Daily Fresh Juice

advertisement
Fresh JUICE ! refresh your soul
SAPAAN REDAKSI
Fresh JUICE !
Fresh Juice adalah buku renungan
harian berdasarkan penanggalan
liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com).
Terbit sebulan sekali di awal bulan.
Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223)
Kritik dan saran : [email protected]
Fresh JUICE ! Team
Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr
Penasihat : Herry Respatia
Pemimpin Umum : Yovie Setiawan
Pemimpin Redaksi : Nathasa
Editor : Nathasa, Herry Respatia,
Yovie
Penulis :Nathasa, Lulu, Adhi,
Martina, Agatha, Fransiska, Hanz,
Franky, Yovie, Diakon Vincent
MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Jopeph, MGL, Bro Wenz MGL, Sr.
Benedicta, Fr. Mattheus, Fr David
Langganan & Marketing Iklan :
Nathasa (0361- 85 11223)
Distribusi : Anggota DOJ Bali
Seluruh hasil Fresh Juice akan
disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul
Sumbangan dapat disalurkan ke :
Bank BCA
A/C No. 611 033 7785
An. Flora Ida W
Harap sms / telpon
0361 - 8511223 untuk konfirmasi.
Fresh JUICE !
managed by :
Vol. 20/2011
www.DOJCC.com
Hai…hai…hai…
Apa kabar sahabat-sahabat Fresh Juice
semua…
Senang rasanya kita bertemu lagi di bulan
Juli ini…
Bulan Juni dan Juli ini komunitas kita mengadakan Seminar dan Retret Hidup Dalam
Roh Kudus. Seminar atau Retret ini benarbenar suatu retret awal yang patut dan
layak diikuti oleh semua saja yang mau
mengenal Tuhan lebih dalam dan melayani Dia.
Dan bagi kita semua yang telah mengikuti Seminar atau Retret ini, membuat kita
mengingat kembali “Cinta Mula-mula”
yang kita rasakan. Cinta yang membuat
kita benar-benar merasa dikasihi dan
dibaharui.
Saya pribadi, tidak bisa membayangkan, apa yang akan saya hadapi dalam
hidup, bila saya tidak pernah mengenal
Cinta Tuhan. Bila saya tidak bergabung
dalam komunitas yang selalu mengingatkan saya akan Cinta Tuhan.
Semoga kita semua merasakan Cinta
Tuhan yang tak pernah berkesudahan
dalam hidup kita. Dan Fresh Juice bisa
selalu menyegarkan hati kita setiap hari…
Tuhan Yesus memberkati
Nathasa
Fresh JUICE ! 1
1 Juli 2011 : Biarkan IA ‘menambal gigimu”
HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS
Ul 7:6-11, Mzm 103:1-2,3-4,6-7,8,10, 1Yoh 4:7-16, Mat 11:25-30
Mat 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu.
Apa yang akan anda lakukan kalau sakit gigi? Mungkin anda akan melakukan salah
satu dari 3 hal ini.
Pertama, anda menangis seharian dan menyalahkan orang lain.
Kedua, anda minum obat penghilang sakit, namun kambuh lagi setelah beberapa saat.
Ketiga, anda datang ke dokter gigi dengan perasaan terpaksa.
Saya memilih yang ketiga. Dan ternyata itu menyakitkan. Setidaknya itu yang saya rasakan waktu saya masih kecil dulu. Saya masih ingat papa mengajak saya ke salah
satu dokter gigi di Denpasar. Setelah di cek gigi saya yang harus di cabut kurang lebih
6 gigi! Karena gigi tersebut goyang jadi harus segera di cabut. Anda bisa bayangkan
anak kecil berumur sekitar 9 tahun datang ke dokter gigi dan mendengar bahwa giginya harus dicabut. 6 gigi lagi! Akhirnya dengan menahan sakit, gigi saya pun dicabut.
Ya, dicabut semuanya saat itu juga! Cukup lama saya ‘luka batin’ dengan dokter gigi
tersebut dan sejak saat itu saya selalu takut ke dokter gigi. Takut 6 gigi saya yang lain di
cabut. Atau mungkin bisa lebih dari 6 gigi!! Jauh beberapa puluh tahun kemudian, saya
baru mengerti kalau gigi saya nggak dicabut, gigi di bawahnya akan mendorong gigi
di atasnya sehingga tumbuhnya bakal nggak beraturan.
Ternyata ketakutan perihal cabut-mencabut gigi ini menular ke anak kami. Yonathan (anak pertama kami) saat giginya goyang untuk pertama kali dan perlu dicabut.
Waduh...susahnya minta ampun. Semua alat di dokter gigi ditanyakan satu persatu.
Sudah mau dicabut, masih juga di interupsi dengan pertanyaan. “Yang ini untuk apa,
yang itu untuk apa, sakit nggak kalau pakai itu?” Rasanya ada 1001 pertanyaan yang
harus dijawab. Puji Tuhan setelah perjuangan 30 menit, akhirnya giginya dicabut. Cukup 1 gigi saja. Bulan depannya, gigi yang kedua Yonathan harus dicabut lagi. Yang ini
lebih gampang, tapi masih dengan 501 pertanyaan yang harus dijawab dulu.
Melihat susahnya membawa Yoyo ke dokter gigi dan menambalnya, saya jadi merenung sendiri. Ternyata seringkali kita pun berlaku demikian. Saat kita menghadapi masalah, seringkali kita mengandalkan kekuatan sendiri. Ataupun kalau kita membawanya
pada Yesus, kita sepertinya mempunyai 1001 pertanyaan.“Mengapa ini terjadi pada
diriku Tuhan?”. ”Aku sudah melayani Engkau, namun mengapa Engkau memberikan
cobaan ini?”. “Apa salahku Tuhan, sehingga Engkau memberikan cobaan seberat ini?”
Yesus hari ini mengundang kita semua.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu.”
Mungkin engkau tak mengerti.
Namun percayalah akan rencanaNYA yang terbaik diberikan bagi kita.
Mungkin engkau letih dan seakan ingin lepas dari semuanya itu, serahkan semuanya
pada Yesus dan biarkan tanganNYA menopangmu untuk melalui semuanya itu.
Akhirnya... jangan banyak bertanya, percayalah dan biarkan ia ‘menambal gigimu’.
Karena IA tahu yang terbaik untukmu.
yovie
2
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
2 Juli 2011 : Kedua-duanya terpelihara
Hati Tersuci Santa Perawan Maria
Kej 27:1-5,15-29,
Mzm 135:1-2,3-4,5-6,
Mat 9:14-17
Mat 9:17b
“Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan
demikian terpeliharalah kedua-duanya.”
Firman Tuhan setiap hari selalu baru walaupun telah dibaca berulang-ulang kali. Selalu
ada saja yang Tuhan mau sampaikan kepada orang yang membaca dan merenungkannya. Demikian pulang bacaan hari ini tentang anggur yang baru disimpan dalam
kantong yang baru pula. Anggur di sini dilambangkan sebagai Sabda Tuhan yang kita
terima dan kantong yang baru adalah hati kita. Maka dari itu, hendaklah hati kita selalu baru dalam menerima Sabda Tuhan. Walaupun Sabda Tuhan dalam Kitab Suci tak
pernah berubah, tetapi selalu ada pesan baru yang Tuhan mau sampaikan.
Setelah itu dikatakan bahwa “terpeliharalah kedua-duanya”. Sabda Tuhan yang kita
dengar terpelihara di dalam hati kita. Hati kita pun semakin dibersihkan oleh “Firman
Tuhan” yang masuk ke dalam hati kita. Seperti yang dulu sering kita nyanyikan setelah
mendengarkan Injil dalam misa, “Berbahagaialah orang yang mendengarkan sabda
Tuhan dan tekun melaksanakannya. Tanamkanlah SabdaMu ya Tuhan, dalam hati
kami.”
Perumpamaan ini bisa disamakan dengan perumpamaan jaman sekarang. Contoh
simpelnya adalah ketika kita mau minum kopi, gelas atau cangkir harus bersih dulu
dari ampas kopi yang lama sebelum menyeduhkan air dan kopi yang baru. Kalau tidak
dibersihkan, semuanya akan terbuang percuma.
Sama pula dengan renungan-renungan “freshjuice” yang sudah dibuat susah payah
oleh para penulis yang rela meluangkan waktunya untuk merenungkan dan menulis hasil meditasi Firman Tuhan. Seandainya hanya dibeli dan setelah itu diletakkan di
atas meja dan berdebu, bukan “freshjuice” lagi namanya. Freshjuice benar-benar menyegarkan kita kalau kita meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkannya.
Dengan demikian, jiwa Anda menjadi fresh dan Tuhan pun bersukacita melihat anakanakNya merenungkan Firman-Nya siang dan malam.
Mari kita baca dan renungkan Firman Tuhan setiap hari.
Diakon Vincent, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 3
3 Juli 2011 : Berlari kepada Tuhan
Hari Minggu Biasa XIV
Za 9:9-10,
Mzm 145:1-2,8-9,10-11,13cd-14,
Rm 8:9,11-13,
Mat 11:25-30
Mat. 11:28-29
Marilah kepada-Ku … Aku akan memberi kelegaan kepadamu. … jiwamu akan
mendapat ketenangan.
Seorang teman dekat-ku, John (bukan nama sebenarnya) namanya. Setelah Perayaan
Malam Paskah, dia mengajak aku ke Pizza Shop yang tidak jauh dari Gereja. Setibanya
di depan Pizza shop, John mengatakan, “Romo, aku mengerti, Romo telah melakukan
banyak hal yang baik kepada kami semua lewat pelayanan Romo di Gereja ini. Karena itu, malam ini aku yang akan membayar Pizza.” Aku tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah itu John dan aku kembali ke Pastoran.
Ketika kami sedang makan, John menceriterakan pengalamannya, terlebih menjelang
Perayaan Paskah tahun ini. Dengan bercucuran air mata, John mengatakan, “Aku berterima kasih kepada Tuhan atas bimbinganNya. Sudah sekitar 4 minggu aku tidak lagi
minum alkohol. Sebelumnya aku mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Aku sungguh
menyesal sekarang karena aku tidak mempunyai rumah, mobil, istri dan juga masa
depan yang baik. Aku sungguh mau berubah dari sekarang. Karena aku telah menemukan sesuatu yang sangat indah dan istimewa di dalam Tuhan.”
Di dalam kehidupan kita setiap hari, kita sering mengalami banyak cobaan dan tantangan. Di kala kita dihadapkan dengan situasi seperti ini, kita kehilangan arah. Kita tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk berpikir dan mencari solusi yang baik dan benar.
Kita cendrung mencari solusi yang cepat. Kita cenderung memilih jalan yang tidak seharusnya kita lalui. Kita memilih jalan yang yang dapat mendatangkan bahaya pada
diri kita. Seperti pengalaman John. John memilih mengkonsumsi alkohol karena tidak
mampu menghadapi kenyataan hidup yang penuh tantangan dan cobaan.
Namun demikian jikalau kita berbalik kepada Tuhan, Dia akan memberikan apa saja
yang kita inginkan. Dia akan memenuhi hati kita dengan RohNya. Dia akan memenuhi
hati kita dengan damai dan cintaNya yang tak terukur. Seperti yang kita telah mendengarkan di dalam Injil hari ini, “… Aku akan memberi kelegaan kepadamu. … jiwamu
akan mendapat ketenangan,” John yang dahulunya jauh dari Tuhan, dia berusaha
untuk kembali. Pada akhirnya Tuhan memberikan dia hati yang damai dan sejahtera.
Bahkan dia memilih untuk tidak mengkonsumsi alkohol. Marilah kita berlari kepadaNya
dengan hati yang terbuka untuk diubah.
Rm. Joseph, MGL
4
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
4 Juli 2011 : Iman yang Teguh
Elisabet dr Portugal, Pierre Georges Frassati, Maria Crocifissa Curcio
Kej 28:10-22a,
Mzm 91:1-2,3-4,14-15ab,
Mat 9:18-26
Mat 9:22
Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah
hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Maka sejak saat
itu sembuhlah perempuan itu.
Kalau membaca injil hari ini, saya heran darimana perempuan itu mempunyai
keyakinan bahwa kalau dia menjamah jumbai jubah Yesus maka ia akan sembuh. Dan waktu itu pasti banyak orang berdesak-desakan disekitar Yesus dan
pasti banyak yang secara sengaja dan tidak sengaja memegang jubah Yesus.
Tetapi mengapa hanya perempuan ini yang mendapatkan karunia penyembuhan? Ternyata jawabannya ada di ayat 22, imanmu telah menyelamatkan
engkau.
Mungkin seringkali dalam permasalahan hidup yang kita alami, secara sengaja atau tidak sengaja kita menggapai Tuhan, berdoa kepadaNya. Dan
seringkali kita tidak mendapat jawaban apa-apa. Mungkin juga kita terlalu
berfokus pada diri kita, masalah kita, ketakutan, kekawatiran kita, sehingga
kita menggapai Tuhan tidak dengan iman yang sungguh percaya bahwa Dia
akan mengabulkan permohonan kita.
Mari kita renungkan kembali injil hari ini, kita refleksikan dalam hidup seharihari apakah selama ini kita sudah bernar-benar memohon dengan iman yang
teguh, iman yang percaya dan berserah kepada kuasaNya…
Semoga…
Nathasa
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 5
5 Juli 2011 : Pekerja Sedikit
Antonius Maria Zakkaria
Kej 32:22-32,
Mzm 17:12-3,6-7,8b,15,
Mat 9:32-38
Mat 9:37
“Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit”
Mazmur hari ini penuh dengan beribu pertanyaan yang diarahkan kepada Allah dan
didalamnya terdapat pencarian akan ‘kebenaran terakhir’ dalam hidup: suatu rahasia
hidup jika kita dekati dan kita temukan dalam kehidupan Yesus; apa yang Ia lakukan
dan Ia katakan.
Dalam Kej. 32:22-32 Yakub bertemu dan mengenal Tuhan lalu meminta berkat untuk
menuntunnya dalam hidup agar selalu melakukan setiap hal dalam kebenaran. Begitupun dengan pergantian nama dari Yakub menjadi Israel merupakan wujud kepemilikan, Israel menjadi milik Allah dan hidup dalam iman penyerahan kepada-Nya.
Perikop Injil tidak menyajikan suatu cerita unitaria, tetapi dua bagian yang saling mendukung. Bagian yang pertama pada ayat 32-34 memaparkan penutup dari beberapa
keajaiban yang diceritakan berturut-turut dalam bab 8 dan 9 Injil Matius. Segala aktivitas dan penyembuhan yang dilakukan Yesus hanya bertujuan untuk membawa semua
umat Israel kembali bertemu dengan Allah untuk mendapatkan kekuatan hanya di
dalam Dia. Disini kita dihantar untuk melihat dua reaksi yang berbeda yakni reaksi orang
banyak dan orang Farisi akan apa yang dilakukan Yesus. Orang banyak dipenuhi rasa
kekaguman dan dan ucapan terima kasih “Yang demikian belum pernah dilihat orang
di Israel”. Sebaliknya reaksi orang Farisi merasa kesal dan dengan ketidakpercayaan
mereka berusaha untuk mengusir rasa kagum orang banyak dengan mengatakan
«dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan». Yesus Tuhan yang mengetahui segala pikiran manusia tidak memberikan jawaban atas apa yang dikatakan oleh orang
– orang Farisi, karena Yesus mau mengajarkan kepada kita semua bahwa kebenaran
akan terbukti dengan sendirinya.
Bagian yang kedua pada ayat 34-38 paralel dengan ayat 23 pada bab 4. Dengan
ekspresi «melihat orang banyak» penginjil Matius mengantar kita pada tugas perutusan
para murid oleh Yesus ‘sang Guru’ yang diuraikan dalam keseluruhan bab 10.
Sesuatu yang baru yang dapat kita renungkan dalam perikop ini adalah situasi orang
banyak yang tanpa tujuan, ‘terlantar’, seperti domba tanpa gembala. Hati Yesus yang
tergerak oleh belas kasihan kepada mereka, menaikkan doa pada Allah (Yesus juga
mengajak para murid untuk berdoa) dan melahirkan perutusan para Rasul. Perutusan/
misi berasal dari belas kasih Allah yang abadi, wujud dari kebaikan Yesus dan Bapa,
juga adalah rahmat yang diturunkan berkat doa. Inisiatif tidak datang dari manusia,
tetapi dari Allah. Ia yang memanggil, juga yang mengutus dan membuat utusan-Nya
mampu menyelesaikan karya yang dipercayakan kepadanya. Mereka adalah pembawa kabar gembira, warta Injil, yang harus menjadi yang pertama dalam memberi
hidup dan kesaksian hingga akhir.
Sr. Veronica Maria, OSB
6
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
6 Juli 2011 : Arti Sebuah Nama
Maria Goretti
Kej 41:55-57,42:5-7a,17-24a,
Mzm 33:2-3,10-11,18-19,
Mat 10:1-7
Mat 10:1
“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk
mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit”
Kita semua pasti sudah hafal betul dengan nama keduabelas rasul Yesus. Dua belas
orang yang terdekat dengan Yesus. Mereka seperti kumpulan pasukan elit atau pengawal pribadi Yesus. Kemanapun Yesus pergi mereka pasti ikut. Dimana ada Yesus disitu
pasti ada kedua belas rasul. Mereka memiliki tempat khusus karena dipilih oleh Yesus
sendiri, mereka dipanggil dengan nama mereka masing-masing, bahkan Yesus punya
nama kesayangan untuk Petrus, ia dijuluki si batu karang.
Ketika seorang bayi lahir, yang dipikirkan oleh orang tua adalah memberi nama. Tentu bukan sembarang nama, tetapi nama yang tampan, yang enak didengar telinga.
Nama menjadi identitas diri yang melekat seumur hidup. Nama membedakan si anu
dari si itu. Anjing peliharanku di rumah pun punya nama, apalagi manusia. Anjing peliharanku tidak akan datang kalau namanya tidak dipanggil, apalagi manusia. Karena
itu, hormatilah nama sesama kita. Sebab ketika kita mengutak-atik nama teman kita
dengan maksud tidak baik, sebenarnya kita sudah memulai langkah awal untuk tidak
menghormati kepribadiannya sebagai manusia.
Ketika kita dibaptis, kita masing-masing punya nama baptis. Nama yang akan melekat
seumur hidup kita. Nama Kristiani yang khas. Sekali orang membaca nama kita, mereka
langsung tahu identitas kita sebagai pengikut Kristus, orang Kristen. Saya yakin sekali,
Tuhan itu tahu nama kita masing-masing. Ketika dibaptis ketika masih bayi atau sudah
beranjak dewasa, kita sesungguhnya dinamai oleh Tuhan sendiri. Kita didaftar masuk
menjadi anggota pasukan khusus Yesus sendiri. Kelompok elit yang dianugerahi kuasa
untuk mengusir roh-roh jahat dan melenyapkan penyakit. Saya percaya tiap kita punya
kuasa itu semenjak kita dibaptis.
Karena itu, berbanggalah menjadi murid Kristus. Kita semua ini murid Kristus entah sebagai orang yang tertahbis atau terbaptis. Kita semua punya tanggung jawab yang
sama untuk selalu siap dikirim Tuhan ke tempat kita bekerja, ke tengah-tengah masyarakat dan ke tengah-tengah keluarga. Kita mengusung nama dan identitas sebagai
utusan Yesus untuk mengusir roh-roh jahat dan menggantinya dengan buah-buah roh.
Fr.Wenz, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 7
7 Juli 2011 : Melayani
Maria Romero Meneses
Kej 44:18-21,23b-29,45:1-5,
Mzm 105:16-17,18-19,20-21,
Mat 10:7-15
Mat 10:7
Pergilah dan beritakanlah Kerajaan Sorga sudah dekat
Hari ini Gereja mengenang Beata Maria Romero Meneses, seorang suster Salesian yang
berasal dari Nikarugua. Lahir 13 Januari 1902, meninggal pada tanggal 7 Juli 1977 di
Nikaragua. Maria dibesarkan dalam keluarga yang mengajarkan prinsip untuk selalu
berbuat amal walaupun dalam kondisi yang sulit, dan memiliki devosi yang kuat pada
Bunda Maria.
Pendidikan dasarnya dilewatkannya pada sekolah yang dikelola oleh suster Salesian.
Pada usia 12 tahun, Maria terserang demam tinggi yang membuatnya lumpuh selama
6 bulan, dia pun tak dapat bersekolah selama setahun. Namun dalam paenderitaannya ini tak membuatnya mengeluh, pun saat dokter memvonis jantungnya mengalami
gangguan. Dia memiliki keyakinan Bunda Maria akan menyembuhkannya. Dia pun
mengalami penyembuhan secara ajaib.
Dalam karya pelayanannya sebagai seorang suster Salesian, Maria memiliki keberpihakan kepada orang miskin. Dia membangun sekolah, pelayanan kesehatan dan
rumah tinggal bagi yang tidak mampu. Walau terkadang dana untuk pelayanan yang
dimiliki jauh dari cukup, namun Maria selalu memasrahkan semuanya pada penyertaan Bunda Maria, karena ia memiliki keyakinan ini adalah karya Tuhan. Maria dibeatifikasi pada tanggal 14 April 2002.
Dalam injil hari ini, para murid diutus untuk pergi dan memberitakan kerajaan Allah.
Namun sudah diwanti-wanti untuk tidak membawa emas perak dan bekal. Baju pun
hanya boleh bawa sepasang. Namun satu hal yang pasti, Allah sendiri yang menyertai
mereka.
Begitu pun dalam kehidupan kita ini, tak perlu menunggu segala sesuatunya tercukupkan baru tergerak untuk melayani. Luangkanlah waktumu untuk Tuhan, beramallah
berapapun jumlahnya, terlibatlah dalam karya pelayanan di sekitarmu. Karena dari
yang sedikit itu, Tuhan akan menggenapinya, membuatnya jadi banyak, dan memberkatimu secara berlimpah.
Sama seperti teladan Beata Maria Romero Meneses, dengan keyakinan yang besar
akan penyelenggaraan Tuhan, banyak karya kasih yang telah dihasilkannya.
Agatha
8
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
8 Juli 2011 : PenyertaanMu sungguh sempurna !!
Eugenius III, Gregorius Grassi, Marie Hermine
Kej 46:1-7,28-30,
Mzm 37:3-4,18-19,27-28,39-40,
Mat 10:16-23
Mat 10:20
Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapa-Mu, Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Siapa sich yang gak kenal dengan Krisdayanti, Titi DJ, ataupun Ruth Sahanaya !! Kita
menyebut mereka dengan Diva Pop Indonesia. Eksistensi dan kesungguhan mereka
dalam bermusik patut kita hargai. Ngomongin Diva, pasti pembaca setuju kalau saya
sebut nama ini satu lagi !! hayo siapa coba ??? (tebak-tebakan.com)
Yup, benar !! My Idol – Agnes Monica. Setiap melihat penampilannya dari kecil hingga
sekarang ini, sangat salut untuk perjuangan yang gak pernah lelah dari Agnes untuk
meraih mimpinya. Buktinya, sekarang ini dia sudah mulai merambah dunia musik luar
negeri alias GO INTERNATIONAL !! Kagum juga ngelihat perjuangannya yang gak kenal
lelah, sampai-sampai ketika ia baru sembuh dari sakit akibat cedera ketika berlatih, ia
masih meluangkan waktu untuk menghibur para penggemarnya di Manado. Wow, bener-bener emang sosok Idola yang patut menjadi teladan bagi anak muda sekarang ini.
Satu hal lagi yang membuat saya nge-fans banget ama dia, karena dia tidak pernah
melupakan penyertaan Tuhan dalam setiap hidupnya. Ketika ia mendapat penghargaan musik atau penghargaan lainnya, ia selalu berkata, “ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus untuk anugerah ini.”Selain itu ia juga sangat care dan mau berbagi
dengan saudara/i lain yang hidupnya berkesusahan.
Dalam hidup pelayanan, saya mengingat kembali ketika pertama bergabung dengan
DOJ. Waktu itu saya masih malu-malu dan minder, apalagi kalau diminta untuk berbicara di depan, dilihat banyak orang lagi !! Rasa takut, deg-degan, bahkan keringat
dingin pun pernah saya rasain (lebay banget !!). Seiring berjalannya waktu, Tuhan mulai
bentuk saya dari hari ke hari. Dengan tetap berdoa dan mohon kekuatan dariNya,
untuk memampukan saya melakukan setiap hal yang tidak mungkin saya lakukan, akhirnya ya seperti sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa butuh perjuangan dan proses
belajar yang gak sebentar untuk mencapai semuanya itu. But, semuanya tetap kembali
mohon penyertaan dari padaNya.
Yesus pun sudah berjanji, bahwa Roh Kudus akan menyertai kita dalam setiap hal yang
kita lakukan. Di dalam kehidupan duniawi yang semakin keras dan penuh cobaan ini,
kita juga dituntut untuk cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati. Manfaatkan setiap
talenta yang Tuhan berikan untuk menjangkau dan menjadi berkat bagi saudara/i di
sekitar kita, dengan kita “terjun” di dalamnya tetapi jangan sampai “tenggelam” dan
terbawa arus oleh apa yang dunia tawarkan kepada kita.
KRIS
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 9
9 Juli 2011 : Habis Gelap Terbitlah Terang
Agustinus Zhao Rong, Hermina, Yohana Scopelli, Nikolaus Pick
Kej 49:29-32, 50:15-26a,
Mzm 105:1-2,3-4,6-7,
Mat 10:24-33
Mat. 10:27
“Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu di dalam terang.”
Ketika seseorang berada di dalam kegelapan karena jatuh di dalam dosa, biasanya
Tuhan selalu berbisik untuk kembali ke dalam terang. Setelah kita bergumul di dalam
kegelapan dan bangkit kepada Terang, kita diajak untuk menjadi saksi akan Terang itu.
“Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu di dalam terang.”
Nah yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peka-nya hati kita mendengarkan bisikan Tuhan ketika kita bergumul di dalam kegelapan alias di dalam dosa?
Bisa jadi bisikan itu berasal dari telinga kita yang mengiang-ngiang ketika membaca
dan merenungkan Firman Tuhan. Bisa jadi, bisikan Tuhan itu berasal dari sahabat kita
yang menyindir atau menegur kita. Bahkan bisa jadi bisikan Tuhan melalui “wall-post”
yang diletakkan oleh teman kita di situs facebook. Tuhan berbicara melalui banyak
cara, apakah kita peka?
Kepekaan dalam kegelapan memang sangat sulit. Bayangkan saja kalau mati lampu
dan gelap. Yang hanya bisa kita lakukan ada dua pilihan yaitu diam saja atau melangkah dengan resiko kaki terantuk atau kepala kejedug. Dua-duanya adalah satu keputusan untuk melangkah. Diam berarti menunggu terang datang kembali memenuhi kegelapan. Melangkah dengan resiko berarti percaya bahwa Tuhan menuntun langkah
kita.
Sekali lagi harus ditekankan bahwa Sabda Tuhan adalah terang yang menuntun langkah
kita. Tanpa terang dar Tuhan, kita akan mudah tersesat. Santo Agustinus mengatakan
bahwa di saat-saat gelaplah Tuhan berbicara di hati kita. Kita bisa merasakan kedekatan yang mungkin belum pernah kita rasakan sebelumnya. Ibu Kartini dalam bukunya
mengatakan, “Habislah gelap, terbitlah terang”. Atau pada saat-saat reformasi sering
kita dengar, “Badai akan berlalu...”
Dalam kegelapan yang dituntut dari kita adalah kesabaran yang menuntun kita ke
dalam terang. Seringkali kita cepat mengambil keputusan yang menentukan di dalam
kegelapan yang kadang-kadang salah. Maka dari itu, mari kita dengarkan Sabda Tuhan yang berbisik dan kita diajak untuk peka mendengarkannya sehingga kita bisa
menjadi saksi di dalam Terang Tuhan. Amin
Diakon Vincent, MGL
10
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
10 Juli 2011 : Mengembangkan Talenta
Hari Minggu Biasa XV
Yes 55:10-11, Mzm 65:10abcd,10e-11,12-13,14, Rm 8:18-23, Mat 13:1-23
Mat. 13:3
Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya:
“Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
Pada tahun 2008 seluruh pemuda sedunia merayakan Tahun Pemuda di Australia bersama Bapa Paus Benediktus XVI. Aku terpilih untuk bernyanyi di salah satu event terbesar
bersama Matt Maher, seorang penyanyi Katholik sangat terkenal dari US. Event itu disebut “Receive The Power Live.” Sebelum event itu berlangsung, kita semua berkumpul di
bawah panggung dan berdoa. Aku berdampingan dengan Katt Maher. Di dalam hati
aku berpikir, “Aku memang bisa menyanyi tetapi mengapa aku tidak bisa bermain gitar
dan bernyanyi memuji Tuhan seperti orang ini?” Dalam hati kecil aku berkata, “Tuhan
tidak memberikan aku talenta bermain musik. Dia hanya memberikan aku talenta bernyanyi. Aku juga berpikir dalam hati kecil, “Ini sepertinya tidak adil.” Setelah berdoa,
tiba-tiba seorang dari antara kami menyampaikan pesan dari Tuhan. Dia mengatakan
bahwa Tuhan telah memberikan kita hadiah dan bakat yang sama di dalam musik.
Karena itu marilah kita gunakan bakat dan hadiah itu untuk memuji Tuhan. Lalu aku
sadar dan aku diingatkan akan pesan Injil hari ini.
Banyak kali kita merasa kecil hati dengan diri kita. Kita merasa begitu kecil memikirkan
bakat dan talenta kita. Kita merasa rendah ketika kita melihat orang lain mampu berbuat sesuatu. Dengan perasaan itu kita terkadang terpengaruh untuk membuat penghakiman terhadap Tuhan. “Tuhan tidak memberikan aku bakat atau talenta ini dan itu.
Mengapa orang ini bisa begini dan begitu? Mengapa aku tidak bisa berbuat seperti
orang ini dan itu?
Tuhan itu selalu bermurah hati kepada kita. Tuhan memberikan kita rahmat yang sama.
Dia memberikan kita waktu dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan bakat
atau talenta itu. Namun demikian, kita memiliki kemampuan yang berbeda untuk
mengembangkan bakat atau talenta itu. Seperti penabur yang dikisahkan di dalam Injil
hari ini. Dia menabur benih, sama halnya dengan Tuhan, Dia memberikan cinta dan
rahmatNya yang sama besar kepada kita. Namun ada yang jatuh ditanah yang kurang
subur. Namun dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kita, kita tidak mampu mengembangkannya. Tetapi yang jatuh di tanah yang subur mengandaikan bahwa kita mampu
mengembangkan bakat itu sekalipun dihantui tantangan dan cobaan.
Aku sungguh berterima kasih kepada Tuhan atas bakat bernyanyi yang telah Dia berikan. Aku juga terdorong untuk mengembangkan bakat dan talenta yang Tuhan telah
berikan. Aku sungguh percaya bahwa Yesus mengajak kita sekalian hari ini untuk melambungkan syukur kita atas rahmatNya kepada kita. Kita juga diajak untuk mengembangkan semua bakat yang ada pada kita. Di sana selalu ada waktu dan kesempatan.
Namun kita sering tidak menggunakannya.
Rm. Joseph, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 11
11 Juli 2011 : Taat Pada RencanaNYA
Benediktus
Kel 1:8-14,22, Mzm 124:1-3,4-6,7-8, Mat 10:34?11:1
Mat 34:1
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai diatas bumi,
Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang.
Sewaktu memutuskan untuk resign dari Savana merupakan sebuah keputusan yang sulit buat saya,karena 3 tahun sudah merintis di sana,saat itu adalah waktunya untuk
menuai hasil selama ini.Hal itu membuat saya bergumul kurang lebih 1bulan. Waktu itu
sempat terpikir saat berada di zona nyaman dimana semua sudah berjalan dengan
baik, adalah tiba waktunya dimana saya bersiap-siap pergi atau pindah tempat. Dan
ternyata benar selang beberapa bulan kemudian akhirnya saya mengambil keputusan
untuk resign.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Injil pada hari ini berbicara cukup
keras,mengenai kemurnian panggilan kita dalam karya perutusan. Baik kita diutus ditengah masyarakat, tempat kerja, keluarga dsb. Menjadi murid Yesus harus siap mengikuti
teladan Tuhan. Sangkal diri dan pikul salib. Dimana kita harus berani menyampaikan
apa yang benar, menegur, merombak, menguatkan dan meneguhkan. Hal ini bukanlah hal yang mudah, karena ada sebuah pengorbanan yang harus diberikan.
Ketika Tuhan memanggil murid-muridNya untuk mengikuti Dia dan jangan menengok ke
belakang lagi. Meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi dia untuk mengikuti
Tuhan.Inilah yang bisa menjadi ganjalan atau pergumulan bagi kita jika kita masih belum fokus pada apa yang Tuhan mau.
Saat ini melalui firman pada hari ini,jika kita masih merasa takut untuk masuk lebih
dalam lagi taat pada rencana Tuhan, Kita mohon pada Roh Kudus untuk menguatkan
meneguhkan sehingga pada akhirnya kehendakNya sajalah yang terjadi.
Bersediakah kita?
Lulu
12
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
12 Juli 2011 : Yesus sang Pemimpin Sejati
Yohanes Guabertus, Yohanes Jones & Yohanes Wall
Kel 2:1-15a,
Mzm 69:3,14,30-31,33-34,
Mat 11:20-24
Kel 2:12
Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir
itu, dan disembunyikan mayatnya dalam pasir.
Belum lama ini kita pasti mendengar pemberitaan di televisi maupun Koran-koran nasional yang kita baca setiap hari mengenai seorang TKW asal Bekasi yang bekerja di
Arab Saudi. Ruyati binti Satubino (54) dihukum pancung pada Sabtu (18/6/2011) lalu,
karena membunuh majikannya, seorang wanita Arab Saudi bernama Khairiya binti Hamid Mijlid. Pada pertengahan tahun 2010, Ruyati membunuh majikannya dengan pisau
dapur. Kontan, beberapa aksi pun dilakukan menanggapi peristiwa ini. Ada aksi peduli
yang dilakukan oleh ormas maupun organisasi kemasyarakatan lainnya, ada pula aksi
demo kepada pemerintah, khususnya terhadap Presiden SBY selaku pemimpin dan kepala negara tertinggi di Indonesia.
Banyak protes dan kecaman yang ditujukan kepada presiden SBY, yang menyesalkan
kenapa pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengadakan diplomasi politik dengan pemerintah Arab Saudi. Selain Ruyati, beberapa TKW Indonesia juga masih menunggu beberapa hukuman dari pemerintah Arab Saudi. Masyarakat maupun
pengamat masalah ketenagakerjaan juga mengambil perbandingan kepada Gus Dur
sebagai mantan Presiden RI. Kala itu, Gus Dur mampu melaksanakan diplomasi dengan
pemerintah Arab Saudi dan akhirnya hukuman terhadap TKW Indonesia dihapuskan.
Dalam kitab Keluaran, Musa sebagai keturunan bangsa Israel bertindak sebagai sosok
seorang pemimpin yang peka dan peduli akan nasib bangsanya. Ketika mendapati ketidakadilan, ia berani untuk menentang dan melawannya. Selain itu, Musa juga
dipakai oleh Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari penindasan bangsa Mesir.
Menjadi seorang pemimpin, bisa dikatakan tidak mudah. Ia harus mengerti dan memahami apa yang menjadi aspirasi anggota atau pendukungnya. Kritik dan celaan
terkadang menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindarkan lagi, apabila Pemimpin tidak melakukan kewajibannya sebagaimana mestinya. Menjadi refleksi yang baik bagi
kita pra pelayan Tuhan, apakah kita sudah menjadi seorang pemimpin yang baik??
Pemimpin yang baik bagi saudara/i seiman dalam komunitas, ataupun dalam hidup
berkeluarga.
Mari kita mengambil sosok Yesus sebagai seorang pemimpin sejati, yang hadir senantiasa menyertai dan mendengarkan keluh kesah umatNya, yang adil terhadap setiap
bentuk kesewenang-wenangan, dan terlebih lagi yaitu sebagai seorang pemimpin
yang membawa umat-Nya kepada kabar gembira, damai, sukacita, serta keselamatan
kekal !!
KRIS
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 13
13 Juli 2011 : MengenalNya
Henrikus, Teresia Yesus dr Andes
Kel 3:1-69-12, Mzm 103:1-2,3-4,6-7, Mat 11:25-27
Mat 11:27
“Semua telah diserahkan kepadaku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal
Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”
Kalau ayat diatas mau disederhanakan, mungkin kira-kira maksudnya begini; Yesus
hanya akan mengenalkan Bapa-Nya kepada orang-orang yang dipilih-Nya sendiri.
Karena itu kalau tidak dipilih Yesus sendiri, jangan harap kita akan mengenal Tuhan.
Setelah Pesta Paskah, kita kemudian dihujani dengan Pesta Kenaikan Tuhan, Pentakosta,
Hari Raya Trintunggal Mahakudus, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus yang datang berturut-turut, membuat para romo sedikit mengerutkan kening untuk bikin khotbah. Harihari raya tersebut sangat penting untuk hidup menggereja jadi khotbah-nya harus lain
dari biasanya. Saya berpikir, untuk apa Gereja Katolik menetapkan Hari-hari pesta pada
minggu-minggu tertentu setelah Masa Paskah. Hampir sama seperti umat Hindu di Bali
yang selalu ada saja yang dipestakan hampir tiap bulan. Seolah ketika terlahir sebagai
orang Bali, sama artinya harus merayakan hari keagamaan tiap bulan. Seperti halnya
kita orang Katolik, kiranya pesta-pesta tersebut punya arti penting untuk selalu mengingatkan bahwa setelah Masa Paska, tidak berarti iman kita pun tertidur. Gereja menyiapkan pesta-pesta tertentu untuk mengingatkan kembali identitas kita sebagai bangsa
yang diselamatkan oleh Yesus selama Masa Pekan Suci. Kita adalah bangsa tertebus,
yang sudah bebas dari dosa, jadi jangan pernah berpikir bahwa kita masih dalam belenggu dosa. Mungkin sebagai manusia kita jatuh dalam dosa, tetapi tidak berarti kita
terbelenggu atau dijajah. Sama halnya dengan Indonesia yang sudah merdeka sejak
tahun 1945 lalu, sekali merdeka tetap merdeka, kita tidak pernah berpikir kita masih
dijajah. Memang kenyataannya kita masih menjadi bangsa yang ngutang sana-sini,
seolah seperti dijajah oleh hutang, namun kita adalah bangsa merdeka.
Demikian halnya dengan kita orang Kristen. Kita telah ditebus dan diselamatkan Tuhan,
kita ini terpilih untuk bisa mengenal Bapa di Surga. Kita ini dipilih Yesus sendiri untuk bisa
berkenalan dengan Bapa-Nya, punya hubungan baik dengan Bapa-Nya. Memang kita
sering jatuh dalam dosa, tetapi kita punya jalur khusus untuk selalu kembali pada Bapa,
sebab kita diperkenalkan oleh anak-Nya. Ibaratnya kita berteman baik dengan anak
presiden, kemudian teman kita ini memperkenalkan kita kepada ayahnya, tentu kita
pun bangga bukan main. Kita mungkin tidak punya hubungan langsung dengan Bapa
di Surga selama kita masih ada di dunia ini. Tetapi kita kenal Yesus anak-Nya yang
pernah datang ke dunia dan memilih kita jadi teman-Nya. Bahkan lebih dari sekedar
teman, kita dianggap sebagai saudara sendiri, apakah kita tidak bangga? Inilah yang
kita syukuri dan kita banggakan setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus, perjamuan
Tuhan. Bayangkan kita diundang Yesus untuk makan bersama satu meja dengan BapaNya, apakah kita tidak bangga?
Fr. Wenz, MGL
14
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
14 Juli 2011 : Akulah Sahabat Sejatimu
Kamillus dr Lellis, Fransiskus Solanus
Kel 3:13-20,
Mzm 105:1,5,8-9,24-25,26-27,
Mat 11:28-30 Mat 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikelegaan kepadamu
Membangun relasi dengan orang lain merupakan kebutuhan bagi setiap manusia.
Sejak dari awal penciptaan dunia, manusia sudah ditakdirkan untuk berelasi dengan
orang lain. Relasi dengan orang lain menjadi sangat penting ketika seseorang mengalami kesulitan dalam hidup. Saya ambil misal, ketika kita mengalami kesulitan atau
beban hidup, kita selalu mencari seseorang yang sanggup mendengarkan kita, yang
bisa mengerti apa perasaan dan situasi kita sebenarnya. Tapi begitu sering kita tidak
mendapatkan sahabat seperti yang kita inginkan. Beban kita pun seakan bertambah
berat kalau sahabat yang biasanya mendengarkan kita kurang peduli dan meninggalkan kita.
Injil suci hari ini berkisah tentang undangan Tuhan Yesus terhadap semua orang yang
mengalami beban berat dalam hidup untuk datang kepada Nya. UndanganNya membutuhkan jawaban dari kita. Yesus memahami bahwa sebagai manusia biasa, kita butuh orang lain untuk membagi suka duka kehidupan. Namun sahabat yang sejati tak
bisa diperoleh di dunia ini. Sebaik apa pun sahabat kita , seramah apapun sahabat
kita toh masih mempunyai kekurangan. Yesuslah satu-satunya jawaban kita. Ia datang
ke dunia supaya kita bisa dipulihkan dari beban dosa. Ia wafat di kayu salib supaya
kita boleh diselamatkan oleh kegelapan dunia. Yesus menawarkan diriNya kepada kita
sebagai sahabat sejati. Ini berarti hanya dari Dialah pancaran sahabat di dunia ini
berasal. Namun, kita mesti berkaca diri. Apakah kita betul percaya bahwa Yesus lah
satu satunya Allah yang sungguh memberikan kelegaan kepada kita. Percaya kepada
Tuhan bukan berarti kita luput dari masalah dan tantangan hidup. Tetapi sebaliknya
percaya kepada Tuhan, membuat kita mampu menghadapi kesulitan hidup. Dia merupakan satu-satunya sahabat sejati kita.
Datang kepada Yesus merupakan sebuah wujud iman yang ikhlas dalam mana kita
boleh berbagi suka dan duka kita secara leluasa. Yesus sangat memahami situasi kehidupan kita. Kadang kadang kita kurang menyadari bahwa Yesus setiap saat, mengundang kita untuk berkisah tentang hidup dengan Nya. Dalam injil hari ini, sekali lagi
Dia berjanji untuk tetap setia terhadap kita dan memberikan kelegaan ketika kita dihadang gelombang permasalahan hidup. Mari kita berkaca diri, sampai sejauh mana kita
berserah dan percaya secara total kepada Tuhan?
Fr. Matheus, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 15
15 Juli 2011 : Belas Kasih
Bonaventura
Kel 11:10-12:14,
Mzm 116:12-13,15-16bc,17-18,
Mat 12:1-8
Matius 12:7b
“Yang Kukehendaki ialah belas kasih dan bukan persembahan”
Terkadang kita begitu teguh memegang peraturan, sehingga takut berbuat baik. Suatu
hari saya kebetulan hadir di sebuah Persekutuan Doa. Begitu selesai PD, jam 21.00,
datang sekelompok orang. Ada bapak, ibu dan kebanyakan anak muda. Seorang
Bapak yang jadi pemimpinnya, masuk dan memperkenalkan diri. Kelompok ini dari
Banyuwangi. Tujuan ke sini untuk belajar bagaimana caranya membuat Persekutuan
Doa Katolik yang benar. Dengan satu mobil kijang berisi sekitar 10 orang dewasa dan
beberapa anak kecil, keliatan bahwa kelompok ini cukup nekad. Pemimpinnya dengan rendah hati mengakui bahwa mereka tidak membawa bekal untuk penginapan,
maka kami meminta ijin kepada para suster agar mereka boleh menginap di gedung
tempat kami mengadakan Persekutuan tersebut. PD itu punya karpet yang bisa digunakan sebagai alas tidur. Tetapi suster itu tidak mengijinkan. Berulang kami meminta
dengan berbagai cara, tetap ditolak. Kami berusaha mencarikan penginapan paling
murah, tetapi tetap enggak cukup untuk budget mereka. Keesokan harinya, mereka
bercerita bahwa akhirnya mereka bermalam di pantai Kuta. Betapa menyesalnya kami.
Lalu apa balasan mereka? Setelah belajar sehari dari kami, setahun kemudian kelompok ini mengundang kami ke Banyuwangi untuk hadir dalam pengresmian PD Karismatik Katolik pertama di Banyuwangi dan mereka menyediakan penginapan yang cukup
mewah bagi undangan dari Bali. Jadi malu kan?
Seharusnya suster itu bisa menerima mereka, tetapi beliau takut melanggar peraturan
kalau tidak melapor terlebih dahulu di pastor paroki. Seharusnya pastor yang tinggal
jauh kami telpon, tetapi tidak enak karena sudah terlalu malam. Seharusnya kami berinisiatif menelpon beberapa orang tua PD atau BPK Denpasar, pasti mereka bersedia
menampung kelompok ini. Tetapi kami enggak enak menggangu orang malam-malam
(akhirnya diomelin oleh BPK juga ketika mereka tahu). Banyak alasan yang bisa mencegah orang untuk melakukan sesuatu yang baik. Terutama karena kebiasaan, adat istiadat dan peraturan.
Dalam bacaan hari ini, Santo Matius memperlihatkan kebijakan pastoral yang diterapkan Yesus kepada murid-muridNya. Yesus tidak mengijinkan mereka dikuasai oleh
peraturan. Peraturan harus ditaati, tetapi di saat-saat tertentu, peraturan perlu dibijaksanain, terutama oleh belas kasihan. Peraturan harus tunduk pada belas kasih. Jangan
sampai manusia menderita karena peraturan yang terlalu kaku. Peraturan juga perlu
relevan. Namun betapa sulitnya. Orang harus punya keberanian ekstra dan mau dianggap sebagai pengganggu oleh orang-orang tertentu yang merasa kenyamanannya
terusik. Karena itu marilah kita berdoa demikian, “Tuhan, buatlah aku kuat dan bijaksana untuk merubah apa yang dapat diubah dalam hidup ini.”
Amin.
Narita
16
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
16 Juli 2011 : Jangan Pernah Putus Asa
Santa Perawan Maria dr Gunung Karmel
Kel 12:37- 42,
Mzm 136:1,23-24,10-12,13-15,
Mat 12:14-21
Mat 12:20
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkannya.”
Putus asa atau putus harapan adalah penyakit yang mematikan dewasa ini. Di negaranegara maju seperti Amerika, Australia dan Jepang, angka bunuh diri semakin meningkat padahal ekonomi mereka lebih baik dibandingkan Indonesia. Mengapa demikian?
Apakah ada sesuatu yang kurang dari mereka sehingga dengan singkatnya mengambil jalan singkat dengan mengakhiri hidup?
Injil Matius yang merupakan kutipan dari Kitab Yesaya 42:3 mengatakan, “Buluh yang
patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkannya.” Yesaya menceritakan seorang Hamba Yahwe yang hampir kehilangan harapan karena mewartakan Injil Tuhan kepada bangsa Israel, tetapi selalu saja
tidak pernah mendengarkannya dengan hati yang terbuka. Tetapi Tuhan meyakinkan
Hamba Yahwe bahwa kalau Tuhan memanggil, Dia tidak akan pernah meninggalkan
hambaNya.
Seperti bambu atau buluh yang patah, Tuhan akan menyambung yang patah dan
menyembuhkannya. Seperti sumbu yang nyalanya meredup-redup, Tuhan akan menjaganya supaya tidak padam dan mati.
Seringkali orang lupa dari mana hidup ini berasal dan ke mana mereka akan pergi
setelah hidup ini berakhir. Sebagai orang beriman, jawabannya adalah Tuhan. Tuhan
yang memberi kita kehidupan, Tuhan pulalah yang akan menjaga kita sebagai ciptaan
dan gambaran rupaNya. Jadi kalau kita berada di dalam situasi yang sulit dan menemui jalan buntu, janganlah mengambil jalan pintas seperti bunuh diri.
Pada saat-saat kita menderita, Tuhan sebenarnya merawat luka-luka batin kita dan tidak pernah membiarkan kita dan selalu beserta kita. Hal ini dibuktikan oleh Paus Benediktus yang menerima seorang gadis dari Jepang dalam tatap muka. Sang gadis mengatakan, kalau Tuhan itu baik, mengapa terjadi bencana diTsunami di Negara saya?
Orang-orang yang saya cintai mati. Dengan rendah hati Paus menjawab, “Saya pun
tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan itu. Tapi saya mau meyakinkan kamu
bahwa di dalam penderitaanmu sekarang ini, Tuhan bersamamu dan tak pernah meninggalkan kamu.” Inilah yang dinamakan misteri penderitaan dimana Tuhan bekerja
dengan caranya yang tidak pernah kita duga.
Diakon Vincent, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 17
17 Juli 2011 : Hal Menghakimi
Hari Minggu Biasa XVI, Maria Magdalena Postel
Keb 12:13,16-19,
Mzm 86:5-6,9-10,15-16a,
Rm 8:26-27,
Mat 13:24-43
Mat. 13:30
Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan
berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkasberkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Yesus selalu menggunakan perumpamaan ketika berbicara dengan orang-orang banyak terlebih orang-orang Farisi. Dia berbicara menggunakan perumpamaan agar hati
mereka tergerak. Namun demikian hati orang-orang itu masih tertutup oleh ketidakpercayaan mereka. Mereka menutup mata hati terhadap orang di sekeliling mereka.
Hal itu membuat mereka untuk selalu melihat kesalahan orang lain.
Ketika aku sedang berdiskusi dengan anak-anak yang mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Pangakuan, seorang anak mengatakan, “Orang-orang Farisi yang
menghakimi wanita yang berzinah itu tidak mengingat apa yang telah mereka lakukan.
Mereka hanya berpikir tentang apa yang telah dilakukan oleh wanita itu. Mereka seharusnya tidak menghakimi wanita itu dan menyerahkan dia kepada Tuhan.
Di dalam kehidupan kita setiap hari, kita juga mengalami banyak sekali pengalaman
seperti ini. Kita cenderung dan gampang sekali melihat perbuatan-perbuatan sesama.
Dengan itu kita tekadang gampang membuat suatu penilaian. Namun demikian kita
begitu lamban dan terkadang tidak manyadari apa yang kita lakukan. Pada hari ini,
Yesus mengajak kita untuk selalu berbuat baik terhadap siapa saja. Dia mengutarakan
ajaranNya dalam bentuk perumpamaan tentang seorang yang menaburkan benihbenih yang baik di ladang. Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua
untuk dikembangkan. Namun demikian, di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita
selalu dihantui oleh berbagai macam pengaruh jahat. Karena itu tidak ada seorangpun
yang bebas dari pengaruh itu. Kita semua adalah manusia yang berdosa.
Hari ini kita sekalian diajak oleh Yesus agar tidak menuduh atau menghakimi sesama.
Hanya Tuhan-lah yang akan memberikan perhakiman di akhir jaman. Yesus mengundang kita untuk berjalan bersama-sama menelusuri jalan hidup kita ini dengan sesama
kita.
Rm. Joseph, MGL
18
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
18 Juli 2011 : Tanda Yang Paling Sempurna
Kel 14:5-18, MT Kel 15:1-2,3-4,5-6, Mat 12:38-42
Mat 12:39
“Tetapi jawabNya kepada mereka : “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut
suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus”…..
Kalau kita melihat siaran televisi terutama siaran berita selalu melihat kejadian-kejadian
aneh seperti ada bekas yg diperkirakan kapal uvo turun di sawah penduduk, atau awan
yang berbentuk aneh-aneh dan masih banyak kejadian-kejadian alam yang di yakini
orang merupakan tanda-tanda suatu kejadian akan terjadi atau tengah terjadi di dunia
ini. Begitu banyak orang menantikan tanda-tanda dari Tuhan dan menafsirkan banyak
kejadian-kejadian yang akan terjadi.
Apalagi saat ini di jaman yang semakin tua dimana kehidupan bebas banyak terjadi di
lingkungan kita, perkenomian Negara yang tidak teratur juga semakin banyak tawuran
dan demo disana sini. Semakin banyak orang yang kehilangan kesetiaan dan kepercayaan akan Tuhan, mereka lebih memakai kekuatan sendiri juga logika dengan pikiran sendiri disitulah banyak yang menggunakan cara singkat dan instant dengan sering
mendatangi orang-orang pintar seperti dukun, paranormal dsb. Dari keringnya kepercayaan dan minusnya iman keyakinan kepada Tuhan, mucul juga banyak nabi-nabi
palsu di sekitar kita.
Apabila ada tanda-tanda sedikit dari alam mereka mulai menafsirkan hal-hal aneh
akan terjadi di dunia ini dan begitu banyak orang akan percaya apa yang dikatakan
para dukun dan nabi-nabi palsu ini.
Di Televisi beberapa minggu lalu heboh dengan adanya pemberitaan dimana banyak
mahasiswi suatu agama hilang mesterius, setelah ditemukan ternyata mereka kehilangan pikiran sehatnya bahkan sampai lupa ingatan kepada keluarganya. Mereka di
cuci otak sehingga hanya pengajaran dari orang-orang tertentu ada di dalam otak
dan pikirannya. Dalam pengajaran tersebut mereka di iming – imingi akan masuk surga
jika mereka setia pada kelompok yang mengajarkan pada mereka. Bahkan bidadari
– bidadari akan bersama dengan mereka yang mengikuti ajaran kelompok ini. Begitu
mengenaskan semua ini hanya karena mereka menginginkan tanda-tanda keajaiban
terjadi atas hidup mereka.
Mereka sudah tidak mengenal namanya kasih lagi, bagi mereka pengajaran diluar
mereka harus dimusnahkan dan dimusuhi. Dan pengajar-pengajar mereka selalu
memberikan tipu daya muslihat untuk menyakinkan para pengikutnya bahwa mereka
mendapatkan tanda-tanda dari Tuhan bahwa mereka adalah orang pilihan Tuhan untuk menyelamatkan para pengikutnya.
Dari sinilah mari kita sama-sama belajar bahwa bukan tanda-tanda dari Tuhan yang
kita harapkan tetapi bagaimana kita bisa selalu berharap dan berserah seluruh hidup
kita ke dalam tangan Tuhan. Sebab dengan Yesus yang rela terpaku di kayu salib dan
3 hari Dia bangkit dari antara orang mati itu tanda yang paling sempurna dalam hidup
kita untuk boleh belajar setia dan mengasihi sesama seperti Yesus yang rela mati di
kayu salib demi kasihNya untuk kita semua…
Rina
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 19
19 Juli 2011 : Praktek Iman
Kel 14:21-15:1,
MT Kel 15:8-9,10,12,17,
Mat 12:46-50
Mat 12:50
“Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku lakilaki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”
Injil hari ini berbicara tentang Yesus dan Ibu serta sanak saudara-Nya. Maria tidak ‘meninggalkan’ Yesus sendiri dalam karya-Nya, tetapi sering kali Maria ingin juga melihat
dan mendengarkan Putranya untuk dapat meneruskan langkahnya dalam iman yang
bertumbuh. Maria pergi menemui Yesus untuk berbicara dengan-Nya dan sabda Yesus membantunya menghidupi tugasnya sebagai ibu Tuhan dalam makna yang baru.
Kehadiran Maria mengantar kita untuk mengenal suatu persaudaraan dan hubungan
keluarga yang tidak begitu saja diperoleh ketika lahir. Dalam kerajaan Allah yang Yesus wartakan, yaitu umat Allah yang baru, yang menjadi saudara, saudari, dan ibunya adalah semua mereka yang melaksanakan kehendak Tuhan. Sungguh besar dan
Agung pewartaan ini! Bukan lagi karena adanya kesamaan ras atau hubungan darah
melainkan karena praktek iman. Iman Kristiani tidak mengenal perbedaan atau penghalang. Bagi setiap orang Katholik di mana saja berada selalu ada kesempatan untuk
menemukan seorang saudara, saudari atau seorang ibu. Cukup melalui pertemuan
dengan seseorang yang punya keinginan untuk bersama mendengarkan sabda Yesus
dan melakukan kehendak Allah. Inilah yang Yesus ajarkan pada kita hari ini dan yang
Maria, Ibu Yesus, dengan hidupnya telah memberi kesaksian nyata.
Umat Israel menjadi saksi atas pembebasan dari perbudakan yang Tuhan lakukan dengan kuasa-Nya yang ajaib. Peristiwa pembebasan bangsa Israel ini menjadi contoh
hidup bagi orang Ibrani dan semua orang beriman. Satu mentalitas baru ditanamkan
pada bangsa Israel: kebebasan telah mereka peroleh untuk selamanya. Perbudakan
dalam berbagai bentuk lain mungkin menanti, tetapi kebebasan dari perbudakan
telah mereka capai dan akan terus-menerus mereka capai. Tidakkah demikian halnya
bagi kita orang beriman pada jaman ini yang mengenal betapa besar kasih Allah yang
membawa kita ‘keluar’ dari dunia penindasan? Inilah kesaksian iman yang membebaskan. Kini dan seterusnya hidup orang beriman dipersembahkan untuk menghasilkan
buah berkat anugerah kebebasan yang ia terima sementara berjuang bagi kebebasan
umat manusia seluruhnya.
Sr. Benedicta, OSB
20
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
20 Juli 2011 : Pura-Pura Tuli
Apollinaris
Kel 16:1-5,9-15,
Mzm 78:18-19,23-24,25-26,27-28,
Mat 13:1-9
Mat 13:9
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar”
Saya punya kebiasaan yang buruk kalau sedang marah. Saya tidak pintar meluapkan
amarah, saya selalu memendamnya dalam hati. Baru-baru ini saya berselisih paham
dengan orang serumah. Saya tersinggung oleh sikapnya yang menurutku sudah terlalu
kurang ajar. Sejak saat itu sikap saya berubah total. Dari yang mulanya selalu bertukar
lelucon, menjadi serius sekali. Saya tidak menyapanya kalau memang tidak perlu. Kalau ditanyapun saya akan menjawab seperlunya, dengan kalimat-kalimat pendek dan
ketus. Pendek kata, saya memperlakukannya seperti orang yang tidak pernah saya
kenal dan bahkan menganggap dia tidak pernah ada dalam daftar teman-teman
saya. Sempat pula saya berencana untuk memblokirnya dari daftar teman-teman saya
di facebook. Kalau dia menyapa saya, saya berpura-pura sibuk dan tidak memberi
perhatian; persis seperti orang yang punya telinga tapi pura-pura tuli.
Seringkali hubungan saya dengan Tuhan bisa juga seperti hubungan saya dengan
teman saya itu. Kalau doa-doa tidak terjawab, atau barangkali tertimpa sial dan bencana, maka tanggapan saya sebagai manusia normal adalah; Tuhan ini punya mata
apa enggak sih? Seringkali ketika saya tertimpa musibah saya mempertanyakan tentang kuasa Tuhan; tentang kebaikan Tuhan; tentang kasih Tuhan; bahkan tentang keberadaan Tuhan. Kalau sudah demikian, maka yang paling pasti adalah saya akan
bersikap pura-pura tuli. Saya tahu pentingnya berdoa, ikut misa atau adorasi, tetapi
saya pura-pura lupa, atau pura-pura tuli terhadap teguran suara hati sendiri.
Telinga, kalau memang berfungsi dengan baik memang untuk mendengar dan berdasarkan pendengaran ini kita bereaksi; kita balik menanggapi. Banyak dokter bilang,
kalau ada orang bisu, itu bukan berarti dia tidak bisa bicara, tetapi lebih karena dia
tidak bisa mendengar atau tuli. Sama halnya dulu dengan orang yang tidak bisa bernyanyi, atau yang nekat bernyanyi tapi fals; itu bukan karena pada dasarnya tidak
bisa bernyanyi, tetapi pendengarannya akan tangga nada yang pas memang tidak
berfungsi dengan baik. Jadi ada hubungan antara mendengar dengan berbicara dan
bernyanyi. Ada hubungan yang erat antara mendengar dan memberi tanggapan.
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar” adalah seruan Yesus untuk menanggapi
sungguh-sungguh apa yang Yesus ajarkan tentang “penabur.” Jangan bersikap purapura tuli pada seruan Tuhan. Jangan bersikap pura-pura tuli pada tanggung jawab kita
sebagai anggota Gereja, anggota masyarakat dan anggota keluarga. Sebab ketika
kita bersikap pura-pura tuli pada Tuhan, maka kita pun tidak akan dapat memberi tanggapan yang benar akan panggilan Tuhan.
Fr. Wenz, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 21
21 Juli 2011 : Panggilan
Laurensius dr Brindisi
Kel 19: 1-2,9-11,16-20b,
MT Dan 3:52,53,54,56,
Mat 13:10-17
Mat 13 : 16
Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar
“Dari mata turun ke hati”, begitu. ungkapan yang sering kita dengar untuk muda mudi
yang sedang kasmaran. Dari sering bertemu, beradu pandang, saling mendengarkan,
timbul rasa kagum dan berlanjut ke getar-getar asmara.
Perjumpaan dengan Yesus pun mengalami proses yang kurang lebih sama. Saya teringat saat masih SD, awal pengenalan saya dengan Yesus lewat pelajaran agama di
sekolah, guru agama saya sangat pandai menceritakan kisah-kisah dalam Kitab Suci,
ditambah lagi teman-teman selalu menceritakan keasyikan mereka mengikuti sekolah
minggu. Semua itu membuat saya tertarik untuk mengenal siapa itu Yesus, lalu dibaptis
beberapa tahun berselang.
Kita semua pasti mempunyai kisah masing-masing bagaimana awal mengenal lalu
jatuh cinta pada Yesus. Panggilan tiap orang memiliki warna yang beraneka ragam.
Setelah kita dibaptis dan bergabung dengan murid Kristus yang lain, masih kah kita
memelihara panggilan itu ? Ataukah sudah mulai pudar dan merasa bosan dengan
segala aktivitas gerejani dan pelayanan yang kita tekuni ?
Hendaklah kita tetap menjaga panggilan itu agar tetap setia pada-Nya. Sering membaca Kitab Suci, mendengarkan firman dan pengajaran, terlibat dalam pelayanan bagi
sesama, setia dengan perayaan Ekaristi, akan membantu meneguhkan kita.
Dalam injil hari ini dikisahkan walaupun banyak orang yang mendengarkan sabda
bahagia dari Yesus, namun tidak semua orang dapat mengerti dan mau menanggapi.
Banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih, janganlah kita menyia-nyiakan panggilan Tuhan itu.
Agatha
22
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
22 Juli 2011 : Selamat berbuah ...
Maria Magdalena
Kel 20:1-17, Mzm 19:8,9,10,11, Mat 13:18-23
Mat 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu
dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Suatu hari kami sepakat untuk mengajarkan bisnis kepada anak yang kami yang pertama, Yonathan. Saat itu ia masih berumur 8 tahun. Untuk belajar bisnis, mau tidak mau
harus terjun dan mengalami setiap prosesnya. Untuk itu kami membelikan Yonathan
sebuah alat pembuat Pin. Kami ajarkan dia mulai dari proses design, pembuatannya,
finishing dan packaging. “Selain produksi, agar orang tahu produk kita, kita juga harus
mulai memperkenalkan dengan cara ber-promosi” begitu kata saya padanya.
Pada awalnya, ada banyak yang rusak saat belajar membuat pin. Namun dengan
pantang menyerah anak saya berulang kali mencoba sampai menemukan caranya
sendiri. Orderan pun mulai masuk dan ia begitu bersemangat mengerjakannya. Papa,
mama dan adiknya pun di ‘rekrut’ untuk menjadi stafnya karena kewalahan mengerjakan orderan. Sampai suatu ketika mendapatkan hasil yang cukup, ia dengan tulus
mau menyumbangkan persembahan kasih untuk komunitas kami, DOJCC. Yonathan,
anak kami telah mempergunakan dengan baik hadiah pemberian orangtua untuk bisa
menghasilkan bagi dirinya.
Saudara yang terkasih, tanpa kita sadari Bapa kita sungguh telah menyediakan segalanya bagi kita. IA telah mencurahkan Roh Kudusnya, IA juga telah memberikan karunia dan talenta yang kita butuhkan. Namun seringkali kita kurang membiarkan Roh
Kudus itu berkarya dalam diri kita. Talenta yang diberikanNya pun juga kadang kita
abaikan dan tidak kita pergunakan. Firman yang kita dengar pun kadang kita lupakan
atau terkadang seperti angin lalu saja.
Injil hari ini mengingatkan kita akan janji Bapa bahwa setiap orang yang mendengar
firman, yang mengerti dan melakukannya, ia akan berbuah ada yang seratus kali lipat,
ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Bagian kita adalah
bukan saja mendengar firman tapi juga senantiasa melakukannya dalam kehidupan
sehari-hari. Melakukan firman mulai dari hal yang terkecil. Mulai dari keluarga kita, istri
dan anak - anak kita, lalu di lingkungan sekitar kita.
Sudahkah hari ini aku membaca dan mendengarkan firmanNya ?
Selamat mendengarkan firman dan selamat berbuah ....
Yovie
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 23
23 Juli 2011 : Ilalang di Tepi Ladang
Birgitta, Kunigunda
Kel 24:3-8,
Mzm 50:1-2,5-6,14-15,
Mat 13:24-30
Matius 13: 24-30
Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin
gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu
mencabut ilalang itu. Biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.
Seorang petani dalam kisah Injil ini telah
menanam benih gandum yang baik, tapi
tanpa dia ketahui, ada yang menanam
benih ilalang di ladangnya. Ia kecewa, kenapa ia menanam benih baik tapi benih ‘jahat’ ikut tumbuh juga. Dia berniat mencabut
benih jahat itu, namun Tuhan melarangnya,
karena benih yang baik mungkin akan ikut
tercabut juga. “Biarkan keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai”.
Bukan kah kita sering sekali seperti itu. Kita merasa ‘telah menanam’ benih baik dalam
hidup kita, dalam keluarga kita, namun kenapa masih saja ada ‘kenakalan’ dan ‘peristiwa’ buruk yang tidak kita senangi terjadi dan tumbuh bersama kita.
Haruskan kita membakar lumbung padi, karena ada tikus didalamnya? Haruskan kita
membakar semua benih di lading, dan menanam ulang? Ya, pilihan ini lebih mudah
dan ‘tidak beresiko’, hancurkan, dan ulang lagi dari 0. Tapi Tuhan meminta kita ikut
menumbuhkan benih ilalang bersama benih gandum. Karena Ia tidak mau, hal baik,
walau hanya 1 nyawa ikut tercabut.
“Pilahlah ketika memanen, dan bakar ilalang dan masukan gandum ke lumbungKu”.
Tidak ada yang berhak untuk melarang Ilalang untuk tumbuh, semua memiliki hak untuk
hidup. Tapi apa yang kita perbuat, akan berujung pada akhir hayat kita. Apakah kita
akan terbakar bersama ilalang, atau bersamaNya di Lumbung Nya.
Tanpa sadar kita sering menghakimi ‘ilalang’ yang tumbuh bersama kita, mencemooh
dia, mengganggap kita yang terbaik, tapi sadarkah kita bahwa ‘ilalang’ juga butuh
waktu untuk bertumbuh? Ilalang butuh waktu untuk mencari bentuk yang benar. Ilalang yang dianggap tidak berguna, sekarang banyak dibuat keranjang dan memiliki
nilai export yang tinggi. Dia tidak masuk ke pembakaran, karena dengan tangan yang
benar, dia memiliki nilai, dari sekedar ilalang.
Tumbuhlah bersama Ilalang, karena untuk menjadi yang benar, kita butuh yang salah.
Jeff Kristianto - Tajikistan
24
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
24 Juli 2011 : Hal Kebijaksanaan
Hari Minggu Biasa XVII
1Raj 3:5,7-12,
Mzm 119:57,72,76-77,127-128,129-130,
Rm 8:28-30,
Mat 13:44-52
Mat. 13:45-46
“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari
mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi
menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu”
Kebijaksanaan adalah hadiah yang sungguh istimewa yang kita peroleh. Kebijaksanaan adalah harta yang terpendam, yang nyata. Tanda suatu kebijaksanaan yang
kita peroleh segala sesuatu akan menjadi sia-sia. Hidup-pun akan menjadi tak berguna.
Suatu malam, St. Theresia of Avila mengalami suatu pergolakan yang hebat di dalam
dirinya. Dia mengalami suatu kekeringan yang hebat di dalam dirinya. Karena itu, dia
ingin memutuskan untuk meninggalkan biara. Namun demikian pada saat itu, Theresia
tidak membuat suatu keputusan yang cepat. Dia terus menanti suatu jawaban dari Tuhan. Sayangnya, dia tidak memperoleh jawaban yang ia inginkan. Lalu dia pun untuk
pergi ke kamar tidurnya untuk beristrahat. Keesokan harinya Theresia berbalik ke Kapel
untuk berdoa. Anehnya pada saat itu, dia sungguh bahagia dan tenang. Lalu dia bertanya kepada Yesus. “Yesus, di manakah Engkau kemarin? Aku begitu merasakan kekeringan di dalam hati. Aku mengalami suatu pergolakanyang hebat. Mengapa Engkau
tidak datang dan menolong aku? Lalu Yesus mengatakan, “Theresia, sahabat karibKu,
Aku selalu berada di sampingmu. Kemarin, ketika kamu merasakan pergolakan itu, Aku
berada di lubuk hati kamu. Namun kamu tidak bersedia untuk memberikan semua pikiran dan perasaan kepadaKu. Kemudian ketika aku ingin menyentuh kati kamu, semua
perasaan dan pikiran itu ikut bergerak. Lalu menimbulkan perasaan sakit di dalam dirimu. Tetapi jikalau kamu menyerahkan semua itu kepadaKu, semuanya akan mudah.
Kenyataan hidup sering memaksa kita untuk membuat suatu keputusan yang singkat
dan cepat. Kemudian karena ketidak sabaran itu, kita langsung membuat suatu keputusan yang kurang bijaksana. Kita tidak berlari kepada Tuhan untuk menemukan kebijaksanaan itu.
Hari ini kita diundang, bersama St. Theresia, Yesus mengundang kita untuk selalu berlari kepada Yesus untuk mencari dan mendapatkan kebijaksanaan yang sejati dalam
mengambil suatu keputusan. Kita harus bijaksana seperti yang dikatakan di dalam Injil
hari ini. Kita harus berani meninggalkan dan mengosongkan diri lalu mencari kehendak Allah. “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang
mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu” (Mat. 13:45-46).Kita harus
bersedia meninggalkan perasaan dan pikiran kita dan mempersembahkan seluruh diri
kepada Tuhan. Dengan itu Tuhan akan memberikan kita rahmat yang kita inginkan.
Rm. Joseph, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 25
25 Juli 2011 : Belajar Menjadi Hamba
Pesta St. Yakobus, Rasul
2Kor 4:7-15,
Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6,
Mat 20:20-28
Mat 20:26
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu sama seperti Anak Manusia datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.”
Jadi pelayan?? Wii…hh capeknya..terbayang tokoh dongeng, Cinderela, harus bangun sebelum yang lainnya, kerja rodi siang sampai malam, tidur di tempat yang tidak
enak, berteman dengan tikus dapur..hii…belum lagi harus menerima omelan dan komplain dari majikan yang tidak menghargai kerja kerasnya...dan ga boleh mengeluh…
cape deh..
Hmmm, apa itu yang juga Yesus minta dari kita ya? Apa kira-kira kita sanggup jadi
pelayan yang seperti itu ? Yang membedakan adalah kita menjadi hamba Allah. Bukan
hamba dari tuan di dunia. Menjadi hamba Tuhan berarti menjadi milik Tuhan. Kita tidak
berkuasa atas diri kita lagi. Tujuan hidup kita adalah melakukan kehendak Tuan kita.
Menjadi milik Tuhan berarti juga kita dipelihara Tuhan. Bukankah Dia akan membela
milik kepunyaanNya? Jadi sebenarnya, bila kita benar-benar hambaNya, benar-benar
percaya akan kasih Tuhan pada kita, tidak ada yang perlu dikuatirkan.
Syaratnya adalah taat dan percaya hanya pada Tuhan. Dia tidak menginginkan kita
mendua hati. Tuhan tidak ingin kita punya allah yang lain. Seperti misalnya : kok masalahku lama tidak selesai, orang lain bisa cepat beres bila bertanya ke paranormal
(meski paranormalnya juga Katolik). Lalu kita mencari jawaban di tempat itu. Tidak, bukan itu yang Tuhan inginkan. Hamba Tuhan, berarti percaya bahwa Tuhan yang akan
menolong.
Memang tidak mudah melakukan perintahNya. Ada pergumulan dan jatuh bangunnya. Terutama bila bertentangan dengan diri kita. Seperti misalnya mengasihi musuh,
bila ditampar pipi kiri, berikan pipi kanan. Namun 2 Kor 4:7 mengatakan : Tetapi harta
ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Ya, Tuhan yang akan memberi
kekuatan untuk kita melakukan kehendaknya. Hal ini belum tentu diberikan oleh tuan di
dunia. Jadi sebelum Ia datang kedua kalinya ke dunia, hendaknya kita belajar menjadi
hamba yang taat dan setia. Jangan sampai Yesus melihat kita sebagai hamba yang
jahat dan malas, lalu Ia menghukum kita di kegelapan yang paling gelap. Hiii…
Siska
26
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
26 Juli 2011 : Allah Pemberi Rahmat
Yoakim dan Anna, Orangtua SP Maria
Sir 44:1,10-15,
Mzm 132:11,13-14,17-18,
Mat 13:16-17
Mat 13:16
“Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”
Gereja Katolik berpijak di atas dua elemen dasar yaitu Kitab Suci dan tradisi. Meskipun di dalam Kitab Suci tidak ada perikop yang menceritakan tentang orang tua dari
Bunda Maria, tetapi kita dapat mengenal mereka dari tradisi Gereja. Sudah sejak abad
II setelah kebangkitan Kristus dalam tradisi Gereja dirayakan peringatan kedua orang
kudus ini. Nama Yoakim dan Anna mempunyai arti yang indah. Yoakim berarti Allah
pemberi dan Anna berarti rahmat. Bila kita satukan menjadi Allah pemberi rahmat. Allah adalah sungguh-sungguh pemberi rahmat karena melalui pasangan kudus ini Ia
memberikan kepada kita Santa Perawan Maria yang penuh rahmat.
Dalam perumpamaan tentang penabur Yesus mewartakan sabda bahagia ini kepada
para murid-Nya, “Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (Mat 13:16). Para murid sungguh berbahagia karena menyaksikan kehadiran
Kristus dan mendengarkan Dia. Sementara banyak orang benar dan para nabi yang
menginginkan anugerah yang sama, tetapi tidak dapat. Namun tentang Abraham Yesus telah bersabda, “Abraham Bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hariku dan
ia telah melihatnya dan ia bersukacita” (Yoh 8:56). Sabda Yesus telah Ia genapi. Janji
yang Allah berikan kepada Abraham (Kej 15) diwariskan turun-temurun sampai ke Yoakim dan Ana yang kini menikmati buah dari kesetiaan mereka, ‘berbahagia’ bersama
puteri mereka yang dipuji oleh segala keturunan, sang Ibu Tuhan.
Pada kita ada kesaksian para kudus. Pada kita ada jaminan oleh sabda Yesus. Pada
kita pula ada pilihan untuk setia pada Allah dalam mendengarkan dan melaksanakan
sabda-Nya dalam hidup keseharian kita. Kristus yang bangkit menepati janji-Nya untuk
menyertai kita sampai akhir jaman. Mari kita mohon rahmat untuk berani memilih untuk
setia pada-Nya.
Sr. Benedicta, OSB
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 27
27 Juli 2011 : Memilih
Titus Brandsma, Maria Magdalena Martinengo
Kel 34:29-35, Mzm 99:5,6,7,9, Mat 13:44-46
Matius 13: 44-46
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh
miliknya lalu membeli mutiara itu.
Sewaktu datang ke Tajikistan, sempat
ada perasaan ragu, seperti apakah Tajikistan. Posisi geografisnya yang bersebelahan dengan Afganistan, membuat
aku khawatir. Selain itu banyak informasi
yang salah yang aku dapat dari internet. Tajiistan memang negri yang mayoritasnnya beragaman Islam, namun
bukan Negara Islam, bahkan penggunaan Jilbab bagi perempuan dibatasi.
Pemerintah melarang laki2 memanjangkan jenggotnya. Tajikistan tidak mau di
samakan dengan Afganistan.
Siang ini aku baru saja kembali dari Hiking di pegunungan Mominobod, di perbatasan Tajikistan - Afganistan. Seorang anak
muda yang aku temui di share taxi menuju Mominobod, mengajak untuk bergabung
menjelajah pegunungan bersamanya, dan menemui pamannya disana. Tanpa rasa
ragu, aku jawab Iya ! Walau sebenarnya cukup berbahaya, pergi ke atas gunung di
kota yang aku tidak kenal, dengan orang yang baru aku kenal. Tapi tidak pernah terfikir
akan hal buruk selama ada disini.
Perjalan menempuh 2 jam mendaki, jalanan berbatu dan berdebu, lumayan sukar
dijelajah. Beberapa kali terpeleset, tapi tidak mengurangi rasa senang menuju atas
gunung! Dan ternyata benar, pemandangan dari atas gunung sangat spektular. Tapi
yang membuat aku terkesan, bukan pemandangan disana, tapi seorang lelaki paruh
baya yang tinggal di atas gunung.
Namanya Sadullah Rahmonov. Lima tahun yang lalu dia meninggalkan pekerjaan nya
sebagai Koki restorant dan membeli sebidang tanah di atas gunung. Dia sangat menyintai tanah diatas gunung ini, walau harus menempuh perjalanan 2 jam jalan kaki
di jalanan berbatu. Tidak ada listrik disana, dan air pun harus mengambil dari sumber
mata air. Tapi ia sangat bahagia dengan pilihannya.
Sadullah menanam macam2 tumbuhan, dari kentang, wortel, tomat dan buah buahan. Dia juga memelihara sapi dan ayam, agar bisa memberikan susu dan telur bagi
dia dan keluarganya. Sebelumnya aku mengira, dia beralih usaha menjadi petani
sayur2an, ternyata tidak. Dia menanam dan memelihara ternak hanya untuk kebutuhannya sendiri. Hidup mandiri, tanpa uang.
Aku tidak yakin aku bisa seperti Sadullah, memutuskan untuk menjual semua yang dia
punya, untuk memiliki sebidang tanah dan mengolahnya. Tapi hidup memang tentang
memilih. Banyak yang memilih untuk menikah, ada sebagian biarawan yang memutuskan untuk selibat dan bersama Kristus. Ada yang memilih untuk mengumpukan harta
sebanyak banyaknya, ada yang memilih untuk menikmati hidup dengan apa yang
dimiliki.
Injil hari ini, sangat mirip dengan kisah Sadullah di Tajikistan. Dia mungkin tidak pernah
tahu kisah ini dari Injil, karena ia seorang Muslim, tapi pilihan hidupnya sama dengan
kisah Injil.
Beranikah kita memilih meninggalkan segala kenyamanan kita, untuk benar benar menikmati apa yang kita impikan? Apabila Kristus meminta apa yang kita punya selama
ini, siapkah kita? Tuhan berkati.
Jeff Kristianto - Tajikistan
28
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
28 Juli 2011 : Jatuh Cinta
Kel 40:16-21,34-38,
Mzm 84:3,4,5-6a,8a,11,
Mat 13:47-53
Konon ada sepasang sejoli sedang jatuh cinta. Sebut saja Piter dan Mary. Keduanya
berasal dari latar belakang keluarga yang sangat berbeda. Piter berasal dari keluarga bangsawan, terkenal dan terdidik. Hari-hari hidupnya selalu diwarnai dengan
kegiatan2 ningrat yang pada intinya membentuk karakter Piter menjadi kokoh. Suatu
ketika Piter ke luar dari kawasan kerajaan. Baru pertama kali dia menginjakkan kaki
di luar kerajaan, dia menemukan situasi riil rakyatnya; Di sana Piter bertemu dengan
gadis desa-Mary. Dia berasal dari keluarga sederhana dan tidak terkenal. Jalinan cinta
mereka bertumbuh ketika Piter bertutur untuk meninggalkan istana dan tinggal bersama
rakyatnya.
Saudara dan saudari, Cinta Allah kepada manusia tak ada batasnya. Allah sungguh
jatuh cinta kepada kita lebih dari cerita Piter dan Mary. Tabir rahasia kecintaan Tuhan
sudah dinyatakan secara lugas sejak zaman Perjanjian Baru. Bahwa Allah telah mengutus puteraNya, yang tunggal untuk menebus dosa kita. Ajaran iman mendendangkan
kebenaran cinta Allah ini; bahwa dia telah lahir, telah wafat, telah bangkit dan akan
kembali agar kita memperoleh hidup.
Injil hari ini, berkisah tentang perumpamaan Yesus tentang kerajaan surga bagai pukat yang dilabuhkan ke laut. Perumpamaan ini menggambarkan orang yang memilih
Kristus dan bersedia untuk menjadi sahabat dan muridNya. Namun dalam kenyataan
hidup orang kurang menanggapi undangan Tuhan ini. Mereka masih melekat dalam
“ dunia lama” dan buruk. Sekalipun sudah menjadi katolik, tapi belum sepenuhnya
menanggapi undangan Tuhan dan tetap hidup dalam dunia kedagingan. Menjadi
murid Tuhan, berarti kita mesti “ jatuh cinta” denganNya. Hanya dengan itu, kita dapat
menjawab undanganNya untuk tetap setia padaNya. Menjadi murid Tuhan berarti juga
kita siap memperbaharui diri agar ketika dia “Datang” kita siap untuk menyambutnya
sebagai sahabat. Pilihan kita saat ini, sangat turut membentuk kesiapan kita dalam
menyambut sang “kekasih jiwa” kita.
Fr. Matheus, MGL
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 29
29 Juli 2011 : Terlambat
Jumat, 29 Juli 2011: Terlambat
Marta, Maria & Lazarus, Sahabat Tuhan
1Yoh 4:7-16,
Mzm 34:2-3,4-5,6-7, 8-9,10-11,
Yoh 11:19-27 atau Luk 10:38-42
Yoh 11:25
Akulah kebangkitan dan hidup barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.
Kita seringkali mendengar atau mungkin menulis status di Facebook “Tuhan tidak akan
terlalu cepat ataupun terlambat. Semua indah pada waktuNya”. Namun apa yang
hendak kita katakan pada perikop Injil hari ini. Dimana Maria dan Marta meminta kepada Yesus untuk datang segera karena kondisi Lazarus yang kritis. Bukannya cepat
datang, Tuhan Yesus malah “sengaja” datang terlambat. Hingga pada hari kedatangan Tuhan kesana didapatilah Lazarus sudah berbaring 4 hari di dalam kubur.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan.Injil pada hari ini mengajak kita untuk bertolak
pada pengalaman iman yang baru. Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun. Bahkan
di situasi yang “terlambat” sekalipun kuasa Tuhan tetap bekerja. Sebagai bukti Lazarus
yang telah menjadi mayat selama 4 hari dibangkitkan kembali. Tuhan “mengijinkan”
terjadi penundaan, tapi Dia juga menunjukkan bahwa KuasaNya terjadi. Apa yang
mungkin bagi kita “terlambat” namun bagi Tuhan adalah “permulaan”. Sebuah permulaan untuk menyatakan kemuliaanNya, yakni membangkitkan orang mati.
Saat ini apapun yang telah kita rencanakan, pikirkan, harapkan, impikan yang kelihatannya mustahil, sudah terlambat. Yakinlah bahwa Tuhan sanggup bekerja di situasi
yang “terlambat” menurut pandangan kita.Disinilah kita belajar untuk berserah penuh
pada penyelenggaraanNya.Karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita,rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita. Hanya dengan berserah total dan percaya sepenuhnya
maka kuasaNya menjadi sempurna atas hidup kita.
Sudahkah terlambat?!
Lulu
30
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
30 Juli 2011 : Komitmen
Petrus Krisologus, Yustinus de Yakobis
Im 25:1,8-17,
Mzm 67:2-3,5,7-8,
Mat 14:1-12 Mat 14:9
Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
Membaca injil hari ini,saya tergerak untuk membahas tetang sumpah/janji/komitmen.
Pernahkan kita berjanji dengan seseorang, ternyata tidak ditepati janjinya? Pasti rasanya jengkel dan kecewa. Dalam kitab Perjanjian Lama dan Baru, banyak janji-janji Allah yang ditujukan bagi manusia. Allah yang telah meciptakan segala sesuatu yang
baik dan selalu mau memberikan yang baik pada manusia. Begitu juga janji-janji Allah semuanya untuk kebaikan manusia. Dan Tuhan tidak pernah ingkar janji. Sebagai
tanggapan akan janji Allah itu manusia pun membuat janji/komitmen kepada Tuhan.
Dengan mengambil komitmen ini kita mendapat“ Hak Istimewa & Kesempatan “ untuk
bekerja dalam konteks kerja Allah yang bersifat illahi & Kekal.Seperti yang kita lakukan
sebagai satu komunitas, berjanji untuk menjadi pelayan Tuhan. Terkadang sulit juga untuk menjaga komitmen, agar tetap setia kepadaNya. Beberapa tips dibawah ini mungkin bisa menguatkan dalam menjalani komitmen/janji kita.
Pertama, Mengenal & menaklukanlah Musuh Utama, musuh terbesar dalam mempertahankan komitmen adalah masalah hidup, musibah atau penderitaan besar. Janganlah cepat menyerah saat kita dihadapkan dengan kesulitan atau tantangan. Hal ini
memang cukup berat untuk mempertahankan komitmen. Namun bila kita bisa bertahan
sampai akhir, berarti kita sudah teruji bagaikan logam mulia (emas) yang murni dan
berkilau indah. Kedua, Menggunakan Kehendak Bebas Dengan Sadar, komitmen merupakan pilihan, kita memiliki kebebasan penuh untuk mempertahankan atau menghentikan sebuah komitmen yang kita ambil. Jadi komitmen tidak tergantung situasi & kondisi
yang sering tidak menentu, juga tidak tergantung pada emosi & perasaan yang sering
berubah-ubah, lingkungan atau orang lain. Jadi disaat kita dalam keadaan yang “tidak
stabil” janganlah membuat keputusan yang berhubungan dengan komitmen.
Ketiga, Jangan mencari-cari alasan untuk tidak melakukan komitmen kita, apa itu? Hanya kita sendiri yang tahu. Keempat,Bangunlah Komitmen Diatas Nilai Mulia, selalu ingat
akan “ motivasi & tujuan” semula yang mempunyai nilai mulia : tulus, jujur, murni, bersih sehingga kita diberi kekuatan untuk mempertahankannya. Kelima, Mengenal Siapa
Yang Dilayani, sehingga kita tidak berfokus pada diri sendiri (keinginan untuk dihargai)
atau orang lain (kecewa bila orang lain tidak sesuai harapan kita). Keenam, Ingatlah
Tanggungjawab Ilahi, suatu saat kelak kita akan menghadap Tuhan dan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita buat selama ini. Ketujuh, Ingatlah ada Reward yang
akan datang, yaitu janji Allah yang telah disediakan untuk kebaikan kita. Semoga kita
semakin dikuatkan dalam menjalankan komitmen. Amin…
Nathasa
Vol. 20/2011
Fresh JUICE ! 31
31 Juli 2011 : Yuk ikutan ... Celebration Meal
Hari Minggu Biasa XVIII
Yes 55:1-3, Mzm 145:8-9,15-16,17-18, Rm 8:35,37-39,
Mat 14:13-21
Mat 14:19-20
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti
dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecahmecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya
membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai
kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.
Salah satu acara favorit di komunitas DOJCC (Disciples of Jesus Covenant Community)
adalah Celebration Meal. Celebration Meal atau Perayaan Syukuran Makan Bersama
merupakan salah satu tradisi di komunitas pusat DOJ di Australia. Celebration Meal di
Komunitas DOJ di Bali, diadakan sebulan sekali, pada hari Sabtu terakhir dalam bulan,
bertempat bergiliran di rumah anggota. Acara ini boleh diikuti oleh siapa saja. Opa,
Oma, suami istri, orang muda, anak-anak, bahkan tetangga pun boleh ikutan :) Tujuan
utama dari Celebration Meal ini adalah sebagai ungkapan syukur atas penyertaan
Tuhan selama sebulan dan juga perayaan ulang tahun bersama bagi mereka yang
berulang tahun di bulan tersebut. Beberapa yang hadir dalam Celeb Meal juga ikut
menyumbangkan makanan sebagai bentuk ingin berbagi bersama.
Dalam Alkitab pun sering dituliskan mengenai acara makan. Mulai dari Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Bahkan Yesus pun sering dituliskan makan bersama bukan saja
dengan para muridNya, juga dengan orang yang dianggap berdosa. Mulai dari Yesus
makan dengan Zakeus, Yesus makan dengan orang Farisi, bahkan sebelum Yesus ditangkap pun Yesus masih ‘sempat’ mengadakan makan bersama muridNya yang sering
dikatakan Perjamuan Terakhir. Sesudah Yesus bangkit pun ketika Yesus menampakkan
kepada muridNya Yesus juga bertanya apakah ada makanan yang bisa dimakanNya.
Rupanya acara makan bersama disini memegang peranan cukup penting. Dalam tradisi Yahudi, makan bersama merupakan lambang persaudaraan. Makan bersama juga
merupakan lambang perdamaian antar orang yang bertikai. Dengan makan bersama
kita diingatkan kembali bahwa kita mau bersyukur untuk setiap hal yang kita miliki. Bukan mengeluh untuk setiap hal yang tidak kita miliki. Makan bersama juga merupakan
simbol bahwa Tuhan selalu menyertai setiap umatNya bukan saja dengan makanan
rohani namun juga dengan makanan jasmani. Seperti mujizat yang Yesus lakukan dengan 5 roti dan 2 ikan dalam bacaan ini.
Makan bersama? Yuk, ikutan Celebration Meal di Komunitas DOJ setiap sabtu terakhir
dalam bulan.
Hubungi 0361 - 85 11223 untuk reservasi tempat. Gratis !!
Yovie
32
Fresh JUICE !
Vol. 20/2011
Download