Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2007 - Nanggroe Aceh Darussalam BOX 6 : Potensi Tekanan Inflasi di Aceh NAD pada bulan April dan Mei terus mengalami deflasi. Menurut kelompok barang dan jasa, deflasi di NAD terutama terjadi pada kelompok bahan makanan. Karena bobotnya yang dominan, maka menyebabkan total IHK turun. Turunnya harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan pasokan barang yang kembali normal pasca bencana banjir Tamiang pada triwulan I-2007 lalu yang memutus jalur transportasi Medan-Aceh. Meskipun demikian, terdapat kenaikan harga pada komoditi minyak goreng pada akhir triwulan II-2007, yang dikhawatirkan kenaikannya dapat mempengaruhi kenaikan barang terkait lainnya sehingga secara total dapat memberikan tekanan inflasi yang cukup signifikan. Bobot konsumsi minyak goreng sebesar 1,3% relatif cukup signifikan dibandingkan bobot nilai konsumsi beras yang sebesar 5,8% terhadap total konsumsi. Oleh karena itu, bila inflasi minyak goreng ini dapat mempengaruhi kenaikan harga barang kebutuhan lainnya dikhawatirkan dapat menyebabkan besaran inflasi secara umum. Penurunan Produksi Ikan Segar Bila dilihat secara sub-kelompok, diperkirakan harga sub-kelompok ikan segar diperkirakan mendapat tekanan dari sisi supply dimana produksi ikan segar diperkirakan menurun akibat nelayan tidak melaut karena kondisi cuaca yang buruk pada bulan Juni 2007. Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Banda Aceh, cuaca buruk (angin puting beliung) di perairan Aceh diperkirakan masih terus mengancam hingga 24 Juni 2007. Angin kencang akibat bertemunya angin musin dan angin barat daya ini menyebabkan gelombang laut naik setinggi tiga hingga lima meter. Nelayan dibeberapa kabupaten seperti pesisir Meulaboh, Sabang, Lhokseumawe, Aceh Selatan dan Banda Aceh memilih untuk tidak melaut, mengingat cuaca yang buruk tersebut yang telah menenggalamkan kapal barang di perairan Aceh Utara pada 18 Juni 2007 lalu. Produksi ikan segar yang menurun ini menyebabkan kenaikan harga ikan segar, seperti misalnya harga ikan tongkol yang biasanya berkisar rata-rata Rp170.000,- per keranjang (30 kg) atau Rp5.667,- per kg naik mencapai Rp15.000,- per kg. (Serambi Indonesia, 20 Juni 2007). Permasalahan Khusus : Kenaikan Harga Minyak Goreng di Aceh Harga minyak goreng di Banda Aceh pada Bulan Juni 2007 ini sudah menembus kisaran harga Rp9.000,- sampai dengan Rp10.000,-. Hal yang sama juga terjadi secara nasional. Namun yang menjadi perbedaan utama di Aceh adalah pemerintah tidak dapat langsung melakukan operasi pasar seperti layaknya daerah lain untuk menstabilkan harga. Hal ini disebabkan belum adanya distributor minyak goreng, karena tidak adanya pabrik minyak goreng seperti halnya diprovinsi lain. Tidak adanya pabrik minyak goreng di Aceh, karena Aceh menjual CPO (Crude Palm Oil) ke luar. Hal tersebut menyebabkan Aceh sangat tergantung pada pasokan dari Medan, yang saat ini juga mengalami kelangkaan persediaan. Pemerintah Daerah NAD menanggapi masalah tersebut dengan mengirimkan surat kepada pemerintah pusat untuk segera memfasilitasi asosiasi produsen minyak goreng agar dapat menunjuk distributor atau pengusaha yang berdomisili di NAD sebagai distributor resmi melalui Surat No.237.PDN.5/2007. Sampai dengan tanggal 21 Juni 2007, distributor dan jadwal pelaksanaan Operasi Pasar belum ditetapkan. Kuota yang ditetapkan sebanyak 1.300 ton pada bulan Juni akan mundur pada bulan Juli. INBOX Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2007 - Nanggroe Aceh Darussalam Ketidakpastian penunjukan resmi distributor minyak goreng karena masih menunggu hasil negosiasi antara pihak pabrik minyak goreng dengan pengusaha yang mendapat rekomendasi dari Pemda NAD. Operasi Pasar akan dilaksanakan dengan menjual harga minyak goreng sebesar Rp6.800 per kg dengan keuntungan untuk pengusaha sebesar Rp400,- per kg. Pihak produsen minyak goreng yang akan menyalurkan untuk Prov. NAD pada bulan Juni ini adalah PT. Multimas Nabati Asahan, salah satu anggota AIMMI (Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia) di Sumatera Utara. Sedangkan untuk bulan-bulan selanjutnya akan disalurkan oleh distributor resmi yang ditunjuk oleh PT MNA tersebut. Kenaikan harga minyak goreng sendiri diperkirakan mempengaruhi kenaikan harga produk industri terkait lainnya seperti minyak goreng kemasan, margarin, mi instan, kecap, susu dan berbagai minuman kemasan. (Serambi Indonesia, 21 Juni 2007). Sumber : Kliping (Serambi Indonesia) KBI Banda Aceh. INBOX