B A DA N P OM R I InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Topik sajian utama Mengenal PDE-5 Inhibitor, Kelompok Sildenafil si Obat Kuat Artikel Bahaya Keracunan Melamin yang Terkandung Dalam Pangan Seri Swamedikasi 4 Konstipasi InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Tim Redaksi Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Penanggung jawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur Kepala Bidang Informasi Obat Editor Irhamahayati, Apt., MTI; Dra. Murti Hadiyani; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt Kontributor DR. Tepy Usia, M.Phil; Sofhiani Dewi, STP, Msi; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt; Dra. Tri Asti I., Apt, M.Pharm; Kustantri Wahyuni, S.Si, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini, Ph.D; Octavita Dwi Yuliani, S.Ikom; Dra. Rini Tria Suprantini, M.Sc; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Linda Octaviani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP., MKM; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Dra. Sri Murhamdini, Apt; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; drg. Indah Ratnasari; Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt; Fitri Fatima, S.Si, Apt; Sekretariat Judhi Saraswati, SP, MKM; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt; Riani Fajar Sari, A.Md; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Netty Sirait; Surtiningsih; Syatiani Arum Syarie, S.Farm, Apt; Sofhiani Dewi, STP, M.Si; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt. Foto Ridwan Sudiro, S.IP; Topan Husni Thamrin A.Md. Desain Grafis Rahmat Kurniawan Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. 2 Editorial Pembaca yang terhormat, Berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi membawa berbagai dampak. Salah satu dampak tersebut adalah semakin maraknya penjulan on-line termasuk obat-obatan. Penjualan obat secara on-line membuat masyarakat dapat membeli obat bahkan obat keras dengan mudah. Padahal hal tersebut bisa berbahaya karena tidak sesuai ketentuan, misalnya membeli obat keras tanpa resep dokter. Salah satu penjualan on-line yang tidak sesuai ketentuan namun banyak terjadi adalah penjualan ‘obat kuat’ dengan imingiming yang menggiurkan. Meskipun Badan POM telah melakukan berbagai operasi penertiban (dikenal operasi Pangea), namun tetap belum cukup untuk menghentikan promosi obat kuat yang menyesatkan melalui media teknologi informasi, serta penjualan obat kuat tersebut. Pada InfoPOM kali ini kami menurunkan artikel terkait obat kuat untuk meningkatkan stamina pria yang termasuk golongan PDE-5 Inhibitor (semacam pengelompokan berdasarkan reaksi kimia dalam tubuh), yaitu “Mengenal PDE-5 Inhibitor, Kelompok Sildenafil si Obat Kuat”. Masyarakat sering diresahkan oleh isu melamin dalam makanan, antara lain yang pernah hangat dibicarakan adalah melamin pada produk susu. Untuk menambah wawasan kita tentang bahaya melamin bagi tubuh, maka kami turunkan artikel “Bahaya Keracunan Melamin Yang Terkandung Dalam Pangan”. Seri Swamedikasi kali ini menampilkan artikel tentang “Konstipasi”. Konstipasi dapat dialami oleh semua orang, dari anak-anak sampai lansia. Meskipun ringan namun hal ini terkadang cukup mengganggu. Untuk itu perlu diketahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan ini. Untuk mendukung seri swamedikasi ini maka forum PIO Nas juga menampilkan tema “Pencahar Untuk Ibu Setelah Melahirkan”. Demikian, semoga bermanfaat. Selamat membaca. InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Sajian Utama Mengenal PDE-5 Inhibitor, Kelompok Sildenafil si Obat Kuat Masyarakat mungkin tidak asing dengan produk-produk seperti cialis, viagra, pil biru dan sebagainya yang banyak dijual secara online atau di toko-toko di pinggir jalan. Amankah obat ini dikonsumsi? Kesehatan seksual memegang peranan penting dalam kebahagiaan rumah tangga dan kualitas hidup seseorang. Tidak jarang, dorongan untuk mempertahankan kebahagiaan rumahtangga memicu orang untuk memiliki kemampuan lebih dalam kehidupan seksualnya, yang tentu saja hal ini tidak sepenuhnya benar. Dorongan tersebut juga yang membuat orang, umumnya pria, begitu saja tergiur untuk mengkonsumsi produk-produk yang dipercaya dapat meningkatkan stamina dan fungsi seksualnya, tanpa dibekali pengetahuan yang memadai tentang produk yang dikonsumsi tersebut. Pada umumnya stamina pria dikaitkan dengan kemampuan seksual, namun tidak selalu demikian. Tidak jarang juga bagi sebagian orang, stamina diterjemahkan sebagai bentuk kebugaran yang membuat orang memiliki kemampuan prima dalam bekerja atau menjalankan tugas, termasuk bekerja lembur, bergadang, beraktivitas tanpa kenal lelah, tidak mengantuk dan tetap terjaga tanpa kehilangan konsentrasi, dan sebagainya. Hal terakhir ini, yang membuat sebagian pekerja keras termasuk buruh atau pekerja kasar tergiur untuk mengkonsumsi produkproduk yang dipromosikan meningkatkan stamina. Tanpa pengetahuan yang memadai, terkadang keinginan untuk tetap prima tersebut dapat berakhir tragis. Pada artikel ini, tidak akan dibahas terkait hal yang kedua, melainkan akan membahas hal yang pertama, yaitu meningkatkan stamina pria menggunakan produkproduk sexual enhancer, yang antara lain adalah golongan PDE-5 inhibitor. Apa itu PDE-5 inhibitor, bagaimana mekanisme kerjanya, bagaimana dia bisa mengatasi keluhan disfungsi ereksi, bagaimana efek sampingnya dan bagaimana penyalahgunaannya, akan dibahas pada artikel ini. Diharapkan artikel ini dapat menambah wawasan pembaca sehingga lebih cerdas dalam menentukan kapan menggunakan produk ini, mengetahui efek sampingnya, serta mengetahui bagaimana menghindari penyalahgunaannya di masyarakat. Mekanisme Kerja PDE-5 Inhibitor Pada Penanganan Disfungsi Ereksi (DE) Sebagaimana disampaikan di awal tulisan ini, bahwa kesehatan seksual menjadi sesuatu yang membanggakan, sekaligus menjadi momok bagi pria yang bermasalah dengannya. Berbicara tentang kesehatan seksual pada pria tidak lepas dari masalah ereksi dan disfungsi ereksi. Ereksi merupakan fenomena yang kompleks, melibatkan faktor psikologis, neuroendokrin dan mekanisme vaskuler yang bekerja pada jaringan ereksi penis. Sumber lain menyatakan bahwa ereksi melibatkan jaringan, pembuluh dan saraf di bawah kendali hormonal. Dalam hal ini, ereksi terjadi akibat stimulasi saraf parasimpatis yang menghasilkan pelepasan Nitric Oxide/NO (neurotransmitter non-adrenergik nonkolinergik) yang mengaktifkan enzim guanilat siklase yang akan mengubah guanosine triphosphate (GTP) menjadi cyclic guanosine monophosphate (cGMP). cGMP merangsang kalsium keluar dari otot polos korpora kavernosa, sehingga terjadi relaksasi otot polos trabekular yang mengelilingi rongga sinusoid. Relaksasi tersebut mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah. Sewaktu arteri dan arteriol penis terisi darah, vena yang keluar dari penis menjadi tersumbat. Oklusi vena menyebabkan jaringan berongga di dalam batang penis, korpus kavernosum dan korpus spongiosum, membengkak hingga membuat penis menjadi keras. Ereksi akan berakhir seiring dengan menurunnya kadar cGMP yang dirombak oleh enzim phosphodiesterase tipe 5 (PDE-5) menjadi GMP (lihat siklus dibawah ini). 3 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Keterangan: NO = nitric oxide GTP = guanosine triphosphate NANC = nonadrenergic-noncholinergic neurons GMP = guanosine monophosphate PDE 5 = phosphodiesterase type 5 cGMP = cyclic guanosine monophosphate PDE-5 merupakan salah satu dari 11 isoenzim phosphodiesterase, yaitu enzim yang mendegradasi cyclic adenosine monophosphate (cAMP) dan cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Sebelas isoenzim PDE bervariasi dalam hal selektifitasnya terhadap cAMP dan/atau cGMP dan juga jaringan tempat enzim tersebut bekerja. PDE-5 adalah isoenzim yang bekerja selektif terhadap cGMP. Kerja PDE-5 dalam korpus kavernosum dan relaksasi otot polos kavernosa yang dimediasi cGMP selama rangsangan seksual telah membuat inhibisi enzim ini memiliki manfaat klinis dalam penatalaksanaan disfungsi ereksi. Dan oleh karena itu PDE-5 inhibitor menjadi pilihan utama penanganan disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi (DE) didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk memungkinkan hubungan seksual yang memuaskan. Banyak faktor yang menjadi penyebab DE, umumnya dikelompokkan sebagai faktor organik, faktor psikogenik dan gabungan kedua faktor tersebut. Faktor organik adalah penyebab-penyebab fisik yang meliputi gangguan neurologi (saraf), vaskular (pembuluh darah), dan hormonal, seperti penyakit Parkinson, stroke, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus, rokok dan hipogonadisme. Sebagian besar pasien (sekitar 80%) mengalami DE akibat faktor organik. Sedangkan faktor psikogenik adalah penyebab DE yang berasal dari gangguan secara psikologis, seperti depresi, kecemasan dan gangguan mental. Selain faktor-faktor tersebut, beberapa obat juga dapat menyebabkan DE karena mekanisme kerja obat yang mirip dengan mekanisme penyebab penyakit DE, seperti kelompok obat antikolinergik, antagonis dopamin, antiandrogen, depresan sistem saraf pusat dan obat-obat yang menurunkan aliran darah ke penis. PDE-5 inhibitor merupakan obat yang direkomendasikan sebagai lini pertama untuk mengatasi disfungsi ereksi. 4 Terdapat tiga obat yang termasuk golongan PDE-5 inhibitor yang paling berpotensi untuk pengobatan penyakit disfungsi ereksi yaitu sildenafil, tadalafil dan vardenafil. Untuk diketahui, bahwa PDE-5 tidak hanya terdapat dalam korpus karvenosus di penis, namun juga terdapat pada jaringan vaskuler, sehingga inhibisi terhadap PDE-5 bisa menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan vaskuler. Dan, karena selektivitas PDE-5 inhibitor terhadap PDE-5 dan PDE-6 hanya sedikit berbeda, sementara PDE-6 banyak terdapat pada retina, maka diduga hal ini berkaitan dengan efek samping PDE-5 inhibitor pada retina (gangguan visual). Obat Apa Yang Tepat Untuk Keluhan Anda? Masing-masing obat dari kelompok PDE-5 inhibitor ini (sildenafil, tadalafil, vardenafil) secara lebih detil akan dijelaskan dibawah ini. Dokter anda akan memilihkan obat yang tepat sesuai dengan diagnosis dan tujuan terapi terhadap keluhan anda. Pemilihan obat di antara tiga obat tersebut bergantung dari frekuensi penggunaannya (sewaktu-waktu atau terapi reguler, 3-4 kali seminggu) dan pengalaman pribadi pasien. Sildenafil Sildenafil merupakan obat PDE-5 inhibitor yang pertama beredar. Efeknya mulai bekerja 30 hingga 60 menit sejak mengkonsumsi obat. Efeknya dapat berkurang jika dikonsumsi setelah makanan berat dan berlemak akibat absoprsinya menjadi lambat. Dosis sildenafil yang tersedia adalah 25 mg, 50 mg dan 100 mg. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 50 mg dan disesuaikan dengan respon pasien dan efek samping yang dialami pasien. Khasiatnya dapat dipertahankan hingga 12 jam. Tadalafil Tadalafil mulai efektif 30 menit setelah konsumsi obat dengan puncak khasiatnya setelah sekitar 2 jam. Khasiatnya bertahan hingga 36 jam dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Dosis tadalafil yang tersedia adalah 10 mg dan 20 mg. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 10 mg dan disesuaikan dengan InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 respon pasien dan efek samping yang dialami pasien. Selain tadalafil, terdapat pula aminotadalafil yang merupakan analog dari tadalafil. Vardenafil Vardenafil mulai memberikan efek 30 menit setelah konsumsi obat dan efeknya dapat berkurang dengan adanya makanan berat berlemak yang mengurangi kecepatan absorpsinya. Dosis vardenafil yang tersedia adalah 10 mg dan 20 mg. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 10 mg dan disesuaikan dengan respon pasien dan efek samping yang dialami pasien. Berdasarkan uji in vitro, potensi vardenafil lebih besar 10 kali lipat dibandingkan sildenafil. Meski demikian bukan berarti efek klinik vardenafil juga lebih besar. Efek Samping Dan Kontraindikasi Sebagian besar efek samping dari PDE-5 inhibitor merupakan efek samping yang ringan hingga sedang dan tidak semua individu mengalaminya. Seringkali pasien dapat mentolerir efek sampingnya seiring penggunaan yang berkelanjutan. Pada dosis normal, efek samping yang paling umum terjadi adalah sakit kepala, wajah memerah, dispepsia, hidung tersumbat, dan pusing. Efek-efek tersebut diakibatkan vasodilatasi atau relaksasi otot polos hasil penghambatan PDE-5 di jaringan lain (extragenital). Sildenafil dan vardenafil dapat menyebabkan penurunan tekanan darah kurang lebih 1 jam setelah meminum obat dan dapat berlangsung selama 4 jam. Sebagian besar pasien tidak mengalami gejala yang berarti akibat penurunan tekanan darah ini, namun pada beberapa pasien, terutama yang mengonsumsi obat antihipertensi dan nitrat yang juga berefek pada penurunan tekanan darah, dapat mengalami gejala klinis hipotensi. Tadalafil tidak menyebabkan penurunan tekanan darah, namun penggunaan pada pasien dengan penyakit “Penyalahgunaan obat golongan PDE 5 inhibitor di masyarakat dapat kita temui dalam bentuk perdagangan ilegal, promosi yang menyesatkan dan pencampuran bahan kimia obat ini kedalam jamu” kardiovaskular harus diperhatikan.Oleh karena itu, selain harus memperhatikan pasien dengan penyakit kardiovaskular, sildenafil, tadalafil dan vardenafil juga harus diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan penyakit obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri, deformasi anatomi penis dan pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk mengalami priapism (misalnya sickle cell disease, multiple myeloma, atau leukimia). Sildenafil dan vardenafil dapat menyebabkan meningkatnya kepekaan mata terhadap cahaya, penglihatan kabur, atau kehilangan kemampuan membedakan warna hijau-biru. Efek tersebut terjadi akibat penghambatan PDE-6 pada sel fotoreseptor di batang retina, terutama pada penggunaan dosis lebih dari 100 mg. Efek samping visual ini ringan dan dapat sembuh kembali, namun harus diperhatikan penggunaan obat ini pada pasien yang pekerjaannya melibatkan fokus penglihatan serta cahaya biru dan hijau, seperti pilot. Tadalafil tidak memiliki efek hambatan PDE-6 atau hanya memiliki efek minimal, dan tidak pernah dilaporkan memberikan efek samping visual. Meskipun demikian, semua PDE-5 inhibitor harus diberikan dengan hati-hati pada pasien yang memiliki risiko penyakit retinitis pigmentosa yaitu penyakit genetik yang berhubungan dengan defisiensi enzim PDE di retina. Selain efek samping yang telah disebutkan, pernah dilaporkan juga beberapa kasus kebutaan mendadak, tanpa rasa sakit dan kemungkinan ireversibel atau tidak dapat kembali normal, yang dikenal dengan istilah Non-arteritic Anterior Ischaemic Optic Neuropathy atau disingkat NAION. Mekanisme terjadinya efek samping ini belum diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan penurunan tekanan darah yang menyebabkan penurunan aliran darah ke saraf optik sehingga terjadi penurunan daya penglihatan secara tiba-tiba. Efek ini dapat terjadi terutama pada pasien yang memiliki risiko atau riwayat NAION sebelumnya. Oleh karena itu, obatobat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mendapatkan pengobatan nitrat, pada pasien yang tidak dianjurkan terjadi vasodilatasi atau aktivitas seksual, atau pada pasien dengan 5 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 yang tepat, alih-alih mendapatkan kebugaran yang diimpikan, justru yang terjadi adalah gangguan tekanan darah/stroke dan gangguan penglihatan, atau efek samping lainnya. Nah lho! sumber: health.kompas.com riwayat NAION. Efek samping ketiga obat tersebut umumnya adalah dispepsia, mual, muntah, sakit kepala, pusing, myalgia, nyeri punggung, gangguan penglihatan dan hidung tersumbat. Penyalahgunaan Penyalahgunaan obat golongan PDE-5 inhibitor di masyarakat dapat kita temui dalam bentuk perdagangan ilegal, promosi yang menyesatkan dan pencampuran bahan kimia obat ini kedalam jamu (baik jamu dalam kemasan yang ilegal ataupun jamu godog yang dicampur ketika hendak diminum). Jamu-jamu mengandung bahan kimia obat PDE-5 inhibitor, terbukti banyak di pasar dan terjaring dalam razia yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jamu-jamu mengandung BKO ini telah diumumkan kepada publik melalui website Badan POM maupun media publikasi lainnya (lihat di www.pom.go.id). Bahan kimia obat golongan PDE-5 inhibitor yang paling banyak disalahgunakan dengan mencampurkan ke dalam jamu adalah sildenafil. Juga perlu diwaspadai obatobat kuat yang dijual secara online atau di toko-toko pinggir jalan yang tidak berizin, kemungkinan obat-obat kuat tersebut adalah dari golongan PDE-5 inhibitor. Penutup Perlu diketahui, sebagaimana sudah disampaikan, bahwa ereksi merupakan fenomena interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, melibatkan psikologis, neuroendokrin dan jaringan erektil. Ereksi tidak dapat terjadi hanya dengan mengkonsumsi PDE-5 inhibitor, rangsangan seksual misalnya, tetap diperlukan, karena rangsangan seksual yang akan menghasilkan NO, tanpa itu PDE-5 inhibitor juga tidak menghasilkan manfaat yang diharapkan. Meskipun PDE-5 inhibitor merupakan obat yang efektif untuk penyakit disfungsi ereksi, PDE-5 inhibitor bukanlah pencetus ereksi. Suatu kesalahan lagi, kalau orang hanya mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan faktor lain di luar obat, bukan? Selektifitas PDE-5 inhibitor terhadap PDE-5 dan PDE-6, sebagaimana sudah dijelaskan di atas, memberikan pemahaman bahwa hampir tidak ada obat yang hanya bereaksi pada satu bagian secara sangat spesifik. Jadi anda jangan heran bila mengkonsumsi golongan PDE-5 inhibitor tanpa menghiraukan aturan pakai yang baik dan tanpa indikasi 6 Obat-obat kelompok PDE-5 inhibitor seharusnya hanya bisa diperoleh dengan resep dokter karena merupakan obat keras. Namun kenyataannya obat-obat tersebut banyak disalahgunakan dan dipasarkan secara ilegal karena banyak konsumen mengidamkannya (tingginya permintaan). Tingginya permintaan ini disebabkan karena di satu sisi dipercaya sebagai obat kuat atau penambah stamina pria, di sisi lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap efek sampingnya, sementara dorongan untuk meningkatkan kemampuan seksual sangat tinggi, sehingga mudah tergiur oleh promosi yang menyesatkan. Meskipun bisa dipahami juga bahwa tingginya permintaan ini karena memang faktanya angka penderita DE cukup tinggi (suatu survey menunjukkan rata-rata responden pria umur 40-70 tahun hampir setengahnya menderita DE), belum lagi meningkatnya penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung iskemik dan penyakit vaskuler perifer yang menyumbang bagi bertambahnya jumlah penderita DE. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa obat-obat ini juga dapat memberikan efek-efek yang dapat mengganggu aktivitas atau bahkan membahayakan terkait dengan faktor risiko yang dimiliki pasien, karena itu tidak semua pria dapat mengkonsumsi obat ini dan penggunaannya harus dengan pengawasan dokter. Apabila obat golongan PDE-5 inhibitor ini dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter, seperti penggunaan obat-obat yang diperoleh secara ilegal atau sebagai campuran dalam obat tradisional, maka sangat mungkin terjadi efekefek yang dapat membahayakan kesehatan, karena obat-obat yang dijual secara ilegal tersebut belum tentu memenuhi persyaratan mutu yang baik. Bisa jadi dosis obat yang terkandung di dalamnya lebih kecil atau lebih besar karena produksinya tidak diawasi dengan jelas. Terakhir, ada nasehat klasik bila anda ingin mempertahankan stamina dengan cara yang baik dan murah, yaitu aturlah pola makan dengan diet yang sesuai kebutuhan, olah raga yang teratur, serta istirahat yang cukup. Binalah rumah tangga yang harmonis dengan ketulusan dan kasih sayang serta komunikasi yang terbuka dan jujur. Hindari bekerja keras yang berlebihan, pola makan tidak teratur dan malas berolah raga. Bila anda memerlukan obat, maka konsultasikanlah ke dokter ahli, pilihlah produk sesuai resep dokter, belilah di sarana yang legal dan minumlah obat sesuai aturan pakai. Penulis Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan Pustaka 1. DiPiro, Joseph T. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 8th ed. USA, McGraw-Hill, 2011. 2. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Edisi ke-3. Jakarta, EGC, 2009. 3. BNF 61. London, BMJ, 2011. 4. Edward David Kim, MD, FACS. Erectile Dysfunction. Dapat diakses pada: http://emedicine.medscape.com/article/444220-overview InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Bahaya Keracunan Melamin yang Terkandung Dalam Pangan Melamin dan Kegunaannya Melamin merupakan senyawa kimia organik yang berbentuk kristal putih dan banyak mengandung unsur nitrogen. Melamin yang memiliki rumus molekul C3N6H6 merupakan produk samping industri pengolahan batu bara. Pada umumnya, senyawa ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri, termasuk industri peralatan dapur, perlengkapan makan, kemasan pangan, resin melamin (terutama melalui reaksi dengan formaldehid), kertas, pelapis, penstabil plastik, perekat, dan flame retardant. Karena memiliki kandungan unsur nitrogen yang tinggi, oleh beberapa negara melamin juga digunakan sebagai komponen pembuatan pupuk. Kebanyakan orang kemungkinan tidak menduga bahwa melamin dapat disalahgunakan pada produk pangan untuk maksud tertentu. Namun, berita adanya kontaminasi melamin pada produk susu di Cina pada tahun 2008 telah menggemparkan dunia dan membuka mata banyak pihak bahwa telah terjadi tindakan penambahan kontaminan secara sengaja pada pangan yang berisiko terhadap kesehatan. Pihak yang berwenang di Cina telah menjelaskan bahwa produsen produk susu tertentu di Cina telah secara sengaja menambahkan melamin pada susu dengan tujuan agar nilai kadar protein susu dapat tercapai pada saat pengujian kadar protein yang dipersyaratkan untuk standar mutu susu. Pengujian kadar protein dilakukan dengan cara mengukur kadar unsur nitrogen pada susu, sedangkan melamin merupakan senyawa yang banyak mengandung unsur nitrogen. Dengan penambahan melamin, maka hasil pengukuran nitrogen menjadi tinggi sehingga seakan-akan protein susunya juga tinggi. Akibat tindakan tersebut di atas, telah terjadi peningkatan insiden batu ginjal dan gagal ginjal pada bayi di Cina, yang diyakini berkaitan erat dengan konsumsi susu formula bayi yang terkontaminasi melamin. Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada tahun 2007 di Amerika Serikat, dimana telah terjadi insiden gagal ginjal pada kucing dan anjing peliharaan yang diberi pakan yang terkontaminasi melamin dan asam sianurat. Tidak diketahui apakah asam sianurat tersebut juga ditambahkan dengan sengaja atau hanya merupakan produk samping melamin. Selain pada produk susu formula bayi, saat itu pemerintah Cina juga mengumumkan bahwa terdapat beberapa jenis produk pangan lain produksi Cina yang diketahui positif mengandung melamin, antara lain susu cair, es krim, serta minuman kopi dalam kemasan. Pada melamin dapat ditemukan zat pengotor (impurities) yaitu asam sianurat, yang secara struktur kimia analog dengan melamin. Asam sianurat ini dapat digunakan sebagai desinfektan pada air kolam renang. Kandungan Melamin pada Pangan Masuknya melamin pada pangan, selain yang disebabkan oleh faktor kesengajaan juga dapat diakibatkan oleh faktor ketidaksengajaan. Penggunaan melamin untuk kemasan pangan yang kontak langsung dengan pangan dapat menyebabkan bermigrasinya melamin pada pangan. Namun hal itu tidak dianggap sebagai penyalahgunaan melamin pada pangan. Beberapa negara telah menetapkan batas maksimum kandungan melamin pada pangan terkait migrasi kemasan pangan yang terbuat dari melamin ke dalam pangan. Batas migrasi melamin yang ditetapkan oleh Eropa untuk kemasan pangan yang kontak langsung dengan pangan adalah 30 mg/kg pangan. Residu melamin juga dapat ditemukan pada produk hasil pertanian, perkebunan, serta peternakan akibat penggunaan pestisida pertanian dan pupuk yang mengandung senyawa yang analog dengan melamin atau dapat pula akibat adanya migrasi melamin dari kontainer pengemas produk tersebut. Berdasarkan penelitian diperkirakan rata-rata residu melamin yang masuk tubuh melalui bahan pangan hasil peternakan, seperti daging sapi, unggas, dan telur adalah sebesar 0,007 mg/kg per hari. Terkait dengan hal itu, World Health Organization (WHO) telah menetapkan nilai asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerably daily intake / TDI) untuk melamin adalah sebesar 0,2 mg/kg per hari. Nilai tersebut ekivalen dengan 10 mg melamin per hari untuk manusia dengan bobot tubuh 50 kg. Sedangkan nilai TDI untuk asam sianurat, yang diketahui merupakan zat pengotor pada melamin, adalah sebesar 1,5 mg/kg per hari. 7 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Toksisitas Melamin dan Zat Pengotornya serta Efeknya terhadap Kesehatan Data mengenai toksisitas melamin masih sangat terbatas, namun hasil pengujian pada hewan menunjukkan bahwa melamin dapat menyebabkan terbentuknya batu pada kandung kemih. Efek toksik utama pada tikus dan mencit yang terpapar melamin melalui pakannya antara lain terbentuknya batu, reaksi inflamasi, dan hiperplasia pada kandung kemih. Pengujian pada anjing diperoleh hasil terbentuknya kristaluria melamin, sedangkan pada tikus ditemukan terjadinya hematuria. Beberapa uji paparan oral subkronik asam sianurat, yang merupakan zat pengotor pada melamin, menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal terhadap hewan uji, termasuk dilatasi tubulus renalis, nekrosis atau hiperplasia epitelium tubular, peningkatan tubulus basofilik, infiltrasi neutrofilik, mineralisasi dan fibrosis. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya kristal sianurat dalam tubulus renalis. Berdasarkan penelitian terhadap hewan uji diketahui bahwa campuran melamin dan asam sianurat dapat menyebabkan gangguan ginjal, dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian akibat dari pembentukan kristal melamin sianurat pada nefron sehingga berpotensi menghalangi produksi urin serta menyebabkan gangguan ginjal, dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Seseorang yang mengalami keracunan melamin dapat menunjukan tanda dan gejala berupa iritabilitas, darah dalam urin (hematuria), produksi urin menurun atau tidak ada sama sekali, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi. Penanganan Keracunan Melamin Penderita keracunan melamin umumnya akan mendapatkan penanganan keracunan sesuai gejala dan tingkat kegawatan. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain pemberian cairan infus dan alkalinisasi urin, koreksi gangguan elektrolit dan asam basa, hemodialisis atau dialisis peritoneal, serta tindakan pembedahan untuk membuang batu ginjal. Pencegahan Keracunan akibat Melamin Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah risiko mengalami keracunan pangan akibat kontaminasi melamin, yaitu: a. Periksa label produk pangan yang akan dibeli dan dikonsumsi. Jika tidak yakin terdaftar, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM atau mengakses website Badan POM www.pom.go.id b.Gunakan kemasan pangan yang terbuat dari melamin secara bijak, misalnya dengan tidak digunakan untuk mengemas pangan yang bersifat asam atau untuk pangan yang akan dipanaskan. c. Jika akan menggunakan melamin sebagai kemasan pangan, maka gunakanlah melamin yang food grade. Keamanan kemasan pangan, termasuk melamin dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera, misalnya , tulisan ‘aman untuk makanan’ atau food safe / for food use / food grade. Penulis Bidang Informasi Keracunan – Pusat Informasi Obat dan Makanan Pustaka __________. Melamin: WHO Expert meeting to review toxicological aspects of melamine and cyanuric acid. [http://www.fao.org/food/ food-safety-quality/a-z-index/melamine/en] __________. Melamine. [http://www.toxinz.com/Spec/ Print/2377188] __________. Melamine and Cyanuric acid: Toxicity, Preliminary Risk Assessment and Guidance on Levels in Food. [www.who.int/ foodsafety/fs_management/Melamine.pdf] __________. Report of The Sixth Session of The Codex Committee on Contaminants in Foods. Joint FAO/WHO Food Standards Programme. Codex Alimentarius Commission. 2012. [www. codexalimentarius.org/input/download/report/776/REP12_CFe.pdf] 8 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Seri Swamedikasi 4 Konstipasi Konstipasi atau sembelit merupakan suatu keadaan yang dapat dialami oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi jika terjadi penurunan frekuensi buang air besar yang biasanya ditandai dengan buang air besar yang susah dan feses yang keras. Konstipasi terjadi akibat perlambatan gerakan feses melalui usus sehingga feses terakumulasi pada usus bagian bawah. Tingkat keparahan konstipasi berbeda-beda pada setiap orang. Pada umumnya penderita hanya mengalami konstipasi dalam jangka waktu yang singkat, sementara pada penderita lainnya dapat menjadi kronis (jangka lama) yang kemudian menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penyebab Konstipasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: pemakaian obat tertentu atau menderita penyakit tertentu, mengkonsumsi makanan rendah kalori, rendah karbohidrat, kurang serat, kurang minum air, sering menunda keinginan untuk buang air besar, dan adanya perubahan dalam rutinitas atau gaya hidup. Konstipasi dapat juga dialami oleh anak serta wanita pada masa kehamilan (terutama pada trimester pertama dan ketiga), setelah melahirkan, atau setelah operasi. Pada anak-anak, konstipasi biasanya disebabkan tidak tersedianya fasilitas toilet pada saat bepergian, perubahan emosional, konflik keluarga, perubahan pola makan, dan lainlain. Selain itu konstipasi pada anak dapat juga disebabkan oleh beberapa kondisi, misalnya demam, penyakit kronis seperti fibrosis sistik dan hipertiroidisme. Penanggulangan Konstipasi Konstipasi seringkali dapat diatasi tanpa menggunakan obat pencahar, yaitu dengan cara memperbanyak minum air, makan makanan kaya serat misalnya kacang - kacangan, apel, gandum, wortel, jagung, jeruk, dan jangan lupa untuk berolah raga secara teratur. Jika terapi non-obat tersebut tidak membuahkan hasil, maka terapi menggunakan pencahar dapat dilakukan untuk membantu mengatasi konstipasi. Pencahar adalah obat yang membantu meningkatkan motilitas usus, massa tinja dan frekuensi buang air besar pada saat terjadi konstipasi. Pencahar yang ideal sebaiknya tidak menyebabkan iritasi; hanya bekerja pada kolon desendens dan sigmoid; dapat menghasilkan tinja yang terbentuk dalam beberapa jam, setelah itu aksinya akan berhenti dan aktivitas usus kembali normal. Namun pencahar yang memenuhi seluruh kriteria tersebut saat ini belum tersedia, karena itu pemilihan pencahar yang tepat tergantung dari penyebab konstipasi itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan mengenai macam-macam golongan dan cara kerja obat pencahar, yaitu: Pencahar Pembentuk Massa Pencahar pembentuk massa berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik. Pencahar pembentuk massa bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon sehingga feses akan menjadi lebih banyak dan lunak. Jenis pencahar ini dapat diberikan untuk wanita pasca melahirkan, pasien lansia, pasien kolostomi, sindrom iritasi usus atau penyakit kejang otot di usus besar tanpa peradangan. Pencahar ini tidak boleh diberikan kepada penderita radang usus dan penyempitan abnormal pada bagian dalam tubuh. Contoh obat yang termasuk golongan pencahar pembentuk massa adalah Psillium dan metilselulosa. Psilium Psilium atau Ispaghula sekam mempunyai nama lain Psylium husk atau plantago seed merupakan obat pencahar pembentuk massa yang berasal dari alam. Efeknya baru terlihat setelah beberapa hari minum obat. Saat menggunakan obat ini, pasien harus diberi asupan cairan yang cukup supaya tidak menimbulkan gangguan usus. Obat ini mengembang bila terkena air, maka setelah dilarutkan harus berhati-hati pada saat menelan larutan ini dan tidak boleh diminum sesaat sebelum tidur. Penggunaan Ispaghula sekam yang direkomendasikan adalah sebanyak 1 sachet yang dilarutkan dalam segelas air untuk 1-3 kali pemakaian dalam sehari, sedangkan untuk anak di atas 6 tahun dapat diberikan setengah atau kurang dari setengah dosis dewasa. Metilselulosa Metilselulosa merupakan obat pencahar pembentuk massa yang dibuat secara semisintetik. Efek pencahar dari metilselulosa terlihat setelah 12-24 jam. Efek maksimal terjadi setelah beberapa hari pengobatan. Pencahar Rangsang (Stimulan) Pencahar rangsang merangsang mukosa, saraf intramural atau otot polos usus sehingga meningkatkan aktivitas peristaltis usus dan sekresi lendir usus. Pencahar rangsang harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami gejala usus buntu dan tidak boleh digunakan sama sekali pada pasien usus buntu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pencahar rangsang yaitu kemungkinan terjadi kram pada perut, kekurangan cairan dan elektrolit, hilangnya protein di usus, malabsorpsi yang disebabkan oleh gerakan usus dan efek pencahar yang berlebihan, dan defisiensi kalium. Contoh obat golongan ini adalah bisakodil. Bisakodil Tablet bisakodil terlihat efeknya setelah kurang lebih 7 jam, sedangkan penggunaan suppositoria (obat yang dimasukkan 9 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 melalui dubur) bisakodil akan terlihat efeknya setelah kurang lebih 30 menit. Bisakodil tidak boleh digunakan pada pasien dengan pendarahan usus atau gejala kerusakan usus, pada wanita hamil, dan anak-anak di bawah 6 tahun. Untuk mendapatkan efek kerja yang cepat, sebaiknya tablet bisakodil dikonsumsi pada keadaan perut kosong. Tablet bisakodil dapat menyebabkan iritasi dan rasa mual. Oleh karena itu biasanya dibuat dalam bentuk salut dan tidak boleh dikunyah, digerus, atau dikonsumsi bersama dengan susu. Dosis bisakodil yang direkomendasikan untuk terapi pada orang dewasa adalah 5-10 mg pada malam hari untuk obat yang diminum (oral) atau 10 mg pada pagi hari untuk obat yang dimasukkan melalui dubur (suppositoria), sedangkan untuk anak di bawah 10 tahun dosis yang direkomendasikan adalah 5 mg baik dalam sediaan oral ataupun dalam sediaan suppositoria. Pencahar Garam Pencahar garam bekerja seperti spons dengan cara menarik air ke dalam bagian usus besar sehingga memudahkan pengeluaran feses. Pencahar garam diindikasikan untuk penggunaan yang memerlukan pengosongan usus mendesak seperti untuk pemeriksaan endoskopi atau keracunan obat. Contoh obat golongan ini adalah garam magnesium. Garam Magnesium Garam magnesium atau garam Inggris bekerja dalam waktu 2 - 4 jam. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak di bawah 6 tahun. Setiap kali minum obat, harus dengan segelas air dingin atau lebih untuk memaksimalkan efek obat. Untuk menghilangkan rasa yang tidak enak, dapat juga diminum dengan jus buah. Ada dua macam garam magnesium yang digunakan dalam pengobatan konstipasi, yaitu Magnesium hidroksida dan Magnesium sulfat. Cara pakainya adalah 2 gram Magnesium hidroksida dilarutkan dalam 25 ml air atau 5-10 gram Magnesium sulfat dilarutkan dalam segelas air penuh sebelum makan pagi atau saat perut kosong. Pencahar Osmotik Pencahar golongan osmotik bekerja dengan cara meningkatkan peristaltik usus secara tidak langsung dengan daya osmotiknya sehingga feses lebih mudah keluar. Contoh obat golongan ini adalah gliserin dan laktulosa. Gliserin Gliserin mempunyai nama lain gliserol. Gliserin dalam bentuk suppositoria memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk bekerja. Dosis gliserin yang direkomendasikan untuk pengobatan pada orang dewasa adalah 3 gram (dalam bentuk suppositoria) atau 5-15 ml dalam bentuk sediaan cair melalui anus, sedangkan untuk anak dibawah usia 6 tahun dosis yang direkomendasikan adalah 1 - 1,5 gram dalam bentuk suppositoria atau 2-5 ml dalam bentuk sediaan cair melalui anus. Penggunaan gliserin pada anak di bawah 6 tahun, harus dengan petunjuk dokter. 10 Suppositoria Gliserin Laktulosa Laktulosa bekerja dengan cara memodifikasi lingkungan usus menjadi hiperosmosis sehingga air tertahan dan feses menjadi lebih lunak. Setiap kali minum laktulosa, harus dengan segelas air atau jus buah untuk menghilangkan rasa yang tidak enak. Laktulosa bekerja dalam waktu kurang lebih 48 jam setelah diminum. Efek samping yang paling umum dirasakan saat menggunakan obat ini adalah iritasi pada rektum. Laktulosa harus diberikan secara hati-hati pada pasien diabetes karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Dosis laktulosa yang direkomendasikan untuk pengobatan konstipasi pada pasien dewasa yaitu dosis awal 10-20 gram satu kali sehari, selanjutnya diberikan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan untuk pasien anak di bawah 1 tahun dapat diberikan 1,5 gram laktulosa yang dilarutkan dalam 25 ml air satu kali sehari; untuk anak usia 1-5 tahun 3 gram laktulosa yang dilarutkan dalam 5 ml air satu kali sehari sedangkan untuk anak usia 5-10 tahun dapat diberikan 2 kali sehari dengan dosis yang sama. Pencahar Lubrikan Pencahar lubrikan bekerja dengan cara melumasi feses sehingga memungkinkan feses untuk lebih mudah bergerak keluar melalui usus. Minyak mineral adalah contoh yang paling umum dari pencahar lubrikan dan efeknya akan mulai terasa dalam waktu 8 jam. Minyak Mineral Minyak mineral yang digunakan sebagai pencahar adalah parafin. Parafin atau paraffinum membutuhkan waktu sekitar 6-8 jam untuk menimbulkan efek. Parafin sebaiknya dikonsumsi dua jam setelah makan karena dapat mengganggu penyerapan makanan. Dosis yang direkomendasikan untuk pengobatan yaitu 10 ml parafin diminum pada malam hari, tetapi tidak boleh diminum sesaat sebelum tidur. Minyak mineral tidak boleh diberikan pada pasien anak, lansia dan ibu hamil. Minyak mineral sebaiknya: • tidak diminum sesaat sebelum tidur, • tidak diberikan bersamaan dengan makanan, • tidak untuk pengobatan jangka panjang. Pencahar Pelunak Feses Pencahar pelunak feses bekerja dengan cara membasahi dan melunakkan feses sehingga memudahkan proses buang air besar. Pencahar ini sering direkomendasikan untuk pasien InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 pasca melahirkan atau pembedahan dan orang-orang yang harus menghindari mengejan untuk buang air besar. Penggunaan obat ini harus dihindari jika pasien mengalami mual dan muntah, mempunyai gejala usus buntu, atau sakit perut yang tidak diketahui penyebabnya. Contoh obat golongan ini adalah Natrium dokusat. Natrium Dokusat Natrium dokusat mempunyai nama lain Natrium dioktil sulfosuksinat atau Dioktil natrium sulfosuksina. Efek obat akan timbul dalam waktu 1-2 hari. Natrium dokusat tidak dapat digunakan pada orang yang mengalami gangguan fungsi usus, tidak boleh digunakan bersamaan dengan parafin dan penggunaan pada wanita hamil disarankan untuk berhati-hati. Natrium dokusat dapat diminum beberapa kali dalam sehari dengan jumlah dosis maksimal 500 mg/hari. Penggunaan pencahar yang berlebihan dapat menyebabkan diare, sehingga menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, khususnya defisiensi kalium, yang berujung pada hilangnya kepadatan otot polos. Penyalahgunaan pencahar jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar. Oleh sebab itu, pencahar sebaiknya digunakan jika benar-benar diperlukan. Cara pemakaian pencahar SUPPOSITORIA (diberikan melalui dubur) 1.Cuci tangan terlebih dahulu 2.Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi masih dalam kemasan (masukkan dalam lemari pendingin atau dipegang di bawah aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya 3.Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak) 4.Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan kehangatan jari tangan 5.Lembabkan supositoria dengan air 6.Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan dan angkat lutut 7.Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang membulat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya. 8.Tetap berbaring selama beberapa menit. 9.Cuci tangan. 10.Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam. Gambar Usus Besar dan Kecil Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pencahar: • Penggunaan pencahar hanya dianjurkan pada kondisi konstipasi. • Pencahar tidak boleh disalahgunakan, misalnya untuk menurunkan berat badan karena dapat menurunkan sensitivitas mukosa dan memperlambat gerakan usus sehingga justru mengganggu fungsi saluran cerna. • Pencahar tidak boleh digunakan oleh penderita radang usus dan radang usus buntu. • Penggunaan obat pencahar tidak boleh untuk jangka panjang (paling lama satu minggu). • Obat pencahar tidak dianjurkan diberikan pada anak di bawah usia 6 tahun kecuali atas petunjuk dokter. Penyalahgunaan Pencahar Penggunaan pencahar secara rutin atau jangka panjang dapat dikatakan sebagai penyalahgunaan pencahar, dan hal ini jika dimungkinkan harus dihindari. Penyalahgunaan ini seringkali dilakukan oleh orang dewasa, mahasiswa dan remaja dalam rangka untuk menjaga berat badan dengan cara menggunakan pencahar sebagai pencuci perut. Reprinted with permission from the American Society of Health-System Pharmacists. Copyright 2013. All rights reserved. This material may not be reproduced, displayed, modified, or distributed without the express prior written permission of the copyright holder. Penulis Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan Pustaka 1.Buku Kompendia Obat Bebas. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta 2.Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 3.http://www.nhs.uk/Conditions/constipation/Pages/ Introduction.aspx 4.http://yankes.itb.ac.id/?page_id=365 5.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/constipation/ 6.Handbook of Non Prescription Drug 10th Edition 11 InfoPOM - Vol.14 No. 4 Juli-Agustus 2013 Pencahar Untuk Ibu Setelah Melahirkan Pertanyaan: Selamat malam PIO Nas. Saya ingin bertanya apakah ibu yang baru melahirkan boleh minum obat D (mengandung zat aktif Bisakodil)? Sudah 3 hari saya mengalami kesulitan Buang Air Besar. (Sri Hidayati,Ibu Rumah Tangga) Jawaban: Perlu kami sampaikan bahwa konstipasi pada wanita sering terjadi pada masa setelah melahirkan atau setelah operasi. Pada kehamilan dan atau setelah melahirkan wanita lebih banyak menghasilkan hormon progesteron yang memiliki sifat sebagai relaksan otot. Hal ini menyebabkan otot perut sulit untuk berkontraksi sehingga feses sulit untuk dikeluarkan. Untuk penanganan awal sulit buang air besar setelah melahirkan disarankan untuk menggunakan terapi non obat, seperti banyak minum air putih; mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti kacang-kacangan, wortel, apel, jeruk, gandum dan jagung; dan olah raga secara terarur . Jika terapi non obat dirasa kurang efektif maka dapat dipilih terapi obat. Salah satu obat yang dapat digunakan adalah pencahar dengan zat aktif Bisakodil. Bisakodil memberikan efek stimulan. Perlu diperhatikan bahwa terapi obat ini hanya dapat digunakan jika memang sangat dibutuhkan tetapi tidak dianjurkan untuk jangka panjang. Penggunaan pencahar pada wanita setelah melahirkan biasanya diberikan dalam bentuk supositoria untuk memberikan efek lokal sehingga obat tidak perlu diabsorbsi ke dalam darah. Selain bentuk supositoria, bisakodil juga tersedia dalam bentuk sediaan oral. Pada pemberian oral (dengan diminum), sekitar 5 % bisakodil diabsorpsi dan diekskresikan bersama urin dalam bentuk glukoroid. Ekskresi bisakodil terutama dalam feses. Pencahar lain yang dapat digunakan antara lain Gliserin dan Laktulosa. Keduanya merupakan pencahar osmotik yang bekerja dengan cara memodifikasi lingkungan usus menjadi hiperosmosis sehingga air tertahan dan feses menjadi lebih lunak. Untuk pencegahan munculnya kembali gejala konstipasi maka disarankan tetap mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah yang kaya akan serat; minum air putih minimal 8 gelas dan olah raga secara teratur. Pustaka: 1. AHFS Drugs information. 2002. 2. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a611051.html 3. British National Formulary, March 2011. FORUM PIO Nas PIONas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-428889117 / 021 - 4259945, HP nomor 08121899530, email ke [email protected] 12