RESPON FISIOLOGIS, PROFIL TRIGLISERIDA DAN

advertisement
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA
RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG
DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA
SKRIPSI
DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI. D14204072. 2008. Profil Trigliserida
dan Kolesterol Darah serta Respon Fisiologis Tikus (Rattus novergicus) yang
Diberi Pakan Sate Daging Domba. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
Data ilmiah tentang pengaruh konsumsi daging olahan asal domba terhadap
kadar trigliserida dan kolesterol darah serta respon fisiologis, belum banyak
didapatkan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari profil trigliserida dan
kolesterol darah serta respon fisiologis pada tikus (Rattus novergicus) yang diberi
pakan olahan daging domba berupa sate. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober 2007 sampai Pebruari 2008. Sebanyak 14 tikus percobaan digunakan pada
penelitian ini. Tikus tersebut dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu tikus kontrol (P1)
dan tikus yang diberi pakan mengandung olahan daging domba berupa sate (P2).
Peubah profil darah yang diukur adalah kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol
HDL dan kolesterol LDL darah. Peubah lain yang juga diukur adalah indeks
aterogenik. Peubah-peubah tersebut dianalisa dengan statistika model rancangan acak
lengkap. Peubah respon fisiologis yaitu suhu tubuh, detak jantung dan laju
pernafasan dianalisa dengan statistika model rancangan acak lengkap subsampling.
Pemberian pakan yang berbeda berpengaruh terhadap kadar kolesterol total
darah tikus percobaan. Rataan dan simpangan baku kadar kolesterol total darah untuk
P1 dengan P2 secara berurutan adalah 107,00 ± 8,00 mg/dl dan 92,67 ± 3,21 mg/dl.
Pakan yang mengandung sate daging domba tidak berpengaruh nyata terhadap kadar
trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, indeks aterogenik, suhu tubuh, detak
jantung dan laju pernafasan tikus percobaan. Rataan dan simpangan baku kadar
trigliserida untuk P1 dan P2 masing-masing adalah 70,7 ± 29,9 mg/dl dan 100,0 ±
22,3 mg/dl, rataan dan simpangan baku kolesterol HDL untuk P1 dan P2 masingmasing adalah 38,33 ± 4,93 mg/dl dan 33,33 ± 5,69 mg/dl, rataan dan simpangan
baku kolesterol LDL untuk P1 dan P2 masing-masing adalah 54,53 ± 7,51 mg/dl dan
39,33 ± 10,98 mg/dl serta rataan dan simpangan baku indeks aterogenik untuk P1
dan P2 masing-masing adalah 1,81 ± 0,23 dan 1,84 ± 0,55. Rataan dan simpangan
baku suhu tubuh adalah P1(35,72 ± 0,61oC), P2(36,05 ± 0,50oC). Rataan dan
simpangan baku detak jantung adalah P1(211,5 ± 22,78 denyut/menit), P2(225,75 ±
18,25 denyut/menit). Rataan dan simpangan baku laju pernafasan adalah P1(149,64 ±
14,09 kali/menit), P2(146,63 ±13,14 kali/menit). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah konsumsi sate daging domba menu-runkan kadar kolesterol total darah,
namun tidak berpengaruh terhadap kadar trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol
LDL darah dan indeks aterogenik serta respon fisiologis pada tikus yang berumur
sekitar 6 minggu.
Kata-kata kunci : profil darah, kolesterol, respon fisiologis, daging domba, sate
ABSTRACT
Blood Profiles of Triglyceride, Cholesterol and Physiological
Responds of Rats Fed with Lamb Meat Satay
Rimadianti, DMA, T. Suryati, D.A Astuti
The study of the effect of lamb meat consumption has not properly-enough
conducted. Fourteen male rats of LMR-Wistar weighing 37-47 grams were used in
this experiment to study the effect of lamb meat consumption. The rats were divided
into two groups, control and treatment group, each consist of seven rats. The rats in
control group (P1) were fed with casein as source of protein in the ration and the rats
in treatment group (P2) were fed with lamb meat satay as source of protein in ration.
This study was conducted for 25 days which was 5 days for adaptation period and 20
days as treatment period. Plasma lipid levels, as well as triglyceride (TG), total
cholesterol (TC), high density lipoprotein cholesterol (HDL-cholesterol) and low
density lipoprotein cholesterol (LDL-cholesterol), were examined at the end of the
treatment period. Physiological responds consist of rectal temperature, heart rate and
respiratory rate were examined every two days during treatment period. The
observations for blood profiles and atherogenic index were analyzed using
randomized complete design while physiological responds was analyzed using
subsamples randomized complete design. The result suggested that lamb meat satay
as source of protein in feed influenced the TC level while TG, HDL-cholesterol,
LDL-cholesterol and atherogenic index were not influenced by lamb meat satay as
source of protein in feed. Statistical analysis also did not show any differences on
rectal temperature, heart rate and respiratory rate. These results indicate that lamb
meat satay consumption influenced total cholesterol level of laboratory rats while
levels of triglyceride, HDL-cholesterol, LDL-cholesterol, atherogenic index, rectal
temperature, heart rate and respiratory rate were not.
Keywords : Blood Profile, Cholesterol, Physiological Responds, Lamb Meat, Satay
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA
RESPON FISIOLOGIS PADA TIKUS (Rattus novergicus)
YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA
DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI
D14204072
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA
RESPON FISIOLOGIS PADA TIKUS (Rattus novergicus)
YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA
Oleh
Dini Maharani Arum Rimadianti
D14204072
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 13 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.
NIP. 132 159 706
Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
NIP. 131 474 289
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr.
NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1986 di Jakarta. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ari Sudarmadi dan Ibu Titis
Jektirini Budiarti.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di SDN Jakasampurna I Bekasi pada
tahun 1998, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan di SLTPN 1 Bekasi
pada tahun 2001, pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di
SMUN 2 Bekasi, dan penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis pernah aktif di Himpunan
Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak (Himaproter) sebagai Ketua Departemen
Penelitian dan Pengembangan (2006-2007), UKM Agri FM sebagai penyiar dan staf
divisi program (2006-2007) serta FOODREVIEW INDONESIA sebagai reporter
(Maret 2008- April 2008).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tercurah pada Nabi Muhammad
SAW.
Dewasa ini, konsumsi daging merah termasuk daging domba dicurigai
sebagai penyebab berbagai penyakit degeneratif. Daging domba dianggap dapat
menjadi pemicu meningkatnya kadar kolesterol darah yang pada gilirannya
menyebabkan penyakit jantung atau stroke. Skripsi berjudul “Profil Trigliserida
dan Kolesterol Darah Serta Respon Fisiologis Pada Tikus (Rattus novergicus)
Yang Diberi Pakan Sate Daging Domba” diharapkan mampu memberikan
sejumlah informasi pada pembaca mengenai pengaruh konsumsi olahan produk
daging domba terhadap profil darah dan respon fisiologis.
Penulis merasa bahwa informasi dalam karya tulis ini masih jauh dari cukup.
Semoga penelitian mengenai pengaruh konsumsi olahan daging dapat terus
dikembangkan melalui penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
Bogor, 13 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................
i
ABSTRACT ...................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................
Manfaat ..............................................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Daging Domba ...................................................................................
Trigliserida .........................................................................................
Kolesterol ...........................................................................................
Lipoprotein .........................................................................................
Indeks Aterogenik................................................................................
Respon Fisiologis.................................................................................
Sate ....................................................................................................
Tikus Percobaan .................................................................................
3
3
4
6
7
7
8
9
METODE .......................................................................................................
11
Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Materi .................................................................................................
Rancangan ..........................................................................................
Prosedur .............................................................................................
11
11
12
12
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
19
Konsumsi dan Bobot Badan Tikus Percobaan ................................... 19
Respon Fisiologis (Suhu Tubuh, Detak Jantung dan Laju Pernafasan) 21
Kadar Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL dan
Kolesterol LDL .................................................................................. 23
Indeks Aterogenik................................................................................ 26
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
28
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...................................................................................................
28
28
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
30
LAMPIRAN ..................................................................................................
34
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Nilai Fisiologis Tikus...............................................................................
8
2. Kebutuhan Nutrisi Tikus (Berdasarkan 90% Bahan Kering) .................
10
3. Komposisi Ransum Tikus Percobaan ......................................................
16
4. Rataan Konsumsi Nutrisi dan Kenaikan Bobot Badan Tikus Percobaan
19
5. Nilai Fisiologis Suhu Rektal, Frekuensi Jantung dan Laju Pernafasan ...
21
6. Rataan Kadar Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol
LDL Darah dan Indeks Aterogenik ......................................................... 24
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Struktur Umum Trigliserida.....................................................................
4
2. Struktur Umum Kolesterol.......................................................................
5
3. Diagram Alir Pembuatan Sate Daging Domba........................................
13
4. Grafik Kenaikan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan ........................
20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Analisis Proksimat Sate Daging Domba ......................................
35
2. Hasil Analisis Proksimat Pakan .............................................................
35
3. Hasil Analisis Ragam Suhu tubuh .........................................................
35
4. Hasil Analisis Ragam Detak Jantung ......................................................
35
5. Hasil Analisis Ragam Laju pernafasan ..................................................
36
6. Hasil Analisis Ragam Kadar Trigliserida ..............................................
36
7. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol Total ........................................
36
8. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol HDL .......................................
36
9. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol LDL .......................................
36
10. Hasil Analisis Ragam Indeks Aterogenik ..............................................
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak
lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi
tinggi dan berguna bagi kesehatan tubuh. Daging dapat diolah menjadi berbagai jenis
makanan untuk meningkatkan palatabilitasnya. Produk hasil pengolahan daging yang
umumnya disukai masyarakat adalah sate dan gulai. Pangan hasil olahan daging
tersebut antara lain dapat berasal dari hewan ternak domba dan sapi. Sumber data
statistik Direktorat Jendral Peternakan (2007) mencatat konsumsi daging per-kapita
per-tahun penduduk Indonesia pada 2006 menurun dari 5,18 kg pada 2005 menjadi
4,13 kg. Hal ini dapat disebabkan karena daging dari seluruh jenis hewan ternak kaya
akan lipida dan mengakibatkan sejumlah pakar kesehatan mendorong masyarakat
untuk mengurangi konsumsi daging guna mengurangi asupan lipida.
Lipida dalam darah dapat berupa kolesterol dan trigliserida. Kolesterol
merupakan lipida yang hanya terdapat dalam produk-produk asal hewan. Daging
adalah salah satu produk yang mengandung kolesterol. Dua jenis lipoprotein yang
paling bertanggung jawab dalam pengangkutan kolesterol dalam darah terdiri atas
kolesterol LDL (low density lipoprotein-cholesterol) dan kolesterol HDL (high
density lipoprotein-cholesterol). Kolesterol LDL berfungsi untuk mengangkut
kolesterol ke dalam tubuh atau pembuluh darah arteri. Kolesterol LDL jika
berlebihan dapat menyebabkan penyakit aterosklerosis, serangan jantung dan stroke.
Kolesterol HDL, di sisi lain, dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi untuk
membawa kolesterol dari pembuluh darah arteri dan kembali ke hati serta membuang
kolesterol ke luar tubuh. Trigliserida yang dapat digunakan oleh tubuh sebagai
sumber energi dan diangkut dalam bentuk kilomikron, seringkali dikaitkan dengan
berbagai penyakit misalnya jantung.
Lipida pada dasarnya berfungsi antara lain sebagai sumber energi,
pengangkut vitamin larut lemak dan pembentuk berbagai komponen penting di
dalam tubuh misalnya hormon steroid. Turunan lipida yaitu kolesterol, berperan
dalam pembentukan vitamin D, hormon estrogen dan testosteron serta asam empedu.
Fungsi yang melekat pada lipida daging tersebut mencerminkan pentingnya
konsumsi daging bagi kesehatan.
Sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa konsumsi daging berhubungan
dengan peningkatan faktor resiko penyakit jantung koroner. Proporsi kematian
karena penyakit sistem sirkulasi yaitu jantung dan pembuluh darah, meningkat cukup
tajam dalam kurun waktu tahun 1995-2000. Angka kematian menurut penyebabnya
menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi di Indonesia pada tahun 2000 adalah
karena penyakit sistem sirkulasi (Tim Survei Kesehatan Nasional, 2002). Faktor
resiko penyakit sistem sirkulasi antara lain meliputi genetik atau keturunan, makanan
yaitu konsumsi serat yang kurang maupun konsumsi lemak dan kolesterol bahan
mkanan yang berlebih, gaya hidup yaitu malas berolahraga, konsumsi rokok dan
alkohol serta faktor stres.
Pembuktian secara ilmiah tentang pengaruh konsumsi daging olahan asal
domba terhadap kadar trigliserida dan kolesterol darah serta respon fisiologis, belum
banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
ilmiah yang membantu menjelaskan pengaruh konsumsi sate daging domba terhadap
peubah tersebut diatas. Masyarakat diharapkan dapat memperoleh informasi yang
jelas dan berimbang dengan adanya data ilmiah tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari profil trigliserida dan kolesterol
darah serta respon fisiologis tikus (Rattus novergicus) yang diberi pakan daging
olahan asal domba berupa sate.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Daging Domba
Daging domba adalah urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat
daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari domba yang sehat
waktu dipotong (Badan Standardisasi Nasional, 1995). Menurut Lawrie (1998) urat
daging serta organ-organ seperti hati, ginjal, otak dan jaringan lain yang berasal dari
hewan dan dapat dimakan termasuk dalam kategori daging.
Komposisi dan karakteristik kimia asam lemak dalam jaringan otot pada
ruminansia bergantung antara lain pada umur, lokasi jaringan lemak dan jenis
makanan yang dikonsumsi ternak (Niedziółka et al., 2005). Daging domba memiliki
komponen asam lemak rantai bercabang yaitu 4-metiloktanoat, 4-etiloktanoat dan 4metilonanoat yang terdapat pada lemak subkutan. Asam lemak ini ditemukan dalam
jumlah tinggi dalam daging kambing dan domba, tetapi tidak ditemukan pada daging
sapi (Shahidi, 1998).
Daging domba mengandung 53,4% air, 15,1% protein, 30,4% lemak dan
1,1% abu. Kandungan kolesterol daging domba yaitu 70 mg/100g daging. Daging
sapi sementara itu mengandung 66,6% air, 20,2% protein, 12,3% lemak dan 0,9%
abu serta kandungan kolesterol daging sebesar 125 mg/100g daging (Campbell et al.,
2003).
Trigliserida
Trigliserida atau triasilgliserol merupakan lemak netral yang terdiri atas
sebuah gliserol dan tiga rantai asam lemak serta disintesis di hati dan usus halus
(Chen, 2006). Menurut Guyton dan Hall (1997), trigliserida dipakai dalam tubuh
terutama untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik.
Seluruh jenis lipoprotein berperan untuk mengangkut trigliserida, namun
sebagian besar dari trigliserida diangkut oleh VLDL dan kilomikron. Campuran dari
trigliserida teremulsifikasi tampak dalam jumlah besar setelah mengkonsumsi
pangan tinggi lemak, umumnya dalam darah yang mengalir dari empedu ke hati
(Ravnskov, 2004). Gambar struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Umum Trigliserida
Sumber : Wikipedia, 2007
Pencernaan dan penyerapan trigliserida rantai panjang merupakan proses
yang sangat efisien. Proses tersebut melibatkan beberapa langkah tertentu yaitu
emulsifikasi dan hidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan
monoasilgliserol. Pencernaan lemak pangan yang efisien membutuhkan kolipase dan
asam empedu sebagai bahan tambahan pada lipase trigliserida. Asam empedu
diperlukan untuk penyerapan hampir sempurna lemak pangan yang secara normal
terjadi meskipun asam empedu tidak secara mutlak diperlukan untuk penyerapan
lemak pangan (Lowe, 2002).
Akumulasi trigliserida pada jaringan adiposa dapat menyebabkan obesitas
(Chen, 2006). Kadar trigliserida yang tinggi dan defisiensi lipase dapat meningkatkan faktor resiko penyakit jantung koroner. Peningkatan resiko tersebut
dibuktikan terutama melalui penurunan HDL (Skeggs dan Morton, 2002). Kadar
trigliserida yang menurun dapat dihubungkan dengan resiko penyakit jantung
koroner (PJK) yang lebih rendah (Zou et al., 2005).
Kolesterol
Kolesterol adalah zat menyerupai lemak yang secara alami terdapat di seluruh
tubuh. Kolesterol terdapat pada dinding dan membran setiap sel, termasuk sel otak,
saraf, otot, kulit, hati, usus dan jantung. Tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik
tanpa kolesterol (Laurencio, 2002). Kolesterol merupakan sterol utama dalam lipida
hewan dan dapat menghasilkan sejumlah produk oksidasi dibawah kondisi tertentu.
Sejumlah kecil produk oksidasi tersebut terdapat pada daging mentah dan yang telah
mengalami proses pemasakan (Zaborowska et al., 2004).
Kolesterol disintesis dalam sitoplasma melalui empat tahap yaitu mensintesis
mevalonat dari asetil Ko-A, mengubah mevalonat untuk mengaktifkan isoprene
4
kemudian squalene disintesis dari beberapa isoprene dan terakhir melisiskan squalen
menjadi kolesterol (Boyer, 2002). Senyawa 3-hydroxy 3-methylglutaryl coenzyme
A reductase (HMG-CoA reductase), yang mengubah HMG-CoA menjadi mevalonat,
merupakan
enzim
dengan
kecepatan
terbatas
dalam
sintesis
kolesterol.
Penghambatan yang kompetitif oleh enzim HMG-CoA reductase menurunkan
biosintesis kolesterol intraseluler (Anbinder et al., 2006). Aktivitas enzim HMGCoA reductase diatur oleh beberapa mekanisme yang melibatkan pengaturan
transkripsional, modifikasi pasca transkripsional, pengaturan allosterik dan kadar
kolesterol endogenous serta eksogenous (Woo et al., 2005). Gambar struktur umum
kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Umum Kolesterol
Sumber : Wikipedia, 2007
Sebanyak 80% dari total kolesterol pada umumnya diproduksi dalam tubuh.
Makanan memberikan hanya 20 % dari total kolesterol. Liver dapat menghasilkan
lebih banyak kolesterol endogenus akibat dari konsumsi kolesterol berlebihan dari
pangan yang dikonsumsi oleh manusia. Kadar kolesterol yang cukup tinggi dapat
diartikan memiliki resiko stroke dan serangan jantung. Hal ini karena kolesterol
membentuk plak yang melapisi, mempersempit dan mengeraskan arteri. Penyakit ini
disebut aterosklerosis. Kondisi tersebut dapat berkembang hingga aliran darah tidak
dapat lagi melalui saluran arteri (Russell, 2007a).
Penyempitan pada pembuluh darah ke arah jantung akan menyebabkan otot
jantung mati dan kemudian menyebabkan serangan jantung. Penyempitan pembuluh
darah ke arah otak akan menyebabkan stroke. Kedua organ penting tersebut yaitu
jantung dan otak membutuhkan sumber oksigen konstan yang didapatkan melalui
aliran darah (Russell, 2007a).
5
Jumlah kolesterol pada beberapa organ vital tubuh seperti otak, jantung, hati,
dan ginjal cukup tinggi. Sel tubuh menghasilkan kolesterol sekitar 700 mg/ hari dan
hati menghasilkan 10% dari jumlah total tersebut. Kolesterol dikonsumsi dalam diet
dari pangan hewani sekitar 200 hingga 300 mg, atau sepertiga dari total jumlah
kolesterol yang dihasilkan setiap harinya (Russell, 2007b). Metabolisme kolesterol
yang tidak normal dapat menyebabkan komplikasi pada sejumlah penyakit, termasuk
infiltrasi lemak hati yang dapat berkembang menjadi fibrosis dan sirosis serta
menyebabkan gagal liver (Woo et al., 2005).
Lipoprotein
Lipoprotein adalah molekul yang terdiri atas protein dan lipida yang
digabungkan dengan ikatan non-kovalen yaitu interaksi hidrofob antara bagian
(gugus) non polar dari lipida dengan molekul protein. Ada dua jenis fungsi
lipoprotein yaitu sistem lipoprotein pengangkut dan sistem lipoprotein membran
(Wirahadikusumah, 1985).
Low Density Lipoprotein. Low density lipoprotein (LDL) merupakan pengangkut
utama kolesterol dalam darah. LDL disintesa di dalam hati dan diangkut oleh darah
(Boyer, 2002). Kadar kolesterol darah tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi tetapi juga kecepatan tubuh membentuk dan membuang LDL dari dalam
tubuh (NHLBI, 2002 dan Santos et al., 2003). Peningkatan kadar LDL merupakan
resiko utama bagi penyakit jantung koroner. LDL yang berlebih dalam darah
disimpan dalam dinding arteri dan menyebabkan terbentuknya plak (Zou et al.,
2005). Partikel LDL heterogen dan beragam menurut ukuran, densitas dan komposisi
lipida. Perbedaan dalam properti psikokimia partikel LDL diduga mempengaruhi
kemampuannya dalam menekan atau mengembangkan aterosklerosis pada manusia
(Vakkilainen et al., 2002).
High Density Lipoprotein. High density lipoprotein (HDL) memiliki kandungan
protein paling tinggi dari lipoprotein (55% protein dan 45% lipida). Komponen lipida
utama pada bagian inti adalah kolesterol dan kolesterol ester. HDL sering disebut
sebagai kolesterol baik karena aktivitasnya yang mengeluarkan kolesterol dari dalam
tubuh (Boyer, 2002). Peningkatan HDL dapat memperlambat proses aterosklerosis
(Zou et al., 2005). Pengaruh perlindungan terhadap perkembangan aterosklerosis
6
melekat pada HDL berdasarkan peran utama dalam transportasi kolesterol balik
(Duchateau et al., 2000).
Indeks Aterogenik
Indeks aterogenik dapat dihitung dengan berbagai macam persamaan.
Montilla et al. (2004), Pedersen et al. (2000) dan Usoro et al. (2006) menyatakan
bahwa nilai indeks aterogenik didapatkan dengan cara menghitung rasio total
kolesterol dengan kolesterol HDL (HDL-C). Menurut Martin-Carron et al. (1999),
indeks aterogenik dapat dihitung dengan persamaan : (total kolesterol-HDL-C) x
HDL-C-1. Indeks aterogenik yang rendah mengindikasikan rasio HDL-C yang tinggi.
Hal ini dapat digunakan untuk pengukuran resiko penyakit jantung koroner (PJK).
HDL-C yang lebih tinggi dan LDL-C serta indeks aterogenik yang lebih rendah
merupakan perlindungan terhadap PJK (Usoro et al., 2006).
Respon Fisiologis
Respon fisiologis antara lain meliputi suhu tubuh, detak jantung dan laju
pernafasan. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh. Semakin
tinggi tingkat metabolisme di dalam jaringan tubuh maka semakin besar kebutuhan
untuk aliran darah. Temperatur adalah faktor utama yang mempengaruhi fungsi
jaringan tubuh. Suhu tubuh bergantung pada keseimbangan antara input dan output
panas. Input panas ke dalam tubuh berasal dari metabolisme dan sumber eksternal.
Panas yang berasal dari setiap tahap proses metabolisme diproduksi langsung setelah
makanan dikonsumsi (Cunningham, 1997).
Siklus detak jantung terdiri atas dua periode yaitu diastol dan sistol. Atrium
dan ventrikel jantung berelaksasi dan mulai terisi oleh darah selama periode diastol.
Atrium jantung berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel. Ventrikel
jantung selanjutnya akan berkontraksi dan memompa darah ke luar jantung selama
periode sistol (NHLBI, 2008).
Sistem respirasi sangat penting dalam termoregulasi, metabolisme substansi
eksogenous dan endogenous serta perlindungan hewan terhadap debu, gas beracun
dan bahan berbahaya yang terhirup (Cunningham, 1997). Hewan dengan laju
respirasi yang lebih tinggi dapat menjadi lebih sensitif terhadap panas (Mitlohner et
al., 2001). Tabel 1 berikut menunjukkan nilai fisiologis pada tikus.
7
Tabel 1. Nilai Fisiologis Tikus
Kriteria
Nilai
Berat Badan Jantan Dewasa
450-520 g
Berat Lahir
5-6 g
Temperatur Tubuh
35,9- 37,5 oC
Konsumsi Makanan
10g/100g BB/ hari
Konsumsi Air Minum
10- 12 ml/100 g BB/hari
Jumlah Pernafasan
70-115 /menit
Detak Jantung
250- 450 /menit
Lemak Serum
70- 415 mg/dl
Trigliserida
26- 145 mg/dl
Kolesterol
40- 130 mg/dl
Sumber: Malole dan Pramono, 1989
Sate
Sate adalah produk olahan daging yang dipotong kecil-kecil, ditusuk dengan
tusukan sate yang terbuat dari bambu/sindhik dan kemudian dibakar menggunakan
bara arang kayu. Resep cara pembuatan sate berbeda-beda di setiap daerah dan
hampir segala jenis daging dapat diolah menjadi sate. Sate umumnya dilumuri
dengan saus. Saus tersebut antara lain dapat berupa sambal kecap.
Sate merupakan makanan Indonesia yang juga populer di negara-negara Asia
Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Sate pada
umumnya terdiri atas gumpalan atau potongan daging pada bambu yang dipanggang
di atas bara api atau kayu meskipun resep dan bumbu bervariasi dari negara satu dan
negara lain. Daging yang biasa digunakan berasal dari daging sapi, domba, babi,
ikan, ayam dan udang. Makanan ini dapat disajikan dengan saus sambal kacang atau
potongan bawang (Wikipedia, 2007). Bahan Baku Sate Daging Domba diuraikan di
bawah ini.
Daging Domba
Daging domba memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan daging sapi
atau babi. Serabut otot daging domba relatif lebih tipis, memiliki lipoprotein dalam
jumlah banyak diantara kulit, sangat empuk dan mengandung banyak air (juicy),
sehingga rasa yang dihasilkan sangat lezat (ZhiBing, 2006). Lemak daging domba
8
relatif memiliki titik leleh yang tinggi sehingga menciptakan citarasa seperti lilin di
dalam mulut (Shahidi, 1998).
Bawang Putih
Bawang putih telah lama digunakan sebagai salah satu bumbu masakan oleh
masyarakat Indonesia maupun masyarakat lainnya di berbagai belahan dunia karena
aromanya yang khas. Akhir-akhir ini penggunaan bawang putih tidak hanya sebagai
bahan penyedap rasa, tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan yang dapat
memberikan efek kesehatan (Ardiansyah, 2006).
Ekstrak bawang putih yang diberikan bersama makanan berlemak dapat
menurunkan kadar kolesterol serum dalam 3 jam setelah pemberian pada orang
sehat. Pemberian bawang putih jangka panjang akan menurunkan secara progresif
kadar kolesterol serum dan trigliserida baik pada orang normal maupun penderita
hiperlipidemia (Sunarto dan Pikir, 1995).
Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia
Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah
merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia (Wikipedia, 2007).
Bawang merah termasuk dalam salah satu diantara anggota Allium yang paling
populer dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah dikenal sebagai bumbu
penyedap masakan (Wibowo, 2001).
Garam
Garam merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan dan
digunakan sebagai penegas citarasa dan berfungsi sebagai pengawet. Makanan yang
mengandung kurang dari 0,3% akan terasa hambar dan tidak disukai. Garam sebagai
bagian terbesar dari cairan ektraseluler, berfungsi untuk membantu mempertahankan
tekanan osmotik serta menjaga keseimbangan asam dan basa (Winarno, 2002).
Kenaikan asupan garam dalam tubuh berperan dalam meningkatkan tekanan arteri
karena garam tidak mudah diekskresikan oleh ginjal (Guyton dan Hall, 1997).
Tikus Percobaan
Tikus laboratorium lebih cepat dewasa dibandingkan tikus liar. Zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan tikus dan manusia memiliki beberapa persamaan
9
yaitu karbohidrat (pati, gula sederhana dan selulosa), minyak atau lemak, asam
lemak esensial, protein, mineral dan vitamin (Muchtadi, 1989). Berat badan tikus
pada umur empat minggu dapat mencapai 35-40 gram dan berat dewasa rata-rata
200-250 gram (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988).
Bahan dasar makanan tikus adalah protein sebanyak 20-25% (tetapi hanya
12% kalau protein itu lengkap berisi semua 20 asam amino esensial dengan
konsentrasi benar), lemak sebanyak 5%, pati sebanyak 45-50%, serat kasar sebanyak
5%, dan abu sebanyak 4-5% (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988). Tikus memiliki
kebutuhan nutrisi setiap harinya tidak jauh berbeda dengan manusia. Komponenkomponen nutrisi yang juga dibutuhkan oleh tikus disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Tikus (Berdasarkan 90% Bahan Kering)
Nutrisi
Kebutuhan dalam Diet untuk
Pertumbuhan atau Laktasi
Protein
12 %
Lemak
5%
(Digestible Energi)Karbohidrat
3,8 kkal/kg
Mineral
Kalsium
0,50 %
Klorida
0,05%
Magnesium
0,04%
Fosfor
0,40%
Potasium
0,36%
Sodium
0,05%
Vitamin
A
4000,00 iu/kg
D
1000,00 iu/kg
E
30,00 iu/kg
K
50,00 µg/kg
Kolin
1000 mg/kg
Asam folat
1,00 mg/kg
Niasin
20,00 mg/kg
Sumber: National Research Council, 1978
10
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta
Laboratorium Klinik Prodia, Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari
bulan Oktober 2007- Pebruari 2008.
Materi
Produk Daging Olahan
Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan sate daging domba adalah
daging domba yang berasal dari ternak lokal dengan jenis kelamin dan umur yang
sama yaitu sekitar 12-14 bulan. Daging domba yang digunakan adalah daging bagian
paha belakang tanpa lemak sebanyak 3 kg. Bahan-bahan yang digunakan sebagai
bumbu sate adalah bawang merah, bawang putih, garam dan kecap. Alat yang
digunakan untuk pembuatan sate daging domba meliputi timbangan, tusuk sate,
pisau, wadah dan alat pemanggang sate.
Percobaan in Vivo dan Analisis Darah
Hewan yang digunakan dalam percobaan in vivo adalah tikus putih jantan
strain LMR-Wistar sebanyak 14 ekor. Tikus yang digunakan berumur 2-3 minggu
dengan bobot awal antara 37-47 gram. Pakan yang digunakan adalah pakan dengan
komposisi seperti pada Tabel 4. Alat yang digunakan adalah kandang individu, botol
air minum dan tempat pakan masing-masing sebanyak 14 buah serta alat untuk
pengambilan sampel darah vacum venojact yang mengandung antikoagulan heparin
serta syringe, selain itu digunakan bahan dan alat untuk analisis sampel darah (lemak
dan kolesterol). Bahan yang digunakan untuk analisis trigliserida dan kolesterol
darah adalah Kit merek DiaLine. Alat yang digunakan adalah automated clinical
analyzer. Termometer digital digunakan untuk pengukuran suhu tubuh tikus
percobaan.
Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap.
Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan pemberian pakan pada tikus
percobaan. Model rancangan percobaan yang digunakan menurut Steel dan Torrie
(1995) adalah
Yij = µ + Pi + εij
Keterangan :
Yij
= respon percobaan akibat perlakuan pemberian pakan ke-i (i =1 dan 2)
µ
= nilai tengah umum
Pi
= pengaruh faktor perlakuan pemberian pakan ke-i
εij
= pengaruh galat percobaan pada perlakuan pakan ke-i
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (Steel dan Torrie,
1995).
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama adalah
pengolahan daging domba menjadi sate. Langkah kedua menganalisis komposisi
kimia produk olahan dan menyusun ransum dengan menggunakan sate daging
domba sebagai sumber protein. Ketiga melakukan pengujian secara in vivo dengan
menggunakan hewan percobaan yang diberi ransum yang mengandung sate daging
domba, pengamatan respon fisiologis dan analisis nutrien sampel darah hewan
percobaan.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan terdiri atas pembuatan olahan daging domba berupa
sate dan analisis proksimat sate daging domba meliputi: kadar air, kadar protein,
kadar lemak, kadar abu dan kadar kolesterol daging.
Pembuatan Sate Daging Domba. Lemak ekstramuskuler daging domba yang akan
digunakan untuk membuat sate dihilangkan, kemudian dipotong-potong dengan
ukuran 2 cm x 2 cm. Bumbu yang terdiri atas bawang putih, bawang merah dan
garam dihaluskan. Daging yang sudah dipotong-potong diaduk dengan bumbu yang
dihaluskan tersebut. Daging kemudian direndam dalam bumbu halus selama
12
setengah jam. Potongan daging kemudian disusun pada tusukan sate. Sate mentah
dilumuri kecap yang sudah sedikit dicairkan sebelum dipanggang di atas bakaran
sate. Diagram alir pembuatan sate daging domba dapat dilihat pada Gambar 3.
Daging Domba
Di-trim dan dicuci
Dipotong-potong
menjadi 2cm x 2cm
bawang putih,
bawang merah dan
garam dihaluskan
Diamkan selama 30 menit
Ditusukkan pada bambu
Dilumuri kecap
Dipanggang di atas bakaran
Sate Daging Domba
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Sate Daging Domba
Pengujian Sate Daging Domba.
Komposisi nutrisi produk olahan dianalisis
proksimat (AOAC, 1984) dan analisis kolesterol. Analisis kolesterol produk
menggunakan metode Lieberman-Buchard (1961).
Kadar Air. Sebanyak 1 gram sampel segar produk olahan daging dalam botol
timbangan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 8 jam, lalu
ditimbang. Sampel kemudian didinginkan hingga beratnya konstan. Kadar air
dihitung dengan persamaan di bawah ini.
Kadar air (%) =
berat sampel segar − berat sampel kering
x 100%
berat sampel segar (g)
13
Kadar Protein.
Sebanyak 0,25 gram sampel kering, di tempatkan dalam labu
Kjeldahl 100 ml dan ditambahkan 0,25 gram Selenium dan 3 ml H2SO4 pekat.
Destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) kemudian dilakukan selama 1 jam
sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH
40 %, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam tabung Erlenmeyer yang
berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green-Methyl
Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml
dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan destilasi dititrasi menjadi HCl
0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap
blanko. Kadar protein dihitung menggunakan rumus : kadar protein (%) = %N x
6,25. Kadar nitrogen total dihitung menggunakan rumus :
%N =
(S − B) x HCl x 14
x 100%
W x 1000
Keterangan :
S : volume titran sampel (ml) ; B: volume titran blanko (ml) ;
W: bobot sampel kering (mg)
Kadar Lemak. Sebanyak 2 gram sampel kering disebar diatas kapas yang beralas
kertas saring dan digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam labu
soxhlet. Ekstraksi kemudian dilakukan selama 6 jam dengan menggunakan pelarut
lemak berupa heksana sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selam 1 jam.
Kadar lemak (%) =
berat lemak terekstrak (g)
x 100%
berat sampel kering (g)
Kadar Abu. Sebanyak 1 gram sampel kering ditempatkan dalam wadah porselin
dan dibakar sampai tidak berasap. Sampel kemudian diabukan dalam tanur bersuhu
600oC selam 1 jam, lalu ditimbang. Kadar abu dihitung menggunakan persamaan di
bawah ini.
Kadar abu (%) =
berat lemak abu (g)
x 100%
berat sampel kering (g)
14
Kadar Kolesterol Total Produk Olahan daging. Kadar kolesterol total olahan
daging ditentukan dengan menggunakan metode yang dilakukan Lieberman-Buchard
(1961). Sebanyak 0,1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse
ditambahkan dengan 8 ml alkohol : heksan dengan perbandingan 3 berbanding 1 dan
selanjutnya diaduk sampai homogen. Produk dibilas dengan 2 ml larutan alkohol :
heksan dengan perbandingan 3 berbanding 1 kemudian disentrifuse selama 10 menit
(3000 rpm). Supernatan dituang ke dalam beaker glass 100 ml dan diuapkan di
penangas air. Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit), sambil
dituangkan ke dalam tabung berskala (sampai volume 5 ml) ditambahkan 2 ml acetic
anhidrid ditambahkan juga 0,2 mol H2SO4 pekat (pa) atau 2 tetes dan selanjutnya
dicampur dengan vortex dan dibiarkan di tempat gelap selama 25 menit. Langkah
terakhir dibaca absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 420 nm dengan standar
yang digunakan 0, 4 mg/ ml.
Perhitungan :
⎛ absorbansi contoh
⎞
x konsentrasi standar ⎟
⎜
absorbansi
standar
⎠
Kadar kolesterol (mg/g) = ⎝
berat contoh
Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan. Tahapan penelitian selanjutnya
adalah menyusun dan membuat ransum hewan percobaan. Penyusunan ransum
dilakukan setelah komposisi nutrisi produk daging olahan diketahui melalui analisis
proksimat. Ransum yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.
Penelitian Utama
Penelitian utama terdiri atas percobaan in vivo, pengamatan respon fisiologis,
pengambilan darah dan analisis profil lemak darah tikus. Respon fisiologis yang
diamati meliputi suhu tubuh, detak jantung dan jumlah pernafasan. Profil lemak yang
dianalisis adalah trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL (HDL-C) dan
kolesterol LDL (LDL-C).
Percobaan in Vivo. Tikus terlebih dahulu diberi waktu untuk beradaptasi selama 5
hari sebelum pemberian perlakuan. Hal ini dilakukan untuk membiasakan tikus pada
lingkungan laboratorium yang digunakan. Tikus diberi pakan kontrol dengan sumber
protein kasein dan konsumsi air minum ad libitum selama masa adaptasi. Bobot
badan tikus ditimbang setiap dua hari sekali dan konsumsi ransum ditimbang setiap
15
hari. Pakan perlakuan diberikan selama 20 hari dan air minum diberikan ad libitum
setelah masa adaptasi.
Tabel 3. Komposisi Ransum Tikus Percobaan
Perlakuan
Bahan
campuran
Kontrol
Sate Daging Domba
% BK
Protein
Lemak
GE
(kal)
14
12,18
0,27
-
-
-
-
-
Sate daging
domba
-
-
-
-
17
12,17
1,22
35,02
Minyak
jagung
7,77
-
7,77
63,14
7,77
-
7,77
63,14
Campuran
mineral
4,48
-
-
-
4,48
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
71,75
0,216
-
264,96
68,82
0,21
-
236,67
1
-
-
-
1
-
-
-
100
12,39
8,04
310,10
100
12,38
8,99
334,83
Kasein
Selulosa
Tepung
maizena
Vitamin
Total
% BK
Protein
Lemak
GE
(kal)
Pengujian Respon Fisiologis Tikus. Pengujian respon fisiologis dilakukan pada
pagi hari sekitar pukul 7-10 WIB. Tikus yang akan diukur respon fisiologisnya harus
dikondisikan nyaman selama penanganan dan pengukuran respon fisiologis.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan menggunakan termometer tubuh digital.
Termometer tersebut terlebih dahulu didisinfeksi bagian ujungnyamenggunakan
alkohol sebelum digunakan. Suhu tubuh diukur dengan cara memposisikan
termometer pada bagian rektal tikus. Layar indikator suhu yang terdapat pada
termometer akan berhenti apabila pengukuran telah selesai yaitu sekitar 30-60 detik
dan dapat menghasilkan bunyi peringatan selama sekitar 10 detik. Suhu tubuh hewan
percobaan ditunjukan pada layar indikator. Detak jantung diamati dan dihitung
dengan cara perabaan atau menempelkan jari tangan pada bagian dada sebelah kiri.
Pengamatan dilakukan selama 15 detik. Jumlah pernafasan diamati dan dihitung
16
dengan cara perabaan atau menempelkan jari tangan pada diafragma tikus percobaan.
Pengamatan dilakukan selama 15 detik.
Pengambilan Sampel Darah. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-25
percobaan in vivo. Tikus percobaan dipingsankan terlebih dahulu dengan
menggunakan penambahan eter sebelum proses pengambilan darah. Darah diambil
dari jantung sebanyak 5 ml menggunakan alat suntik dan kemudian dimasukkan ke
dalam tabung vacum venojact yang sudah diberi antikoagulan heparin. Plasma yang
diperoleh digunakan untuk pengukuran kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol
HDL dan kolesterol LDL.
Analisis Profil Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus. Plasma darah yang telah
didapatkan disentrifuse pada 2500 rpm selama 15 menit. Plasma yang terpisah
diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung Evendorf
kemudian ditutup. Kadar trigliserida darah dianalisis menggunakan metode Glycerol3-Phosphate oxidase –p- aminophenazone (GPO-PAP) sedangkan kadar kolesterol
total darah dianalisis menggunakan metode Cholesterol oxidase –p- aminophenazone (CHOD-PAP). Kit yang digunakan pada analisa trigliserida dan kolesterol total
adalah DiaLINE. Kadar kolesterol HDL dianalisis menggunakan metode CHODPAP dengan Kit merek Daiichi Pure Chemicals Co. Ltd. Kadar trigliserida,
kolesterol total dan kolesterol HDL diukur dengan menggunakan alat yaitu
automated clinical analyzer. Kadar kolesterol LDL dan indeks aterogenik didapatkan
melalui perhitungan secara langsung tanpa analisis menggunakan Test Kit.
Kadar Trigliserida Darah. Sebanyak 10 µl plasma sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang sudah disterilisasi dan ditambahkan reagen sebanyak 1000 µl.
Sampel dan reagen dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu
37oC. Reagen untuk mengukur kadar trigliserida mengandung bahan aktif buffer
fosfat, 4-klorofenol, ATP, Mg2+, Glycerokinase, Peroksidase, Lipoprotein Lipase, 4aminophenazone dan gliserol-3-fosfat oksidase. Absorbansi sampel dibaca pada (λ)
546 nm dan konsentrasi kadar trigliserida dihitung dengan persamaan berikut :
Konsentrasi trigliserida (mg/dl) = 1150 x Δ Asampel
Kadar Kolesterol Total Darah. Sebanyak 10 µl plasma sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah disterilisasi dan ditambahkan reagen sebanyak
17
1000µl. Sampel dan reagen dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 37oC. Reagen untuk mengukur kadar kolesterol total mengandung bahan
aktif buffer fosfat, 4-aminophenazone, fenol, peroksidase, kolesterol esterase dan
kolesterol oksidase. Absorbansi sampel dibaca pada (λ) 546 nm dan konsentrasi
kadar kolesterol total dihitung dengan persamaan berikut :
Konsentrasi kolesterol total (mg/dl) = 900 x Δ Asampel
Kadar Kolesterol HDL Darah. Sebanyak 3 µl plasma sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah disterilisasi dan ditambahkan reagen sebanyak
300µl. Sampel dan reagen dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 5 menit pada
suhu 37oC. Absorbansi sampel dibaca pada (λ) 600 nm. Reagen yang digunakan
mengandung N,N-bis (4-sulfobutyl)-m-toluidine disodium salt (DSBmT), kolesterol
oksidase dan peroksidase. Sampel kemudian ditambahkan reagen sebanyak 100 µl.
Sampel dan reagen dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC. Absorbansi sampel dibaca pada (λ) 600 nm. Reagen yang digunakan
mengandung 4-aminoantipyrine, kolesterol esterase dan detergen.
Kadar Kolesterol LDL Darah. Kadar kolesterol LDL darah tidak dianalisis secara
enzimatis menggunakan Test Kit. Menurut Friedwald et al. (1972), kadar kolesterol
LDL dapat dihitung dengan persamaan berikut:
LDL-C (mg/dl) = kolesterol (mg/dl) – HDL-C (mg/dl) -
trigliserida (mg/dl)
5
Keterangan :
LDL-C = kolesterol LDL ; HDL-C = kolesterol HDL
Perhitungan Indeks Aterogenik. Indeks aterogenik dapat dihitung dengan berbagai
macam cara. Menurut Martin-Carron et al. (1999) dan Matsubara et al. (2002), indeks aterogenik dihitung dengan persamaan berikut :
Indeks Aterogenik = (total kolesterol- HDL-C) x HDL-C-1.
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi dan Bobot Badan Tikus Percobaan
Konsumsi bahan kering, protein kasar dan lemak kasar pada tikus yang diberi
pakan sate daging domba lebih besar dibandingkan dengan tikus kontrol. Rataan
konsumsi bahan kering, protein kasar dan lemak kasar yang lebih besar pada tikus
yang diberi pakan sate daging domba berdampak pada kenaikan bobot badan yang
lebih besar pula. Konsumsi sate daging domba meningkatkan bobot badan tikus
percobaan lebih tinggi daripada tikus kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena
ransum yang mengandung sate daging domba memiliki palatabilitas yang lebih
tinggi daripada ransum kontrol. Menurut Yamaguchi dan Ninomiya (2000),
palatabilitas berpengaruh terhadap seleksi, konsumsi, absorpsi dan pencernaan
makanan. Keseluruhan lima panca indera terlibat dalam penentuan palatabilitas
makanan, umumnya dengan indera perasa yang berperan utama. Rataan konsumsi
nutrisi dan kenaikan bobot badan tikus percobaan ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Konsumsi Nutrisi dan Kenaikan Bobot Badan Tikus Percobaan
Parameter
Kontrol
Sate Daging Domba
Konsumsi Bahan Kering
(BK) (g/ekor/hari)
5,65 ± 1,47
8,64 ± 2,66
Konsumsi Protein Kasar
(PK) (g/ekor/hari)
0,73 ± 0,19
1,30 ± 0,4
Konsumsi Lemak Kasar
(LK) (g/ekor/hari)
0,33 ± 0,09
0,43 ± 0,01
Kenaikan Bobot Badan
(g/ekor)
27,63 ± 16,71
46,59 ± 15,64
Sate daging domba memiliki aroma khas daging dan mengandung sejumlah
lemak yang dapat meningkatkan selera makan hewan percobaan. Aroma merupakan
faktor penting dalam hal penerimaan konsumen terhadap bahan makanan (Meisinger
et al., 2006). Menurut Akihiro (2006), aroma merupakan faktor sensoris penting
yang berpengaruh terhadap palatabilitas daging, kontribusi dari rasa dalam hal ini
akan menjadi lebih rendah daripada aroma. Bumbu halus, terdiri atas bawang putih,
bawang merah dan garam, yang ditambahkan pada daging sebagai bahan baku sate
juga turut meningkatkan palatabilitas produk tersebut. Penambahan bumbu selain
menimbulkan pengaruh sensoris, dapat meningkatkan nilai nutrisi dan daya simpan
produk (Krysztofiak, 2005). Konsumsi bahan kering, protein kasar dan lemak kasar
akan lebih tinggi pada ransum yang mengandung sate daging domba disebabkan oleh
palatabilitas yang tinggi. Grafik kenaikan bobot badan tikus selama percobaan
disajikan pada Gambar 4.
berat badan (gram)
140
120
100
80
60
40
20
0
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
hari ke-x
Keterangan :
kontrol
sate daging domba
Gambar 4. Grafik Kenaikan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan
Respon fisiologis dan kadar lemak dalam darah yang ada dapat dipengaruhi
oleh konsumsi bahan makanan. Menurut Guyton dan Hall (1997), kecepatan
metabolisme meningkat setelah makanan dicerna. Hal ini dapat disebabkan oleh
peningkatan reaksi-reaksi kimia yang berkaitan dengan pencernaan, absorpsi,
metabolisme dan penyimpanan makanan dalam tubuh.
Konsumsi lemak meningkatkan laju respirasi karena adanya kebutuhan
oksigen untuk metabolisme lemak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
respiratorik sebesar 0,70 yang artinya sebanyak 100 molekul oksigen yang
dibutuhkan dan 70 molekul karbondioksida yang dihasilkan untuk metabolisme satu
gram lemak. Kebutuhan oksigen untuk metabolisme lemak tersebut lebih tinggi
daripada kebutuhan oksigen untuk metabolisme protein maupun karbohidrat.
Koefisien respiratorik untuk protein dan karbohidrat masing-masing adalah sebesar
0,8 dan 1,0. Hasil metabolisme makanan akan diangkut oleh darah dan darah
dipompakan oleh jantung. Proses metabolisme menghasilkan pembentukan panas
dan kenaikan suhu pada jaringan yang aktif. Frekuensi jantung dapat meningkatkan
akibat panas metabolisme tersebut.
20
Konsumsi bahan makanan yang mengandung lemak tinggi akan berdampak
pada tingginya kadar lemak darah. Lipida pangan dalam bentuk trigliserida akan
dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Senyawa-senyawa tersebut akan
kembali disintesis menjadi trigliserida dan diangkut dalam bentuk kilomikron serta
diangkut ke pembuluh darah. Menurut Guyton dan Hall (1997), konsentrasi
kilomikron dalam plasma darah meningkat 1 sampai 2 persen sekitar satu jam
setelah makan makanan yang mengandung lemak tinggi. Hal ini mengakibatkan
plasma menjadi terlihat keruh dan terkadang berwarna kuning.
Respon Fisiologis
(Suhu Rektal, Detak Jantung dan Laju Pernafasan)
Tikus yang diberi pakan mengandung sate daging domba tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata pada pengujian nilai fisiologis secara statistik. Nilai fisiologis
yang meliputi suhu rektal, frekuensi jantung dan laju pernafasan dapat diamati pada
Tabel 5. Suhu rektal untuk tikus yang diberi sate daging domba sebesar 36,05 ±
0,50oC. Nilai tersebut masih berada pada batas normal. Temperatur tubuh tikus
berkisar antara 35,9-37,5oC (Malole dan Pramono, 1989). Menurut Brosh et al.
(1998), konsumsi dan pencernaan makanan dapat meningkatkan produksi panas.
Cunningham (1997) menyatakan bahwa suhu tubuh bergantung pada keseimbangan
antara input dan output panas. Input panas ke dalam tubuh berasal dari metabolisme
dan sumber eksternal. Panas yang berasal dari setiap tahap proses metabolisme
diproduksi langsung setelah makanan dikonsumsi.
Tabel 5. Nilai Fisiologis Suhu Rektal, Frekuensi Jantung dan Laju
Pernafasan
Parameter yang diamati
Kontrol
Sate Daging Domba
Suhu Rektal (oC)
35,72 ± 0,61
36,05 ± 0,50
Detak Jantung
(denyut/menit)
211,5 ± 22,78
225,75 ± 18,25
Laju Pernafasan
(kali/menit)
149,64 ± 14,09
146,63 ±13,14
Konsumsi sate daging domba tidak berpengaruh nyata terhadap suhu tubuh
tikus percobaan. Panas yang diproduksi oleh proses metabolisme tikus percobaan
tidak berdampak terhadap perubahan suhu tubuh tikus secara signifikan. Hal ini
21
diduga karena energi untuk metabolisme lemak dalam sate daging domba
menghasilkan laju pembentukan panas dalam tubuh yang seimbang dengan laju
hilangnya panas. Menurut Cunningham (1997), seluruh energi dari makanan dapat
dikonversikan ke dalam panas dan diradiasikan ke udara. Konversi energi dari
makanan ke dalam panas terjadi baik selama proses metabolisme maupun selama
beraktivitas. Panas yang dihasilkan selama beraktivitas harus dikeluarkan ke
lingkungan sekitar jika suhu tubuh tetap atau tidak berubah.
Rataan jumlah detak jantung tikus percobaan yang berumur ± 3 hingga 6
minggu dan mengkonsumsi sate daging domba adalah 225,75 ± 18,25 denyut/menit.
Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa denyut jantung tikus adalah sebesar
250-450 denyut/menit. Menurut Alemany et al. (2006), detak jantung tikus yang
berumur ± 17 minggu dengan bobot badan berkisar antara 250-300 gram adalah
sebanyak 250-350 denyut/menit sedangkan menurut Casanovas et al. (2007), tikus
yang memiliki bobot badan antara 220-250 gram adalah sebanyak 300-400
denyut/menit. Jumlah detak jantung yang berbeda-beda dapat diasumsikan
bergantung pada umur dan bobot badan tikus percobaan. Tikus yang mengkonsumsi
sate daging domba dapat dikatakan memiliki detak jantung normal ditinjau dari umur
dan bobot badan.
Detak jantung yang diamati pada tikus yang mengkonsumsi sate daging
domba tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini dapat disebabkan karena
kandungan lipida dalam darah masih berada pada batas aman bagi kesehatan dan
berdampak pada kerja jantung untuk memompa darah serta berdetak secara normal.
Jantung berfungsi untuk
memompa darah. Menurut Cunningham (1997), darah
berperan dalam pengangkutan substrat metabolisme, antara lain oksigen, glukosa,
asam amino, asam lemak dan berbagai jenis lipida, yang dibutuhkan oleh setiap sel
dalam tubuh. Hasil metabolisme makanan akan dialirkan oleh darah dan proses
pemompaan darah dilakukan oleh jantung. Oleh karena itu, jika darah yang
dipompakan semakin banyak maka frekuensi detak jantung akan semakin tinggi.
Tikus percobaan yang mengkonsumsi sate daging domba memiliki laju
pernafasan sebesar 146,63 ± 13,14 kali/menit. Laju pernafasan normal pada tikus
adalah sebesar 71-146 kali/menit (Margi, 2005). Hal ini dapat berarti bahwa laju
22
pernafasan tikus yang mengkonsumsi sate daging domba masih berada pada kisaran
normal.
Laju pernafasan secara statistik tidak dipengaruhi secara nyata oleh
pemberian pakan mengandung sate daging domba. Konsumsi sate daging domba
sesuai kebutuhan tikus sehingga tidak menyebabkan laju pernafasan menjadi lebih
tinggi. Menurut Guyton dan Hall (1997), asupan makanan harus selalu cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak boleh berlebihan sehingga
menyebabkan obesitas. Konsumsi makanan yang berlebihan dapat meningkatkan
metabolisme oksigen dan berbagai nutrien yang bercampur dengan oksigen untuk
melepaskan energi. Oleh karena itu, pada keadaan normal waktu kerja kecepatan
penggunaan oksigen oleh sel diatur oleh kecepatan pengeluaran energi dalam sel
tersebut. Menurut Cunningham (1997), sistem pernafasan terutama berfungsi untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida antara lingkungan dan jaringan. Konsumsi
oksigen dan produksi karbondioksida bervariasi dengan tingkat metabolisme serta
bergantung pada aktivitas.
Kadar Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL
dan Kolesterol LDL
Pemberian pakan mengandung sate daging domba menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap kadar trigliserida darah tikus percobaan.
Perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar kolesterol darah
tikus percobaan. Kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak dipengaruhi secara
nyata oleh pemberian pakan sate daging domba. Hasil rataan dan standar deviasi
kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL disajikan pada
Tabel 6.
Kadar trigliserida tikus yang diberi sate daging domba adalah sebesar 100,0 ±
22,3 mg/dl. Menurut Malole dan Pramono (1989), kadar trigliserida tikus adalah
sebesar 26-145 mg/dl. Kadar trigliserida tikus yang mengkonsumsi sate daging
domba tersebut dengan demikian masih berada pada kisaran normal. Kadar
trigliserida tikus yang diberi pakan mengandung sate daging domba naik sebesar
41,85% dibandingkan dengan tikus kontrol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi lemak
tikus yang mengkonsumsi sate daging domba naik sebesar 30,30% dibandingkan
dengan tikus kontrol.
23
Tabel 6. Rataan Kadar Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL,
Kolesterol LDL Darah dan Indeks Aterogenik
Parameter yang diamati
(mg/dl)
Kontrol
Sate Daging Domba
70,7 ± 29,9
100,0 ± 22,3
Kolesterol Total
107,00 ± 8,00 b
92,67 ± 3,21 a
Kolesterol HDL
38,33 ± 4,93
33,33 ± 5,69
Kolesterol LDL
54,53 ± 7,51
39,33 ± 10,98
Indeks Aterogenik [(TCHDL-C) x HDL-C-1]
1,81 ± 0,23
1,84 ± 0,55
Trigliserida
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Lipida sate daging domba dalam bentuk trigliserida dapat mengandung asam
lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang
tinggi dapat menguntungkan bagi kesehatan namun sebaliknya kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. Kadar lipida
yang tinggi, terutama asam lemak jenuh, dapat menyebabkan meningkatnya kadar
kolesterol darah. Hal tersebut beresiko antara lain pada terbentuknya plak di arteri.
Rasio asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh daging domba adalah 54,88 :
45,13. Rasio optimal antara asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh dari
sudut pandang konsumsi adalah 2 : 1 (Niedziółka et al., 2005). Daging domba
ditinjau dari rasio tersebut masih berada pada tingkat yang sehat untuk dikonsumsi.
Kadar kolesterol total tikus yang diberi sate daging domba adalah sebesar
92,67 ± 3,21 mg/dl. Kadar kolesterol total tikus menurut Malole dan Pramono
(1989) adalah sebesar 40-130 mg/dl. Oleh karena itu, nilai kadar kolesterol total tikus
yang mengkonsumsi sate daging domba masih terdapat pada nilai kadar kolesterol
normal. Sate daging domba sebagai pakan berpengaruh nyata terhadap kadar
kolesterol darah. Kolesterol dalam sate daging domba memberikan kontribusi
terhadap kadar kolesterol darah. Kolesterol dalam darah dapat meningkat apabila
jumlah kolesterol yang berasal dari bahan pangan lebih besar daripada yang
dihasilkan oleh tubuh (Russel, 2007a).
24
Daging domba memiliki sejumlah kolesterol. Kandungan kolesterol daging
domba yaitu 70 mg/ 100 g daging (Campbell et al., 2003). Jumlah kolesterol tersebut
dapat meningkat setelah mengalami proses pemasakan. Proses pemasakan dapat
meningkatkan konsentrasi kolesterol dan protein dari daging yang telah dimasak
(Heerden et al., 2007). Hal ini dapat disebabkan adanya penurunan kadar air daging
yang telah dimasak. Konsumsi kolesterol tinggi seringkali dihubungkan dengan
resiko penyakit kardiovaskular, stroke dan beberapa jenis kanker. Protein hewani
umumnya dihubungkan dengan pengaruh hiperkolesterolemik dan lemak tak jenuh
memiliki pengaruh hipokolesterolemik dibandingkan dengan lemak jenuh (Cheng
dan Hardy, 2004).
Tikus percobaan yang mengkonsumsi sate daging domba juga menunjukkan
aktivitas yang lebih tinggi daripada tikus dengan perlakuan lain. Aktivitas ini
ditunjukkan dengan sifat tikus percobaan yang lebih agresif. Kandungan sterol dalam
sate daging dicurigai menjadi faktor pemicu hormon steroid yang menyebabkan sifat
agresif tersebut. Hal ini karena kolesterol merupakan komponen penting dari
membran sel dan prekursor asam empedu dan hormon steroid (Cheng dan Hardy,
2004).
Kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah tikus yang diberi sate daging
domba masing-masing adalah sebesar 33,33 ± 5,69 mg/dl dan 39,33 ± 10,98 mg/dl.
Kadar tersebut menurun masing-masing sebesar 13,04% dan 27,87% untuk
kolesterol HDL dan kolesterol LDL dibandingkan dengan tikus kontrol. Penurunan
kadar kolesterol HDL pada tikus yang mengkonsumsi sate daging domba dapat
berarti peningkatan resiko penyakit aterosklerosis namun di sisi lain penurunan kadar
kolesterol LDL memiliki arti penting untuk kesehatan. Hal ini karena kadar
kolesterol LDL yang tinggi dalam peredaran darah dapat menumpuk pada dinding
arteri baik yang menuju ke jantung dan ke otak. Akibat yang dapat ditimbulkan dari
hal tersebut adalah terbentuknya plak, yang tebal, dan mengeras serta dapat
mempersempit arteri dan membuatnya tidak fleksibel.
Penurunan kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah tikus yang
mengkonsumsi sate daging domba dibandingkan dengan tikus kontrol dapat terjadi
karena daging domba yang digunakan sebagai bahan baku sate daging domba untuk
pakan tikus percobaan telah mengalami proses trimming. Menurut Li et al. (2005),
25
penghilangan lemak yang tampak pada daging menguntungkan bagi kesehatan
karena tidak meningkatkan faktor resiko penyakit kardiovaskular misalnya kadar
kolesterol dan kolesterol LDL darah. Penurunan kadar kolesterol LDL juga
dipengaruhi oleh kadar kolesterol total darah yang turun sebesar 13,39%
dibandingkan dengan tikus kontrol. Kadar kolesterol dalam darah yang menurun
mengakibatkan jumlah kolesterol yang diangkut oleh kolesterol LDL juga ikut
menurun.
Tikus yang mengkonsumsi pakan mengandung sate daging domba tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar kolesterol HDL dan kolesterol
LDL darah. Kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah tersebut dipengaruhi
oleh lipida dalam bahan pangan yang dikonsumsi oleh tikus percobaan. Kolesterol
HDL mengangkut sekitar seperempat hingga sepertiga kolesterol darah. Kadar
kolesterol HDL yang tinggi dapat mencegah serangan jantung dan sebaliknya.
Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan menentukan kadar lipida dalam
darah tikus percobaan. Menurut NHLBI (2002), faktor-faktor penting yang
menentukan kadar kolesterol LDL tinggi atau rendah adalah hereditas, makanan yang
dikonsumsi, berat badan, aktivitas, umur dan jenis kelamin.
Indeks Aterogenik
Tikus kontrol menunjukkan nilai indeks aterogenik sebesar 1,81 ± 0,23
sedangkan tikus yang diberi sate daging domba sebesar 1,84 ± 0,55. Rataan indeks
aterogenik tikus ditunjukkan pada Tabel 6. Nilai indeks aterogenik dipengaruhi oleh
kadar kolesterol total dan kolesterol HDL. Tikus yang mengkonsumsi sate daging
domba mengalami penurunan kadar kolesterol dan kolesterol HDL. Hal ini diduga
mengakibatkan indeks aterogenik tikus yang mengkonsumsi sate daging domba
mengalami kenaikan sebesar 1,06 % dibandingkan dengan tikus kontrol. Penurunan
kadar kolesterol harus diikuti dengan peningkatan kadar kolesterol HDL jika ingin
didapatkan indeks aterogenik yang rendah. Menurut Usoro et al. (2006), indeks
aterogenik yang rendah mengindikasikan kadar kolesterol HDL yang tinggi. Resiko
berbagai penyakit kardiovaskular dapat menurun karena indeks tersebut. Hara et al.
(2002) menyatakan bahwa nilai indeks aterogenik di atas angka 3 pada anak-anak
beresiko terhadap penyakit kardiovaskular. Baraas (1994) menyatakan bahwa indeks
aterogenik yang ideal untuk laki-laki adalah di bawah 4,5 sedangkan untuk wanita
26
adalah di bawah 4,0. Menurut Bhattacharjee dan Srivastava (1993), indeks
aterogenik yang memiliki nilai ≥5,0 beresiko terhadap penyakit jantung.
Pemberian pakan yang mengandung sate daging domba tidak berpengaruh
terhadap indeks aterogenik. Hal ini karena pengaruh kadar kolesterol dan kolesterol
HDL dalam darah. Kadar kolesterol menurun pada tikus yang mengkonsumsi sate
daging domba dibandingkan dengan kontrol sehingga berpotensi untuk menurunkan
indeks aterogenik. Namun, di sisi lain penurunan kadar kolesterol HDL juga
mempengaruhi kenaikan indeks aterogenik. Kadar trigliserida dan LDL yang
menurun dibandingkan tikus kontrol serta suhu tubuh, detak jantung dan laju
pernafasan yang normal pada tikus percobaan turut mendukung indeks aterogenik
yang tidak dipengaruhi oleh konsumsi sate daging domba.
27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Konsumsi sate daging domba menurunkan kadar kolesterol total darah tikus
yang berumur sekitar 6 minggu. Konsumsi produk olahan asal domba tersebut di sisi
lain tidak mempengaruhi kadar trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL
darah serta indeks aterogenik tikus. Hal serupa juga terjadi pada suhu rektal, detak
jantung dan laju pernafasan tikus percobaan yang tidak dipengaruhi oleh konsumsi
sate daging domba.
Saran
Penyempurnaan penelitian ini dapat dilakukan dengan penggunaan tikus
percobaan yang telah memasuki umur dewasa (umur sekitar 5 minggu) pada awal
penelitian karena tikus tersebut cenderung dapat menyimpan lipida dalam jumlah
besar pada tubuh. Selain itu, penggunaan bumbu dan pengukuran tekanan darah serta
pengamatan preparat histologis pembuluh darah juga perlu diamati untuk
memperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai pengaruh konsumsi sate daging
domba terhadap profil darah dan respon fisiologis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuti Suryati, S.Pt., M.Si., dan Dr.
Ir. Dewi Apri Astuti, MS sebagai dosen pembimbing atas segala arahan sejak proses
penelitian hingga terlahirnya skripsi ini serta kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si., dan Dr. Ir.
Jajat Yahya Fahmi Arief, M.Agr. sebagai dosen penguji ujian lisan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Darwati, M.Si sebagai dosen pembimbing
akademik atas masukan dan nasihatnya selama penulis menjalani pendidikan sebagai
mahasiswa.
Terima kasih untuk kedua orang tua yang telah memberikan limpahan doa
dan dukungan kepada penulis serta terima kasih untuk kakak tersayang, drh. Yoga
Pratama Adrianata Dananjaya atas motivasinya. Terima kasih kepada Doddy Cahyo
Anggoro, S.Pt serta keluarga atas segala pengertian, kesabaran dan doanya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada para sahabat terhebat dan terbaik yaitu Fika
Afriyani, Raden Melinda Ayu Lestari, Alin Puji Ramdhani, Sri Megawati dan Maria
Leonietha atas persahabatan yang sangat menyenangkan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium Teknologi
Hasil Ternak, staf Laboratorium Terpadu Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan, staf Non
Ruminansia dan Satwa Harapan, staf pegawai DIPTP, Program Hibah Kompetisi A2
dan staf Laboratorium Klinik Prodia cabang Bogor. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Tim Kolesterol (Etik Piranti, Aziz Bahaudin, Juliansyah Sudrajat,
Rohmah Retno Wulandari dan Auma Irama), penghuni rumah kost Darmaga Regensi
Blok C no 8 (Stefani, Tresnia Purwantari, Christina Basaria, Etik Piranti, Andhini
Nurul Fatimah, Mira Hotri dan Cicilia Takasari), Dini Paramita, Rindu Dara
Amanda, Barlianty Jannah dan Fitria Bunga Yunita serta THT 39, 40 dan 41 atas
segala cerita suka dan duka selama masa perkuliahan dan kepada semua pihak yang
tidak mampu disebutkan satu per satu.
Bogor, 13 Mei 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Akihiro, O. 2006. Studies on the palatability factors of meat. J. Japanese Society of
Nutr. and Food Sci. 59 (1) : 39-50.
Alemany, R. O., O. Vogler, S. Teres, C. Egea, C. Baamonde, F. Barcelo, C. Delgado,
K. H. Jakobs dan P. V. Escriba. 2006. Antihypertensive action of 2hydroxyoleic acid in SHRs via modulation of the protein kinase a pathway
and Rho kinase. J. Lipid Res. 47 : 1762-1770.
Anbinder, A. L., J. C. Junqueira, M. N. G. Mancini, I. Balducci, R. F da Rocha dan
Y. R. Carvalho. 2006. Influence of simvastatin on bone regeneration of tibial
defects and blood cholesterol level in rats. Braz. Dent. J. 17 (4):267-273.
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical
Chemists. Agricultural Chemistry, Washington D.C.
Ardiansyah. 2006. Bawang putih untuk kesehatan. http://www.beritaiptek.com. [11
Juni 2007].
Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3948-1995. Daging Domba. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Baraas, F. 1994. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. P.T
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bhattacharjee, J dan D.K. Srivastava. 1993. Serum Malondialdehyde (MDA) in
relation to lipidemic status and atherogenic index. Indian J. Clinic. Biochem.
8(1):12-15
Boyer, R.F. 2002. Concepts In Biochemistry. 2nd Edition. Thomson Learning, Inc.,
New York.
Brosh, A., Y. Aharoni, A. A. Degen, D. Wright dan B. A. Young. 1998. Effects of
solar radiation, dietary energy, and time of feeding on thermoregulatory
responses and energy balance in cattle in a hot environment. J. Anim. Sci. 76
: 2671–2677.
Campbell, J. R., M. D. Kenealy dan K. L Campbell. 2003. Animal Sciences: The
Biology, Care, and Production of Domestic Animal. 4th Edition. McGrawHill, Inc., New York.
Casanovas, A., N. Parramon, F. de la Cruz, O. Andres, J. Terencio, M. D. LopezTejero dan M. Llobera. 2007. Retropentoneal white adipose tissue lipoprotein
lipase activity is rapid down-regulated in response to acute stress. J. Lipid
Res. 48 : 863-868.
Chen, H.C. 2006. Enhancing energy and glucose metabolism by disrupting trig
synthesis : Lessons from mice lacking DGAT-1. J. Nutr. Metab. 3 : 10.
Cheng, Z.J dan R. W. Hardy. 2004. Protein and lipid sources affect cholesterol
concentrations of juvenile Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei
(Boone). J. Anim. Sci. 82 :1136–1145.
Cunningham, J. G. 1997. Text Book of Veterinary Physiology. 2nd Edition. W.B.
Saunders Company, United States of America.
Duchateau, P. N., I. Movsesyan, S. Yamashita, N. Sakai, K. I. Hirano, S. A.
Schoenhaus, P. M. O’Connor-Kearns, S. J. Spencer, R. B. Jaffe, R. F.
Redberg, B. Y. Ishida, Y. Matsuzawa, J. P. Kane, dan M. J. Malloy. 2000.
Plasma apolipoprotein L concentrations correlate with plasma triglycerides
and cholesterol levels in normolipidemic, hyperlipidemic, and diabetic
subjects. J. Lipid Res. 41 :1231-1236.
Direktorat Jendral Peternakan. 2007. Konsumsi hasil ternak per kapita per tahun
produk peternakan 2005-2006. http://ditjennak.go.id. [16 Mei 2008].
Friedwald, W. T., R. I. Levy dan D. S. Fredrickson. 1972. Estimation of the
concentration of low-density lipoprotein cholesterol in plasma without the use
of preparative ultracentrifuge. Clin.Chem. 18: 499-502.
Guyton, A.C dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hara, M., E. Saitou, F. Iwata, T. Okada dan K. Harada. 2002. Waist-to-height ratio is
the best predictor of cardiovaskular disease risk factor on Japanese children.
J. Atheroscler. Thromb. 9 (3):127-132.
Heerden, S.M. van., H.C. Schönfeldt, R. Kruger dan M.F. Smit. 2007. The nutrient
composition of South African lamb (A2 grade). J. Food Composition and
Analysis. 20 (8): 671-680.
Krysztofiak, K. 2005. Feasibility study of quality improvement of wiener type
sausage produced with blood plasma. Electron. J. Polish Agric. Univ. 8 (4):
#63.
Laurencio,
B.A.
2002.
Cholesterol, part
http://www.heartinfo.org [4 Juni 2007].
one:
a
patient
guide.
Lawrie, R.A. 1998. Meat Science. Woodhead Publishing Limited, England.
Li, Duo, S. Siriamornpun, M. L. Wahlqvist, N. J. Mann dan A. J. Sinclair. 2005.
Lean meat and heart health. Asia Pac. J. Clin. Nutr. 14 (2): 113-119.
Lieberman dan Buchard. 1961. Analyt Chem. 33: 1405-1407
Lowe, M.E. 2002. The triglyceride lipases of the pankreas. J. Lipid Res. 43 : 20072016.
Malole, M. B. M dan C. S. U Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan
di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Mangkoewidjojo, S dan J.B. Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Margi, S. 2005. Laboratory Animal Medicine : Principles and Procedures. Elsevier
Mosby, United States of America.
Martin-Carron, N., Igoni, J. A. Larrauri, A. Garcia-Alonso dan F-Saura-Calixto.
1999. Reduction in serum total and HDL cholesterol concentration by a
dietary fiber and polyphenol-rich grape product in hypercholesterolemic rats.
J. Nutr. Res. 19 (9): 1371-1381.
31
Matsubara., M., H. Chiba, S. Maruoka dan S. Katayose. 2002. Elevated serum lipid
concentrations in women with hyperuricemia. J. Atheroscler. Thromb. 9(1):
28-34.
Meisinger, J.L., J. M. James dan C. R. Calkins. 2006. Flavor relationships among
muscles from the beef chuck and round. J. Anim. Sci. 84 : 2826–2833.
Mitlohner, F. M., J. L. Morrow , J. W. Dailey, S. C. Wilson, M. L. Galyean, M. F.
Miller, dan J. J. McGlone. 2001. Shade and water misting effects on
behavior, physiology, performance, and carcass traits of heat-stressed feedlot
cattle. J. Anim. Sci. 79 : 2327–2335.
Montilla, P., I. Espejo, M.C. Munoz, I. Bujalance, J.R. Munoz-Castaneda dan I.
Tunez. 2004. Effect of red wine on oxidative stress and hypercholesterolemia
induced by feeding a high cholesterol diet in rat. J. Physiol. Biochem. 60 (4):
259-264.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute). 2002. What makes your
cholesterol high or low?. http://www.nhlbi.nih.gov. [4 Juni 2007].
NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute). 2008. Heart Contraction and
Blood Flow. http://www.nhlbi.nih.gov. [18 Maret 2008].
National Research Council. 1978. Nutrient Requirements of Laboratory Animals. 3rd
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington.
Niedziółka, R., K. P-Lendzion dan E. Horoszewicz. 2005. Comparison of the
chemical composition and fatty acids of the intramuscular fat of goat kid and
ram lambs meat. Electron. J. Polish Agric. Univ. 8 (3): #11.
Pedersen, A., M. W. Baumstark, P. Marckmann, H. Gylling dan B. Sandstrom. 2000.
An olive oil-rich diet results in higher concentration of LDL cholesterol and a
higher number of LDL subfraction particles than rapeseed oil and sunflower
oil diet. J. Lipid Res. 41 : 1901-1911.
Ravnskov, U. 2004. The benefits of high cholesterol. http://westonaprice.org.htm [
18 Januari 2008].
Russell, M. 2007a. What you might not know about cholesterol. http://cholesterolguide-to.com. [10 Agustus 2007].
Russell, M. 2007b. Cholesterol: An Overview. http://cholesterol-guide-to.com. [10
Agustus 2007].
Santos, R. D., W. Hueb, A. A. Oliveira, J. A. F. Ramires dan R. C. Manhao. 2003.
Plasma kinetics of cholesterol-rich emulsion in subjects with or without
coronary artery disease. J. Lipid Res. 44 : 464-469.
Shahidi, F. 1998. Flavour of Meat Product and Seafood. Blackie Academic and
Professional, New York.
Skeggs, J. W. dan R. E. Morton. 2002. HDL and LDL enriched in triglyceride
promote abnormal cholesterol transport. J. Lipid Res. 43 :1264-1274.
32
Steel, R. G. D dan J. H. torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
M.Syah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sunarto, P. dan B. S. Pikir. 1995. Pengaruh garlic terhadap penyakit jantung koroner.
Majalah Cermin Dunia Kedokteran. 102 : 28-32.
Tim Survey Kesehatan Nasional. 2002. Laporan Studi Mortalitas 2001:Pola Penyakit
Penyebab Kematian di Indonesia. www.digilib.litbang.depkes.go.id. [16 Mei
2008].
Usoro, C. A. O., C. C. Adikwuru, I. N. Usoro dan A. C. Nsanwu. 2006. Lipid profile
of postmenopausal women in Calabar, Nigeria. Pakistan J. Nutr. 5 (1): 79-82.
Vakkilainen, J., M. Jauhiainen, K. Ylitalo, I. O. Nuotio, J. S. A. Viikari, C. Ehnholm
dan M. R. Taskinen. 2002. LDL particle size in familial combined
hyperlipidemia: effects of serum lipids, lipoprotein-modifying enzymes, and
lipid transfer proteins. J. Lipid Res. 43 : 598-603.
Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang
Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wikipedia. 2007 a. Low density lipoprotein. http://en.wikipedia.org [4 Juni 2007].
Wikipedia. 2007 b. Sate. http://id.wikipedia.org/wiki/Sate. [11 Juni 2007].
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia (Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid).
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Woo, C. W. H., Y. L. Siow, G. N. Pierce, P. C. Choy, G. Y. Minuk, D. Mymin dan
O. Karmin. 2005. Hyperhomocysteinemia induces hepatic cholesterol
biosynthesis and lipid accumulation via activation of transcription factors.
Am. J. Physiol. Endocrinol. Metab. 288: 1002-1010.
Yamaguchi, S. dan K. Ninomiya. 2000. Umami and food palatability. J. Nutr.
130:921-926.
Zaborowska, Z., W. Uchman, A. Bilska, M. Rudzińska dan E. Wąsowicz. 2004.
Effect of storage time on cholesterol oxidation products in metka type
sausages. Electron. J. Polish Agric. Univ. 7 (2):#8.
ZhiBing, Wen. 2006. Current situation and developing trend which the domestic and
international meat sheep produces. www.Gxny.gov.cn. [6 Juli 2007].
Zou, Y., Y. Lu dan D. Wei. 2005. Hypocholesterolemic effects of a flavonoid-rich
extract of hypericum perforatum L.in rats fed a cholesterol–rich diet. J.
Agric. and Food Chem. 53 (7): 2462-2466.
33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Proksimat Sate Daging Domba
Parameter
Kadar Air
Abu
berat basah
berat kering
Lemak
berat basah
berat kering
Protein
berat basah
berat kering
Kadar Kolesterol
Keterangan : *) mg/gram
%
71.49
1.44
5.05
2.04
7.16
20.41
71.59
0, 4346*)
Lampiran 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan
Perlakuan
Kontrol
Sate
Kadar
Air
Abu
Lemak
Protein
Berat
Berat
Berat
Berat
Berat
Berat
Basah
Kering
Basah
Kering
Basah
Kering
--------------------------------------------------%----------------------------------50,27
2,39
4,81
2,92
5,87
6,22
12,50
45,60
2,05
3,89
2,72
5,00
8,35
15,35
Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Suhu tubuh
Sumber
keragaman
Perlakuan
(pakan)
Galat 1
Galat 2
Total
Derajat
bebas
1
JK
KT
Fhit
Ftabel
2,67
2,67
1,27
0,05
4,60
0,01
8,86
14
96
111
30,89
1377,72
1411,28
2,21
14,35
0,15
1,82
2,30
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Detak Jantung
Sumber
keragaman
Perlakuan
(pakan)
Galat 1
Galat 2
Total
Derajat
bebas
1
JK
KT
7232,15
7232,15
14
96
111
43269,38
50194,33
100695,86
3090,67
522,86
Fhit
Ftabel
2,34
0,05
4,60
0,01
8,86
5,91**)
1,82**)
2,30**)
**): berbeda nyata
35
Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Laju Pernafasan
Sumber
keragaman
Perlakuan
(pakan)
Galat 1
Galat 2
Total
Derajat
bebas
1
JK
KT
198,22
198,22
14
96
111
17810,41
31755,43
49764,06
1271,17
330,79
Fhit
Ftabel
0,16
0,05
4,60
0,01
8,86
3,85**)
1,82**)
2,30**)
**): berbeda nyata
Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Kadar Trigliserida
Perlakuan
N
Median
Tingkat
Rataan
Z
1
3
65,00
2,3
-1,53
2
3
107,00
4,7
1,53
Total
6
3,5
Keterangan : H = 2,33 DF = 1 P = 0,127
Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol Total
Perlakuan
N
Median
Tingkat
Rataan
Z
1
3
107,00
5,0
1,96
2
3
94,00
2,0
-1,96
Total
6
3,5
Keterangan : H = 3,86 DF = 1 P = 0,050
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol HDL
Perlakuan
N
Median
Tingkat
Rataan
Z
1
3
36,00
4,2
0,87
2
3
35,00
2,8
-0,87
Total
6
3,5
Keterangan : H = 0,76 DF = 1 P = 0,383
Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Kadar Kolesterol LDL
Perlakuan
N
Median
Tingkat
Rataan
Z
1
3
50,40
4,3
1,09
2
3
33,40
2,7
-1,09
Total
6
3,5
Keterangan : H = 1,19 DF = 1 P = 0,275
36
Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Kadar Indeks Aterogenik
Perlakuan
N
Median
Tingkat
Rataan
Z
1
3
1,75
4,0
0,65
2
3
1,54
3.0
-0,65
Total
6
3,5
Keterangan : H = 0,43 DF = 1 P = 0,513
37
Download