1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Musik disusun oleh nada, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang memiliki kesatuan serta kesinambungan. Musik atau yang disebut karya seni ini tidak akan luput dari dukungan sejarah, budaya, lokasi dan selera baik individu ataupun kelompok. Karena musik atau karya seni diciptakan untuk dinikmati oleh individu atau kelompok. Di Indonesia sudah banyak sekali musik dari berbagai aliran baik dari dalam maupun luar negeri. Hingga saat ini sudah sangat berkembang seperti pop, jazz, blues, rock, reagea dan R&B serta musik-musik daerah, yang sangat berpengaruh terhadapa budaya Indonesia. Musik daerah memiliki alat musik yang khas, contoh : sasando alat musik tradisional NTB, gamelan jawa alat musik tradisional jawa dan beraneka ragam lainya yang ada di Indonesia. Salah satu alat musik tradisional Indonesia yang sudah di akui UNESCO yaitu angklung. Musik angklung digunakan untuk acara-acara adat ataupun acara yang dipertunjukan untuk umum (komersil). Untuk melestarikan angklung tidak hanya memainkan saja, melainkan ada tiga tahap untuk dapat melestarikan angklung, yaitu: pembuatan angklung, pemain angklung dan pengusaha angklung. Pembuatan angklung tidak diproduksi masal dengan mesin pabrik seperti alat-alat musik modern, melainkan manual oleh para pakar pembuat angklung. Pak Rahmat alias Ahmad Rosidi sudah 38 tahun membuat angklung di saung mang udjo, menurutnya masih sangat sedikit yang tertarik untuk membuat angklung. Bunyi telah dikenal sejak pertama kali manusia ada di muka bumi ini. Sebelum ilmu fisika berkembang lebih jauh, manusia hanya mengetahui bahwa bunyi berasal dari benda yang bergetar atau hasil tumbukan dari dua benda. Bunyi (berasal dari benda bergetar) dirambatkan melalui udara sebagai gelombang longitudinal berupa variasi tekanan udara (Irwanto,2005). Bentuk gelombang yang teratur (nada) umumnya dapat menimbulkan rasa yang menyenangkan, dan 1 menenangkan yang sekarang ini berkembang menjadi industri musik, baik musik tradisional maupun modern (Kristianto, 2008). Angklung dibuat secara manual dan ditera oleh pembuatnya, dengan perasaan mereka sendiri berdasarkan pengalaman. Akibatnya fluktuasi frekuensi di masingmasing instrument angklung tidak selaras dengan nada aslinya. Suara akustik adalah suara musik akustik yang dipukul atau digetarkan sehingga spektrumnya lebih rumit dibandingkan peralatan musik barat atau peralatan musik yang dibuat secara masal dengan peneraan suara dengan peralatan yang baik. Musik modern memiliki 7 nada per oktaf 1 2 3 4 5 6 7 [ C D E F G A B C ] (Ningtyas, 2013). Di dalam perkembangan seni musik modern, diambil tinggi nada A sebagai acuan untuk tinggi nada (standard tone) yaitu sebesar 440 Hz yang telah disepakati dalam konferensi internasional di London, tahun 1939 (Ningtyas, 2013). Penelitian tentang angklung sudah dilakukan oleh Idham Pribadi Muchammad, 2010. Penelitian dilakukan pada angklung diatonik, diperoleh dari hasil penelitian tersebut konstanta khusus untuk tabung angklung agar menghasilkan frekuensi angklung yang sesuai dengan frekuensi standar. Dari data tersebut dilakukan analisis terhadap karakteristik angklung dan frekuensi dasarnya untuk mengetahui karakter suara dari angklung. Alat musik angklung sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, angklung diatonik lebih banyak digunakan untuk pertunjukan yang ada di Indonesia ataupun luar negeri dan Yogyakarta khusunya. Perkembangan teknologi dalam dunia komputer menciptakan programprogram komputer atau perangkat lunak untuk memudahkan pengukuran besaranbesaran fisis dengan lebih teliti dan akurat. Perkembangan teknologi memudahkan siapa saja untuk mengkaji secara ilmiah tentang karakteristik bunyi angklung. Dengan demikian dalam penelitian akan memanfaatkan perangkat lunak Visual Analyser dengan analisis Fast Fourier Transform (FFT) untuk mengukur frekuensi resonansi dari salah satu jenis angklung, yaitu angklung diatonik. Dari hasil penelitian yang diberi judul “Pengukuran Frekuensi bunyi angklung diatonik dengan perangkat lunak Visual Analyser 2012” diharapkan dapat dikembangkan untuk upaya penyeragaman pembuatan angklung dengan standarisasi yang sama. 2 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dipelajari antara lain: 1. Berapakah nilai rata-rata frekuensi resonansi dan nilai ketidakpastian setiap angklung pada kedua angklung diatonik ini? 2. Apakah yang menjadi faktor penyebab perbedaan frekuensi resonansi pada setiap tabung angklung diatonik? 3. Bagaimana karakter spektrum bunyi angklung diatonik? 4. Berapakah ketelitian perangkat lunak Visual Analyser untuk mengukur frekuensi resonansi angklung diatonik (∆f0)? 5. Apakah yang menjadi faktor ketidakseragaman frekuensi resonansi setiap angklung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pengkajian akustik angklung diatonik dengan menggunakan perangkat lunak Visual Analyser. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengukur nilai rata-rata frekuensi resonansi dan nilai ketidakpastian setiap angklung pada kedua angklung diatonik. 2. Mengetahui faktor penyebab perbedaan frekuensi resonansi setiap tabung angklung diatonik. 3. Memberikan kemudahan untuk pembuat angklung dalam menyelaraskan nada dengan perangkat lunak Visual Analyser 2012. 4. Mengetahui karakter spektrum bunyi angklung diatonik. 5. Mengetahui ketelitian perangkat lunak Visual Analyser untuk mengukur frekuensi resonansi Angklung diatonik (∆f0). 6. Membuktikan ketidakseragaman frekuensi resonansi anklung. 3 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian dengan menggunakan software Visual Analyser 2012 ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan tentang angklung diatonik, mengenai karakteristik bunyinya kepada masyarakat. Penelitian ini juga bermanfaat untuk tinjauan penelitian selanjutnya yang diharapkan akan menjadi acuan standar baku sehingga penalaan atau pelarasan angklung diatonik mempunyai standar nilai frekuensi yang jelas dan seragam. Dengan metode yang dijelaskan dapat memberikan kemudahan untuk mengukur semua jenis alat musik khususnya alat musik tradisional. Selain itu, hasil penelitian ini akan memudahkan masyarakat mempelajari angklung, sehingga kelestarian seni musik tradisional tidak tergerus oleh perkembangan musik modern. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian tugas akhir ini antara lain: 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Visual Analyser 2012. 2. Obyek yang diteliti adalah angklung diatonik yang dibuat secara tradisonal oleh para pengerajin angklung khususnya yang berada di wilayah DIY. 3. Sampel objek yang diteliti yaitu angklung dari himpunan mahasiswa FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Universitas Gadjah Mada dan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Yogyakarta. 4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik menggoyangkan angklung yang relatif tetap di setiap nada angklung. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini berdasarkan metode yang digunakan penulis untuk menyusun tugas akhir, yaitu: 1. Studi Literatur Studi Literatur dilakukan dengan mempelajari kembali pengetahuan yang diperoleh selama kuliah, pengetahuan pustaka, dan mengkaji buku, jurnal karya ilmiah dan artikel-artikel baik dari sumber asli maupun situs-situs 4 internet yang valid yang dapat menjadi acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. 2. Konsultasi, Diskusi dan Wawancara Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing tugas akhir dan wawancara dengan beberapa orang yang berkompeten dan memiliki pengetahuan tentang angklung untuk mendapat informasi, masukan dan saran yang bermanfaat untuk jalannya penelitian. 5