BUKU - Holy Trinity Community (KTM) North America

advertisement
BUKU PEGANGAN
PROGRAM
PEMBINAAN
ANGGOTA
TAHAP I
1
KOMUNITAS TRITUNGGAL
MAHAKUDUS
BUKU PEGANGAN
PROGRAM
PEMBINAAN
ANGGOTA
TAHAP I
Nama Anggota
Sel
Wilayah
Distrik
2
:
:
:
:
KOMUNITAS TRITUNGGAL
MAHAKUDUS
“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan.”
Kis. 2:24
PENGANTAR
Program Pembinaan Anggota Tahap I bertujuan untuk membina peminat lewat serangkaian
pengajaran dasar yang disusun sedemikian rupa guna menanamkan pengertian yang benar
mengenai Komunitas Tritunggal Mahakudus, bagaimana visi dan misinya serta sarana-sarana
pokok untuk menunjang visi dan misi tersebut. Untuk menempuh program ini, peminat
diwajibkan untuk mengikuti Retret Awal dan sangat dianjurkan untuk mengikuti Retret
Penyembuhan Batin.
Untuk menjadi anggota yang bisa menghayati visi dan misi Komunitas Tritunggal Mahakudus
dengan baik, seseorang haruslah memiliki komitmen yang tinggi kepada KTM, karena
komitmen merupakan sarana yang memampukan anggota untuk berkembang seoptimal mungkin.
Lebih lanjut lagi, seseorang perlu mendalami sarana-sarana pokok untuk menunjang visi dan
misi KTM : doa dan Kitab Suci. Ia perlu menghayati doa dan Kitab Suci ini serta
mengembangkannya dalam hidup sehari-hari, yaitu dalam hidup doa pribadi, dan dalam hidup
berkomunitas, yaitu dalam pertemuan sel dan pertemuan-pertemuan bersama lainnya.
Program Pembinaan Anggota Tahap I ini hendaknya dilakukan dalam pertemuan-pertemuan
pengajaran, yang diadakan 1X setiap bulan selama 9 bulan berturut-turut di luar pertemuan sel
dan pertemuan wilayah oleh masing-masing wilayah / distrik (tergantung situasi dan kondisi
setempat). Pertemuan pengajaran ini didahului dengan pujian dan penyembahan yang relatif
singkat, yang tidak sama dengan pada pertemuan sel atau pertemuan wilayah. Program ini
berjangka waktu 1 tahun. Anggota akan berbuah banyak dalam menjalani program ini bila
ditunjang oleh komitmen yang tinggi pada pertemuan sel dan pertemuan wilayah.
Bahan pengajaran dasar ini hendaknya pula dijadikan ajang untuk melatih dan membina tenagatenaga pengajar dari Komunitas Tritunggal Mahakudus sendiri. Di samping tujuan yang
tertulis, Program Pembinaan Anggota Tahap I ini secara implisit bertujuan membangkitkan
kader-kader tenaga pengajar demi kepentingan KTM dan pelayanan di Gereja.
Program ini baru bisa berhasil baik bilamana ada kerjasama dari seluruh anggota. Tenaga
pengajar dan para pemimpin (para pelayan dan wakil / dewannya) diharapkan mempunyai
wawasan yang cukup luas mengenai bahan pengajaran dengan membaca buku-buku sumber
(lihat : D. Rincian Bahan Pengajaran pada hal. 6). Bila ada kesalahan dalam pengajaran, tenaga
pengajar dan para pemimpin diharapkan memberikan koreksi setelah pengajaran selesai. Dari
pihak lain, partisipasi anggota sangatlah diharapkan, tidak saja untuk mendengarkan pengajaran
yang sedang diberikan, namun juga untuk mempelajarinya kembali di rumah. Dengan kata lain,
semua anggota KTM harus berperan aktif dalam program ini demi pembinaan anggota sendiri.
Akhirnya, Buku Pegangan Program Pembinaan Anggota Tahap I ini berfungsi sebagai data
pembinaan Anda sendiri. Tersedia kolom-kolom yang memuat bahan-bahan pengajaran dan
retret yang sudah Anda tempuh sebagai persyaratan keanggotaan tahap I pada hal.76.Selamat
menempuh Program Pembinaan Anggota Tahap I !.
3
Daftar Isi
Pengantar
Daftar Isi
A. Tujuan Pembinaan
B. Anjuran Retret
C. Pelaksanaan Pengajaran
D. Rincian Bahan Pengajaran
E. Pedoman Workshop
F. Pedoman Sharing dalam Pertemuan Sel
G. Makalah-makalah:
1. Visi dan Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus
2a. Mengenal Komunitas Tritunggal Mahakudus
2b. Komitmen kepada Komunitas Tritunggal Mahakudus
3. Doa
4. Doa Yesus
5. Lectio Divina
6. Pengantar Kitab Suci Umum
7. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama
8. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru
9. Pertemuan Sel
H. Data Pembinaan Anggota
4
3
4
5
5
5
6
9
11
12
12
21
26
30
38
43
47
54
65
72
76
A.TUJUAN PEMBINAAN
1. agar anggota mengerti tentang Komunitas Tritunggal Mahakudus serta visi dan
misinya.
2. agar anggota mengenal sarana-sarana pokok untuk
menunjang visi dan misi tersebut.
B. ANJURAN RETRET
1.
2.
Awal / Seminar Hidup Baru dalam Roh : diwajibkan bagi peminat.
Penyembuhan Batin.
C.PELAKSANAAN PENGAJARAN
1.
Masing-masing bahan pengajaran bisa diikuti tanya jawab, bila diperlukan.
2.
Untuk bahan pengajaran yang diikuti workshop (bertandakan *), pemimpin workshop
diharapkan mempelajari E. Pedoman Workshop (hal. 9) terlebih dulu.
3.
Keterangan kolom-kolom ‘D. Rincian Bahan Pengajaran’ (hal. 6 )
bahan
: memuat topik-topik pengajaran.
pokok bahasan
: memuat pokok-pokok yang dibahas dalam bahan pengajaran.
Para pengajar hendaknya mengulas semua pokok ini.
j.sesi=jumlah sesi : memuat berapa jumlah sesi yang dibutuhkan untuk satu bahan
pengajaran.
1 sesi bisa mengambil waktu antara 45 menit sampai 1 jam.
topik sharing
: memuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijadikan bahan sharing dalam
pertemuan sel berikutnya.
Sel bisa memilih pertanyaan yang mana dan berapa jumlahnya berdasarkan
kebutuhan anggota. Sharing bisa diikuti saling mendoakan untuk masalah-masalah anggota
yang sehubungan dengan topik sharing.
5
D. RINCIAN BAHAN PENGAJARAN
NO BAHAN
1 Visi dan Misi
KTM
POKOK BAHASAN
J.SESI TOPIK SHARING
I. Visi KTM:
2
1. Bagaimana saya masuk
a.latar belakang historis.
dalam Komunitas Tritunggal
b.Tujuan KTM
Mahakudus dan mengapa saya
c.Spiritualitas KTM :
membutuhkannya?
1. spiritualitas Karismatik Katolik
2. Apa usaha saya agar saya bi2. spiritualitas Karmel
sa menjadi seorang kader awam
II. Misi KTM :
yang sungguh-sungguh Karisa. panggilan KTM.
matik dan sungguh-sungguh
b. mencintai komunitas
Katolik?
c. pelayanan terpadu sebagai
3. Apa manfaat Spiritualitas
komunitas.
Kar-mel bagi anggota KTM?
d. Soal ekumenisme.
4. Apa yang bisa saya lakukan
e. Peka dan terbuka terhadap tandauntuk memenuhi visi dan misi
tanda zaman
KTM?
f. KTM dalam millenium III.
2a Mengenal KTM a. pentingnya mengenal KTM.
2
1. mengapa saya mau komit
b. Beberapa hal penting dalam
kepada KTM ?
mengenal KTM:
2. Apa hal-hal yg menghambat
1. tujuan komunitas
saya untuk komit kepada KTM
2. syarat-syarat keanggotaan
dan bagaimana saya
3. kewajiban-kewajiban anggota
mengatasinya ?
4. iman Katolik bagi semua anggota
3. Apa buah-buah komitmen
5. sel komunitas dan pertemuan sel
saya kepada KTM selama ini?
6. kepemimpinan dalam komunitas
7. pelayanan bersama
8. hal keuangan.
2b Komitmen
a. pentingnya komitmen
kepada KTM
b. komitmen anggota
c. tahap-tahap keanggotaan
d. pengucapan komitmen bersama
e. penghayatan komitmen
3 Doa
a. pengertian
2
1. Bagaimana hidup doa
b. pentingnya doa
pribadi saya sehari-hari ?
c. Roh Kudus adalah sumber doa kita
2. Bentuk doa manakah yang
d. Unsur-unsur insani dalam doa
paling saya sukai/sering saya
e. Doa lisan dan doa batin
lakukan ? Mengapa ?
3. Apa hal-hal yg menghambat
doa pribadi saya dan bagaimana saya mengatasinya ?
6
NO BAHAN
4 Doa Yesus
5. Lectio Divina
POKOK BAHASAN
a. apakah doa itu ?
b. Yesus adalah teladan kita dalam
berdoa
c. Inti doa Yesus
d. Rumusan doa Yesus
e. Latihan penyadaran
f. Doa dan pernafasan
g. Halangan-halangan doa
h Motivasi berdoa
i. Gejala-gejala yang kadang-kadang
menyertai dalam doa
j. Buah-buah doa Yesus
k. Keheningan dan kontemplasi
l. Sikap tubuh.
a. tujuan lectio divina
b. empat langkah lectio divina
1. pembacaan
2. meditasi
3. doa
4. kontemplasi
6. Pengantar Kitab a. Apa alkitab:
Suci Umum
1. buku sejarah karya Allah
2. buku gereja dan buku iman
3. Sabda Allah dalam bahasa
manusia
b. kanon Alkitab :
1. pengertian
2. terjadinya :
- kanon Yahudi/Yamnia/Ibrani.
- Septuaginta,Vetus Latina,Vulgata
- Kanon PL dan PB Gereja Katolik
7. Pengantar Kitab a. sejarah Israel :
Suci Perjanjian
1. periode awal mula
Lama
2. periode kerajaan
3. periode pembuangan
4. periode sesudah pembuangan
5. periode Yudaisme
b. geografi Palestina :
1. batas-batas Tanah Perjanjian
2. geografi fisik
3. Iklim
4. flora
5. fauna
c. para nabi dalam Perjanjian Lama :
1. nabi-nabi perintis
7
J.SESI TOPIK SHARING
2
1. Bagaimana saya melakukan
doa Yesus sebagai bagian dari
doa pribadi saya ?
2. Apa hambatan-hambatan yg
saya alami bila saya melakukan dia Yesus ?
3. Apa manfaat doa Yesus bagi
hidup pribadi saya ?
2
2
2
1. Bagaimana saya
menentukan bahan dari Kitab
Suci untuk lectio divina ?
2. Apa hambatan-hambatan
saya dalam melakukan lectio
divina ?
3. Apa manfaat yang saya
peroleh dari lectio divina ?
1. Apa buah-buah positif dari
pembacaan Kitab Suci seca-ra
teratur bagi hidup saya?
2. Apa yang saya lakukan bila
saya menemui kesulitan da-lam
menangkap arti suatu teks
Kitab Suci?
1. Kitab manakah dari
Perjanjian Lama yang paling
menge-sankan bagi saya.
Mengapa?
2. Kitab manakah dari
Perjanjian Lama yang jarang
atau ham-pir tak pernah saya
baca ? Mengapa ?
3. Apakah saya menyukai
cerita cerita dalam Perjanjian
Lama Apa manfaatnya bagi
saya ?
2. nabi-nabi klasik
3. penulis Apokaliptis.
NO BAHAN
POKOK BAHASAN
8. Pengantar Kitab a. isi pokok.
Suci Perjanjian b. Sejarah ringkas :
Baru
1. tradisi lisan
2. tradisi tertulis
3. pengumpulan tulisan.
c. latar belakang :
1. politik
2. sosio – religius
3. religius politis
4. ekonomi.
J.SESI TOPIK SHARING
2
1. Kitab manakah dari
Perjanjian Baru yang paling
mengesan-kan bagi saya ?
Mengapa ?
2. Kitab manakah dari
Perjanjian Baru yang jarang
atau hampir tak pernah saya
baca ? Mengapa ?
3. Sejauh manakah Injil Yesus
Kristus menjadi sumber kekuatan dan sumber inspirasi bagi
saya dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?
9a. Pertemuan Sel
1
1. Apa yang bisa saya lakukan
agar dalam pertemuan sel dan
a. pentingnya pertemuan sel
pertemuan wilayah ada
b. unsur-unsur pertemuan sel
penyembahan yg mendalam?
c. rincian unsur-unsur pertemuan sel :
2. Apa yang bisa saya lakukan
1. pujian dan penyembahan
agar
pertemuan sel dan per2. manifestasi karunia-karunia Roh
temuan wilayah menjadi sa-lah
Kudus
satu prioritas utama da-lam
3. discernment
hidup saya?
4. sharing
3. Apa yang bisa saya lakukan
5. pengajaran & diskusi pengajaran
agar pertemuan sel dan per6. renungan
temuan wilayah menjadi tem7. saling mendoakan/doa penyempat di mana sesama anggota
buhan
bisa memupuk kasih
8. doa syafaat
persaudaraan.
9. pengumuman
9b Karunia Doa
dalam bahasa
Roh
10.Doa Penutup
a. pengertian
b. dasar Kitab Suci
c. bersenandung dalam bahasa Roh
d. beda antara karunia ini dengan
karunia-karunia karismatik
e. manfaat
f. cara mendoakan orang
8
1
1. Bagaimana saya menggunakan karunia doa dalam baha-sa
roh dalam hidup sehari-hari ?
2. Apa manfaat doa dalam bahasa roh bagi hidup saya ?
E. PEDOMAN WORKSHOP
I.
DOA YESUS.
1.
Angkatlah 1 atau 2 lagu pujian dan kemudian 1 lagu penyembahan.
2.
Ucapkanlah doa pembukaan.
3.
Ajaklah umat membuka hati bagi Yesus dan mengambil posisi duduk yang sesuai untuk
doa Yesus.
4.
Ajaklah umat mengambil napas panjang 2 atau 3 kali supaya menjadi lebih tenang atau
ajaklah umat melakukan penyadaran, misalnya : menyadari pernafasan, pakaian yang melekat,
udara sejuk yang menyentuh kulit, suara alam dll.
5.
Ajaklah umat menyadari bahwa saat ini adalah saat yang indah untuk bertemu Yesus
dalam doa dan dalam lubuk hati.
6.
Ajaklah umat menyerukan nama Yesus seturut ritme pernafasan dengan penuh kerinduan,
dengan penuh iman, harapan dan kasih.
7.
Biarkan umat memasuki keheningan dalam doa Yesus dan jangan terlalu banyak bicara.
8.
Bila umat gelisah karena melantur atau sulit konsentrasi, sesekali ajaklah mereka
menyerukan nama Yesus kembali dengan penuh kerinduan.
9.
Akhirilah doa Yesus dengan suatu ucapan syukur, atau doakanlah Bapa Kami perlahanlahan, atau nyanyikan 1 lagu penutup / lagu syukur.
II.
LECTIO DIVINA.
Lectio divina sebenarnya merupakan suatu doa pribadi, karena itu paling baik dilakukan
secara pribadi. Namun kadang-kadang dan pada permulaan, untuk membantu mereka yang
belum mengertinya, dapat juga dilakukan bersama-sama dalam kelompok. Pedoman berikut ini
ialah untuk kelompok semacam itu :
1.
Angkatlah sebuah lagu pujian.
2.
Ucapkanlah doa pembukaan.
3.
Pilihlah bacaan Kitab Suci berdasarkan bacaan hari itu atau menurut pilihan.
4.
Ajaklah umat membaca perikop yang dipilih. Pembacaan bisa diulang 2 atau 3 kali.
5.
Ajaklah umat membaca perikop dalam hati selama ± 5 menit.
6.
Berikan kesempatan kepada umat untuk berdiskusi mengenai bacaan untuk membantu
pemahaman selama ± 10 menit.
7.
Ajaklah umat merenungkan dan meresapkan bacaan tadi selama ± 15 menit.
8.
Berikan kesempatan kepada umat untuk menyampaikan doa-doa spontan berupa syukur,
permohonan, janji, pembaharuan komitmen kepada Tuhan dll.
9. Akhirilah dengan sebuah lagu penutup.
9
KARUNIA DOA DALAM BAHASA ROH.
1.
Ajaklah umat menyembah Tuhan lewat senandung dalam bahasa roh dan mintalah agar
Roh Kudus mencurahkan karunia doa dalam bahasa roh kepada mereka yang belum
mendapatkannya.
2.
Ada 2 cara Roh Kudus mencurahkan karunia doa dalam bahasa roh :
a.
selama penyembahan, Roh Kudus memberikan karunia doa ini secara langsung kepada
sejumlah orang.
b.
bila masih ada yang belum mendapatkannya, ajaklah mereka untuk maju ke tengah /
depan agar kelompok bisa mendoakan mereka satu per satu lewat penumpangan tangan.
3.
Cara mendoakan seseorang agar mendapat karunia ini lewat penumpangan tangan :
a.
orang yang mendoakan berdoa keras dalam bahasa roh.
b.
orang yang didoakan mencoba menirukannya sampai ia bisa menggunakan bahasa rohnya
sendiri, yang lain dari bahasa roh orang yang mendoakan tadi.
10
F. PEDOMAN SHARING DALAM PERTEMUAN SEL
I.
Tujuan sharing :
1.
untuk memuliakan Allah.
Tujuan utama sharing adalah untuk memuliakan Allah, dan bukannya untuk memuliakan
diri sendiri. Sharing hendaklah menunjukkan bahwa Allahlah yang membuat segalanya mungkin,
dan bukannya diri kita.
2.
untuk membangun komunitas.
Karya Allah yang diungkapkan lewat sharing adalah untuk membangun komunitas.
Lewat sharing, iman anggota dibangkitkan dan dengan demikian membangun komunitas.
II.
Untuk mencapai ke dua tujuan tersebut, suatu sharing haruslah efektif. Maka di sini
diperlukan seorang pemimpin sharing, bisa Pelayan Sel atau Wakil atau anggota yang
kompeten, yang berperan sebagai seorang moderator, dengan tugas-tugas sbb. :
1.
mengusahakan agar sebanyak mungkin anggota bisa mendapatkan giliran sharing.
2.
mengarahkan pembicaraan yang melantur kembali ke topik sharing.
3.
menenangkan suasana bila sharing berubah menjadi suatu perdebatan.
4.
mencatat hal-hal yang perlu dikomentari dari sharing anggota, baik secara pribadi
maupun dalam pertemuan sel, setelah sharing itu selesai.
Mengingat pentingnya peran seorang pemimpin sharing, dalam suatu pertemuan sel diperlukan
ketaatan anggota kepada pemimpin sharing, agar suatu sharing bisa berjalan dengan tertib dan
lancar.
III.
Cara-cara sharing yang baik :
1.
sharing harus singkat, padat dan jelas.
Hindarilah penyampaian sharing yang bertele-tele, terlalu mendetail dan terlalu banyak
menggambarkan keadaan pribadi.
2.
sharing harus obyektif dan benar.
Hindarilah penyampaian sharing yang tidak jujur dan dilebih-lebihkan.
3.
sharing bukan suatu cara berdikusi atau bahkan suatu penyelesaian masalah.
Sharing merupakan suatu ungkapan pengalaman. Sharing tidak mengajukan pertanyaan
yang perlu dijawab atau dikomentari pada saat itu juga. Sharing juga tidak mencarikan jalan
keluar bagi suatu masalah. Maka bila ada hal-hal yang perlu dikomentari, pemimpin sharing,
Pelayan Sel, Wakil bisa mencatatnya dan membahasnya dengan anggota tersebut secara pribadi,
atau bila hal tersebut bersifat umum, bisa dikomentari setelah semua anggota mendapat giliran
sharing.
4.
sharing bukan suatu cara untuk menjatuhkan orang lain.
Hindarilah membicarakan kekurangan atau kesalahan orang lain.
11
G. MAKALAH-MAKALAH
VISI DAN MISI
KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
I.
VISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
I.1
Latar Belakang Historis
Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) lahir dalam suatu retret yang diadakan pada tanggal 911 Januari 1987 di Ngadireso. Retret tersebut dihadiri oleh peserta dari Keuskupan Malang dan
Surabaya. Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm mencoba merealisasikan suatu komunitas di
zaman modern ini, yang berinspirasikan pada komunitas Kristiani yang pertama (bdk Kis 2:4147), yaitu suatu komunitas yang berusaha menghayati hidup Kristen yang sejati berdasarkan
pada misteri agung cinta Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka dari itu komunitas ini
mengambil nama KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS, untuk selalu mengenangkan
misteri agung tersebut dan menghayatinya. Tanggal 11 Januari 1987 ditetapkan sebagai tanggal
berdirinya Komunitas Tritunggal Mahakudus dan komunitas ini terus berkembang hingga saat
ini.
Komunitas ini mengambil nama KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS. Hal ini
didasarkan pada pengalaman para rasul dalam Kisah Para Rasul. Pada hari Pentakosta para murid
Yesus yang telah dibaptis dan menerima pencurahan Roh Kudus berkumpul menjadi satu dalam
persaudaraan yang tulus ikhlas di bawah bimbingan para rasul. Mereka sehati sejiwa dalam doa
dan persekutuan dan dengan demikian membentuk komunitas Kristiani yang pertama. Mereka
berkembang seturut karunia yang diterima dari Allah (bdk Kis 2:41-44).
Karena pengalaman Roh Kudus, mereka menyadari keagungan misteri Tritunggal Mahakudus
yang diwahyukan Yesus kepada mereka. Allah adalah kasih (1 Yoh 4:16). Karena kasih, misteri
kehidupan Allah adalah misteri cinta kasih. Bapa mengasihi Putera dan mencurahkan seluruh
sabdaNya ke dalam diri Putera, yang menyambutnya dengan penuh syukur. Dengan cinta kasih
yang sempurna pula Putera menyerahkan diri kepada Bapa, sehingga muncullah Roh Kudus,
Sang Cinta Kasih. Dengan demikian dalam diri Allah Tritunggal terdapat aliran cinta kasih yang
mengalir tiada henti-hentinya dari Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus dan kembali lagi
kepada Bapa dalam Roh yang sama itu. Cinta kasih inilah yang menjadi dasar dari seluruh hidup
orang Kristen, yang diperkenankan mengambil bagian dalam aliran hidup tersebut.
1.2
Tujuan Komunitas Tritunggal Mahakudus
Alasan dasar mengapa Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm mendirikan Komunitas Tritunggal
Mahakudus adalah suatu kesadaran ganda, yaitu :
1.
untuk terus tumbuh dan berkembang dalam hidup baru dan hidup dalam Roh, dalam
situasi zaman ini, umat membutuhkan orang-orang lain yang seiman dan sekeyakinan untuk
tumbuh bersama di dalam Tuhan. Dengan kata lain, mereka membutuhkan suatu komunitas.
12
2.
Gereja membutuhkan kader-kader awam yang sungguh-sungguh Karismatik dan
sungguh-sungguh Katolik.
Kita bisa melihat kenyataan dalam Gereja bahwa orang-orang yang terjun dalam Pembaharuan
Karismatik memang sungguh-sungguh diperbaharui hidupnya dan bersemangat besar setelah
mendapat pencurahan Roh Kudus. Untuk berkembang secara benar, baik ke dalam maupun ke
luar, dibutuhkan suatu pembinaan yang terarah dan teratur. Kita juga melihat kenyataan bahwa
banyak orang Karismatik Katolik telah terkontaminasi secara tidak sehat oleh kelompokkelompok non Katolik, sehingga tanpa disadari iman mereka tidak murni Katolik lagi, bahkan
ada yang meremehkan sakramen-sakramen, Bunda Maria, dll. Maka dari itu setelah
mempertimbangkan semuanya, Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm terdorong untuk
mendirikan komunitas awam dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.
suatu komunitas yang seutuhnya Karismatik dan seutuhnya Katolik.
2.
tempat pembinaan kader-kader awam yang handal, yang memberikan jaminan mutu,
yang setia, dan berdedikasi tinggi.
Dengan demikian anggota-anggotanya diharapkan dapat menjadi :
1.
orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh Kudus, mengenal Allah secara pribadi
dan menjadikan Yesus Kristus pusat hidupnya.
2.
orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya serta
mencintai Gereja.
3.
saksi-saksi Kristus yang meyakinkan, yang dapat memberikan kesaksian tentang Yesus
Kristus dalam lingkungan hidup masing-masing.
4.
orang-orang Katolik yang memiliki semangat pelayanan yang sejati, yang dapat
melakukan pelayanan terpadu sebagai komunitas dalam kesatuan dengan Uskup setempat.
I.3
Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus :
Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus bersumber pada spiritualitas Karismatik Katolik
dari satu pihak dan dari pihak lain dari spiritualitas Karmel. Keduanya telah menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup dan pelayanan KTM. Karena itu KTM
merupakan persekutuan hidup, dengan suatu komitmen, bukan hanya sekedar persekutuan doa.
13
I.3.1
Spiritualitas Karismatik Katolik :
KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi, bahkan dijiwai oleh Pembaharuan Karismatik
Katolik, namun tidak identik dengan persekutuan doa. KTM boleh disebut Karismatik pertamatama dalam arti teologisnya, bukan dalam arti sosiologisnya. Hal ini dapat diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut :
1. Dalam keyakinan dan hidupnya KTM bergantung seluruhnya dari Roh Kudus dan kuasaNya.
2. Kesadaran akan ketergantungannya pada Roh Kudus diperolehnya lewat suatu pengalaman
Roh Kudus yang dialaminya lewat pencurahan Roh Kudus.
3. Dalam hidup dan karyanya secara nyata KTM mengandalkan kuasa dan bimbingan Roh
Kudus.
4. Khususnya di dalam pelayanannya KTM mempergunakan karunia-karunia Roh Kudus yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Ia sadar bahwa tanpa karunia-karunia Roh Kudus KTM tidak
akan dapat memberikan pelayanan yang diharapkan daripadanya.
5.
Disebut Karismatik Katolik, karena dalam penghayatan hidup dan karyanya KTM ingin
tetap menjadi orang Katolik yang sejati, Katolik 100%, dalam persekutuan dengan seluruh
Gereja di bawah pimpinan Uskup.
Secara sosiologis KTM tidak identik dengan persekutan doa Karismatik, tidak identik dengan
manifestasi-manifestasi persekutuan doa yang memang dapat berbeda-beda. Artinya seorang
KTM tetap dapat menjadi anggota yang baik, walaupun dia tidak ikut dalam persekutuan doa.
KTM adalah persekutuan hidup, bukan hanya sekedar persekutuan doa. Suatu persekutuan hidup
mengandaikan komitmen-komitmen tertentu dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu.
I.3.2
Spiritualitas Karmel :
Dalam hidupnya KTM ditandai dan diwarnai oleh spiritualitas Karmel, karena memang lahir dan
dibesarkan dalam iklim Karmel. Kekayaan tradisi Karmel telah mewarnai dan menan-dai secara
mendalam kehidupan KTM dan khususnya dapat membantu KTM dalam perjalanan rohaninya
menuju Allah.
Komunitas Tritunggal Mahakudus bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, Bunda Allah,
serta menyerahkan diri kepada kasih keibuannya. Dibentuk oleh Roh Kudus sendiri, Maria
merupakan teladan iman yang besar dan kerendahan hati yang mendalam. Dalam roh dan
jiwanya ia terarah seluruhnya kepada kehendak Allah : “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah
padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38). Dengan segenap hatinya ia mengamini kehendak
Allah, yang menjadi pedoman hidupnya. Di atas salib, Yesus telah menyerahkan Maria untuk
menjadi ibu kita. Maria menjadi teladan dan cita-cita semua orang yang mencari Allah terusmenerus. Maria mampu melihat segala sesuatu dengan pandangan Allah sendiri, seolah-olah
melihat apa yang tidak kelihatan (Ibr 11:1), serta mengetahui apa yang ada di balik semua
peristiwa yang dialaminya.
14
Komunitas Tritunggal Mahakudus juga bernaung di bawah perlindungan nabi Elia. Elia pertamatama adalah insan Alah yang senantiasa hidup di hadirat Allah dan segala kegiatannya didorong
oleh kehendak Allah. Mottonya yang senantiasa menggema dalam hati setiap orang yang
terpesona oleh semangat nabi Elia adalah : “VIVIT DOMINUS IN CUIUS CONSPECTU
STO : ALLAH HIDUP DAN AKU BERDIRI DI HADIRATNYA.” Dari persatuannya yang
mendalam dengan Allah mengalirlah semangat yang besar untuk kemuliaan Allah, yaitu “ZELO
ZELATUS SUM PRO DOMINO DEO EXERCITUUM : AKU BEKERJA SEGIATGIATNYA BAGI ALLAH SEMESTA ALAM.” Karena pergaulannya yang mesra dengan
Allah, tiada henti-hentinya ia mengalami penyelenggaraanNya yang mengagumkan. Karena
persatuannya yang mesra dengan Allah, segala doanya dikabulkan Tuhan, sehingga ia
membangkitkan anak janda yang memberikan tumpangan kepadanya (1 Raj 17:22). Demikianlah
ia telah mendatangkan api dan menurunkan hujan (1 Raj 18:36-38, 41-45).
Lewat bimbingan para tokoh Karmel yang besar seperti St.Yohanes Salib, St. Teresa Avila, St.
Teresia Lisieux, KTM dibawa kepada penghayatan lebih mendalam hidup kristiani dan
rohaninya. Mereka mengajarkan kepada kita lorong-lorong yang harus kita jalani dan bahayabahaya yang harus dihindari dalam perjalanan menuju kepada Allah. Pada dasarnya spiritualitas
Karismatik dan spiritualitas Karmel merupakan suatu kesatuan yang memperkaya kehidupan
KTM.
Lewat pencurahan Roh Kudus yang dibawakan Pembaharuan Karismatik, orang dibawa kepada
pertobatan yang mendalam kepada Allah, serta menjalin suatu hubungan pribadi yang baru
dengan Allah. Hubungan baru ini mendasari hidup baru kita. Bersamaan dengan itu, orang
disadarkan akan kekayaan iman Katolik kita, akan kuasa Roh Kudus dan akan karuniakaruniaNya. Oleh Pembaharuan ini kita dibawa kepada suatu bentuk pelayanan yang baru, yang
penuh kuasa. Kemudian kekayaan Karmel membantu kita memperdalam hubungan pribadi
dengan Allah tersebut, memberikan kedalaman yang mantap dan terus berkembang dalam
hubungan ini. Para guru Karmel mengajarkan kepada kita kekayaan dan kebesaran cinta kasih
Allah, mengajarkan jalan-jalan yang harus ditempuh, dan kendala-kendala yang harus dihindari,
sehingga kita dapat mencapai tujuan hidup kita bersama yaitu persatuan cinta kasih dengan
Allah.
II.
MISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
II.1 Panggilan Komunitas Tritunggal Mahakudus :
KTM telah menerima karunia-karunia Roh Kudus. Ia juga diberi karunia untuk mengalami
sendiri “pengenalan akan Yesus Kristus yang mengatasi segala sesuatu” (Flp 3:8), serta
“mengalami bersama para kudus betapa dalamnya, betapa lebarnya, betapa tingginya cinta
kasih Allah” (Ef 3:18,19). Karena telah mengalami kasih Allah yang telah mengasihinya lebih
dahulu, ia dijadikan mampu untuk mengasihi Allah : “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu
mengasihi kita.” (1 Yoh 4:19).
15
Setelah mengalami sendiri kasih Allah yang melampaui segala pengertian dan yang memperbaharui segala sesuatu, KTM dipanggil untuk mewartakan kasih Allah yang menyelamatkan
dalam Yesus itu kepada semua manusia. Hal itu dilakukannya dalam kuasa Roh Kudus yang
telah diberikan Allah kepadanya.
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas kiranya Komunitas Tritunggal Mahakudus memiliki Visi
dan Misi yang sama dengan CSE dan Puteri Karmel, hanya saja cara penghayatan dan
pelaksanaan-nya berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Karena itu Visi dan
Misi tersebut dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut :
DALAM KUASA ROH KUDUS
MENGALAMI DAN MENGHAYATI SENDIRI
KEHADIRAN ALLAH YANG PENUH KASIH DAN MENYELAMATKAN
SAMPAI PADA PERSATUAN CINTA KASIH
SERTA MEMBAWA ORANG LAIN
KEPADA PENGALAMAN YANG SAMA
Rumusan tersebut dapat diterangkan lebih lanjut sebagai berikut :
II.1.1 dalam kuasa Roh Kudus
Roh Kudus merupakan dasar dan sumber segala sesuatu, baik untuk mengalami dan menghayati
kehadiran dan cinta kasih Allah, maupun untuk membawa orang lain pada pengalaman yang
sama. Hal itu dilaksanakan lewat kuasa Roh Kudus yang disalurkan dan dinyatakan lewat
pelbagai macam kasih karunia, sakramen-sakramen dan karismata.
II.1.2 mengalami dan menghayati sendiri
Soalnya di sini bukan hanya untuk mengetahui saja, melainkan harus sampai pada pengalaman.
Walaupun hal itu tetap terjadi dalam iman, namun harus sungguh-sungguh merupakan suatu
pengalaman yang nyata, yang menjadi sumber penghayatan. Kita harus lebih dahulu mengalami
sendiri, sebelum kita dapat memberi kesaksian tentang hal itu.
II.1.3 kehadiran Allah
Kehadiran ini dialami sebagai suatu kehadiran yang penuh kasih, yang menolong, melindungi,
memelihara, yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Karena itu kita dapat selalu
mengharapkan dan mengandalkan pertolonganNya.
16
II.1.4 persatuan cinta kasih
Kehadiran Allah yang menyelamatkan itu perlahan-lahan tetapi pasti, asal tidak ada hambatan,
akan mengubah dan memperbaharui kita, mulai dari lubuk terdalam kita, sampai pada seluruh
lapisan ada kita. Oleh sentuhan-sentuhan rahmatNya kita diubah, diilahikan sedemikian rupa,
sehingga benar-benar menyerupai Allah, seperti kayu yang dimasukkan ke dalam api akhirnya
menjadi api itu sendiri. Oleh transformasi itu seluruh ada dan kegiatan kita diilahikan, sehingga
akhirnya segala faal (artinya : perbuatan batin) dan perbuatan kita memperoleh nilai ilahi. Satu
orang yang sampai pada persatuan cinta kasih transforman itu lebih berharga dan lebih berguna
bagi dunia dan Gereja daripada ribuan, bahkan jutaan lainnya yang tidak sampai pada tahap
tersebut. Inilah yang menjadi cita-cita Karmel sejak semula dan diharapkan juga menjadi citacita kita.
II.1.5 membawa orang lain pada pengalaman yang sama
Setelah kita sendiri mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan tersebut, walaupun belum
sampai pada puncaknya, kita juga mau membawa orang lain kepada pengalaman yang sama,
supaya mereka boleh mengalami keselamatan yang melimpah yang datang dari Allah.
II.2
Mencintai Komunitas
Kita harus mempunyai cinta kepada komunitas, harus mempunyai komitmen yang sungguhsungguh. Komunitas ini adalah milik bersama dan karena itu harus kita kembangkan bersama
demi kemuliaan Allah dan keselamatan banyak orang. Kita masing-masing ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Kalau kita sungguh-sungguh mencintai komunitas, kita harus punya waktu
untuknya, harus memberikan prioritas kepadanya. Dengan mengadakan komitmen, seorang
anggota mewajibkan diri untuk hidup menurut semangat komunitas dan mentaati peraturanperaturannya. Ia wajib memberikan prioritas kepada komunitas dan kegiatannya.
Semua anggota memiliki kewajiban dasar, yaitu :
1. Menghadiri pertemuan sel dan pengajaran.
2. Menghadiri pertemuan bersama yang ditentukan : wilayah, distrik, nasional.
3. Ikut melayani bersama komunitas.
4. Meluangkan waktu untuk doa dan bacaan Kitab Suci minimal satu jam sehari.
5. Menghadiri Perayaan Ekaristi harian, sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu.
6. Menerima Sakramen Tobat secara teratur.
7. Mendoakan doa penyerahan setiap hari.
8. Memberikan persembahan kasih.
17
Tuhan sendiri yang memanggil kita masuk dalam komunitas ini. Dengan masuk dalam
komunitas ini, Tuhan menyediakan banyak rahmat bagi kita untuk perkembangan pribadi : kita
dapat mengalami kasih Tuhan melalui komunitas ini. Maka sudah selayaknya kita mencintai
komunitas dan membalas kasih Tuhan itu melalui komunitas.
Kita mendatangkan berkat bagi diri sendiri dan komunitas bila kita menghayati cita-cita
komunitas dengan setia, dan benar-benar mencintai komunitas yang menjadi penyalur rahmat
Tuhan bagi kita dan orang banyak. Kita harus mencintai komunitas yang telah menjadi alat
Tuhan untuk perkembangan hidup kita. Mencintai komunitas berarti bekerja sebaik mungkin
untuk komunitas, mengusahakan perbaikan-perbaikannya, menjalankan komitmen-komitmen
dan memberikan prioritas kepadanya.
Sebaliknya kita mendatangkan kerugian dan malu bagi komunitas kalau kita tidak setia, tidak
menjalankan komitmen, tidak hidup menurut cita-cita komunitas. Kalau kita hidup dalam
komunitas tetapi tidak mencintainya dan tidak memiliki “a sense of belonging” kita adalah
anggota yang lumpuh. Kalau hati kita sudah tidak ada dalam komunitas tetapi kita tidak
memutuskan hubungan dengan komunitas karena motivasi yang tidak murni, maka kita adalah
anggota yang mati. Kita hanya menjadi beban komunitas atau merugikan komunitas, maka hal
itu akan menambah dosa. Mutu komunitas juga ditentukan oleh kualitas anggota-anggotanya :
semakin anggotanya bermutu dan berkualitas, maka komunitas akan semakin tumbuh dan
berkembang sehingga dapat berguna bagi perkembangan seluruh anggotanya dan terutama juga
bagi seluruh Gereja.
II.3 Pelayanan Terpadu sebagai Komunitas
Sebagai komunitas kita diharapkan untuk mengadakan pelayanan yang terpadu, baik di tingkat
nasional, distrik maupun wilayah, menurut sikon. Bila kita padukan pelayanan kita, banyak hal
yang dapat kita lakukan sebagai komunitas, yang tidak mungkin kita lakukan sendiri-sendiri. Hal
itu tidak berarti bahwa para anggota tidak boleh melakukan pelayanan sendiri-sendiri, namun
pelayanan sebagai komunitas harus diutamakan dan diprioritaskan di atas pelayanan pribadi.
Kalau kita memiliki cinta kepada komunitas, kita juga ingin membangun komunitas, baik pada
tingkat nasional, distrik, maupun wilayah. Itu juga tidak berarti bahwa kita melalaikan Gereja.
Bukan, bahkan bila kita berikan pelayanan terpadu, hal itu akan berguna bagi Gereja secara
keseluruhan. Kita diberi karunia untuk melengkapi apa yang masih kurang atau belum ada dalam
Gereja.
II.4 Soal Ekumenisme
Ekumenisme merupakan suatu soal yang cukup rumit dalam prakteknya. Dari satu pihak, seperti
yang dikehendaki Gereja, kita harus bersemangat ekumenis, harus berdialog dengan umat dari
gereja-gereja lain. Tetapi dari pihak lain kita jumpai kenyataan iklim yang sama sekali tidak
bersifat ekumenis, sangat sektaris, dan bersifat sangat agresif terhadap Gereja Katolik.
Kelompok-kelompok doa non-Katolik tertentu, tidak terkecuali penginjil dan pendetanya,
bersifat sangat agresif dan bermusuhan, selalu menyerang orang-orang Katolik dan memiliki
doktrin-doktrin yang bertolak belakang dengan iman Katolik. Dalam iklim yang demikian itu
pastilah tidak mungkin ada ekumenisme yang sehat.
18
Mengikuti persekutuan doa non-Katolik secara teratur, mengikuti pendalaman iman bukan
Katolik, seminar-seminar non-Katolik, mengandung banyak resiko. Tanpa disadari orang mudah
sekali mengambil alih nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, sikap-sikap yang bertentangan dengan
iman Katolik. Sedikit demi sedikit orang menjadi terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang
berlawanan dengan iman Katolik.
Kalau demikian halnya, bagaimanakah sikap kita terhadap ekumenisme ? Kita harus bersikap
ekumenis, tetapi sehat dan sesuai dengan maksud Gereja. Syarat suatu ekumenisme yang sehat
ialah :
Sikap keterbukaan, mau mengerti, dan menghargai pihak lain.
Menyadari perbedaan yang ada, tetapi bersikap menghargai perbedaan tersebut.
Tidak memaksa pihak lain untuk menerima keyakinannya.
Suatu contoh ekumenisme yang sehat kita jumpai misalnya di Taize, sebuah biara Protestan di
Perancis, yang anggotanya terdiri dari dari orang Protestan, Katolik serta Ortodoks, tanpa
meninggalkan iman mereka masing-masing. Juga umat yang berkunjung ke sana berasal dari
pelbagai macam gereja, tetapi mereka bersikap terbuka dan saling menghargai.
Hal serupa dipraktekkan juga di Cikanyere maupun di Ngadireso. Dalam retret-retret di
Cikanyere selalu ada peserta-peserta yang bukan Katolik, bahkan bukan Kristen, dan mereka
diterima dengan tangan terbuka. Tak ada yang dirahasiakan bagi mereka. Mereka boleh
mengikuti segala kegiatan kecuali komuni. Bahkan dari pesertanya cukup banyak yang punya
kedudukan penting dalam gerejanya, misalnya sebagai anggota majelis. Kadang-kadang ada juga
pendeta-pendeta dan penginjil-penginjil non-Katolik. Hal yang sama dialami juga di Ngadireso,
baik dalam retret-retretnya maupun dalam camping rohaninya, yang diikuti sekian banyak
banyak muda-mudi dari berbagai tempat.
Sebagai kesimpulan untuk para anggota KTM, kiranya dapat dikatakan : bekerjasamalah dalam
pelbagai macam kegiatan sosial, dalam perayaan-perayaan bersama, seperti Natal bersama dll,
dengan sikap saling menghargai dan saling membantu, tetapi jangan mengikuti persekutuan doa
non-Katolik, pendalaman iman non-Katolik, dll.
II.5
Peka dan Terbuka terhadap Tanda-tanda Zaman
Norma tertinggi untuk hidup kita ialah kehendak Allah, karena itu sesuai dengan teladan Tuhan
kita Yesus Kristus. Pelaksanaan kehendak Allah harus menjiwai seluruh pikiran, keinginan, citacita, bahkan seluruh hidup anggota komunitas. “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia
yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yoh 4:34). Seperti Bunda Maria,
kitapun harus selalu siap melakukan kehendak Allah, apapun itu, karena kita tahu, bahwa
kehendak Allah adalah yang terbaik bagi kita.
Setiap saat, baik sebagai pribadi maupun komunitas, kita harus peka terhadap pernyataan
kehendak Allah melalui Roh Kudus, yang melalui situasi-situasi tertentu berbicara kepada kita
“Siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”
(Why 2:7,11,17,29; 3:6,13,22). Oleh sebab itu kita hendaknya menyiapkan hati yang peka dan
rela, bebas dari segala dosa dan ikatan, supaya mampu mendengarkan bisikan dan gerak Roh,
yang selalu melampaui pikiran, gagasan, pengertian, dan pengalaman kita (Yes 55:8). Dalam
segala sesuatu hendaknya kita berpegang pada nasehat St. Paulus : “Jangan padamkan Roh…
ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tes 5:19-21).
19
II.6
KTM Dalam Millenium III
Memasuki millenium III Gereja bersama umat manusia pada umumnya mengalami tantangan
yang besar dalam pelbagai bidang kehidupan, demikian pula dalam bidang kehidupan Kristiani.
Penemuan-penemuan canggih dalam segala bidang, termasuk bioteknologi, dan teknologi
genetika menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan baru yang menantang iman.
Materialisme praktis sadar atau tidak sadar telah menjadi gaya hidup hampir semua orang
termasuk banyak orang Katolik. Dalam situasi seperti ini kehidupan rohani, moral, bahkan
kehidupan insani belaka, menjadi berantakan. Bagaimanakah reaksi kita menghadapi realitas itu?
Begitu banyak orang yang tidak tahu arti hidup lagi, begitu banyak perkawinan yang berantakan,
begitu banyak anak muda hancur karena pornografi, narkoba, kekerasan, eksploitasi, ketidak
adilan, dll. Apa yang dikatakan oleh Roh dalam situasi yang serba kacau itu? Perintah agung
Tuhan Yesus tetap berlaku sampai hari ini :”Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:19,20).
Apakah yang dapat kita lakukan sebagai komunitas untuk menanggapi kebutuhan zaman yang
juga merupakan panggilan Roh itu ? Coba kita renungkan, mengapa Roh memberikan kepada
kita karunia yang berlimpah-limpah itu ? Apa kiranya yang dapat dilakukan sebagai komunitas
bersama dengan Roh Allah ? Banyak sekali kesempatan bagi kita untuk memenuhi dan
melaksanakan perintah agung Tuhan kita.
Sebagai bahan refleksi, mari kita renungkan beberapa pertanyaan ini :
1.
Apakah kita akan membiarkan begitu saja banyak keluarga hancur berantakan ? Apakah
yang dapat kita lakukan untuk mereka ?
2.
Bagaimana sikap kita menghadapi pornografi yang semakin merajalela lewat pelbagai
media masa, laserdisk, video, CD, kaset-kaset, lewat pelbagai media cetak dan internet?
Sadarkah kita bahwa itu semua merupakan pukat harimau Si Iblis untuk menjerat manusia ?
3.
Haruskah semuanya diserahkan ke tangan orang-orang yang tak beriman, yang kriteria
satu-satunya dalam mengadakan semuanya itu hanyalah keuntungan semata-mata ?
4.
·
·
·
Bagaimanakah kita memakai kesempatan yang ada untuk mewartakan Injil lewat :
Penerbitan buku, brosur, majalah rohani, dll.
Kaset-kaset rohani, baik audio maupun video, CD.
Pewartaan dan pengajaran lewat radio, TV, Internet.
Kiranya sudah cukup banyak bahan untuk ditindaklanjuti dalam menjawab panggilan kita
sebagai komunitas.
20
2a. MENGENAL KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
I.
PENTINGNYA MENGENAL KTM
Untuk mencapai visi dan misi Komunitas Tritunggal Mahakudus, kita memerlukan suatu
pedoman hidup, yang mau kita sepakati dan taati bersama dalam iman. Pedoman hidup ini
diwujudkan secara tertulis dalam Statuta dan Buku Panduan untuk anggota KTM. Pedoman
hidup ini bertujuan untuk membantu kita agar mampu berkembang secara maksimal. Pedoman
hidup ini merupakan pendorong yang menjamin dan melindungi masing-masing anggota KTM.
Pedoman hidup yang termuat dalam Statuta dan Buku Panduan selain daripada berisikan
inspirasi Karmel juga memuat gerakan Roh Allah di antara anggotanya. Statuta berisikan
pedoman cita-cita hidup rohani atau prinsip-prinsip kehidupan rohani yang mengungkapkan
semangat dan cita-cita Komunitas Tritunggal Mahakudus, yang diuraikan secara ringkas.
Sedangkan Buku Panduan berisikan uraian yang lebih mendetil dan bersifat lebih praktis. Kedua
buku ini mengulas visi dan misi Komunitas, cara hidup anggotanya dan hubungan ke luar.
Kita mau mengenal KTM secara lebih dekat lagi dengan memahami beberapa hal penting yang
termuat dalam Statuta dan Buku Panduan.
II.
BEBERAPA HAL PENTING DALAM MENGENAL KTM
II.1
Tujuan Komunitas
II.1.1 Komunitas bertujuan membentuk anggota-anggotanya menjadi :
1.
Murid-murid Kristus yang sejati, yang mengenal Allah secara pribadi dan yang
menjadikan Yesus pusat hidup mereka.
2.
Orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya
secara dewasa.
3.
Orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh Kudus, yang bersandar pada Sabda Allah
dan terbuka terhadap karya dan karunia Roh Kudus dalam segala bentuknya.
4.
Saksi-saksi Kristus yang meyakinkan, yang dapat memberikan kesaksian tentang Yesus
Kristus dalam lingkungan hidupnya masing-masing, sesuai dengan bakat dan karunia masingmasing.
II.1.2 Komunitas juga bertujuan membina para anggotanya agar supaya mereka :
1.
memiliki semangat pelayanan yang sejati.
2.
memberikan pelayanan terpadu di bawah bimbingan Uskup, dalam pelbagai bentuknya,
sesuai dengan kebutuhan Gereja dan karisma yang diberikan Tuhan kepada mereka.
3.
menjadi sungguh-sungguh mampu dan terampil dalam bidang mereka masing-masing,
sehingga pelayanan mereka sungguh-sungguh bermanfaat bagi umat Allah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
21
II.2
Syarat-syarat Keanggotaan
Yang dapat diterima sebagai anggota komunitas adalah :
1.
orang-orang Katolik yang telah dibaptis, baik yang sudah maupun belum atau tidak
berkeluarga.
2.
para calon baptis dapat diterima sampai tahap calon anggota, tetapi mereka tidak dapat
mengadakan komitmen sebelum dibaptis.
3.
orang Kristen non Katolik dapat diterima hanya sampai tahap calon anggota. Bila masa
tahap calon anggota selesai dan mereka menyatakan bersedia bergabung dengan komunitas
secara lebih dalam lagi, maka masa tahap calon anggota dapat diperpanjang untuk memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pelajaran agama dalam rangka persiapan baptis.
4.
imam dan calon imam, biarawan dan biarawati dapat diterima sebagai anggota luar biasa
dalam komunitas, tetapi mereka tidak dapat dituntut untuk terlibat penuh seperti anggota biasa
mengingat komitmen mereka di komunitas asalnya.
5.
orang yang ingin menjalani hidup selibat demi kerajaan Allah. Mereka adalah baik pria
maupun wanita yang mungkin sekali terpanggil untuk hidup selibat demi kerajaan Allah. Dengan
demikian mereka dapat lebih bebas dan terbuka untuk doa dan pelayanan. Mereka dapat
membentuk sel-sel komunitas sendiri dan bahkan hidup serumah, sesuai dengan panggilan
masing-masing. Bagi mereka harus disediakan pembinaan khusus.
II.3 Kewajiban-kewajiban Anggota
Kewajiban-kewajiban anggota merupakan komitmen kepada KTM. Komitmen kepada KTM dan
hubungannya dengan tahap-tahap keanggotaan dijelaskan secara lebih rinci dalam makalah 2b.
‘Komitmen kepada KTM’.
II.4
Iman Katolik bagi Semua Anggota Komunitas
II.4.1 Sehubungan dengan tujuan komunitas untuk membentuk anggota-anggotanya menjadi
orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya secara
dewasa, dan untuk membentuk mereka menjadi orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh
Kudus, bersandar pada Sabda Allah serta terbuka pada karya dan karunia Roh Kudus dalam
segala bentuknya, maka seorang anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus diharapkan untuk
menjaga kemurnian iman Katoliknya dengan melakukan aktivitas dan pelayanan yang berada
dalam lingkup Gereja Katolik.
II.4.2 Adalah suatu hal yang tidak dapat dibenarkan bagi seorang anggota KTM untuk ikut aktif
dalam kelompok-kelompok kerohanian di luar Gereja Katolik, misalnya menghadiri pertemuanpertemuan karena hal ini dapat membahayakan kemurnian iman Katoliknya. Sedangkan
memberikan pengajaran kepada kelompok-kelompok non Katolik diperbolehkan. Apabila terjadi
pelanggaran, maka jenjang kepemimpinan yang lebih tinggi melakukan pendekatan, kemudian
teguran dan baru memberikan sanksi, yaitu anggota yang bersangkutan dikeluarkan dari KTM,
bila ia tetap tidak mau taat.
22
II.5
Sel Komunitas dan Pertemuan Sel
II.5.1 Sel komunitas
Sel komunitas adalah suatu kelompok kecil yang mempunyai jalinan persahabatan yang erat di
antara anggotanya, selalu berkembang biak, bersemangat dalam evangelisasi, pelayanan,
pemuridan dan pembinaan pada anggota-anggotanya. Tekanan utama dalam sel adalah hubungan
antar pribadi baik dengan Allah maupun dengan sesama.
II.5.2 Manfaat yang dapat diperoleh dari sel komunitas
Melalui sel komunitas, kita akan dibantu untuk :
1.
bertumbuh dalam kemesraan dengan Allah.
2.
bertumbuh dalam kasih persaudaraan.
3.
berbagi tentang Yesus dengan orang lain.
4.
melayani dalam Tubuh Kristus.
5.
saling memberikan dukungan / saling membantu.
6.
membangkitkan pemimpin-pemimpin baru.
7.
mengembangkan bakat dan potensi kita.
8.
memperdalam identitas Katolik kita.
II.5.3 Pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh sel-sel komunitas:
1.
Pertemuan sel
Sel-sel komunitas mengadakan pertemuan minimal 2 minggu sekali, idealnya adalah
seminggu sekali. Penentuan jangka waktu pertemuan ini dapat dibicarakan bersama dan
disesuaikan dengan situasi masing-masing sel. Lama waktu diadakannya pertemuan sel yang
paling ideal adalah 1½ - 2 jam. Usahakanlah agar tidak lebih dari 2 jam. Dalam jangka waktu 2
bulan, ada 3X pertemuan sel dan 1X pertemuan wilayah.
2.
Pertemuan wilayah
Pertemuan wilayah adalah pertemuan seluruh anggota sel se wilayah (lihat no. II.6.1 Struktur
Komunitas).
Catatan:
Bila dalam pertemuan sel ada lebih banyak sharing, bisa sharing berdasarkan
Kitab Suci atau topik-topik pengajaran, dalam pertemuan wilayah ada lebih banyak pengajaran
yang merupakan semacam on going formation (artinya : pembinaan yang berkelanjutan atau
terus menerus) berdasarkan kebutuhan wilayah masing-masing.
3.
Pertemuan sel inti
a.
Sel inti terdiri dari seluruh anggota Dewan Pelayan Wilayah dan para Pelayan Sel beserta
dengan wakil-wakilnya. Sel inti merupakan jantung kehidupan KTM yang menggerakkan sel-sel
dalam komunitas.
23
b.
Pertemuan sel inti diadakan sebulan sekali dan dipimpin oleh Pelayan Wilayah atau
wakilnya.
II.6
Kepemimpinan dalam Komunitas
II.6.1 Struktur komunitas
Seluruh komunitas dibagi menjadi sel-sel komunitas sebagai landasan dasar. Masingmasing sel terdiri dari 4-14 orang dan dipimpin oleh seorang Pelayan Sel yang dibantu oleh
seorang Wakil Pelayan Sel. Mereka bekerja di bawah wewenang Dewan Pelayan Wilayah .
Beberapa sel, biasanya 5, sesuai dengan keadaan, dikumpulkan menjadi satu wilayah, di
bawah pimpinan Dewan Pelayan Wilayah. Dewan Pelayan Wilayah ini bekerja di bawah
wewenang Dewan Pelayan Distrik.
Beberapa wilayah, biasanya 5, sesuai dengan keadaan, dikumpulkan menjadi satu distrik,
di bawah pimpinan Dewan Pelayan Distrik. Dewan Pelayan Distrik ini bekerja di bawah
wewenang Dewan Pelayan Nasional.
II.6.2 Skema struktur kepemimpinan dalam komunitas
Team Gembala
GEMBALA
DPN
DPN
DPD
DPW
PS
DPD
DPD
DPD
DPD
DPD
DPW
DPW
DPW
DPW
DPW
PS
PS
PS
PS
PS
Keterangan :
: Dewan Pelayan Nasional.
: Dewan Pelayan Distrik.
: Dewan Pelayan Wilayah.
: Pelayan Sel.
24
II.7
Pelayanan Bersama
1.
Anggota diharapkan untuk melakukan pelayanan bersama atas nama Komunitas
Tritunggal Mahakudus, entah dalam sel / wilayah / distrik, untuk kepentingan Gereja lokal, yaitu
paroki / keuskupan. Dengan melakukan pelayanan di paroki / keuskupan, komunitas bukanlah
suatu kelompok yang eksklusif / khusus, yang terpisah dari kehidupan normal Gereja, melainkan
suatu kelompok yang menjadi ragi bagi Gereja.
2.
Pelayanan bersama ini hendaknya merupakan suatu bentuk pelayanan yang belum / tidak
dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dalam paroki / Gereja, sehingga pelayanan ini
bersifat khusus, artinya paroki / Gereja bisa merasakan identitas atau keberadaan komunitas
lewat pelayanan ini. Idealnya satu sel / wilayah mempunyai anggota yang berada dalam satu
paroki / Gereja sehingga lebih memungkinkan adanya kerja sama antar anggota untuk paroki /
Gereja yang sama.
3.
Mengingat pelayanan bersama ini mempunyai kepentingan yang luas, sangatlah
diperlukan suatu pelayanan yang bisa diandalkan dan yang sekaligus membawakan nama baik
komunitas.
II.8
Hal Keuangan
II.8.1 Untuk membiayai semua kegiatan komunitas demi pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidupnya, para anggota diharapkan untuk memberikan persembahan sebagai
wujud keterlibatannya terhadap kelangsungan hidup komunitas dan rasa memiliki komunitas
sebagai keluarga besar.
II.8.2 Bentuk-bentuk persembahan:
1.
Persembahan kasih.
a.
setiap anggota membuat komitmen untuk menentukan besarnya persembahan kasih setiap
bulannya.
b.
persembahan kasih ini disetorkan langsung ke Bendahara Distrik oleh masing-masing
Pelayan Sel setiap bulan dan Bendahara Distrik menyetorkan persembahan kasih ini kepada
Bendahara Nasional setiap bulan.
2. Kolekte.
Selain persembahan kasih, setiap bulan anggota memberikan kolekte pada tiap-tiap pertemuan
sel. Separuh dari hasil kolekte tiap-tiap pertemuan sel diserahkan ke Bendahara Wilayah untuk
membiayai segala kegiatan operasional dalam wilayah. Sedangkan separuhnya lagi masuk kas
sel untuk membiayai keperluan dalam sel. Separuh dari hasil kolekte wilayah diserahkan ke
Bendahara Distrik untuk membiayai segala kegiatan operasional dalam distrik.
III.
PENUTUP
Mengenal KTM berarti mengenal segala kekayaan yang ada di dalamnya beserta segala
peraturannya sebagai sarana serta berusaha menghayatinya. Peraturan-peraturan ini
mempunyai tujuan satu, yaitu menghantar kita kepada kesempurnaan kasih atau kepada
tujuan hidup Kristiani kita.
25
2b. KOMITMEN KEPADA KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
PENGANTAR
Komunitas Tritunggal Mahakudus merupakan karya Roh Kudus bagi umat yang
dikasihiNya. Ditengah-tengah arus kehidupan dunia dewasa ini, Roh Kudus menginginkan
KTM menjadi tempat bagi orang beriman untuk hidup sesuai dengan Kitab Suci dan
ajaran Gereja. Maka KTM merupakan sebuah persekutuan hidup, sebuah serikat orang
beriman seperti yang dimaksudkan dalam Kitab Hukum Kanonik no. 298-299.
Persekutuan hidup ini mengandaikan komitmen-komitmen tertentu dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban tertentu.
II.
PENTINGNYA KOMITMEN
Dalam KTM, anggota dengan berbagai kepentingan menjalani hidup bersama. Dalam menjalani
hidup bersama ini kita berkumpul menjadi satu, berjalan, bertumbuh dan berkembang bersamasama. Agar supaya KTM dapat berjalan, bertumbuh dan berkembang dengan baik dibutuhkan
adanya komitmen (artinya : perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu) yang harus
dijalankan oleh setiap anggota KTM. Komitmen dimaksudkan terutama untuk kepentingan
anggota sendiri karena kehidupan rohani yang terarah tidak mungkin dicapai tanpa komitmen. Di
samping itu, tanpa komitmen KTM tidak bisa berkembang dan visi misinya akan sia-sia belaka.
Kita juga mau mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan karena rahmat
yang dicurahkanNya kepada kita lewat KTM dengan memenuhi komitmen kita sebagai anggota
KTM.
III.
KOMITMEN ANGGOTA
Komitmen untuk anggota KTM tidak seketat komitmen seorang biarawan, artinya komitmen ini
tidak mewajibkan berdasarkan beban dosa. Melalui komitmen ini, setiap anggota mewajibkan
dirinya untuk hidup menurut Statuta dan Panduan serta mentaati semua keputusan bersama yang
diambil sesuai dengan Injil, ajaran Gereja, Statuta dan Panduan. Ia berwajib untuk memberikan
prioritas kepada komunitas dan kegiatan-kegiatannya. Dalam ketaatan melakukan komitmen ini,
anggota KTM mempersembahkan kehendak bebas mereka kepada Allah sebagai suatu kurban.
Komitmen atau kewajiban yang harus dilakukan setiap anggota adalah :
1.
Hadir dalam pertemuan sel dan pengajaran
Anggota KTM hendaknya setia dalam menghadiri pertemuan sel dan pengajaran yang
diadakan oleh wilayah atau distrik. Lewat kesetiaan pada pertemuan sel, anggota KTM
bertumbuh dalam karunia-karunia yang digunakan untuk pelayanan. Roh Kudus memunculkan
karunia-karunia baru atau memelihara serta meningkatkan karunia-karunia yang sudah ada. Pada
waktuNya, Tuhan memunculkan nabi-nabi, tenaga-tenaga pengajar, rasul-rasul, pelayanpelayan dan pelbagai jabatan pelayanan lainnya. Dalam pertemuan pengajaran,anggota KTM
menempuh Program Pembinaan Anggota sesuai dengan tahapannya.
26
2.
Hadir dalam pertemuan bersama yang ditentukan : wilayah, distrik, nasional
Tidak cukup bagi anggota KTM untuk menghadiri pertemuan sel saja. Ia hendaknya
juga meng-hadiri pertemuan wilayah, distrik,maupun nasional yang telah ditentukan. Seorang
anggota KTM hendaknya tidak eksklusif di dalam sel sendiri, tetapi ia hendaknya mengenal
anggota KTM lainnya lewat pertemuan wilayah, distrik, nasional. Dengan menghadiri
pertemuan-pertemuan ini, ia ikut ambil bagian dalam dinamika Roh Kudus yang terjadi di
seluruh tubuh KTM serta mengalami perkembangan terakhir KTM.
3.
Ikut melayani bersama komunitas
Anggota KTM hendaknya melakukan pelayanan terpadu bersama dengan anggota
komunitas lainnya. Pelayanan ini merupakan pelayanan bersama atas nama KTM, khususnya
untuk kepentingan Gereja setempat. Pelayanan bersama harus diutamakan dan diprioritaskan di
atas pelayanan pribadi.
4.
jam
Meluangkan waktu untuk doa pribadi dan bacaan Kitab Suci setiap hari minimal 1
Pelaksanaannya bisa dilakukan secara bertahap. Inilah kekuatan dasar anggota KTM :
persatuan dengan Allah dalam doa pribadi dan bacaan Kitab Suci. Walaupun pada mulanya
terasa sulit untuk dijalani, berkat pembinaan dan peran serta anggota KTM lainnya, lama
kelamaan hal ini lebih merupakan suatu kebutuhan daripada sekedar suatu kewajiban. Bentuk
doa pribadi yang disarankan ialah doa Yesus atau Lectio Divina, kemudian bisa ditambah
dengan bentuk-bentuk doa lainnya : devosi, permohonan dll. Pada tahap awal seseorang bisa
melakukan doa pribadi dan bacaan Kitab Suci dalam waktu yang memungkinkan, kemudian
waktu ini bisa ditambah secara bertahap sampai tercapai setiap hari minimal 1 jam.
5.
Menghadiri Perayaan Ekaristi harian minimal satu kali dalam satu minggu, di luar
perayaan Ekaristi hari Minggu
Anggota KTM hendaknya menghadiri misa harian minimal satu kali dalam satu
minggu, agar persatuannya Allah semakin erat dan tak terpisahkan.
6.
Menerima Sakramen Tobat secara teratur
Anggota KTM diharapkan untuk menerima Sakramen Tobat tidak hanya menjelang
Natal dan Paskah saja, melainkan secara teratur beberapa waktu sekali (bisa 1 bulan 1x, 2 bulan
1x, tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan).
7.
Mendoakan doa penyerahan setiap hari
Anggota KTM memulai harinya dengan berdoa tidak saja untuk dirinya sendiri,
melainkan untuk seluruh komunitas : Gembala, Puteri Karmel, CSE dan KTM. Lewat
penyerahan bersama ini anggota KTM menjalani kehidupan rohaninya bersama dengan semua
saudara-saudarinya.
8.
Memberikan persembahan kasih
Untuk menjaga kelangsungan hidup KTM secara finansial, anggota KTM hendaknya
memberikan persembahan kasih setiap bulan secara teratur. Persembahan kasih ini
dikumpulkan oleh Pelayan Sel untuk kemudian dikirimkan ke kas distrik untuk pusat.
Persembahan kasih ini juga merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan atas karuniakaruniaNya. Uang persembahan kasih dipakai untuk kepentingan bersama KTM dan dikelola
oleh Dewan Pelayan Nasional.
27
IV.
TAHAP-TAHAP KEANGGOTAAN
Ada 4 tahap keanggotaan :
1.
Tahap I
:
Peminat
2.
Tahap II
:
Calon anggota
3.
Tahap III
:
Anggota komitmen sementara
4.
Tahap IV
:
Anggota komitmen penuh
V.
PENGUCAPAN KOMITMEN BERSAMA
Anggota
yang bisa
memenuhi komitmennya berhak
untuk mendapatkan
tahap
keanggotaannya dan mengucapkan komitmen bersama dengan anggota KTM lainnya. KTM
berhak menolak seseorang untuk mengucapkan komitmennya bila ia dipandang tidak
memenuhi syarat. Pengucapan komitmen bersama berlaku untuk anggota tahap III dan IV.
Komitmen untuk anggota tahap III dan IV ini berlaku untuk setahun dan setelah itu bisa
diperbaharui.
VI.
PENGHAYATAN KOMITMEN
Komitmen atau kewajiban di atas bisa kita laksanakan dengan sepenuh hati bila kita mau
mere-nungkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Agar KTM menjadi motor dan alat Tuhan untuk keselamatan manusia, anggota harus
komit kepada KTM. Bila kita hanya mau mengikuti kehendak sendiri saja, kita tak pernah bisa
menjadi motor dan alat Tuhan yang efektif untuk keselamatan manusia. Sebaliknya, bila kita
mau melewati ‘pintu sempit’, Roh Kudus akan mampu berkarya penuh untuk menjadikan KTM
motor dan alat Tuhan untuk keselamatan manusia dan kitapun akan turut bertumbuh bersama
seluruh komunitas.
2.
Agar bisa komit kepada KTM, anggota perlu memberikan prioritas kepada KTM.
Anggota KTM dituntut untuk memberikan prioritasnya kepada KTM dengan segala kegiatannya.
Anggota KTM boleh melakukan berbagai aktivitas pelayanan sejauh ia bisa memberikan
prioritasnya kepada KTM dengan segala kegiatannya.
3.
Ungkapan komitmen harus disertai suatu pengorbanan karena tanpa pengorbanan takkan
ada komitmen dan kasih. Bila kita mau komit kepada KTM, kita harus mengorbankan waktu,
energi, kegiatan dan keperluan lainnya, bahkan materi. Dengan berkurban, kita baru bisa komit.
Pengurbanan tak mungkin terjadi bila tak dijiwai kasih. Pada akhirnya pengurbanan kita ialah
untuk Tuhan.
28
4.
Anggota yang paling komit akan menjadi anggota yang paling berkembang. Semakin
komit seorang anggota, semakin banyak ia akan berkembang. Karena komitmen sebenarnya
adalah untuk kepentingan anggota sendiri, semakin ia komit, semakin ia memupuk dan membina
dirinya sendiri. Lewat komitmennya, anggota akan dibawa kepada kemajuan rohani yang
menjadikannya semakin berkembang, semakin mantap, semakin dewasa dan semakin berkenan
kepada Tuhan.
5.
Komitmen merupakan kunci hidup atau matinya KTM karena KTM tidak mungkin
berjalan tanpa komitmen. Bila kita cinta kepada KTM, serta memiliki a sense of belonging
terhadapnya, kita menginginkan agar KTM tetap hidup. Bila demikian halnya, jalan yang harus
kita tempuh adalah lewat komitmen kita kepada KTM dengan kesadaran bahwa KTM tak
mungkin berjalan tanpa komitmen.
VI.
PENUTUP
Komitmen kita kepada KTM dapat kita bandingkan dengan biji gandum yang jatuh ke tanah
subur dan mati serta menghasilkan buah banyak (bdk Mat 13:1-9). Komitmen berarti kita harus
mengurbankan sesuatu. Maukah kita melakukan komitmen ini dan menghasilkan buah banyak?
29
3. DOA
I.
PENGERTIAN
Doa ialah ungkapan hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Allah terlebih dulu
menyapa manusia dan manusia menjawab sapaan ini. Jawaban manusia atas sapaan Allah ini
disebut doa. Jadi, doa tidak lain daripada dengan sadar memasuki hubungan yang pribadi dengan
Allah dalam iman, harapan dan kasih.
Dalam doa, iman dan cinta kasih memegang peranan yang utama. Oleh sebab itu, doa menjadi
mudah bila iman dan cinta kasih terhadap Allah sungguh hidup. Sebaliknya, bila doa
berkembang, iman dan cinta kasih itu sendiri ikut berkembang. Dengan kata lain, doa
mengandaikan iman dan cinta kasih, tetapi sebaliknya doa itu sendiri menumbuhkan iman dan
cinta kasih.
II.
PENTINGNYA DOA
Teladan dan pengajaran Yesus sendiri menunjukkan betapa pentingnya doa dalam hidup
pribadiNya. Tempat yang diberikan pada doa dalam hidup Yesus memberi keyakinan kepada
kita akan nilai dan arti doa dalam hidup Kristiani daripada segala argumen.
Di zaman ini, di mana hak azasi, keadilan sosial dan berbagai masalah nyata yang menyangkut
kebutuhan dasar hidup manusia menuntut perhatian, tenaga dan waktu, doa tetap mempunyai arti
yang teramat penting bagi kita. Apabila kita mengerti doa ini sebagai ungkapan hubungan cinta
kita dengan Tuhan, tentunya kita ingin memperdalam pengetahuan kita tentang doa dan
mempraktekkannya dalam hidup kita sehingga kita bisa menjalin hubungan yang mesra dengan
Allah, seperti teladan Yesus sendiri yang mempunyai relasi yang mesra dengan BapaNya.
Seorang kristen haruslah seorang pendoa. Ia harus bertemu dengan Tuhan di dalam doa. Ia harus
menjadi dewasa di dalam Kristus : menemukan kehendak Tuhan di dalam hidupnya, mempunyai
pribadi yang kuat dan berbicara dengan kuasa, mampu mengenali dan mengikuti bimbingan Roh
Kudus, serta menolak roh jahat dalam hidupnya. Di dalam doa, seorang Kristen mendengarkan
Tuhan dan menemukan kehendakNya bagi dirinya dalam situasi hidup di zaman ini.
III.
ROH KUDUS ADALAH SUMBER DOA KITA
Doa merupakan aktivitas tertinggi manusia. Manusia yang ingin berdoa mencari Allah. Ia ingin
berhubungan dengan Allah dan hidup dalam kemesraan Allah yang lebih besar. Karena itu ia
mempelajari suatu metode untuk bisa mewujudkan cita-citanya ini. Akan tetapi, hal ini masih
kurang lengkap. Manusia yang mencari Allah dengan sungguh-sungguh akan mengalami bahwa
sebelum ia mencari Allah, Allah telah terlebih dulu mencarinya. Mengapa demikian ? Bila ia
mencari Allah, sebabnya ialah karena tanpa disadari ia telah menemukan Dia. Jelaslah bahwa
dalam segala usaha manusia untuk mencari Allah, sebenarnya Allahlah yang telah mulai terlebih
dahulu.
30
Doa pertama-tama berarti dengan sadar memasuki koinonia (=persatuan, hubungan pribadi)
dengan Bapa. Kita tidak mungkin dapat memasuki koinonia itu bila Ia tidak terlebih dahulu
membuka diri bagi kita. Kita dapat mencintaiNya karena Ia telah terlebih dahulu mencintai kita
dengan mengutus PuteraNya ke dunia, agar supaya kita mampu mencintai. Cinta kasih telah
menjadi kenyataan dalam diri kita karena Putera telah mengutus Roh Kudus ke dalam hati kita
dengan mencurahkan cinta kasih di dalamnya ( Rm 5 : 5 ). Oleh karena itu, sama seperti setiap
kegiatan Kristiani kita, doa lebih merupakan aktivitas Roh Kudus daripada aktivitas manusia.
Tentu saja, biarpun Roh Kudus sumber utamanya, perbuatan-perbuatan itu sepenuhnya perbuatan
manusia. Roh Kuduslah yang menggerakkan dan memberi inspirasi kepada manusia dan manusia
membiarkan dirinya dibimbing.
Untuk bekerja sama dengan Roh Kudus, hanya ada satu sikap saja yang dituntut dari kita, yaitu
menjadikan diri kita makin lama makin penurut dan makin terbuka, sehingga kitapun menjadi
makin peka terhadap gerak-gerikNya dan dengan demikian setiap saat Roh Kudus dapat
mendorong kita ke mana saja dikehendakiNya.
IV.
UNSUR-UNSUR INSANI DALAM DOA.
Meskipun dalam hidup orang yang sungguh-sungguh mencari Allah peranan utama dijalankan
oleh Roh Kudus, manusia harus berusaha dan berpartisipasi dalam karya ini. Perbuatanperbuatan manusia ini bukannya separuh karya Roh dan separuhnya lagi karya manusia,
melainkan sekaligus 100% karya Roh dan 100% karya manusia.
Roh Kudus adalah sumber perbuatan-perbuatan insani ini. Dialah yang menjiwainya dari dalam,
tetapi biasanya secara tidak menyolok sama sekali, sehingga hampir-hampir tidak terlihat dan
kita hanya dapat mengenali karyaNya dengan perantaraan buah-buah yang dihasilkannya (
kecuali pada saat-saat tertentu karena dorongan istimewa ). Karena Roh biasanya bertindak
secara halus dan tidak menyolok sama sekali, dibutuhkan pandangan hati yang telah dimurnikan
untuk dapat mengenali gerakan Roh Kudus. Justru karena kehalusan tindakan inilah ada bahaya,
bahwa kita menghalang-halanginya, entah karena tidak tahu, entah karena kurang peka
terhadapnya. Oleh sebab itu diperlukan kepekaan untuk dapat menangkap gerakan Roh Kudus
ini.
Ada 2 fase / tahap manusia menjadikan dirinya lebih peka terhadap karya Roh Kudus :
1.
menyingkirkan segala halangan yang merintangi karya Roh Kudus atau membebaskan
manusia dari semua belenggu yang menghambat geraknya kepada Tuhan.
2.
memperhatikan terus-menerus Roh Kudus yang hadir di dalam lubuk hatinya, sehingga
sedikit demi sedikit kehadiranNya memenuhi seluruh keberadaan manusia dan akhirnya
mengubah seluruh hidupnya.
Kedua tahap ini tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tidak dapat berada tanpa yang
lain. Tahap membebaskan dari segala ikatan dengan sendirinya mengarahkan hati yang telah
bebas tadi kepada Roh Kudus dalam dirinya dan mempersatukannya dengan Dia yang
dirindukannya. Sebaliknya tahap memperhatikan kehadiran Roh Kudus dalam dirinya
31
membebaskan manusia dari segala ikatannya karena Dia memancarkan suatu cahaya baru atas
segala perkara dan membantu kita melihat nilai yang tidak abadi.
V.
DOA LISAN DAN DOA BATIN
Doa dapat diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda, dapat berupa suatu pujian, syukur,
sembah sujud, permohonan. Doa dapat diungkapkan dalam kata-kata, atau hanya dalam pikiran
saja, atau bahkan hanya dengan diam di hadirat Allah saja. Dari sinilah dibedakan antara doa
lisan dan doa batin.
V.1
Doa Lisan
Termasuk dalam doa lisan ialah semua doa yang diucapkan atau dibaca dari teks dengan suara
lantang atau perlahan.
Jenis-jenis doa lisan :
doa mazmur.
jalan salib.
doa rosario.
doa spontan.
doa-doa yang dicetak.
doa pagi dan malam.
dll.
doa mazmur
Sejak semula mazmur merupakan doa yang amat dihargai Gereja. Yesus sendiri juga berdoa
mazmur, baik bersama dengan murid-muridNya, maupun secara pribadi. Mazmur
mengungkapkan situasi manusia di hadapan Allah dan hubungannya dengan sesama. Karena itu
di dalam mazmur kita jumpai unsur-unsur pujian, sembah sujud, penyesalan, peresapan Sabda
Allah, peristiwa keselamatan, pemberontakan hati manusia dll. Maka mazmur merupakan suatu
bentuk doa yang hidup.
Mazmur dapat didoakan bersama ataupun sendirian, dapat dinyanyikan, diresitir (= dibacakan
dengan nada datar), atau dibaca biasa. Membaca mazmur dengan suara yang terdengar sangat
berguna untuk membantu konsentrasi sehingga kita dapat meresapkan mazmur ke dalam hati.
Dengan perantaraan mazmur kita dapat belajar berdoa kepada Tuhan dalam setiap peristiwa
hidup kita. Dengan mencoba menghayati apa yang hidup dalam diri pengarang suci, sedikit demi
sedikit kita akan memasuki pikiran Allah.
32
jalan salib
Jalan salib merupakan suatu bentuk devosi yang dikenal orang banyak dalam Gereja. Devosi
adalah suatu bentuk ibadat pribadi yang bernilai relatif dan tidak berlaku / diwajibkan untuk
semua orang. Bila devosi ini menolong, dapat dipakai, tetapi bila tidak, kita tidak perlu merasa
terikat.
Dengan mendoakan jalan salib kita ikut merasa bersama dengan Kristus penderitaan yang
ditanggungNya bagi kita. Dalam mendoakan jalan salib kita harus lebih mengarahkan perhatian
pada sikap Yesus dalam menanggung semuanya itu daripada pada penderitaan itu sendiri. Kita
hendaknya lebih memperhatikan cinta dan ketaatanNya kepada Bapa serta cinta kasihNya
kepada kita sehingga dengan rela Ia mau menanggung semuanya itu. Selain itu, janganlah kita
berhenti pada kesengsaraan Kristus, melainkan sadar, bahwa salib adalah jalan kebangkitan.
Waktu mendoakan jalan salib kita tak usah menyelesaikan semua perhentian. Lebih baik bila kita
mendoakan sebagian dengan lebih sadar dan diresap-resapkan, daripada mendoakan seluruhnya
dengan tergesa-gesa.
doa rosario
Doa rosario merupakan suatu ungkapan kebaktian bagi Maria. Walau bagi banyak orang doa ini
sangat menolong perkembangan hidup rohani mereka, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang
harus mendoakan rosario.Rosario lebih merupakan suatu devosi, suatu ibadat pribadi, dan bukan
kewajiban bagi setiap orang Kristen.
Doa rosario dapat kita doakan sambil merenungkan peristiwa-peristiwa yang disajikan atau dapat
pula hanya dengan sadar mendoakan Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan tanpa merenungkan
peristiwa-peristiwa itu. Dalam arti tertentu malah lebih baik tidak usah merenungkan peristiwaperistiwa itu supaya kita semakin dapat masuk ke dalam suatu doa yang lebih mendalam.
Karena pengulangan doa yang berirama itu, sedikit demi sedikit timbullah suatu keheningan
dalam diri kita, sehingga kita dibawa masuk ke dalam suatu bentuk doa yang lebih dalam,
semacam kontemplasi. Dalam keheningan ini Roh Kudus dapat mencurahkan rahmatNya dengan
lebih leluasa. Dengan perantaraan doa rosario ini, ada orang-orang yang dibawa masuk ke dalam
suatu bentuk doa yang dalam sekali.
doa spontan
Doa spontan adalah doa yang kita ungkapkan secara spontan kepada Allah, menurut dorongan
hati masing-masing, berupa suatu percakapan kepada Allah. Kita dapat berbicara kepada Allah
dan menyampaikan kepadaNya segala isi hati kita : persoalan dan pengharapan, pujian dan
syukur, permohonan dan kerinduan hati.
Doa spontan ini dapat diungkapkan dalam pertemuan-pertemuan doa tertentu, atau dalam doadoa pribadi kita. Bila kita mengungkapkan doa ini, hendaknya diingat bahwa nilai doa tidak
tergantung pada keindahan kalimat-kalimatnya, melainkan tergantung pada besar kecilnya iman,
pengharapan dan cinta yang mendorong dan menjiwainya. Maka dari itu doa spontan kita
33
hendaknya sederhana, tidak dibuat-buat, tidak mencari-cari kata-kata yang indah, melainkan
mengungkapkan keadaan dan hidup kita sehari-hari, serta kerinduan hati kita. Sewaktu berdoa
spontan kita harus sadar bahwa kita ini anak Allah sendiri, bahwa Bapa kita selalu
memperhatikan kepentingan anak-anakNya.
V.2 Doa Batin
Bila kita ingin berkembang dalam hidup rohani dan hubungan yang lebih mesra dengan Allah,
kita harus menjalankan doa batin. Doa batin menuntut aktivitas batin yang lebih besar dan
perhatian yang lebih intensif.
Bila kita berdoa sebentar saja atau hanya membaca rumus doa yang sudah ada, kita tidak
membutuhkan suatu metode. Akan tetapi, bila kita mau berdoa lebih lama dan lebih intensif, kita
membutuhkan suatu metode : suatu bantuan untuk menolong kita sampai ke tujuan, yaitu
persatuan cinta kasih dengan Allah. Karena itu suatu metode hanya bersifat menolong dan
berguna sejauh metode itu dapat menolong.
Tiap-tiap metode bersifat terbatas, artinya tidak dapat dikenakan pada setiap orang dan karena itu
setiap orang harus menemukan metodenya sendiri. Meskipun demikian, tiap metode memiliki
nilai yang berbeda, yang satu lebih dari yang lain. Nilai suatu metode harus diukur menurut
kemampuannya membawa orang ke tujuan yang tertinggi, yaitu persatuan dengan Allah.
Dalam hidup doa, perkembangan senantiasa menuju pada kesederhanaan. Ada beberapa metode
yang dapat kita pakai dalam hidup doa kita, namun ini tidak berarti bahwa kita harus memakai
semua metode itu. Pada permulaan, cobalah beberapa metode dan kemudian pilihlah mana yang
paling cocok. Janganlah berganti-ganti metode, melainkan berpeganglah pada satu metode saja
sampai mendalam. Bila kita terlalu sering berganti metode untuk variasi, tidak satu metodepun
akan kita kuasai sungguh-sungguh, padahal supaya mencapai kemajuan dalam hidup rohani
dibutuhkan ketekunan.
Beberapa metode doa batin :
1.
Lectio Divina / bacaan meditatif
Lectio Divina merupakan bentuk doa yang paling tua dalam Gereja dan hingga sekarang masih
banyak dipakai. Metode ini mampu membawa orang kepada bentuk dan pengalaman doa yang
amat dalam.
Lectio Divina terdiri dari 4 langkah :
1.
pembacaan.
Bahan diambil dari Kitab Suci atau dari karya para pengarang rohani bermutu, yang
memiliki pengalaman Allah yang mendalam. Bahan ini harus mampu membangkitkan cinta
kepada Allah dan mendorong kita untuk mencariNya.
34
2.
meditasi.
Kita meresap-resapkan apa yang dibaca tadi. Bila ada kalimat yang menyentuh, kita
berhenti dan membiarkan kalimat itu mengendap dalam hati. Satu Sabda yang mengendap dalam
hati lebih berharga dari banyak Sabda yang hanya melintas dalam pikiran saja.
3.
doa.
Kita mengungkapkan hubungan pribadi kita dengan Allah dalam suatu percakapan,
pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan dll. Doa ini harus merupakan suatu dialog
dan bukannya suatu monolog belaka. Allahpun harus diberi kesempatan untuk berbicara dan kita
mendengarkan.
4.
kontemplasi.
(Kata kontemplasi sebenarnya berasal dari kata ‘contemplare’, artinya memandang
dengan penuh perhatian). Dalam kontemplasi, kita memandang Allah beserta misteri-misteriNya
dalam suatu sikap iman penuh kekaguman. Menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah kita tidak
dapat menemukan kata-kata lagi, sehingga satu-satunya sikap yang pantas hanyalah diam penuh
hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud
dan keterbukaan kepada Allah. Kita membiarkan diri untuk diperlakukan Allah menurut rencana
dan kehendakNya.
Dalam prosesnya lectio divina akan berkembang. Pada awalnya lectio atau pembacaan meditatif
menyita waktu lebih banyak. Bila sendirian, pembacaan dapat dilakukan dengan suara yang
terdengar, supaya membantu konsentrasi kita. Kemudian bisa saja orang segera beralih ke
meditasi atau doa, sesuai dengan perkembangan masing-masing. Bila pada awal kontemplasi
hanya mendapat waktu sedikit, lama-kelamaan dapat menjadi lebih banyak.
2.
doa nama
Doa nama merupakan suatu bentuk doa yang sangat sederhana tetapi mampu membawa kita
pada suatu kedalaman yang amat besar. Dasar doa nama ini terletak dalam kuasa nama Allah :
menyerukan nama Allah berarti memanggil Pribadi Allah sendiri untuk hadir. Sesungguhnya
Allah sudah senantiasa hadir, tetapi dengan menyebutkan namaNya, kita menyadari
kehadiranNya dan membiarkan kehadiran itu meliputi diri kita serta mengubahnya.
Di luar kalangan Kristen doa ini populer sekali : dalam Budhisme, Hinduisme dan Islam. Dalam
kalangan orang Kristen, doa nama yang paling dikenal ialah doa Yesus.
doa Yesus
Doa Yesus ini amat populer di Gereja Timur dan akhir-akhir ini doa inipun mulai tersebar luas
dalam Gereja Katolik. Doa ini disebut doa Yesus karena inti doa ini ialah penyeruan nama
Yesus. Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil Yesus sendiri untuk hadir, atau lebih
tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak
kita sadari.
35
Secara konkrit kata-kata yang digunakan dalam doa Yesus adalah sebagai berikut :
“Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku“ atau
“Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang berdosa ini“ (seruan si
buta di Yerikho yang memohon kesembuhan pada Yesus dalam Luk 18 : 38) atau
“Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini“ (doa si pemungut bea dalam Luk 18 : 13) atau
“Tuhan Yesus“ atau “Yesus”.
Sangat dianjurkan untuk berpegang pada satu rumusan saja dan tidak berganti-ganti.
Kita dapat mengiramakan doa Yesus dengan pernafasan, seturut keluar masuknya napas.
Misalnya waktu menarik napas kita mendoakan : “Tuhan Yesus Kristus” dan waktu
mengeluarkan napas : “kasihanilah aku“ atau “Tuhan“ dan “Yesus“ saja, atau bahkan hanya
nama Yesus saja : “Ye–su“. Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang
dan menemukan damai.
Doa ini hendaklah dijalankan dengan maksud dan tujuan yang murni. Doa ini hendaklah
merupakan suatu persembahan murni kepada Allah, persembahan diri kita sendiri, yang
diungkapkan dengan persembahan waktu secara cuma-cuma. Doa ini harus tanpa tujuan, kecuali
untuk sekedar hadir pada Allah yang dirindukan jiwa kita. Janganlah kita mencari perasaan atau
pengalaman tertentu dalam doa ini, namun kita hanya hadir pada Allah saja. Dalam keheningan
dan ketenangan ini Allah akan dapat menyatakan diri kepada kita secara rahasia. Secara rahasia
pula Ia akan mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita sehingga tanpa kita mengerti
bagaimana hati kita akan mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
3.
doa dalam bahasa roh
Doa dalam bahasa roh bukanlah suatu metode doa yang dapat dipelajari seperti metode-metode
lain, melainkan merupakan suatu karunia yang harus kita mohon kepada Allah. Karunia ini
biasanya diberikan bila seseorang mendapat Pencurahan Roh Kudus atau bisa juga di luar saat
itu.
Karunia doa ini merupakan suatu karunia doa adikodrati. Bila kita berdoa dalam bahasa roh, kita
lebih mudah memusatkan diri kepada Allah walaupun tanpa gagasan / gambaran. Doa ini
melampaui kekuatan kodrati manusia dan merupakan ungkapan dari sesuatu yang tidak dapat
diungkapkan, dari sifat Allah yang melampaui segala gagasan dan pikiran. Karunia doa ini
membantu orang dalam perkembangan kehidupan doa dan kehidupan rohaninya.
36
VI.
PENUTUP
Doa haruslah merupakan bagian integral hidup kita. Bila doa kita jalankan dengan tepat dan
sesuai dengan syarat-syaratnya, doa akan mempengaruhi, bahkan mengubah hidup kita. Dengan
doa batin yang dijalankan dengan baik dan tekun, khususnya doa yang lebih hening, hidup kita
akan memperoleh suatu dimensi baru yang lebih dalam. Dunia tetap seperti semula, tetapi karena
pandangan kita berubah, kita melihatnya secara baru pula. Karena persatuan kita dengan Tuhan
semakin diilahikan, penilaian kita semakin serasi dengan penilaian Tuhan.
Dengan perantaraan doa kita akan dapat menemukan keseimbangan dalam hidup serta
menemukan arti terdalam panggilan kita sebagai orang Kristen. Karena persatuan kita
dengan Tuhan, kita akan mulai mengalami hidup abadi sudah dalam dunia ini, sekarang
ini juga, seperti yang diungkapkan Santo Yohanes : “Semuanya itu kutuliskan kepada
kamu, supaya kamu yang percaya kepada Nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu (sudah)
memiliki hidup yang kekal.“ (1 Yoh 5 : 13).
37
4. DOA YESUS
I.
APAKAH DOA ITU ?
Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan,
pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan. Dalam doa kita masuk dalam keheningan
dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita.
Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya sendiri. Ia begitu mengasihi kita dan
Ia ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia
dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan
Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar
kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah
sendiri. Dalam Kristus Bapa menawarkan cintaNya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki
persekutuan hidup denganNya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada
kita. Agar supaya kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya, Allah telah
mengutus RohNya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu
bagaimana seharusnya kita berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26)
II.
YESUS ADALAH TELADAN KITA DALAM BERDOA
Yesus adalah pendoa yang sejati. Dalam seluruh hidupNya Ia mempunyai hubungan yang mesra
dengan BapaNya. Kita melihat dalam Injil : Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk
berdoa (Mrk 1:35); Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-muridNya (Luk 9:28-30);
dalam pelayananNya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan
perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus
berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajalNya (Luk 22:39-46). Jadi dapat
disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubunganNya yang mesra dengan Allah
Bapa.
Semakin Yesus bergaul mesra dengan BapaNya, semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di
hadirat Bapa, seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34 “MakananKu ialah melakukan kehendak
Dia yang mengutus Aku.” dan dalam Yoh 5:19 “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak.”
Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubunganNya yang mesra
dengan BapaNya ini. Ia mengutus RohNya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anakanakNya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan
mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:2).
38
III.
INTI DOA YESUS
Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja
Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus. Itulah sebabnya disebut doa Yesus.
Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman,
harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk
mengenal dan mengalami kasihNya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam
nama suci itu.
Doa ini bersandar pada kekuatan nama Allah. “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan
akan diselamatkan.” (Kis 2:21, Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil
hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah
senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiranNya. Nama Yesus itu akan menyelamatkan,
menyembuhkan, menyucikan kita.
IV.
RUMUSAN DOA YESUS
Secara konkrit rumusan doa Yesus berbunyi : “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku.” Ada pula
yang memakai rumusan : “ Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku
orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon
kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38). Ada pula yang memakai seruan si pemungut cukai : “Ya
Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Tuhan
Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja.
Kata-katanya dapat berbeda beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja.
Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang
tidak berguna serta menceraiberaikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan
pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh
dalam bidang ini.
V.
LATIHAN PENYADARAN
Seringkali orang sukar sekali berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu
perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya ia dapat memasuki doa yang
lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk
memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga
kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Dalam latihan penyadaran itu kita dapat
mengarahkan diri pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan
sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh
kulit, menyadari pernafasan dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi.
Latihan ini sebaiknya dilakukan di luar doa Yesus. Kalau dipakai di dalamnya juga, baiklah
secara singkat saja, 2-3 menit sudah cukup.
39
VI.
DOA DAN PERNAPASAN
Doa ini dapat dimulai dengan bantuan tasbih. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi
apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang
tidak membutuhkan konsentrasi penuh, misalnya mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan,
menunggu antrian dokter, dll.
Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita
kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu
dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya : waktu menarik napas, kita
mendoakan: “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas, kita menyerukan : “kasihanilah
aku.” Rumusan ini dapat pula lebih pendek: “Tuhan” dan “Yesus” saja, bahkan hanya nama
Yesus saja, “Ye—sus” atau “Ye—su.”
Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang dan menemukan damai.
Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ideide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, sehingga terciptalah harmoni.
VII.
HALANGAN-HALANGAN DOA
Menurut St. Theresa dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di
depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk
ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala
macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati. Kita
tidak boleh menyimpan jimat, belajar ilmu gaib / bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa
gelap / perdukunan / tukang ramal / dosa. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan,
minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahimanNya / belas kasihanNya.
VIII. MOTIVASI BERDOA
Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa Yesus hendaknya
merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah, yang diungkapkan dengan persembahan
waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, atau pemborosan waktu bagiNya, sebab Dia pantas
dicintai demi diriNya sendiri.
Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir kepada Allah yang dirindukan oleh jiwa kita.
Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga, sebab dalam
keheningan dan ketenangan Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara
rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa mengetahui
bagaimana caranya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
40
IX.
GEJALA-GEJALA YANG KADANG-KADANG MENYERTAI DALAM DOA
Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala-gejala seperti : badan bergoyang ke depan /
belakang / samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa
dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat / dingin, dll. Pengalamanpengalaman tersebut tidak usah diperhatikan. Janganlah kita mencari pengalaman-pengalaman
dalam doa. Kalau ada pengalaman, kita sepantasnya bersyukur; kalau tidak ada pengalaman, kita
juga tetap bersyukur sebab dalam doa kita tidak mencari hiburan / pengalaman melainkan
mencari Yesus yang hadir dalam hati kita.
X. BUAH-BUAH DOA YESUS
1.
Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, manusia terpecah
belah, pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya
jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam
(susah-senang, sakit hati, cinta-dendam) dan kemauan menjadi lemah. Dalam Tradisi Gereja
Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi, dengan
pikiran yang mengulang-ulang nama Yesus dan hati yang terpusat kepada Allah, pribadi kita
akan menjadi utuh kembali, daya perhatian dan konsentrasi kita diperbesar serta ingatan kita
menjadi lebih kuat.
2.
Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati
dan pikiran tenang dan damai, suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada
Roh Kudus, buah-buah Roh (Gal 5:22) juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari.
3.
Bila doa Yesus dilakukan dengan tekun dan setia, doa ini akan menghantar kita kepada
kontemplasi yang murni, karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada
satu arah, yaitu kehadiran Yesus. Pelanturan sedikit demi sedikit berkurang, dan pada akhirnya
hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan kita akan berdoa dalam
roh dan kebenaran serta mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk
berkembang secara rohani. Di sini kita dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis /
kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur, dan
mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini kita akan dipenuhi oleh
kebahagiaan akan kehadiran Allah serta mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam
hidup ini. Kita dibebaskan dari segala macam kerisauan serta lebih tahan menanggung segala
beban dan salib kehidupan. Budi kita akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga
kita akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun dalam karya
Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan
membantu kesehatan kita.
41
XI.
KEHENINGAN DAN KONTEMPLASI
Bila suatu saat kita merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, turutilah
dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus, asalkan dalam diam itu kita secara samarsamar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini janganlah takut untuk diam saja tanpa
berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari
segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun
dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan
serta membebaskan kita dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri kita.
Tanpa tahu bagaimana caranya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang.
Doa Yesus dapat mengahantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari
kata ‘contemplare’ yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat /
perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteriNya. Kita
memandangNya dengan sikap iman penuh kekaguman seraya menyadari kebesaran dan
kemuliaan Allah, sehingga kita tidak menemukan kata-kata lagi dan satu-satunya sikap yang
pantas hanyalah diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap
penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Kita membiarkan diri
diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendakNya.
XII.
SIKAP TUBUH DALAM DOA YESUS
1.
Duduklah di atas dingklik / kursi / bantal doa atau duduklah bersila.
2.
Usahakan supaya punggung tegak dan pandangan lurus kedepan.
3.
Letakkan tangan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
4.
Pejamkan mata.
5.
Bernafaslah biasa.
42
5. LECTIO DIVINA
I.
PENDAHULUAN
Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes. Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah
pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih.
Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya
seperti air dari sumber (Dei Verbum 7,10,21).
Pada awalnya tidak ada pembacaan Kitab Suci yang diorganisir dan metodis, yang ada hanyalah
praktek umat Kristiani yang diteruskan dari generasi ke generasi. Sistematisasi Lectio Divina
dalam empat jenjang baru terjadi pada abad XII. Pada sekitar tahun 1150 Guigo, seorang rahib,
mengajukan teori empat jenjang dalam pembacaan Kitab Suci. Hal ini didapatkannya ketika
suatu kali tiba-tiba nampak dalam budinya empat tangga jenjang rohani, yaitu pembacaan,
meditasi, doa dan kontemplasi. Ini adalah tangga yang dinaiki para rahib dari bumi ke surga.
Jenjangnya hanya sedikit tetapi luar biasa tingginya, dengan ujung bawah tegak di atas bumi dan
ujung atas menerobos awan-awan mencari rahasia surga. Setiap jenjang ini menghasilkan efek
yang khas dalam diri orang yang membaca Kitab Suci.
II.
TUJUAN LECTIO DIVINA
Kita mencoba untuk mencapai apa yang dikatakan Kitab Suci: “Sabda sangat dekat padamu,
dalam mulutmu dan dalam hatimu, untuk kamu laksanakan” (Ul 30:14). Kita mengunyah dan
mencerna Sabda Tuhan dalam mulut lewat pembacaan, dalam hati lewat meditasi dan doa, dan
pelaksanaannya dalam hidup lewat iman yang dikuatkan oleh kontemplasi.
Tujuan Lecito Divina adalah tujuan Kitab Suci sendiri, yaitu:
1. Untuk memperoleh hikmat yang dapat membawa kepada keselamatan karena iman akan
Yesus Kristus (bdk. 2 Tim 3:15).
2.
Untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran dan dengan demikian membimbing umat Allah untuk segala pekerjaan
baik (bdk. 2 Tim 3:16-17).
3.
Untuk membantu kita belajar dari kesalahan pendahulu-pendahulu kita agar tidak jatuh
dalam kesalahan / dosa yang serupa (bdk. 1 Kor 10:6-10).
43
III.
EMPAT LANGKAH LECTIO DIVINA
Empat jenjang Lectio Divina adalah pembacaan, meditasi, doa, kontemplasi. Tidak selalu mudah
membedakan yang satu dari yang lain. Apa yang dikatakan beberapa orang tentang pembacaan,
oleh yang lain dapat dikenakan pada meditasi, dsb. Sikap membaca misalnya, dapat berlangsung
juga selama meditasi. Keempat sikap itu ada dan berlangsung bersama sepanjang seluruh proses
lectio divina, meskipun intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapai seseorang.
III.1 Langkah Pertama: Pembacaan (Lectio)
Pembacaan berarti mempelajari Kitab Suci dengan kerajinan dan perhatian besar. Dengan
membaca dengan jelas, perlahan-lahan dan lantang kita menempatkan Sabda Allah di mulut kita,
seperti menempatkan makanan pada mulut kita. Membaca merupakan titik awal. Langkah ini
membuat pembaca berpijak di bumi. Hal ini perlu sebagai persiapan untuk meditasi dan dialog
dengan Tuhan, agar meditasi bukanlah hanya buah khayalan belaka namun berdasarkan teks
Kitab Suci dan realitas. Membaca dengan penuh perhatian membantu agar teks Kitab Suci tidak
dimanipulasi dan disempitkan menurut pendapat dan keinginan kita sendiri, karena teks
mempunyai arti dalam dirinya sendiri tak tergantung pada orang yang membacanya. Dalam hal
inilah sumbangan studi Kitab Suci muncul untuk membantu Lectio Divina yang baik. Kita perlu
mengenal teks dalam rangka konteksnya.
Catatan:
Bagi yang mampu, baiklah mengikuti studi Kitab Suci yang membahas aspek literer, historis dan
teologis, tetapi dalam hal ini harus waspada terhadap tafsiran yang rasionalistik tanpa iman, yang
sering masih dijumpai dalam studi-studi Kitab Suci. Di samping itu perlu disadari, bahwa untuk
dapat melakukan lectio divina tidak mutlak harus melakukan studi ilmiah dan kecuali itu
hendaknya disadari pula, bahwa semua itu bukan tujuan lectio divina, melainkan hanya sarana
untuk mencapai tujuan.
Langkah pertama ini mau menjawab pertanyaan: ‘Apa yang dikatakan teks?’
Membaca teks haruslah dengan penuh perhatian dan hormat karena setiap kata berasal dari
Allah. Tuhanlah yang memberikan sabda itu kepada kita dengan cara yang sangat pribadi.
Mengingat-ingat Sabda adalah juga berarti mengingat Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus.
Membaca teks berulang kali bagi diri sendiri sehingga hati kita terpusat pada Sabda sudah
mengarah pada doa batin. Bila ada gagasan atau kalimat atau kata yang menarik perhatian kita,
hendaklah berhenti di situ.
Pembacaan harus membuat kita menjadi akrab dengan teks sampai pada titik di mana teks
menjadi kata-kata kita sendiri. Kasianus berkata: ‘Diresapi dengan perasaan yang sama dengan
yang meresapi penulisan teks, sehingga seakan-akan kita menjadi penulis-penulisnya’. Saat
itulah kita dapat mengetahui bahwa Allah mencoba mengatakan sesuatu kepada kita. Pada saat
itu kita menundukkan kepala, menjadi hening dan membuka pendengaran kita: “Aku mau
mendengarkan apa yang dikatakan Allah, Tuhan” (Mzm 85:9). Pada saat itulah pembacaan
bergerak menuju langkah kedua, yaitu meditasi.
44
III.2
Langkah Kedua: Meditasi (Meditatio)
Jika langkah pertama mau menjawab pertanyaan: ‘Apa yang dikatakan teks?’, maka meditasi
mau menjawab pertanyaan: “Apa yang teks katakan kepada kita saat ini, di sini, di tempat ini?”
Begitu kita sudah menempatkan Sabda Allah ini dalam mulut kita dan mulai mengunyahnya,
maka kita sudah mulai bermeditasi berdasarkan teks tersebut. Meditasi berarti memamah,
mengunyah Sabda dan berdiam dengan tenang menikmati setiap potong Sabda untuk menyarikan
maknanya.
Berdialoglah dengan teks melalui pertanyaan reflektif, misalnya: apakah persamaan dan
perbedaan situasi yang ada pada teks dan sekarang? Konflik apa yang ada dalam teks dan juga
menjadi konflik pada situasi sekarang ini? Apakah pesan teks untuk situasi sekarang? Perubahan
sikap apa yang disarankan teks bagiku? Hal apa yang menurut teks harus tumbuh dalam diriku?
Setiap kata dari teks hendaklah ditujukan pada diri sendiri. Penting kita perhatikan bahwa
langkah ini adalah proses intuitif, sehingga kita dapat melakukannya seperti sedang membaca
surat cinta berulang-ulang. Setiap kata begitu kita nikmati dan menjadi bagian diri kita. Bila kita
membaca surat dari kekasih kita, kita bahkan hafal kalimat-kalimat yang tertulis itu.
Orang yang bermeditasi merenungkan dan merasakan kebenaran yang tersembunyi dalam Sabda
Allah dan menjadikannya sebagai kebijaksanaan dalam hidupnya. Bermeditasi ini pada
hakikatnya mendengarkan kata-kata yang dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan
makna yang terkandung dalam Sabda tersebut.
Sulit menentukan dengan tegas pada saat mana orang beralih dari meditasi ke doa sebagaimana
kita sulit mengatakan dengan tepat bilamana orang beralih dari masa remaja ke masa dewasa.
Namun ada patokan yang dapat digunakan. Meditasi membuat makna teks itu terbuka bagi kita
dan relevan dengan situasi sekarang dan memberi gambaran akan apa yang diminta Allah dari
kita. Bila kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diminta Allah, tibalah
saatnya kita bertanya: Sekarang apa yang hendak kukatakan kepada Allah? Apakah aku
menerima atau tidak? Bila yang diminta Allah pada kita menjadi jelas, maka menjadi jelas juga
segala keterbatasan, hambatan dan ketidakmampuan kita. Pada saat itu dapatlah kita memohon
kepadaNya: “Tuhan, bangkitlah, bantulah kami” (Mzm 44:27). Dengan kata lain, meditasi ini
adalah benih doa.
Teresia Avila menambahkan unsur penting untuk membantu bermeditasi, yaitu menempatkan
diri kita di dalam hadirat Tuhan. Teresia mengajar kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang
amat dekat pada kita.
III.3
Langkah Ketiga: Doa (Oratio)
Dalam membaca kita bertanya: ‘Apa yang dikatakan teks?’. Dalam meditasi kita bertanya: ‘Apa
yang dikatakan teks kepadaku?’. Sedangkan dalam berdoa kita bertanya: ‘Aku diajak teks
mengatakan apa kepada Allah?’
Dalam langkah ketiga ini kita memberi tanggapan dan mengungkapkan di hadirat Allah, apa
yang dibangkitkan dalam diri kita oleh Sabda yang telah kita renungkan. Doa adalah tanggapan
yang muncul dari hati kita atas Sabda Tuhan. Doa ini dapat berupa permohonan, pujian, syukur
atau penyesalan. Kita dapat mengungkapkan doa kita dalam suatu percakapan dengan Yesus atau
45
Bapa, boleh juga kadang-kadang dengan Roh Kudus, secara spontan, seperti seorang sahabat
yang berbicara dengan sahabatnya yang mengasihi dia, seperti yang diungkapkan Santa Teresa
Avila. Percakapan ini hendaknya spontan, sederhana, wajar, tanpa dibuat-buat. Supaya tidak
menjadi monolog, doa ini harus bermuara dalam kontemplasi.
III.4
Langkah Keempat: Kontemplasi (Contemplatio)
Bila pembacaan Sabda berulang-ulang meletakkan Sabda pada bibir kita, meditasi menempatkan
Sabda dalam pikiran kita, doa menempatkan Sabda pada hati kita, maka dengan bantuan rahmat
Tuhan, kontemplasi mengukirkan Sabda pada roh kita.
Kontemplasi berasal dari kata latin ‘contemplare’, yang berarti memandang. Doa kita berubah
dari suatu percakapan menjadi suatu pandangan kasih dalam iman, dalam keheningan, tanpa
kata-kata, tanpa gagasan. Bila pada awalnya saat-saat kontemplasi ini hanya singkat saja, lama
kelamaan, bila kita setia, saat-saat itu dapat menjadi lebih panjang dan bila Tuhan berkenan,
orang bahkan ditarik ke dalam keheningan yang besar dan keterserapan dalam Allah. Dalam
keheningan dan kedamaian inilah Allah mencurahkan kasih dan kebijaksanaanNya. Walaupun
demikian janganlah memaksa tinggal dalam keheningan itu bila tidak ditarik dari dalam, sebab
kalau demikian keheningan itu menjadi kekosongan yang steril. Sebaliknya bila orang ditarik ke
dalam keheningan dari dalam, janganlah takut, sebab itu sungguh suatu rahmat yang besar.
Kita bisa tetap diam tenang pada inti terdalam jiwa, menunggu, memandang dan merasakan
kehadiranNya yang melampaui kata-kata. Kita berjumpa dengan Sang Sabda sendiri. Kita
diangkat untuk mengenal Dia yang sudah lebih dulu mengenal kita sedalam-dalamnya. Kita
diangkat untuk mencintai dan dicintai dalam kekuatan Roh yang berdoa di dalam diri kita.
Dengan memasuki suatu cahaya yang baru kita mengalami transformasi. Kita telah sampai pada
sumber air hidup dan diberi minum secara cuma-cuma dari Sang Penyelamat kita.
Bila kita mulai keluar lagi dari keheningan, artinya tidak terpusat lagi, kita dapat mulai lagi
proses dari awal, dari langkah I dan seterusnya, atau dapat juga sekedar mengulang-ulangi nama
Yesus.
IV.
PENUTUP
Dalam melakukan Lectio Divina kita perlu kedisiplinan, ketenangan hati dan tentunya rahmat
Tuhan sendiri. Hal terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Sabda melainkan banyak
mencinta sebagaimana diucapkan Teresa Avila. Semoga melalui Lectio Divina kita semakin
mengalami persatuan dengan Tuhan.
46
6. PENGANTAR KITAB SUCI UMUM
I.
APA ITU ALKITAB
Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab yang berarti Sang Kitab (Kitab itu; the Book). Kata ini
dipakai oleh orang Arab untuk menunjuk pada kitab suci orang Yahudi dan Kristen. Namun ini
kurang tepat karena Alkitab tidak hanya terdiri dari satu kitab, melainkan banyak, sehingga
dalam bahasa Yunani disebut ‘ta biblia’ yang artinya kitab-kitab.
I.1
Buku Sejarah Karya Allah, Kesaksian tentang Allah dan Jawaban Manusia
Semua kitab dalam Alkitab memberikan kesaksian mengenai karya Allah dan reaksi umat baik
secara kelompok maupun perorangan atas karya Tuhan. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan
sejarah perjanjian Allah dengan bangsa Israel, sedangkan dalam Perjanjian Baru dituliskan
sejarah perjanjian Allah dengan seluruh umat manusia lewat Yesus Kristus. Baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru muncul dari pengalaman umat. Penulisan Alkitab dimaksudkan
agar ingatan akan perjanjian itu dikekalkan (bdk Yos 24:25-28), diteruskan dari satu generasi ke
generasi lain (Ul 6:4-9; 32:45-47) sehingga mengikat juga generasi zaman sekarang (Ul 5:3).
I.2
Buku Gereja dan Buku Iman
Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku
iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah.
Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja
melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja.
Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya.
Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan
ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di
dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan ‘hukum dan kaidah tertinggi dari iman
Gereja’. Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah
(Dei Verbum 26; Ad Gentes 15:21).
I.3
Sabda Allah dalam Bahasa Manusia
Alkitab disebut Sabda Allah karena pertama, Alkitab memberi kesaksian tentang Allah, yakni
tentang Allah yang menyatakan diriNya melalui perbuatan, perkataan , peristiwa hidup manusia
dalam sejarah; kedua, kitab yang memberi kesaksian tentang Allah ini ditulis atas dorongan,
hembusan dan ilham Roh Kudus.
Kitab Suci adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia, artinya melalui Kitab Suci Allah berbicara
kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Oleh
47
karena itu ungkapan-ungkapan dalam Kitab Suci tidak dapat dipisahkan dari zaman, waktu dan
budaya tertentu.
II.
KANON ALKITAB
II.1
Pengertian Kanon
Kanon adalah kata Yunani yang berasal dari kata ‘qane’ (bahasa Ibrani), yang berarti galah atau
tongkat pengukur. Kata kanon dalam Gereja diartikan sebagai daftar resmi kitab-kitab yang
diakui sebagai Sabda Allah. Inilah yang menjadi ukuran, pedoman dan kaidah iman Gereja.
II.2
Terjadinya Kanon Alkitab
Proses terjadinya kanon Alkitab ini sangat panjang dan rumit. Pada awalnya orang Yahudi belum
mempunyai daftar resmi dari kitab-kitab yang diakui sebagai Kitab Suci. Pada zaman Yesuspun
belum ada ketentuan yang pasti mengenai jumlah Kitab-kitab (Perjanjian Lama) yang diakui oleh
semua jemaat Yahudi, sebab selain kitab-kitab berbahasa Ibrani, beredar juga kitab berbahasa
Yunani yang jumlahnya tidak sama.
II.2.1 Kanon Yahudi / Kanon Yamnia / Kanon Ibrani
Sekolah Yamnia pada tahun 91-100 memutuskan kitab-kitab yang termasuk kanonik adalah:
Kitab Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan
Kitab-kitab para nabi (Nebiim) : mengenal pembagian nabi-nabi awali dan nabi-nabi
kemudian
Kitab-kitab lain (Ketubim) yaitu: Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung, Rut, Ratapan,
Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra, Nehemia, dan 1-2 Tawarikh.
Inilah yang disebut kanon Ibrani yang kemudian diikuti oleh orang Kristen Protestan.
II.2.2 Septuaginta, Vetus Latina, Vulgata
Septuaginta yang berbahasa Yunani memuat lebih banyak kitab daripada yang terdapat dalam
kanon Yamnia. Selain kitab-kitab yang termuat dalam kanon Yamnia (Ibrani), Septuaginta juga
memuat kitab-kitab berikut:
Tobit
Yudit
1-4 Makabe
Doa Manaseh
48
Kebijaksanaan Salomo
Yesus Bin Sirakh
Mazmur Salomo
Barukh
Surat Yeremia.
Jelas dari daftar ini bahwa tidak semua kitab yang terdapat dalam Septuaginta kemudian diterima
oleh Gereja Katolik sebagai kanonik.
Gereja Para Rasul menggunakan Kitab-kitab (Perjanjian Lama) berbahasa Yunani yaitu
Septuaginta karena perkembangan Gereja ke arah internasional.
Sementara itu di bagian barat dunia Kekristenan yang tidak berbahasa Yunani, Septuaginta
diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan disebut Vetus Latina.
Karena naskah terjemahan Vetus Latina sangat beragam, maka tahun 382 St. Hieronimus
diperintahkan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan yang lebih kritis langsung dari
Kitab berbahasa Ibrani. Tidak semua kitab yang terdapat dalam kanon Yahudi diterjemahkan.
Lama kelamaan terjemahannya ini dipakai bersama Vetus Latina dan disebut Vulgata.
II.2.3 Penetapan Kanon Perjanjian Lama dan Baru Gereja Katolik
II.2.3.1 Kanon Perjanjian Lama
Kanon Perjanjian Lama ditetapkan secara definitif oleh Gereja Katolik dalam konsili Trente pada
sidang yang keempat tanggal 8 April 1546. Konsili mengambil sikap ini karena orang Protestan
menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yamnia / Yahudi. Kitab-kitab yang diakui
dalam konsili Trente tapi ditolak oleh orang Protestan sejak Sixtus dari Siena (abad 16) disebut
Deuterokanonik. Deuterokanonik artinya yang diterima kemudian dalam kanon. Kitab-kitab
yang lain disebut protokanonik, yang artinya diterima pertama dalam kanon. Kedua istilah ini
tidak tepat karena tidak mengungkapkan secara benar sejarah terjadinya kanon.
Dasar atau tolok ukur penetapan kanon Perjanjian Lama pada Konsili Trente adalah penggunaan
kitab-kitab tersebut secara terus-menerus dalam Gereja baik dalam ibadat, teologi maupun dalam
katekese. Penetapan Konsili Trente bersifat definitif, artinya kanon Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian baru sudah ditutup, tidak mungkin ditambah lagi.
Cara menghitung jumlah kitab PL menurut kanon Katolik :
1.
Kej
2.
Kel
3.
Im
49
4.
Bil
5.
Ul
6.
Yos
7.
Hak
8.
Rut
9.
1 Sam
10.
2 Sam
11.
1 Raj
12.
2 Raj
13.
1 Taw
14.
2 Taw
15.
Ezr
16.
Neh
17.
Tob
18.
Ydt
19.
Est dan tamb Est
20.
1 Mak
21.
2 Mak
22.
Ayb
23.
Mzm
24.
Ams
25.
Pkh
26.
Kid
27.
Keb
28.
Sir
50
29.
Yes
30.
Yer
31.
Rat
32.
Bar dan S. Yer
33.
Yeh
34.
Dan dan tamb Dan
35.
Hos
36.
Yl
37.
Am
38.
Ob
39.
Yun
40.
Mi
41.
Nah
42.
Hab
43.
Zef
44.
Hag
45.
Za
46.
Mal
Pengurutan ini (yang diikuti oleh Alkitab terbitan Nusa Indah dan Bimas Katolik dalam 3 jilid)
dibuat berdasarkan kelompok menurut jenis kesusasteraannya dan isinya:
Kelompok I (no. 1-5) disebut Pentateukh, artinya Panca Gulungan. Kitab-kitab ini
memandang ke masa lampau, ke awal mula dunia dan Israel. Pada umumnya berbentuk ceritera
dan hukum. Kelima kitab ini disebut Taurat Musa.
Kelompok II (no. 6-21) disebut Kitab-kitab Sejarah. Pada dasarnya kitab-kitab ini
menceritakan karya-karya Allah di masa lampau kepada bangsa Israel dan reaksi Israel terhadap
karya Allah itu. Bentuknya prosa.
51
Kelompok III (no. 22-28) disebut Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Nyanyian. Kitab-kitab
ini pada dasarnya merefleksikan hidup, yakni bagaimana menghayati hidup secara benar. Ciri
pengajaran amat menonjol. Umumnya berbentuk puisi.
Kelompok IV (no. 29-46) disebut Kitab-kitab Kenabian. Kita-kitab ini berbicara tentang
karya Allah di masa mendatang berdasarkan kenyataan dan pengalaman sekarang dan karya
Allah di masa lampau. Umumnya berbentuk puisi.
Kita perlu mengetahui urutan dan pengelompokkan ini bukan saja untuk mempermudah mencari
tempatnya dalam Alkitab tetapi juga untuk menyadari sifat dan hakikatnya masing-masing.
II.2.3.2 Kanon Perjanjian Baru
II.2.3.2.1 Proses Terbentuknya Kanon Perjanjian Baru
Kanon Perjanjian Baru mengalami proses lebih sederhana. Pada mulanya tidak ada kesepakatan
mengenai jumlah kitab. Antara tahun 40 sampai 120 para murid Yesus menyebarkan ajaran lisan.
Setelah di banyak tempat terjadi hubungan, maka mulailah ditulis surat-surat, terutama bila para
rasul melihat adanya masalah khusus dan mendesak (bdk 2 Tes 2:2,15; 1 Kor 5:9). Lamakelamaan dengan adanya pergantian generasi, mulailah juga ditulis pokok-pokok iman yang
penting termasuk ajaran dan wejangan Yesus.Dari situlah mulai berkembang penulisan kisah
Yesus yang disebut Injil dan Kisah Para Rasul.
Menjelang akhir abad pertama banyak beredar tulisan-tulisan. Ada juga tulisan yang
menyesatkan, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan umat. Pada akhir abad kedua
sejumlah tokoh penting menyusun daftar tulisan yang berwibawa. Tahun 190 ada Kanon
Muratori, tahun 254 Origenes menyusun daftar juga, tahun 303 Eusebius menyusun daftar kitab
yang diterima, yang masih diperdebatkan dan ditolak. Hanya melalui proses yang perlahanlahan, kumpulan kitab orang Kristen itu menjadi Perjanjian Baru yang sekarang. Sejarah singkat
terbentuknya kanon Perjanjian Baru adalah sebagai berikut:
Kesaksian tertua tentang jumlah Perjanjian Baru yang 27 kitab itu berasal dari
Athanasius, Uskup Alexandria (dalam surat Paskah tahun 367).
Suatu sinode di Roma dalam dokumen yang disebut ‘Dekrit Damasus’ (tahun 382)
menetapkan 27 kitab untuk PB, yakni seperti yang kita miliki sekarang. Keputusan sinode ini
sama dengan ajaran Athanasius dan Hieronimus. Dekrit Damasus menyatakan dengan jelas
bahwa kanon Kitab Suci itu ditetapkan oleh Gereja Katolik yang universal. Perlu diingat primat
dan otoritas Gereja Roma yang diakui oleh gereja-gereja lokal lainnya.
Pada akhir abad IV banyak gereja lokal menerima keputusan dekrit Damasus tersebut,
yakni konsili di Hippo (Afrika) pada tahun 393; konsili Kartago (Afrika) pada tahun 397 dan
419.
Konsili umum di Firenze (Italia) pada tahun 1441 juga meneguhkan kanon tersebut.
Keputusan yang definitif bagi Gereja Katolik terjadi dalam Konsili Trente (tahun 1546)
yang menetapkan kanon seluruh Alkitab, yaitu 45 kitab untuk Perjanjian Lama dan 27 kitab
untuk Perjanjian Baru.
52
II.2.3.2.2 Isi Kanon Perjanjian Baru
Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab dan surat yang diatur dengan urutan sebagai berikut:
a)
Injil terdiri dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes yang memberi kesaksian tentang ajaran
dan karya Yesus selama hidupNya di dunia.
b)
Kisah Para Rasul yang berbentuk cerita dan wejangan seperti terdapat dalam Injil. Kisah
yang mendapat sorotan utama adalah apa yang terjadi setelah Yesus tidak lagi berkarya di dunia.
c)
Surat-surat yang terdiri dari:
13 surat Paulus dengan menempatkan surat-surat kepada jemaat pada tempat pertama
disusul dengan surat-surat kepada tokoh-tokoh tertentu.
Surat kepada Orang Ibrani ditempatkan menyusul setelah surat-surat Paulus karena gaya
bahasanya memang mirip dengan gaya bahasa Paulus. Namun diragukan sebagai benar-benar
karangan Paulus.
Surat-surat Katolik yang terdiri dari 7 karangan. Disebut Katolik yang berarti umum
karena tidak ditujukan kepada jemaat tertentu. Surat-surat Katolik terdiri dari 1 Ptr (ditujukan
kepada sejumlah jemaat), 1 Yoh (kepada umum), Yak, 2 Ptr, Yud (tanpa alamat), 2 Yoh dan 3
Yoh (ditujukan kepada orang tertentu).
d)
Wahyu Yohanes ditempatkan paling akhir sebab kitab ini berbicara tentang akhir dari
seluruh sejarah manusia.
53
7. PENGANTAR KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
I.
SEJARAH ISRAEL
Perjanjian Lama adalah buku sejarah yang amat khusus. Buku ini tidak hanya berbicara tentang
sejarah Israel tapi juga tentang sejarah keterlibatan Allah dalam sejarah tersebut. Perjanjian
Lama memuat buku-buku yang dihasilkan Israel dalam perjalanan sejarahnya. Buku ini
menyebut banyak peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu serta menyusunnya menurut
urutan dan peredaran waktu, khususnya dalam Penteteukh dan kitab-kitab sejarah. Buku-buku
lain haruslah juga dimengerti menurut latar belakang sejarahnya. Buku-buku yang bukan
merupakan buku sejarah juga mempunyai hubungan dengan sejarah Israel. Contohnya adalah
Kitab-kitab Kebijaksanaan dan nyanyian di mana ditunjukkan keterkaitan buku-buku ini dengan
raja Yehuda, Daud, Salomo.
Sejarah Israel dapat dibagi atas lima periode yaitu:
I.1
Periode Awal Mula
Periode awal mula dihitung mulai dari Abraham sampai dengan zaman para hakim. Ada
yang menyebut periode ini zaman pra-kerajaan. Zaman para hakim dimulai pada zaman pasca
pemukiman dan pendudukan tanah Kanaan sampai munculnya sistem kerajaan pada 10 SM. Ada
12 hakim yang disebut dalam Kitab Suci. Umumnya kedua belas hakim itu dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelompok yang berperang dan kelompok yang memerintah.
Periode awal mula dapat dibagi lagi dalam beberapa fase yaitu:
I.1.1
Fase Bapa Bangsa (Kej 12-50)
Israel menyebut nenek moyang mereka dengan ‘mereka’. Nama nenek moyang mereka adalah
Abraham, Ishak dan Yakub. Ketiganya sangat kerap disebut sejajar. Mereka ini kita sebut bapabapa bangsa, namun hanya Yakublah yang dikatakan sebagai bapa dari kedua belas suku Israel.
Cerita tentang bapa-bapa bangsa ini terdapat dalam Kitab Kejadian dengan perincian sebagai
berikut: Abraham (Kej 12-25), Ishak (Kej 26), Yakub (Kej 25-36). Cerita tentang Yakub ini
dilanjutkan dalam cerita tentang Yusuf (Kej 37-50) sehingga bagian ini juga dimasukkan dalam
fase bapa bangsa.
Bagian Kitab Suci yang berbicara tentang bapa-bapa bangsa Israel bukanlah dokumen sejarah,
melainkan cerita-cerita iman. Sulit sekali menempatkan cerita-cerita ini dalam konteks sejarah
Timur Tengah Purba karena teks-teks ini tidak selalu mengandung data-data sejarah dalam
pengertian modern.
I.1.2
Fase Eksodus (Kel 1-15)
Eksodus berarti keberangkatan atau berjalan keluar. Dalam hal ini berarti keberangkatan atau
pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Kel 1-15 ini bukanlah sejarah yang terjadi sesudah
54
bapa-bapa bangsa. Dari sudut sejarah kita hanya dapat mengatakan bahwa teks-teks ini
memberikan kesaksian bahwa Israel juga punya awal sejarah di Mesir.
Kel 1-15 ini bukanlah suatu dokumen sejarah. Seluruhnya adalah cerita iman. Kel 1-15 ini
mengandung teologi yaitu bahwa Tuhan mengubah jeritan bangsa Israel menjadi nyanyian
sukacita.
I.1.3
Fase Padang Gurun (Kel 15-Ul)
Fase ini berbicara tentang perjalanan Israel melalui padang gurun, akan tetapi tidak seluruhnya
berbicara tentang perjalanan Israel melainkan juga berbicara tentang hukum, peraturan dan
pendudukan suatu daerah.
Kel 15-Ul adalah suatu dokumen iman dan bukan dokumen sejarah. Dokumen-dokumen yang
berbicara tentang ‘wilayah’ padang gurun ini praktis tidak ada dan pengenalan kita tentang
semananjung Sinai amatlah terbatas. Dari penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen
ini, muncullah hipotesa yang mengatakan bahwa letak Gunung Sinai itu di semenanjung Arab,
antara Edom dan Midian. Menurut hipotesa ini Midian terletak di sebelah tenggara teluk Aqaba.
Kesimpulan selanjutnya adalah bahwa letak Gunung Sinai amat sulit dipastikan. Gunung ini
lebih mempunyai arti teologis daripada historis.
I.1.4
Fase Pemukiman dan Pendudukan (Yos-Hak 1)
Pemukiman dan pendudukan adalah dua istilah yang berdekatan artinya tetapi tidak persis sama.
Pemukiman bisa terjadi tanpa kekerasan sedangkan pendudukan selalu disertai kekerasan.
Fase ini menurut Kitab Suci merupakan tahap baru dalam sejarah Israel. Pemukiman dan
pendudukan tanah Kanaan oleh suku-suku Israel tidak begitu saja dapat dikatakan terjadi sesudah
kelompok yang dipimpin Musa (yang dikenal dengan kelompok orang-orang apiru) bebas dari
Mesir. Ada berbagai kelompok atau suku yang memasuki Kanaan dan mungkin tidak terjadi
dalam waktu bersamaan.
Dokumen pertama yang menjadi sumber untuk mempelajari sejarah pemukiman dan pendudukan
tanah Kanaan adalah kitab Yosua. Kitab ini berbicara tentang pendudukan tanah Kanaan yang
dilakukan oleh semua suku Israel secara bersama-sama di bawah pimpinan Yosua. Setelah
seluruh Kanaan ditaklukkan, lalu diadakan pembagian tanah Kanaan di antara suku-suku Israel
dan disebut pula batas-batas tanah untuk masing-masing suku (Yos 13-19). Kitab ini ditutup
dengan berbagai ketetapan, keputusan, nasihat dan perjanjian untuk menjamin hidup bersama
dan kesetiaan kepada Tuhan (Yos 20-24).
Terdapat kesulitan dari segi arkeologi Palestina karena tidak semua tempat yang disebut dalam
Kitab Suci dapat ditentukan dengan pasti. Data-data arkeologis bersifat ambigu (mendua arti),
misalnya kehancuran suatu kota bisa disebabkan oleh banyak hal dan kita tak dapat memastikan
penyebabnya. Namun bagaimanapun juga, penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan bahwa
pada abad ke 13-12 SM Palestina mengalami pergolakan sosial dan politik yang sangat besar.
55
I.2
Periode Kerajaan
Periode kerajaan (1030-586 SM) mulai dari pendirian kerajaan sampai keruntuhan kerajaan
Yehuda. Ada dua kekuatan besar yang sangat mempengaruhi sejarah Israel dalam periode ini,
yaitu Asyur (mulai pertengahan abad ke-8 sampai tahun 622 SM) dan Babel (mulai tahun 622
SM sampai keruntuhan kerajaan Yehuda). Di samping kedua kerajaan besar ini, Israel juga
menghadapi kerajaan-kerajaan kecil tetangganya, yaitu kerajaan kota orang Filistin di pantai
barat dan kerajaan Edom, Moab, Amon dan Aram di perbatasan timurnya. Israel yang pada
zaman para hakim terdiri atas suku-suku, mulai awal abad 10 SM berubah menjadi Israel yang
mempunyai kerajaan dan kekuasaan pusat dengan raja, ibu kota dan politik luar negerinya
sendiri. Kitab yang berbicara tentang periode ini adalah 1-2 Sam, 1-2 Raj, 1-2 Taw.
Dalam sejarah Israel pada periode ini, yang pada umumnya memegang peranan adalah tokohtokoh politik utama, yaitu para raja. Di samping mereka ada tokoh lain, yaitu para nabi. Mereka
berada di luar lingkungan kekuasaan tetapi sangat vokal melontarkan kritik-kritik tajam atas
situasi politik zamannya. Para nabi ini akan kita bicarakan secara lebih khusus di bawah.
Kitab-kitab Samuel dan Raja-raja termasuk buku-buku di mana Israel menuliskan sejarahnya.
Peristiwa-peristiwa diurutkan menurut urutan kronologisnya. Sumber-sumber penulisan sejarah
ini kadang-kadang dituliskan khususnya dalam kitab Raja-raja. Akan tetapi, perlu kita perhatikan
bahwa bahan-bahan yang digunakan tidak selalu bersifat sejarah, ada yang bersifat cerita-cerita
rakyat. Sejarah yang dituliskan di sini sudah mendapat penafsiran teologis.
I.2.1
Sekilas mengenai Raja-raja Pertama Israel
I.2.1.1 Saul
Kerajaan pertama Israel terbentuk di bawah kekuasaan raja Saul (1 Sam 1-15). Kitab Suci
memberikan tiga versi tentang bagaimana Saul menjadi raja. Ketiga versi itu adalah: pertama,
melalui Samuel dengan urapan secara rahasia (1Sam 9:1-10:16); kedua, melalui undian dalam
suatu rapat rakyat di Mizpa (1 Sam 10:17-27); ketiga, melalui rapat rakyat di Gilgal setelah Saul
menyelamatkan Yabesy-Gilead dari orang Amon (1Sam 11:1-15). Tentu saja ketiga hal ini
bukan bersifat laporan tetapi masing-masing cerita mau menyampaikan arti dari peristiwa Saul
menjadi raja.
I.2.1.2 Daud
Selanjutnya, kerajaan Israel berada di tangan Raja Daud. Di bawah pemerintahan Daud, Israel
mengalami kejayaan dan kekuasaan yang amat besar. Teologi yang diberikan pengarang Kitab
Suci tentang pemerintahan Raja Daud adalah bahwa kebesaran Daud terjadi karena pertolongan
Tuhan. Kita hanya dapat mengerti teologi ini bila kita memahami latar belakang pandangan
pengarang tentang kedudukan raja dalam hubungannya dengan Tuhan. Bangsa-bangsa Timur
Tengah Purba memandang raja sebagai wakil Tuhan di dunia; oleh karena itu kerajaannya
bersifat sakral.
56
I.2.1.3 Salomo
Raja yang tidak kalah pentingnya dalam sejarah Israel adalah Raja Salomo, yang dikenal sebagai
raja pembangun. Salomo membangun banyak sekali, antara lain bait suci, kompleks istana,
tembok kota Yerusalem; memperkuat kota-kota: Hazor, Megido dan Gezer, Bet Horon hilir,
Baalat dan Tamar di Yehuda; membangun 4000 kandang kuda untuk 12000 kuda, gudanggudang perbekalan/kota-kota perbekalan dan membuat kapal-kapal di Ezion-Geber. Dampak dari
semua proyek pembangunan ini sangat besar. Rakyat harus memikul seluruh bebannya. Semua
demi kepentingan raja dan diatur dari pusat. Salomo memang memiliki perangkat kekuasaan
pusat yang lengkap.Dia membagi kerajaannya atas dua belas wilayah yang masing-masing
dikepalai oleh kepala daerah. Salomo mengerahkan orang-orang pekerja rodi dari seluruh Israel.
Dapat
diduga
bahwa
penindasan
ini
kemudian
membangkitkan
suatu
perlawanan/pemberontakan, salah satunya dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat dari suku Efraim.
Israel pada masa ini banyak menggalang hubungan dagang internasional yang cukup luas (1Raj
9:26-10:29). Bahasa dalam teks ini bersifat hiperbolis namun juga mengandung kebenaran
historis. Hubungan dagang dilakukan melalui laut dan darat. Mungkin untuk urusan dagang ini
pula, ratu Syeba datang berkunjung ke Yerusalem menemui raja Salomo.
Setelah kematian Salomo, maka kerajaan Daud-Salomo pecah menjadi kerajaan Israel (bagian
utara) dan kerajaan Yehuda (bagian selatan). Sejarah kedua kerajaan terdapat dalam kitab-kitab
Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk, Obaja, Yehezkiel dan
dokumen-dokumen sejarah Timur Tengah Purba, terutama dokumen kemaharajaan Asyur.
I.3
Periode Pembuangan
Setelah Salomo meninggal dunia, anaknya Rehabeam seharusnya menggantikannya. Tetapi pada
pertemuan pertama dengan wakil suku di Sikhem, sebagaimana diceritakan dalam 1Raj 12:1-24,
Rehabeam tidak mau mengindahkan tuntutan yang wajar dari suku-suku di Palestina Tengah dan
Utara. Suku-suku ini menuntut agar ia memperingan beban pajak dan kerja paksa. Akhirnya
Rehabeam ditolak oleh suku-suku itu dan mereka mengangkat Yerobeam menjadi raja.
Rehabeam hanya diakui sebagai raja oleh suku Yehuda dan oleh sebagian dari suku Benyamin
karena terpaksa. Suku Benyamin terpaksa mengakui Rehabeam sebagai raja karena sebagian dari
wilayahnya diduduki oleh raja tersebut.
Sejak tahun 930 SM timbul kedua kerajaan mini, yaitu Kerajaan Yehuda (selatan) dan Kerajaan
Israel (utara).
Sepanjang abad ke-9 SM kerajaan Israel (utara) mengalami ancaman dari tetangga sebelah utara,
yaitu bangsa Aram. Sering terjadi peperangan melawan bangsa itu. Raja Omri (886-875 SM)
tidak berdaya melawan Aram. Ia mendirikan ibu kota yang baru, yakni Samaria. Tahun 724 SM
raja Salmaneser V datang dan menghancurkan kota-kota kerajaan Israel (utara). Samaria
dikepung selama kurang lebih tiga tahun dan jatuh pada tahun 722 SM. Dengan ini berakhirlah
kerajaan Israel dan Samaria menjadi salah satu propinsi Asyur. Sargon II (722-705 SM) yang
menggantikan Salmaneser V mengangkut banyak orang Israel ke pembuangan. Masyarakat
lapisan atas dibawa sebagai orang buangan ke Mesopotamia. Sebagai gantinya orang dari
Mesopotamia dipindahkan ke wilayah bekas kerajaan Israel itu. Demikianlah lama kelamaan
muncul suatu bangsa campuran yang terdiri dari unsur Israel, unsur Kanaan dan unsur
Mesopotami. Di kemudian hari orang campuran ini tidak diterima lagi sebagai ‘sisa Israel yang
57
sah’ oleh kaum Yahudi sesudah masa pembuangan. Mereka itulah yang selanjutnya disebut
orang-orang Samaria.
Sejarah kerajaan Yehuda selama 20 tahun terakhir sebelum kehancurannya diwarnai oleh
perbuatan dan tindakan bodoh para raja di Yerusalem. Hal ini terjadi karena adanya dua
kelompok penasihat istana, yang satu pro-Babel dan yang lain pro-Mesir (2Raj 23:31-25:26 dan
Kitab Yeremia). Sekitar tahun 604 SM Babel menguasai seluruh wilayah Siria-Palestina. Kota
Yerusalem dikepung selama satu setengah tahun dan dihancurkan total pada tahun 587 SM.
Dalam perang melawan Babel ini banyak sekali orang tewas. Lapisan atas penduduk yang
tersisa, antara lain raja, pangeran, tukang besi, dibuang ke Babel. Inilah yang disebut
pembuangan kedua atau pembuangan besar. Periode ini singkat tapi sangat menentukan dalam
perjalanan iman Israel.
Para penulis Kitab Suci merenungkan peristiwa ini dan melihatnya sebagai akibat dari
pengkhianatan Israel dan kekerasan hati mereka yang tidak mau mendengarkan para nabi yang
memanggil mereka kembali pada pertobatan.
I.4
Periode sesudah Pembuangan
Periode sesudah pembuangan (538-332 SM) mulai dari kembalinya orang-orang buangan ke
Palestina sampai dengan keruntuhan kekuasaan Persia. Ada yang menyebut periode ini zaman
Persia dan yang lain menyebutnya zaman pembaharuan.
Raja Koresy memberikan izin kepada orang-orang buangan di Babel untuk pulang ke Yehuda
(Ezr 1:2-4). Namun tidak semua orang mau menggunakan kesempatan ini. Sebagian yang tidak
mau kembali adalah orang-orang yang keadaan sosial ekonominya di Babel sudah baik. Mereka
itulah yang menjadi asal-usul kelompok Yahudi di Mesopotamia yang selanjutnya berperan
penting dalam perkembangan Yudaisme. Kelompok yang pulang ke Yehuda adalah orang-orang
yang tidak terlalu berhasil di wilayah pembuangan, atau mereka yang sangat dipengaruhi oleh
pewartaan Yeremia, Yehezkiel dan terutama Deutero Yesaya mengenai masa keselamatan yang
akan datang sesudah pembuangan di Babel. Mereka pulang dengan semangat yang besar.
I.5
Periode Yudaisme
Periode Yudaisme (332-63 SM) merupakan zaman kekuasaan Yunani sehingga ada yang
menyebutnya periode Yunani. Disebut Yudaisme karena mulai zaman ini agama Yahudi
menunjukkan ciri-cirinya yang menonjol. Pada intinya agama Yahudi yang berkembang sesudah
pembuangan Babel ini amat mengagungkan Taurat sebagai pusat hidup keagamaan.
58
II.
GEOGRAFI PALESTINA
Tuhan telah menyatakan diriNya melaluli sejarah Israel. Bangsa ini berdiam di suatu negeri yang
diberikan Tuhan sebagai hadiah. Dengan demikian bahasa pernyataan diri Allah ditentukan
dalam banyak hal oleh keadaan daerah itu, yakni letak geografisnya, struktur fisik dan iklimnya
serta flora dan faunanya. Jadi untuk mengerti lebih baik bahasa Kitab Suci, kita perlu mengenal
keadaan tempat bangsa Israel berdiam. Kita perlu mengenal geografi Kitab Suci.
Kitab Suci mempunyai beberapa nama/sebutan untuk negeri yang didiami oleh orang Israel
yaitu:
1.
Tanah Filistin (Kel 15:14) atau tanah Filistea (Yes 14:29,31)
2.
Negeri Israel yang kadang-kadang menunjuk seluruh negeri (1 Sam 13:19; 1 Taw 22:3)
tetapi kadang-kadang hanya menunjuk wilayah utara yakni kerajaan Israel.
3.
Tanah Kanaan atau negeri Orang Kanaan (Kej 12:5; 13:12; Kel 13:5,11)
4.
Tanah Perjanjian merupakan sebutan yang sering digunakan khususnya dalam kitab
Ulangan.
Palestina terletak di antara tiga benua, yaitu Asia, Afrika dan Eropa, di antara dua laut, yakni
Laut Tengah dan Laut Merah serta di antara dua lembah yang sangat subur dan luas, yakni
lembah Mesopotamia dan lembah sungai Nil. Perjalanan sejarah Israel tidak bisa tidak amat
dipengaruhi oleh perkembangan politik, ekonomi dan kebudayaan daerah itu.
II.1
Batas-batas Tanah Perjanjian
Sungai Yordan adalah perbatasan timur Tanah Perjanjian. Tradisi tentang penyeberangan sungai
Yordan (Yos. 3-4) membuktikan hal itu. Batas barat adalah Laut Tengah. Akan tetapi perlu
dicatat bahwa Israel sama sekali tidak dapat menguasai seluruh pantai Palestina karena bagian
selatannya dikuasai oleh orang Filistin. Sedangkan batas selatan adalah Mesir dan padang gurun
Negeb.Tradisi tentang pengintaian tanah Kanaan dari Selatan (Bil 13) menunjukkan hal itu. Jarak
utara – selatan biasanya disebut “dari dan sampai Bersyeba” (Hak 20:1; 1 Sam 3:20).
Dari catatan yang ada kita dapat lihat bahwa Tanah Perjanjian tidaklah luas, hanya 13.000 km
persegi. Bangsa yang berbatasan dengan Palestina adalah Edom, Moab dan Amon.
II.2
Geografi Fisik (Topografi)
Menurut keadaan permukaan tanahnya, Palestina terbagi atas empat daerah, yaitu:
1.
daerah dataran pantai
2.
daerah pegunungan
59
3.
daerah Lembah Yordan
4.
daerah pegunungan, dataran tinggi seberang timur Sungai Yordan (=Transyordania)
II.3
Iklim
Palestina mempunyai dua musim, yaitu musim panas dan musim dingin. Musim dingin berarti
musim menabur dan musim panas sama dengan musim menuai. Musim dingin juga berarti
musim hujan. Hujan awal yang turun pada bulan Nopember (8 hari hujan) dan hujan akhir yang
turun dalam bulan Maret-April (14 hari hujan) sangat penting dan menentukan untuk berhasilnya
tanaman. Kesuburan Palestina tergantung melulu dari hujan seperti terdapat dalam Ul 11:10-12:
“Memang negeri ke mana engkau masuk dan mendudukinya bukanlah negeri yang seperti tanah
Mesir, dari mana kamu keluar; di sana engkau menabur benih kemudian kau airi dengan kaki,
seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, kemana engkau pergi untuk mendudukinya ialah negeri
yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang
turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara Tuhan, Allahmu. Mata Tuhan, Allahmu, tetap
mengawasinya dari awal sampai akhir tahun”.
Selama musim kering (7 bulan) praktis sama sekali tidak pernah turun hujan. Tanaman bisa
bertahan hidup dari embun. Kelaparan yang kerap disebut dalam Perjanjian Lama diakibatkan
terutama karena tidak ada hujan dan embun (1 Raj. 17:1, Kej 12:10; Rut 1:1; 2 Sam 21:1; Yer
14:1-6). Embun adalah tanda berkat dari Tuhan (Kej. 27:28; Ul 33:13).
II.4
Flora
Palestina mempunyai 2600 jenis tumbuh-tumbuhan. Jumlah ini sangat besar mengingat wilayahnya sebagian terdiri dari padang gurun. Jenis tanaman yang beraneka ragam ini disebabkan
jenis tanahnya yang sangat bervariasi.
Dari 2600 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada, Kitab Suci hanya menyebut 110 jenis. Hal ini
bukan berarti bahwa Kitab Suci tidak mempunyai perhatian terhadap alam. Dari semua Kitab
Suci agama-agama di dunia, Kitab Suci kita yang paling besar perhatiannya terhadap alam.
Tumbuh-tumbuhan sering dihubungkan dengan ritus-ritus keagamaan, dengan hidup manusia.
Membaca Kitab Suci tanpa sedikit mengenal flora Palestina akan menimbulkan banyak
kesulitan.
Kitab Suci tidak mengenal istilah tumbuh-tumbuhan atau ‘tanaman’. Kata yang dekat dengan ini
ialah ‘yereq’ atau yang hijau (bdk. Kej 1:30). Kej 1:11-12 membagi tumbuh-tumbuhan atas dua
jenis,yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan
buah yang berbiji.
60
Tujuh jenis tanaman pokok yang menjadi berkat bagi orang Israel adalah:
1.
Gandum dan jelai
Makanan pokok orang Israel adalah roti yang dibuat dari gandum dan jelai. Kedua
tanaman berbiji ini ditanam hampir di seluruh Palestina: “Lembah-lembah berselimutkan
gandum” (Mzm 65:14).
2.
Pohon anggur
Anggur termasuk tanaman pokok tanah Kanaan dan menjadi tanda kekayaan. Wilayah
Yehuda adalah penghasil utamanya (Kej 49:11-12).
3.
Pohon ara
Pohon ara adalah pohon pertama yang disebut dengan namanya dalam Kitab Suci. Cawat
pertama dibuat dari daun pohon ara (Kej 3:7). Pohon ara sangat kerap disebut bersama dengan
pohon anggur.
4.
Pohon delima
Pohon delima adalah tanaman pokok tanah Kanaan dan menjadi tanda dari kekayaan (Bil
13:23). Dalam Kidung Agung si tampan dan si jelita kerap mengungkapkan cintanya dengan
kiasan yang diambil dari pohon delima.
5.
Pohon zaitun
Pohon zaitun adalah pohon yang paling luas ditanam di tanah Kanaan. Pohon ini bisa
mencapai umur ratusan tahun, bahkan menurut para ahli sampai seribu tahun. Batangnya bisa
mencapai 3 meter dan tinggi tajuknya antara 5-10 meter. Pohon yang subur bisa menghasilkan
110-120 kilogram buah zaitun tiap dua tahun. Minyak zaitun dipakai untuk menghormati Allah
dan manusia (Hak 9:9). Minyak zaitun biasa digunakan dalam ibadat untuk menghormati Allah,
untuk mengurapi raja serta para imam. Buahnya dapat dimakan begitu saja atau dipakai sebagai
lauk pada roti. Minyaknya dipakai juga untuk menggoreng dan berurap sesudah mandi. Minyak
zaitun dipakai pula sebagai bahan pelarut untuk bermacam-macam jenis wangi-wangian dan
jamu. Minyak zaitun dipakai untuk menerima tamu terhormat dengan menuangkannya di atas
kepalanya (Mzm 23:5, Mrk 14:3) atau untuk mengobati (Yes 1:6, Luk 10:34)
6.
Pohon kurma
Para ahli berpendapat bahwa yang dimaksud dengan madu (=’debasy’) adalah gula-gula
yang diambil dari sari buah pohon kurma atau pohon ara. Tetesan madu yang berasal dari lebah
hanya disebut 5 kali. Madu adalah lambang firman Allah karena firman Allah merupakan puncak
kemanisan (Sir 11:3) dan lebih manis dari pada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang
lebah (Mzm 19:11).
61
7.
Tanaman lain
Masih ada 25 tanaman lain yang ditanam orang Israel di kebun atau pekarangan mereka.
Beberapa di antaranya adalah: pohon badam, apel, pohon besaran, berbagai jenis bawang,
berbagai jenis kacang, mentimun, semangka, sayuran, dll.
Selain tujuh tanaman pokok orang Israel, Perjanjian Lama juga banyak menyebutkan hutan,
seperti : hutan Efraim (2 Sam 18:5), hutan Yehuda (2 Raj 27:4), hutan di selatan (Yeh 21:3) ,
hutan dekat Betel (2 Raj 2:22) dan beberapa pohon besar seperti pohon aras (Yes 35:2), pohon
sanobar (Hos 14:9), pohon tarbantin (1 Raj 13:14). Juga disebutkan tentang semak duri, bunga
dan kebun Tuhan.
II.5
Fauna
Kitab Suci banyak menyebut hal binatang. Manusia diberi kuasa atas binatang, akan tetapi
binatang juga dapat menjadi musuh manusia.
Kitab Suci membagi binatang atas lima kelompok yang tentu saja bukan merupakan pembagian
ilmiah, yaitu:
1.
Binatang ternak yang meliputi: kambing, domba, lembu, keledai, anjing, kuda, unta.
2.
Binatang buas yang meliputi: serigala, anjing hutan, rubah, beruang, singa, macan,
banteng, keledai liar.
3.
Burung yang meliputi: burung-burung di udara, merpati dan tekukur, elang, burung
gagak, burung ranggung, burung unta.
4.
Ikan-ikan di laut yang tidak disebutkan namanya.
5.
Binatang melata yang meliputi: ular dan buaya.
Ada sejumlah binatang yang tidak bisa dimasukkan dalam kelompok tersebut, antara lain rusa,
kijang, belalang, kalajengking, lebah dan tabuhan.
III.
PARA NABI DALAM PERJANJIAN LAMA
Berbicara tentang Perjanjian Lama tidak dapat dilepaskan dari para nabi dalam sejarah Israel.
Kenabian adalah suatu fenomena yang paling menggetarkan dan mempesona dalam seluruh
sejarah Israel.Berabad-abad mereka telah menjadi hati nurani Israel dalam pergolakan
sejarahnya. Akan tetapi kenabian adalah suatu fenomena yang kompleks, artinya citra atau
gambaran nabi itu tidak satu tetapi majemuk. Pada umumnya para ahli membagi fenomena ini
atas tiga kategori besar yaitu :
III.1
Nabi-nabi Perintis
Nabi-nabi Perintis adalah para nabi sebelum Amos, yakni sejak akhir abad ke 11 SM sampai
awal abad ke 8 SM. Cerita tentang mereka terdapat dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raj 13. Mereka
62
muncul bersamaan dengan lahirnya sistem kerajaan. Beberapa dari antara mereka dekat dengan
raja, tapi mereka bukan pelayan keinginan raja.
III.2 Nabi-nabi Klasik
Para Nabi Klasik terbagi lagi dalam tiga bagian yaitu:
III.2.1 Para Nabi sebelum Pembuangan
Para nabi sebelum pembuangan adalah Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya,
Yeremia, Habakuk, Obaja. Selama hampir dua abad mereka secara tak terputus menggetarkan
Israel dengan pewartaan bahwa Tuhan akan datang untuk menghukum Israel. Hal ini disebabkan
Israel begitu tegar hati dalam dosa dan meninggalkan Allahnya.
III.2.2 Para Nabi dalam Pembuangan
Para nabi selama pembuangan termasuk Yesaya dan Deutero Yesaya. Pembuangan Babel
merupakan titik balik dalam pewartaan kenabian. Sebelum penghancuran Yerusalem dan
keruntuhan kerajaan Yehuda pada tahun 586, Yehezkiel tampil sebagai nabi yang mewartakan
murka Tuhan. Sesudah keruntuhan ini dia dan kemudian nabi Deutero Yesaya mewartakan
kerahiman Tuhan. Perubahan ini terjadi karena apa yang diwartakan nabi-nabi sebelum
pembuangan sudah dipenuhi.
III.2.3 Para Nabi sesudah Pembuangan
Para nabi sesudah pembuangan adalah Trito Yesaya, Hagai, Zakharia, Maleakhi dan Yoel.
Mereka mewarisi semangat nabi-nabi sebelum pembuangan dan masa pembuangan. Yang tidak
lagi muncul dalam pewartaan mereka adalah hukuman Israel.
Di antara ketiga kelompok ini yang paling berpengaruh adalah nabi-nabi sebelum pembuangan
dan nabi-nabi dalam pembuangan, yaitu Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya,
Yeremia, Habakuk, Yehezkiel, Obaja, Deutero Yesaya.
III.3
‘Nabi-nabi’ atau Penulis Apokaliptis
Setelah fenomena kenabian berakhir pada abad ke-5 SM, muncul fenomena baru yang meskipun
mengandung unsur-unsur kenabian, mempunyai tekanan ciri-ciri tersendiri. Fenomena baru ini
ialah munculnya kesusasteraan Apokaliptis (misalnya Yes 24-27, Za 12-14 dan kitab Daniel).
Berbeda dengan para nabi, penulis-penulis Apokaliptis tidak tampil di depan umum. Mereka
sepertinya berbicara dari kesunyian dan persembunyian. Perhatian mereka melulu ke masa
depan, ke karya Allah pada akhir sejarah yang menyangkut seluruh umat manusia.
63
Di antara tiga kategori besar ini, yang paling berpengaruh dan praktis menentukan arti panggilan
kenabian ialah para nabi klasik.
Para nabi mewartakan firman Allah bukan hanya dengan kata-kata, melainkan pula dengan
perbuatan-perbuatan tanda atau simbolis. Bentuk pewartaan melalui tindakan termasuk dalam
hakekat firman Allah itu sendiri. Perbuatan tanda kenabian dapat melibatkan seluruh pribadi
seorang nabi dan berlangsung selama seluruh perutusannya. Hosea diperintahkan Tuhan untuk
mengawini seorang perempuan sundal (Hos 1:2-9) dan harus tetap setia kepadanya meskipun dia
berlaku tidak setia. Betapa Hosea harus menderita seumur hidupnya ! Yeremia diperintahkan
Tuhan supaya jangan mengambil istri dan supaya jangan mempunyai anak (Yer 16:1-9) karena
seluruh hidupnya harus menjadi tanda dari malapetaka yang akan datang. Dalam perbuatan tanda
kita dapat melihat pula bahwa hidup para nabi tidak dapat dipisahkan dari firman yang
diwartakannya.
64
8. PENGANTAR KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
I.
NAMA
Istilah ‘Perjanjian Baru’ dapat mengacu pada dua hal, yaitu pada hubungan baru antara Allah dan
manusia yang terjadi berkat kurban Yesus Kristus, dan pada bagian khusus Kitab Suci orang
Kristen yang mengungkapkan seluk-beluk hubungan baru tersebut.
Sesuai dengan namanya, pada hakekatnya isi Perjanjian Baru adalah kabar baik mengenai
Perjanjian Baru yang telah diikat Allah melalui Puteranya Yesus Kristus dan dalam darahNya
(bdk. Luk 22:20). Perjanjian Baru yang diikat oleh darah Yesus itu menciptakan hubungan baru
antara Allah dan manusia. Perjanjian Baru ini menggantikan Perjanjian Lama, yang terjadi
melalui perjanjian Sinai, suatu hubungan perjanjian yang bersifat kontrak timbal balik. Perjanjian
Lama ini rapuh dan berulang kali putus karena ketidaksetiaan umat terpilih. Melalui Nabi
Yeremia (Yer 31:31-34) Allah menjanjikan suatu Perjanjian Baru yang tidak lagi bergantung
pada kesetiaan manusia melainkan pada kasih Allah yang bersedia mengampuni dosa-dosa
manusia melalui PuteraNya, Yesus Kristus. Bagaimana Allah menggenapi nubuat Yeremia itulah
yang diwartakan oleh kitab Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru merupakan pewartaan tentang perbuatan dan ajaran Yesus Kristus sejauh itu
diimani dan ditafsirkan oleh Gereja Rasuli.
II.
SEJARAH RINGKAS TERBENTUKNYA KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
II.1
Tradisi Lisan
Pertama-tama yang ada hanyalah pewartaan lisan para rasul lewat khotbah tentang Yesus
kemana-mana. Pengalaman bersama Yesus masih sangat hidup dalam ingatan para rasul.
Berdasarkan ingatan itulah mereka mengajar umat.
II.2
Tradisi Tertulis
Dalam perjalanan waktu timbullah tulisan-tulisan sebagai pembekuan tradisi lisan. Sebagian
lainnya seperti surat-surat Paulus bukanlah perkembangan tradisi lisan melainkan langsung
ditulis.
Ada dua hal yang mendorong terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Baru, yaitu:
1.
Timbulnya masalah dan kebutuhan di kalangan jemaat Kristen yang sudah tersebar
dimana-mana, misalnya pertikaian dan perpecahan dalam tubuh umat, perlunya pembinaan iman
umat yang baru bertobat atau yang mengalami pengejaran dan penganiayaan, timbulnya
persoalan-persoalan teologis, dsb. Namun karena para rasul atau para pembantu mereka tidak
dapat datang secara pribadi, maka bentuk tulisanlah yang dapat dipakai sebagai ganti pewartaan
lisan para rasul dan pembantu mereka. Ini nampak nyata pada surat-surat Paulus atau surat
keputusan konsili di Yerusalem kepada umat di Antiokhia, Siria dan Kilikia (Kis 15:22-29).
65
2.
Karena para rasul dan saksi mata wafat satu demi satu, maka jemaat Kristen mulai
merasakan kebutuhan untuk menuliskan ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul itu sebagai
pegangan/pedoman tertulis.
II.3
Pengumpulan Tulisan-tulisan Perjanjian Baru
Dari data Perjanjian Baru dapat disimpulkan bahwa surat-surat Paulus itu dibacakan kepada
jemaat dan diteruskan juga kepada jemaat lain (Kol 4:16). Ada pertukaran surat antara jemaat
yang satu dengan yang lain, paling tidak di tiga gereja, yaitu di Tesalonika, Kolose dan Laodikia.
Khususnya surat-surat Paulus sudah dikumpulkan dan disimpan sejak semula (2 Ptr 3:15-16).
Surat Paulus yang terbentuk paling awal dari antara tulisan-tulisan PB yang lain adalah 1 Tes.
Selain surat-surat Paulus, ada banyak tulisan lain. Dari antara sekian banyak tulisan perlu disebut
secara khusus dua kumpulan, yaitu:
1.
Kisah sengsara Yesus Kristus secara keseluruhan yang merupakan bagian Kitab Injil
yang paling tua.
2.
Kumpulan sabda-sabda Yesus yang disebut ‘Kumpulan Ucapan’ (Saying Source) atau
Sumber Q (Q adalah huruf depan dari kata Jerman: Quelle).
Lama kelamaan tulisan-tulisan Paulus dan tulisan-tulisan lainnya yang tersebar di banyak tempat
mulai dikumpulkan dan dijadikan satu.
III.
LATAR BELAKANG PERJANJIAN BARU
III.1
Latar Belakang Politik
Pada waktu Yesus lahir di dunia, Palestina ada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, namun
dalam praktek pemerintahan sehari-hari dipegang oleh penguasa-penguasa setempat yang
menjadi raja boneka dari Roma. Raja yang memerintah pada waktu itu adalah Herodes Agung
(40 SM – 4 M). Herodes ini adalah seorang licik, penuh curiga pada siapapun dan suka menjilat
penguasa Roma. Ia sangat dihantui oleh pemberontakan, maka tidaklah mengherankan bahwa
Herodes Agung panik sewaktu mendengar berita kelahiran Raja baru dari orang-orang majus.
Setelah Herodes Agung wafat, kerajaannya dibagikan kepada tiga puteranya, yaitu:
1.
Arkhelaus, yang menjadi penguasa atas Yudea, Samaria dan Idumea.
2.
Herodes Antipas, yang menjadi penguasa atas Galilea dan Perea.
3.
Filipus, yang menjadi penguasa atas daerah Iturea, Trakhonitis dan daerah-daerah dekat
danau Galilea.
66
III.2
Latar Belakang Sosio-religius
Pada masa Yesus, ada dua praktek keagamaan Yahudi yang menjadi ciri utama dan merupakan
jati diri umat Yahudi, yaitu:
1.
Sunat
Merupakan ritus ‘inisiasi’ menjadi anggota umat perjanjian yang telah diikat Allah dengan
Abraham (Kej 17:10 dst); dengan sunat seseorang menjadi keturunan Abraham. Begitu
pentingnya sunat itu dalam pandangan orang Yahudi, sehingga ritus penyunatan itu tetap bisa
dilangsungkan meskipun jatuh pada hari Sabat. Tidak bersunat merupakan suatu hal yang
menjijikkan bagi orang Israel.
2.
Sabat
Hari Sabat dimulai pada hari Jumat petang (setelah matahari terbenam) dan berakhir pada Sabtu
petang. Pada awalnya hari Sabat diadakan untuk membebaskan manusia dari perbudakan kerja.
Maka teks-teks Perjanjian Lama yang kuno belum menghubungkan praktek Sabat dengan
ibadah, melainkan hanya melarang orang mencari nafkah dan pekerjaan lainnya. Lama kelamaan
Sabat dihubungkan dengan ibadat kepada Allah. Hari Sabat dalam Im 19:30 dihubungkan
dengan tempat kudus Tuhan dan dalam Im 23:3 dihubungkan dengan pertemuan kudus. Hari itu
menjadi hari ibadat, hari sukacita dan hari Tuhan (Hos 2:10).
Pada zaman Perjanjian Baru peraturan-peraturan yang ada di sekitar hari Sabat begitu rumit.
Menjaga hari Sabat adalah salah satu kesibukan ahli Taurat atau rabi waktu itu. Ada 39
kelompok pekerjaan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, antara lain: menyalakan api,
berjalan lebih dari 900 meter (bdk Mat 24:20), menguraikan tali simpul. Akan tetapi di lain
pihak, demi kelangsungan hidup sehari-hari, ada banyak usaha orang menafsirkan peraturan
tersebut sedemikian rupa sehingga ada jalan keluarnya. Misalnya menguraikan tali simpul
diperbolehkan asalkan dilakukan dengan satu tangan saja, dll.
Hukum Sabat dapat dibatalkan demi kebutuhan yang lebih tinggi nilainya, seperti adanya bahaya
maut, penyunatan anak (Yoh 7:22), persiapan pesta Paskah dll.
III.3
Latar Belakang Religius-politis
Ada beberapa kelompok keagamaan dan politis pada zaman Yesus, yaitu:
1.
Kaum Farisi
Kata Farisi berasal dari kata ‘paras’, yang artinya memisahkan. Mereka itu kelompok ‘terpisah’
dalam arti terpisah dari orang-orang lain yang mereka anggap tidak setia kepada agama Yahudi
yang sejati. Orang-orang Yahudi yang tidak termasuk kelompok mereka mendapat sebutan ‘am
ha arets’, suatu julukan bernada negatif yang berarti rakyat dari tanah kafir yang tidak mengenal
Taurat. Orang Farisi tidak mau bertamu atau menerima ‘am ha arets’ sebagai tamu.
Kebanyakan orang Farisi adalah rakyat biasa, meskipun ada juga yang berasal dari golongan
imam kelas bawah.
67
Golongan Farisi ini menerima tradisi tertulis, yaitu Kitab Taurat Musa, maupun tradisi lisan,
yang jelas lebih luas daripada sekedar Taurat tertulis yang mengandung 613 perintah itu. Jadi
mereka menerima juga perintah yang merupakan tafsiran Taurat.
Kaum Farisi menaruh antipati terhadap unsur-unsur asing karena mereka ingin mempertahankan
kemurnian agama Yahudi. Mereka menolak bekerjasama dengan penjajah Roma. Mereka ingin
dekat dengan rakyat jelata. Rakyat menganggap mereka sebagai penjaga warisan rohani bangsa
Israel dan ahli dalam penafsiran Taurat. Mereka populer sebagai pemimpin rohani bangsa.
Namun sayangnya banyak kaum Farisi jatuh ke dalam legalisme, artinya terlalu mementingkan
hukum-hukum yang lahiriah sampai hal sekecil-kecilnya.
Kaum Farisi cukup lunak dalam prinsip agama karena mereka menerima baik tradisi tertulis
maupun lisan, namun dalam menerapkan tafsiran dan tradisi nenek moyang, mereka sangat keras
dan kaku.
2.
Kaum Saduki
Lawan kaum Farisi adalah kaum Saduki. Kata ‘Saduki’ berasal dari nama ‘Sadoq’, yakni imam
besar Sadoq. Mereka itu kebanyakan imam kelas atas. Oleh karena itu kedudukan anggotanya
adalah di sekitar Bait Allah. Sesudah kehancuran Bait Allah tahun 70 M kelompok Saduki ini
lenyap dari panggung sejarah.
Dalam hal kepercayaan kaum Saduki bertentangan dengan kaum Farisi. Mereka hanya menerima
tradisi tertulis, yaitu Taurat Musa. Tradisi lisan yang sangat diagungkan oleh kaum Farisi mereka
anggap sebagai rekayasa manusia saja. Mereka tidak menerima adanya kebangkitan badan
karena tidak ditemukan dalam kitab Taurat. Mereka juga tidak menerima adanya malaikat atau
roh walaupun jelas disebutkan dalam kitab Taurat (bdk Kis 23:8).
Orang-orang Saduki keras dalam soal prinsip agama sebab mereka hanya menerima Sabda Allah
dalam bentuk tertulis, namun mereka lunak dalam praktek hidup, karena mereka ternyata cukup
terbuka terhadap unsur-unsur budaya asing.
3.
Orang-orang Zelot
Sebenarnya orang Zelot adalah orang-orang Farisi yang amat radikal. Nama ‘Zelot’ berasal dari
kata Yunani ‘zelotai’, yang berarti orang yang semangatnya berkobar-kobar. Menafsirkan Kitab
Taurat secara radikal dan bertekad untuk setia padanya, orang Zelot tidak mau mengakui
penguasa duniawi manapun juga. Satu-satunya penguasa yang harus dihormati hanyalah
Yahweh, Allah Israel.
4.
Kaum Sicari
Kelompok Sicari adalah orang-orang Zelot yang lebih ekstrim lagi dan amat pemberani. Mereka
membawa golok kecil yang disembunyikan di balik jubah mereka untuk membunuh orang-orang
Roma yang mereka temukan. Golok kecil itu disebut ‘sica’ dalam bahasa Latin.
68
5.
Kaum Esseni atau Qumran
Menurut Yosefus Flavius dan Philo dari Alezandria, dua orang penulis Yahudi, kaum Esseni
tersebar di seluruh Palestina. Akan tetapi pusat kediaman mereka ada di tepi Laut Mati. Menurut
pendapat ahli, kaum Esseni ini identik dengan orang-orang yang tinggal di Qumran.
Kaum Esseni termasuk aliran apokaliptik. Kaum Qumran menantikan suatu masa yang baru di
mana janji-janji Allah kepada orang-orang kecil terpenuhi. Mereka yakin bahwa dunia sekarang
ini sudah rusak di bawah kekuasaan setan.
Kaum Qumran didirikan oleh seseorang yang tidak diketahui namanya dan yang mendapat gelar
Guru Kebenaran. Dialah yang memimpin imam kelas bawah, kaum Lewi dan orang awam lari ke
padang gurun.
6.
Ahli Taurat
Para ahli Taurat adalah setiap orang Israel yang dianggap mahir dalam soal kitab Taurat. Mereka
itu bisa seorang imam, bisa juga awam, bisa penganut aliran Saduki, bisa juga dari kaum Farisi
atau aliran lain. Akan tetapi, karena fungsi para imam lama-kelamaan terbatas pada soal ibadah
di Bait Allah, maka tugas mengajarkan Sabda Allah dan membimbing rohani umat hampir
seluruhnya ada di tangan kaum Farisi yang mayoritas awam. Maka kebanyakan ahli Taurat
adalah orang awam dari golongan Farisi.
III.4
Latar Belakang Ekonomi
Tanah Palestina kering kerontang dengan hanya sebagian kecil saja di utara dekat Galilea yang
cukup subur. Hal ini menyebabkan kemiskinan sebagian besar penduduknya yang kebanyakan
bermata pencaharian sebagai pekerja pada kebun-kebun orang lain, petani, dan penggembala.
Para pemilik tanah, para imam dan aristokrat adalah golongan orang yang cukup kaya.
Rakyat miskin sering harus menganggur karena tenaga mereka digunakan hanya pada musimmusim tertentu atau sebagai pekerja harian. Ketidakadilan sosial terjadi atas kaum miskin.
Peraturan pajak banyak menekan rakyat kecil.
IV.
GARIS BESAR ISI PERJANJIAN BARU
Dalam Perjanjian Baru terkumpul 27 karangan. Masing-masing karangan itu dengan caranya
tersendiri berbicara tentang Yesus Kristus, karya-karyaNya maupun ajaran-ajaranNya. Meskipun
Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal
mengenai mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, jadi mengenai umat Kristen awali.
Karangan-karangan dalam Perjanjian Baru dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
menurut corak, ciri dan isinya, yaitu:
69
IV.1
Injil-injil
Injil bercerita langsung mengenai Yesus selagi hidup di dunia, karya-karyaNya, dan wejanganwejanganNya. Semua Injil berhenti dengan berita atau cerita tentang Yesus yang menampakkan
diri setelah wafat di salib dan bangkit dari dunia orang mati. Kecuali Lukas, Injil mengisahkan
juga tentang kenaikan Yesus Kristus ke surga.
Berdasarkan tulisan Papias, orang pernah beranggapan bahwa Injil yang tertua adalah Matius.
Namun dalam perkembangan dewasa ini, sebagian ahli mengatakan bahwa Injil Markus adalah
Injil yang tertua.
IV.2
Kisah Para Rasul
Sesudah keempat Injil tersebut ditemukan sebuah karangan panjang yang diberi judul: Kisah
para Rasul. Bagian ini sebenarnya melanjutkan Injil Lukas. Karangan ini berupa kisah yang
memuat beberapa wejangan juga. Kisah ini menuliskan apa yang terjadi setelah Yesus naik ke
surga, tentang jemaat perdana, penyebarannya dan mengenai tokoh-tokoh jemaat perdana,
khususnya Paulus. Kisah para Rasul berakhir dengan cerita tentang Paulus dalam tahanan di kota
Roma.
IV.3
Surat-surat
Setelah Kisah para Rasul, dapat kita temukan 21 tulisan yang mempunya ciri dan corak yang
berbeda dengan bagian-bagian sebelumnya. Tulisan-tulisan ini lebih berupa surat-surat yang
berisi macam-macam nasihat, ada juga yang merupakan kumpulan petuah seperti Yak, 1 Yoh
dan Ibr.
Panjangnya karangan-karangan itu berbeda satu dengan yang lain. Ada yang panjang seperti Rm,
tapi ada juga yang pendek seperti Flm, 1Yoh, 3Yoh.
Dari kelompok surat-surat ini dapat kita bagi dua kelompok besar, yaitu:
IV.3.1 Surat-surat Paulus
Ada 14 surat-surat karangan Paulus. Karangan ini lebih merupakan khotbah tertulis Paulus
kepada jemaat-jemaat atau pribadi. Surat-surat yang ditujukan kepada jemaat ditempatkan lebih
dulu, barulah kemudian surat-surat kepada orang-orang tertentu. Pengurutan surat-surat ini
berdasarkan panjangnya, bukan berdasarkan urutan waktu penulisannya, kecuali surat kepada
orang Ibrani, walaupun cukup panjang, diletakkan paling akhir karena orang masih ragu-ragu
apakah karangan ini benar-benar tulisan Paulus.
Kadang-kadang surat-surat Paulus ini juga dikelompokkan menjadi surat-surat Paulus yang besar
( Rm, 1Kor, 2Kor, Gal); surat-surat dari penjara (Ef, Flp, Kol, Flm), surat-surat pastoral (1Tim, 2
Tim, Tit).
70
IV.3.2 Surat-surat Katolik
Ada 7 surat yang disebut surat-surat Katolik. Surat-surat katolik tidak berarti surat-surat bagi
Gereja Katolik, melainkan surat-surat umum (kata ‘Katolik’ berarti umum). Karangan-karangan
yang tidak semuanya berupa surat ini ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu. Yang
termasuk bagian ini adalah Yak, 1-2 Ptr, 1-3 Yoh dan Yud.
Surat-surat Katolik ini tidak semuanya sejak semula diterima dalam kanon Alkitab. Ada jemaat
yang menerimanya sebagai Kitab Suci, namun ada yang menolaknya. Baru sesudah tahun 400 M
semua surat ini diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh umat Kristen, walaupun Luther
cenderung membuang Yak, namun semua jemaat reformasi tetap menerimanya.
IV.4
Wahyu Yohanes
Wahyu 1:1 berjudul “Inilah Wahyu Yesus Kristus.” Di kalangan para ahli, judul Kitab Wahyu itu
sudah menjadi istilah untuk menyebutkan suatu alam pemikiran tertentu dengan kesusasteraan
apokaliptik. Alam pemikiran dan jenis sastra ini subur berkembang di kalangan orang-orang
Yahudi sejak zaman Makabe sampai akhir abad kedua Masehi. Umat Kristen perdana cukup
dipengaruhi oleh alam pemikiran apokaliptik ini sampai pada abad pertengahan. Salah satu ciri
pemikiran apokaliptik adalah tentang penyingkapan ‘rahasia’ yang tersembunyi tentang rahasia
sejarah, rahasia masa depan, khususnya tentang akhir sejarah.
Tidak dapat disangkal bahwa Why termasuk jenis sastra apokaliptik sebab kitab Wahyu memuat
serangkaian penglihatan. Kata yang paling sering dipakai adalah ‘melihat’. Penglihatanpenglihatan itu terutama mengenai akhir zaman yang dianggap sudah dekat. Pada saat itu kuasa
jahat mengganas dan menindas umat yang setia, tetapi akan dihancurkan sehingga umat yang
tetap setia akan selamat. Kitab Wahyu mau memberi semangat kepada umat agar setia hingga
akhir.
71
9. PERTEMUAN SEL
I.
PENTINGNYA PERTEMUAN SEL
Pertemuan sel merupakan hal yang pokok dalam Komunitas Tritunggal Mahakudus sehingga
dapat dikatakan bahwa pertemuan sel merupakan inti kehidupan komunitas. Dalam pertemuan
sel ada kehidupan sel. Kekuatan seluruh komunitas kita tergantung pada kehidupan sel ini,
mengingat sel merupakan dasar dari seluruh tubuh komunitas.
II. UNSUR-UNSUR PERTEMUAN SEL
1.
pujian dan penyembahan
2.
manifestasi karunia-karunia Roh Kudus
3.
discernment
4.
sharing
5.
pengajaran dan diskusi pengajaran
6.
renungan
7.
saling mendoakan / doa penyembuhan
8.
doa syafaat
9.
pengumuman
10.
penutup
III.
RINCIAN UNSUR-UNSUR PERTEMUAN SEL
III.1
Pujian dan Penyembahan
III.1.1 Siapa memimpin pujian
Sedapat mungkin hendaknya setiap anggota sel (yang masih baru jangan) secara bergiliran
memimpin pujian karena dalam suatu pertemuan sel seorang pemimpin pujian tidak harus
seseorang yang mempunyai bakat seperti dalam suatu persekutuan doa. Dalam suatu pertemuan
sel, yang lebih diutamakan ialah pengembangan potensi masing-masing anggota secara optimal.
Maka di sini seorang pemimpin pujian dalam pertemuan sel hendaknya dihargai oleh anggota
lainnya, walaupun Pelayan Sel tetap dapat mengevaluasi caranya memimpin pujian dan
memberikan komentar yang perlu.
72
Apabila pemimpin pujian sudah mengantar anggota masuk ke hadirat Allah melalui pujian, maka
dalam penyembahan semua anggota hendaknya berpartisipasi sesuai dengan bimbingan Roh
pada waktu itu.
III.1.2 Pentingnya pujian dan penyembahan
Pujian dan penyembahan membawa anggota untuk menyadari persatuannya dengan Allah dan
untuk menyembahNya dalam persatuan itu, di mana ia beralih dari berpusat kepada diri sendiri
(=persoalan-persoalan hidup, beban, kecemasan, kekhawatiran) menuju berpusat kepada Allah.
Dalam pujian anggota menyadari kehadiran Allah dan maju melampaui keterbatasanketerbatasan manusiawinya untuk masuk ke dalam alam rohani. Lebih lanjut lagi, dalam
penyembahan anggota bersatu secara rohani dengan Allah.
III.1.3 Cara-cara memuji dan menyembah
1.
Setelah memberi salam, pemimpin pujian mengajak anggota menyanyikan beberapa lagu
pujian (2 - 4), yang merupakan lagu gembira, bersifat mensyukuri, memuji dan memuliakan
Allah. Ia bisa memberikan komentar singkat (hindari kesan berkotbah) antara satu lagu dengan
lagu berikutnya.
2.
Setelah beberapa lagu pujian tersebut, pemimpin pujian memilih 1 lagu tenang agar anggota bisa merasakan hadirat Allah.
3.
Setelah anggota masuk ke hadirat Allah, pemimpin pujian / anggota lain yang ditunjuk /
anggota yang tergerak pada saat itu membuka pertemuan sel dengan tanda salib dan doa
pembukaan yang singkat. Perlu diperhatikan agar doa-doa yang diucapkan sepanjang pertemuan
sel ini tidak panjang dan bertele-tele, tetapi maksud dan tujuannya harus jelas.
4.
Sesuai dengan dorongan Roh Kudus, pemimpin pujian bisa mengajak anggota untuk
masuk ke dalam pertobatan, secara perseorangan atau serentak, dengan atau tanpa lagu
pertobatan. Dengan atau tanpa melewati pertobatan, pemimpin pujian kemudian mengajak
anggota untuk memuji Allah, secara perseorangan atau serentak. Bila pujian ini dilakukan secara
serentak, masing-masing anggota memuji Tuhan dengan cara dan kata-katanya sendiri.
5.
Kemudian pemimpin pujian memilih satu lagu penyembahan dan kalau masih diperlukan,
bisa ditambah dengan lagu Helleluya 12X.
6.
Dalam penyembahan, anggota bersenandung dalam bahasa roh. Penyembahan ini
biasanya berakhir secara serentak.
Catatan : Pedoman cara-cara memuji dan menyembah ini tidak mutlak. Sel harus peka terhadap
bimbingan Roh Kudus, yang tidak sama untuk masing-masing pertemuan sel.
III.2
Manifestasi Karunia-karunia Roh Kudus
Setelah penyembahan berakhir, terciptalah saat-saat hening di mana kita mendengarkan Tuhan
berbicara kepada kita lewat menifestasi karunia-karunia Roh KudusNya : nubuat (dalam kata73
kata, lagu, penglihatan), Sabda Pengetahuan, berbicara dalam bahasa roh dan tafsiran, dan
penyembuhan.
III.3
Discernment
Manifestasi karunia-karunia Roh Kudus itu perlu diuji keotentikannya. Maka sel perlu
melakukan discernment : membeda-bedakan apakah menifestasi karunia Roh Kudus tertentu
berasal dari Allah, dari diri sendiri atau dari roh jahat. Bila manifestasi karunia Roh Kudus
berasal dari Roh Kudus, anggota merasa damai dan tersentuh; bila berasal dari diri sendiri,
manifestasi ini tidak punya kuasa apa-apa; bila berasal dari roh jahat, dampaknya berupa
perasaan gelisah. Pelayan Sel perlu mengarahkan anggota manifestasi mana yang otentik dan
mana yang tidak agar supaya anggota juga belajar membeda-bedakannya.
Proses discernment adalah sbb :
1.
anggota mengulangi pesan yang tadi disampaikannya.
2.
anggota lain yang tersentuh dengan pesan itu mengungkapkan apa yang dirasakannya
sehubungan dengan pesan itu.
3.
bila ada pesan yang tidak berasal dari Tuhan, Pelayan Sel segera memberitahukannya
kepada sel. Bila pesan itu terus menggelisahkan, sel bisa berdoa untuk mengusir kuasanya.
4.
pesan-pesan yang tadi disampaikan diuji keotentikannya satu persatu.
III.4
Sharing *
Bahan-bahan sharing bisa berdasarkan :
1. bacaan Kitab Suci.
2. pengajaran yang sudah diterima.
3. pengalaman pribadi.
Manfaat sharing :
1. anggota-anggota dalam satu sel bisa saling mengenal.
2. Pelayan Sel bisa mengenali kebutuhan anggotanya.
3. sharing merupakan sarana pengungkapan diri dan pengembangan potensi anggota.
Hal-hal lain yang berkenaan dengan sharing bisa dilihat pada F. Pedoman Sharing dalam
Pertemuan Sel (hal. 11).
III.5
Pengajaran dan Diskusi Pengajaran *
Pengajaran hendaknya dibawakan oleh anggota sel yang berminat secara bergiliran. Yang
diutamakan di sini adalah pengembangan potensi anggota. Maka giliran jangan diberikan hanya
74
kepada anggota yang mempunyai bakat mengajar yang menonjol saja. Apabila diperlukan,
setelah pengajaran bisa diadakan diskusi pengajaran. Pelayan Sel hendaknya mengarahkan
diskusi ini agar bisa menambah wawasan anggota. Setelah pengajaran selesai, Pelayan Sel boleh
memberikan evaluasi pengajaran, secara pribadi atau terbuka, tergantung pada keadaan.
III.6
Renungan *
Renungan hendaknya dibawakan oleh anggota sel yang berminat secara bergiliran. Setelah
renungan selesai, Pelayan Sel boleh memberikan evaluasi renungan, secara pribadi atau terbuka,
tergantung pada keadaan.
Keterangan : *
Dalam pertemuan sel hendaknya ada variasi antara sharing - pengajaran renungan, yang dilaksanakan setelah discernment. Namun hendaknya ada lebih banyak sharing
dibandingkan dengan pengajaran dan renungan. Sedangkan dalam pertemuan wilayah, yang
diutamakan adalah pengajaran.
III.7
Saling Mendoakan / Doa Penyembuhan
Saling mendoakan merupakan sarana untuk memupuk kasih persaudaraan dalam sel dan
melepaskan anggota dari hambatan-hambatannya. Bila ada dorongan Roh Kudus, saling
mendoakan bisa dilakukan selama penyembahan walaupun biasanya dilakukan setelah
pengumuman. Saling mendoakan bisa dilakukan dengan mendoakan anggota yang di sebelah
kanan / kiri atau semua anggota mendoakan anggota yang memerlukan penumpangan tangan.
III.8
Doa Syafaat
Intensi doa syafaat antara lain :
1. untuk keperluan sel / wilayah / distrik / nasional.
2. untuk keperluan keluarga dan oikos / lingkungan.
3. untuk keperluan Gereja.
III.9
Pengumuman
Isi pengumuman antara lain :
pertemuan sel / wilayah / pengajaran berikutnya.
jumlah kolekte sel dan persembahan kasih.
III.10Doa Penutup
Pertemuan sel ditutup dengan bersama-sama mendoakan Doa Penyerahan Komunitas
Tritunggal Mahakudus dan bisa ditambah dengan doa Bapa Kami, Salam Maria dan
Kemuliaan.
75
H. DATA PEMBINAAN ANGGOTA
NO BAHAN PENGAJARAN
1.
Visi dan Misi KTM
2.
Mengenal KTM
3.
Doa
4.
Doa Yesus
5.
Lectio Divina
6.
Pengantar Kitab Suci Umum
7.
Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama
8.
Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru
TANGGAL *
TT.PENGAJAR **
TANGGAL *
TT.PELAYAN SEL **
9a Pertemuan Sel
b Karunia Doa dalam Bahasa Roh
NO
ANJURAN RETRET
1.
Awal(atau Seminar Hidup dalam Roh)
2.
Penyembuhan Batin
Keterangan :
*
Isilah dengan tanggal anggota menempuh bahan pengajaran atau retret
**
Isilah dengan tanda tangan pengajar setelah anggota menempuh bahan pengajaran atau
dengan tanda tangan Pelayan Sel setelah anggota menempuh retret
76
Download