I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasma gondii merupakan protozoa parasit yang menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Toxoplasma , berasal dari kata toxon yang memiliki arti cekung, sedangkan plasma berarti bentuk. Hampir semua hewan berdarah panas dan manusia dapat terinfeksi oleh organisme tersebut (Soulsby, 1982). Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Manusia dan hewan dapat terinfeksi secara kongenital dengan cara menelan daging yang mengandung sista yang tidak dimasak atau tertelannya oosista yang telah bersporulasi (Levine, 1995). Infeksi laten Toxoplasma gondii pada unggas diduga dijumpai pada berbagai jenis burung dan unggas yang dipelihara di rumah. Ayam, kalkun, burung merpati dan itik merupakan jenis-jenis unggas yang mungkin terinfeksi (Dubey and Beattie, 1988). Kebanyakan unggas terinfeksi toksoplasmosis melalui pakan yang tercemar oosista yang bersporulasi. Infeksi dapat juga diperoleh melalui gigitan dari insekta atau menelan cacing yang membawa oosista. Lalat dan moluska kemungkinan dapat juga berperan sebagai vektor bagi penyebaran oosista toksoplasmosis yang berasal dari kotoran kucing. Sisa-sisa potongan daging yang tercemar sista Toxoplasma gondii yang dimakan ayam, dapat juga menjadi sumber penularan (Biancifiori et al., 1986). Penelitian tentang kejadian infeksi Toxoplasma gondii pada ayam sudah dilaporkan oleh Hermawan (1988) di Lamongan sebesar 23%. Garcia et al. (2000) 1 juga meneliti toksoplasmosis pada ayam di Parana, Brazil dan didapatkan 10,3% positif toksoplasmosis . Asgati et al., (2006) melaporkan titer antibodi terhadap Toxoplasma gondii pada ayam di Shiraz (Iran) sebesar 36,1% sedangkan Sree kumar et al. (2003) melaporkan di India sebesar 17,9% . Suwanti dkk. (2006) melaporkan keberadaan Toxoplasma gondii pada berbagai organ ayam termasuk ayam buras di kota Surabaya sebesar 30%. Menurut Dubey dan Beattie (1988) infeksi laten pada unggas, termasuk ayam, tidak dijumpai adanya gejala spesifik toksoplasmosis. Perubahan pasca mati pada beberapa jenis unggas yang terinfeksi akut toksoplasmosis dijumpai adanya ensefalistis, korioretinitis, miokarditis, pembengkakan otot jantung, nekrosis lokal pada hati dan limfa, enteritis dan abses di dinding usus serta pneumoni. Toxoplasma gondii ketika menginfeksi hospes, parasit ini berkembang biak di tempat penularan , kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang pada alat-alat atau jaringan tubuh. Parasit-parasit ini dapat dilepaskan dari sel-sel hospes yang pecah dan dapat menyebar secara lokal yaitu melalui peredaran darah, saluran limfe, dan dapat menginvasi tipe sel apapun (Nurcahyo, 2004). Melihat dari cara penyebaran takizoit tersebut kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap gambaran darah. Berdasarkan penelitian Nurcahyo et al (2004) .,yang meneliti tentang infeksi pada mencit, mendapatkan hasil bahwa toksoplasmosis dapat menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin akan tetapi masih dalam batas normal. Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah seperti umur, 2 jenis kelamin, aktivitas otot, kondisi psikologis, musim, tekanan udara dan kebiasaan hidup spesies. Nilai hematokrit mengalami penurunan, namun masih dalam batas normal. Nilai hematokrit mengalami penurunan apabila hewan anemia, dan meningkat pada kondisi polisitemia primer dan sekunder. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh infeksi Toxoplasma gondii pada terhadap kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh infeksi Toxoplasma gondii pada terhadap kadar hemoglobin dan nilai hematokrit serta membantu penanganan dan manajemen pemeliharaan ayam agar terbebas dari infeksi Toxoplasma gondii. 3