BUKU PEGANGAN PROGRAM PEMBINAAN ANGGOTA TAHAP I 1 KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS BUKU PEGANGAN PROGRAM PEMBINAAN ANGGOTA TAHAP I Nama Anggota Sel Wilayah Distrik 2 : : : : KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” Kis. 2:24 PENGANTAR Program Pembinaan Anggota Tahap I bertujuan untuk membina peminat lewat serangkaian pengajaran dasar yang disusun sedemikian rupa guna menanamkan pengertian yang benar mengenai Komunitas Tritunggal Mahakudus, bagaimana visi dan misinya serta sarana-sarana pokok untuk menunjang visi dan misi tersebut. Untuk menempuh program ini, peminat diwajibkan untuk mengikuti Retret Awal dan sangat dianjurkan untuk mengikuti Retret Penyembuhan Batin. Untuk menjadi anggota yang bisa menghayati visi dan misi Komunitas Tritunggal Mahakudus dengan baik, seseorang haruslah memiliki komitmen yang tinggi kepada KTM, karena komitmen merupakan sarana yang memampukan anggota untuk berkembang seoptimal mungkin. Lebih lanjut lagi, seseorang perlu mendalami sarana-sarana pokok untuk menunjang visi dan misi KTM : doa dan Kitab Suci. Ia perlu menghayati doa dan Kitab Suci ini serta mengembangkannya dalam hidup sehari-hari, yaitu dalam hidup doa pribadi, dan dalam hidup berkomunitas, yaitu dalam pertemuan sel dan pertemuan-pertemuan bersama lainnya. Program Pembinaan Anggota Tahap I ini hendaknya dilakukan dalam pertemuan-pertemuan pengajaran, yang diadakan 1X setiap bulan selama 9 bulan berturut-turut di luar pertemuan sel dan pertemuan wilayah oleh masing-masing wilayah / distrik (tergantung situasi dan kondisi setempat). Pertemuan pengajaran ini didahului dengan pujian dan penyembahan yang relatif singkat, yang tidak sama dengan pada pertemuan sel atau pertemuan wilayah. Program ini berjangka waktu 1 tahun. Anggota akan berbuah banyak dalam menjalani program ini bila ditunjang oleh komitmen yang tinggi pada pertemuan sel dan pertemuan wilayah. Bahan pengajaran dasar ini hendaknya pula dijadikan ajang untuk melatih dan membina tenagatenaga pengajar dari Komunitas Tritunggal Mahakudus sendiri. Di samping tujuan yang tertulis, Program Pembinaan Anggota Tahap I ini secara implisit bertujuan membangkitkan kader-kader tenaga pengajar demi kepentingan KTM dan pelayanan di Gereja. Program ini baru bisa berhasil baik bilamana ada kerjasama dari seluruh anggota. Tenaga pengajar dan para pemimpin (para pelayan dan wakil / dewannya) diharapkan mempunyai wawasan yang cukup luas mengenai bahan pengajaran dengan membaca buku-buku sumber (lihat : D. Rincian Bahan Pengajaran pada hal. 6). Bila ada kesalahan dalam pengajaran, tenaga pengajar dan para pemimpin diharapkan memberikan koreksi setelah pengajaran selesai. Dari pihak lain, partisipasi anggota sangatlah diharapkan, tidak saja untuk mendengarkan pengajaran yang sedang diberikan, namun juga untuk mempelajarinya kembali di rumah. Dengan kata lain, semua anggota KTM harus berperan aktif dalam program ini demi pembinaan anggota sendiri. Akhirnya, Buku Pegangan Program Pembinaan Anggota Tahap I ini berfungsi sebagai data pembinaan Anda sendiri. Tersedia kolom-kolom yang memuat bahan-bahan pengajaran dan retret yang sudah Anda tempuh sebagai persyaratan keanggotaan tahap I pada hal.76.Selamat menempuh Program Pembinaan Anggota Tahap I !. 3 Daftar Isi Pengantar Daftar Isi A. Tujuan Pembinaan B. Anjuran Retret C. Pelaksanaan Pengajaran D. Rincian Bahan Pengajaran E. Pedoman Workshop F. Pedoman Sharing dalam Pertemuan Sel G. Makalah-makalah: 1. Visi dan Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus 2a. Mengenal Komunitas Tritunggal Mahakudus 2b. Komitmen kepada Komunitas Tritunggal Mahakudus 3. Doa 4. Doa Yesus 5. Lectio Divina 6. Pengantar Kitab Suci Umum 7. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama 8. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru 9. Pertemuan Sel H. Data Pembinaan Anggota 4 3 4 5 5 5 6 9 11 12 12 21 26 30 38 43 47 54 65 72 76 A.TUJUAN PEMBINAAN 1. agar anggota mengerti tentang Komunitas Tritunggal Mahakudus serta visi dan misinya. 2. agar anggota mengenal sarana-sarana pokok untuk menunjang visi dan misi tersebut. B. ANJURAN RETRET 1. 2. Awal / Seminar Hidup Baru dalam Roh : diwajibkan bagi peminat. Penyembuhan Batin. C.PELAKSANAAN PENGAJARAN 1. Masing-masing bahan pengajaran bisa diikuti tanya jawab, bila diperlukan. 2. Untuk bahan pengajaran yang diikuti workshop (bertandakan *), pemimpin workshop diharapkan mempelajari E. Pedoman Workshop (hal. 9) terlebih dulu. 3. Keterangan kolom-kolom ‘D. Rincian Bahan Pengajaran’ (hal. 6 ) bahan : memuat topik-topik pengajaran. pokok bahasan : memuat pokok-pokok yang dibahas dalam bahan pengajaran. Para pengajar hendaknya mengulas semua pokok ini. j.sesi=jumlah sesi : memuat berapa jumlah sesi yang dibutuhkan untuk satu bahan pengajaran. 1 sesi bisa mengambil waktu antara 45 menit sampai 1 jam. topik sharing : memuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijadikan bahan sharing dalam pertemuan sel berikutnya. Sel bisa memilih pertanyaan yang mana dan berapa jumlahnya berdasarkan kebutuhan anggota. Sharing bisa diikuti saling mendoakan untuk masalah-masalah anggota yang sehubungan dengan topik sharing. 5 D. RINCIAN BAHAN PENGAJARAN NO BAHAN 1 Visi dan Misi KTM POKOK BAHASAN J.SESI TOPIK SHARING I. Visi KTM: 2 1. Bagaimana saya masuk a.latar belakang historis. dalam Komunitas Tritunggal b.Tujuan KTM Mahakudus dan mengapa saya c.Spiritualitas KTM : membutuhkannya? 1. spiritualitas Karismatik Katolik 2. Apa usaha saya agar saya bi2. spiritualitas Karmel sa menjadi seorang kader awam II. Misi KTM : yang sungguh-sungguh Karisa. panggilan KTM. matik dan sungguh-sungguh b. mencintai komunitas Katolik? c. pelayanan terpadu sebagai 3. Apa manfaat Spiritualitas komunitas. Kar-mel bagi anggota KTM? d. Soal ekumenisme. 4. Apa yang bisa saya lakukan e. Peka dan terbuka terhadap tandauntuk memenuhi visi dan misi tanda zaman KTM? f. KTM dalam millenium III. 2a Mengenal KTM a. pentingnya mengenal KTM. 2 1. mengapa saya mau komit b. Beberapa hal penting dalam kepada KTM ? mengenal KTM: 2. Apa hal-hal yg menghambat 1. tujuan komunitas saya untuk komit kepada KTM 2. syarat-syarat keanggotaan dan bagaimana saya 3. kewajiban-kewajiban anggota mengatasinya ? 4. iman Katolik bagi semua anggota 3. Apa buah-buah komitmen 5. sel komunitas dan pertemuan sel saya kepada KTM selama ini? 6. kepemimpinan dalam komunitas 7. pelayanan bersama 8. hal keuangan. 2b Komitmen a. pentingnya komitmen kepada KTM b. komitmen anggota c. tahap-tahap keanggotaan d. pengucapan komitmen bersama e. penghayatan komitmen 3 Doa a. pengertian 2 1. Bagaimana hidup doa b. pentingnya doa pribadi saya sehari-hari ? c. Roh Kudus adalah sumber doa kita 2. Bentuk doa manakah yang d. Unsur-unsur insani dalam doa paling saya sukai/sering saya e. Doa lisan dan doa batin lakukan ? Mengapa ? 3. Apa hal-hal yg menghambat doa pribadi saya dan bagaimana saya mengatasinya ? 6 NO BAHAN 4 Doa Yesus 5. Lectio Divina POKOK BAHASAN a. apakah doa itu ? b. Yesus adalah teladan kita dalam berdoa c. Inti doa Yesus d. Rumusan doa Yesus e. Latihan penyadaran f. Doa dan pernafasan g. Halangan-halangan doa h Motivasi berdoa i. Gejala-gejala yang kadang-kadang menyertai dalam doa j. Buah-buah doa Yesus k. Keheningan dan kontemplasi l. Sikap tubuh. a. tujuan lectio divina b. empat langkah lectio divina 1. pembacaan 2. meditasi 3. doa 4. kontemplasi 6. Pengantar Kitab a. Apa alkitab: Suci Umum 1. buku sejarah karya Allah 2. buku gereja dan buku iman 3. Sabda Allah dalam bahasa manusia b. kanon Alkitab : 1. pengertian 2. terjadinya : - kanon Yahudi/Yamnia/Ibrani. - Septuaginta,Vetus Latina,Vulgata - Kanon PL dan PB Gereja Katolik 7. Pengantar Kitab a. sejarah Israel : Suci Perjanjian 1. periode awal mula Lama 2. periode kerajaan 3. periode pembuangan 4. periode sesudah pembuangan 5. periode Yudaisme b. geografi Palestina : 1. batas-batas Tanah Perjanjian 2. geografi fisik 3. Iklim 4. flora 5. fauna c. para nabi dalam Perjanjian Lama : 1. nabi-nabi perintis 7 J.SESI TOPIK SHARING 2 1. Bagaimana saya melakukan doa Yesus sebagai bagian dari doa pribadi saya ? 2. Apa hambatan-hambatan yg saya alami bila saya melakukan dia Yesus ? 3. Apa manfaat doa Yesus bagi hidup pribadi saya ? 2 2 2 1. Bagaimana saya menentukan bahan dari Kitab Suci untuk lectio divina ? 2. Apa hambatan-hambatan saya dalam melakukan lectio divina ? 3. Apa manfaat yang saya peroleh dari lectio divina ? 1. Apa buah-buah positif dari pembacaan Kitab Suci seca-ra teratur bagi hidup saya? 2. Apa yang saya lakukan bila saya menemui kesulitan da-lam menangkap arti suatu teks Kitab Suci? 1. Kitab manakah dari Perjanjian Lama yang paling menge-sankan bagi saya. Mengapa? 2. Kitab manakah dari Perjanjian Lama yang jarang atau ham-pir tak pernah saya baca ? Mengapa ? 3. Apakah saya menyukai cerita cerita dalam Perjanjian Lama Apa manfaatnya bagi saya ? 2. nabi-nabi klasik 3. penulis Apokaliptis. NO BAHAN POKOK BAHASAN 8. Pengantar Kitab a. isi pokok. Suci Perjanjian b. Sejarah ringkas : Baru 1. tradisi lisan 2. tradisi tertulis 3. pengumpulan tulisan. c. latar belakang : 1. politik 2. sosio – religius 3. religius politis 4. ekonomi. J.SESI TOPIK SHARING 2 1. Kitab manakah dari Perjanjian Baru yang paling mengesan-kan bagi saya ? Mengapa ? 2. Kitab manakah dari Perjanjian Baru yang jarang atau hampir tak pernah saya baca ? Mengapa ? 3. Sejauh manakah Injil Yesus Kristus menjadi sumber kekuatan dan sumber inspirasi bagi saya dalam menjalani kehidupan sehari-hari ? 9a. Pertemuan Sel 1 1. Apa yang bisa saya lakukan agar dalam pertemuan sel dan a. pentingnya pertemuan sel pertemuan wilayah ada b. unsur-unsur pertemuan sel penyembahan yg mendalam? c. rincian unsur-unsur pertemuan sel : 2. Apa yang bisa saya lakukan 1. pujian dan penyembahan agar pertemuan sel dan per2. manifestasi karunia-karunia Roh temuan wilayah menjadi sa-lah Kudus satu prioritas utama da-lam 3. discernment hidup saya? 4. sharing 3. Apa yang bisa saya lakukan 5. pengajaran & diskusi pengajaran agar pertemuan sel dan per6. renungan temuan wilayah menjadi tem7. saling mendoakan/doa penyempat di mana sesama anggota buhan bisa memupuk kasih 8. doa syafaat persaudaraan. 9. pengumuman 9b Karunia Doa dalam bahasa Roh 10.Doa Penutup a. pengertian b. dasar Kitab Suci c. bersenandung dalam bahasa Roh d. beda antara karunia ini dengan karunia-karunia karismatik e. manfaat f. cara mendoakan orang 8 1 1. Bagaimana saya menggunakan karunia doa dalam baha-sa roh dalam hidup sehari-hari ? 2. Apa manfaat doa dalam bahasa roh bagi hidup saya ? E. PEDOMAN WORKSHOP I. DOA YESUS. 1. Angkatlah 1 atau 2 lagu pujian dan kemudian 1 lagu penyembahan. 2. Ucapkanlah doa pembukaan. 3. Ajaklah umat membuka hati bagi Yesus dan mengambil posisi duduk yang sesuai untuk doa Yesus. 4. Ajaklah umat mengambil napas panjang 2 atau 3 kali supaya menjadi lebih tenang atau ajaklah umat melakukan penyadaran, misalnya : menyadari pernafasan, pakaian yang melekat, udara sejuk yang menyentuh kulit, suara alam dll. 5. Ajaklah umat menyadari bahwa saat ini adalah saat yang indah untuk bertemu Yesus dalam doa dan dalam lubuk hati. 6. Ajaklah umat menyerukan nama Yesus seturut ritme pernafasan dengan penuh kerinduan, dengan penuh iman, harapan dan kasih. 7. Biarkan umat memasuki keheningan dalam doa Yesus dan jangan terlalu banyak bicara. 8. Bila umat gelisah karena melantur atau sulit konsentrasi, sesekali ajaklah mereka menyerukan nama Yesus kembali dengan penuh kerinduan. 9. Akhirilah doa Yesus dengan suatu ucapan syukur, atau doakanlah Bapa Kami perlahanlahan, atau nyanyikan 1 lagu penutup / lagu syukur. II. LECTIO DIVINA. Lectio divina sebenarnya merupakan suatu doa pribadi, karena itu paling baik dilakukan secara pribadi. Namun kadang-kadang dan pada permulaan, untuk membantu mereka yang belum mengertinya, dapat juga dilakukan bersama-sama dalam kelompok. Pedoman berikut ini ialah untuk kelompok semacam itu : 1. Angkatlah sebuah lagu pujian. 2. Ucapkanlah doa pembukaan. 3. Pilihlah bacaan Kitab Suci berdasarkan bacaan hari itu atau menurut pilihan. 4. Ajaklah umat membaca perikop yang dipilih. Pembacaan bisa diulang 2 atau 3 kali. 5. Ajaklah umat membaca perikop dalam hati selama ± 5 menit. 6. Berikan kesempatan kepada umat untuk berdiskusi mengenai bacaan untuk membantu pemahaman selama ± 10 menit. 7. Ajaklah umat merenungkan dan meresapkan bacaan tadi selama ± 15 menit. 8. Berikan kesempatan kepada umat untuk menyampaikan doa-doa spontan berupa syukur, permohonan, janji, pembaharuan komitmen kepada Tuhan dll. 9. Akhirilah dengan sebuah lagu penutup. 9 KARUNIA DOA DALAM BAHASA ROH. 1. Ajaklah umat menyembah Tuhan lewat senandung dalam bahasa roh dan mintalah agar Roh Kudus mencurahkan karunia doa dalam bahasa roh kepada mereka yang belum mendapatkannya. 2. Ada 2 cara Roh Kudus mencurahkan karunia doa dalam bahasa roh : a. selama penyembahan, Roh Kudus memberikan karunia doa ini secara langsung kepada sejumlah orang. b. bila masih ada yang belum mendapatkannya, ajaklah mereka untuk maju ke tengah / depan agar kelompok bisa mendoakan mereka satu per satu lewat penumpangan tangan. 3. Cara mendoakan seseorang agar mendapat karunia ini lewat penumpangan tangan : a. orang yang mendoakan berdoa keras dalam bahasa roh. b. orang yang didoakan mencoba menirukannya sampai ia bisa menggunakan bahasa rohnya sendiri, yang lain dari bahasa roh orang yang mendoakan tadi. 10 F. PEDOMAN SHARING DALAM PERTEMUAN SEL I. Tujuan sharing : 1. untuk memuliakan Allah. Tujuan utama sharing adalah untuk memuliakan Allah, dan bukannya untuk memuliakan diri sendiri. Sharing hendaklah menunjukkan bahwa Allahlah yang membuat segalanya mungkin, dan bukannya diri kita. 2. untuk membangun komunitas. Karya Allah yang diungkapkan lewat sharing adalah untuk membangun komunitas. Lewat sharing, iman anggota dibangkitkan dan dengan demikian membangun komunitas. II. Untuk mencapai ke dua tujuan tersebut, suatu sharing haruslah efektif. Maka di sini diperlukan seorang pemimpin sharing, bisa Pelayan Sel atau Wakil atau anggota yang kompeten, yang berperan sebagai seorang moderator, dengan tugas-tugas sbb. : 1. mengusahakan agar sebanyak mungkin anggota bisa mendapatkan giliran sharing. 2. mengarahkan pembicaraan yang melantur kembali ke topik sharing. 3. menenangkan suasana bila sharing berubah menjadi suatu perdebatan. 4. mencatat hal-hal yang perlu dikomentari dari sharing anggota, baik secara pribadi maupun dalam pertemuan sel, setelah sharing itu selesai. Mengingat pentingnya peran seorang pemimpin sharing, dalam suatu pertemuan sel diperlukan ketaatan anggota kepada pemimpin sharing, agar suatu sharing bisa berjalan dengan tertib dan lancar. III. Cara-cara sharing yang baik : 1. sharing harus singkat, padat dan jelas. Hindarilah penyampaian sharing yang bertele-tele, terlalu mendetail dan terlalu banyak menggambarkan keadaan pribadi. 2. sharing harus obyektif dan benar. Hindarilah penyampaian sharing yang tidak jujur dan dilebih-lebihkan. 3. sharing bukan suatu cara berdikusi atau bahkan suatu penyelesaian masalah. Sharing merupakan suatu ungkapan pengalaman. Sharing tidak mengajukan pertanyaan yang perlu dijawab atau dikomentari pada saat itu juga. Sharing juga tidak mencarikan jalan keluar bagi suatu masalah. Maka bila ada hal-hal yang perlu dikomentari, pemimpin sharing, Pelayan Sel, Wakil bisa mencatatnya dan membahasnya dengan anggota tersebut secara pribadi, atau bila hal tersebut bersifat umum, bisa dikomentari setelah semua anggota mendapat giliran sharing. 4. sharing bukan suatu cara untuk menjatuhkan orang lain. Hindarilah membicarakan kekurangan atau kesalahan orang lain. 11 G. MAKALAH-MAKALAH VISI DAN MISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS I. VISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS I.1 Latar Belakang Historis Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) lahir dalam suatu retret yang diadakan pada tanggal 911 Januari 1987 di Ngadireso. Retret tersebut dihadiri oleh peserta dari Keuskupan Malang dan Surabaya. Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm mencoba merealisasikan suatu komunitas di zaman modern ini, yang berinspirasikan pada komunitas Kristiani yang pertama (bdk Kis 2:4147), yaitu suatu komunitas yang berusaha menghayati hidup Kristen yang sejati berdasarkan pada misteri agung cinta Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka dari itu komunitas ini mengambil nama KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS, untuk selalu mengenangkan misteri agung tersebut dan menghayatinya. Tanggal 11 Januari 1987 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Komunitas Tritunggal Mahakudus dan komunitas ini terus berkembang hingga saat ini. Komunitas ini mengambil nama KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS. Hal ini didasarkan pada pengalaman para rasul dalam Kisah Para Rasul. Pada hari Pentakosta para murid Yesus yang telah dibaptis dan menerima pencurahan Roh Kudus berkumpul menjadi satu dalam persaudaraan yang tulus ikhlas di bawah bimbingan para rasul. Mereka sehati sejiwa dalam doa dan persekutuan dan dengan demikian membentuk komunitas Kristiani yang pertama. Mereka berkembang seturut karunia yang diterima dari Allah (bdk Kis 2:41-44). Karena pengalaman Roh Kudus, mereka menyadari keagungan misteri Tritunggal Mahakudus yang diwahyukan Yesus kepada mereka. Allah adalah kasih (1 Yoh 4:16). Karena kasih, misteri kehidupan Allah adalah misteri cinta kasih. Bapa mengasihi Putera dan mencurahkan seluruh sabdaNya ke dalam diri Putera, yang menyambutnya dengan penuh syukur. Dengan cinta kasih yang sempurna pula Putera menyerahkan diri kepada Bapa, sehingga muncullah Roh Kudus, Sang Cinta Kasih. Dengan demikian dalam diri Allah Tritunggal terdapat aliran cinta kasih yang mengalir tiada henti-hentinya dari Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus dan kembali lagi kepada Bapa dalam Roh yang sama itu. Cinta kasih inilah yang menjadi dasar dari seluruh hidup orang Kristen, yang diperkenankan mengambil bagian dalam aliran hidup tersebut. 1.2 Tujuan Komunitas Tritunggal Mahakudus Alasan dasar mengapa Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm mendirikan Komunitas Tritunggal Mahakudus adalah suatu kesadaran ganda, yaitu : 1. untuk terus tumbuh dan berkembang dalam hidup baru dan hidup dalam Roh, dalam situasi zaman ini, umat membutuhkan orang-orang lain yang seiman dan sekeyakinan untuk tumbuh bersama di dalam Tuhan. Dengan kata lain, mereka membutuhkan suatu komunitas. 12 2. Gereja membutuhkan kader-kader awam yang sungguh-sungguh Karismatik dan sungguh-sungguh Katolik. Kita bisa melihat kenyataan dalam Gereja bahwa orang-orang yang terjun dalam Pembaharuan Karismatik memang sungguh-sungguh diperbaharui hidupnya dan bersemangat besar setelah mendapat pencurahan Roh Kudus. Untuk berkembang secara benar, baik ke dalam maupun ke luar, dibutuhkan suatu pembinaan yang terarah dan teratur. Kita juga melihat kenyataan bahwa banyak orang Karismatik Katolik telah terkontaminasi secara tidak sehat oleh kelompokkelompok non Katolik, sehingga tanpa disadari iman mereka tidak murni Katolik lagi, bahkan ada yang meremehkan sakramen-sakramen, Bunda Maria, dll. Maka dari itu setelah mempertimbangkan semuanya, Romo Yohanes Indrakusuma O’Carm terdorong untuk mendirikan komunitas awam dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. suatu komunitas yang seutuhnya Karismatik dan seutuhnya Katolik. 2. tempat pembinaan kader-kader awam yang handal, yang memberikan jaminan mutu, yang setia, dan berdedikasi tinggi. Dengan demikian anggota-anggotanya diharapkan dapat menjadi : 1. orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh Kudus, mengenal Allah secara pribadi dan menjadikan Yesus Kristus pusat hidupnya. 2. orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya serta mencintai Gereja. 3. saksi-saksi Kristus yang meyakinkan, yang dapat memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dalam lingkungan hidup masing-masing. 4. orang-orang Katolik yang memiliki semangat pelayanan yang sejati, yang dapat melakukan pelayanan terpadu sebagai komunitas dalam kesatuan dengan Uskup setempat. I.3 Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus : Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus bersumber pada spiritualitas Karismatik Katolik dari satu pihak dan dari pihak lain dari spiritualitas Karmel. Keduanya telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup dan pelayanan KTM. Karena itu KTM merupakan persekutuan hidup, dengan suatu komitmen, bukan hanya sekedar persekutuan doa. 13 I.3.1 Spiritualitas Karismatik Katolik : KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi, bahkan dijiwai oleh Pembaharuan Karismatik Katolik, namun tidak identik dengan persekutuan doa. KTM boleh disebut Karismatik pertamatama dalam arti teologisnya, bukan dalam arti sosiologisnya. Hal ini dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Dalam keyakinan dan hidupnya KTM bergantung seluruhnya dari Roh Kudus dan kuasaNya. 2. Kesadaran akan ketergantungannya pada Roh Kudus diperolehnya lewat suatu pengalaman Roh Kudus yang dialaminya lewat pencurahan Roh Kudus. 3. Dalam hidup dan karyanya secara nyata KTM mengandalkan kuasa dan bimbingan Roh Kudus. 4. Khususnya di dalam pelayanannya KTM mempergunakan karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia sadar bahwa tanpa karunia-karunia Roh Kudus KTM tidak akan dapat memberikan pelayanan yang diharapkan daripadanya. 5. Disebut Karismatik Katolik, karena dalam penghayatan hidup dan karyanya KTM ingin tetap menjadi orang Katolik yang sejati, Katolik 100%, dalam persekutuan dengan seluruh Gereja di bawah pimpinan Uskup. Secara sosiologis KTM tidak identik dengan persekutan doa Karismatik, tidak identik dengan manifestasi-manifestasi persekutuan doa yang memang dapat berbeda-beda. Artinya seorang KTM tetap dapat menjadi anggota yang baik, walaupun dia tidak ikut dalam persekutuan doa. KTM adalah persekutuan hidup, bukan hanya sekedar persekutuan doa. Suatu persekutuan hidup mengandaikan komitmen-komitmen tertentu dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. I.3.2 Spiritualitas Karmel : Dalam hidupnya KTM ditandai dan diwarnai oleh spiritualitas Karmel, karena memang lahir dan dibesarkan dalam iklim Karmel. Kekayaan tradisi Karmel telah mewarnai dan menan-dai secara mendalam kehidupan KTM dan khususnya dapat membantu KTM dalam perjalanan rohaninya menuju Allah. Komunitas Tritunggal Mahakudus bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, Bunda Allah, serta menyerahkan diri kepada kasih keibuannya. Dibentuk oleh Roh Kudus sendiri, Maria merupakan teladan iman yang besar dan kerendahan hati yang mendalam. Dalam roh dan jiwanya ia terarah seluruhnya kepada kehendak Allah : “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38). Dengan segenap hatinya ia mengamini kehendak Allah, yang menjadi pedoman hidupnya. Di atas salib, Yesus telah menyerahkan Maria untuk menjadi ibu kita. Maria menjadi teladan dan cita-cita semua orang yang mencari Allah terusmenerus. Maria mampu melihat segala sesuatu dengan pandangan Allah sendiri, seolah-olah melihat apa yang tidak kelihatan (Ibr 11:1), serta mengetahui apa yang ada di balik semua peristiwa yang dialaminya. 14 Komunitas Tritunggal Mahakudus juga bernaung di bawah perlindungan nabi Elia. Elia pertamatama adalah insan Alah yang senantiasa hidup di hadirat Allah dan segala kegiatannya didorong oleh kehendak Allah. Mottonya yang senantiasa menggema dalam hati setiap orang yang terpesona oleh semangat nabi Elia adalah : “VIVIT DOMINUS IN CUIUS CONSPECTU STO : ALLAH HIDUP DAN AKU BERDIRI DI HADIRATNYA.” Dari persatuannya yang mendalam dengan Allah mengalirlah semangat yang besar untuk kemuliaan Allah, yaitu “ZELO ZELATUS SUM PRO DOMINO DEO EXERCITUUM : AKU BEKERJA SEGIATGIATNYA BAGI ALLAH SEMESTA ALAM.” Karena pergaulannya yang mesra dengan Allah, tiada henti-hentinya ia mengalami penyelenggaraanNya yang mengagumkan. Karena persatuannya yang mesra dengan Allah, segala doanya dikabulkan Tuhan, sehingga ia membangkitkan anak janda yang memberikan tumpangan kepadanya (1 Raj 17:22). Demikianlah ia telah mendatangkan api dan menurunkan hujan (1 Raj 18:36-38, 41-45). Lewat bimbingan para tokoh Karmel yang besar seperti St.Yohanes Salib, St. Teresa Avila, St. Teresia Lisieux, KTM dibawa kepada penghayatan lebih mendalam hidup kristiani dan rohaninya. Mereka mengajarkan kepada kita lorong-lorong yang harus kita jalani dan bahayabahaya yang harus dihindari dalam perjalanan menuju kepada Allah. Pada dasarnya spiritualitas Karismatik dan spiritualitas Karmel merupakan suatu kesatuan yang memperkaya kehidupan KTM. Lewat pencurahan Roh Kudus yang dibawakan Pembaharuan Karismatik, orang dibawa kepada pertobatan yang mendalam kepada Allah, serta menjalin suatu hubungan pribadi yang baru dengan Allah. Hubungan baru ini mendasari hidup baru kita. Bersamaan dengan itu, orang disadarkan akan kekayaan iman Katolik kita, akan kuasa Roh Kudus dan akan karuniakaruniaNya. Oleh Pembaharuan ini kita dibawa kepada suatu bentuk pelayanan yang baru, yang penuh kuasa. Kemudian kekayaan Karmel membantu kita memperdalam hubungan pribadi dengan Allah tersebut, memberikan kedalaman yang mantap dan terus berkembang dalam hubungan ini. Para guru Karmel mengajarkan kepada kita kekayaan dan kebesaran cinta kasih Allah, mengajarkan jalan-jalan yang harus ditempuh, dan kendala-kendala yang harus dihindari, sehingga kita dapat mencapai tujuan hidup kita bersama yaitu persatuan cinta kasih dengan Allah. II. MISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS II.1 Panggilan Komunitas Tritunggal Mahakudus : KTM telah menerima karunia-karunia Roh Kudus. Ia juga diberi karunia untuk mengalami sendiri “pengenalan akan Yesus Kristus yang mengatasi segala sesuatu” (Flp 3:8), serta “mengalami bersama para kudus betapa dalamnya, betapa lebarnya, betapa tingginya cinta kasih Allah” (Ef 3:18,19). Karena telah mengalami kasih Allah yang telah mengasihinya lebih dahulu, ia dijadikan mampu untuk mengasihi Allah : “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yoh 4:19). 15 Setelah mengalami sendiri kasih Allah yang melampaui segala pengertian dan yang memperbaharui segala sesuatu, KTM dipanggil untuk mewartakan kasih Allah yang menyelamatkan dalam Yesus itu kepada semua manusia. Hal itu dilakukannya dalam kuasa Roh Kudus yang telah diberikan Allah kepadanya. Berdasarkan apa yang diuraikan di atas kiranya Komunitas Tritunggal Mahakudus memiliki Visi dan Misi yang sama dengan CSE dan Puteri Karmel, hanya saja cara penghayatan dan pelaksanaan-nya berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Karena itu Visi dan Misi tersebut dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut : DALAM KUASA ROH KUDUS MENGALAMI DAN MENGHAYATI SENDIRI KEHADIRAN ALLAH YANG PENUH KASIH DAN MENYELAMATKAN SAMPAI PADA PERSATUAN CINTA KASIH SERTA MEMBAWA ORANG LAIN KEPADA PENGALAMAN YANG SAMA Rumusan tersebut dapat diterangkan lebih lanjut sebagai berikut : II.1.1 dalam kuasa Roh Kudus Roh Kudus merupakan dasar dan sumber segala sesuatu, baik untuk mengalami dan menghayati kehadiran dan cinta kasih Allah, maupun untuk membawa orang lain pada pengalaman yang sama. Hal itu dilaksanakan lewat kuasa Roh Kudus yang disalurkan dan dinyatakan lewat pelbagai macam kasih karunia, sakramen-sakramen dan karismata. II.1.2 mengalami dan menghayati sendiri Soalnya di sini bukan hanya untuk mengetahui saja, melainkan harus sampai pada pengalaman. Walaupun hal itu tetap terjadi dalam iman, namun harus sungguh-sungguh merupakan suatu pengalaman yang nyata, yang menjadi sumber penghayatan. Kita harus lebih dahulu mengalami sendiri, sebelum kita dapat memberi kesaksian tentang hal itu. II.1.3 kehadiran Allah Kehadiran ini dialami sebagai suatu kehadiran yang penuh kasih, yang menolong, melindungi, memelihara, yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Karena itu kita dapat selalu mengharapkan dan mengandalkan pertolonganNya. 16 II.1.4 persatuan cinta kasih Kehadiran Allah yang menyelamatkan itu perlahan-lahan tetapi pasti, asal tidak ada hambatan, akan mengubah dan memperbaharui kita, mulai dari lubuk terdalam kita, sampai pada seluruh lapisan ada kita. Oleh sentuhan-sentuhan rahmatNya kita diubah, diilahikan sedemikian rupa, sehingga benar-benar menyerupai Allah, seperti kayu yang dimasukkan ke dalam api akhirnya menjadi api itu sendiri. Oleh transformasi itu seluruh ada dan kegiatan kita diilahikan, sehingga akhirnya segala faal (artinya : perbuatan batin) dan perbuatan kita memperoleh nilai ilahi. Satu orang yang sampai pada persatuan cinta kasih transforman itu lebih berharga dan lebih berguna bagi dunia dan Gereja daripada ribuan, bahkan jutaan lainnya yang tidak sampai pada tahap tersebut. Inilah yang menjadi cita-cita Karmel sejak semula dan diharapkan juga menjadi citacita kita. II.1.5 membawa orang lain pada pengalaman yang sama Setelah kita sendiri mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan tersebut, walaupun belum sampai pada puncaknya, kita juga mau membawa orang lain kepada pengalaman yang sama, supaya mereka boleh mengalami keselamatan yang melimpah yang datang dari Allah. II.2 Mencintai Komunitas Kita harus mempunyai cinta kepada komunitas, harus mempunyai komitmen yang sungguhsungguh. Komunitas ini adalah milik bersama dan karena itu harus kita kembangkan bersama demi kemuliaan Allah dan keselamatan banyak orang. Kita masing-masing ikut bertanggung jawab di dalamnya. Kalau kita sungguh-sungguh mencintai komunitas, kita harus punya waktu untuknya, harus memberikan prioritas kepadanya. Dengan mengadakan komitmen, seorang anggota mewajibkan diri untuk hidup menurut semangat komunitas dan mentaati peraturanperaturannya. Ia wajib memberikan prioritas kepada komunitas dan kegiatannya. Semua anggota memiliki kewajiban dasar, yaitu : 1. Menghadiri pertemuan sel dan pengajaran. 2. Menghadiri pertemuan bersama yang ditentukan : wilayah, distrik, nasional. 3. Ikut melayani bersama komunitas. 4. Meluangkan waktu untuk doa dan bacaan Kitab Suci minimal satu jam sehari. 5. Menghadiri Perayaan Ekaristi harian, sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. 6. Menerima Sakramen Tobat secara teratur. 7. Mendoakan doa penyerahan setiap hari. 8. Memberikan persembahan kasih. 17 Tuhan sendiri yang memanggil kita masuk dalam komunitas ini. Dengan masuk dalam komunitas ini, Tuhan menyediakan banyak rahmat bagi kita untuk perkembangan pribadi : kita dapat mengalami kasih Tuhan melalui komunitas ini. Maka sudah selayaknya kita mencintai komunitas dan membalas kasih Tuhan itu melalui komunitas. Kita mendatangkan berkat bagi diri sendiri dan komunitas bila kita menghayati cita-cita komunitas dengan setia, dan benar-benar mencintai komunitas yang menjadi penyalur rahmat Tuhan bagi kita dan orang banyak. Kita harus mencintai komunitas yang telah menjadi alat Tuhan untuk perkembangan hidup kita. Mencintai komunitas berarti bekerja sebaik mungkin untuk komunitas, mengusahakan perbaikan-perbaikannya, menjalankan komitmen-komitmen dan memberikan prioritas kepadanya. Sebaliknya kita mendatangkan kerugian dan malu bagi komunitas kalau kita tidak setia, tidak menjalankan komitmen, tidak hidup menurut cita-cita komunitas. Kalau kita hidup dalam komunitas tetapi tidak mencintainya dan tidak memiliki “a sense of belonging” kita adalah anggota yang lumpuh. Kalau hati kita sudah tidak ada dalam komunitas tetapi kita tidak memutuskan hubungan dengan komunitas karena motivasi yang tidak murni, maka kita adalah anggota yang mati. Kita hanya menjadi beban komunitas atau merugikan komunitas, maka hal itu akan menambah dosa. Mutu komunitas juga ditentukan oleh kualitas anggota-anggotanya : semakin anggotanya bermutu dan berkualitas, maka komunitas akan semakin tumbuh dan berkembang sehingga dapat berguna bagi perkembangan seluruh anggotanya dan terutama juga bagi seluruh Gereja. II.3 Pelayanan Terpadu sebagai Komunitas Sebagai komunitas kita diharapkan untuk mengadakan pelayanan yang terpadu, baik di tingkat nasional, distrik maupun wilayah, menurut sikon. Bila kita padukan pelayanan kita, banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai komunitas, yang tidak mungkin kita lakukan sendiri-sendiri. Hal itu tidak berarti bahwa para anggota tidak boleh melakukan pelayanan sendiri-sendiri, namun pelayanan sebagai komunitas harus diutamakan dan diprioritaskan di atas pelayanan pribadi. Kalau kita memiliki cinta kepada komunitas, kita juga ingin membangun komunitas, baik pada tingkat nasional, distrik, maupun wilayah. Itu juga tidak berarti bahwa kita melalaikan Gereja. Bukan, bahkan bila kita berikan pelayanan terpadu, hal itu akan berguna bagi Gereja secara keseluruhan. Kita diberi karunia untuk melengkapi apa yang masih kurang atau belum ada dalam Gereja. II.4 Soal Ekumenisme Ekumenisme merupakan suatu soal yang cukup rumit dalam prakteknya. Dari satu pihak, seperti yang dikehendaki Gereja, kita harus bersemangat ekumenis, harus berdialog dengan umat dari gereja-gereja lain. Tetapi dari pihak lain kita jumpai kenyataan iklim yang sama sekali tidak bersifat ekumenis, sangat sektaris, dan bersifat sangat agresif terhadap Gereja Katolik. Kelompok-kelompok doa non-Katolik tertentu, tidak terkecuali penginjil dan pendetanya, bersifat sangat agresif dan bermusuhan, selalu menyerang orang-orang Katolik dan memiliki doktrin-doktrin yang bertolak belakang dengan iman Katolik. Dalam iklim yang demikian itu pastilah tidak mungkin ada ekumenisme yang sehat. 18 Mengikuti persekutuan doa non-Katolik secara teratur, mengikuti pendalaman iman bukan Katolik, seminar-seminar non-Katolik, mengandung banyak resiko. Tanpa disadari orang mudah sekali mengambil alih nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, sikap-sikap yang bertentangan dengan iman Katolik. Sedikit demi sedikit orang menjadi terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang berlawanan dengan iman Katolik. Kalau demikian halnya, bagaimanakah sikap kita terhadap ekumenisme ? Kita harus bersikap ekumenis, tetapi sehat dan sesuai dengan maksud Gereja. Syarat suatu ekumenisme yang sehat ialah : Sikap keterbukaan, mau mengerti, dan menghargai pihak lain. Menyadari perbedaan yang ada, tetapi bersikap menghargai perbedaan tersebut. Tidak memaksa pihak lain untuk menerima keyakinannya. Suatu contoh ekumenisme yang sehat kita jumpai misalnya di Taize, sebuah biara Protestan di Perancis, yang anggotanya terdiri dari dari orang Protestan, Katolik serta Ortodoks, tanpa meninggalkan iman mereka masing-masing. Juga umat yang berkunjung ke sana berasal dari pelbagai macam gereja, tetapi mereka bersikap terbuka dan saling menghargai. Hal serupa dipraktekkan juga di Cikanyere maupun di Ngadireso. Dalam retret-retret di Cikanyere selalu ada peserta-peserta yang bukan Katolik, bahkan bukan Kristen, dan mereka diterima dengan tangan terbuka. Tak ada yang dirahasiakan bagi mereka. Mereka boleh mengikuti segala kegiatan kecuali komuni. Bahkan dari pesertanya cukup banyak yang punya kedudukan penting dalam gerejanya, misalnya sebagai anggota majelis. Kadang-kadang ada juga pendeta-pendeta dan penginjil-penginjil non-Katolik. Hal yang sama dialami juga di Ngadireso, baik dalam retret-retretnya maupun dalam camping rohaninya, yang diikuti sekian banyak banyak muda-mudi dari berbagai tempat. Sebagai kesimpulan untuk para anggota KTM, kiranya dapat dikatakan : bekerjasamalah dalam pelbagai macam kegiatan sosial, dalam perayaan-perayaan bersama, seperti Natal bersama dll, dengan sikap saling menghargai dan saling membantu, tetapi jangan mengikuti persekutuan doa non-Katolik, pendalaman iman non-Katolik, dll. II.5 Peka dan Terbuka terhadap Tanda-tanda Zaman Norma tertinggi untuk hidup kita ialah kehendak Allah, karena itu sesuai dengan teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Pelaksanaan kehendak Allah harus menjiwai seluruh pikiran, keinginan, citacita, bahkan seluruh hidup anggota komunitas. “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yoh 4:34). Seperti Bunda Maria, kitapun harus selalu siap melakukan kehendak Allah, apapun itu, karena kita tahu, bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik bagi kita. Setiap saat, baik sebagai pribadi maupun komunitas, kita harus peka terhadap pernyataan kehendak Allah melalui Roh Kudus, yang melalui situasi-situasi tertentu berbicara kepada kita “Siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Why 2:7,11,17,29; 3:6,13,22). Oleh sebab itu kita hendaknya menyiapkan hati yang peka dan rela, bebas dari segala dosa dan ikatan, supaya mampu mendengarkan bisikan dan gerak Roh, yang selalu melampaui pikiran, gagasan, pengertian, dan pengalaman kita (Yes 55:8). Dalam segala sesuatu hendaknya kita berpegang pada nasehat St. Paulus : “Jangan padamkan Roh… ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tes 5:19-21). 19 II.6 KTM Dalam Millenium III Memasuki millenium III Gereja bersama umat manusia pada umumnya mengalami tantangan yang besar dalam pelbagai bidang kehidupan, demikian pula dalam bidang kehidupan Kristiani. Penemuan-penemuan canggih dalam segala bidang, termasuk bioteknologi, dan teknologi genetika menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan baru yang menantang iman. Materialisme praktis sadar atau tidak sadar telah menjadi gaya hidup hampir semua orang termasuk banyak orang Katolik. Dalam situasi seperti ini kehidupan rohani, moral, bahkan kehidupan insani belaka, menjadi berantakan. Bagaimanakah reaksi kita menghadapi realitas itu? Begitu banyak orang yang tidak tahu arti hidup lagi, begitu banyak perkawinan yang berantakan, begitu banyak anak muda hancur karena pornografi, narkoba, kekerasan, eksploitasi, ketidak adilan, dll. Apa yang dikatakan oleh Roh dalam situasi yang serba kacau itu? Perintah agung Tuhan Yesus tetap berlaku sampai hari ini :”Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:19,20). Apakah yang dapat kita lakukan sebagai komunitas untuk menanggapi kebutuhan zaman yang juga merupakan panggilan Roh itu ? Coba kita renungkan, mengapa Roh memberikan kepada kita karunia yang berlimpah-limpah itu ? Apa kiranya yang dapat dilakukan sebagai komunitas bersama dengan Roh Allah ? Banyak sekali kesempatan bagi kita untuk memenuhi dan melaksanakan perintah agung Tuhan kita. Sebagai bahan refleksi, mari kita renungkan beberapa pertanyaan ini : 1. Apakah kita akan membiarkan begitu saja banyak keluarga hancur berantakan ? Apakah yang dapat kita lakukan untuk mereka ? 2. Bagaimana sikap kita menghadapi pornografi yang semakin merajalela lewat pelbagai media masa, laserdisk, video, CD, kaset-kaset, lewat pelbagai media cetak dan internet? Sadarkah kita bahwa itu semua merupakan pukat harimau Si Iblis untuk menjerat manusia ? 3. Haruskah semuanya diserahkan ke tangan orang-orang yang tak beriman, yang kriteria satu-satunya dalam mengadakan semuanya itu hanyalah keuntungan semata-mata ? 4. · · · Bagaimanakah kita memakai kesempatan yang ada untuk mewartakan Injil lewat : Penerbitan buku, brosur, majalah rohani, dll. Kaset-kaset rohani, baik audio maupun video, CD. Pewartaan dan pengajaran lewat radio, TV, Internet. Kiranya sudah cukup banyak bahan untuk ditindaklanjuti dalam menjawab panggilan kita sebagai komunitas. 20 2a. MENGENAL KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS I. PENTINGNYA MENGENAL KTM Untuk mencapai visi dan misi Komunitas Tritunggal Mahakudus, kita memerlukan suatu pedoman hidup, yang mau kita sepakati dan taati bersama dalam iman. Pedoman hidup ini diwujudkan secara tertulis dalam Statuta dan Buku Panduan untuk anggota KTM. Pedoman hidup ini bertujuan untuk membantu kita agar mampu berkembang secara maksimal. Pedoman hidup ini merupakan pendorong yang menjamin dan melindungi masing-masing anggota KTM. Pedoman hidup yang termuat dalam Statuta dan Buku Panduan selain daripada berisikan inspirasi Karmel juga memuat gerakan Roh Allah di antara anggotanya. Statuta berisikan pedoman cita-cita hidup rohani atau prinsip-prinsip kehidupan rohani yang mengungkapkan semangat dan cita-cita Komunitas Tritunggal Mahakudus, yang diuraikan secara ringkas. Sedangkan Buku Panduan berisikan uraian yang lebih mendetil dan bersifat lebih praktis. Kedua buku ini mengulas visi dan misi Komunitas, cara hidup anggotanya dan hubungan ke luar. Kita mau mengenal KTM secara lebih dekat lagi dengan memahami beberapa hal penting yang termuat dalam Statuta dan Buku Panduan. II. BEBERAPA HAL PENTING DALAM MENGENAL KTM II.1 Tujuan Komunitas II.1.1 Komunitas bertujuan membentuk anggota-anggotanya menjadi : 1. Murid-murid Kristus yang sejati, yang mengenal Allah secara pribadi dan yang menjadikan Yesus pusat hidup mereka. 2. Orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya secara dewasa. 3. Orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh Kudus, yang bersandar pada Sabda Allah dan terbuka terhadap karya dan karunia Roh Kudus dalam segala bentuknya. 4. Saksi-saksi Kristus yang meyakinkan, yang dapat memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dalam lingkungan hidupnya masing-masing, sesuai dengan bakat dan karunia masingmasing. II.1.2 Komunitas juga bertujuan membina para anggotanya agar supaya mereka : 1. memiliki semangat pelayanan yang sejati. 2. memberikan pelayanan terpadu di bawah bimbingan Uskup, dalam pelbagai bentuknya, sesuai dengan kebutuhan Gereja dan karisma yang diberikan Tuhan kepada mereka. 3. menjadi sungguh-sungguh mampu dan terampil dalam bidang mereka masing-masing, sehingga pelayanan mereka sungguh-sungguh bermanfaat bagi umat Allah dan dapat dipertanggungjawabkan. 21 II.2 Syarat-syarat Keanggotaan Yang dapat diterima sebagai anggota komunitas adalah : 1. orang-orang Katolik yang telah dibaptis, baik yang sudah maupun belum atau tidak berkeluarga. 2. para calon baptis dapat diterima sampai tahap calon anggota, tetapi mereka tidak dapat mengadakan komitmen sebelum dibaptis. 3. orang Kristen non Katolik dapat diterima hanya sampai tahap calon anggota. Bila masa tahap calon anggota selesai dan mereka menyatakan bersedia bergabung dengan komunitas secara lebih dalam lagi, maka masa tahap calon anggota dapat diperpanjang untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pelajaran agama dalam rangka persiapan baptis. 4. imam dan calon imam, biarawan dan biarawati dapat diterima sebagai anggota luar biasa dalam komunitas, tetapi mereka tidak dapat dituntut untuk terlibat penuh seperti anggota biasa mengingat komitmen mereka di komunitas asalnya. 5. orang yang ingin menjalani hidup selibat demi kerajaan Allah. Mereka adalah baik pria maupun wanita yang mungkin sekali terpanggil untuk hidup selibat demi kerajaan Allah. Dengan demikian mereka dapat lebih bebas dan terbuka untuk doa dan pelayanan. Mereka dapat membentuk sel-sel komunitas sendiri dan bahkan hidup serumah, sesuai dengan panggilan masing-masing. Bagi mereka harus disediakan pembinaan khusus. II.3 Kewajiban-kewajiban Anggota Kewajiban-kewajiban anggota merupakan komitmen kepada KTM. Komitmen kepada KTM dan hubungannya dengan tahap-tahap keanggotaan dijelaskan secara lebih rinci dalam makalah 2b. ‘Komitmen kepada KTM’. II.4 Iman Katolik bagi Semua Anggota Komunitas II.4.1 Sehubungan dengan tujuan komunitas untuk membentuk anggota-anggotanya menjadi orang-orang Katolik yang dewasa, yang dapat mempertanggungjawabkan imannya secara dewasa, dan untuk membentuk mereka menjadi orang-orang Katolik yang penuh iman dan Roh Kudus, bersandar pada Sabda Allah serta terbuka pada karya dan karunia Roh Kudus dalam segala bentuknya, maka seorang anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus diharapkan untuk menjaga kemurnian iman Katoliknya dengan melakukan aktivitas dan pelayanan yang berada dalam lingkup Gereja Katolik. II.4.2 Adalah suatu hal yang tidak dapat dibenarkan bagi seorang anggota KTM untuk ikut aktif dalam kelompok-kelompok kerohanian di luar Gereja Katolik, misalnya menghadiri pertemuanpertemuan karena hal ini dapat membahayakan kemurnian iman Katoliknya. Sedangkan memberikan pengajaran kepada kelompok-kelompok non Katolik diperbolehkan. Apabila terjadi pelanggaran, maka jenjang kepemimpinan yang lebih tinggi melakukan pendekatan, kemudian teguran dan baru memberikan sanksi, yaitu anggota yang bersangkutan dikeluarkan dari KTM, bila ia tetap tidak mau taat. 22 II.5 Sel Komunitas dan Pertemuan Sel II.5.1 Sel komunitas Sel komunitas adalah suatu kelompok kecil yang mempunyai jalinan persahabatan yang erat di antara anggotanya, selalu berkembang biak, bersemangat dalam evangelisasi, pelayanan, pemuridan dan pembinaan pada anggota-anggotanya. Tekanan utama dalam sel adalah hubungan antar pribadi baik dengan Allah maupun dengan sesama. II.5.2 Manfaat yang dapat diperoleh dari sel komunitas Melalui sel komunitas, kita akan dibantu untuk : 1. bertumbuh dalam kemesraan dengan Allah. 2. bertumbuh dalam kasih persaudaraan. 3. berbagi tentang Yesus dengan orang lain. 4. melayani dalam Tubuh Kristus. 5. saling memberikan dukungan / saling membantu. 6. membangkitkan pemimpin-pemimpin baru. 7. mengembangkan bakat dan potensi kita. 8. memperdalam identitas Katolik kita. II.5.3 Pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh sel-sel komunitas: 1. Pertemuan sel Sel-sel komunitas mengadakan pertemuan minimal 2 minggu sekali, idealnya adalah seminggu sekali. Penentuan jangka waktu pertemuan ini dapat dibicarakan bersama dan disesuaikan dengan situasi masing-masing sel. Lama waktu diadakannya pertemuan sel yang paling ideal adalah 1½ - 2 jam. Usahakanlah agar tidak lebih dari 2 jam. Dalam jangka waktu 2 bulan, ada 3X pertemuan sel dan 1X pertemuan wilayah. 2. Pertemuan wilayah Pertemuan wilayah adalah pertemuan seluruh anggota sel se wilayah (lihat no. II.6.1 Struktur Komunitas). Catatan: Bila dalam pertemuan sel ada lebih banyak sharing, bisa sharing berdasarkan Kitab Suci atau topik-topik pengajaran, dalam pertemuan wilayah ada lebih banyak pengajaran yang merupakan semacam on going formation (artinya : pembinaan yang berkelanjutan atau terus menerus) berdasarkan kebutuhan wilayah masing-masing. 3. Pertemuan sel inti a. Sel inti terdiri dari seluruh anggota Dewan Pelayan Wilayah dan para Pelayan Sel beserta dengan wakil-wakilnya. Sel inti merupakan jantung kehidupan KTM yang menggerakkan sel-sel dalam komunitas. 23 b. Pertemuan sel inti diadakan sebulan sekali dan dipimpin oleh Pelayan Wilayah atau wakilnya. II.6 Kepemimpinan dalam Komunitas II.6.1 Struktur komunitas Seluruh komunitas dibagi menjadi sel-sel komunitas sebagai landasan dasar. Masingmasing sel terdiri dari 4-14 orang dan dipimpin oleh seorang Pelayan Sel yang dibantu oleh seorang Wakil Pelayan Sel. Mereka bekerja di bawah wewenang Dewan Pelayan Wilayah . Beberapa sel, biasanya 5, sesuai dengan keadaan, dikumpulkan menjadi satu wilayah, di bawah pimpinan Dewan Pelayan Wilayah. Dewan Pelayan Wilayah ini bekerja di bawah wewenang Dewan Pelayan Distrik. Beberapa wilayah, biasanya 5, sesuai dengan keadaan, dikumpulkan menjadi satu distrik, di bawah pimpinan Dewan Pelayan Distrik. Dewan Pelayan Distrik ini bekerja di bawah wewenang Dewan Pelayan Nasional. II.6.2 Skema struktur kepemimpinan dalam komunitas Team Gembala GEMBALA DPN DPN DPD DPW PS DPD DPD DPD DPD DPD DPW DPW DPW DPW DPW PS PS PS PS PS Keterangan : : Dewan Pelayan Nasional. : Dewan Pelayan Distrik. : Dewan Pelayan Wilayah. : Pelayan Sel. 24 II.7 Pelayanan Bersama 1. Anggota diharapkan untuk melakukan pelayanan bersama atas nama Komunitas Tritunggal Mahakudus, entah dalam sel / wilayah / distrik, untuk kepentingan Gereja lokal, yaitu paroki / keuskupan. Dengan melakukan pelayanan di paroki / keuskupan, komunitas bukanlah suatu kelompok yang eksklusif / khusus, yang terpisah dari kehidupan normal Gereja, melainkan suatu kelompok yang menjadi ragi bagi Gereja. 2. Pelayanan bersama ini hendaknya merupakan suatu bentuk pelayanan yang belum / tidak dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dalam paroki / Gereja, sehingga pelayanan ini bersifat khusus, artinya paroki / Gereja bisa merasakan identitas atau keberadaan komunitas lewat pelayanan ini. Idealnya satu sel / wilayah mempunyai anggota yang berada dalam satu paroki / Gereja sehingga lebih memungkinkan adanya kerja sama antar anggota untuk paroki / Gereja yang sama. 3. Mengingat pelayanan bersama ini mempunyai kepentingan yang luas, sangatlah diperlukan suatu pelayanan yang bisa diandalkan dan yang sekaligus membawakan nama baik komunitas. II.8 Hal Keuangan II.8.1 Untuk membiayai semua kegiatan komunitas demi pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidupnya, para anggota diharapkan untuk memberikan persembahan sebagai wujud keterlibatannya terhadap kelangsungan hidup komunitas dan rasa memiliki komunitas sebagai keluarga besar. II.8.2 Bentuk-bentuk persembahan: 1. Persembahan kasih. a. setiap anggota membuat komitmen untuk menentukan besarnya persembahan kasih setiap bulannya. b. persembahan kasih ini disetorkan langsung ke Bendahara Distrik oleh masing-masing Pelayan Sel setiap bulan dan Bendahara Distrik menyetorkan persembahan kasih ini kepada Bendahara Nasional setiap bulan. 2. Kolekte. Selain persembahan kasih, setiap bulan anggota memberikan kolekte pada tiap-tiap pertemuan sel. Separuh dari hasil kolekte tiap-tiap pertemuan sel diserahkan ke Bendahara Wilayah untuk membiayai segala kegiatan operasional dalam wilayah. Sedangkan separuhnya lagi masuk kas sel untuk membiayai keperluan dalam sel. Separuh dari hasil kolekte wilayah diserahkan ke Bendahara Distrik untuk membiayai segala kegiatan operasional dalam distrik. III. PENUTUP Mengenal KTM berarti mengenal segala kekayaan yang ada di dalamnya beserta segala peraturannya sebagai sarana serta berusaha menghayatinya. Peraturan-peraturan ini mempunyai tujuan satu, yaitu menghantar kita kepada kesempurnaan kasih atau kepada tujuan hidup Kristiani kita. 25 2b. KOMITMEN KEPADA KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS PENGANTAR Komunitas Tritunggal Mahakudus merupakan karya Roh Kudus bagi umat yang dikasihiNya. Ditengah-tengah arus kehidupan dunia dewasa ini, Roh Kudus menginginkan KTM menjadi tempat bagi orang beriman untuk hidup sesuai dengan Kitab Suci dan ajaran Gereja. Maka KTM merupakan sebuah persekutuan hidup, sebuah serikat orang beriman seperti yang dimaksudkan dalam Kitab Hukum Kanonik no. 298-299. Persekutuan hidup ini mengandaikan komitmen-komitmen tertentu dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. II. PENTINGNYA KOMITMEN Dalam KTM, anggota dengan berbagai kepentingan menjalani hidup bersama. Dalam menjalani hidup bersama ini kita berkumpul menjadi satu, berjalan, bertumbuh dan berkembang bersamasama. Agar supaya KTM dapat berjalan, bertumbuh dan berkembang dengan baik dibutuhkan adanya komitmen (artinya : perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu) yang harus dijalankan oleh setiap anggota KTM. Komitmen dimaksudkan terutama untuk kepentingan anggota sendiri karena kehidupan rohani yang terarah tidak mungkin dicapai tanpa komitmen. Di samping itu, tanpa komitmen KTM tidak bisa berkembang dan visi misinya akan sia-sia belaka. Kita juga mau mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan karena rahmat yang dicurahkanNya kepada kita lewat KTM dengan memenuhi komitmen kita sebagai anggota KTM. III. KOMITMEN ANGGOTA Komitmen untuk anggota KTM tidak seketat komitmen seorang biarawan, artinya komitmen ini tidak mewajibkan berdasarkan beban dosa. Melalui komitmen ini, setiap anggota mewajibkan dirinya untuk hidup menurut Statuta dan Panduan serta mentaati semua keputusan bersama yang diambil sesuai dengan Injil, ajaran Gereja, Statuta dan Panduan. Ia berwajib untuk memberikan prioritas kepada komunitas dan kegiatan-kegiatannya. Dalam ketaatan melakukan komitmen ini, anggota KTM mempersembahkan kehendak bebas mereka kepada Allah sebagai suatu kurban. Komitmen atau kewajiban yang harus dilakukan setiap anggota adalah : 1. Hadir dalam pertemuan sel dan pengajaran Anggota KTM hendaknya setia dalam menghadiri pertemuan sel dan pengajaran yang diadakan oleh wilayah atau distrik. Lewat kesetiaan pada pertemuan sel, anggota KTM bertumbuh dalam karunia-karunia yang digunakan untuk pelayanan. Roh Kudus memunculkan karunia-karunia baru atau memelihara serta meningkatkan karunia-karunia yang sudah ada. Pada waktuNya, Tuhan memunculkan nabi-nabi, tenaga-tenaga pengajar, rasul-rasul, pelayanpelayan dan pelbagai jabatan pelayanan lainnya. Dalam pertemuan pengajaran,anggota KTM menempuh Program Pembinaan Anggota sesuai dengan tahapannya. 26 2. Hadir dalam pertemuan bersama yang ditentukan : wilayah, distrik, nasional Tidak cukup bagi anggota KTM untuk menghadiri pertemuan sel saja. Ia hendaknya juga meng-hadiri pertemuan wilayah, distrik,maupun nasional yang telah ditentukan. Seorang anggota KTM hendaknya tidak eksklusif di dalam sel sendiri, tetapi ia hendaknya mengenal anggota KTM lainnya lewat pertemuan wilayah, distrik, nasional. Dengan menghadiri pertemuan-pertemuan ini, ia ikut ambil bagian dalam dinamika Roh Kudus yang terjadi di seluruh tubuh KTM serta mengalami perkembangan terakhir KTM. 3. Ikut melayani bersama komunitas Anggota KTM hendaknya melakukan pelayanan terpadu bersama dengan anggota komunitas lainnya. Pelayanan ini merupakan pelayanan bersama atas nama KTM, khususnya untuk kepentingan Gereja setempat. Pelayanan bersama harus diutamakan dan diprioritaskan di atas pelayanan pribadi. 4. jam Meluangkan waktu untuk doa pribadi dan bacaan Kitab Suci setiap hari minimal 1 Pelaksanaannya bisa dilakukan secara bertahap. Inilah kekuatan dasar anggota KTM : persatuan dengan Allah dalam doa pribadi dan bacaan Kitab Suci. Walaupun pada mulanya terasa sulit untuk dijalani, berkat pembinaan dan peran serta anggota KTM lainnya, lama kelamaan hal ini lebih merupakan suatu kebutuhan daripada sekedar suatu kewajiban. Bentuk doa pribadi yang disarankan ialah doa Yesus atau Lectio Divina, kemudian bisa ditambah dengan bentuk-bentuk doa lainnya : devosi, permohonan dll. Pada tahap awal seseorang bisa melakukan doa pribadi dan bacaan Kitab Suci dalam waktu yang memungkinkan, kemudian waktu ini bisa ditambah secara bertahap sampai tercapai setiap hari minimal 1 jam. 5. Menghadiri Perayaan Ekaristi harian minimal satu kali dalam satu minggu, di luar perayaan Ekaristi hari Minggu Anggota KTM hendaknya menghadiri misa harian minimal satu kali dalam satu minggu, agar persatuannya Allah semakin erat dan tak terpisahkan. 6. Menerima Sakramen Tobat secara teratur Anggota KTM diharapkan untuk menerima Sakramen Tobat tidak hanya menjelang Natal dan Paskah saja, melainkan secara teratur beberapa waktu sekali (bisa 1 bulan 1x, 2 bulan 1x, tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan). 7. Mendoakan doa penyerahan setiap hari Anggota KTM memulai harinya dengan berdoa tidak saja untuk dirinya sendiri, melainkan untuk seluruh komunitas : Gembala, Puteri Karmel, CSE dan KTM. Lewat penyerahan bersama ini anggota KTM menjalani kehidupan rohaninya bersama dengan semua saudara-saudarinya. 8. Memberikan persembahan kasih Untuk menjaga kelangsungan hidup KTM secara finansial, anggota KTM hendaknya memberikan persembahan kasih setiap bulan secara teratur. Persembahan kasih ini dikumpulkan oleh Pelayan Sel untuk kemudian dikirimkan ke kas distrik untuk pusat. Persembahan kasih ini juga merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan atas karuniakaruniaNya. Uang persembahan kasih dipakai untuk kepentingan bersama KTM dan dikelola oleh Dewan Pelayan Nasional. 27 IV. TAHAP-TAHAP KEANGGOTAAN Ada 4 tahap keanggotaan : 1. Tahap I : Peminat 2. Tahap II : Calon anggota 3. Tahap III : Anggota komitmen sementara 4. Tahap IV : Anggota komitmen penuh V. PENGUCAPAN KOMITMEN BERSAMA Anggota yang bisa memenuhi komitmennya berhak untuk mendapatkan tahap keanggotaannya dan mengucapkan komitmen bersama dengan anggota KTM lainnya. KTM berhak menolak seseorang untuk mengucapkan komitmennya bila ia dipandang tidak memenuhi syarat. Pengucapan komitmen bersama berlaku untuk anggota tahap III dan IV. Komitmen untuk anggota tahap III dan IV ini berlaku untuk setahun dan setelah itu bisa diperbaharui. VI. PENGHAYATAN KOMITMEN Komitmen atau kewajiban di atas bisa kita laksanakan dengan sepenuh hati bila kita mau mere-nungkan hal-hal sebagai berikut : 1. Agar KTM menjadi motor dan alat Tuhan untuk keselamatan manusia, anggota harus komit kepada KTM. Bila kita hanya mau mengikuti kehendak sendiri saja, kita tak pernah bisa menjadi motor dan alat Tuhan yang efektif untuk keselamatan manusia. Sebaliknya, bila kita mau melewati ‘pintu sempit’, Roh Kudus akan mampu berkarya penuh untuk menjadikan KTM motor dan alat Tuhan untuk keselamatan manusia dan kitapun akan turut bertumbuh bersama seluruh komunitas. 2. Agar bisa komit kepada KTM, anggota perlu memberikan prioritas kepada KTM. Anggota KTM dituntut untuk memberikan prioritasnya kepada KTM dengan segala kegiatannya. Anggota KTM boleh melakukan berbagai aktivitas pelayanan sejauh ia bisa memberikan prioritasnya kepada KTM dengan segala kegiatannya. 3. Ungkapan komitmen harus disertai suatu pengorbanan karena tanpa pengorbanan takkan ada komitmen dan kasih. Bila kita mau komit kepada KTM, kita harus mengorbankan waktu, energi, kegiatan dan keperluan lainnya, bahkan materi. Dengan berkurban, kita baru bisa komit. Pengurbanan tak mungkin terjadi bila tak dijiwai kasih. Pada akhirnya pengurbanan kita ialah untuk Tuhan. 28 4. Anggota yang paling komit akan menjadi anggota yang paling berkembang. Semakin komit seorang anggota, semakin banyak ia akan berkembang. Karena komitmen sebenarnya adalah untuk kepentingan anggota sendiri, semakin ia komit, semakin ia memupuk dan membina dirinya sendiri. Lewat komitmennya, anggota akan dibawa kepada kemajuan rohani yang menjadikannya semakin berkembang, semakin mantap, semakin dewasa dan semakin berkenan kepada Tuhan. 5. Komitmen merupakan kunci hidup atau matinya KTM karena KTM tidak mungkin berjalan tanpa komitmen. Bila kita cinta kepada KTM, serta memiliki a sense of belonging terhadapnya, kita menginginkan agar KTM tetap hidup. Bila demikian halnya, jalan yang harus kita tempuh adalah lewat komitmen kita kepada KTM dengan kesadaran bahwa KTM tak mungkin berjalan tanpa komitmen. VI. PENUTUP Komitmen kita kepada KTM dapat kita bandingkan dengan biji gandum yang jatuh ke tanah subur dan mati serta menghasilkan buah banyak (bdk Mat 13:1-9). Komitmen berarti kita harus mengurbankan sesuatu. Maukah kita melakukan komitmen ini dan menghasilkan buah banyak? 29 3. DOA I. PENGERTIAN Doa ialah ungkapan hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Allah terlebih dulu menyapa manusia dan manusia menjawab sapaan ini. Jawaban manusia atas sapaan Allah ini disebut doa. Jadi, doa tidak lain daripada dengan sadar memasuki hubungan yang pribadi dengan Allah dalam iman, harapan dan kasih. Dalam doa, iman dan cinta kasih memegang peranan yang utama. Oleh sebab itu, doa menjadi mudah bila iman dan cinta kasih terhadap Allah sungguh hidup. Sebaliknya, bila doa berkembang, iman dan cinta kasih itu sendiri ikut berkembang. Dengan kata lain, doa mengandaikan iman dan cinta kasih, tetapi sebaliknya doa itu sendiri menumbuhkan iman dan cinta kasih. II. PENTINGNYA DOA Teladan dan pengajaran Yesus sendiri menunjukkan betapa pentingnya doa dalam hidup pribadiNya. Tempat yang diberikan pada doa dalam hidup Yesus memberi keyakinan kepada kita akan nilai dan arti doa dalam hidup Kristiani daripada segala argumen. Di zaman ini, di mana hak azasi, keadilan sosial dan berbagai masalah nyata yang menyangkut kebutuhan dasar hidup manusia menuntut perhatian, tenaga dan waktu, doa tetap mempunyai arti yang teramat penting bagi kita. Apabila kita mengerti doa ini sebagai ungkapan hubungan cinta kita dengan Tuhan, tentunya kita ingin memperdalam pengetahuan kita tentang doa dan mempraktekkannya dalam hidup kita sehingga kita bisa menjalin hubungan yang mesra dengan Allah, seperti teladan Yesus sendiri yang mempunyai relasi yang mesra dengan BapaNya. Seorang kristen haruslah seorang pendoa. Ia harus bertemu dengan Tuhan di dalam doa. Ia harus menjadi dewasa di dalam Kristus : menemukan kehendak Tuhan di dalam hidupnya, mempunyai pribadi yang kuat dan berbicara dengan kuasa, mampu mengenali dan mengikuti bimbingan Roh Kudus, serta menolak roh jahat dalam hidupnya. Di dalam doa, seorang Kristen mendengarkan Tuhan dan menemukan kehendakNya bagi dirinya dalam situasi hidup di zaman ini. III. ROH KUDUS ADALAH SUMBER DOA KITA Doa merupakan aktivitas tertinggi manusia. Manusia yang ingin berdoa mencari Allah. Ia ingin berhubungan dengan Allah dan hidup dalam kemesraan Allah yang lebih besar. Karena itu ia mempelajari suatu metode untuk bisa mewujudkan cita-citanya ini. Akan tetapi, hal ini masih kurang lengkap. Manusia yang mencari Allah dengan sungguh-sungguh akan mengalami bahwa sebelum ia mencari Allah, Allah telah terlebih dulu mencarinya. Mengapa demikian ? Bila ia mencari Allah, sebabnya ialah karena tanpa disadari ia telah menemukan Dia. Jelaslah bahwa dalam segala usaha manusia untuk mencari Allah, sebenarnya Allahlah yang telah mulai terlebih dahulu. 30 Doa pertama-tama berarti dengan sadar memasuki koinonia (=persatuan, hubungan pribadi) dengan Bapa. Kita tidak mungkin dapat memasuki koinonia itu bila Ia tidak terlebih dahulu membuka diri bagi kita. Kita dapat mencintaiNya karena Ia telah terlebih dahulu mencintai kita dengan mengutus PuteraNya ke dunia, agar supaya kita mampu mencintai. Cinta kasih telah menjadi kenyataan dalam diri kita karena Putera telah mengutus Roh Kudus ke dalam hati kita dengan mencurahkan cinta kasih di dalamnya ( Rm 5 : 5 ). Oleh karena itu, sama seperti setiap kegiatan Kristiani kita, doa lebih merupakan aktivitas Roh Kudus daripada aktivitas manusia. Tentu saja, biarpun Roh Kudus sumber utamanya, perbuatan-perbuatan itu sepenuhnya perbuatan manusia. Roh Kuduslah yang menggerakkan dan memberi inspirasi kepada manusia dan manusia membiarkan dirinya dibimbing. Untuk bekerja sama dengan Roh Kudus, hanya ada satu sikap saja yang dituntut dari kita, yaitu menjadikan diri kita makin lama makin penurut dan makin terbuka, sehingga kitapun menjadi makin peka terhadap gerak-gerikNya dan dengan demikian setiap saat Roh Kudus dapat mendorong kita ke mana saja dikehendakiNya. IV. UNSUR-UNSUR INSANI DALAM DOA. Meskipun dalam hidup orang yang sungguh-sungguh mencari Allah peranan utama dijalankan oleh Roh Kudus, manusia harus berusaha dan berpartisipasi dalam karya ini. Perbuatanperbuatan manusia ini bukannya separuh karya Roh dan separuhnya lagi karya manusia, melainkan sekaligus 100% karya Roh dan 100% karya manusia. Roh Kudus adalah sumber perbuatan-perbuatan insani ini. Dialah yang menjiwainya dari dalam, tetapi biasanya secara tidak menyolok sama sekali, sehingga hampir-hampir tidak terlihat dan kita hanya dapat mengenali karyaNya dengan perantaraan buah-buah yang dihasilkannya ( kecuali pada saat-saat tertentu karena dorongan istimewa ). Karena Roh biasanya bertindak secara halus dan tidak menyolok sama sekali, dibutuhkan pandangan hati yang telah dimurnikan untuk dapat mengenali gerakan Roh Kudus. Justru karena kehalusan tindakan inilah ada bahaya, bahwa kita menghalang-halanginya, entah karena tidak tahu, entah karena kurang peka terhadapnya. Oleh sebab itu diperlukan kepekaan untuk dapat menangkap gerakan Roh Kudus ini. Ada 2 fase / tahap manusia menjadikan dirinya lebih peka terhadap karya Roh Kudus : 1. menyingkirkan segala halangan yang merintangi karya Roh Kudus atau membebaskan manusia dari semua belenggu yang menghambat geraknya kepada Tuhan. 2. memperhatikan terus-menerus Roh Kudus yang hadir di dalam lubuk hatinya, sehingga sedikit demi sedikit kehadiranNya memenuhi seluruh keberadaan manusia dan akhirnya mengubah seluruh hidupnya. Kedua tahap ini tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tidak dapat berada tanpa yang lain. Tahap membebaskan dari segala ikatan dengan sendirinya mengarahkan hati yang telah bebas tadi kepada Roh Kudus dalam dirinya dan mempersatukannya dengan Dia yang dirindukannya. Sebaliknya tahap memperhatikan kehadiran Roh Kudus dalam dirinya 31 membebaskan manusia dari segala ikatannya karena Dia memancarkan suatu cahaya baru atas segala perkara dan membantu kita melihat nilai yang tidak abadi. V. DOA LISAN DAN DOA BATIN Doa dapat diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda, dapat berupa suatu pujian, syukur, sembah sujud, permohonan. Doa dapat diungkapkan dalam kata-kata, atau hanya dalam pikiran saja, atau bahkan hanya dengan diam di hadirat Allah saja. Dari sinilah dibedakan antara doa lisan dan doa batin. V.1 Doa Lisan Termasuk dalam doa lisan ialah semua doa yang diucapkan atau dibaca dari teks dengan suara lantang atau perlahan. Jenis-jenis doa lisan : doa mazmur. jalan salib. doa rosario. doa spontan. doa-doa yang dicetak. doa pagi dan malam. dll. doa mazmur Sejak semula mazmur merupakan doa yang amat dihargai Gereja. Yesus sendiri juga berdoa mazmur, baik bersama dengan murid-muridNya, maupun secara pribadi. Mazmur mengungkapkan situasi manusia di hadapan Allah dan hubungannya dengan sesama. Karena itu di dalam mazmur kita jumpai unsur-unsur pujian, sembah sujud, penyesalan, peresapan Sabda Allah, peristiwa keselamatan, pemberontakan hati manusia dll. Maka mazmur merupakan suatu bentuk doa yang hidup. Mazmur dapat didoakan bersama ataupun sendirian, dapat dinyanyikan, diresitir (= dibacakan dengan nada datar), atau dibaca biasa. Membaca mazmur dengan suara yang terdengar sangat berguna untuk membantu konsentrasi sehingga kita dapat meresapkan mazmur ke dalam hati. Dengan perantaraan mazmur kita dapat belajar berdoa kepada Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita. Dengan mencoba menghayati apa yang hidup dalam diri pengarang suci, sedikit demi sedikit kita akan memasuki pikiran Allah. 32 jalan salib Jalan salib merupakan suatu bentuk devosi yang dikenal orang banyak dalam Gereja. Devosi adalah suatu bentuk ibadat pribadi yang bernilai relatif dan tidak berlaku / diwajibkan untuk semua orang. Bila devosi ini menolong, dapat dipakai, tetapi bila tidak, kita tidak perlu merasa terikat. Dengan mendoakan jalan salib kita ikut merasa bersama dengan Kristus penderitaan yang ditanggungNya bagi kita. Dalam mendoakan jalan salib kita harus lebih mengarahkan perhatian pada sikap Yesus dalam menanggung semuanya itu daripada pada penderitaan itu sendiri. Kita hendaknya lebih memperhatikan cinta dan ketaatanNya kepada Bapa serta cinta kasihNya kepada kita sehingga dengan rela Ia mau menanggung semuanya itu. Selain itu, janganlah kita berhenti pada kesengsaraan Kristus, melainkan sadar, bahwa salib adalah jalan kebangkitan. Waktu mendoakan jalan salib kita tak usah menyelesaikan semua perhentian. Lebih baik bila kita mendoakan sebagian dengan lebih sadar dan diresap-resapkan, daripada mendoakan seluruhnya dengan tergesa-gesa. doa rosario Doa rosario merupakan suatu ungkapan kebaktian bagi Maria. Walau bagi banyak orang doa ini sangat menolong perkembangan hidup rohani mereka, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mendoakan rosario.Rosario lebih merupakan suatu devosi, suatu ibadat pribadi, dan bukan kewajiban bagi setiap orang Kristen. Doa rosario dapat kita doakan sambil merenungkan peristiwa-peristiwa yang disajikan atau dapat pula hanya dengan sadar mendoakan Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan tanpa merenungkan peristiwa-peristiwa itu. Dalam arti tertentu malah lebih baik tidak usah merenungkan peristiwaperistiwa itu supaya kita semakin dapat masuk ke dalam suatu doa yang lebih mendalam. Karena pengulangan doa yang berirama itu, sedikit demi sedikit timbullah suatu keheningan dalam diri kita, sehingga kita dibawa masuk ke dalam suatu bentuk doa yang lebih dalam, semacam kontemplasi. Dalam keheningan ini Roh Kudus dapat mencurahkan rahmatNya dengan lebih leluasa. Dengan perantaraan doa rosario ini, ada orang-orang yang dibawa masuk ke dalam suatu bentuk doa yang dalam sekali. doa spontan Doa spontan adalah doa yang kita ungkapkan secara spontan kepada Allah, menurut dorongan hati masing-masing, berupa suatu percakapan kepada Allah. Kita dapat berbicara kepada Allah dan menyampaikan kepadaNya segala isi hati kita : persoalan dan pengharapan, pujian dan syukur, permohonan dan kerinduan hati. Doa spontan ini dapat diungkapkan dalam pertemuan-pertemuan doa tertentu, atau dalam doadoa pribadi kita. Bila kita mengungkapkan doa ini, hendaknya diingat bahwa nilai doa tidak tergantung pada keindahan kalimat-kalimatnya, melainkan tergantung pada besar kecilnya iman, pengharapan dan cinta yang mendorong dan menjiwainya. Maka dari itu doa spontan kita 33 hendaknya sederhana, tidak dibuat-buat, tidak mencari-cari kata-kata yang indah, melainkan mengungkapkan keadaan dan hidup kita sehari-hari, serta kerinduan hati kita. Sewaktu berdoa spontan kita harus sadar bahwa kita ini anak Allah sendiri, bahwa Bapa kita selalu memperhatikan kepentingan anak-anakNya. V.2 Doa Batin Bila kita ingin berkembang dalam hidup rohani dan hubungan yang lebih mesra dengan Allah, kita harus menjalankan doa batin. Doa batin menuntut aktivitas batin yang lebih besar dan perhatian yang lebih intensif. Bila kita berdoa sebentar saja atau hanya membaca rumus doa yang sudah ada, kita tidak membutuhkan suatu metode. Akan tetapi, bila kita mau berdoa lebih lama dan lebih intensif, kita membutuhkan suatu metode : suatu bantuan untuk menolong kita sampai ke tujuan, yaitu persatuan cinta kasih dengan Allah. Karena itu suatu metode hanya bersifat menolong dan berguna sejauh metode itu dapat menolong. Tiap-tiap metode bersifat terbatas, artinya tidak dapat dikenakan pada setiap orang dan karena itu setiap orang harus menemukan metodenya sendiri. Meskipun demikian, tiap metode memiliki nilai yang berbeda, yang satu lebih dari yang lain. Nilai suatu metode harus diukur menurut kemampuannya membawa orang ke tujuan yang tertinggi, yaitu persatuan dengan Allah. Dalam hidup doa, perkembangan senantiasa menuju pada kesederhanaan. Ada beberapa metode yang dapat kita pakai dalam hidup doa kita, namun ini tidak berarti bahwa kita harus memakai semua metode itu. Pada permulaan, cobalah beberapa metode dan kemudian pilihlah mana yang paling cocok. Janganlah berganti-ganti metode, melainkan berpeganglah pada satu metode saja sampai mendalam. Bila kita terlalu sering berganti metode untuk variasi, tidak satu metodepun akan kita kuasai sungguh-sungguh, padahal supaya mencapai kemajuan dalam hidup rohani dibutuhkan ketekunan. Beberapa metode doa batin : 1. Lectio Divina / bacaan meditatif Lectio Divina merupakan bentuk doa yang paling tua dalam Gereja dan hingga sekarang masih banyak dipakai. Metode ini mampu membawa orang kepada bentuk dan pengalaman doa yang amat dalam. Lectio Divina terdiri dari 4 langkah : 1. pembacaan. Bahan diambil dari Kitab Suci atau dari karya para pengarang rohani bermutu, yang memiliki pengalaman Allah yang mendalam. Bahan ini harus mampu membangkitkan cinta kepada Allah dan mendorong kita untuk mencariNya. 34 2. meditasi. Kita meresap-resapkan apa yang dibaca tadi. Bila ada kalimat yang menyentuh, kita berhenti dan membiarkan kalimat itu mengendap dalam hati. Satu Sabda yang mengendap dalam hati lebih berharga dari banyak Sabda yang hanya melintas dalam pikiran saja. 3. doa. Kita mengungkapkan hubungan pribadi kita dengan Allah dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan dll. Doa ini harus merupakan suatu dialog dan bukannya suatu monolog belaka. Allahpun harus diberi kesempatan untuk berbicara dan kita mendengarkan. 4. kontemplasi. (Kata kontemplasi sebenarnya berasal dari kata ‘contemplare’, artinya memandang dengan penuh perhatian). Dalam kontemplasi, kita memandang Allah beserta misteri-misteriNya dalam suatu sikap iman penuh kekaguman. Menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah kita tidak dapat menemukan kata-kata lagi, sehingga satu-satunya sikap yang pantas hanyalah diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan kepada Allah. Kita membiarkan diri untuk diperlakukan Allah menurut rencana dan kehendakNya. Dalam prosesnya lectio divina akan berkembang. Pada awalnya lectio atau pembacaan meditatif menyita waktu lebih banyak. Bila sendirian, pembacaan dapat dilakukan dengan suara yang terdengar, supaya membantu konsentrasi kita. Kemudian bisa saja orang segera beralih ke meditasi atau doa, sesuai dengan perkembangan masing-masing. Bila pada awal kontemplasi hanya mendapat waktu sedikit, lama-kelamaan dapat menjadi lebih banyak. 2. doa nama Doa nama merupakan suatu bentuk doa yang sangat sederhana tetapi mampu membawa kita pada suatu kedalaman yang amat besar. Dasar doa nama ini terletak dalam kuasa nama Allah : menyerukan nama Allah berarti memanggil Pribadi Allah sendiri untuk hadir. Sesungguhnya Allah sudah senantiasa hadir, tetapi dengan menyebutkan namaNya, kita menyadari kehadiranNya dan membiarkan kehadiran itu meliputi diri kita serta mengubahnya. Di luar kalangan Kristen doa ini populer sekali : dalam Budhisme, Hinduisme dan Islam. Dalam kalangan orang Kristen, doa nama yang paling dikenal ialah doa Yesus. doa Yesus Doa Yesus ini amat populer di Gereja Timur dan akhir-akhir ini doa inipun mulai tersebar luas dalam Gereja Katolik. Doa ini disebut doa Yesus karena inti doa ini ialah penyeruan nama Yesus. Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil Yesus sendiri untuk hadir, atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari. 35 Secara konkrit kata-kata yang digunakan dalam doa Yesus adalah sebagai berikut : “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku“ atau “Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang berdosa ini“ (seruan si buta di Yerikho yang memohon kesembuhan pada Yesus dalam Luk 18 : 38) atau “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini“ (doa si pemungut bea dalam Luk 18 : 13) atau “Tuhan Yesus“ atau “Yesus”. Sangat dianjurkan untuk berpegang pada satu rumusan saja dan tidak berganti-ganti. Kita dapat mengiramakan doa Yesus dengan pernafasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya waktu menarik napas kita mendoakan : “Tuhan Yesus Kristus” dan waktu mengeluarkan napas : “kasihanilah aku“ atau “Tuhan“ dan “Yesus“ saja, atau bahkan hanya nama Yesus saja : “Ye–su“. Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang dan menemukan damai. Doa ini hendaklah dijalankan dengan maksud dan tujuan yang murni. Doa ini hendaklah merupakan suatu persembahan murni kepada Allah, persembahan diri kita sendiri, yang diungkapkan dengan persembahan waktu secara cuma-cuma. Doa ini harus tanpa tujuan, kecuali untuk sekedar hadir pada Allah yang dirindukan jiwa kita. Janganlah kita mencari perasaan atau pengalaman tertentu dalam doa ini, namun kita hanya hadir pada Allah saja. Dalam keheningan dan ketenangan ini Allah akan dapat menyatakan diri kepada kita secara rahasia. Secara rahasia pula Ia akan mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita sehingga tanpa kita mengerti bagaimana hati kita akan mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia. 3. doa dalam bahasa roh Doa dalam bahasa roh bukanlah suatu metode doa yang dapat dipelajari seperti metode-metode lain, melainkan merupakan suatu karunia yang harus kita mohon kepada Allah. Karunia ini biasanya diberikan bila seseorang mendapat Pencurahan Roh Kudus atau bisa juga di luar saat itu. Karunia doa ini merupakan suatu karunia doa adikodrati. Bila kita berdoa dalam bahasa roh, kita lebih mudah memusatkan diri kepada Allah walaupun tanpa gagasan / gambaran. Doa ini melampaui kekuatan kodrati manusia dan merupakan ungkapan dari sesuatu yang tidak dapat diungkapkan, dari sifat Allah yang melampaui segala gagasan dan pikiran. Karunia doa ini membantu orang dalam perkembangan kehidupan doa dan kehidupan rohaninya. 36 VI. PENUTUP Doa haruslah merupakan bagian integral hidup kita. Bila doa kita jalankan dengan tepat dan sesuai dengan syarat-syaratnya, doa akan mempengaruhi, bahkan mengubah hidup kita. Dengan doa batin yang dijalankan dengan baik dan tekun, khususnya doa yang lebih hening, hidup kita akan memperoleh suatu dimensi baru yang lebih dalam. Dunia tetap seperti semula, tetapi karena pandangan kita berubah, kita melihatnya secara baru pula. Karena persatuan kita dengan Tuhan semakin diilahikan, penilaian kita semakin serasi dengan penilaian Tuhan. Dengan perantaraan doa kita akan dapat menemukan keseimbangan dalam hidup serta menemukan arti terdalam panggilan kita sebagai orang Kristen. Karena persatuan kita dengan Tuhan, kita akan mulai mengalami hidup abadi sudah dalam dunia ini, sekarang ini juga, seperti yang diungkapkan Santo Yohanes : “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada Nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu (sudah) memiliki hidup yang kekal.“ (1 Yoh 5 : 13). 37 4. DOA YESUS I. APAKAH DOA ITU ? Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan. Dalam doa kita masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita. Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya sendiri. Ia begitu mengasihi kita dan Ia ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus Bapa menawarkan cintaNya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup denganNya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Agar supaya kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya, Allah telah mengutus RohNya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26) II. YESUS ADALAH TELADAN KITA DALAM BERDOA Yesus adalah pendoa yang sejati. Dalam seluruh hidupNya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan BapaNya. Kita melihat dalam Injil : Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35); Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-muridNya (Luk 9:28-30); dalam pelayananNya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajalNya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubunganNya yang mesra dengan Allah Bapa. Semakin Yesus bergaul mesra dengan BapaNya, semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa, seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34 “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” dan dalam Yoh 5:19 “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubunganNya yang mesra dengan BapaNya ini. Ia mengutus RohNya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anakanakNya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:2). 38 III. INTI DOA YESUS Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus. Itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasihNya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu. Doa ini bersandar pada kekuatan nama Allah. “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kis 2:21, Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiranNya. Nama Yesus itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita. IV. RUMUSAN DOA YESUS Secara konkrit rumusan doa Yesus berbunyi : “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan : “ Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38). Ada pula yang memakai seruan si pemungut cukai : “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Tuhan Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja. Kata-katanya dapat berbeda beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta menceraiberaikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini. V. LATIHAN PENYADARAN Seringkali orang sukar sekali berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya ia dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Dalam latihan penyadaran itu kita dapat mengarahkan diri pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernafasan dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi. Latihan ini sebaiknya dilakukan di luar doa Yesus. Kalau dipakai di dalamnya juga, baiklah secara singkat saja, 2-3 menit sudah cukup. 39 VI. DOA DAN PERNAPASAN Doa ini dapat dimulai dengan bantuan tasbih. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh, misalnya mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll. Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya : waktu menarik napas, kita mendoakan: “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas, kita menyerukan : “kasihanilah aku.” Rumusan ini dapat pula lebih pendek: “Tuhan” dan “Yesus” saja, bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye—sus” atau “Ye—su.” Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang dan menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ideide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, sehingga terciptalah harmoni. VII. HALANGAN-HALANGAN DOA Menurut St. Theresa dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati. Kita tidak boleh menyimpan jimat, belajar ilmu gaib / bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap / perdukunan / tukang ramal / dosa. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahimanNya / belas kasihanNya. VIII. MOTIVASI BERDOA Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa Yesus hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah, yang diungkapkan dengan persembahan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, atau pemborosan waktu bagiNya, sebab Dia pantas dicintai demi diriNya sendiri. Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir kepada Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga, sebab dalam keheningan dan ketenangan Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa mengetahui bagaimana caranya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia. 40 IX. GEJALA-GEJALA YANG KADANG-KADANG MENYERTAI DALAM DOA Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala-gejala seperti : badan bergoyang ke depan / belakang / samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat / dingin, dll. Pengalamanpengalaman tersebut tidak usah diperhatikan. Janganlah kita mencari pengalaman-pengalaman dalam doa. Kalau ada pengalaman, kita sepantasnya bersyukur; kalau tidak ada pengalaman, kita juga tetap bersyukur sebab dalam doa kita tidak mencari hiburan / pengalaman melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita. X. BUAH-BUAH DOA YESUS 1. Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, manusia terpecah belah, pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam (susah-senang, sakit hati, cinta-dendam) dan kemauan menjadi lemah. Dalam Tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi, dengan pikiran yang mengulang-ulang nama Yesus dan hati yang terpusat kepada Allah, pribadi kita akan menjadi utuh kembali, daya perhatian dan konsentrasi kita diperbesar serta ingatan kita menjadi lebih kuat. 2. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, buah-buah Roh (Gal 5:22) juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari. 3. Bila doa Yesus dilakukan dengan tekun dan setia, doa ini akan menghantar kita kepada kontemplasi yang murni, karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah, yaitu kehadiran Yesus. Pelanturan sedikit demi sedikit berkurang, dan pada akhirnya hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan kita akan berdoa dalam roh dan kebenaran serta mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini kita dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis / kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur, dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini kita akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah serta mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Kita dibebaskan dari segala macam kerisauan serta lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budi kita akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga kita akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun dalam karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. 4. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan kita. 41 XI. KEHENINGAN DAN KONTEMPLASI Bila suatu saat kita merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, turutilah dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus, asalkan dalam diam itu kita secara samarsamar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini janganlah takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan kita dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri kita. Tanpa tahu bagaimana caranya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang. Doa Yesus dapat mengahantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata ‘contemplare’ yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteriNya. Kita memandangNya dengan sikap iman penuh kekaguman seraya menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga kita tidak menemukan kata-kata lagi dan satu-satunya sikap yang pantas hanyalah diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Kita membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendakNya. XII. SIKAP TUBUH DALAM DOA YESUS 1. Duduklah di atas dingklik / kursi / bantal doa atau duduklah bersila. 2. Usahakan supaya punggung tegak dan pandangan lurus kedepan. 3. Letakkan tangan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup. 4. Pejamkan mata. 5. Bernafaslah biasa. 42 5. LECTIO DIVINA I. PENDAHULUAN Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes. Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih. Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya seperti air dari sumber (Dei Verbum 7,10,21). Pada awalnya tidak ada pembacaan Kitab Suci yang diorganisir dan metodis, yang ada hanyalah praktek umat Kristiani yang diteruskan dari generasi ke generasi. Sistematisasi Lectio Divina dalam empat jenjang baru terjadi pada abad XII. Pada sekitar tahun 1150 Guigo, seorang rahib, mengajukan teori empat jenjang dalam pembacaan Kitab Suci. Hal ini didapatkannya ketika suatu kali tiba-tiba nampak dalam budinya empat tangga jenjang rohani, yaitu pembacaan, meditasi, doa dan kontemplasi. Ini adalah tangga yang dinaiki para rahib dari bumi ke surga. Jenjangnya hanya sedikit tetapi luar biasa tingginya, dengan ujung bawah tegak di atas bumi dan ujung atas menerobos awan-awan mencari rahasia surga. Setiap jenjang ini menghasilkan efek yang khas dalam diri orang yang membaca Kitab Suci. II. TUJUAN LECTIO DIVINA Kita mencoba untuk mencapai apa yang dikatakan Kitab Suci: “Sabda sangat dekat padamu, dalam mulutmu dan dalam hatimu, untuk kamu laksanakan” (Ul 30:14). Kita mengunyah dan mencerna Sabda Tuhan dalam mulut lewat pembacaan, dalam hati lewat meditasi dan doa, dan pelaksanaannya dalam hidup lewat iman yang dikuatkan oleh kontemplasi. Tujuan Lecito Divina adalah tujuan Kitab Suci sendiri, yaitu: 1. Untuk memperoleh hikmat yang dapat membawa kepada keselamatan karena iman akan Yesus Kristus (bdk. 2 Tim 3:15). 2. Untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran dan dengan demikian membimbing umat Allah untuk segala pekerjaan baik (bdk. 2 Tim 3:16-17). 3. Untuk membantu kita belajar dari kesalahan pendahulu-pendahulu kita agar tidak jatuh dalam kesalahan / dosa yang serupa (bdk. 1 Kor 10:6-10). 43 III. EMPAT LANGKAH LECTIO DIVINA Empat jenjang Lectio Divina adalah pembacaan, meditasi, doa, kontemplasi. Tidak selalu mudah membedakan yang satu dari yang lain. Apa yang dikatakan beberapa orang tentang pembacaan, oleh yang lain dapat dikenakan pada meditasi, dsb. Sikap membaca misalnya, dapat berlangsung juga selama meditasi. Keempat sikap itu ada dan berlangsung bersama sepanjang seluruh proses lectio divina, meskipun intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapai seseorang. III.1 Langkah Pertama: Pembacaan (Lectio) Pembacaan berarti mempelajari Kitab Suci dengan kerajinan dan perhatian besar. Dengan membaca dengan jelas, perlahan-lahan dan lantang kita menempatkan Sabda Allah di mulut kita, seperti menempatkan makanan pada mulut kita. Membaca merupakan titik awal. Langkah ini membuat pembaca berpijak di bumi. Hal ini perlu sebagai persiapan untuk meditasi dan dialog dengan Tuhan, agar meditasi bukanlah hanya buah khayalan belaka namun berdasarkan teks Kitab Suci dan realitas. Membaca dengan penuh perhatian membantu agar teks Kitab Suci tidak dimanipulasi dan disempitkan menurut pendapat dan keinginan kita sendiri, karena teks mempunyai arti dalam dirinya sendiri tak tergantung pada orang yang membacanya. Dalam hal inilah sumbangan studi Kitab Suci muncul untuk membantu Lectio Divina yang baik. Kita perlu mengenal teks dalam rangka konteksnya. Catatan: Bagi yang mampu, baiklah mengikuti studi Kitab Suci yang membahas aspek literer, historis dan teologis, tetapi dalam hal ini harus waspada terhadap tafsiran yang rasionalistik tanpa iman, yang sering masih dijumpai dalam studi-studi Kitab Suci. Di samping itu perlu disadari, bahwa untuk dapat melakukan lectio divina tidak mutlak harus melakukan studi ilmiah dan kecuali itu hendaknya disadari pula, bahwa semua itu bukan tujuan lectio divina, melainkan hanya sarana untuk mencapai tujuan. Langkah pertama ini mau menjawab pertanyaan: ‘Apa yang dikatakan teks?’ Membaca teks haruslah dengan penuh perhatian dan hormat karena setiap kata berasal dari Allah. Tuhanlah yang memberikan sabda itu kepada kita dengan cara yang sangat pribadi. Mengingat-ingat Sabda adalah juga berarti mengingat Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus. Membaca teks berulang kali bagi diri sendiri sehingga hati kita terpusat pada Sabda sudah mengarah pada doa batin. Bila ada gagasan atau kalimat atau kata yang menarik perhatian kita, hendaklah berhenti di situ. Pembacaan harus membuat kita menjadi akrab dengan teks sampai pada titik di mana teks menjadi kata-kata kita sendiri. Kasianus berkata: ‘Diresapi dengan perasaan yang sama dengan yang meresapi penulisan teks, sehingga seakan-akan kita menjadi penulis-penulisnya’. Saat itulah kita dapat mengetahui bahwa Allah mencoba mengatakan sesuatu kepada kita. Pada saat itu kita menundukkan kepala, menjadi hening dan membuka pendengaran kita: “Aku mau mendengarkan apa yang dikatakan Allah, Tuhan” (Mzm 85:9). Pada saat itulah pembacaan bergerak menuju langkah kedua, yaitu meditasi. 44 III.2 Langkah Kedua: Meditasi (Meditatio) Jika langkah pertama mau menjawab pertanyaan: ‘Apa yang dikatakan teks?’, maka meditasi mau menjawab pertanyaan: “Apa yang teks katakan kepada kita saat ini, di sini, di tempat ini?” Begitu kita sudah menempatkan Sabda Allah ini dalam mulut kita dan mulai mengunyahnya, maka kita sudah mulai bermeditasi berdasarkan teks tersebut. Meditasi berarti memamah, mengunyah Sabda dan berdiam dengan tenang menikmati setiap potong Sabda untuk menyarikan maknanya. Berdialoglah dengan teks melalui pertanyaan reflektif, misalnya: apakah persamaan dan perbedaan situasi yang ada pada teks dan sekarang? Konflik apa yang ada dalam teks dan juga menjadi konflik pada situasi sekarang ini? Apakah pesan teks untuk situasi sekarang? Perubahan sikap apa yang disarankan teks bagiku? Hal apa yang menurut teks harus tumbuh dalam diriku? Setiap kata dari teks hendaklah ditujukan pada diri sendiri. Penting kita perhatikan bahwa langkah ini adalah proses intuitif, sehingga kita dapat melakukannya seperti sedang membaca surat cinta berulang-ulang. Setiap kata begitu kita nikmati dan menjadi bagian diri kita. Bila kita membaca surat dari kekasih kita, kita bahkan hafal kalimat-kalimat yang tertulis itu. Orang yang bermeditasi merenungkan dan merasakan kebenaran yang tersembunyi dalam Sabda Allah dan menjadikannya sebagai kebijaksanaan dalam hidupnya. Bermeditasi ini pada hakikatnya mendengarkan kata-kata yang dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan makna yang terkandung dalam Sabda tersebut. Sulit menentukan dengan tegas pada saat mana orang beralih dari meditasi ke doa sebagaimana kita sulit mengatakan dengan tepat bilamana orang beralih dari masa remaja ke masa dewasa. Namun ada patokan yang dapat digunakan. Meditasi membuat makna teks itu terbuka bagi kita dan relevan dengan situasi sekarang dan memberi gambaran akan apa yang diminta Allah dari kita. Bila kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diminta Allah, tibalah saatnya kita bertanya: Sekarang apa yang hendak kukatakan kepada Allah? Apakah aku menerima atau tidak? Bila yang diminta Allah pada kita menjadi jelas, maka menjadi jelas juga segala keterbatasan, hambatan dan ketidakmampuan kita. Pada saat itu dapatlah kita memohon kepadaNya: “Tuhan, bangkitlah, bantulah kami” (Mzm 44:27). Dengan kata lain, meditasi ini adalah benih doa. Teresia Avila menambahkan unsur penting untuk membantu bermeditasi, yaitu menempatkan diri kita di dalam hadirat Tuhan. Teresia mengajar kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang amat dekat pada kita. III.3 Langkah Ketiga: Doa (Oratio) Dalam membaca kita bertanya: ‘Apa yang dikatakan teks?’. Dalam meditasi kita bertanya: ‘Apa yang dikatakan teks kepadaku?’. Sedangkan dalam berdoa kita bertanya: ‘Aku diajak teks mengatakan apa kepada Allah?’ Dalam langkah ketiga ini kita memberi tanggapan dan mengungkapkan di hadirat Allah, apa yang dibangkitkan dalam diri kita oleh Sabda yang telah kita renungkan. Doa adalah tanggapan yang muncul dari hati kita atas Sabda Tuhan. Doa ini dapat berupa permohonan, pujian, syukur atau penyesalan. Kita dapat mengungkapkan doa kita dalam suatu percakapan dengan Yesus atau 45 Bapa, boleh juga kadang-kadang dengan Roh Kudus, secara spontan, seperti seorang sahabat yang berbicara dengan sahabatnya yang mengasihi dia, seperti yang diungkapkan Santa Teresa Avila. Percakapan ini hendaknya spontan, sederhana, wajar, tanpa dibuat-buat. Supaya tidak menjadi monolog, doa ini harus bermuara dalam kontemplasi. III.4 Langkah Keempat: Kontemplasi (Contemplatio) Bila pembacaan Sabda berulang-ulang meletakkan Sabda pada bibir kita, meditasi menempatkan Sabda dalam pikiran kita, doa menempatkan Sabda pada hati kita, maka dengan bantuan rahmat Tuhan, kontemplasi mengukirkan Sabda pada roh kita. Kontemplasi berasal dari kata latin ‘contemplare’, yang berarti memandang. Doa kita berubah dari suatu percakapan menjadi suatu pandangan kasih dalam iman, dalam keheningan, tanpa kata-kata, tanpa gagasan. Bila pada awalnya saat-saat kontemplasi ini hanya singkat saja, lama kelamaan, bila kita setia, saat-saat itu dapat menjadi lebih panjang dan bila Tuhan berkenan, orang bahkan ditarik ke dalam keheningan yang besar dan keterserapan dalam Allah. Dalam keheningan dan kedamaian inilah Allah mencurahkan kasih dan kebijaksanaanNya. Walaupun demikian janganlah memaksa tinggal dalam keheningan itu bila tidak ditarik dari dalam, sebab kalau demikian keheningan itu menjadi kekosongan yang steril. Sebaliknya bila orang ditarik ke dalam keheningan dari dalam, janganlah takut, sebab itu sungguh suatu rahmat yang besar. Kita bisa tetap diam tenang pada inti terdalam jiwa, menunggu, memandang dan merasakan kehadiranNya yang melampaui kata-kata. Kita berjumpa dengan Sang Sabda sendiri. Kita diangkat untuk mengenal Dia yang sudah lebih dulu mengenal kita sedalam-dalamnya. Kita diangkat untuk mencintai dan dicintai dalam kekuatan Roh yang berdoa di dalam diri kita. Dengan memasuki suatu cahaya yang baru kita mengalami transformasi. Kita telah sampai pada sumber air hidup dan diberi minum secara cuma-cuma dari Sang Penyelamat kita. Bila kita mulai keluar lagi dari keheningan, artinya tidak terpusat lagi, kita dapat mulai lagi proses dari awal, dari langkah I dan seterusnya, atau dapat juga sekedar mengulang-ulangi nama Yesus. IV. PENUTUP Dalam melakukan Lectio Divina kita perlu kedisiplinan, ketenangan hati dan tentunya rahmat Tuhan sendiri. Hal terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Sabda melainkan banyak mencinta sebagaimana diucapkan Teresa Avila. Semoga melalui Lectio Divina kita semakin mengalami persatuan dengan Tuhan. 46 6. PENGANTAR KITAB SUCI UMUM I. APA ITU ALKITAB Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab yang berarti Sang Kitab (Kitab itu; the Book). Kata ini dipakai oleh orang Arab untuk menunjuk pada kitab suci orang Yahudi dan Kristen. Namun ini kurang tepat karena Alkitab tidak hanya terdiri dari satu kitab, melainkan banyak, sehingga dalam bahasa Yunani disebut ‘ta biblia’ yang artinya kitab-kitab. I.1 Buku Sejarah Karya Allah, Kesaksian tentang Allah dan Jawaban Manusia Semua kitab dalam Alkitab memberikan kesaksian mengenai karya Allah dan reaksi umat baik secara kelompok maupun perorangan atas karya Tuhan. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan sejarah perjanjian Allah dengan bangsa Israel, sedangkan dalam Perjanjian Baru dituliskan sejarah perjanjian Allah dengan seluruh umat manusia lewat Yesus Kristus. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru muncul dari pengalaman umat. Penulisan Alkitab dimaksudkan agar ingatan akan perjanjian itu dikekalkan (bdk Yos 24:25-28), diteruskan dari satu generasi ke generasi lain (Ul 6:4-9; 32:45-47) sehingga mengikat juga generasi zaman sekarang (Ul 5:3). I.2 Buku Gereja dan Buku Iman Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah. Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya. Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan ‘hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja’. Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah (Dei Verbum 26; Ad Gentes 15:21). I.3 Sabda Allah dalam Bahasa Manusia Alkitab disebut Sabda Allah karena pertama, Alkitab memberi kesaksian tentang Allah, yakni tentang Allah yang menyatakan diriNya melalui perbuatan, perkataan , peristiwa hidup manusia dalam sejarah; kedua, kitab yang memberi kesaksian tentang Allah ini ditulis atas dorongan, hembusan dan ilham Roh Kudus. Kitab Suci adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia, artinya melalui Kitab Suci Allah berbicara kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Oleh 47 karena itu ungkapan-ungkapan dalam Kitab Suci tidak dapat dipisahkan dari zaman, waktu dan budaya tertentu. II. KANON ALKITAB II.1 Pengertian Kanon Kanon adalah kata Yunani yang berasal dari kata ‘qane’ (bahasa Ibrani), yang berarti galah atau tongkat pengukur. Kata kanon dalam Gereja diartikan sebagai daftar resmi kitab-kitab yang diakui sebagai Sabda Allah. Inilah yang menjadi ukuran, pedoman dan kaidah iman Gereja. II.2 Terjadinya Kanon Alkitab Proses terjadinya kanon Alkitab ini sangat panjang dan rumit. Pada awalnya orang Yahudi belum mempunyai daftar resmi dari kitab-kitab yang diakui sebagai Kitab Suci. Pada zaman Yesuspun belum ada ketentuan yang pasti mengenai jumlah Kitab-kitab (Perjanjian Lama) yang diakui oleh semua jemaat Yahudi, sebab selain kitab-kitab berbahasa Ibrani, beredar juga kitab berbahasa Yunani yang jumlahnya tidak sama. II.2.1 Kanon Yahudi / Kanon Yamnia / Kanon Ibrani Sekolah Yamnia pada tahun 91-100 memutuskan kitab-kitab yang termasuk kanonik adalah: Kitab Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan Kitab-kitab para nabi (Nebiim) : mengenal pembagian nabi-nabi awali dan nabi-nabi kemudian Kitab-kitab lain (Ketubim) yaitu: Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra, Nehemia, dan 1-2 Tawarikh. Inilah yang disebut kanon Ibrani yang kemudian diikuti oleh orang Kristen Protestan. II.2.2 Septuaginta, Vetus Latina, Vulgata Septuaginta yang berbahasa Yunani memuat lebih banyak kitab daripada yang terdapat dalam kanon Yamnia. Selain kitab-kitab yang termuat dalam kanon Yamnia (Ibrani), Septuaginta juga memuat kitab-kitab berikut: Tobit Yudit 1-4 Makabe Doa Manaseh 48 Kebijaksanaan Salomo Yesus Bin Sirakh Mazmur Salomo Barukh Surat Yeremia. Jelas dari daftar ini bahwa tidak semua kitab yang terdapat dalam Septuaginta kemudian diterima oleh Gereja Katolik sebagai kanonik. Gereja Para Rasul menggunakan Kitab-kitab (Perjanjian Lama) berbahasa Yunani yaitu Septuaginta karena perkembangan Gereja ke arah internasional. Sementara itu di bagian barat dunia Kekristenan yang tidak berbahasa Yunani, Septuaginta diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan disebut Vetus Latina. Karena naskah terjemahan Vetus Latina sangat beragam, maka tahun 382 St. Hieronimus diperintahkan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan yang lebih kritis langsung dari Kitab berbahasa Ibrani. Tidak semua kitab yang terdapat dalam kanon Yahudi diterjemahkan. Lama kelamaan terjemahannya ini dipakai bersama Vetus Latina dan disebut Vulgata. II.2.3 Penetapan Kanon Perjanjian Lama dan Baru Gereja Katolik II.2.3.1 Kanon Perjanjian Lama Kanon Perjanjian Lama ditetapkan secara definitif oleh Gereja Katolik dalam konsili Trente pada sidang yang keempat tanggal 8 April 1546. Konsili mengambil sikap ini karena orang Protestan menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yamnia / Yahudi. Kitab-kitab yang diakui dalam konsili Trente tapi ditolak oleh orang Protestan sejak Sixtus dari Siena (abad 16) disebut Deuterokanonik. Deuterokanonik artinya yang diterima kemudian dalam kanon. Kitab-kitab yang lain disebut protokanonik, yang artinya diterima pertama dalam kanon. Kedua istilah ini tidak tepat karena tidak mengungkapkan secara benar sejarah terjadinya kanon. Dasar atau tolok ukur penetapan kanon Perjanjian Lama pada Konsili Trente adalah penggunaan kitab-kitab tersebut secara terus-menerus dalam Gereja baik dalam ibadat, teologi maupun dalam katekese. Penetapan Konsili Trente bersifat definitif, artinya kanon Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian baru sudah ditutup, tidak mungkin ditambah lagi. Cara menghitung jumlah kitab PL menurut kanon Katolik : 1. Kej 2. Kel 3. Im 49 4. Bil 5. Ul 6. Yos 7. Hak 8. Rut 9. 1 Sam 10. 2 Sam 11. 1 Raj 12. 2 Raj 13. 1 Taw 14. 2 Taw 15. Ezr 16. Neh 17. Tob 18. Ydt 19. Est dan tamb Est 20. 1 Mak 21. 2 Mak 22. Ayb 23. Mzm 24. Ams 25. Pkh 26. Kid 27. Keb 28. Sir 50 29. Yes 30. Yer 31. Rat 32. Bar dan S. Yer 33. Yeh 34. Dan dan tamb Dan 35. Hos 36. Yl 37. Am 38. Ob 39. Yun 40. Mi 41. Nah 42. Hab 43. Zef 44. Hag 45. Za 46. Mal Pengurutan ini (yang diikuti oleh Alkitab terbitan Nusa Indah dan Bimas Katolik dalam 3 jilid) dibuat berdasarkan kelompok menurut jenis kesusasteraannya dan isinya: Kelompok I (no. 1-5) disebut Pentateukh, artinya Panca Gulungan. Kitab-kitab ini memandang ke masa lampau, ke awal mula dunia dan Israel. Pada umumnya berbentuk ceritera dan hukum. Kelima kitab ini disebut Taurat Musa. Kelompok II (no. 6-21) disebut Kitab-kitab Sejarah. Pada dasarnya kitab-kitab ini menceritakan karya-karya Allah di masa lampau kepada bangsa Israel dan reaksi Israel terhadap karya Allah itu. Bentuknya prosa. 51 Kelompok III (no. 22-28) disebut Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Nyanyian. Kitab-kitab ini pada dasarnya merefleksikan hidup, yakni bagaimana menghayati hidup secara benar. Ciri pengajaran amat menonjol. Umumnya berbentuk puisi. Kelompok IV (no. 29-46) disebut Kitab-kitab Kenabian. Kita-kitab ini berbicara tentang karya Allah di masa mendatang berdasarkan kenyataan dan pengalaman sekarang dan karya Allah di masa lampau. Umumnya berbentuk puisi. Kita perlu mengetahui urutan dan pengelompokkan ini bukan saja untuk mempermudah mencari tempatnya dalam Alkitab tetapi juga untuk menyadari sifat dan hakikatnya masing-masing. II.2.3.2 Kanon Perjanjian Baru II.2.3.2.1 Proses Terbentuknya Kanon Perjanjian Baru Kanon Perjanjian Baru mengalami proses lebih sederhana. Pada mulanya tidak ada kesepakatan mengenai jumlah kitab. Antara tahun 40 sampai 120 para murid Yesus menyebarkan ajaran lisan. Setelah di banyak tempat terjadi hubungan, maka mulailah ditulis surat-surat, terutama bila para rasul melihat adanya masalah khusus dan mendesak (bdk 2 Tes 2:2,15; 1 Kor 5:9). Lamakelamaan dengan adanya pergantian generasi, mulailah juga ditulis pokok-pokok iman yang penting termasuk ajaran dan wejangan Yesus.Dari situlah mulai berkembang penulisan kisah Yesus yang disebut Injil dan Kisah Para Rasul. Menjelang akhir abad pertama banyak beredar tulisan-tulisan. Ada juga tulisan yang menyesatkan, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan umat. Pada akhir abad kedua sejumlah tokoh penting menyusun daftar tulisan yang berwibawa. Tahun 190 ada Kanon Muratori, tahun 254 Origenes menyusun daftar juga, tahun 303 Eusebius menyusun daftar kitab yang diterima, yang masih diperdebatkan dan ditolak. Hanya melalui proses yang perlahanlahan, kumpulan kitab orang Kristen itu menjadi Perjanjian Baru yang sekarang. Sejarah singkat terbentuknya kanon Perjanjian Baru adalah sebagai berikut: Kesaksian tertua tentang jumlah Perjanjian Baru yang 27 kitab itu berasal dari Athanasius, Uskup Alexandria (dalam surat Paskah tahun 367). Suatu sinode di Roma dalam dokumen yang disebut ‘Dekrit Damasus’ (tahun 382) menetapkan 27 kitab untuk PB, yakni seperti yang kita miliki sekarang. Keputusan sinode ini sama dengan ajaran Athanasius dan Hieronimus. Dekrit Damasus menyatakan dengan jelas bahwa kanon Kitab Suci itu ditetapkan oleh Gereja Katolik yang universal. Perlu diingat primat dan otoritas Gereja Roma yang diakui oleh gereja-gereja lokal lainnya. Pada akhir abad IV banyak gereja lokal menerima keputusan dekrit Damasus tersebut, yakni konsili di Hippo (Afrika) pada tahun 393; konsili Kartago (Afrika) pada tahun 397 dan 419. Konsili umum di Firenze (Italia) pada tahun 1441 juga meneguhkan kanon tersebut. Keputusan yang definitif bagi Gereja Katolik terjadi dalam Konsili Trente (tahun 1546) yang menetapkan kanon seluruh Alkitab, yaitu 45 kitab untuk Perjanjian Lama dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru. 52 II.2.3.2.2 Isi Kanon Perjanjian Baru Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab dan surat yang diatur dengan urutan sebagai berikut: a) Injil terdiri dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes yang memberi kesaksian tentang ajaran dan karya Yesus selama hidupNya di dunia. b) Kisah Para Rasul yang berbentuk cerita dan wejangan seperti terdapat dalam Injil. Kisah yang mendapat sorotan utama adalah apa yang terjadi setelah Yesus tidak lagi berkarya di dunia. c) Surat-surat yang terdiri dari: 13 surat Paulus dengan menempatkan surat-surat kepada jemaat pada tempat pertama disusul dengan surat-surat kepada tokoh-tokoh tertentu. Surat kepada Orang Ibrani ditempatkan menyusul setelah surat-surat Paulus karena gaya bahasanya memang mirip dengan gaya bahasa Paulus. Namun diragukan sebagai benar-benar karangan Paulus. Surat-surat Katolik yang terdiri dari 7 karangan. Disebut Katolik yang berarti umum karena tidak ditujukan kepada jemaat tertentu. Surat-surat Katolik terdiri dari 1 Ptr (ditujukan kepada sejumlah jemaat), 1 Yoh (kepada umum), Yak, 2 Ptr, Yud (tanpa alamat), 2 Yoh dan 3 Yoh (ditujukan kepada orang tertentu). d) Wahyu Yohanes ditempatkan paling akhir sebab kitab ini berbicara tentang akhir dari seluruh sejarah manusia. 53 7. PENGANTAR KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA I. SEJARAH ISRAEL Perjanjian Lama adalah buku sejarah yang amat khusus. Buku ini tidak hanya berbicara tentang sejarah Israel tapi juga tentang sejarah keterlibatan Allah dalam sejarah tersebut. Perjanjian Lama memuat buku-buku yang dihasilkan Israel dalam perjalanan sejarahnya. Buku ini menyebut banyak peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu serta menyusunnya menurut urutan dan peredaran waktu, khususnya dalam Penteteukh dan kitab-kitab sejarah. Buku-buku lain haruslah juga dimengerti menurut latar belakang sejarahnya. Buku-buku yang bukan merupakan buku sejarah juga mempunyai hubungan dengan sejarah Israel. Contohnya adalah Kitab-kitab Kebijaksanaan dan nyanyian di mana ditunjukkan keterkaitan buku-buku ini dengan raja Yehuda, Daud, Salomo. Sejarah Israel dapat dibagi atas lima periode yaitu: I.1 Periode Awal Mula Periode awal mula dihitung mulai dari Abraham sampai dengan zaman para hakim. Ada yang menyebut periode ini zaman pra-kerajaan. Zaman para hakim dimulai pada zaman pasca pemukiman dan pendudukan tanah Kanaan sampai munculnya sistem kerajaan pada 10 SM. Ada 12 hakim yang disebut dalam Kitab Suci. Umumnya kedua belas hakim itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok yang berperang dan kelompok yang memerintah. Periode awal mula dapat dibagi lagi dalam beberapa fase yaitu: I.1.1 Fase Bapa Bangsa (Kej 12-50) Israel menyebut nenek moyang mereka dengan ‘mereka’. Nama nenek moyang mereka adalah Abraham, Ishak dan Yakub. Ketiganya sangat kerap disebut sejajar. Mereka ini kita sebut bapabapa bangsa, namun hanya Yakublah yang dikatakan sebagai bapa dari kedua belas suku Israel. Cerita tentang bapa-bapa bangsa ini terdapat dalam Kitab Kejadian dengan perincian sebagai berikut: Abraham (Kej 12-25), Ishak (Kej 26), Yakub (Kej 25-36). Cerita tentang Yakub ini dilanjutkan dalam cerita tentang Yusuf (Kej 37-50) sehingga bagian ini juga dimasukkan dalam fase bapa bangsa. Bagian Kitab Suci yang berbicara tentang bapa-bapa bangsa Israel bukanlah dokumen sejarah, melainkan cerita-cerita iman. Sulit sekali menempatkan cerita-cerita ini dalam konteks sejarah Timur Tengah Purba karena teks-teks ini tidak selalu mengandung data-data sejarah dalam pengertian modern. I.1.2 Fase Eksodus (Kel 1-15) Eksodus berarti keberangkatan atau berjalan keluar. Dalam hal ini berarti keberangkatan atau pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Kel 1-15 ini bukanlah sejarah yang terjadi sesudah 54 bapa-bapa bangsa. Dari sudut sejarah kita hanya dapat mengatakan bahwa teks-teks ini memberikan kesaksian bahwa Israel juga punya awal sejarah di Mesir. Kel 1-15 ini bukanlah suatu dokumen sejarah. Seluruhnya adalah cerita iman. Kel 1-15 ini mengandung teologi yaitu bahwa Tuhan mengubah jeritan bangsa Israel menjadi nyanyian sukacita. I.1.3 Fase Padang Gurun (Kel 15-Ul) Fase ini berbicara tentang perjalanan Israel melalui padang gurun, akan tetapi tidak seluruhnya berbicara tentang perjalanan Israel melainkan juga berbicara tentang hukum, peraturan dan pendudukan suatu daerah. Kel 15-Ul adalah suatu dokumen iman dan bukan dokumen sejarah. Dokumen-dokumen yang berbicara tentang ‘wilayah’ padang gurun ini praktis tidak ada dan pengenalan kita tentang semananjung Sinai amatlah terbatas. Dari penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen ini, muncullah hipotesa yang mengatakan bahwa letak Gunung Sinai itu di semenanjung Arab, antara Edom dan Midian. Menurut hipotesa ini Midian terletak di sebelah tenggara teluk Aqaba. Kesimpulan selanjutnya adalah bahwa letak Gunung Sinai amat sulit dipastikan. Gunung ini lebih mempunyai arti teologis daripada historis. I.1.4 Fase Pemukiman dan Pendudukan (Yos-Hak 1) Pemukiman dan pendudukan adalah dua istilah yang berdekatan artinya tetapi tidak persis sama. Pemukiman bisa terjadi tanpa kekerasan sedangkan pendudukan selalu disertai kekerasan. Fase ini menurut Kitab Suci merupakan tahap baru dalam sejarah Israel. Pemukiman dan pendudukan tanah Kanaan oleh suku-suku Israel tidak begitu saja dapat dikatakan terjadi sesudah kelompok yang dipimpin Musa (yang dikenal dengan kelompok orang-orang apiru) bebas dari Mesir. Ada berbagai kelompok atau suku yang memasuki Kanaan dan mungkin tidak terjadi dalam waktu bersamaan. Dokumen pertama yang menjadi sumber untuk mempelajari sejarah pemukiman dan pendudukan tanah Kanaan adalah kitab Yosua. Kitab ini berbicara tentang pendudukan tanah Kanaan yang dilakukan oleh semua suku Israel secara bersama-sama di bawah pimpinan Yosua. Setelah seluruh Kanaan ditaklukkan, lalu diadakan pembagian tanah Kanaan di antara suku-suku Israel dan disebut pula batas-batas tanah untuk masing-masing suku (Yos 13-19). Kitab ini ditutup dengan berbagai ketetapan, keputusan, nasihat dan perjanjian untuk menjamin hidup bersama dan kesetiaan kepada Tuhan (Yos 20-24). Terdapat kesulitan dari segi arkeologi Palestina karena tidak semua tempat yang disebut dalam Kitab Suci dapat ditentukan dengan pasti. Data-data arkeologis bersifat ambigu (mendua arti), misalnya kehancuran suatu kota bisa disebabkan oleh banyak hal dan kita tak dapat memastikan penyebabnya. Namun bagaimanapun juga, penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan bahwa pada abad ke 13-12 SM Palestina mengalami pergolakan sosial dan politik yang sangat besar. 55 I.2 Periode Kerajaan Periode kerajaan (1030-586 SM) mulai dari pendirian kerajaan sampai keruntuhan kerajaan Yehuda. Ada dua kekuatan besar yang sangat mempengaruhi sejarah Israel dalam periode ini, yaitu Asyur (mulai pertengahan abad ke-8 sampai tahun 622 SM) dan Babel (mulai tahun 622 SM sampai keruntuhan kerajaan Yehuda). Di samping kedua kerajaan besar ini, Israel juga menghadapi kerajaan-kerajaan kecil tetangganya, yaitu kerajaan kota orang Filistin di pantai barat dan kerajaan Edom, Moab, Amon dan Aram di perbatasan timurnya. Israel yang pada zaman para hakim terdiri atas suku-suku, mulai awal abad 10 SM berubah menjadi Israel yang mempunyai kerajaan dan kekuasaan pusat dengan raja, ibu kota dan politik luar negerinya sendiri. Kitab yang berbicara tentang periode ini adalah 1-2 Sam, 1-2 Raj, 1-2 Taw. Dalam sejarah Israel pada periode ini, yang pada umumnya memegang peranan adalah tokohtokoh politik utama, yaitu para raja. Di samping mereka ada tokoh lain, yaitu para nabi. Mereka berada di luar lingkungan kekuasaan tetapi sangat vokal melontarkan kritik-kritik tajam atas situasi politik zamannya. Para nabi ini akan kita bicarakan secara lebih khusus di bawah. Kitab-kitab Samuel dan Raja-raja termasuk buku-buku di mana Israel menuliskan sejarahnya. Peristiwa-peristiwa diurutkan menurut urutan kronologisnya. Sumber-sumber penulisan sejarah ini kadang-kadang dituliskan khususnya dalam kitab Raja-raja. Akan tetapi, perlu kita perhatikan bahwa bahan-bahan yang digunakan tidak selalu bersifat sejarah, ada yang bersifat cerita-cerita rakyat. Sejarah yang dituliskan di sini sudah mendapat penafsiran teologis. I.2.1 Sekilas mengenai Raja-raja Pertama Israel I.2.1.1 Saul Kerajaan pertama Israel terbentuk di bawah kekuasaan raja Saul (1 Sam 1-15). Kitab Suci memberikan tiga versi tentang bagaimana Saul menjadi raja. Ketiga versi itu adalah: pertama, melalui Samuel dengan urapan secara rahasia (1Sam 9:1-10:16); kedua, melalui undian dalam suatu rapat rakyat di Mizpa (1 Sam 10:17-27); ketiga, melalui rapat rakyat di Gilgal setelah Saul menyelamatkan Yabesy-Gilead dari orang Amon (1Sam 11:1-15). Tentu saja ketiga hal ini bukan bersifat laporan tetapi masing-masing cerita mau menyampaikan arti dari peristiwa Saul menjadi raja. I.2.1.2 Daud Selanjutnya, kerajaan Israel berada di tangan Raja Daud. Di bawah pemerintahan Daud, Israel mengalami kejayaan dan kekuasaan yang amat besar. Teologi yang diberikan pengarang Kitab Suci tentang pemerintahan Raja Daud adalah bahwa kebesaran Daud terjadi karena pertolongan Tuhan. Kita hanya dapat mengerti teologi ini bila kita memahami latar belakang pandangan pengarang tentang kedudukan raja dalam hubungannya dengan Tuhan. Bangsa-bangsa Timur Tengah Purba memandang raja sebagai wakil Tuhan di dunia; oleh karena itu kerajaannya bersifat sakral. 56 I.2.1.3 Salomo Raja yang tidak kalah pentingnya dalam sejarah Israel adalah Raja Salomo, yang dikenal sebagai raja pembangun. Salomo membangun banyak sekali, antara lain bait suci, kompleks istana, tembok kota Yerusalem; memperkuat kota-kota: Hazor, Megido dan Gezer, Bet Horon hilir, Baalat dan Tamar di Yehuda; membangun 4000 kandang kuda untuk 12000 kuda, gudanggudang perbekalan/kota-kota perbekalan dan membuat kapal-kapal di Ezion-Geber. Dampak dari semua proyek pembangunan ini sangat besar. Rakyat harus memikul seluruh bebannya. Semua demi kepentingan raja dan diatur dari pusat. Salomo memang memiliki perangkat kekuasaan pusat yang lengkap.Dia membagi kerajaannya atas dua belas wilayah yang masing-masing dikepalai oleh kepala daerah. Salomo mengerahkan orang-orang pekerja rodi dari seluruh Israel. Dapat diduga bahwa penindasan ini kemudian membangkitkan suatu perlawanan/pemberontakan, salah satunya dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat dari suku Efraim. Israel pada masa ini banyak menggalang hubungan dagang internasional yang cukup luas (1Raj 9:26-10:29). Bahasa dalam teks ini bersifat hiperbolis namun juga mengandung kebenaran historis. Hubungan dagang dilakukan melalui laut dan darat. Mungkin untuk urusan dagang ini pula, ratu Syeba datang berkunjung ke Yerusalem menemui raja Salomo. Setelah kematian Salomo, maka kerajaan Daud-Salomo pecah menjadi kerajaan Israel (bagian utara) dan kerajaan Yehuda (bagian selatan). Sejarah kedua kerajaan terdapat dalam kitab-kitab Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk, Obaja, Yehezkiel dan dokumen-dokumen sejarah Timur Tengah Purba, terutama dokumen kemaharajaan Asyur. I.3 Periode Pembuangan Setelah Salomo meninggal dunia, anaknya Rehabeam seharusnya menggantikannya. Tetapi pada pertemuan pertama dengan wakil suku di Sikhem, sebagaimana diceritakan dalam 1Raj 12:1-24, Rehabeam tidak mau mengindahkan tuntutan yang wajar dari suku-suku di Palestina Tengah dan Utara. Suku-suku ini menuntut agar ia memperingan beban pajak dan kerja paksa. Akhirnya Rehabeam ditolak oleh suku-suku itu dan mereka mengangkat Yerobeam menjadi raja. Rehabeam hanya diakui sebagai raja oleh suku Yehuda dan oleh sebagian dari suku Benyamin karena terpaksa. Suku Benyamin terpaksa mengakui Rehabeam sebagai raja karena sebagian dari wilayahnya diduduki oleh raja tersebut. Sejak tahun 930 SM timbul kedua kerajaan mini, yaitu Kerajaan Yehuda (selatan) dan Kerajaan Israel (utara). Sepanjang abad ke-9 SM kerajaan Israel (utara) mengalami ancaman dari tetangga sebelah utara, yaitu bangsa Aram. Sering terjadi peperangan melawan bangsa itu. Raja Omri (886-875 SM) tidak berdaya melawan Aram. Ia mendirikan ibu kota yang baru, yakni Samaria. Tahun 724 SM raja Salmaneser V datang dan menghancurkan kota-kota kerajaan Israel (utara). Samaria dikepung selama kurang lebih tiga tahun dan jatuh pada tahun 722 SM. Dengan ini berakhirlah kerajaan Israel dan Samaria menjadi salah satu propinsi Asyur. Sargon II (722-705 SM) yang menggantikan Salmaneser V mengangkut banyak orang Israel ke pembuangan. Masyarakat lapisan atas dibawa sebagai orang buangan ke Mesopotamia. Sebagai gantinya orang dari Mesopotamia dipindahkan ke wilayah bekas kerajaan Israel itu. Demikianlah lama kelamaan muncul suatu bangsa campuran yang terdiri dari unsur Israel, unsur Kanaan dan unsur Mesopotami. Di kemudian hari orang campuran ini tidak diterima lagi sebagai ‘sisa Israel yang 57 sah’ oleh kaum Yahudi sesudah masa pembuangan. Mereka itulah yang selanjutnya disebut orang-orang Samaria. Sejarah kerajaan Yehuda selama 20 tahun terakhir sebelum kehancurannya diwarnai oleh perbuatan dan tindakan bodoh para raja di Yerusalem. Hal ini terjadi karena adanya dua kelompok penasihat istana, yang satu pro-Babel dan yang lain pro-Mesir (2Raj 23:31-25:26 dan Kitab Yeremia). Sekitar tahun 604 SM Babel menguasai seluruh wilayah Siria-Palestina. Kota Yerusalem dikepung selama satu setengah tahun dan dihancurkan total pada tahun 587 SM. Dalam perang melawan Babel ini banyak sekali orang tewas. Lapisan atas penduduk yang tersisa, antara lain raja, pangeran, tukang besi, dibuang ke Babel. Inilah yang disebut pembuangan kedua atau pembuangan besar. Periode ini singkat tapi sangat menentukan dalam perjalanan iman Israel. Para penulis Kitab Suci merenungkan peristiwa ini dan melihatnya sebagai akibat dari pengkhianatan Israel dan kekerasan hati mereka yang tidak mau mendengarkan para nabi yang memanggil mereka kembali pada pertobatan. I.4 Periode sesudah Pembuangan Periode sesudah pembuangan (538-332 SM) mulai dari kembalinya orang-orang buangan ke Palestina sampai dengan keruntuhan kekuasaan Persia. Ada yang menyebut periode ini zaman Persia dan yang lain menyebutnya zaman pembaharuan. Raja Koresy memberikan izin kepada orang-orang buangan di Babel untuk pulang ke Yehuda (Ezr 1:2-4). Namun tidak semua orang mau menggunakan kesempatan ini. Sebagian yang tidak mau kembali adalah orang-orang yang keadaan sosial ekonominya di Babel sudah baik. Mereka itulah yang menjadi asal-usul kelompok Yahudi di Mesopotamia yang selanjutnya berperan penting dalam perkembangan Yudaisme. Kelompok yang pulang ke Yehuda adalah orang-orang yang tidak terlalu berhasil di wilayah pembuangan, atau mereka yang sangat dipengaruhi oleh pewartaan Yeremia, Yehezkiel dan terutama Deutero Yesaya mengenai masa keselamatan yang akan datang sesudah pembuangan di Babel. Mereka pulang dengan semangat yang besar. I.5 Periode Yudaisme Periode Yudaisme (332-63 SM) merupakan zaman kekuasaan Yunani sehingga ada yang menyebutnya periode Yunani. Disebut Yudaisme karena mulai zaman ini agama Yahudi menunjukkan ciri-cirinya yang menonjol. Pada intinya agama Yahudi yang berkembang sesudah pembuangan Babel ini amat mengagungkan Taurat sebagai pusat hidup keagamaan. 58 II. GEOGRAFI PALESTINA Tuhan telah menyatakan diriNya melaluli sejarah Israel. Bangsa ini berdiam di suatu negeri yang diberikan Tuhan sebagai hadiah. Dengan demikian bahasa pernyataan diri Allah ditentukan dalam banyak hal oleh keadaan daerah itu, yakni letak geografisnya, struktur fisik dan iklimnya serta flora dan faunanya. Jadi untuk mengerti lebih baik bahasa Kitab Suci, kita perlu mengenal keadaan tempat bangsa Israel berdiam. Kita perlu mengenal geografi Kitab Suci. Kitab Suci mempunyai beberapa nama/sebutan untuk negeri yang didiami oleh orang Israel yaitu: 1. Tanah Filistin (Kel 15:14) atau tanah Filistea (Yes 14:29,31) 2. Negeri Israel yang kadang-kadang menunjuk seluruh negeri (1 Sam 13:19; 1 Taw 22:3) tetapi kadang-kadang hanya menunjuk wilayah utara yakni kerajaan Israel. 3. Tanah Kanaan atau negeri Orang Kanaan (Kej 12:5; 13:12; Kel 13:5,11) 4. Tanah Perjanjian merupakan sebutan yang sering digunakan khususnya dalam kitab Ulangan. Palestina terletak di antara tiga benua, yaitu Asia, Afrika dan Eropa, di antara dua laut, yakni Laut Tengah dan Laut Merah serta di antara dua lembah yang sangat subur dan luas, yakni lembah Mesopotamia dan lembah sungai Nil. Perjalanan sejarah Israel tidak bisa tidak amat dipengaruhi oleh perkembangan politik, ekonomi dan kebudayaan daerah itu. II.1 Batas-batas Tanah Perjanjian Sungai Yordan adalah perbatasan timur Tanah Perjanjian. Tradisi tentang penyeberangan sungai Yordan (Yos. 3-4) membuktikan hal itu. Batas barat adalah Laut Tengah. Akan tetapi perlu dicatat bahwa Israel sama sekali tidak dapat menguasai seluruh pantai Palestina karena bagian selatannya dikuasai oleh orang Filistin. Sedangkan batas selatan adalah Mesir dan padang gurun Negeb.Tradisi tentang pengintaian tanah Kanaan dari Selatan (Bil 13) menunjukkan hal itu. Jarak utara – selatan biasanya disebut “dari dan sampai Bersyeba” (Hak 20:1; 1 Sam 3:20). Dari catatan yang ada kita dapat lihat bahwa Tanah Perjanjian tidaklah luas, hanya 13.000 km persegi. Bangsa yang berbatasan dengan Palestina adalah Edom, Moab dan Amon. II.2 Geografi Fisik (Topografi) Menurut keadaan permukaan tanahnya, Palestina terbagi atas empat daerah, yaitu: 1. daerah dataran pantai 2. daerah pegunungan 59 3. daerah Lembah Yordan 4. daerah pegunungan, dataran tinggi seberang timur Sungai Yordan (=Transyordania) II.3 Iklim Palestina mempunyai dua musim, yaitu musim panas dan musim dingin. Musim dingin berarti musim menabur dan musim panas sama dengan musim menuai. Musim dingin juga berarti musim hujan. Hujan awal yang turun pada bulan Nopember (8 hari hujan) dan hujan akhir yang turun dalam bulan Maret-April (14 hari hujan) sangat penting dan menentukan untuk berhasilnya tanaman. Kesuburan Palestina tergantung melulu dari hujan seperti terdapat dalam Ul 11:10-12: “Memang negeri ke mana engkau masuk dan mendudukinya bukanlah negeri yang seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar; di sana engkau menabur benih kemudian kau airi dengan kaki, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, kemana engkau pergi untuk mendudukinya ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara Tuhan, Allahmu. Mata Tuhan, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun”. Selama musim kering (7 bulan) praktis sama sekali tidak pernah turun hujan. Tanaman bisa bertahan hidup dari embun. Kelaparan yang kerap disebut dalam Perjanjian Lama diakibatkan terutama karena tidak ada hujan dan embun (1 Raj. 17:1, Kej 12:10; Rut 1:1; 2 Sam 21:1; Yer 14:1-6). Embun adalah tanda berkat dari Tuhan (Kej. 27:28; Ul 33:13). II.4 Flora Palestina mempunyai 2600 jenis tumbuh-tumbuhan. Jumlah ini sangat besar mengingat wilayahnya sebagian terdiri dari padang gurun. Jenis tanaman yang beraneka ragam ini disebabkan jenis tanahnya yang sangat bervariasi. Dari 2600 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada, Kitab Suci hanya menyebut 110 jenis. Hal ini bukan berarti bahwa Kitab Suci tidak mempunyai perhatian terhadap alam. Dari semua Kitab Suci agama-agama di dunia, Kitab Suci kita yang paling besar perhatiannya terhadap alam. Tumbuh-tumbuhan sering dihubungkan dengan ritus-ritus keagamaan, dengan hidup manusia. Membaca Kitab Suci tanpa sedikit mengenal flora Palestina akan menimbulkan banyak kesulitan. Kitab Suci tidak mengenal istilah tumbuh-tumbuhan atau ‘tanaman’. Kata yang dekat dengan ini ialah ‘yereq’ atau yang hijau (bdk. Kej 1:30). Kej 1:11-12 membagi tumbuh-tumbuhan atas dua jenis,yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji. 60 Tujuh jenis tanaman pokok yang menjadi berkat bagi orang Israel adalah: 1. Gandum dan jelai Makanan pokok orang Israel adalah roti yang dibuat dari gandum dan jelai. Kedua tanaman berbiji ini ditanam hampir di seluruh Palestina: “Lembah-lembah berselimutkan gandum” (Mzm 65:14). 2. Pohon anggur Anggur termasuk tanaman pokok tanah Kanaan dan menjadi tanda kekayaan. Wilayah Yehuda adalah penghasil utamanya (Kej 49:11-12). 3. Pohon ara Pohon ara adalah pohon pertama yang disebut dengan namanya dalam Kitab Suci. Cawat pertama dibuat dari daun pohon ara (Kej 3:7). Pohon ara sangat kerap disebut bersama dengan pohon anggur. 4. Pohon delima Pohon delima adalah tanaman pokok tanah Kanaan dan menjadi tanda dari kekayaan (Bil 13:23). Dalam Kidung Agung si tampan dan si jelita kerap mengungkapkan cintanya dengan kiasan yang diambil dari pohon delima. 5. Pohon zaitun Pohon zaitun adalah pohon yang paling luas ditanam di tanah Kanaan. Pohon ini bisa mencapai umur ratusan tahun, bahkan menurut para ahli sampai seribu tahun. Batangnya bisa mencapai 3 meter dan tinggi tajuknya antara 5-10 meter. Pohon yang subur bisa menghasilkan 110-120 kilogram buah zaitun tiap dua tahun. Minyak zaitun dipakai untuk menghormati Allah dan manusia (Hak 9:9). Minyak zaitun biasa digunakan dalam ibadat untuk menghormati Allah, untuk mengurapi raja serta para imam. Buahnya dapat dimakan begitu saja atau dipakai sebagai lauk pada roti. Minyaknya dipakai juga untuk menggoreng dan berurap sesudah mandi. Minyak zaitun dipakai pula sebagai bahan pelarut untuk bermacam-macam jenis wangi-wangian dan jamu. Minyak zaitun dipakai untuk menerima tamu terhormat dengan menuangkannya di atas kepalanya (Mzm 23:5, Mrk 14:3) atau untuk mengobati (Yes 1:6, Luk 10:34) 6. Pohon kurma Para ahli berpendapat bahwa yang dimaksud dengan madu (=’debasy’) adalah gula-gula yang diambil dari sari buah pohon kurma atau pohon ara. Tetesan madu yang berasal dari lebah hanya disebut 5 kali. Madu adalah lambang firman Allah karena firman Allah merupakan puncak kemanisan (Sir 11:3) dan lebih manis dari pada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah (Mzm 19:11). 61 7. Tanaman lain Masih ada 25 tanaman lain yang ditanam orang Israel di kebun atau pekarangan mereka. Beberapa di antaranya adalah: pohon badam, apel, pohon besaran, berbagai jenis bawang, berbagai jenis kacang, mentimun, semangka, sayuran, dll. Selain tujuh tanaman pokok orang Israel, Perjanjian Lama juga banyak menyebutkan hutan, seperti : hutan Efraim (2 Sam 18:5), hutan Yehuda (2 Raj 27:4), hutan di selatan (Yeh 21:3) , hutan dekat Betel (2 Raj 2:22) dan beberapa pohon besar seperti pohon aras (Yes 35:2), pohon sanobar (Hos 14:9), pohon tarbantin (1 Raj 13:14). Juga disebutkan tentang semak duri, bunga dan kebun Tuhan. II.5 Fauna Kitab Suci banyak menyebut hal binatang. Manusia diberi kuasa atas binatang, akan tetapi binatang juga dapat menjadi musuh manusia. Kitab Suci membagi binatang atas lima kelompok yang tentu saja bukan merupakan pembagian ilmiah, yaitu: 1. Binatang ternak yang meliputi: kambing, domba, lembu, keledai, anjing, kuda, unta. 2. Binatang buas yang meliputi: serigala, anjing hutan, rubah, beruang, singa, macan, banteng, keledai liar. 3. Burung yang meliputi: burung-burung di udara, merpati dan tekukur, elang, burung gagak, burung ranggung, burung unta. 4. Ikan-ikan di laut yang tidak disebutkan namanya. 5. Binatang melata yang meliputi: ular dan buaya. Ada sejumlah binatang yang tidak bisa dimasukkan dalam kelompok tersebut, antara lain rusa, kijang, belalang, kalajengking, lebah dan tabuhan. III. PARA NABI DALAM PERJANJIAN LAMA Berbicara tentang Perjanjian Lama tidak dapat dilepaskan dari para nabi dalam sejarah Israel. Kenabian adalah suatu fenomena yang paling menggetarkan dan mempesona dalam seluruh sejarah Israel.Berabad-abad mereka telah menjadi hati nurani Israel dalam pergolakan sejarahnya. Akan tetapi kenabian adalah suatu fenomena yang kompleks, artinya citra atau gambaran nabi itu tidak satu tetapi majemuk. Pada umumnya para ahli membagi fenomena ini atas tiga kategori besar yaitu : III.1 Nabi-nabi Perintis Nabi-nabi Perintis adalah para nabi sebelum Amos, yakni sejak akhir abad ke 11 SM sampai awal abad ke 8 SM. Cerita tentang mereka terdapat dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raj 13. Mereka 62 muncul bersamaan dengan lahirnya sistem kerajaan. Beberapa dari antara mereka dekat dengan raja, tapi mereka bukan pelayan keinginan raja. III.2 Nabi-nabi Klasik Para Nabi Klasik terbagi lagi dalam tiga bagian yaitu: III.2.1 Para Nabi sebelum Pembuangan Para nabi sebelum pembuangan adalah Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk, Obaja. Selama hampir dua abad mereka secara tak terputus menggetarkan Israel dengan pewartaan bahwa Tuhan akan datang untuk menghukum Israel. Hal ini disebabkan Israel begitu tegar hati dalam dosa dan meninggalkan Allahnya. III.2.2 Para Nabi dalam Pembuangan Para nabi selama pembuangan termasuk Yesaya dan Deutero Yesaya. Pembuangan Babel merupakan titik balik dalam pewartaan kenabian. Sebelum penghancuran Yerusalem dan keruntuhan kerajaan Yehuda pada tahun 586, Yehezkiel tampil sebagai nabi yang mewartakan murka Tuhan. Sesudah keruntuhan ini dia dan kemudian nabi Deutero Yesaya mewartakan kerahiman Tuhan. Perubahan ini terjadi karena apa yang diwartakan nabi-nabi sebelum pembuangan sudah dipenuhi. III.2.3 Para Nabi sesudah Pembuangan Para nabi sesudah pembuangan adalah Trito Yesaya, Hagai, Zakharia, Maleakhi dan Yoel. Mereka mewarisi semangat nabi-nabi sebelum pembuangan dan masa pembuangan. Yang tidak lagi muncul dalam pewartaan mereka adalah hukuman Israel. Di antara ketiga kelompok ini yang paling berpengaruh adalah nabi-nabi sebelum pembuangan dan nabi-nabi dalam pembuangan, yaitu Amos, Hosea, Yesaya, Mikha, Nahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk, Yehezkiel, Obaja, Deutero Yesaya. III.3 ‘Nabi-nabi’ atau Penulis Apokaliptis Setelah fenomena kenabian berakhir pada abad ke-5 SM, muncul fenomena baru yang meskipun mengandung unsur-unsur kenabian, mempunyai tekanan ciri-ciri tersendiri. Fenomena baru ini ialah munculnya kesusasteraan Apokaliptis (misalnya Yes 24-27, Za 12-14 dan kitab Daniel). Berbeda dengan para nabi, penulis-penulis Apokaliptis tidak tampil di depan umum. Mereka sepertinya berbicara dari kesunyian dan persembunyian. Perhatian mereka melulu ke masa depan, ke karya Allah pada akhir sejarah yang menyangkut seluruh umat manusia. 63 Di antara tiga kategori besar ini, yang paling berpengaruh dan praktis menentukan arti panggilan kenabian ialah para nabi klasik. Para nabi mewartakan firman Allah bukan hanya dengan kata-kata, melainkan pula dengan perbuatan-perbuatan tanda atau simbolis. Bentuk pewartaan melalui tindakan termasuk dalam hakekat firman Allah itu sendiri. Perbuatan tanda kenabian dapat melibatkan seluruh pribadi seorang nabi dan berlangsung selama seluruh perutusannya. Hosea diperintahkan Tuhan untuk mengawini seorang perempuan sundal (Hos 1:2-9) dan harus tetap setia kepadanya meskipun dia berlaku tidak setia. Betapa Hosea harus menderita seumur hidupnya ! Yeremia diperintahkan Tuhan supaya jangan mengambil istri dan supaya jangan mempunyai anak (Yer 16:1-9) karena seluruh hidupnya harus menjadi tanda dari malapetaka yang akan datang. Dalam perbuatan tanda kita dapat melihat pula bahwa hidup para nabi tidak dapat dipisahkan dari firman yang diwartakannya. 64 8. PENGANTAR KITAB SUCI PERJANJIAN BARU I. NAMA Istilah ‘Perjanjian Baru’ dapat mengacu pada dua hal, yaitu pada hubungan baru antara Allah dan manusia yang terjadi berkat kurban Yesus Kristus, dan pada bagian khusus Kitab Suci orang Kristen yang mengungkapkan seluk-beluk hubungan baru tersebut. Sesuai dengan namanya, pada hakekatnya isi Perjanjian Baru adalah kabar baik mengenai Perjanjian Baru yang telah diikat Allah melalui Puteranya Yesus Kristus dan dalam darahNya (bdk. Luk 22:20). Perjanjian Baru yang diikat oleh darah Yesus itu menciptakan hubungan baru antara Allah dan manusia. Perjanjian Baru ini menggantikan Perjanjian Lama, yang terjadi melalui perjanjian Sinai, suatu hubungan perjanjian yang bersifat kontrak timbal balik. Perjanjian Lama ini rapuh dan berulang kali putus karena ketidaksetiaan umat terpilih. Melalui Nabi Yeremia (Yer 31:31-34) Allah menjanjikan suatu Perjanjian Baru yang tidak lagi bergantung pada kesetiaan manusia melainkan pada kasih Allah yang bersedia mengampuni dosa-dosa manusia melalui PuteraNya, Yesus Kristus. Bagaimana Allah menggenapi nubuat Yeremia itulah yang diwartakan oleh kitab Perjanjian Baru. Perjanjian Baru merupakan pewartaan tentang perbuatan dan ajaran Yesus Kristus sejauh itu diimani dan ditafsirkan oleh Gereja Rasuli. II. SEJARAH RINGKAS TERBENTUKNYA KITAB SUCI PERJANJIAN BARU II.1 Tradisi Lisan Pertama-tama yang ada hanyalah pewartaan lisan para rasul lewat khotbah tentang Yesus kemana-mana. Pengalaman bersama Yesus masih sangat hidup dalam ingatan para rasul. Berdasarkan ingatan itulah mereka mengajar umat. II.2 Tradisi Tertulis Dalam perjalanan waktu timbullah tulisan-tulisan sebagai pembekuan tradisi lisan. Sebagian lainnya seperti surat-surat Paulus bukanlah perkembangan tradisi lisan melainkan langsung ditulis. Ada dua hal yang mendorong terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Baru, yaitu: 1. Timbulnya masalah dan kebutuhan di kalangan jemaat Kristen yang sudah tersebar dimana-mana, misalnya pertikaian dan perpecahan dalam tubuh umat, perlunya pembinaan iman umat yang baru bertobat atau yang mengalami pengejaran dan penganiayaan, timbulnya persoalan-persoalan teologis, dsb. Namun karena para rasul atau para pembantu mereka tidak dapat datang secara pribadi, maka bentuk tulisanlah yang dapat dipakai sebagai ganti pewartaan lisan para rasul dan pembantu mereka. Ini nampak nyata pada surat-surat Paulus atau surat keputusan konsili di Yerusalem kepada umat di Antiokhia, Siria dan Kilikia (Kis 15:22-29). 65 2. Karena para rasul dan saksi mata wafat satu demi satu, maka jemaat Kristen mulai merasakan kebutuhan untuk menuliskan ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul itu sebagai pegangan/pedoman tertulis. II.3 Pengumpulan Tulisan-tulisan Perjanjian Baru Dari data Perjanjian Baru dapat disimpulkan bahwa surat-surat Paulus itu dibacakan kepada jemaat dan diteruskan juga kepada jemaat lain (Kol 4:16). Ada pertukaran surat antara jemaat yang satu dengan yang lain, paling tidak di tiga gereja, yaitu di Tesalonika, Kolose dan Laodikia. Khususnya surat-surat Paulus sudah dikumpulkan dan disimpan sejak semula (2 Ptr 3:15-16). Surat Paulus yang terbentuk paling awal dari antara tulisan-tulisan PB yang lain adalah 1 Tes. Selain surat-surat Paulus, ada banyak tulisan lain. Dari antara sekian banyak tulisan perlu disebut secara khusus dua kumpulan, yaitu: 1. Kisah sengsara Yesus Kristus secara keseluruhan yang merupakan bagian Kitab Injil yang paling tua. 2. Kumpulan sabda-sabda Yesus yang disebut ‘Kumpulan Ucapan’ (Saying Source) atau Sumber Q (Q adalah huruf depan dari kata Jerman: Quelle). Lama kelamaan tulisan-tulisan Paulus dan tulisan-tulisan lainnya yang tersebar di banyak tempat mulai dikumpulkan dan dijadikan satu. III. LATAR BELAKANG PERJANJIAN BARU III.1 Latar Belakang Politik Pada waktu Yesus lahir di dunia, Palestina ada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, namun dalam praktek pemerintahan sehari-hari dipegang oleh penguasa-penguasa setempat yang menjadi raja boneka dari Roma. Raja yang memerintah pada waktu itu adalah Herodes Agung (40 SM – 4 M). Herodes ini adalah seorang licik, penuh curiga pada siapapun dan suka menjilat penguasa Roma. Ia sangat dihantui oleh pemberontakan, maka tidaklah mengherankan bahwa Herodes Agung panik sewaktu mendengar berita kelahiran Raja baru dari orang-orang majus. Setelah Herodes Agung wafat, kerajaannya dibagikan kepada tiga puteranya, yaitu: 1. Arkhelaus, yang menjadi penguasa atas Yudea, Samaria dan Idumea. 2. Herodes Antipas, yang menjadi penguasa atas Galilea dan Perea. 3. Filipus, yang menjadi penguasa atas daerah Iturea, Trakhonitis dan daerah-daerah dekat danau Galilea. 66 III.2 Latar Belakang Sosio-religius Pada masa Yesus, ada dua praktek keagamaan Yahudi yang menjadi ciri utama dan merupakan jati diri umat Yahudi, yaitu: 1. Sunat Merupakan ritus ‘inisiasi’ menjadi anggota umat perjanjian yang telah diikat Allah dengan Abraham (Kej 17:10 dst); dengan sunat seseorang menjadi keturunan Abraham. Begitu pentingnya sunat itu dalam pandangan orang Yahudi, sehingga ritus penyunatan itu tetap bisa dilangsungkan meskipun jatuh pada hari Sabat. Tidak bersunat merupakan suatu hal yang menjijikkan bagi orang Israel. 2. Sabat Hari Sabat dimulai pada hari Jumat petang (setelah matahari terbenam) dan berakhir pada Sabtu petang. Pada awalnya hari Sabat diadakan untuk membebaskan manusia dari perbudakan kerja. Maka teks-teks Perjanjian Lama yang kuno belum menghubungkan praktek Sabat dengan ibadah, melainkan hanya melarang orang mencari nafkah dan pekerjaan lainnya. Lama kelamaan Sabat dihubungkan dengan ibadat kepada Allah. Hari Sabat dalam Im 19:30 dihubungkan dengan tempat kudus Tuhan dan dalam Im 23:3 dihubungkan dengan pertemuan kudus. Hari itu menjadi hari ibadat, hari sukacita dan hari Tuhan (Hos 2:10). Pada zaman Perjanjian Baru peraturan-peraturan yang ada di sekitar hari Sabat begitu rumit. Menjaga hari Sabat adalah salah satu kesibukan ahli Taurat atau rabi waktu itu. Ada 39 kelompok pekerjaan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, antara lain: menyalakan api, berjalan lebih dari 900 meter (bdk Mat 24:20), menguraikan tali simpul. Akan tetapi di lain pihak, demi kelangsungan hidup sehari-hari, ada banyak usaha orang menafsirkan peraturan tersebut sedemikian rupa sehingga ada jalan keluarnya. Misalnya menguraikan tali simpul diperbolehkan asalkan dilakukan dengan satu tangan saja, dll. Hukum Sabat dapat dibatalkan demi kebutuhan yang lebih tinggi nilainya, seperti adanya bahaya maut, penyunatan anak (Yoh 7:22), persiapan pesta Paskah dll. III.3 Latar Belakang Religius-politis Ada beberapa kelompok keagamaan dan politis pada zaman Yesus, yaitu: 1. Kaum Farisi Kata Farisi berasal dari kata ‘paras’, yang artinya memisahkan. Mereka itu kelompok ‘terpisah’ dalam arti terpisah dari orang-orang lain yang mereka anggap tidak setia kepada agama Yahudi yang sejati. Orang-orang Yahudi yang tidak termasuk kelompok mereka mendapat sebutan ‘am ha arets’, suatu julukan bernada negatif yang berarti rakyat dari tanah kafir yang tidak mengenal Taurat. Orang Farisi tidak mau bertamu atau menerima ‘am ha arets’ sebagai tamu. Kebanyakan orang Farisi adalah rakyat biasa, meskipun ada juga yang berasal dari golongan imam kelas bawah. 67 Golongan Farisi ini menerima tradisi tertulis, yaitu Kitab Taurat Musa, maupun tradisi lisan, yang jelas lebih luas daripada sekedar Taurat tertulis yang mengandung 613 perintah itu. Jadi mereka menerima juga perintah yang merupakan tafsiran Taurat. Kaum Farisi menaruh antipati terhadap unsur-unsur asing karena mereka ingin mempertahankan kemurnian agama Yahudi. Mereka menolak bekerjasama dengan penjajah Roma. Mereka ingin dekat dengan rakyat jelata. Rakyat menganggap mereka sebagai penjaga warisan rohani bangsa Israel dan ahli dalam penafsiran Taurat. Mereka populer sebagai pemimpin rohani bangsa. Namun sayangnya banyak kaum Farisi jatuh ke dalam legalisme, artinya terlalu mementingkan hukum-hukum yang lahiriah sampai hal sekecil-kecilnya. Kaum Farisi cukup lunak dalam prinsip agama karena mereka menerima baik tradisi tertulis maupun lisan, namun dalam menerapkan tafsiran dan tradisi nenek moyang, mereka sangat keras dan kaku. 2. Kaum Saduki Lawan kaum Farisi adalah kaum Saduki. Kata ‘Saduki’ berasal dari nama ‘Sadoq’, yakni imam besar Sadoq. Mereka itu kebanyakan imam kelas atas. Oleh karena itu kedudukan anggotanya adalah di sekitar Bait Allah. Sesudah kehancuran Bait Allah tahun 70 M kelompok Saduki ini lenyap dari panggung sejarah. Dalam hal kepercayaan kaum Saduki bertentangan dengan kaum Farisi. Mereka hanya menerima tradisi tertulis, yaitu Taurat Musa. Tradisi lisan yang sangat diagungkan oleh kaum Farisi mereka anggap sebagai rekayasa manusia saja. Mereka tidak menerima adanya kebangkitan badan karena tidak ditemukan dalam kitab Taurat. Mereka juga tidak menerima adanya malaikat atau roh walaupun jelas disebutkan dalam kitab Taurat (bdk Kis 23:8). Orang-orang Saduki keras dalam soal prinsip agama sebab mereka hanya menerima Sabda Allah dalam bentuk tertulis, namun mereka lunak dalam praktek hidup, karena mereka ternyata cukup terbuka terhadap unsur-unsur budaya asing. 3. Orang-orang Zelot Sebenarnya orang Zelot adalah orang-orang Farisi yang amat radikal. Nama ‘Zelot’ berasal dari kata Yunani ‘zelotai’, yang berarti orang yang semangatnya berkobar-kobar. Menafsirkan Kitab Taurat secara radikal dan bertekad untuk setia padanya, orang Zelot tidak mau mengakui penguasa duniawi manapun juga. Satu-satunya penguasa yang harus dihormati hanyalah Yahweh, Allah Israel. 4. Kaum Sicari Kelompok Sicari adalah orang-orang Zelot yang lebih ekstrim lagi dan amat pemberani. Mereka membawa golok kecil yang disembunyikan di balik jubah mereka untuk membunuh orang-orang Roma yang mereka temukan. Golok kecil itu disebut ‘sica’ dalam bahasa Latin. 68 5. Kaum Esseni atau Qumran Menurut Yosefus Flavius dan Philo dari Alezandria, dua orang penulis Yahudi, kaum Esseni tersebar di seluruh Palestina. Akan tetapi pusat kediaman mereka ada di tepi Laut Mati. Menurut pendapat ahli, kaum Esseni ini identik dengan orang-orang yang tinggal di Qumran. Kaum Esseni termasuk aliran apokaliptik. Kaum Qumran menantikan suatu masa yang baru di mana janji-janji Allah kepada orang-orang kecil terpenuhi. Mereka yakin bahwa dunia sekarang ini sudah rusak di bawah kekuasaan setan. Kaum Qumran didirikan oleh seseorang yang tidak diketahui namanya dan yang mendapat gelar Guru Kebenaran. Dialah yang memimpin imam kelas bawah, kaum Lewi dan orang awam lari ke padang gurun. 6. Ahli Taurat Para ahli Taurat adalah setiap orang Israel yang dianggap mahir dalam soal kitab Taurat. Mereka itu bisa seorang imam, bisa juga awam, bisa penganut aliran Saduki, bisa juga dari kaum Farisi atau aliran lain. Akan tetapi, karena fungsi para imam lama-kelamaan terbatas pada soal ibadah di Bait Allah, maka tugas mengajarkan Sabda Allah dan membimbing rohani umat hampir seluruhnya ada di tangan kaum Farisi yang mayoritas awam. Maka kebanyakan ahli Taurat adalah orang awam dari golongan Farisi. III.4 Latar Belakang Ekonomi Tanah Palestina kering kerontang dengan hanya sebagian kecil saja di utara dekat Galilea yang cukup subur. Hal ini menyebabkan kemiskinan sebagian besar penduduknya yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai pekerja pada kebun-kebun orang lain, petani, dan penggembala. Para pemilik tanah, para imam dan aristokrat adalah golongan orang yang cukup kaya. Rakyat miskin sering harus menganggur karena tenaga mereka digunakan hanya pada musimmusim tertentu atau sebagai pekerja harian. Ketidakadilan sosial terjadi atas kaum miskin. Peraturan pajak banyak menekan rakyat kecil. IV. GARIS BESAR ISI PERJANJIAN BARU Dalam Perjanjian Baru terkumpul 27 karangan. Masing-masing karangan itu dengan caranya tersendiri berbicara tentang Yesus Kristus, karya-karyaNya maupun ajaran-ajaranNya. Meskipun Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal mengenai mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, jadi mengenai umat Kristen awali. Karangan-karangan dalam Perjanjian Baru dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian menurut corak, ciri dan isinya, yaitu: 69 IV.1 Injil-injil Injil bercerita langsung mengenai Yesus selagi hidup di dunia, karya-karyaNya, dan wejanganwejanganNya. Semua Injil berhenti dengan berita atau cerita tentang Yesus yang menampakkan diri setelah wafat di salib dan bangkit dari dunia orang mati. Kecuali Lukas, Injil mengisahkan juga tentang kenaikan Yesus Kristus ke surga. Berdasarkan tulisan Papias, orang pernah beranggapan bahwa Injil yang tertua adalah Matius. Namun dalam perkembangan dewasa ini, sebagian ahli mengatakan bahwa Injil Markus adalah Injil yang tertua. IV.2 Kisah Para Rasul Sesudah keempat Injil tersebut ditemukan sebuah karangan panjang yang diberi judul: Kisah para Rasul. Bagian ini sebenarnya melanjutkan Injil Lukas. Karangan ini berupa kisah yang memuat beberapa wejangan juga. Kisah ini menuliskan apa yang terjadi setelah Yesus naik ke surga, tentang jemaat perdana, penyebarannya dan mengenai tokoh-tokoh jemaat perdana, khususnya Paulus. Kisah para Rasul berakhir dengan cerita tentang Paulus dalam tahanan di kota Roma. IV.3 Surat-surat Setelah Kisah para Rasul, dapat kita temukan 21 tulisan yang mempunya ciri dan corak yang berbeda dengan bagian-bagian sebelumnya. Tulisan-tulisan ini lebih berupa surat-surat yang berisi macam-macam nasihat, ada juga yang merupakan kumpulan petuah seperti Yak, 1 Yoh dan Ibr. Panjangnya karangan-karangan itu berbeda satu dengan yang lain. Ada yang panjang seperti Rm, tapi ada juga yang pendek seperti Flm, 1Yoh, 3Yoh. Dari kelompok surat-surat ini dapat kita bagi dua kelompok besar, yaitu: IV.3.1 Surat-surat Paulus Ada 14 surat-surat karangan Paulus. Karangan ini lebih merupakan khotbah tertulis Paulus kepada jemaat-jemaat atau pribadi. Surat-surat yang ditujukan kepada jemaat ditempatkan lebih dulu, barulah kemudian surat-surat kepada orang-orang tertentu. Pengurutan surat-surat ini berdasarkan panjangnya, bukan berdasarkan urutan waktu penulisannya, kecuali surat kepada orang Ibrani, walaupun cukup panjang, diletakkan paling akhir karena orang masih ragu-ragu apakah karangan ini benar-benar tulisan Paulus. Kadang-kadang surat-surat Paulus ini juga dikelompokkan menjadi surat-surat Paulus yang besar ( Rm, 1Kor, 2Kor, Gal); surat-surat dari penjara (Ef, Flp, Kol, Flm), surat-surat pastoral (1Tim, 2 Tim, Tit). 70 IV.3.2 Surat-surat Katolik Ada 7 surat yang disebut surat-surat Katolik. Surat-surat katolik tidak berarti surat-surat bagi Gereja Katolik, melainkan surat-surat umum (kata ‘Katolik’ berarti umum). Karangan-karangan yang tidak semuanya berupa surat ini ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu. Yang termasuk bagian ini adalah Yak, 1-2 Ptr, 1-3 Yoh dan Yud. Surat-surat Katolik ini tidak semuanya sejak semula diterima dalam kanon Alkitab. Ada jemaat yang menerimanya sebagai Kitab Suci, namun ada yang menolaknya. Baru sesudah tahun 400 M semua surat ini diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh umat Kristen, walaupun Luther cenderung membuang Yak, namun semua jemaat reformasi tetap menerimanya. IV.4 Wahyu Yohanes Wahyu 1:1 berjudul “Inilah Wahyu Yesus Kristus.” Di kalangan para ahli, judul Kitab Wahyu itu sudah menjadi istilah untuk menyebutkan suatu alam pemikiran tertentu dengan kesusasteraan apokaliptik. Alam pemikiran dan jenis sastra ini subur berkembang di kalangan orang-orang Yahudi sejak zaman Makabe sampai akhir abad kedua Masehi. Umat Kristen perdana cukup dipengaruhi oleh alam pemikiran apokaliptik ini sampai pada abad pertengahan. Salah satu ciri pemikiran apokaliptik adalah tentang penyingkapan ‘rahasia’ yang tersembunyi tentang rahasia sejarah, rahasia masa depan, khususnya tentang akhir sejarah. Tidak dapat disangkal bahwa Why termasuk jenis sastra apokaliptik sebab kitab Wahyu memuat serangkaian penglihatan. Kata yang paling sering dipakai adalah ‘melihat’. Penglihatanpenglihatan itu terutama mengenai akhir zaman yang dianggap sudah dekat. Pada saat itu kuasa jahat mengganas dan menindas umat yang setia, tetapi akan dihancurkan sehingga umat yang tetap setia akan selamat. Kitab Wahyu mau memberi semangat kepada umat agar setia hingga akhir. 71 9. PERTEMUAN SEL I. PENTINGNYA PERTEMUAN SEL Pertemuan sel merupakan hal yang pokok dalam Komunitas Tritunggal Mahakudus sehingga dapat dikatakan bahwa pertemuan sel merupakan inti kehidupan komunitas. Dalam pertemuan sel ada kehidupan sel. Kekuatan seluruh komunitas kita tergantung pada kehidupan sel ini, mengingat sel merupakan dasar dari seluruh tubuh komunitas. II. UNSUR-UNSUR PERTEMUAN SEL 1. pujian dan penyembahan 2. manifestasi karunia-karunia Roh Kudus 3. discernment 4. sharing 5. pengajaran dan diskusi pengajaran 6. renungan 7. saling mendoakan / doa penyembuhan 8. doa syafaat 9. pengumuman 10. penutup III. RINCIAN UNSUR-UNSUR PERTEMUAN SEL III.1 Pujian dan Penyembahan III.1.1 Siapa memimpin pujian Sedapat mungkin hendaknya setiap anggota sel (yang masih baru jangan) secara bergiliran memimpin pujian karena dalam suatu pertemuan sel seorang pemimpin pujian tidak harus seseorang yang mempunyai bakat seperti dalam suatu persekutuan doa. Dalam suatu pertemuan sel, yang lebih diutamakan ialah pengembangan potensi masing-masing anggota secara optimal. Maka di sini seorang pemimpin pujian dalam pertemuan sel hendaknya dihargai oleh anggota lainnya, walaupun Pelayan Sel tetap dapat mengevaluasi caranya memimpin pujian dan memberikan komentar yang perlu. 72 Apabila pemimpin pujian sudah mengantar anggota masuk ke hadirat Allah melalui pujian, maka dalam penyembahan semua anggota hendaknya berpartisipasi sesuai dengan bimbingan Roh pada waktu itu. III.1.2 Pentingnya pujian dan penyembahan Pujian dan penyembahan membawa anggota untuk menyadari persatuannya dengan Allah dan untuk menyembahNya dalam persatuan itu, di mana ia beralih dari berpusat kepada diri sendiri (=persoalan-persoalan hidup, beban, kecemasan, kekhawatiran) menuju berpusat kepada Allah. Dalam pujian anggota menyadari kehadiran Allah dan maju melampaui keterbatasanketerbatasan manusiawinya untuk masuk ke dalam alam rohani. Lebih lanjut lagi, dalam penyembahan anggota bersatu secara rohani dengan Allah. III.1.3 Cara-cara memuji dan menyembah 1. Setelah memberi salam, pemimpin pujian mengajak anggota menyanyikan beberapa lagu pujian (2 - 4), yang merupakan lagu gembira, bersifat mensyukuri, memuji dan memuliakan Allah. Ia bisa memberikan komentar singkat (hindari kesan berkotbah) antara satu lagu dengan lagu berikutnya. 2. Setelah beberapa lagu pujian tersebut, pemimpin pujian memilih 1 lagu tenang agar anggota bisa merasakan hadirat Allah. 3. Setelah anggota masuk ke hadirat Allah, pemimpin pujian / anggota lain yang ditunjuk / anggota yang tergerak pada saat itu membuka pertemuan sel dengan tanda salib dan doa pembukaan yang singkat. Perlu diperhatikan agar doa-doa yang diucapkan sepanjang pertemuan sel ini tidak panjang dan bertele-tele, tetapi maksud dan tujuannya harus jelas. 4. Sesuai dengan dorongan Roh Kudus, pemimpin pujian bisa mengajak anggota untuk masuk ke dalam pertobatan, secara perseorangan atau serentak, dengan atau tanpa lagu pertobatan. Dengan atau tanpa melewati pertobatan, pemimpin pujian kemudian mengajak anggota untuk memuji Allah, secara perseorangan atau serentak. Bila pujian ini dilakukan secara serentak, masing-masing anggota memuji Tuhan dengan cara dan kata-katanya sendiri. 5. Kemudian pemimpin pujian memilih satu lagu penyembahan dan kalau masih diperlukan, bisa ditambah dengan lagu Helleluya 12X. 6. Dalam penyembahan, anggota bersenandung dalam bahasa roh. Penyembahan ini biasanya berakhir secara serentak. Catatan : Pedoman cara-cara memuji dan menyembah ini tidak mutlak. Sel harus peka terhadap bimbingan Roh Kudus, yang tidak sama untuk masing-masing pertemuan sel. III.2 Manifestasi Karunia-karunia Roh Kudus Setelah penyembahan berakhir, terciptalah saat-saat hening di mana kita mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita lewat menifestasi karunia-karunia Roh KudusNya : nubuat (dalam kata73 kata, lagu, penglihatan), Sabda Pengetahuan, berbicara dalam bahasa roh dan tafsiran, dan penyembuhan. III.3 Discernment Manifestasi karunia-karunia Roh Kudus itu perlu diuji keotentikannya. Maka sel perlu melakukan discernment : membeda-bedakan apakah menifestasi karunia Roh Kudus tertentu berasal dari Allah, dari diri sendiri atau dari roh jahat. Bila manifestasi karunia Roh Kudus berasal dari Roh Kudus, anggota merasa damai dan tersentuh; bila berasal dari diri sendiri, manifestasi ini tidak punya kuasa apa-apa; bila berasal dari roh jahat, dampaknya berupa perasaan gelisah. Pelayan Sel perlu mengarahkan anggota manifestasi mana yang otentik dan mana yang tidak agar supaya anggota juga belajar membeda-bedakannya. Proses discernment adalah sbb : 1. anggota mengulangi pesan yang tadi disampaikannya. 2. anggota lain yang tersentuh dengan pesan itu mengungkapkan apa yang dirasakannya sehubungan dengan pesan itu. 3. bila ada pesan yang tidak berasal dari Tuhan, Pelayan Sel segera memberitahukannya kepada sel. Bila pesan itu terus menggelisahkan, sel bisa berdoa untuk mengusir kuasanya. 4. pesan-pesan yang tadi disampaikan diuji keotentikannya satu persatu. III.4 Sharing * Bahan-bahan sharing bisa berdasarkan : 1. bacaan Kitab Suci. 2. pengajaran yang sudah diterima. 3. pengalaman pribadi. Manfaat sharing : 1. anggota-anggota dalam satu sel bisa saling mengenal. 2. Pelayan Sel bisa mengenali kebutuhan anggotanya. 3. sharing merupakan sarana pengungkapan diri dan pengembangan potensi anggota. Hal-hal lain yang berkenaan dengan sharing bisa dilihat pada F. Pedoman Sharing dalam Pertemuan Sel (hal. 11). III.5 Pengajaran dan Diskusi Pengajaran * Pengajaran hendaknya dibawakan oleh anggota sel yang berminat secara bergiliran. Yang diutamakan di sini adalah pengembangan potensi anggota. Maka giliran jangan diberikan hanya 74 kepada anggota yang mempunyai bakat mengajar yang menonjol saja. Apabila diperlukan, setelah pengajaran bisa diadakan diskusi pengajaran. Pelayan Sel hendaknya mengarahkan diskusi ini agar bisa menambah wawasan anggota. Setelah pengajaran selesai, Pelayan Sel boleh memberikan evaluasi pengajaran, secara pribadi atau terbuka, tergantung pada keadaan. III.6 Renungan * Renungan hendaknya dibawakan oleh anggota sel yang berminat secara bergiliran. Setelah renungan selesai, Pelayan Sel boleh memberikan evaluasi renungan, secara pribadi atau terbuka, tergantung pada keadaan. Keterangan : * Dalam pertemuan sel hendaknya ada variasi antara sharing - pengajaran renungan, yang dilaksanakan setelah discernment. Namun hendaknya ada lebih banyak sharing dibandingkan dengan pengajaran dan renungan. Sedangkan dalam pertemuan wilayah, yang diutamakan adalah pengajaran. III.7 Saling Mendoakan / Doa Penyembuhan Saling mendoakan merupakan sarana untuk memupuk kasih persaudaraan dalam sel dan melepaskan anggota dari hambatan-hambatannya. Bila ada dorongan Roh Kudus, saling mendoakan bisa dilakukan selama penyembahan walaupun biasanya dilakukan setelah pengumuman. Saling mendoakan bisa dilakukan dengan mendoakan anggota yang di sebelah kanan / kiri atau semua anggota mendoakan anggota yang memerlukan penumpangan tangan. III.8 Doa Syafaat Intensi doa syafaat antara lain : 1. untuk keperluan sel / wilayah / distrik / nasional. 2. untuk keperluan keluarga dan oikos / lingkungan. 3. untuk keperluan Gereja. III.9 Pengumuman Isi pengumuman antara lain : pertemuan sel / wilayah / pengajaran berikutnya. jumlah kolekte sel dan persembahan kasih. III.10Doa Penutup Pertemuan sel ditutup dengan bersama-sama mendoakan Doa Penyerahan Komunitas Tritunggal Mahakudus dan bisa ditambah dengan doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. 75 H. DATA PEMBINAAN ANGGOTA NO BAHAN PENGAJARAN 1. Visi dan Misi KTM 2. Mengenal KTM 3. Doa 4. Doa Yesus 5. Lectio Divina 6. Pengantar Kitab Suci Umum 7. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama 8. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru TANGGAL * TT.PENGAJAR ** TANGGAL * TT.PELAYAN SEL ** 9a Pertemuan Sel b Karunia Doa dalam Bahasa Roh NO ANJURAN RETRET 1. Awal(atau Seminar Hidup dalam Roh) 2. Penyembuhan Batin Keterangan : * Isilah dengan tanggal anggota menempuh bahan pengajaran atau retret ** Isilah dengan tanda tangan pengajar setelah anggota menempuh bahan pengajaran atau dengan tanda tangan Pelayan Sel setelah anggota menempuh retret 76