Penyakit Paru akibat kerja (occupational pneumoconiosis) Tri Martiana PENGERTIAN • Adalah reaksi pada paru akibat paparan debu, sehingga terjadi perubahan struktur (anatomis)paru. • Kelainan tersebut umumnya permanen • Bagian paru yang rusak adalah parenkim (alveolus dan sekitarnya) • Bentuk reaksi paru bervariasi, bergantung jenis debu pemaparnya Contoh Penyakit Paru akibat kerja (pnemokoniosis) : – Silikosis [SiO2] – Asbestosis [asbestos] – Coal worker pnumokoniosis (CWP) [batubara] – Byssinosis [kapas, henep, rosela] – Lain-lain, akibat paparan debu berilium, barium, besi, timah putih, dll. Penyakit paru kerja : – Kanker – CWP – Asbestosis – Byssinosis – Silikosis – Asma – Pnemonitis hipersensitif ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU • Mukosa saluran napas • Mukosa saluran napas • Masuknya oksigen dari alveoli ke kapiler • Inding alveolus Peranan saluran pernafasan ini penting pada lingkungan yang banyak mengandung pajanan uap, debu, gas, fume , mist yang dapat masuk melalui saluran pernafasan Reaksi yang timbul tergantung dari sifat polutan dan besar kecilnya diameter inhalant: - debu/aerosol Ǿ >15 µm keluar sal.nafas atas - Partikel 5-15 µm mukosilia nasopharynx, direject - Partikel 0,5-5 µm mukosiliar alveolimakrofag limphatik - Partikel < 0,5 µm mengambang di udara dan tidak diretensi - Serat Ǿ< 3 µm panjang hingga 100 µm dapat mencapai saluran terminalis tdk dapat dibersihkan oleh makrofag namun akan dibungkus oleh bbrp makrofag hingga membentuk nodule DEBU • Partikel padat (yang melayang-layang di udara) yang terbentuk dari proses alami maupun buatan • Proses alami : letusan gunung, badai, dll • Buatan : penggilingan, penghancuran, penggerindaan, penghalusan, dll. • Asal zat : anorganik (mineral), organik (tanaman, binatang) • Bentuk : bulat / lonjong, kristal, serat • Dipengaruhi gaya gravitasi • Ukuran : >0 – 100 mikron (mikrometer = 10-6 meter = µ) • Mempunyai kepadatan (densitas) tertentu • Dapat tercampur bahan lain atau mikroorganisme • Bila diinhalasi : deposit (menempel) pada mukosa saluran pernapasan atau terlarut • DEPOSIT DEBU : – Di mana debu akan terdeposit, dipengaruhi oleh • ukurannya (diameter aerodinamik) • Densitas debu • Kecepatan bernapas – Ukuran : • > 20 µ : sebagian besar di hidung • 5 µ : ± 50% di hidung • 1 – 7 µ (terutama 2 – 4 µ) : di alveoli • Mekanisme deposit debu – Sedimentasi : karena pengaruh gravitasi – Inertial impaction : karena perubahan struktur (belokan) saluran pernapasan – Intersepsi : biasanya pada debu berbentuk serat – Diffusi : biasanya pada debu dengan ukuran sangat kecil (< 0,5 µ), terdeposit di mana saja Pembersihan debu dari saluran napas : Saluran napas : 1. Rambut hidung 2. Batuk, bersin, muntah 3. Mucocilliary escalator : kerja sama antara gerakan silia dengan mukus (lendir) Alveolus : Fagositosis oleh makrofag, Imunoglobulin A SILIKOSIS • Agen : debu silika bebas(free-crystalline silica), (bedakan dengan silikat !) – – – – – SiO2 , kristal heksagonal (bentuk amorf tak berbahaya) Mineral plg banyak di bumi Berisiko jika kandungan SiO2 >1% Sumber : pasir kwarsa, batu granit, tanah gerabah, dll Pekerja berisiko : tambang, drilling, keramik, sand blaster, industri ampelas/gerinda, pencetakan logam • Penyakit yang sering menyertai : tbc, penyakit obstruktif paru, kanker Klinis : – Kasus tak banyak, sering misdiagnosis – Digolongkan : kronik (simple), berkembang (accelerated) dan akut • SILIKOSIS KRONIK : o Setelah terpapar > 20 tahun pada dosis rendah o Umumnya tanpa keluhan. o Keluhan (bila ada) : napas pendek dan batuk o Dapat berkembang menjadi bentuk progresif : progressive massive fibrosis (pmf) o Progresif : penurunan fungsi (restriksi), distorsi bronki. o Komplikasi : kegagalan kardio-respirasi o Radiologis : egg shell calcification (pengkapuran getah bening hilus) • SILIKOSIS BERKEMBANG o Akibat paparan pada dosis tinggi > 5 tahun o Secara cepat berkembang menjadi pmf o Keluhan napas pendek muncul lebih awal o Cepat mengalami hipoksia o Nodul mengalami konsolidasi membesar > 1 cm • SILIKOSIS AKUT : o Akibat paparan dengan dosis sangat tinggi dalam waktu beberapa minggu – tahun (1 – 3 tahun) o Pekerja berisiko : sandblaster, flint crusher, keramik o Keluhan & gejala : sesak, febris, batuk, berat badan turun o Gejala lain : sering diserta odema paru atau extrinsic allergic alveolitis • Komplikasi : Tuberkulosis dan infeksi aportunis Pnemotoraks Rematoid dan penyakit kolagen lain Penyakit ginjal Kanker paru SILIKOTUBERKULOSIS Silikosis disertai tbc Risiko tbc pararel dengan keparahan silikosis Nodul yang semula kecil cepat membesar, cavitation, jaringan fibrotik di daerah apikal Dx : sputum dan radiologis Timbul demam dan penurunan berat badan Gambaran Ro tampak lebih parah dp silikosis simple • Gambaran radiologik : Khas : mikrononoduler di bagian atas paru Kadang2 gambaran “eggshell” di daerah hilus Progresif : meluas • Fungsi paru ; kapasitas vital paru dan FEV1 menurun bersamasama restriktif COAL WORKER PNEUMOCONIOSIS (CWP) • Agen : debu batubara • Pada tahap awal : tanpa keluhan • Adanya napas pendek dan batuk produktif menandakan adanya komplikasi bronkitis • Dapat berkembang menjadi pmf, lebih sering dp silikosis • Klinis : simple (sederhana) dan complicated (progressive massive fibrosis = pmf) • Simple cwp : – diagnosis berdasar radiologis : nodul2 kecil di paru bagian atas – Pada pmf : nodul bergabung opacity > 1 cm dengan bentuk yang khas, bilateral, progresif, dapat mengalami kalsifikasi – Pada keadaan pmf baru terjadi penurunan fungsi paru – Hipertensi pulmonar terjadi pada keadaan lanjut • PMF Insidens tbc meningkat Risiko kanker lambung meningkat Nodule membesar : > 1 cm Sering disertai gangguan pada sendi (rematoid) • Coal worker pneumoconiosis • Progressive massive fibrosis (PMF) ASBESTOSIS • Agen : debu asbes • Asbes (asbestos) : senyawa silikat, mineral berbentuk serat, tahan panas tinggi dan bahan korosif • Bentuk asbes : – Amfibole : serat berbentuk lurus dan tajam menyerupai jarum : • Anthophyllite, crocidolite, amosite, tremolite – Serpentin : serat berbentuk garis belok-belok seperti ular • Crysotile (white asbestos) • Pekerja berisiko : tambang, penggalian dan transportasinya, industri pengguna : bahan bangunan, kanvas rem • Asap rokok dan asbestos bekerja sinergis (risiko kanker 90x pada perokok dan 9x pada bukan perokok) • Masuk lewat inhalasi, dapat tertelan dan masuk usus • Penyakit lain : pleura • Juga menyebabkan kanker : pleura, bronkus maupun lambung Klinis : fibrosis paru, lobus bawah, subpleura Faktor risiko : lama dan konsentrasi debu, umur muda ketika paparan pertama, asbes jenis amfibol Keluhan : napas pendek yang progresif, batuk kering Auskultasi : suara krepitasi Jari tabuh Fungsi paru : restriktif Penyakit dapat muncul setelah paparan sudah lama dihentikan Penyakit pleura : Macam penyakit : o Pleural plaque o Pleural effusion o Pleural fibrosis o Kanker : mesotelioma Lesi : daerah midzone lateral & posterior dan di atas diafragma Kanker : 20 – 40 tahun setelah paparan • NILAI AMBANG BATAS – ACGIH • • • • • 1 serat per cc udara untuk asbes putih (chrysotile) 0,5 fiber per cc (amosite, human carcinogen) 2 fiber per cc (chrysotile, human carcinogen) 0,2 fiber per cc (crocidolite, human carcinogen) 2 fiber per cc (other form, human carcinogen) – OSHA 2 serat/cc selama 8 jam sehari dan menjadi 1 serat/cc selama 8 jam/hari – Untuk crocidolite NABnya 0,2 serat/cc. Serat asbes : Kanker pleura Silikosis : PENANGGULANGAN : Sebagian besar penyakit akibat kerja sukar disembuhkan, tetapi potensial dicegah Prinsip penanggulanagan : meniadakan paparan atau menghindarkan orang berisiko tinggi terhadap paparan : 1. Teknik (enginering) 2. Administratif 3. Alat Pelindung Diri (APD) Teknik : 1. Substitusi : asbes diganti fiber glas 2. Ventilasi lokal (local exhauster) Administrasi : 1. Ketatrumah-tanggaan (housekeeping) yang baik : 5 S 2. Menempatkan pekerja pada job yang sesuai dengan dengan keadaan fisik / mental nya 3. Higiene individu 4. Pemeriksaan kesehatan berkala / khusus APD : Masker atau respirator yang sesuai