BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ungkapan Latin “Mens sana in corpore sano” sesungguhnya adalah sebuah mahakarya sastra dari seorang pujangga Romawi, Decimus Iunius Juvenalis, dalam Satire X, sekitar abad kedua Masehi. Genre sastra Romawi ketika itu umumnya berbentuk satire. Itu jugalah yang ditulis Juvenalis untuk menyindir kekonyolan-kekonyolan masyarakat Romawi, bangsanya sendiri1. Namun seiring perjalanan waktu, berabad-abad kemudian, “Mens sana in corpore sano” dijadikan jargon olahraga dan kesehatan di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Ungkapan Latin itu diterjemahkan dengan sangat indah. “Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Untuk mendapatkan tubuh yang kuat dan sehat kita perlu berolahraga. Bila badan kita kuat dan sehat maka jiwa kita pun sehat. Kalau jiwa sehat, pikiran pun jernih. Tapi kalau jiwa kita sakit, pikiran jernih pun terbang, logika menghilang. Dengan kata lain, fisik dan mental yang kuat, jasmani dan rohani yang sehat, akan menghasilkan individu-individu tangguh, dan muaranya adalah sebuah bangsa yang hebat dan diperhitungkan. Presiden pertama RI, Bung Karno, menerjemahkan jargon itu dalam program “Olahraga untuk Nation and Character Building”2. Tekadnya tak tanggung-tanggung, “Jadikan Indonesia salah satu dari 10 besar (the big ten) dunia di bidang olahraga melalui pembinaan olahraga di SD/SLTP/SLTA, karena di sini terdapat bibit-bibit olahragawan, calon-calon juara di kemudian hari”. Di era kepemimpinan Presiden Soeharto, bangsa kita memiliki pula jargon “Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat” 3. Senam Kesegaran Jasmani tahun 1988 (SKJ 88), menjadi bagian kampanye pemerintah Orde Baru dalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Gerakan ini dimaksudkan untuk mencetak generasi yang sehat dan kuat. Didukung oleh gaya kepemimpinan ketika itu, maka jargon olahraga Orde Baru ini dalam tempo singkat langsung populer dari Sabang sampai Merauke. 1 http://en.wikipedia.org/wiki/Mens_sana_in_corpore_sano http://books.google.co.id/books?id=ZmHnTBK5BL4C 3 http://books.google.co.id/books?id=lkAVolrBY0UC 2 1 Di era Presiden SBY ada “Program Indonesia Emas” yang bertujuan mempersiapkan atlet handal untuk mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Apapun namanya, baik menurut Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, maupun Presiden SBY, animo masyarakat terhadap olahraga tetap tinggi. Cabang olahraga apapun dengan berbagai macam kompetisinya selalu menyedot perhatian masyarakat. Olahraga merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia, yaitu suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan juga untuk memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan, atau juga dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan prestasi. Pemerintah sendiri menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1999 (GBHN), yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup 4. Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga ini sendiri tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas olahraga di Yogyakarta, bahkan terjadi kecenderungan menurunnya kualitas fasilitas olahraga karena kurangnya perawatan. Bahkan saat ini banyak klub-klub atau kelompok-kelompok olahraga yang tidak tertampung kegiatannya, sehingga mereka berlatih dengan fasilitas yang seadanya, atau berlatih di tempattempat yang kurang representatif. Hal tersebut dapat menghambat perkembangan olahraga di Yogyakarta, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Masalah lain yang perlu menjadi perhatian adalah fasilitas-fasilitas olahraga yang ada di Yogyakarta kebanyakan tidak memusat atau tersebar letaknya, sehingga sulit bagi pemerintah atau sponsor untuk melakukan pembinaan bagi atlet dan klub. Menghadapi fenomena tersebut, atlet, klub, maupun penggemar olahraga memerlukan wadah yang representatif dimana mereka dapat melakukan aktifitas-aktifitasnya, seperti berlatih untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan kebugaran fisiknya, ataupun hanya sekedar untuk berrekreasi. Oleh karena itu, timbul suatu pemikiran untuk menyediakan 4 http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/ 2 sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu lokasi yang terpadu dalam bentuk sebuah Sport Center. Kota Yogyakarta merupakan kota yang padat aktifitas, baik dari segi pendidikan, perdagangan, industri, ataupun sebagai tujuan liburan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sekali kelengkapan fasilitas umum yang di antaranya ialah fasilitas olahraga. Pengembangan Sport Center ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Yogyakarta akan fasilitas olahraga secara terpadu, tempat berlatih untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan kebugaran fisik, sekaligus berrekreasi. I.1.1. Isu Tentang Pengembangan Fasilitas Olahraga Pada BAB II bagian 8 dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta (RPJM DIY) Tahun 2009 – 2013, tertulis „namun masih perlu peningkatan kesadaran berolahraga di kalangan masyarakat luas, pembibitan olah raga dan peningkatan jumlah ruang publik untuk olah raga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dan masyarakat luas’5, hal ini jelas menandakan bahwa terdapat program dari dinas pemerintahan Yogyakarta yang mengarah pada bidang olahraga dari segi pengembangan sarana dan prasarana. Selain itu, isu ini diperkuat dengan adanya arah kebijakan di bidang olahraga yang tercantum dalam BAB IV bagian Sasaran, „Terwujudnya peningkatan kapasitas pemuda, prestasi dan sarana olahraga’, dan pada BAB VI bagian Kebijakan, „Mendorong kegiatan olahraga andalan daerah yang disertai peningkatan kualitas dan kuantitas sarana olahraga’6. Belum lama ini, rombongan anggota DPRD Komisi D Provinsi DI Yogyakarta berkunjung ke Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin (2/4), untuk melakukan tukar-menukar informasi beberapa program yang ada di Kemenpora dan daerah. Pada kunjungan itu, pihak DPRD DIY mengutarakan bagaimana perkembangan sarana dan prasarana olahraga yang telah dilakuakannya belakangan ini, "Kedatangan kami memang selain bersilaturahmi juga untuk menanyakan beberapa program Kemenpora yang selama ini telah dilaksanakan di DIY, termasuk 5 6 http://www.dppka.jogjaprov.go.id/document/ http://www.dppka.jogjaprov.go.id/document/ 3 masalah pembangunan lapangan atau fasilitas olahraga di tingkat kecamatan. Dari sini kita berharap bisa bertukar informasi," kata Janu selaku wakil ketua DPR. Lalu ia menambahkan, "Kita sejak tahun 2010 sudah mengembangkan beberapa pembangunan sarana-prasarana seperti pembangunan lapangan di daerah Klebengan, Gelanggang Pemuda di Sleman, dan beberapa pembangunan lapangan tingkat kecamatan lainya. Saya berharap kerja sama ini bisa juga terus berlanjut."7 Dr. Sukarno MM, Asisten Deputi Olahraga Pendidikan mengatakan, “DIY ini wilayahnya tidak terlalu luas, itu pasti berpengaruh pada pendanaan dan pendapatan daerah yang alokasinya ke fasilitas. Tapi sebagai kota pelajar, DIY memiliki potensi untuk mengangkat prestasi di bidang olahraga sebagai centra berkumpulnya para pemuda dari seluruh Indonesia (terbentuknya sport community/sport center).”8 I.1.2. Isu Tentang Pemakai Fasilitas Olahraga Kota Yogyakarta sebagai kota yang padat akan aktifitas memiliki masyarakat yang mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap perkembangan dunia olahraga, baik masyarakat asli maupun pendatang. Bahkan, Kota Yogyakarta merupakan kota yang penduduknya paling banyak melakukan olahraga dibanding dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia9. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan yang hampir menjadi suatu rutinitas bagi masyarakat Yogyakarta demi mencari prestasi/penghargaan, menjaga kesehatan, atau bahkan hanya untuk sekedar „mencari keringat‟ saja. 7 http://infopublik.org/mc/papua_barat/index.php?page=news&newsid=18844 http://www.pendidikan-diy.go.id/ 9 http://www.yogyakarta.bps.go.id/ 8 4 Tabel 1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melakukan Olahraga Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2009 Sumber: Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 I.2. Rumusan Masalah I.2.1. Masalah Non-Arsitektural a. Bagaimana perencanaan dan perancangan fasilitas sport center yang dapat mewadahi kegiatan olahraga rekreasi maupun kompetisi amatir bagi masyarakat di Yogyakarta? b. Bagaimana perencanaan dan perancangan fasilitas sport center yang dapat menarik minat masyarakat untuk berolahraga? 5 c. Bagaimana perencanaan dan perancangan fasilitas penunjang yang berupa fasilitas hiburan/rekreasi tanpa mengaburkan fungsi utama bangunan sebagai sport center? I.2.2. Masalah Arsitektural Bagaimana memecahkan berbagai permasalahan arsitektural bangunan yang meliputi: a. Zoning (tata ruang dalam – tata ruang luar), b. Sirkulasi, c. Struktur dan konstruksi bangunan, d. Bentuk dan orientasi Massa bangunan, e. Fasad bangunan, f. Utilitas dan fisika bangunan. Serta bagaimana penerapan konsep high-tech ke dalam bangunan sport center agar sesuai dengan karakteristik bangunan dan tepat guna? I.3. Tujuan dan Sasaran I.3.1. Tujuan Tujuan pembahasan ini adalah mengumpulkan, mengungkapkan, serta merumuskan segala potensi dan masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan sebuah Sport Center sebagai sarana olahraga yang terdapat di Kota Yogyakarta, meliputi sarana, prasarana, kondisi fisik, dan kebijakan pemerintah yang ada sebagai landasan bagi proses perencanaan dan perancangan selanjutnya. I.3.2. Sasaran Sasaran pembahasan ini adalah untuk mendapatkan dan merumuskan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektural sebagai landasan konseptual bagi 6 perancangan Sport Center di Kota Yogyakarta dengan memperhatikan potensi dan kendala yang ada. I.4. Manfaat Secara Subyektif, manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan sebagai pegangan serta acuan selanjutnya dalam pembuatan rancangan grafis yang merupakan lanjutan dan bagian tak terpisahkan dari rangkaian tugas akhir. Secara Obyektif, manfaat dari penulisan ini ialah sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam perancangan Sport Center yang baik di Kota Yogyakarta dan dapat menjawab segala permasalahan yang ada pada sport center ataupun sarana olahraga lain yang telah ada. Selain itu, penulis juga berharap agar bisa mendapat wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis sendiri, mahasiswa lain, dan masyarakat umum yang membutuhkannya. I.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan ini diutamakan pada masalah-masalah dalam lingkup arsitektur, antara lain: a. Fungsi bangunan merupakan fasilitas olahraga yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya. b. Perencanaan dan perancangan juga ditekankan pada kelengkapan fasilitas olahraga serta fasilitas penunjang yang ada di dalamnya, seperti cafe, sport shop, dan lainnya. c. Lokasi bangunan sport center yang berada di Kota Yogyakarta dengan lokasi yang strategis, serta perencanaan bangunan yang disesuaikan dengan kondisi keadaan setempat dan kebijakan perencanaan pemerintah Yogyakarta. 7 d. Sistem struktur bangunan sport center yang tidak hanya kuat, tetapi juga indah, karena nantinya sistem struktur bangunan ini akan diperlihatkan dan berfungsi ganda, yakni juga sebagai ornamen bangunan. e. Citra atau tampilan bangunan sport center yang berkesan futuristic dan high-tech. f. Sasaran pengguna fasilitas sport center ini adalah masyarakat, khususnya pelajar, sehingga fasilitas olahraga yang nantinya akan disediakan ialah hanya beberapa fasilitas yang favorit saja. g. I.6. Fasilitas olahraga yang disediakan merupakan fasilitas dengan sistem penyewaan. Metode Penulisan Metode yang dipakai dalam penyusunan penulisan ini antara lain: a. Metode deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data. pengumpulan data ini ditempuh dengan cara: studi pustaka/studi literatur, data yang diperoleh dari instansi terkait, wawancara dengan narasumber, penyebaran kuisioner secara random, observasi lapangan, serta browsing di internet. b. Metode dokumentatif, yaitu dengan mendokumentasikan data yang akan menjadi bahan penyusunan dalam penulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan mengambil gambar dari kamera digital. c. Metode komparatif, yaitu dengan mengadakan studi banding/studi kasus terhadap fasilitas-fasilitas hiburan yang termasuk dalam Sport Center. Selanjutnya dari data-data yeng telah terkumpul, dilakukan identifikasi dan analisa sehingga diperoleh gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik dan kondisi yang ada, sehingga dapat tersusun suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Sport Center. I.7. Metode Pengumpulan Data Penyusunan laporan pra tugas akhir ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 8 Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dari lokasi eksisting maupun dari daerah sekitar lokasi dengan cara: a. Melakukan survey ke lokasi untuk mendapatkan gambaran visual dari lahan yang tersedia serta batas-batas di sekitar lokasi. Selain itu, survey ini juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari keadaan eksisting pada lokasi seperti vegetasi, drainase, lahan hijau, zonasi fungsi, serta keadaan fisik lokasi (suhu, kontur, alur matahari, dll.). b. Melakukan survey di luar lokasi yang masih satu cakupan daerah untuk mendapatkan data-data mengenai jumlah dan fungsi bangunan yang sama ataupun hampir sama dengan bangunan sport center yang ingin dibangun. Wawancara dan Kuisioner Wawancara dan kuisioner dilakukan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran masyarakat tentang bangunan olahraga yang telah ada saat ini dan apa yang diharapkan masyarakat untuk bangunan-bangunan olahraga yang akan datang, serta untuk mengetahui jenis olahraga apa saja yang paling besar minatnya di kalangan masyarakat sehingga penulis dapat menentukan fasilitas apa saja yang nantinya akan disediakan untuk mewadahi minat masyarakat terebut. Sasaran dari wawancara dan kuisioner ini adalah beberapa orang yang ditunjuk secara random. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan demi mendapatkan data-data tertulis, baik berupa data-data faktual maupun standar-standar yang telah ditetapkan, baik yang berasal dari pemerintah setempat maupun sumber lain (buku, majalah, dan internet). Data-data tertulis ini nantinya akan menjadi bahan analisis perbandingan dengan pengamatan lapangan yang dilakukan. Analisis Analisis dilakuakan dengan membandingkan hasil pengamatan lapangan, wawancara dan kuisioner, kajian pustaka, serta contoh-contoh bangunan dengan fungsi yang sama yang telah ada, yaitu menjelaskan data dan informasi yang berkaitan dengan latar belakang, permasalahan, tujuan, dan sasaran. 9 I.8. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam laporan pra tugas akhir ini berupa uraian secara berurutan per babnya. Urutan-urutan pembagian babnya adalah sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metodologi, metode penulisan, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan dari kasus yang diambil. Bab II. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Bab ini memuat studi literatur mengenai teori perancangan suatu bangunan, meliputi gambaran umum bangunan sport center, tentang prinsip, jenis, dan persyaratan bangunan sport center. Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan prinsip dan teori dari penekanan yang diterapkan dalam bangunan sport center ini, sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan penyusunan konsep pada bab selanjutnya. Bab III. Studi Kasus Bab ini memaparkan beberapa contoh dari bangunan sport center dan bangunan yang menggunanakan fokus penekanan yang diterapkan pada bangunan sport center, yakni hightech. Contoh-contoh yang diambil merupakan bangunan yang telah ada, baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang dirasa dapat dijadikan preseden dan perbandingan dalam merancang bangunan sport center dengan penekanan high-tech. Bab IV. Analisis dan Pendekatan Konsep Bab ini menjabarkan detil pengolahan data yang didapat dari studi yang dilakukan sebelumnya. Penjabaran ini merupakan asimilasi serta akulturasi data yang didapat dengan apa yang dibutuhkan dalam proses perancangan. Pada abab ini nantinya akan didapatkan suatu program ruang yang dibutuhkan dalam bangunan sport center. Bab ini juga berisi tentang penyelesaian masalah pada kasus yang dirangkum ke dalam sebuah pendekatan konsep yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pembuatan konsep, baik secara makro, messo, maupun mikro. Pada bab ini juga menjelaskan tentang analisis yang telah dilakukan terhadap contoh-contoh bangunan yang telah dipaparkan pada bab III, baik dalam hal program ruang, hubungan antar ruang, zonasi, dan sebagainya. 10 Bab V. Konsep Bab ini berisi tentang hasil yang didapat dari pendekatan konsep yang nantinya adalah sebuah pengembangan pemikiran berupa transformasi desain, berupa penentuan zonasi, gubahan massa, maupun bentuk kasar dari bangunan sport center yang akan dibangun baik secara makro, messo, maupun mikro. I.9. Orisinalitas Penulisan Terdapat beberapa tulisan mahasiswa UGM dengan judul dan tema yang hampir sama dan relevan, di antaranya ialah: 1. Sport Center di Kota Baru Kemayoran dan Penciptaan Ruang Terbuka (Widiawati, Riana. 2001) 2. Sport Center di Surabaya (Nurdiah, Esti Asih. 2004) 3. Sport Center Dengan Penerapan Konsep Arsitektur Hijau (Yahya, Yovinus Yappary. 2008) 4. Sport Center Penekanan pada Citra dinamis (Mursyadi, Ari. 2010) 5. Sport Center di BSD city dengan Exposed Long Span Structure (Anggraini, Sylvi. 2011) 6. Sports Center di Yogyakarta dengan pendekatan Exposed Structure (Suryadi, Riesky Bayu. 2012) 11 I.10. Kerangka Berpikir Isu-isu pengembangan sport center Kebijakan pemerintah Isu-isu pemakai sport center sport center Permasalahan Tujuan Sasaran Ruang lingkup Pendekatan high-tech Kajian teori Studi kasus Analisa Kebutuhan masyarakat Aplikasi high-tech Rencana pengembangan site Sejarah Konsep desain / pra-desain makro meso mikro Desain Bagan 1 Kerangka Berpikir Sumber: Analisa Pribadi 12