Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Drs. Sutrisno Slamet, M. Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang berkualitas dan efektif dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS SMP kelas VIII pada Kompetensi Dasar (KD) Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Desain penelitian menggunakan pengembangan tipe 4-D (define, design, develop, dessiminate). Hasil analisis data dari penelitian ini didapatkan bahwa buku ajar pada tingkat kesulitan berada pada kategori sangat rendah atau sangat mudah dipahami. keterlaksanaan pada semua RPP dikatakan sebagai Instrument yang reliabel untuk mengukur kualitas keterlaksanaan RPP. Rata-rata ketuntasan klasikalnya sebesar 90%. Pada penilaian afektif karakter masing-masing siswa berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Rata-rata nilai dalam setiap karakter kejujuran, ketelitian dan kerja sama berada pada kategori sangat tinggi. Pada respon siswa terhadap perangkat menunjukkan respon siswa sangat tinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perangkat yang telah dibuat memiliki kualitas dan efektifitas yang tinggi dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan sosial siswa. Kata Kunci: Perangkat pembelajaran, Kooperatif tipe STAD Abstract The purpose of this study is to set a qualified and effective instructional material of cooperative STAD type in doing the subject of IPS in a class of the eighth year of SMP in the basic competence of describing the relationship between the scarcity and the unlimited humanity needs. This study design uses development 4D type (define, design, develop, deseminate). The result of analise this research the handbook at category of difficulty is on easy category or understandable. Percentage of feasibility of all lesson plan can be concluded that as a reliablee instrument to measure a quality of lesson plan feasibility. The average of classical thoroughness is 90%. In the scoring of affective aspect, the character on the level of high and very high category. On the response of students for instructional material is The results show that the students’ response is very high. From this study, it can be concluded that the designed material has quality and effective to increase result of study and social skill of students. Key words: Instructional Material, Cooperative STAD type. cenderung pasif dan proses pembelajaran membosankan. Kondisi ini disebabkan diantaranya selain proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, juga dipicu oleh kurang tersedianya perangkat pembelajaran IPS yang berbasis aktivitas, sehingga siswa hanya cenderung belajar menghafal konsep atau prinsip IPS tanpa disertai pemahaman yang baik. PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar merupakan proses komunikasi yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran matapelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan; (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh guna menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Nur (Yusuf, 2008: 5), bahwa perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran, sekaligus melatihkan kepada guru suatu model pembelajaran yang berbasis aktivitas siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Diantaranya adalah kemampuan guru dan metode pembelajaran yang digunakannya. Siswa diposisikan sebagai peserta didik yang tidak tahu dan hanya menunggu apa yang diberikan. Hal ini membuat siswa Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam 1 INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial. Pada bagian lain disebutkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar, dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama (Lundgren, 1994: 6). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman dan (3) pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2004: 7). Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini karena merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga diharapkan cocok digunakan bagi guru-guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif, selain itu dalam kooperatif tipe STAD ini adanya kuis yang dapat membuat siswa termotivasi untuk saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan materi yang dipresentasikan oleh guru. Tipe ini intinya kerjasama tim/kelompok yang heterogen sehingga diharapkan siswa yang lebih mampu dari segi akademik dapat membantu anggota kelompoknya yang kurang dari segi prestasi akdemik. Melalui pembelajaran kooperatif, guru dapat menyusun kegiatan kelas yang memungkinkan siswa akan saling berdiskusi, berdebat, menemukan ide-ide, konsep dan keterampilan yang membuat siswa memahami ide, konsep, dan keterampilan tersebut. Siswa mempunyai pengalaman sendiri untuk langsung menanamkan ide, konsep dan keterampilan tersebut dalam memori jangka panjangnya. Penanaman konsep dalam diri siswa merupakan hal yang penting karena IPS memiliki objek kajian yang abstrak. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bercirikan adanya kelompok belajar, siswa dapat menyatukan beberapa pendapat untuk memecahkan masalah, sehingga proses berfikir siswa berkembang, mendorong siswa untuk berani mengajukan pendapat dan berkomunikasi, baik dengan guru maupun dengan temannya sendiri, serta aspek-aspek sosial siswa terlatih seperti rasa tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan gambaran di atas, dikembangkan perangkat pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS SMP kelas VIII sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran IPS di SMP sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPS di sekolah. Berdasarkan beberapa kenyataan yang ada pada latar belakang, maka penelitian ini berusaha untuk menjawab permasalahan Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS Kelas VIII SMP dengan menerapakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah kualitas perangkat pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada pelajaran IPS SMP kelas VIII?. (2) Bagaimanakah tingkat keefektifan perangkat pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPS SMP kelas VIII? Berdasarkan tujuannya metode penelitian ini termasuk jenis penelitian Research and Development atau penelitian pengembangan. Sedangkan menurut klasifikasi berdasarkan metodenya penelitian ini termasuk Descriptive Research atau penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran IPS materi “Hubungan Kelangkaan Sumber Daya dengan Kebutuhan Manusia”. Penelitian pengembangan ini berdasarkan pada model 4-D (four DModels) yang terdiri dari empat tahapan yakni: define, design, develop, dan disseminate sesuai dengan yang disarankan Thiagarajan (Ibrahim, 2001). Pada penelitian ini hanya dilakukan 3 tahapan saja, yaitu: define, design, dan develop. Untuk tahap Disseminate atau tahap penyebaran tidak dilakukan, mengingat hasil pengembangan perangkat hanya diterapkan secara terbatas pada sekolah mitra saja, yaitu SMPN 1 Kutorejo Mojokerto. Berikut akan diuraikan langkah-langkah dalam mengembangkan perangkat untuk kepentingan penelitian ini. a. Tahap Pendefinisian (Define) 1) Analisis awal-akhir (Front end analysis) 2) Analisis Siswa (Learner analysis) 3) Analisis Konsep (Concept analysis) 4) Analisis Tugas (Task analysis) b. Tahap Perancangan (Design) 1) 2) 3) Penyusunan tes Pemilihan media Pemilihan format a) Rencana pembelajaran, (RPP) b) Buku ajar siswa (BAS) c) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), d) Lembar pengamatan dan Lembar penilaian, (LP) 4) Rancangan awal c. Tahap Pengembangan (Develop) 1) Validasi Perangkat Pembelajaran 2) Uji Coba Pembelajaran (Implementasi) Perangkat Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Subjek penelitian ada dua hal, yang pertama adalah perangkat pembelajaran IPS SMP kelas VIII dengan materi “Hubungan Kelangkaan Sumber Daya Dengan Kebutuhan Manusia”. Subyek kedua adalah siswa yang dikenai uji coba terhadap perangkat yang telah dikembangkan. Pada uji coba 1, subjek sasaran adalah 6 siswa. Sedangkan pada uji coba 2 subjek sasarannya adalah 30 siswa di SMPN 1 Kutorejo Mojokerto. Tahun Pelajaran 2012/2013 pada awal bulan November dan pada uji coba 2 pada bulan akhir November tahun 2012. Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan rumus: Sedangkan Hasil Belajar Afektif (Karakter dan Keterampilan Sosial) Analisis hasil belajar afektif siswa dilihat dari dua hal, yaitu: a. Karakter mencakup komitmen, kejujuran dan bekerja sama. b. Keterampilan sosial mencakup menyumbang ide atau pendapat, menjadi pendengar yang baik dan menghargai pendapat teman. Untuk menganalisis hasil belajar afektif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian meliputi: (1) Validasi Perangkat, (2) Metode Observasi, (3) Metode Tes, (4) Metode Angket . sedangkan Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, Lembar Validasi, kedua Lembar Penilaian Keterbacaan dan Kesulitan Buku Ajar, ketiga Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Proses Belajar Mengajar, keempat Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa, kelima Lembar Pengamatan Afektif Siswa. Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa dianalisis menggunakan rumus. Teknik Analisis Data meliputi Analisis Mengenai Kualitas Perangkat Pembelajaran yang didalamnya Analisis Validitas Perangkat dengan skala penilaian dengan menggunakan rumus. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran kooperatif adalah sebuah pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalahmasalah yang kompleks. Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Analisis Tingkat Kesulitan Buku Ajar dinyatakan dalam rumusberikut ini Analisis Mengenai Proses dan Hasil Belajar Siswa yang terdiri dari Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran dihitung dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman , sedangkan Analisis Aktivitas Siswa dilakukan dengan merekam data banyaknya frekuensi aktivitas yang muncul dibagi dengan jumlah total keseluruhan frekuensi aktivitas dikalikan 100 % , sedangkan Analisis Ketuntasan Hasil Belajar diperoleh berdasarkan tes kognitif (produk ataupun proses) dan afektif (karakter dan keterampilan sosial), Hasil Belajar Kognitif (Produk dan Proses) baik Ketuntasan Individual dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Pembelajaran pada kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen menurut tingkat prestasi/kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberi kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan (Ibrahim, 2004) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif oleh Dewey dan Thelan dipandang sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk Sedangkan Ketuntasan IndikatorKetuntasan indikator diperoleh dengan menghitung ketuntasan tujuan pembelajaran. Sebuah Indikator dapat dikatakan tuntas jika proporsi jawaban benar siswa untuk butir soal yang berhubungan dengan Indikator tersebut ≥ 75 %. 3 INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 mengembangkan tingkah laku demokratis. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996: 279), disusun untuk sebuah usaha meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa dengan latar belakang budaya, suku, dan kemampuan yang beragam. Dengan bekerja secara kolaboratif, maka akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang siswa secara heterogen baik jenis kelamin, ras/suku, maupun kemampuan akademiknya. Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam timbelajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Dalam proses pembelajaran, penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dilaksanakan dalam beberapa tahap sebagai berikut. 1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Informasi 2. Pembentukan Kelompok Belajar 3. Membimbing Siswa dalam Belajar Kelompok 4. Evaluasi 5. Penghargaan Kelompok Dari tinjauan tentang pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan model ini terletak pada adanya pemberian penghargaan kepada kelompok. Teori belajar yang mendukung pembelajaran IPS ini adalah Cooperatif Learning, salah satu dari bentuk pembelajaran yang berdasar Kontruktivis. Pembelajaran koopratif merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemempuan heterogen (Isjoni, 2007: 11-12). Eggen dan Kauchak (1996: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru untuk menjadikan siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu” sehingga pembelajaran kooperatif ini juga dinamakan pengajaran teman sebaya. Menurut Thomson dan Smith (1995: 25) dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademikdan keterampilan antar pribadi. Anggota kelompok bertanggungjawab atas ketuntasan tugas kelompok dan untuk mempelajari materi yang menjadi tugasnya. Menurut Vigotsky (dalam Arend: 2008: 7) bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis yang menekankan pada; (1) hakikat sosiokultural dari pembelajaran, yakni bahwa fungsi mental yang lebih tinggi, (2) zona perkembangan terdekat (zone of proximal development), ide ini menekankan bahwa siswa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka, (3) pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship), menekankan pada proses dimana seseorang yang sedang belajar secara bertahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar, dan (4) scaffolding atau Mediated Learning, yaitu pemberian sejumlah bantuan pada anak selama tahaptahap awal pembelajaran. Prinsip Scaffolding atau Mediated Learning dalam tipe STAD ini dapat dilihat terutama pada tahap presentasi kelas, guru membimbing siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bantuan yang diberikan tidak secara penuh tapi bersifat scaffolding. Menurut Piaget (dalam Nur, 1998: 7), mengatakan bahwa perkembangan intelektual anak (perkembangan kognitif) sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannnya. Selanjutnya Piaget yakin bahwa anakanak dilahirkan dengan kecendrungan yang dibawa sejak lahir untuk berinteraksi dan sadar dengan lingkungan mereka. Pada bagian lain, Slavin (dalam Ratumanan, 2002), menegaskan bahwa teori perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungannnya. Anak secara aktif mengkonstruksi pengetahuannnya dengan terus menerus melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap informasi baru yang diterimanya. Konsep IPS menurut Sumaatmadja (2007: 9) menyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial dengan kajian tematis dan terintegrasi pada bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Ruang lingkup pengajaran IPS secara umum meliputi masalah kehidupan manusia dan masyarakat. Sumaatmadja (1986: 41) menyatakan bahwa ruang lingkup IPS adalah: (1) manusia dalam kontek sosial dengan segala aspek kehidupannya, (2) gejala dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran IPS masalah sosial yang terjadi akibat adanya interaksi aspekaspek kehidupan sosialnya, (3) penelaahan dan pengkajian sebab-sebab terjadinya gejala dan masalah sosial, (4) penyusunan alternatif pemecahan masalah sosial dengan faktor-faktor penyebarannya, dan (5) penyusunan alternatif pengembangan kehidupan ke taraf lebih tinggi dengan memperhatikan kualitas lingkungan yang menunjang kehidupan yang bersangkutan. STAD. Kedua analisis Siswa (Learner Analysis) Pada tahap ini diperoleh hasil bahwa siswa sasaran di kelas VIII A adalah siswa yang cukup heterogen. dan latar belakang sosial ekonomi keluarga mayoritas sebagai petani dan buruh pabrik sehingga berada pada tingkat menengah ke bawah. Ketiga analisis Konsep (Concept analysis) Hasil dari penelitian pada tahap ini materi kelangkaan sumber daya tergolong pada dimensi factual. Keempat analisis Tugas (Task analysis) Pada tahap ini peneliti memperoleh hasil bahwa tugasnya masih konvensional. Model yang digunakan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah modifikasi dari model Thiagarajan (1974: 5). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian/penetapan (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Namun dalam penelitian ini pengembangan perangkat yang dilakukan peneliti hanya sampai pada 3 (tiga) tahap saja, yaitu pendefinisian/penetapan (define), perancangan (design), pengembangan (develop). Berdasarkan pada beberapa aktifitas pendahuluan di peroleh desain awal untuk membuat perangkat yang sekiranya memiliki kualitas yang bagus dalam proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dalam proses pembelajaran. Dalam desain awal ini dibuat SSP (Subject Spesific Pedagogic) yang terdiri dari Silabus, RPP, Buku ajar siswa, LKS, dan buku evaluasi (LP). Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam proses pembuatan desain awal ini menggunakan rujukan pada BSNP. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut di atas, peneliti akan melakukan penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk mata pelajaran IPS kelas VIII dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih menekankan pada ketrampilan sosial dengan indikator sebagai berikut. Mengkomunikasikan apa yang dipikir dan dirasakan, kerjasama, toleransi, memerhatikan dan menolong orang dalam kesulitan, memiliki solidaritas, demokratis, dan memiliki ketrampilan untuk memimpin. Dengan perangkat pembelajaran yang praktis, efektif dan terlaksana dengan baik diharapkan aktivitas, respon siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran akan menjadi lebih baik, sehingga pada akhirnya pembelajaran dan tujuan pembelajaran IPS di sekolah seperti yang sudah ditetapkan pada kurikulum akan tercapai. Kualitas perangkat pembelajaran adalah tingkat kelayakan perangkat pembelajaran yang dapat dilihat dari hasil validasi perangkat oleh validator, hasil tingkat kesulitan dan keterbacaan buku ajar oleh siswa. Berikut ini akan diuraikan kualitas perangkat pembelajaran sebagai berikut. 1. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada hasil validasi tersebut juga dihasilkan data bahwa tidak ada revisi sama sekali pada perangkat rencana pelaksanaan (RPP) pembelajaran yang telah dikembangkan. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pengembangan perangkat pembelajaran IPS yang berorientasi keterampilan sosial dan tahap uji coba perangkat pembelajaran tersebut. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar, lembar kerja siswa (LKS), dan lembar penilaian (LP). Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh 1 dosen IPS ahli materi (Dr. Hari Sunaryo, M. Si.), 1 dosen IPS ahli pendidikan (Dr. Nurul Zuriah, M. Si.), dan 2 orang guru IPS SMP yang sekaligus mahasiswa PPs Unesa (A. Fatikhul Amin A, M.Pd dan Drs. Turmudzi, M.Pd ). Selanjutnya dilakukan uji coba terbatas (uji coba 1) dan hasilnya digunakan sebagai bahan perbaikan perangkat untuk keperluan uji coba 2. 2. Hasil validasi buku ajar siswa Pada komponen kelayakan penyajian memiliki kriteria sangat layak, namun terdapat beberapa revisi pada komponen ini, yaitu jenis huruf pada beberapa fitur buku ajar sulit dibaca, dan penulisan daftar pustaka kurang konsisten. 3. Hasil validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Hasil penilaian oleh empat orang validator pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berada dalam kriteria sangat layak. Dari semua komponen yang dinilai dapat diketahui bahwa pada hasil validasi komponen keterampilan sosial pada LKS mendapatkan nilai 4,00, di mana skor ini adalah skor sempurna. Selain itu pula diperoleh bahwa hasil validasi pada perangkat ini tidak ada revisi sama sekali. Adapun hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut. Hasil Aktifitas Pendahuluan meliputi pertama analisis awal akhir (Front end analysis) Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa belum tersedia perangkat pembelajaran untuk pokok bahasan kelangkaan sumber daya yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif tipe 4. 5 Hasil validasi Lembar Penilaian (LP) INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 Hasil penilaian oleh empat orang validator pada Lembar Penilaian (LP) semua kriteria berada dalam rentang sangat layak. Selain itu pula pada penilaian LP hanya ada revisi kecil yaitu pada penulisan pada bagian petunjuk pedoman penskoran kurang efisien karena dianggap terlalu panjang dan kurang mengena pada tujuan sasaran, sehingga di revisi menjadi kalimat yang lebih efisien dan komunikatif. kemudian dengan menggunakan rumus yang telah ada, maka nilai tersebut dikonversikan melalui beberapa kategori. tinggi dan sangat tinggi. 4. Respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi keterampilan social diperoleh yaitu menyatakan tertarik dan merupakan hal yang baru bagi siswa dalam menerima atau mengikuti pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi keterampilan sosial. Berikut akan dipaparkan hasil dari penerapan perangkat pada uji coba 1 (6 siswa) dan uji coba 2 (30 siswa) pada siswa kelas VIII SMP N 1 Kutorejo pada semester ganjil tahun ajaran 2012-2013, yang meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, ketuntasan hasil belajar dan respon siswa. 1. Keterlaksanaan RPP PENUTUP Dari hasil uji coba 1 dan uji coba 2 didapatkan bahwa nilai reliabilitas Instrumen keterlaksanaan RPP berada ≥ 75%, hal ini mengartikan intrumen berada pada kategori reliabel. Artinya, intrumen tersebut dapat dikatakan baik. 2. Ketuntasan Hasil Belajar a. Ketuntasan Individual Berdasarkan ketetapan dari SMPN 1 Kutorejo, siswa dinyatakan tuntas (ketuntasan individu) apabila hasil belajarnya mencapai nilai 75, sesuai dengan tuntutan dalam KTSP yang menyatakan ketuntasan individu tercapai jika telah mencapai nilai 75 sebagai batas penguasaan materi. Ketuntasan hasil belajar produk dan proses. b. Hasil pengamatan Keterampilan Sosial Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Aktivitas Siswa Aktivitas yang paling tinggi adalah pada aktivitas melakukan pelatihan keterampilan social yang meliputi: mengkomunikasikan apa yang dipikir dan dirasakan, kerja sama, toleransi, memerhatikan dan menolong orang yang dalam kesulitan, memiliki solidaritas, demokratis, memiliki keterampilan untuk memimpin. Adapun aktivitas yang paling rendah adalah pada aktivitas perilaku tidak relevan, hal ini menandakan bahwa instrumen yang dikembangkan termasuk kategori baik. 3. Hasil angket respon siswa afektif: Karakter dan Pengamatan afektif yang meliputi karakter dan keterampilan sosial, didapatkan nilai dari menyumbang ide/pendapat, menjadi pendengar yang baik dan mengahargai pendapat teman. Hal itu didapatkan melalui hasil pengamatan selama 4 kali pertemuan, yang Deskripsi kualitas perangkat pembelajaran IPS yang berorientasi keterampilan sosial: a. Hasil validasi perangkat yang meliputi RPP, buku ajar, LKS dan LP memiliki nilai rata-rata yang berada di kisaran 3,50-4,00 dengan kategori sangat layak dengan tidak ada revisi pada RPP, dan LKS dan sedikit revisi pada buku ajar dan petunjuk pedoman penskoran di LP. b. Hasil tingkat kesulitan dan keterbacaan buku ajar yang diwakili oleh 5 orang siswa menunjukkan bahwa nilai persentase tingkat kesulitan rendah dan tingkat keterbacaan buku ajar tinggi, artinya siswa dapat mudah memahami kandungan pesan/materi yang berada dalam buku ajar. 2. Deskripsi proses dan hasil belajar siswa setelah menggunakan perangkat IPS yang berorientasi keterampilan sosial: a. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran dari keempat RPP yang telah diimplementasikan terlaksana 100%. b. Aktivitas siswa selama empat kali pertemuan dapat dikategorikan baik, dengan persentase aktivitas yang paling tinggi/sering dilakukan siswa adalah berlatih keterampilan sosial dan persentase c. aktivitas yang rendah/tidak pernah dilakukan siswa adalah perilaku yang tidak relevan. Tingkat reliabilitas instrumen ini juga lebih dari 75%, yang menunjukkan instrument yang digunakan reliabel. d. Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yang berorientasi keterampilan sosial dapat meningkatkan pemahaman siswa dan mencapai tingkat ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dilihat dari hasil uji awal dan uji Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran IPS e. akhir yang mengalami peningkatan proporsi jawaban benar baik pada tes dalam LP produk maupun proses. Tingkat afektif karakter dan keterampilan sosial siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi keterampilan sosial dan kooperatif dapat lebih meningkat. Nur, Muhammad. 1998. Pendekatan-pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. PPs IKIP Surabaya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Respon siswa terhadap komponen perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan cukup baik dan mampu meningkatkan minat serta motivasi siswa dalam belajar materi kelangkaan sumber daya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. DAFTAR PUSTAKA Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach: Belajar Untuk Mengajar. New York: Mc. Graw Hill Companies. Ratumanan, T.G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sapriya. 2002. Studi Sosial: Konsep dan Model pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara. Setianingsih, Hesti. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pembelajaran IPS Pokok Bahasan Segi Empat Siswa Kelas VII SMP. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Djahiri, A. Kosasih dan Fatimah Ma’mun. 1979. Pengajaran Studi Sosial/IPS: Dasar-Dasar Pengertian Metodologi Model Beajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung. Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology. Boston: Allyn and Bacon. Gunawan, Rudy. 2001. Pendidikan IPS, Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Ibrahim, Fida Rachmadiarti, M. Nur dan Ismono. 2004. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa University Press. Isjoni. 2007. Cooperatif ALFABETA. Learning. Soemantri, M. Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya. Bandung: Syafrudin. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Persamaan Kuadrat di kelas X SMA. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya. Kristoforus Djawa Djong. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII SMPK St. Theresia. Mathedu no. 2 hlm. 141-149. Thiagarajan, S, Semmel dan Semmel, 1974. Intructional Development for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University. Lundgren, L. 1994. Cooperative Learning. New York: McGraw Hill. 7 INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 Thomson, M., dan Smith, R.G. 1995. Physical Science Teacher Wrapround Edition. New York: McGraw Hill. Wahab, Abdul Aziz, dkk. 2007. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahab, Abdul Aziz. 1998. Reorientasi dan Revitalisasi Pendidikan IPS di Sekolah, Bandung: PPS IKIP Bandung. Yusuf, Muhammad. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pelajaran Sains Kajian Bumi dan Alam Semesta kelas IV SD/MI. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya.