BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Kanker sebetulnya bukanlah nama penyakit atau rasa sakit. Kanker merupakan sebuah nama untuk sekelompok besar bermacam-macam perasaan tidak sehat dengan gejala-gejala yang sama.1 Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.2 Dengan demikian kanker merupakan suatu pertumbuhan sel-sel dalam badan yang menggandakan diri secara berlebihan dan tidak ada batasnya, dan tidak mempunyai tujuan dan manfaat bagi kehidupan seseorang. Sel-sel yang membagi diri secara cepat dan tidak teratur ini tidak mengikuti pertumbuhan sel-sel yang normal, tetapi tumbuh secara autonom. Pertumbuhan sel-sel yang tidak normal ini kemudian membentuk suatu tonjolan atau pembengkakan di bawah kulit atau di dalam badan yang kemudian disebut tumor.3 Di dalam ilmu kedokteran terdapat dua macam tumor, yaitu:4 a. b. Tumor jinak, yang tidak membahayakan jiwa manusia, kecuali jika tumor tersebut menekan kepada alat-alat yang vital, seperti tumor otak atau tumor leher yang menekan kepada alat pernafasan atau menimbulkan pendarahan. Kadang-kadang tumor jinak ini dapat juga menjadi ganas. Tumor ganas. Tumor inilah yang disebut kanker. Tiap bagian dari tubuh dapat terkena kanker. Kanker dapat muncul di setiap bagian dari tubuh, termasuk payudara. Seperti yang diketahui bahwa payudara merupakan organ yang penting dalam kehidupan seorang perempuan, karena payudara merupakan simbol kebanggan bagi perempuan. Namun, di luar persepsi yang ada tentang keindahan dan kegunaan payudara sebagai pemberi kehidupan dan kenikmatan seksual, ternyata muncul berbagai persoalan yang berkaitan dengan kenyataan tragis terhadap payudara itu sendiri seperti halnya dengan kanker payudara, yang merupakan 1 Wiebe Braam, Aart Leemhuis, 100 Pertanyaan Mengenai Kanker, Jakarta, Sinar Harapan, Cetakan Kedua, 1981, hlm. 13 2 http://www.mediasehat.com/utama07.php diakses pada tanggal 8 Maret 2008 3 Soemartono, Beberapa Perkembangan Mengenai Masalah Kanker Dalam Masyarakat, Bandung, Universitas Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a 1 pertumbuhan liar di dalam tubuh atas sel-sel yang tidak normal5 di dalam payudara yang digambarkan sebagai benjolan dalam payudara yang tidak dapat disembuhkan, yang kemudian dikenal sebagai kanker payudara. Di Indonesia, penyakit kanker payudara merupakan kanker yang menempati urutan kedua sesudah kanker rahim pada wanita. Penelitian membuktikan bahwa kanker payudara baik di Indonesia maupun di negara maju cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, karena wanita pada umumnya bangga dengan payudaranya. Saat ini, jumlah penderita kanker payudara semakin bertambah. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Jakarta Breast Centre pada April 2001 – April 2003 yang menunjukkan bahwa dari 2.834 orang yang memeriksakan benjolan di payudaranya, 368 orang (13%) terdiagnosa kanker payudara.6 Anggapan tentang kanker sebagai penyakit parah yang berkepanjangan – yang dapat menghabiskan banyak biaya, dan bahkan pada akhirnya dapat menyebabkan penderitanya meninggal dunia – merupakan anggapan yang sering muncul dalam pikiran setiap orang yang mendengarnya, hal ini juga berlaku ketika orang mendengar tentang kanker payudara. Jumlah angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara ini disebabkan karena penderita kanker tersebut tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah “Sadari” sejak dini, sehingga ketika awal didiagnosis, kanker tersebut sudah menyebar ke luar lingkungan nodus kelenjar getah bening setempat.7 2. Permasalahan Kanker payudara sampai saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan wanita. Seseorang yang dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut bisa timbul rasa cemas yang berkepanjangan. Sebab yang terbayang di benaknya adalah kematian, atau setidaknya rasa takut akan kehilangan organ tubuh yang menjadi simbol kebanggaannya 5 Mary Beth Moster, Hidup Bersama Kanker, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989, hlm. 17 Zubairi Djoerban, Laila Rose, Evert Poetiray, Soharti, “Kanker Payudara: Yang Penting dan Perlu Diketahui,” dalam Majalah Medicinal, Vol. 4 No. 2, Juli 2003. 7 Luciane Lansen, Dari Wanita Untuk Wanita, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1985, hlm. 395 6 2 sebagai perempuan. Rasa takut dan cemas merupakan salah satu reaksi normal manusia apalagi bagi seseorang yang didiagnosa menderita kanker. Operasi merupakan perawatan utama bagi penderita kanker payudara, walau terkadang digabungkan dengan kemoterapi8 dan radiasi9. Prosedur pembedahan yang dipakai untuk kanker payudara yaitu mastektomi,10 dengan cara pengangkatan payudara. Menurut Dr. Rene C. Mastrovito (Pusat Kanker Memorial Sloan Kettering di New York): Mastektomi dapat berakibat buruk pada sebagian besar wanita. Hal ini dapat dilihat dari pendapatnya bahwa goncangan psikologis akibat mastektomi sering terjadi pada sejumlah wanita, karena seorang wanita dengan konsep harga dirinya yang sangat tergantung pada rasa kewanitaan dan citra tubuhnya sebagai wanita, akan menderita kehilangan yang lebih besar.11 Secara tidak langsung, hal ini mau menunjukkan bahwa pandangan penderita kanker payudara terhadap dirinya setelah menjalani operasi (pasca operasi), sadar atau tidak sadar juga akan dipengaruhi oleh penyakit tersebut. Penampilan tubuh seorang wanita mungkin akan berubah setelah menjalani operasi atau perawatan lanjutan yang lainnya, sehingga cara ia memandang dirinya pun akan berubah. Apalagi perubahan yang terjadi setelah operasi akibat kanker, tentu ini akan menimbulkan tanggapan emosional bagi penderitanya. Dari sudut pandang psikologis, kebutuhan dan tanggapan emosional yang muncul dalam diri penderita kanker adalah perasaan marah, takut, tertekan, mudah tersinggung, tidak bisa tidur dan mimpi buruk.12 Namun, hal ini bergantung pada ciri khas kanker tersebut, letaknya, cara perawatannya dan perkembangannya.13 Begitu juga dengan penderita kanker payudara, tanggapan emosional ini tentu saja akan muncul karena biar bagaimanapun juga payudara merupakan bagian yang penting bagi wanita. Hal ini disebabkan fungsi payudara sebagai penyedia, yakni sebagai penyedia makanan – bagi bayi yaitu melalui air susu ibu (ASI), dan juga sebagai penyedia kepuasan fisik dan emosi. Selain itu, permasalahan lain yang juga bisa timbul akibat perawatan lanjutan bagi penderita 8 Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker (sitostika) untuk merusak sel-sel kanker. Radioterapi (radiasi) merupakan pengobatan yang dilakukan dengan melakukan penyinaran ke daerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel kanker. 10 Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat seluruh payudara beserta kankernya, kadangkadang beserta otot dinding dada. 11 Scn 6, hlm. 26 12 S.d.a, hlm. 51 13 S.d.a, hlm. 29 – 30 9 3 kanker payudara, misalnya melalui kemoterapi dan radiasi dapat menimbulkan kecemasan yang lain, seperti rambut rontok sebagai akibat dari radiasi maupun pemakaian obat obat anti kanker (sitostika) dalam kemoterapi. Ini merupakan akibat sampingan yang paling berat, terutama bagi kaum wanita. Hal ini tentu saja membuat pergumulan yang dialami oleh penderita kanker payudara semakin bertambah. Namun, sejauh ini pendampingan secara khusus yang dilakukan oleh para konselor/pastor kepada penderita kanker payudara belum dilakukan secara maksimal.14 Proses pendampingan pastoral yang belum maksimal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa pendampingan terhadap penderita payudara bukanlah hal yang mudah, sebab perlu disadari bahwa penderita kanker payudara memiliki pergumulan yang khas. Dalam permasalahan ini, upaya pendampingan pastoral sangat diperlukan dan bermanfaat bagi warga gereja terkhusus bagi mereka yang sedang dalam permasalahan, salah satunya bagi wanita yang menderita kanker payudara. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul pertanyaan yaitu: 1. Bagaimana pergumulan penderita kanker payudara pasca operasi? 2. Bagaimana pendampingan pastoral yang sudah dilakukan bagi penderita kanker payudara selama ini di gereja? 3. Permasalahan apa saja yang dihadapi oleh konselor dan konseli selama proses pendampingan? 4. Upaya pandampingan pastoral seperti apakah yang sesuai untuk penderita kanker payudara? 3. Batasan Masalah Dengan melihat latar belakang dan permasalahan yang sudah dipaparkan, maka pada penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada penderita kanker payudara pasca operasi. 14 Band. Lampiran, hlm. 11 – 12 4 4. Judul Dari uraian yang sudah penulis paparkan, maka penulis akan membahas permasalahan di atas dengan judul: PENDAMPINGAN PASTORAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA PASCA OPERASI Penjelasan Judul: a. Pendampingan merupakan istilah yang memiliki pengertian berada bersama orang lain untuk menolong orang itu agar dapat menumbuhkan dan mengaktualisasikan dirinya secara penuh. b. Pastoral adalah istilah yang merupakan bentuk kata sifat dari “pastor” yang berasal dari kata “Sheperd” (gembala). Hal ini didasarkan pada konsep gambaran Yesus sebagai “Gembala yang baik”. Ini berarti bahwa apapun yang dilakukan oleh pastor atau gembala merupakan tindakan penggembalaan.15 c. Penderita merupakan orang yang menderita/ mengalami suatu peristiwa atau kondisi (kesusahan, sakit, cacat, dan sebagainya).16 d. Kanker Payudara merupakan pertumbuhan liar di dalam tubuh atas sel-sel yang tidak normal khususnya di dalam payudara yang tidak dapat disembuhkan. e. Pasca Operasi, merupakan suatu kondisi setelah menjalani operasi (pengobatan penyakit dengan jalan memotong bagian tubuh yang sakit).17 5. Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah: 1. Menggali pergumulan yang dihadapi oleh penderita kanker payudara pasca operasi. 2. Menggali bagaimana pendampingan pastoral sudah dilakukan oleh gereja dalam mendampingi penderita kanker payudara pasca operasi. 15 Rodney J. Hunter, Dictionary of Pastoral Care and Counseling, Nashville, Abingdon, 1998, hlm. 828 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III – cetakan kedua, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hlm. 255 17 S.d.a. hlm. 834 16 5 3. Menggali permasalahan yang dihadapi oleh konselor dan konseli selama proses pendampingan dilakukan. 4. Memberikan usulan tentang upaya pendampingan pastoral yang sesuai untuk penderita kanker payudara pasca operasi. 6. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif – analitis, yaitu dengan menguraikan pokok-pokok pembahasan yang disertai dengan analisis dan tanggapan penyusun berdasarkan data-data dan hasil temuan yang ada di lapangan, sehingga uraian yang diberikan akan semakin jelas. Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial yang ada.18 Untuk pengumpulan data, selain dengan studi literatur atau bahan bacaan yang berkaitan dengan judul skripsi maupun permasalahannya, penulis juga mencari data dengan melakukan penelitian lapangan menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan kepada 10 responden yang terdiri dari 6 responden konseli (wanita yang pernah menderita kanker payudara dan yang sudah melakukan operasi) serta 4 orang responden konselor (pendamping). Penelitian dilakukan sejak tanggal 10 November 2007 – 7 Desember 2007. Daftar pertanyaan dan tabulasi data terlampir. 7. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, judul, tujuan penulisan skripsi, metode yang dipakai untuk meyelesaikan penulisan skripsi ini serta sistematika penulisan skripsi. BAB II Kanker Payudara dan Permasalahannya 18 Prof. Dr. S. Nasution, MA, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hlm. 24 6 Bab ini berisi uraian tentang pengenalan terhadap payudara termasuk di dalamnya mengetahui anatomi payudara, perkembangan payudara, fungsi payudara. Selain itu, pada bab ini juga diuraikan tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan kanker payudara berdasakan teori yang ada dan perawatan lainnya yang harus dilakukan, serta pengaruh dari perawatan-perawatan tersebut. Selain itu pada bab ini juga akan diuraikan permasalahan yang dihadapi oleh penderita kanker payudara pasca operasi. BAB III Pendampingan Pastoral Gereja bagi Penderita Kanker Payudara Pasca Operasi dan Permasalahannya Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi oleh penderita kanker payudara, pihak-pihak yang diharapkan dapat mendampingi penderita kanker payudara, hal-hal yang sudah dilakukan oleh gereja dalam melakukan pendampingan pastoral bagi penderita kanker payudara, termasuk di dalamnya perbedaan melakukan pendampingan pastoral terhadap penderita kanker payudara, hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar penderita kanker payudara, dan hambatan yang dihadapi dalam proses pendampingan pastoral. BAB IV Usulan Pendampingan Pastoral terhadap Penderita Kanker Payudara Pasca Operasi Bab ini berisi tinjauan-tinjauan teoritis mengenai pendampingan pastoral terhadap penderita kanker payudara. Di dalamnya diuraikan prinsip-prinsip dalam pendampingan pastoral yang berisi pengertian pendampingan pastoral, tujuan, fungsi pendampingan pastoral dan tahaptahap dalam pendampingan pastoral, serta refleksi teologis terhadap aksi pastoral yang dilakukan terhadap penderita kanker payudara. Sehingga diharapkan dari analisa teoritis ini di dapat suatu referensi bagi gereja dalam melakukan pendampingan pastoral bagi penderita kanker payudara. BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan atas seluruh pembahasan tentang permasalahan yang ada. Serta relevansinya atau hal-hal yang perlu diperhatikan oleh gereja dan masyarakat sehubungan dengan masalah penderita kanker payudara pasca operasi dan pendampingan pastoral yang dilakukan. 7