8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografis
2.1.1
Pengertian Sistem Informasi Geografis
Pada dasarnya S istem Informasi Geografis adalah gabungan dari tiga
unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan memperhatikan
pengertian sistem informasi, maka Sistem Informasi Geografis merupakan suatu
kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang
berkenaan dengan objek – objek yang terdapat di permukaan bumi. Sistem
Informasi Geografis juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan
keluaran informasi geografis berikut atribut – atributnya. (Eddy Prahasta,
2005).
Menurut Burrough (Heywood, 2002, p12) pengertian sistem informasi
geografis adalah sekumpulan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil
kembali saat dibutuhkan, mentransformasikan dan menampilkan suatu data
spasial dari dari dunia nyata untuk suatu kebutuhan tertentu.
Menurut Department of Environment (Heywood, 2002, p12) sebuah
sistem informasi geografis yang baik seharusnya dapat memberikan:
1.
Akses yang mudah dan cepat untuk pengaksesan data dalam jumlah yang
besar.
8
9
2.
Kemampuan untuk :
a. M emilih detail berdasarkan area atau suatu tema tertentu.
b. M enyambungkan atau menggabungkan sekumpulan data dengan yang
lainnya.
c. M enganalisa karakteristik spasial suatu data.
d. M encari karakteristik tertentu di suatu area.
e. M emperbaharui data dengan cepat dan murah.
f. M emodelkan suatu data.
3.
M ampu menghasilkan suatu output (peta, grafik, daftar alamat dan
rangkuman statistik) yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus atau
tertentu.
Sistem informasi geografis telah digunakan untuk berbagai keperluan dan
berbagai disiplin ilmu lainnya seperti geodesi, lingkungan, kebijakan publik,
statistik dan lain sebagainya.
Jadi secara singkat sistem informasi geografis dapat memberikan nilai
tambah untuk data spasial dengan memungkinkan data untuk diorganisasikan dan
ditampilkan berdasarkan suatu tema tertentu.
2.1.2
Komponen – Komponen Sistem Informasi Geografis
2.1.2.1 Piranti Keras (Hardware)
Sistem informasi geografis memerlukan piranti keras dengan spesifikasi
yang tinggi. Hal ini dikarenakan sistem informasi geografis menggunakan
penyimpanan untuk data, baik raster maupun vektor, lebih besar. Selain itu
10
proses analisa yang dilakukan oleh sistem informasi geografis membutuhkan
ruang yang lebih besar karena sistem informasi geografis harus mampu
melakukan digitizer untuk merubah data yang berbentuk analog menjadi bentuk
digital.
Piranti keras untuk sistem informasi geografis dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu:
a.
Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukan data.
Contoh: Scanner, Kamera, CD-ROM , dan lain – lain.
SCANNER
KAMERA
CD-ROM
Gambar 2.1 Piranti Keras (Hardware): Scanner, Kamera, CD-ROM
b.
Alat pemrosesan digunakan untuk pemrosesan semua aktifitas sistem
Contoh: CPU atau PC
PC
Gambar 2.2 Piranti Keras (Hardware): CPU atau PC
c.
Alat keluaran (output) berfungsi untuk menyajikan hasil dari pemrosesan
sistem informasi geografis.
Contoh: M onitor, Printer, pint-out dan lain – lain.
11
Monitor
Printer
Gambar 2.3 Piranti Keras (Hardware): Monitor, Printer
2.1.2.2 Piranti Lunak (Software)
Piranti lunak membantu piranti keras untuk memasukan, memproses, menyimpan
serta mengatur data geografis.
Terdapat lima modul utama dalam piranti lunak yaitu:
1. M asukan dan pengecekan data, termasuk di dalamnya proses konversi data
dari analog menjadi digital.
2. M enyimpan dan mengatur data, berhubungan dengan struktur dan aturan
data serta atribut elemen seperti titik, garis, ataupun area yang
menggambarkan objek – objek di dunia nyata.
3. M engatur cara menampilkan data dan pelaporan hasil analisa ke pengguna.
4. M emproses data, meliputi pengurangan kesalahan pemasukan data,
menganalisa data, mengatur data, menghubungkan data spasial dengan data
atribut.
5. M elakukan interaksi dengan pengguna untuk menentukan apakah piranti
sistem informasi geografis tersebut diterima atau tidak.
12
Sebuah piranti lunak sistem informasi geografis harus memiliki fungsi dan alat
yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informas i
geografis. Fungsi tersebut dikelompokan menjadi elemen – elemen sebagai
berikut:
a.
Alat (tools) untuk melakukan input dan transformasi atau konversi data.
b.
Database Management System (DBM S).
c.
Alat (tools) yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi.
d.
Graphical User Interface (GUI) digunakan untuk memudahkan akses alat –
alat (tools) geografis.
2.1.2.3
Data S istem Informasi Geografis
Adalah satu satu komponen krusial dan penting dalam sistem informasi
geografis. Di dalam sistem informasi geografis terdapat dua jenis data yaitu
data spasial dan data non spasial (atribut).
2.1.2.3.1 Data S pasial
Data spasial adalah data yang menggambarkan suatu dimensi ruang. Beberapa
tipe data spasial antara lain:
1.
Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana. Representasi
ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan
dapat ditampilkan pada layar monitor. Pada skala tertentu biasanya titik
13
digunakan untuk menggambarkan letak suatu kota, letak suatu bangunan
atau objek – objek lainnya.
Format titik memiliki ciri yaitu koordinat tunggal, tanpa panjang, tanpa
luasan. Contoh dari format titik: lokasi kecelakaan, letak pohon, lokasi
gedung.
Gambar 2.4 Tipe Data Titik
2.
Garis
Garis merupakan bentuk linier yang akan menghubungkan beberapa titik
atau paling sedikit dua titik. Biasanya digunakan untuk menggambarkan
suatu objek berdimensi satu. Contoh penggunaan garis pada sistem
informasi geografis adalah jaringan jalan, jaringan saluran air, jaringan
telepon dan lain sebagainnya.
Format garis memiliki ciri yaitu koordinat titik awal dan akhir,
mempunyai panjang, tanpa luasan. Contoh dari format titik: jalan, sungai.
Gambar 2.5 Tipe Data Garis
14
Gambar 2.6 Tipe Data Poligon
3.
Poligon
Bentuk poligon biasanya digunakan untuk merepresentasikan suatu objek
berdimensi dua. Suatu wilayah, penggunaan lahan, suatu tempat adalah entitas
yang umumnya digambarkan dengan bentuk poligon. Format poligon
memiliki ciri yaitu koordinat dengan titik akhir sama dengan titik awal,
mempunyai panjang, mempunyai luasan. Contoh dari format poligon: persil
tanah, wilayah, tutupan lahan dan lain - lain.
Penyajian data spasial dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:
1. M odel Raster
M odel ini menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dalam
bentuk matriks atau piksel – piksel yang membentuk bidang referensi
horizontal dan vertikal. Setiap piksel memiliki atribut masing – masing dan
bersifat unik.
2. M odel Vektor
M odel ini menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan garis, titik dan atau poligon yang didefinisikan oleh
koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model ini sebuah garis
merupakan kumpulan titik yang terurut dan berhubungan. Sedangkan
15
sebuah poligon merupakan kumpulan titik yang memiliki titik awal dan
titik akhir dengan koordinat yang sama.
2.1.2.3.2 Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan data spasial. Biasanya data
atribut adalah data berbentuk teks. Data atribut dapat dideskripsikan dengan
dua cara, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam deskripsi kualitatif maka data
atribut akan mendeskripsikan tipe atau klasifikasi suatu objek. Sedangkan
secara kuantitatif, data atribut akan dideskripsikan berdasarkan tingkatan.
2.1.2.4
Manusia
M anusia selaku pembuat dan pemakai dari sistem informasi geografis dapat
memanipulasi sistem informasi geografis tersebut sehingga dapat membantu
menyelesaikan pekerjaannya sehari – hari.
M anusia juga menentukan akan seperti apa sistem informasi yang ada akan
dikembangkan.
2.1.3
2.1.3.1
Pemetaan
Pengertian Peta
M enurut Eddy Prahasta (2005), peta adalah suatu alat peraga untuk
menyampaikan suatu ide berupa sebuah gambar mengenai tinggi rendahnya
suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya
yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta dilukiskan dengan
16
skala tertentu, dengan tulisan atau simbol sebagai keterangan yang dapat
dilihat dari atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya
mencakup wilayah yang sempit. Peta dalam Bahasa Inggris berari map, dan
dalam Bahasa Yunani berari mappa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta
disebut kartografi.
Sedangkan menurut Burrough, peta adalah sekumpulan titik, garis, area yang
digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem
koordinat, dan peta biasanya direpresentasikan dalam bentuk dua dimensi,
tetapi tidak menutup kemungkinan peta dapat direpresentasikan dalam bentuk
tiga dimensi.
2.1.3.2
Jenis Peta
Jenis peta ada beberapa macam ditinjau dari berbagai aspek, baik dari aspek
maksud dan tujuan, kegunaan, skala, dan keadaan objek.
a.
Berdasarkan aspek maksud dan tujuan
Jika dipandang dari maksud dan tujuannya, secara umum peta dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
1. Peta Dasar atau Peta Umum
Peta Dasar adalah gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi
pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu yang dilengkapi
17
dengan informasi kenampakan alami atau buatan. Contoh peta dasar
seperti: Peta Situasi, Peta Dunia, Peta Topografi, Peta Indonesia.
2. Peta Tematik atau Peta Khusus
Peta Tematik atau Peta Khusus adalah gambaran dari sebagian
permukaan bumi yang dilengkapi dengan informasi tertentu baik di atas
maupun di bawah permukaan bumi yang mengandung tema tertentu.
Contoh peta tematik seperti: Peta Jenis Tanah, Peta Kesesuaian Lahan,
Peta Iklim, Peta Perhubungan.
b.
Berdasarkan aspek kegunaan
Jika dipandang dari kegunaannya, secara umum peta dibagi menjadi tiga
jenis yaitu:
1. Peta Referensi Umum (General Reference Map)
Peta yang digunakan untuk mengidentifikasi dan verifikasi macam –
macam bentuk geografis termasuk fitur tanah, perkotaan, jalan dan
lain sebagainya.
2. Peta M obilitas (Mobility Map)
Peta yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam menentukan
jalur dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan
darat, laut dan udara.
18
3. Peta Inventaris (Inventory Map)
Peta yang menunjukkan lokasi dari fitur – fitur khusus misalnya posisi
gedung di suatu wilayah.
4. Peta Tematik (Thematic Map)
Peta yang menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti
populasi, curah hujan dan sumber daya alam.
c.
Berdasarkan aspek skala
Jika dipandang dari skalanya, secara umum peta dibagi menjadi tiga jenis
yaitu :
1. Peta kadaster atau peta teknik: berskala antara 1 : 100 – 1 : 5.000
2. Peta berskala besar: berskala antara 1 : 5.000 – 1 : 250.000
3. Peta skala sedang: berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 500.000
4. Peta skala kecil: berskala antara 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000
5. Peta geografis: berskala lebih dari 1 : 1.000.000
d.
Berdasarkan keadaan objek
Jika dipandang dari keadaan objeknya, secara umum peta dibagi menjadi dua
jenis yaitu :
19
1. Peta Stasioner
M enggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil.
Contoh: peta sebaran gunung berapi.
2. Peta Dinamis
M enggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah.
Contoh: peta urbanisasi, peta arah angin, peta ketinggian aliran sungai.
2.1.3.3 Kegunaan Peta
Peta merupakan suatu sumber informasi yang sangat berguna untuk segala
bidang dengan dukungan perkembangan teknologi saat ini. Pada umumnya peta
dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan pada suatu wilayah
yang dipetakan, yakni:
1.
M emperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi.
2.
M engukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala
dan ukuran peta.
3.
M emperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala
tertentu.
4.
M enghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
20
Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan satu
jenis data saja. M isalnya pada peta iklim, peta curah hujan, peta penyebaran
penduduk, dan sebagainya.
2.2 Sistem Basis Data
2.2.1
Pengertian Basis Data
M enurut Connoly dan Begg (2005), basis data adalah sebuah koleksi dari
data-data yang terhubung secara logika untuk di-share, dan sebuah deskripsi dari
data tersebut dirancang untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan akan informas i
dari sebuah organisasi.
Basis data menurut Fathansyah (1999, p2), basis data adalah himpunan
kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian
rupa agar kelak dapat dimanfaatkan lagi dengan cepat dan mudah.
2.2.2
Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS )
M enurut Connoly dan Begg (2005), DBM S adalah sebuah sistem perangkat
lunak yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara,
dan mengontrol akses ke basis data. Sebuah DBM S menyediakan fasilitasfasilitas berupa :
21
1.
Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan
basis data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data
yang hendak disimpan dalam basis data.
2.
Data M anipulation Language (DM L) yang memungkinkan user untuk
mengupdate, menghapus, dan meretrieve data dari basis data.
3.
Sistem keamanan untuk mencegah user yang tidak berhak dapat mengakses
akses ke basis data.
4.
Sistem terintegrasi yang memelihara konsistensi data yang disimpan.
5.
Sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses secara
bersamaan terhadap basis data.
6.
Sistem kontrol pengembalian data yang dapat mengembalikan data ke
keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan piranti keras maupun piranti
lunak
7.
Katalog yang dapat diakses user, berisi tentang deskripsi data dalam basis
data.
2.2.3
DBLC (Database Lifecycle)
M enurut Connoly dan Begg (2005, p284), terdapat sebelas tahapan di dalam
Database
Lifecycle.
Tahapan
ini
digunakan
dalam
perancangan
pengembangan basis data untuk suatu sistem informasi tertentu.
dan
22
Database Planning System Definition Requirements Collection and Analysis Database Design Conceptual Database Design DBMS Selection (Optional) Application Design Logical Database Design Physical Database Design Prototyping (Optional) Implementation Data Conversion a nd Loading Testing Operational Maintenance Gambar 2.7 Database Lifecycle (Connoly and Begg, 2005)
23
2.2.3.1 Database Planning
M enurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), perencanaan basis data
(database planning) merupakan aktifitas manajemen yang mengijinkan tingkatan
dari aplikasi basis data untuk direalisasikan se-efisien dan se-efektif mungkin.
Database planning harus memenuhi beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana mengumpulkan data,
2. Bagaimana format yang dibutuhkan,
3. Dokumen penting apa yang dibutuhkan,
4. Bagaimana proses perancangan dan implementasi.
2.2.3.2 System Definition
M enurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), S ystem Definition adalah
tahapan dalam menguraikan jangkauan dan batasan dari aplikasi basis data dan
pandangan – pandangan utama para pemakai. Sebelum merancang suatu aplikas i
basis data penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasi batasan – batasan dari
sistem yang sedang diteliti dan bagaimana kaitannya dengan bagian lain dari
sistem. Perlu dipikirkan pula untuk kebutuhan yang akan datang selain dari
keadaan saat in. Aplikasi basis data diterapkan untuk satu atau lebih pandangan
pemakai, sehingga harus diidentifikasi terlebih dahulu dari berbagai pandangan
pemakai.
24
2.2.3.3 Requirement Collection and Analysis
M enurut Connoly dan Begg (2005, p288-291), Requirement Collection and
Analysis adalah proses pengumpulan dan analisis informasi tentang bagian dari
perusahaan ataupun instansi yang akan didukung oleh aplikasi basis data, dan
menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai terhadap
sistem baru.
2.2.3.4 Database Design
M enurut Connoly dan Begg (2005, p291), Database Design merupakan proses
pembuatan suatu desain untuk sebuah basis data yang akan mendukun g
operasional dan sasaran suatu perusahaan ataupun instansi.
database design dibagi dalam tiga tahapan yaitu perancangan basis data
konseptual, perancangan basis data logikal, dan perancangan basis data fisikal.
2.2.3.5 DBMS Selection (Optional)
M enurut Connoly dan Begg (2005, p295-p299), pemilihan DBM S harus benar –
benar sesuai dengan kebutuhan guna mendukung aplikasi basis data.
2.2.3.6 Application Design
M enurut Connoly dan Begg (2005, p299-301), Application Design adalah
merancang antarmuka pemakai (user interface) dan program aplikasi, yang akan
memproses basis data. Ditinjau dari gambar 2.7 bahwa peracangan basis data dan
perancangan aplikasi adalah aktifitas bersamaan pada database lifecycle. Dalam
25
kasus sebenarnya, adalah tidak mungkin menyelesaikan perancangan aplikas i
sebelum perancangan basis data selesai. Dalam perancangan aplikasi harus
memastikan semua pernyataan fungsional dari spesifikasi kebutuhan pemakai
yang menyangkut perancangan aplikasi program yang mengakses basis data dan
perubahan terhadap isi basis data (retrieve, update dan kegiatan keduanya).
Artinya bagaimana fungsi yang dibutuhkan bisa terpenuhi dan merancan g
antarmuka pemakai yang tepat. Antarmuka yang dirancang harus memberikan
informasi yang dibtuhkan dengan cara user friendly. Bagaimanapun, antarmuka
harus dijadikan sebagai komponen dari sistem yang penting, hal ini dimaksudkan
agar aplikasi yang dibuat menjadi mudah dipelajari dan mudah digunakan,
sehingga pemakai akan cenderung untuk mendapatkan dan memberdayakan
informasi yang disajikan dengan lebih baik.
2.2.3.7 Prototyping (Optional)
M enurut Connoly dan Begg (2005, p303-p304), Prototyping adalah membuat
model kerja dari aplikasi basis data, yang memperbolehkan perancang atau
pemakai untuk mengevaluasi hasil akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun
fungsi yang dimiliki sistem. Tujuan dari pengembangan prototype aplikasi basis
data adalah untuk memungkinkan pemakai menggunakan prototype untuk
mengidentifikasi keistimewaan sistem atau kekurangannya, dan memungkinkan
perancang untuk memperbaiki atau melengkapi keistimewaan (feature) dari
aplikasi basis data yang baru tersebut.
26
2.2.3.8 Implementation
M enurut Connoly dan Begg (2005, p304), Implementation adalah membuat
definisi basis data secara eksternal, konseptual, dan internal, serta program
aplikasi. Implementasi merupakan realisasi dari basis data dan perancangan
aplikasi. Implementasi basis data dibangun dengan menggunakan Data
Definition Language (DDL) dari DBM S yang dipilih dan Graphical User
Interface (GUI). Statement DDL digunakan untuk membuat struktur basis data
dan file basis data kosong. Selain itu pandangan pemakai (user view) lainnya
juga diimplementasikan dalam tahapan ini.
2.2.3.9 Data Conversion and Loading
M enurut Connoly dan Begg (2005, p305), Data Conversion and Loading
mencakup pengambilan data dari sistem lama untuk dipindahkan ke dalam sistem
yang baru. Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem basis data baru menggantikan
sistem basis data yang lama. Pada masa sekarang, umumnya DBM S memiliki
kegunaan untuk memasukan file ke dalam basis data baru. Biasanya
membutuhkan spesifikasi dari sumber file dan sasaran basis datanya. Kegunaan
ini
memungkinkan
pengembang
(developer)
untuk
mengkonversi
dan
menggunakan aplikasi program lama untuk digunakan oleh sistem baru. Ketika
conversion and loading dibutuhkan, prosesnya harus direncanakan untuk
memastikan kelancaran transaksi untuk keseluruhan operasi.
27
2.2.3.10 Testing
M enurut Connoly dan Begg (2005, p305), Testing adalah proses menjalankan
program aplikasi untuk menemukan kesalahan – kesalahan. Sebelum digunakan,
aplikasi basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara menyeluruh. Jika
testing menunjukkan ketidaksesuaian, maka pengujian akan menemukan
kesalahan pada program aplikasi dan mungkin struktur basis datanya.
2.2.3.11 Operational Maintenance
M enurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), Operational Maintenance
adalah proses memantau dan memelihara sistem setelah diinstal. Pada tahapan
sebelumnya basis data benar – benar di uji dan diimplementasikan. Sekaran g
sistem beralih ketahapan pemeliharaan. Aktifitas dari tahapan pemeliharaan ialah
sebagai berikut :
1. M emantau Kinerja dari sistem.
2. Pemeliharaan dan upgrade aplikasi basis data.
2.2.4
Database Relational
M enurut Whitten dan Bentley (2004, p176), relational database adalah
database yang mengimplementasikan data sebagai serangkaian tabel dua dimensi
yang dihubungkan melalui foreign key.
28
2.3 SDLC (System Development Life Cycle)
2.3.1
Definisi S DLC
Dalam pengembangan piranti lunak dibutuhkan tahapan – tahapan
pengembangan yang sesuai. Sistem yang ada pada umunya digunakan adalah
SDLC (System Development Life Cycle) (Pressman, 2001, p10). Dalam definisi
lain, System Development Life Cycle (SDLC) adalah sekumpulan kegiatan yang
dibutuhkan dalam membangun suatu solusi sistem informasi yang dapat member
jawaban bagi permasalahan maupun kesempatan bisnis (Turban, 2003, p461).
Pembuatan solusi yang tepat harus melibatkan pihak pengembang
perangkat lunak terkait agar didapatkan suatu solusi yang tepat. Pada saat ini
telah dikenal bebarapa model pengembangan sistem, yaitu antara lain: waterfall,
prototyping, spiral, incremental, fourth generation techniques. M odel waterfall
merupakan salah satu model pengembangan sistem yang paling baik dan efektif.
M odel waterfall sangat terstruktur dan bersifat linier. M odel tersebut
memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial dalam pengembangan
sistem perangkat lunak.
2.3.2
Waterfall Model
M odel sekuensial linear untuk software engineering (Waterfall Model), sering
disebut juga dengan siklus hidup klasik atau model air terjun. M odel ini
mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat lunak yang
sistematik dan sekuensial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada
29
seluruh analisis, desain, kode pengujian dan pemeliharaan. Dimodelkan setelah
siklus rekayasa konvensional, model sekuensi linear melingkupi aktivitas –
aktivitas sebagai berikut:
1.
Rekayasa dan pemodelan sistem.
Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara lain
dengan menentukan komponen – komponen sistem (entity), atribut
komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum entity dibedakan
atas data, algoritma dan interface.
2.
Analisis dan kebutuhan sistem.
Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan sistem.
3.
Desain Sistem.
Yaitu dengan mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul aplikasi
perancangan yang dilakukan pada tiga bagian, yaitu: struktur data,
racangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan
kamus data.
4.
Pemrograman.
Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan kode
program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.
30
5.
Pengujian.
Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat
dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi
apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan
terjadinya kesalahan seminimal mungkin.
6.
Pemeliharaan.
Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan
kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai
perubahan yang terjadi. Dalam kasus ini, penulis menggunakan waterfall
model untuk menggambarkan proses bisnis dan sistem yang dibutuhkan pada
perancangan sistem informasi geografis untuk penelusuran rumah sakit
berbasis web di wilayah Jakarta Barat. Pendekatan ini dipilih karena
mempunyai struktur yang jelas dan terarah dalam setiap
tahapan
perancangan dan implementasinya.
Rekayasa dan
pemodelan sistem
Analisis dan
kebutuhan sistem
Desain Sistem
Pemrograman
Pengujian
Pemeliharaan
Gambar 2.8 Waterfall Model
31
2.3.3
Data Flow Diagram (DFD)
2.3.3.1 Pengertian Data Flow Diagram (DFD)
M enurut Pressman (2001, p305), DFD atau diagram aliran data adalah
sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformas i
yang di aplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk
dasar dari DFD disebut juga data flow graph atau bubble chart.
Pada DFD tingkat 0, disebut juga model sistem dasar atau model konteks,
merepresentasikan keseluruhan elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal
dengan data input dan data output yang ditunjukan oleh anak panah masuk dan
keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informas i
direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail
lebih. Contohnya pada sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima atau enam bubble
dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap
proses yang
dipresentasikan pada tingkat 1 adalah subfungsi dari seluruh sistem yang
digambarkan di dalam model konteks.
DFD merepresentasikan suatu sistem, baik otomatis maupun manual
melalui gambar yang berupa jaringan grafik. Dengan DFD, seorang analis sistem
dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Keuntungan memahami aliran
data dalam suatu sistem adalah:
1. Terhindar dari usaha mengimplementasikan suatu sistem yang terlalu dini.
Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran – aliran data yang
32
diperlukan sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara
teknik.
2. M engerti lebih dalam hubungan state dengan sub sistem . Dengan DFD, analis
sistem dapat membedakan sistem dari lingkungannya dengan batasan –
batasan (boundaries).
3. DFD dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku dan sebagai
alat untuk berkomunikasi dengan user dalam bentuk representasi.
2.3.3.2 Tingkatan – Tingkatan DFD
Terdapat beberapa tingkatan yang ada di dalam Data Flow Diagram, yakni:
a) Diagram Konteks
M erupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran dari
sistem. Pada diagram ini hanya terdapat satu proses dan tidak ada data store.
b) Diagram Nol
Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir
nomor diberi tanda *
c) Diagram Rinci
M erupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses –
proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari Sembilan proses.
33
2.3.3.3 Simbol – simbol
Simbol – simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram terdiri dari empat
macam, yakni:
1.
Eksternal Entity
Entitas eksternal menggambarkan penghasil atau pengguna informasi yang
ada di luar sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan gambar persegi.
Gambar 2.9 Eksternal Entity
2.
Process
Proses menggambarkan sebuah transformasi informasi (fungsi) yang ada di
dalam sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan lingkaran.
Gambar 2.10 Process
34
3.
Data Object
Data Object mengindikasikan arah dari data flow. Dilambangkan dengan
anak panah.
Gambar 2.11 Data Object
4.
Data Store
Data store menggambarkan tempat penyimpanan data yang digunakan oleh
satu atau lebih proses. Dilambangkan persegi panjang tanpa satu sisi tinggi.
Gambar 2.12 Data Store
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam DFD, yaitu:
1
Antara entitas tidak boleh saling berhubungan
2
Diperbolehkan untuk mengambil entitas yang sama , dengan tujuan untuk
menyederhanakan pemodelan
3
Hindari dialog yang tidak perlu dalam DFD.
35
2.3.4 S tate Transition Diagram (S TD)
M enurut Whitten (2004,p636), state transition diagram adalah alat yang
digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi layar yang dapat muncul
ketika pengguna sistem menjalankan sistem.
M enurut Pressman (2001) State Transition Diagram merupakan suatu
alat pemodelan yang menggambarkan sifat ketergantungan dari suatu sistem.
State adalah suatu kumpulan dari tingkah laku yang dapat di observasi.
Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan jumlah state dan
serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antar state,
menunjukan bagaimana sistem bergerak dari suatu state ke state yang lain dan
mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state.
STD memiliki komponen utama yaitu state dan arrow yang mewakili sebuah
perubahan state. Setiap gambar persegi panjang mewakili sebuah state dimana
sistem tersebut berada.
2.4
Teori Web
2.4.1 World Wide Web
M enurut Turban et al (2003, p680), WWW (World Wide Web) adalah sistem
dengan standar yang diterima secara universal untuk menyimpan, menelusuri,
36
memformat dan menampilkan informasi melalui arsitektur klien atau server yaitu
menggunakan fungsi – fungsi transpor dari internet.
World wide web adalah kombinasi dari empat ide yaitu:
1.
Hypertext: sebuah format data yang memungkinkan suatu halaman memiliki
banyak media seperti teks yang panjang. Serta memungkinkan untuk
menautkan suatu teks dengan teks lainnya melalui sebuah hyperlink.
2.
Resource Identifier: identifikasi yang unik yang digunakan untuk
mengalokasikan file atau dokumen di dalam jaringan. Biasanya dikenal
dengan URL (Uniform Resource Language).
3.
Client Server: sebuah sistem dimana komputer client meminta sebuah
informasi, dapat berupa data atau file komputer kepada server. Kemudian
server akan mencari data atau file komputer yang diminta client. Setelah
didapat data tersebut, maka server akan mengirim kembali kepada client.
4.
Markup Language: kumpulan karakter atau kode untuk mengidentifikasikan
data atau teks yang dikirim untuk mengakses sebuah situs web.
2.4.2 PHP (PHP Hypertext Preprocessor)
PHP merupakan singkatan dari PHP: Hypertext Preprocessor. PHP merupakan
bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server.
Hasilnya akan dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser.
37
M enurut Kadir (2008, p2), secara khusus PHP dirancang untuk membentuk
aplikasi web dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan
berdasarkan permintaan terkini. Keuntungan menggunakan PHP antara lain:
1.
Kesederhanaan dari bahasa PHP.
2.
Siklus pengembangan yang lebih pendek karena pemudahan dalam
pembuatan modul dan komponen – komponen yang dapat digunakan lagi
pada pengembangan berikutnya.
3.
M emiliki konektivitas ke server basis data.
4.
Bersifat open source dan tidak bergantung pada platform manapun.
2.4.3 MapViewS VG
M enurut Riyanto (2009), M apView SVG adalah sebuah ekstensi arcView GIS
3.X yang dapat mengkonversi View dalam ArcView menjadi format SVG untuk
selanjutnya dipublikasikan ke web. Tool ini dikembangkan oleh UIS M edia
Jerman.
Berikut adalah daftar fungsi atau fitur yang dapat digunakan dengan tool
M apViewSVG:
1. M engaktifkan atau deaktifkan themes dalam M apView
2. M embuat laporan berupa informasi objek dan atribut tabel dari ArcView
38
3. Pencarian fitur dengan membangun sebuah ekspresi query
4. Skala peta berdasarkan view pada themes yang dikonversi
5. M embaca dan menampilkan koordinat peta.
2.4.4 XML
M enurut Riyanto (2009), XM L adalah sebuah rekomendasi dari W3C untuk
pertukaran informasi yang terstruktur. XM L telah menjadi sangat terkenal dan
diimplementasikan secara luas dan reliable. Tertulis dalam XM L SVG dibangun
pada dasar yang kuat dan mendapatkan beberapa keuntungan seperti pada
kemampuan struktur yang kuat, model objek, dan lainnya. dengan spesifikasi
yang sudah ada dan spesifikasinya sudah diimplementasikan secara jelas, tata
bahasa berbasis XM L saat ini terbuka untuk dimplementasikan.
2.4.5 S calable Vector Graphic
SVG adalah sebuah bahasa untuk mendeskripsikan grafik dua dimensi dalam
XM L. SVG memberikan tiga tipe objek grafik: grafik vektor, gambar, dan text.
objek grafik bisa di-grup, diberikan style, ditransformasikan dan digabungkan ke
dalam objek yang dirender sebelumnya. Gambar SVG memiliki fitur interaktif
sehingga bisa memberikan tanggapan atas kejadian yang diinisiasi oleh pengguna
dan bersifat dinamis. Konsep SVG terdiri dari:
39
1. Scalable
M aksud dari scalable adalah bisa membesar dan mengecil secara seragam.
artinya tidak terbatasi pada sebuah ukuran pixel yang tetap.
2. Vector
Grafik vektor berisi objek geometris seperti graris - garis dan kurva. Hal ini
memberikan fleksibel yanglebih tinggi dibanding dengan format yang hanya
berupa raster yang harus menyimpan informasi untuk tiap piksel dari grafik.
3. Graphic
Kebanyakan tata bahasa XM L yang ada mewakili informasi textual atau
mewakili data mentah
misalnya seperti informasi finansial.
Biasanya
menyediakan kemampuan grafis yang belum sempurna. SVG menyediakan
sebuah deskripsi grafik vektor yang lengkap dan terstruktur serta grafik vektor
atau raster yang terolah yang bisa dipakai secara stand alone, atau sebagai
namespace dari XM L dengan tata bahasa lain.
2.5
Teori Khusus
2.5.1
Pengertian Rumah S akit
M enurut Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
40
2.5.2
Tugas Rumah S akit
M enurut Pasal 4 UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
2.5.3
Fungsi Rumah Sakit
Adapun untuk menjalankan tugas rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 UU Nomor 44 Tahun 2009, fungsi Rumah Sakit tersebut diatur dalam
Pasal 5 UU Nomor 44 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
rnemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.5.4
Jenis – Jenis Rumah S akit
M enurut Pasal 18 UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit dapat dibagi
berdasarkan dua hal yaitu :
41
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, menurut Pasal 19 ayat (1) UU
Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit dikategorikan menjadi dua jenis yaitu :
1. Rumah S akit Umum
M emberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
M elayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi
perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi
bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di
suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan
intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan
fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya.
Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan
penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat
kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan
tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya
terdapat beberapa klinik / poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
42
2. Rumah S akit Khusus
M emberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya. Contoh: rumah sakit yang melayani kepentingan khusus
seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan.
2. Berdasarkan pengelolaannya, menurut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun
2009 Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Rumah S akit Publik
Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba,
sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) UU Nomor 44 Tahun 2009.
Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit privat.
43
2. Rumah S akit Privat
Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas
atau Persero.
3. Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah S akit
Pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.
Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba
berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini
diselenggarakan oleh pihak universitas atau perguruan tinggi sebagai salah
satu wujud pengabdian masyararakat atau Tri Dharma perguruan tinggi.
2.5.5
Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.
44
2.5.5.1 Rumah S akit Umum
Sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009,
klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri atas :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan M edik Spesialis Dasar, 5 (lima)
Pelayanan Spesialis Penunjang M edik, 12 (dua belas) Pelayanan M edik Spesialis
Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan M edik Sub Spesialis.
Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A
meliputi Pelayanan M edik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan M edik
Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang M edik, Pelayanan M edik
Spesialis Lain, Pelayanan M edik Spesialis Gigi M ulut, Pelayanan M edik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang
Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan M edik Spesialis Dasar, 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang M edik, 8 (delapan) Pelayanan M edik Spesialis
Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan M edik Subspesialis Dasar.
45
Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B
meliputi Pelayanan M edik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan M edik
Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang M edik, Pelayanan M edik
Spesialis Lain, Pelayanan M edik Spesialis Gigi M ulut, Pelayanan M edik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang
Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan M edik Spesialis Dasar, 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang M edik.
Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C
meliputi Pelayanan M edik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan M edik
Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang M edik, Pelayanan M edik
Spesialis Gigi M ulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan M edik Spesialis Dasar.
Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D
meliputi Pelayanan M edik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan M edik
46
Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjan g
Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
2.5.5.2 Rumah S akit Khusus
Sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009,
Rumah Sakit Khusus berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
diklasifikasikan menjadi :
a.
Rumah Sakit Khusus Kelas A
b.
Rumah Sakit Khusus Kelas B
c.
Rumah Sakit Khusus Kelas C
Berdasarkan pada Peraturan M enteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/M enKes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Bab V Pasal 21, Jenis
Rumah Sakit Khusus antara lain :
a.
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
b.
Rumah Sakit Khusus Jantung
c.
Rumah Sakit Khusus Kanker
d.
Rumah Sakit Khusus Orthopedi
e.
Rumah Sakit Khusus Paru
47
f.
Rumah Sakit Khusus Jiwa
g.
Rumah Sakit Khusus Kusta
h.
Rumah Sakit Khusus M ata
i.
Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat
j.
Rumah Sakit Khusus Stroke
k.
Rumah Sakit Khusus Penyakit Infeksi
l.
Rumah Sakit Khusus Bersalin
m. Rumah Sakit Khusus Gigi dan M ulut
n.
Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi M edik
o.
Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorokan
p.
Rumah Sakit Khusus Bedah
q.
Rumah Sakit Khusus Ginjal
r.
Rumah Sakit Khusus Kulit dan Kelamin
Download