program studi pendidikan matematika fakultas keguruan dan ilmu

advertisement
E-LAERNING
TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2014
TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan
hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “pembelajaran social
“ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika
kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut
Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,
contoh, dan tingkah laku.
Albert Bandura dan Richard Walters telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga
berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku
hanya melalui pengamatan terhadap perilaku orang yang ditiru, meskipun pengamatan itu tidak
dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau
pembelajaran melalui pengamatan.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan
lingkungan. Dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap
perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini
diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu :
1.
Meniru secara langsung,yaitu meniru perilaku yang ditunjukkan oleh model melalui
proses perhatian.
Contohnya : guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung.
2.
Proses peniruan secara tidak langsung,yaitu peniruan yang diperoleh melalui imajinasi
atau secara tidak langsung.
Contohnya : anak-anak memerhatikan cara gurunya mengajar.
UNSUR UTAMA DALAM PENIRUAN (PROSES MODELING/PERMODELAN)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari
tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu :
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi
perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
Contohnya, seorang siswa yang tidak percaya diri dengan hasil belajarnya,sehingga saat ulangan
ia mencontek jawaban temannya yang lebih pintar.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini
membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan
kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
Teori Belajar Van Hiele
Pengertian teori belajar menurut Van Hiele
Tahap berpikir Van Hiele adalah kecepatan untuk berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya
lebih
banyak
dipengaruhi
oleh
aktifitas
dalam
pembelajaran.Dengan
demikian,
pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting dalam pembelajaran,
selain guru juga memegang peran penting dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui
suatu tahapan.Tahap berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang
tepat bukan melalui ceramah semata.
Dalam perkembangan berpikir, van Hiele (dalam Clements dan Battista, 1992:436) menekankan
pada peran siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif. Siswa tidak akan berhasil
jika hanya belajar dengan menghapal fakta-fakta, nama-nama atau aturan-aturan, melainkan
siswa harus menentukan sendiri hubungan-hubungan saling Keterkaitan antara konsep-konsep
geometri daripada proses-proses geometri.
Tahap Pemahaman Geometri menurut Van Hiel
Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus,
segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan dengan
sejumlah bangun-bangun geornetri, anak dapat memilih dan menunjukkan bentuk segitiga. Pada
tahap pengenalan anak belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang
dikenalnya sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya itu. Sehingga bila kita
ajukan pertanyaan seperti "apakah pada sebuah persegipanjang, sisi-sisi yang berhadapan
panjangnya sama?", "apakah pada suatu persegipanjang kedua diagonalnya sama panjang?".
Untuk hal ini, siswa tidak akan bisa menjawabnya. Guru harus memahami betul karakter anak
pada tahap pengenalan, jangan sampai, anak diajarkan sifat-sifat bangun-bangun geometri
tersebut, karena anak akan menerimanya melalui hafalan bukan dengan pengertian.
Tahap Analisis
Bila pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun geometri,
tidak demikian pada tahap Analisis. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari
bangun-bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri,
seperti pada sebuah kubus banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12.
Seandainya kita tanyakan apakah kubus itu balok?, maka anak pada tahap ini belum bisa
menjawab pertanyaan tersebut karena anak pada tahap ini belum memahami hubungan antara
balok dan kubus. Anak pada tahap analisis belum mampu mengetahui hubungan yang terkit
antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
Tahap Pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang
hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka pada tahap ini anak sudah
mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun
geometri lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangunbangun geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat
adalah layang-layang, kubus itu adalah balok. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk
melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum
berkembang baik. Karena masih pada tahap awal siswa masih belum mampu memberikan
alasan yang rinci ketika ditanya mengapa kedua diagonal persegi panjang itu sama, mengapa
kedua diagonal pada persegi saling tegak lurus.
Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara
deduktif. Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang
bersifat khusus. Seperti kita ketahui bahwa matematika adalah ilmu deduktif. Matematika,
dikatakan sebagai ilmu deduktif karena pengambilan kesimpulan, membuktikan teorema dan
lain-lain dilakukan dengan cara deduktif. Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah
sudut-sudut dalam jajargenjang adalah 360o secara deduktif dibuktikan dengan menggunakan
prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong sudut-sudut
benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu
putaran penuh atau 360° belum tuntas dan belum tentu tepat. Seperti diketahui bahwa
pengukuran itu pada dasarnya mencari nilai yang paling dekat dengan ukuran yang sebenarnya.
Jadi, mungkin saja dapat keliru dalam mengukur sudut-sudut jajargenjang tersebut. Untuk itu
pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada matematika.
Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
disamping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem dan teorema. Anak pada tahap
ini belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini
belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil”.
Tahap Keakuratan
Tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri adalah tahap
keakuratan. Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsipprinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Anak pada tahap ini sudah memahami
mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Dalam matematika kita tahu bahwa betapa
pentingnya suatu sistem deduktif. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam
memahami geometri. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh
karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali anak yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun
anak tersebut sudah berada di tingkat SMA.
Teori-teori Van Hiele
Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami
geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan pengajaran geometri.
Teori yang dikemukakan oleh Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut :
 Tiga unsur yang utama pengajaran geometri yaitu, waktumateri pengajaran dan metode
penyusun. Apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan peningkatan
kemampuan berfikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.
 Bila dua orang yang mempunyai tahap berpikir berlainan satu sama lain, kemudian
saling bertukar pikiran, maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti. Sebagai
contih, seorang anak tidak mengerti mengapa gurunya membuktikan bahwa jumlah
sudut-sudut dalm sebuah jajaran genjang adalah 3600, misalnya anak itu berada pada
tahap pengurutanke bawah. Menurut anak pada tahap yang disebutkan, pembuktiannya
tidak perlu sebab sudah jelas bahwa jumlah sudutsudut 3600. Contoh yang lain seorang
anak yang berada paling tinggi pada tahap kedua atau tahap analisis, tidak mengerti apa
yang dijelaskan gurunya bahwa kubus itu adalah balok, belah ketupat itu layinglayang. Gurunyapun sering tidak mengerti mengapa anak yang diberi penjelasan
tersebuttidak memahaminya.
Menurut Van Hiele, seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak
akan mungkin dapat mengerti/memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih
tinggi darianak tersebut. Kalaupun dipaksakan maka anak tidak akan memahaminya
tapi nanti bisa dengan melalui hafalan.
 Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu anak memahami geometri dengan
pengertian, kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
itu sendiri, atau disesuaikan dengan tahap berpikirnya. Dengan demikian anak dapat
memperkaya pengalaman dan cara berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk
meningkatkan tahap berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya.
B.DAFTAR PUSTAKA
Dahar, 1988. Teori-Teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Pengambangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Crowley, L Mary. “The Van Hiele Model of the development of Geometric Thought.”
Dalam Learning and teaching Geometry, K-12. National of Teacher of mathematics
(NCTM).(United State of America. 1987).
Download