. Antibodi yang diproduksi oleh ayam setelah
terpapar oleh penyakit ada tiga kelas: Ig M, Ig G, dan Ig A. Ig M muncul
setelah empat sampai lima hari setelah paparan dan akan hilang setelah 10
sampai 12 hari. Ig G terdeteksi setelah lima hari paparan, mencapai puncak
pada minggu ketiga, dan akan menurun secara pelan-pelan. Ig A muncul
setelah lima hari paparan. Antibodi ini sering ditemukan pada sekresi mukus
mata, usus, dan saluran pernafasan (Gary 1991).
Sel-sel yang memproduksi antibodi disebut limfosit B. Sel ini diproduksi
oleh kuning telur dan sumsum tulang. Sel-sel tersebut berpindah menuju bursa
fabrisius (BF) pada 15 hari inkubasi dan berhenti pada umur 10 minggu (Gary
1991). Antibodi tidak dapat menembus sel, sehingga antibodi hanya akan bekerja
selama antigen berada di luar sel. Antibodi bekerja untuk mempertahankan tubuh
terhadap antigen penyebab penyakit
yaitu:
(1) dengan cara langsung
menginaktifasi antigen penyebab penyakit (2) dengan mengaktifkan sistem
komplemen yang kemudian akan menghancurkan agen penyakit tersebut (Guyton
1995).
Komponen seluler yaitu seluruh sel yang bereaksi secara spesifik
terhadap antigen, kecuali yang berhubungan dengan pembentukan antibodi. Sel
yang berhubungan dengan sistem ini yaitu limfosit T. Limfosit T lebih banyak
diprogram oleh timus daripada bursa fabrisius (Gary 1991).
Ayam bisa menjadi kebal terhadap penyakit karena memproduksi
antibodi atau memperoleh antibodi dari individu lain. Ayam yang
memproduksi antibodinya sendiri karena adanya paparan antigen disebut
pembentukan kekebalan aktif. Hal ini terjadi setelah ayam divaksinasi atau
terpapar suatu penyakit. Ayam yang menerima antibodi dari induk melalui
telur disebut mendapatkan kekebalan pasif. Antibodi tersebut tidak diproduksi
oleh anak ayam, tetapi merupakan antibodi asal induk. Antibodi asal induk
terdapat pada kuning telur dan albumin. Induk yang memiliki titer antibodi
tinggi terhadap suatu penyakit maka anaknya akan memiliki kekebalan selama
beberapa minggu terhadap penyakit tersebut (Gary 1991).
Infectious Bronchitis (IB)
Karakteristik
Infectious bronchitis (IB) pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada
tahun 1931 sebagai penyakit pernapasan menular tertinggi pada ayam. Penyakit
IB dapat menyebabkan gangguan saluran respirasi serta berpengaruh terhadap
oviduk dan ginjal. Organisme penyebabnya adalah virus RNA utas tunggal yang
merupakan dari famili Coronaviridae (Jordan 1990). Sampai saat ini, telah
teridentifikasi lebih dari 60 serotip atau varian IBV di seluruh dunia (Ignajatovic
& Sapats 2000; Yu et al. 2001).
Virus infectious bronchitis berbentuk pleomorfik. Virus ini mempunyai
amplop berdiameter sekitar 120 nm dengan club-shaped surface projections
(spikes) yang panjangnya sekitar 20 nm. Spike tidak dikemas seperti roadshapes
dari paramyxovirus. Virus IB mengandung tiga protein virus utama yang spesifik
yaitu spike glycoprotein (S), glikoprotein membran (M), dan protein nucleocapsid
internal (N). Protein yang keempat adalah small membran protein (sM) yang
menghubungkan amplop dengan virion. Protein S terdiri dari dua atau tiga kopi
yang masing-masing mempunyai dua glikopolipeptida S1 dan S2 (berturut-turut
sekitar 520-620) asam amino. Perbedaan antigenik di antara serotipe virus IB
berkaitan dengan adanya variasi struktural dari protein S, yaitu suatu struktur
peplomerik pada permukaan amplop virus. Subunit S1 menunjukkan variasi
urutan nukleotida yang lebih tinggi dibandingkan dengan subunit S2
(Dharmayanti et al. 2005).
Inang
Inang yang secara alami terinfeksi penyakit IB adalah ayam. Penyakit IB
hanya dilaporkan terjadi pada ayam dan tidak terjadi pada unggas lain akan tetapi
semua tingkatan umur ayam rentan terhadap infeksi penyakit IB (Butcher et al.
2002). Infeksi pada saat ayam berumur beberapa hari setelah penetasan akan
menyebabkan abnormalitas perkembangan pada oviduk, sementara itu bentuk
nephritic dan gangguan saluran respirasi lebih terlihat pada ayam berumur di
bawah 10 minggu. Status kekebalan ayam bisa mempengaruhi proteksi terhadap
infeksi virus IB. Kekebalan asal induk dan kekebalan aktif yang dihasilkan dari
infeksi alami atau vaksinasi bisa mencegah dan menurunkan efek dari infeksi
(Jordan 1990; Sharma & Adlakha 1995).
Penyebaran infeksi
Penyakit IB menyebar ke seluruh dunia (Saif 2003). Menurut Ignjatovic &
Sapats (2000) hampir di semua negara dengan industri unggas yang dipelihara
secara intensif, insidensi infeksi IB mencapai 100%. Indonesia sebagai negara
dengan industri unggas yang besar memiliki insidensi infeksi cukup tinggi.
Beberapa isolat yang diteliti telah dinyatakan sebagai isolat lokal Indonesia,
antara lain isolat I-269 dan I-14 (Dharmayanti et al. 2005).
Penyakit IB, disebut juga Avian Infectious Bronchitis yang merupakan
penyakit peradangan akut pada bronkus. Penyakit ini menyerang organ respirasi
dan sangat menular pada ayam dengan karakteristik batuk dan bersin. Penyakit IB
sangat berpengaruh terhadap perekonomian karena menyebabkan penurunan berat
badan, penurunan produksi, dan kualitas telur. Angka kematian oleh penyakit IB
mencapai puncak pada dua minggu terakhir, umumnya pada umur lima sampai
enam minggu. Kematian biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder bakteri.
Bakteri menjadi sistemik mengikuti kerusakan saluran respirasi yang disebabkan
oleh IBV (Saif 2003). Kematian pada ayam dewasa yang berumur lebih dari enam
minggu hampir tidak ada, kasus kematian sering terjadi pada ayam yang berumur
kurang dari enam minggu (Darmana & Sukma 2003).
Infeksi penyakit IB pada satu individu unggas di sebuah flok dapat
berlangsung persisten selama beberapa bulan dan bersiklus dari satu unggas ke
unggas lain. Transmisi virus IB secara langsung melalui udara, dari unggas ke
unggas dalam flok serta antar flok. Penyebaran virus juga dapat terjadi melalui
feses ayam yang terinfeksi ke lingkungan. Selain itu, penyebaran virus IB dapat
terjadi melalui peralatan dan telur. Virus bisa bertransmisi melalui telur, meskipun
ini bersifat eksepsional (Jordan 1990; Sudaryani 1994).
Penyakit IB sangat mudah menular, terutama pada anak ayam umur empat
minggu dan ayam dara. Virus IB bersifat infeksius dan bisa bertahan di dalam
saluran respirasi selama empat minggu. Virus IB pada feses ayam yang terinfeksi
dapat bertahan selama tiga minggu. Pada beberapa kasus ayam yang terserang
penyakit IB, virusnya bertahan hingga tujuh minggu. Transmisi tidak langsung
dapat terjadi melalui tempat pakan, air, pakaian, dan peralatan (Sharma &
Adlakha 1995). Pencegahan penyakit IB dilakukan melalui pemberian vaksin IB
(Suprijatna et al. 2005).
Patogenesa penyakit IB
Penularan penyakit IB terjadi melalui kontak langsung antara ayam yang
yang sakit dengan ayam lainnya. Kontak tidak langsung dapat terjadi melalui
sekresi mukus dari ayam yang sakit. Infeksi pada ayam muda menyebabkan
penyakit pernapasan ringan, tetapi berakibat penurunan daya tahan tubuh dan
pertumbuhan. Akibat penurunan daya tahan tubuh dan gangguan pernafasan
tersebut, memudahkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri yang ada di
lingkungan kandang. Kejadian penyakit dapat diperburuk oleh manajemen yang
kurang baik, stres akibat iklim, dan serangan mikoplasmosis. Pada ayam dewasa
penyakit IB tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang dari
enam minggu dapat menyebabkan kematian (Anonimous 2008). Tingkat
mortalitas pada anak ayam sangat tinggi (100%) tapi pada ayam muda sampai
umur tiga minggu hanya sekitar 30% (Anonimous 2010).
Virus IB masuk kedalam tubuh melalui udara dan menempel pada sel-sel
mukosa saluran pernafasan. Pada sel epitel mukosa saluran pernafasan virus
melekat di sel epitel bersilia, di dalam sel tersebut virus bereplikasi
memperbanyak diri. Virus yang telah diperbanyak akan keluar dari sel epitel
masuk ke pembuluh darah sehingga virus menyebar ke seluruh organ tubuh,
kondisi tersebut dikenal sebagai viremia primer. Akibat keluarnya partikel virus
dari sel epitel menyebabkan sel epitel lisis semakin banyak sel epitel lisis
menyebabkan mukosa saluran pernafasan mengalami nekrosa. Masuknya virus
dan kerusakan mukosa menimbulkan reaksi peradangan dan menginduksi
terbentuknya lendir, kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya gejala klinis
berupa batuk dan bersin. Penyebaran virus saat viremia primer membuat virus IB
dapat menembus sel-sel ginjal menyebabkan pembengkakan dan urolithiasis di
ginjal. Secara mikroskopik, asam urat bisa ditemukan di tubulus ginjal atau ureter.
Pada sistem reproduksi, viremia menyebabkan virus masuk ke sel-sel epitel di
oviduct sehingga menyebabkan gangguan produksi telur dan penurunan kualitas
telur (Anonimous 2010).
Gejala klinis dan lesio yang ditimbulkan oleh infeksi virus IB
Virus IB yang masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan
diproduksinya mukus secara berlebih dan disekresikan eksudat pada trakhea dan
paru-paru. Kondisi tersebut menyebabkan gejala klinis berupa nafas terengahengah, batuk, bersin, dan adanya kotoran hidung. Mata terlihat basah, sinus
membengkak, gejala klinis tersebut tampak pada anak ayam. Anak ayam tampak
depresi dan berkumpul di bawah sumber cahaya. Konsumsi pakan dan berat badan
menurun secara signifikan. Pada ayam yang berumur lebih dari enam minggu dan
ayam dewasa, tanda-tandanya mirip dengan anak ayam. Infeksi virus IB bisa tidak
terlihat pada suatu flok, namun hal itu dapat diketahui dengan pengamatan secara
hati-hati dan mendengarkan adanya suara ngorok dari ayam-ayam di flok tersebut
pada malam hari. Infeksi IBV pada DOC bisa menimbulkan kerusakan permanen
pada oviduk sehingga menurunkan produksi dan kualitas telur (Saif 2003).
Perubahan patologi yang tampak pada ayam yang terinfeksi IBV adalah
adanya kongesti pada paru-paru, penebalan kantong hawa dan kantong hawa
tampak suram. Inflamasi ringan hingga sedang terjadi pada saluran respirasi atas
dan menyebabkan airsacculitis. Gambaran mikroskopik tampak adanya sel-sel
mukosa pada trakhea dan bronkhi kehilangan silia, sel-selnya mengalami
hiperplasia dan metaplasia. Infeksi IB pada oviduk mengakibatkan regresi ukuran
sel-sel epitel, terjadi metaplasia epitel, dilatasi glandular, infiltrasi monosit di
jaringan subepitel dan proliferasi folikel-folikel limpoid. Infeksi pada sel-sel
ginjal menyebabkan terjadinya gejala uremik dan pembengkakan ginjal.
Gambaran mikroskopik lainnya yaitu tampak terjadinya infiltrasi limfositik
interstitial dan nekrosis pada epitel tubular, dengan akumulasi asam urat di lumen.
Pada ureter terjadi metaplasia dan nekrosis epitel disertai pengelupasan ke dalam
lumen (Jordan 1990).
Download