1 ADA PENYULUHAN DI BALIK ANGKLUNG Oleh : Endang Dwi Hastuti* Musik angklung merupakan kesenian tradisional asli dari Jawa Barat yang sudah dikenal di seluruh dunia sebagai warisan budaya Indonesia, terbuat dari bambu yang merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Permainan musik angklung ini dapat digunakan sebagai salah satu metoda penyuluhan karena beberapa alasan. Terinspirasi oleh Pentas Musik Angklung Karyawan-Karyawati Pusbinluh pada Hari Bakti Rimbawan Tahun 2009, saya mencoba menggunakan angklung sebagai salah satu alat untuk menyampaikan materi penyuluhan. Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi saya dalam memberikan penyuluhan menggunakan metode permainan musik angklung dalam kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pendamping KUP, SPKP dan PKSM pada tahun 2010 di Cisarua Bogor. Mengapa Angklung?? Permainan musik angklung merupakan salah satu pilihan metoda dalam penyampaian materi kepada peserta pelatihan saat itu, tentu ada beberapa alasan. Pertama, karena saya sangat menyukai permainan musik angklung karena bermain angklung itu asyik, ceria, menumbuhkan rasa kebersamaan dan tidak membosankan. Kedua, mengapa saya memilih angklung karena saya bukan orang yang punya rasa humor yang tinggi. Seorang penyuluh perlu cerdas memilih metode yang sesuai dengan karakteristik sasaran. Ketika kita dihadapkan pada sasaran yang sangat beragam dalam usia, asal usul dan kultur mereka, maka perhatian perlu ditujukan agar sasaran tertarik dengan materi yang akan kita sampaikan, bagaimana agar tidak mengantuk, tidak keluar masuk ruangan dsb. Memperhatikan peserta pelatihan waktu itu yang sangat beragam, dimana mereka berasal dari desa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia yang memiliki latar belakang dan kultur yang berbeda. Usianya juga beragam kebanyakan diatas 40 tahun bahkan ada pula yang berusia ±60 tahun. Juga waktu yang dijadwalkan oleh panitiapun siang hari, jamnya orang mengantuk sehingga saya pikir kalau 2 menyampaikan materi penyuluhan dengan ceramah tanpa diselingi dengan humor-humor ringan peserta pasti akan bosan dan mengantuk, sehingga kita perlu strategi lain. Kedua, main angklung itu asyiik lho! Orang yang belum pernah memegang angklung, bahkan belum pernah melihatpun dalam waktu 30 menit InsyaAllah bisa memainkan angklung. Hal ini sangat sesuai diterapkan pada peserta pelatihan tersebut yang berusia diatas 40 tahun yang pada umumnya dalam menerima materi melalui ceramah sudah kurang efektif. Ketiga, permainan musik angklung dapat membangkitkan rasa kebersamaan dan motivasi belajar. Selain mudah dipelajari, permainan musik angklung juga menarik dan mampu membangkitkan rasa kebersamaan dan semangat belajar sehingga dapat memotivasi peserta untuk aktif ingin tahu, dapat mengidentifikasi masalah, , menganalisis, menarik kesimpulan, serta mengambil keputusan tanpa merasa digurui. Permainan musik angklung juga dapat digunakan sebagai media bagi peserta untuk membuat kesepakatan dan menjunjung komitmen yang kuat untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga angklung dapat efektif digunakan untuk memperkuat kelembagaan kelompok sasaran. Keempat, bermain musik angklung mengajak peserta untuk kreatif. Dalam permainan musik angklung peserta diajak untuk mampu mengembangkan kreativitasnya. Penyuluh mengawali kegiatannya dengan mengajak peserta bermain musik angklung. Penyuluh menjadi “conductor”. Dengan teknik tertentu Penyuluh memimpin permainan musik angklung mengajak peserta memainkan beberapa lagu yang mudah, ceria dan telah dikenal oleh peserta, sehingga peserta akan merasa terhibur dan suasana kaku akan mencair.Tanpa disadari dalam hal ini Penyuluh telah melakukan “ice breaking”, yang sangat diperlukan untuk mencairkan suasana peserta yang semula masih kaku, malu-malu, menjadi suasana yang akrab dan kondusif. Kalau suasana kaku sudah cair, Penyuluh dengan mudah menyampaikan pesan-pesan/materi pembelajaran dan peserta tidak merasa digurui. Pesan-pesan akan diterima peserta dengan efektif dan selanjutnya merangsang peserta untuk berkreasi, misalnya ingin tahu lebih dalam tentang materi yang disampaikan terkait dengan implementasinya di lapangan, peserta tidak 3 sungkan untuk bertanya, berbagi pengalaman dengan peserta lainnya, bahkan menyampaikan saran perbaikan . Kelima, musik angklung merupakan Media Komunikasi yang Efektif. Permainan musik angklung menciptakan hubungan yang akrab antara peserta dengan Penyuluh dan rasa kebersamaan sesama peserta juga dengan Penyuluh. . Keakraban hubungan dan kebersamaan antara Penyuluh dengan peserta ini menjadi sangat penting karena akan menciptakan suatu keterbukaan dalam berkomunikasi dan mengemukakan masalah serta menyampaikan pendapat. Pesan-pesan , saran dan masukan peserta yang disampaikan kepada Penyuluh maupun kepada peserta lainnya dapat diterima dengan senang hati layaknya saran dan masukan dari seorang sahabat . Setelah permainan musik angklung Penyuluh dapat berdiskusi dengan peserta , menggali potensi dan permasalahan yang dihadapi peserta dalam melaksanakan kegiatannya. Kepada peserta, Penyuluh dapat menunjukkan contoh-contoh nyata tentang masalah dan potensi serta peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri, sehingga mudah dipahami. Sebaliknya, peserta dapat “curhat” kepada Penyuluh mengemukakan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa hambatan komunikasi . Disinilah terjadi komunikasi efektif antara peserta dan Penyuluh juga dengan peserta lainnya menuju kesepahaman dalam peningkatan kinerjanya. Bagaimana Caranya? Melalui permainan musik angklung Penyuluh menyampaikan pesan/materi penyuluhan dengan mengajak peserta mengidentifikasi pengalaman yang dialami dan dirasakannya ketika bermain musik angklung. Materi pembelajaran disisipkan oleh Penyuluh melalui permainan musik angklung dengan harapan peserta dapat belajar dengan gembira dan tidak merasa digurui. Yang tak kalah pentingnya adalah peserta menjadi tertarik dengan materi yang disampaikan oleh Penyuluh. 4 Sebagai contoh, ketika itu saya menyampaikan materi tentang penguatan kelembagaan kelompok tani hutan. Saya menyisipkan sebagaian materi ini melalui permainan musik angklung dan sebagian lagi materi dijadikan sebagai bahan diskusi. Dalam rangka penguatan kelembagaan kelompok tani hutan , materi yang waktu itu saya sisipkan dalam permainan musik angklung adalah : Pertama sikap moral yang perlu dimiliki oleh anggota dan pengurus kelompok tani hutan, Kedua, perlunya seorang pemimpin yang baik dalam kelompok tani hutan, Ketiga, perlunya aturan-aturan yang disepakati dan harus dipatuhi oleh setiap anggota dan pengurus kelompok. Semua materi ini disisipkan dalam nada-nada musik angklung menggantikan do, re, mi, fa, sol, la, si, do dan hasilnya sangat di luar dugaan. A. Bagaimana Mengajak Peserta untuk Memiliki Sikap Moral Yang Baik? Setiap anggota dan pengurus kelompok tani diharapkan perlu memiliki sikap moral yang baik, yaitu : Jujur, memiliki komitmen, disiplin, mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki integritas, dapat bersinergi, inovatif yang semuanya itu dapat menghasilkan kinerja yang luar biasa (exelence). Pesan-pesan sikap moral tersebut disisipkan dalam setiap angklung yang dimainkan peserta menggantikan nada-nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do’, dan ditulis pada angklung. Penyuluh memimpin peserta belajar memainkan alat musik angklung dengan membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi peserta sehingga semua peserta dapat memainkan angklung. Selanjutnya Penyuluh mengajak peserta memainkan lagu-lagu dari berbagai daerah yang riang dan sudah dikenal oleh peserta Dengan demikian sambil bermain musik angklung diharapkan setiap peserta dengan perasaan senang akan mampu mengidentifikasi , memahami dan menerapkan dalam dirinya masing-masing sikap moral yang baik yang perlu dimilikinya untuk mendukung peningkatan kinerja kelompoknya dengan kesadarannya sendiri, tanpa dipaksa dan tanpa merasa digurui. 5 B. Bagaimana Mengajarkan Peserta tentang Pentingnya Seorang Pemimpin Dalam Kelompok ? Dalam permainan musik angklung adanya pemimpin ditunjukkan oleh seorang “Conductor”. Dalam penyampaian materi ini tugas sebagai “conductor” dilaksanakan oleh Penyuluh. Conduktor memegang komando atau mengarahkan seluruh peserta untuk memainkan alat musik angklungnya masing-masing sesuai aturan main yang diberikannya sehingga terwujud harmonisasi dalam bentuk lagu. Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah : Pertama , bahwa di setiap organisasi/kelompok diperlukan seorang pemimpin yang baik untuk memimpin anggota dan pengurus dalam mewujudkan tujuan kelompoknya. Kedua, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengorganisir dan mengendalikan anggotanya dengan baik. Ketiga, seorang pemimpin harus mampu memprakarsai dan menerapkan secara konsisten aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok. Dalam permainan musik angklung ketiga hal tersebut dilakukan melaui aba-aba penyuluh dengan gerakan-gerakan tangannya yang harus diikuti oleh seluruh peserta. C. Bagaimana Menyadarkan Peserta tentang Pentingnya Aturan-Aturan Dalam Organisasi Dalam setiap kelompok pasti ada aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk mengendalikan pencapaian tujuan suatu kelompok. Dalam pemainan musik angklung, Penyuluh membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh peserta, misalnya apabila tangan Penyuluhg mengepal maka peserta yang membawa angklung yang bertuliskan “jujur” harus membunyikan angklungnya. Apabila jari-jari tangan Penyuluh terbuka kedepan maka peserta yang membawa angklung yang bertuliskan “komitmen” harus membunyikan angklungnya, dan seterusnya ada aturan-aturan dimana angklung yang bertuliskan “jujur”, “komitmen“, “disiplin”, “komunikasi”, “integritas”, “sinergi”, “inovatif”, dan “exelence” semuanya punya giliran untuk dimainkan sehingga tercapai tujuan yaitu harmoni untuk menghasilkan sebuah lagu. Sebuah lagu adalah cerminan dari tujuan suatu keloompok yang dalam permainan musik angklung dapat terwujud karena adanya kesepahaman, kebersamaan dan tanggung jawab setiap peserta untuk mematuhi aturan yang 6 diberikan oleh pemimpin (Conductor), juga adanya seorang pemimpin yang mampu menggerakkan peserta dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman Penyuluh dalam memilih metode penyuluhan dengan menggunakan kesenian lainnya, karena kita kaya dengan kesenian dan menggunakan kesenian sebagai metode penyuluhan ternyata menarik dan efektif. Selamat berkreasi!! *Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan Kehutanan