PENGARUH SEKAM PADI, KOMPOS DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA, FISIKA DAN BIOLOGI ENDAPAN LUMPUR SIDOARJO Slamet Santosa Laboratorium Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, Fmipa, Universitas Hasanuddin Jl. Sunu, Komplek Unhas Baraya blok KX.8, Makassar 90214 Email: [email protected] ABSTRAK Endapan lumpur Sidoarjo terbentuk dari lumpur yang keluar dari bekas pengeboran minyak PT. Lapindo Brantas. Endapan lumpur Sidoarjo mengandung unsur hara, liat yang tinggi dan beberapa populasi mikroba. Sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi diketahui dapat meningkatkan hara, memperbaiki porositas dan menambah keragaman mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap beberapa sifat kimia, fisika dan biologi endapan lumpur Sidoarjo. Endapan lumpur diambil di desa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo, lalu dikeringkan, dihancurkan (tumbuk) dan disaring dengan saringan ukuran 2 mm. Endapan lumpur halus dicampur sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi, dan diinkubasikan selama 5 minggu. Selanjutnya campuran tersebut dianalisis kandungan bahan organic; C organic; N, P dan K; bobot isi dan jenis; porositas; agregat dan total mikroba. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi pada endapan lumpur menyebabkan kandungan bahan organik meningkat dari 1,63% menjadi antara 2,67-15,87%; C organic meningkat dari 0,94% menjadi 1,54-9,53%; N total meningkat dari 0,12% menjadi 0,17-0,46%; P Bray 1 meningkat dari 4,86 mgkg-1menjadi 32,50-98,18 mgkg-1,; K meningkat dari 0,09 me/100g menjadi 1,02-2,39 me/100g. Hasil analisis fisik menunjukkan penurunan bobot isi dari 1,07 gcm-3 menjadi antara 0,34-1,03 gcm-3; penurunan bobot jenis dari 2,49gcm-3 menjadi 0,77-2,43 gcm-3; peningkatan porositas dari 57,24% menjadi 57,54-71,44%; peningkatan agregat dari 0,09 mm menjadi 0,21-1,37 mm. Hasil analisis mikrobiologi pada endapan lumpur Sidoarjo ditemukan total bakteri 5,1x104 CFU/g dan total jamur 1,0x102 propagul/g; sekam padi total bakteri 1,56x106 CFU/g dan total jamur 3,15x104 propagul/g; kompos total bakteri 2,53x106CFU/g dan total jamur 7,95x104 propagul/g ; pupuk kandang sapi total bakteri 5,85x104 CFU/g dan total jamur 5,3x106 propagul/g. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan hara, memperbaiki sifat fisik dan menambah keragaman mikroba endapan lumpur Sidoarjo.. Kata kunci : Sifat Kimia, Fisika dan Biologi, Endapan lumpur Sidoarjo 1 PENDAHULUAN Lumpur Sidoarjo merupakan bencana nasional yang terjadi pada tahun 2006 dengan volume awal semburan mencapai 120.000 m3/hari. Semburan lumpur tersebut menenggelamkan sarana dan prasarana yang ada pada 8 desa, di kecamatan Porong, Besuki dan Tanggul angin, kabupaten Sidoarjo. Saat ini semburan lumpur sudah berkurang dengan volume semakin kecil dan lumpur dialirkan ke sungai Porong namun sebagian mengendap di penampungan membentuk hamparan endapan yang semakin banyak dan meluas. Volume endapan lumpur yang terbentuk di penampungan mencapai ketinggian lebih dari 10 m. Endapan lumpur juga merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Hasil analisis kimia dan fisik diketahui mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) 42,58 me/100g dan mengandung liat 62%, termasuk kategori tinggi. Hanafiah (2007), menyatakan bahwa KTK tanah tinggi merupakan indikator pada kemampuan tanah dalam menahan kation dan mempertukarkan kation-kation termasuk kation pada tumbuhan. Kapasitas tukar kation merupakan indikator penting untuk kesuburan tanah. Syukur dan Indah (2006), tanah dengan fraksi lempung tinggi (55%) menyebabkan tanah mempunyai daya menahan air tinggi. Sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi merupakan bahan organik yang jumlahnya berlimpah dan diketahui dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Gusmailina dan Komarayati (2003), menyatakan bahwa sekam padi dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Penggunaan sekam padi mengurangi pemadatan tanah karena semakin banyak poripori. Struktur fisik tanah yang baik dapat merangsang akar tumbuh lebih baik sehingga tingkat pengambilan hara semakin tinggi sesuai kebutuhan tanaman. Wahyono (2010), kompos dapat menambah kesuburan tanah dan merangsang pertumbuhan akar yang sehat serta menjadikan struktur tanah lebih baik dengan meningkatkan kadar bahan organik tanah. Penggunaan kompos di tanah berpasir dapat meningkatkan ketersediaan air untuk tanaman. Sedangkan pada tanah berlempung bisa meningkatkan permeabilitas air dan udara serta meningkatkan penyerapan air sehingga mengurangi pergerakan aliran air di permukaan tanah. Hasil penelitian Syukur (2005), penggunaan pupuk kandang sapi 20 tonha-1 dapat memperbaiki kualitas atau mutu tanah dengan meningkatkan kapasitas menahan air. 2 Putri (2008), bahan organik mempunyai sifat remah yaitu udara, air dan akar tumbuhan lebih mudah masuk kedalam fraksi. Sifat tersebut sangat penting yang dapat menyebabkan akar bibit tanaman akan mudah tumbuh dan berkembang lebih baik. Sutedjo dan Kartasaputra, (2005), bahan organik bertindak sebagai perekat antara zarah mineral pratama. Bahan organik meningkatkan kemantapan agregat. Djayadi, dkk. (2010), penambahan bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah, yang diindikasikan dengan meningkatnya proporsi makroagregat tanah. Menurut Karama dalam Wigati dkk. (2006), bahwa bagian serat dari bahan organik meningkatkan pembentukan agregat dan granulasi tanah. Perbaikan agregasi tanah akan memperbaiki permeabilitas dan peredaran udara tanah lempungan. Granulasi butir-butir tanah memperbaiki daya pegang hara dan air tanah. Berdasarkan kajian bahan organik tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan yaitu mengetahui pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap beberapa sifat kimia, fisika dan biologi endapan lumpur Sidoarjo. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012. Bahan penelitian yang digunakan yaitu endapan lumpur Sidoarjo, sekam padi, kompos, pupuk kandang sapi, dan zat kimia yaitu selen, asam sulfat, tartrat, na-fenat, natrium klorida, pengektrak, kalium kromat dan sebagainya. Sedangkan alat penelitian yaitu shaker, tabung reaksi, labu ukur, tabung kuningan, pressure plate/sand box, oven, gelas piala, spektrofotometer, satu set ayakan, polybag, kantong plastik, sendok tanah, timbangan, timbangan digital, saringan 2 mm, gembor, alat tulis dan seperangkat komputer dengan software SPSS versi 12,0 untuk analisis data. Endapan lumpur Sidoarjo kering diambil ditepi (2 m) dari tanggul penampungan lumpur,didesa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo. Endapan lumpur tersebut dihancurkan (tumbuk), lalu disaring dengan saringan berukuran diameter 2 mm. Endapan lumpur halus dengan kadar air 11% dicampur sekam padi dengan kadar air 4%, kompos 3 kadar air 6% dan pupuk kandang sapi kadar air 6%, yang masing-masing bahan berbanding sebagai berikut. 1. Endapan lumpur Sidoarjo 20%, sekam padi 40%, kompos 20%, dan pupuk kandang sapi 20% (M1) 2. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam padi 20%, kompos 10%, dan pupuk kandang sapi 20% (M2) 3. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam padi 20%, kompos 20%, dan pupuk kandang sapi 10% (M3) 4. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam padi 40% dan kompos 10% (M4) 5. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam padi 40% dan pupuk kandang sapi 10% (M5) 6. Endapan lumpur Sidoarjo 80%, kompos 10% dan pupuk k andang sapi 10% (M6) 7. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan sekam padi 20% (M7) 8. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan kompos 20% (M8) 9. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan pupuk kandang sapi 20% (M9) 10. Endapan lumpur Sidoarjo 100% ( M10) Parameter penelitian yang diamati yaitu kandungan bahan organic; C organic; kadar N, P, K; bobot jenis dan isi; porositas; agregat dan total mikroba. Untuk mengetahui faktor yang nyata dilakukan analisis sidik ragam (ANOVA) pada taraf signifikasi 95%. Untuk mengetahui dosis yang nyata dilakukan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test = DMRT) pada taraf signifikasi 95% HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sifat endapan lumpur Sidoarjo, sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis kimia endapan lumpur Sidoarjo menunjukkan bahwa ketersediaan hara N, P dan K sangat rendah tetapi mempunyai KTK tinggi. Ketersediaan hara N, P dan K sangat rendah disebabkan diantaranya kandungan bahan organik endapan lumpur Sidoarjo hanya 1,63%, termasuk kategori rendah. Bahan organic yang rendah karena endapan tersebut berasal dari lumpur yang keluar pada kedalaman yang sangat dalam. Wiguna, dkk. (2009), endapan lumpur Sidoarjo keluar dari kedalaman ± 100 m. Menurut Prasetyo (2007), semakin kedalam tanah semakin menurun 4 kandungan bahan organik. Bahan organik dalam tanah merupakan salah satu sumber hara. Madjid (2007), bahan organik dapat menyebabkan sifat kimia tanah berubah melalui proses dekomposisi oleh mikroba. Dekomposisi bahan organik akan melepaskan unsur hara kedalam larutan tanah dan juga menjadikan bahan organik ke bentuk lebih sederhana dan bersifat koloid. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kemampuan absorbsi tanah dan berhubungan juga dengan KTK tanah karena bertambahnya luas permukaan partikel tanah. Hal tersebut menyebabkan tanah mempunyai kemampuan menyimpan hara yang semakin baik, mengurangi penguapan hara nitrogen, maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada akhirnya menyebabkan peningkatan kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan pertumbuhan tanaman, baik melalui mekanisme pertukaran secara langsung maupun mekanisme pasif yaitu proses difusi. Tabel 1. Sifat endapan lumpur Sidoarjo, sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi _________________________________________________________________________ No Parameter Endapan lumpur Sekam Kompos Pupuk kandang sapi ______________ Nilai Harkat _________________________________________________________________________ 1. pH (H2O) 7,0 6,8 7,7 7,8 2. Bahan organic (%) 1,63 40,89 17,69 2,74 3. C organik (%) 0,94 23,63 10,22 1,58 4. N total (%) 0,12 SR* 0,62 0,93 0,40 -1 5. P Bray 1 (mgkg ) 4,86 SR* 6. K tersedia (me/100g) 0,09 SR* 7. KTK (me/100g) 42,58 Tinggi* 8. C/N 8,0 38 11 4 9. P total (%) 0,01 0,16 0,14 10. K Total (%) 0,35 0,45 0,25 11. Pasir (%) 3 12. Debu (%) 35 13. Liat (%) 62 14. Tekstur Liat 15. Bobot Isi (gcm-3) 1,07 16. Bobot Jenis (gcm-3) 2,49 17. Porositas (%) 57,26 _________________________________________________________________________ SR = sangat rendah ; * = pengharkatan menurut Balai Penelitian Tanah (2005). 5 Penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi pada endapan lumpur Sidoarjo meningkatkan kandungan bahan organik, C organik dan hara N,P dan K. Bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah akan terdekomposisi menghasilkan senyawa organik yang terurai menjadi mineral dan terakumulasi dalam larutan tanah. Bahan organik mempunyai kandungan hara rendah, agar efektif penggunaannya harus ditambahkan dalam jumlah banyak. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi ≥ 50% (M1,M2,M3,M4 dan M5) pada endapan lumpur menyebabkan peningkatan kandungan bahan organik, C organik dan hara N,P dan K relatif lebih tinggi dibandingkan ˂ 50% (M6, M7, M8, M9 dan M10 (Tabel 2). Tabel 2. Sifat kimia endapan lumpur Sidoarjo setelah ditambah sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi ________________________________________________________________________ Parameter Perlakuan ________________________________________________________________ M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10* ________________________________________________________________________ Bahan Organik (%) 15,87 12,39 12,70 16,49 13,99 8,04 14,12 2,67 3,35 1,63 C. Organik (%) 9,17 7,16 7,34 9,53 8,09 4,65 8,16 1,54 1,93 0,94 N Total (%) 0,46 0,34 0,38 0,43 0,29 0,23 0,35 0,17 0,19 0,12 P Bray 1 (mgkg-1) 65,00 52,56 43,81 81,44 32,50 98,18 55,80 59,68 35,72 4,86 K (me/100g) 1,33 2,39 2,54 1,78 1,02 1,84 1,26 1,69 1,71 0,09 * Hanya endapan lumpur Sidoarjo Warsiti .(2009), menyatakan bahwa penambahan bahan organik meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mengakibatkan mengecilnya erodibilitas tanah. Syukur dan Indah (2006), penambahan bahan organik kedalam tanah, baik itu berupa kompos maupun pupuk kandang mengakibatkan peningkatan C organik tanah. Semakin banyak bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah semakin banyak pula C organik yang dilepaskan kedalam tanah. Nursyamsi dkk. (1995), pemberian bahan organik berupa pupuk kandang 10 tonha-1dan pupuk hijau 5 tonha-1 meningkatkan kandungan C dan N organik serta KTK tanah. Menurut Brady (1990) dalam Syukur dan Harsono (2008), kotoran sapi yang diberikan kedalam tanah mengalami dekomposisi yang berakhir dengan mineralisasi dan terbentuknya bahan yang relatif resisten yaitu humus. Humus yang tersusun dari selulosa, lignin dan protein mempunyai kandungan C organik umumnya sebesar 58% sehingga dapat dipahami bahwa pemberian kotoran sapi akan meningkatkan 6 jumlah humus juga berarti meningkatkan C organik tanah. Peningkatan C organik dalam tanah juga meningkatkan bahan organik tanah. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan penambahan bahan organik sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi (M1, M2, M3, M4, M5, M6, M7, M8 dsn M9) meningkatkan kandungan bahan organik tanah, C organik dan hara N, P dan K dibandingkan M10 (Tabel 2). Perlakuan M1 menunjukkan pengaruh yang relatif lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Madjid (2007), menyatakan bahan organik akan terdekomposisi menjadi senyawa organik, diantaranya protein yang akhirnya terurai menjadi N tersedia. Stevenson (1994), menyatakan bahwa ketersediaan P dalam tanah dapat secara langsung melalui proses peruraian bahan organik dan mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Sudadi dkk. (2007), menyimpulkan pemberian mulsa dan pupuk kandang meningkatkan K tersedia tanah. Hasil analisis fisik juga menunjukkan bahwa M1 menyebabkan penurunan bobot isi (BI) dan jenis (BJ) relatif lebih tinggi. Perlakuan bahan organik menurunkan BI dan BJ (Gambar 1) dan meningkatkan porositas dan agregat (Gambar 2). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sunantara et.al., (2005) bahwa penambahan pupuk kandang, sekam maupun serbuk gergaji dapat menurunkan bobot jenis isi dan bobot jenis partikel, tetapi meningkatkan porositas, air tersedia, pori draenase cepat dan lambat. Menurut Soetedjo dan Kartasaputra (2005), bahan organik bertindak sebagai perekat antara zarah mineral pratama. Bahan organik meningkatkan kemantapan agregat. Agregat yang mantap dengan ruang pori yang cukup akan menjamin penyebaran udara dan air dalam tubuh tanah secara optimal, keadaan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Syukur (2005), agregasi tanah yang baik secara tidak langsung memperbaiki ketersediaan unsur hara. Hal ini karena agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara dan air tanah yang baik pula, sehingga aktivitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara. Djajadi et al., (2010), penambahan bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah, yang diindikasikan dengan meningkatnya proporsi makroagregat tanah. 7 Bobot isi (gcm-3) Bobot jenis (gcm-3) 2.53 1.72 0.96 0.4 M1 1.31 0.58 M2 0.97 0.35 0.48 M3 M4 0.96 0.77 0.34 M5 2.19 M6 0.62 M7 2.37 2.43 2.49 0.97 1.03 1.07 M8 M9 M10 Gambar 1. Pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap bobot isi dan jenis endapan lumpur Sidoarjo Porositas (%) M1 58.89 66 0.51 0.41 M2 M3 Kemantapan Agregat (mm) 63.26 63.98 0.51 0.94 M4 61.86 55 0.59 M5 0.68 0.24 M6 71.44 M7 M8 58.98 57.54 57.24 1.37 0.21 M9 0.09 M10 Gambar 2. Pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap porositas Dan kemantapan agregat endapan lumpur Sidoarjo Hasil analisis mikroba pada campuran endapan lumpur Sidoarjo dengan bahan organik sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi ditemukan bakteri dan jamur. Pada sekam padi ditemukan bakteri dengan total 1,56x106 CFU/g. Bakteri tersebut dikelompokkan menjadi 3 isolat dengan morfologi koloni yaitu isolat A: rhizoid, lobate, transparan, krem dan flat; isolat B: curied,undulate, tidak tembus cahaya, putih dan flat; dan isolat C: curied, undulate, tidak tembus cahaya, putih, umbonate. Selain bakteri, pada sekam padi juga ditemukan 2 isolat jamur yaitu Penicillium sp dan Rhizopus sp. dengan total 3.15x104 propagul/g. Pada kompos diperoleh total bakteri 2,53x106 CFU/g dengan 3 isolat dengan morfologi koloni yaitu isolat A :circulair, tidak tembus cahaya, putih kehijauan, cembung; isolat B: irregulair, bergerigi, transparan, krem, flat; dan isolat C: circulair, entire, transparan, putih. Pada kompos ditemukan 2 isolat jamur yaitu Aspergillus sp dan Aspergilus niger , dengan total jamur 7,95x104 propagul/g. Pupuk kandang sapi ditemukan total bakteri 5,85x104 CFU/g dengan 3 isolat dengan morfologi koloni yaitu isolat A: circulair, entire, transparan, putih; isolat B: circulair, entire, tidak tembus cahaya, 8 putih susu, flat; dan isolat C: circulair, entire, transparan, putih, cembung. Pupuk kandang sapi juga ditemukan 1 isolat jamur yaitu Aspergillus niger, dengan total 5,3x106 propagul/g. Menurut Tian et al. 1997 dalam Atmojo, 2003), bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikroba dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Sugiarto (2000), bahwa kelimpahan dan keanekaragaman mikroba dan fauna tanah pada media tumbuh kacang hijau cenderung meningkat oleh adanya aplikasi bahan organik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis kimia, fisika dan biologi penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi pada endapan lumpur Sidoarjo berpengaruh nyata terhadap peningkatan bahan organik tanah, C organik, hara N, P dan K; penurunan bobot isi dan jenis; peningkatan porositas dan agregat serta keragaman mikroorganisme. Perlakuan M1 memberikan pengaruh yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung dan didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendiknas dan Universitas Brawijaya, Malang sehingga peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. DAFTAR PUSTAKA Djajadi, Bambang Helianto dan Nurul Hidayah. 2010. Pengaruh Media Tanam dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri, Vol..16 (2), h:64-69 Gusmailina, G. P. dan S. Komarayati. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang untuk Rehabilitasi Lahan. Bulletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Vol. 4 (1), h: 21-30. Hanafiah, A.K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta 9 Madjid, A. R. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. http :// dasar 2 ilmu tanah. Blog spot.com. Diakses 5 Desember 2010 Nursyamsi, D.O. Supandi, D. Erfandi, Sholeh dan I.P.G. Wijaya Adhi. 1995. Penggunaan Bahan Organik, Pupuk P dan K untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Podsolik (Typic Kandiudult). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Induk. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian indonesia, Vol. 9 (1), h: 20-31 Putri, A.I. 2008. Pengaruh Media Organik Terhadap Indek Mutu Cendana . Pemulian Tanaman Hutan, Vol. 21 (1), h:1-8 Jurnal Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition and Reaction. A. Willey Interscience Pub Singapore. 496 p Sudadi, N.H. Yuni dan Sumani. 2007. Ketersediaan K dan Hasil Kedelai Glycine max L.. Merril Pada Tanah Vertisol Yang Diberi Mulsa dan Pupuk Kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 7(1),h : 8-12 Sugiarto. 2000. Aplikasi Bahan Organik Tanaman Terhadap Komunitas Fauna Tanah dan Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiate) Jurnal Biodiversitas, Vol.1 (1), h: 2529 Sunantara, M., I.B. Aribawa dan I.K. Kariada. 2005. Pengaruh Berbagai Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Bali (Citrus maxima Merr). BPPT. Bali Sutedjo, M.M dan A.G. Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rinneke Cipta. Jakarta Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisim di Tanah Pasir Pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 5 (1), h:30-38 Syukur, A. dan N. M. Indah. 2006. Kajian Pengaruh Pemberian Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe di Inceptisol, Karanganyar. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 6 (2), h:124-131 Syukur, A. dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK Terhadap Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol . 8 (2), h:138-145 Warsiti. 2009. Kajian Pemakaian Pupuk Kandang Sapi Pada Tanah Regosol Kelabu Terhadap Erosi. Jurnal Orbith, Vol. 5 (1), h: 52-59 Wigati, E.S., S. Abdul, dan D.K. Bambang. 2006. Pengaruh Takaran Bahan Organik dan Tingkat Kelengasan Tanah Terhadap Serapan Fosfor Oleh Kacang Tunggak di Tanah Pasir Pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 6 (1), h: 53-58 Wiguna, I.P.A., Wahyudi C., dan Amien Widodo. 2009. Penanggulangan Semburan Lumpur Lapindo. PSKB., LPPM., ITS. Surabaya 10