BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas ataupun menjalin hubungan bilateral untuk menjalankan perjanjian perdagangan bebas. Blok-blok perdagangan bebas (free trade area – FTA) adalah kesepakatan liberalisasi perdagangan yang dibentuk oleh beberapa negara. Hal umum yang sudah diketahui, liberalisasi perdagangan adalah sebuah konsep perdagangan barang dan jasa lintas negara tanpa hambatan. Hasilnya, secara teoritis, liberalisasi perdagangan dapat menjamin bahwa negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan ini, akan memperoleh keuntungan dari hasil terbentuknya perdagangan (trade creation) dan pengalihan dagang (trade diversion). Viner (1950) mengukur dampak liberalisasi perdagangan dari suatu perjanjian kerjasama antar negara dengan cara membandingkan efek positif dan efek negatif dari liberalisasi perdagangan tersebut. Yaitu dengan cara membandingkan efek apa yang lebih dominan terjadi pada suatu negara setelah memiliki perjanjian FTA. Efek positif adalah ketika liberalisasi perdagangan melahirkan trade creation, dimana terjadi peralihan konsumsi dari produk domestik yang bersifat high-cost ke produk impor yang bersifat low-cost (yang dihasilkan oleh negara partner). Sementara, efek negatif adalah apabila yang 1 terjadi adalah trade diversion, yaitu peralihan konsumsi dari produk impor yang bersifat low-cost (yang dihasilkan oleh negara non anggota) ke produk impor yang bersifat high-cost (yang dihasilkan oleh negara partner kerjasama dalam FTA). Efek negatif dapat terjadi karena terdapat perbedaan tarif yang diberlakukan untuk partner dan nonpartner mengubah arah kecenderungan perdagangan yang mendorong terjadinya penurunan aktivitas perdagangan dengan negara non-partner (Vinerian, 1950). Efek negatif tersebut akan memberi dampak terhadap penurunan kesejahteraan karena terjadi perubahan konsumsi produk yang lebih murah kepada produk yang relatif lebih mahal yang merupakan produk impor dari negara partner. Beberapa FTA yang telah berjalan yaitu North American Free Trade Area (NAFTA), African Free Trade Zone (AFTZ) dan South Asia Free Trade Agreement (SAFTA). Uni Eropa adalah salah satu contoh evolusi dari PTA menuju FTA dan kemudian integrasi ekonomi terjadi. Adanya perdagangan bebas diharapkan dapat menimbulkan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan melalui penghapusan hambatan tersebut, baik tarif maupun non tarif. Dengan liberalisasi perdagangan baik yang bersifat internasional maupun regional, hambatan-hambatan perdagangan dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan. Pengurangan bahkan penghapusan tarif dan hambatan non tarif akan mempercepat terjadinya integrasi ekonomi regional seiring lancarnya lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja tersebut. Kondisi perekonomian saat ini menunjukkan kecenderungan yang bersifat global. Hubungan antar negara atau bangsa-bangsa di dunia pada bidang ekonomi 2 mulai tidak mengenal batas-batas wilayah negara secara geografis. Kenichi Ohmae (1995) menyebut bahwa masa sekarang adalah masa berakhirnya negara bangsa dan masa mulai munculnya negara wilayah. Negara wilayah ini terbentuk dari beberapa negara atau bangsa di suatu wilayah yang membuat kesepakatan untuk melakukan perdagangan bebas. Sebagai contoh adalah wilayah yang mencakup negara-negara Eropa Barat , ASEAN, dan Amerika Serikat. Fenomena yang menandai adanya era globalisasi adalah terjadinya proses integrasi di berbagai belahan dunia terutama dalam bidang ekonomi. Integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan agar dapat bersaing dengan kawasan lainnya dalam menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Jika dilihat pada saat ini dapat di katakan hampir semua kawasan telah melakukan kerjasama bidang ekonomi untuk memperlancar aktivitas investasi dan perdagangan dengan membentuk integrasi ekonomi (Achsani, 2008). Kerjasama yang dimaksudkan untuk tujuan memperkuat ekonomi kawasan dalam mempersiapkan diri memasuki perdagangan bebas WTO. Kesuksesan Uni Eropa juga menjadi pendorong semakin cepatnya perkembangan aktivitas blok-blok ekonomi dan perdagangan dari berbagai kawasan lainnya. Peningkatan perdagangan dengan beberapa negara terjadi juga pada negara-negara di Asia Timur yang semakin berkembang secara pesat. Beberapa studi menyatakan bahwa peningkatan perdagangan yang cepat akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan pendapatan yang cepat pula. Implikasi penting dari meningkatnya perdagangan adalah pada negara yang terintegrasi perdagangannya maka kinerja makro ekonominya lebih meningkat dibandingkan negara yang 3 belum terintegrasi. Pengaruh penting negara mitra dagang menjadi faktor yang penting dalam perekonomian domestik (Shin dan Wang, 2005). Adanya intergrasi yang terjadi juga akan menyebabkan peningkatan perekonomian (Fiess, 2005). Sebagai contoh jika perdagangan terjadi seperti teori Hecker-Ohkin atau Ricardo maka semakin besar spesialisasi berakibat pada berkurangnya keselarasan perdagangan (Frankel dan Rose, 1998), Rana (2007),Shin dan Wang (2004) dan Teng dan Way (2005). Secara teoritis integrasi perdagangan akan mampu menimbulkan efek terhadap peningkatan perdagangan, peningkatan efesiensi ekonomi, dan daya saing yang tinggi pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan. Jika dilihat dari pertumbuhan rasio ekspor terhadap PDB, perkembangan perdagangan dunia secara keseluruhan bahkan memperlihatkan pertumbuhan yang cukup spektakuler. Bila pada tahun 1965 rasio ekspor dunia terhadap GDP dunia adalah 3.3%, angka ini kemudian meningkat menjadi 10.2% (1975), selanjutnya 14% (1985), dan 17% pada tahun 1995. Data terkini menunjukkan bahwa rasio ekspor dunia terhadap GDP telah mencapai 23,9 persen pada tahun 2007 (World Bank, dalam Haryadi 2008). Salah satu negara yang menunjukkan pertumbuhan pesat dalam konteks keterbukaan terhadap perekonomian adalah Indonesia. Rasio ekspor terhadap GDP Indonesia lebih besar dari Rasio ekspor dunia terhadap GDP dunia. Berdasarkan data, rasio ekspor terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 31%, sementara rasio impor terhadap PDB adalah 27%. Ini berarti 4 bahwa angka ini bisa dijadikan indikasi bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka terhadap luar negeri. Keberhasilan Uni Eropa yang dalam menciptakan suatu kawasan tunggal yang saling terintegrasi telah memberikan inspirasi kepada negara-negara anggota ASEAN untuk melakukan hal yang sama agar mampu bersaing dengan kawasan lainnya dalam menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Adanya keberhasilan Uni Eropa, ASEAN pun ingin mengikuti jejak keberhasilan dengan mewujudkan Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Penyatuan ASEAN ke dalam ASEAN Community ini tentunya akan memberikan dampak luar biasa besar, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga dalam segala aspek kehidupan lainnya. Dari sisi ekonomi misalnya, penyatuan ini dapat menciptakan pasar yang mencakup wilayah seluas 4,5 juta km2 dengan populasi sekitar 500 juta jiwa (jumlah yang setara dengan UE saat ini), total perdagangan lebih dari 720 milyar dollar per tahun serta produk domestik bruto (PDB) lebih dari 737 milyar dollar. Sebagai gambaran, kesepakatan perdagangan bebas ASEAN mampu meningkatkan perdagangan intra ASEAN dari 43,26 milyar dollar pada tahun 1993 menjadi 80 milyar dollar pada tahun 1996, atau dengan rata-rata pertumbuhan 28,3 persen per tahun. Share perdagangan intra ASEAN terhadap total perdagangan juga meningkat dari 20 menjadi 25 persen. Penyatuan ASEAN ke dalam pasar tunggal diyakini akan memberikan dampak sangat besar (Achsani, 2008). Menurut Salvatore (2007:34) perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi disuatu negara (trade as angine of 5 growth). Dengan adanya aktifitas-aktivitas perdagangan internasional maka diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut. Hal ini menunjukkan perdagangan internasional memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di suatu negara, terutama bagi negaranegara berkembang seperti Jepang, Amerika, Korea. Jepang merupakan negara berkembang setelah Amerika Serikat. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, sejak tahun 1980-an telah menggunakan kebijakan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Ketika terjadi aktifitas perdagangan internasional yakni berupa kegiatan ekspor dan impor maka besar kemungkinan juga terjadi perpindahan faktor-faktor produksi dari negara eksportir ke negara importir yang disebabkan karena adanya perbedaan biaya dalam proses perdagangan internasional. Jika dilihat (gambar 1.1) kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan PDB Indonesia maka sektor perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan pertama disusul oleh sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Rata-rata lima tahun terakhir kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,2 persen sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,1 persen. Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran disumbangkan oleh subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,0 persen dan sisanya oleh subsektor hotel dan restoran. Hal ini mencerminkan bahwa subsektor perdagangan besar dan eceran menjadi motor penggerak sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di tahun 2009, kontribusi 6 sektor ini juga mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 0,2 persen. Penurunan terutama di subsector perdagangan besar dan eceran yang tidak mampu meningkatkan kontribusinya, bahkan mengalami penurunan menjadi 0,0 persen. Sementara di tahun berikutnya, 2010 dan 2011, kontribusinya kembali meningkat menjadi 1,6 persen dengan kontributor utama dari subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,4 persen. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap Pertumbuhan PDB (%) Sumber: BPS Investasi pemerintah di sektor perdagangan yang sangat berpengaruh besar ditunjukkan bahwa pemerintah sangat memperhatikan kelancaran pergerakan arus barang dan jasa sehingga pertumbuhan ekonomi bisa dipicu lebih cepat dan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya. Investasi di sektor perdagangan sangatlah penting karena merupakan pemenuhan atas kebutuhan masyarakat. Jika dilihat investasi pada tahun 2009, nilai realisasi investasi di sektor perdagangan meningkat hampir tiga kali bila dibandingkan dengan tahun 7 sebelumnya, dengan nilai mencapai Rp 1.441,9 milyar (gambar 1.2). Hal tersebut mengindikasikan semakin membaiknya iklim investasi sektor perdagangan. Apabila dilihat perkembangannya dari tahun 2005, perkembangan realisasi investasi sektor perdagangan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan tren hampir seratus persen. Salah satu program prioritas Kementerian Perdagangan yaitu Peningkatan Investasi, secara langsung maupun tidak langsung telah menstimulasi kinerja investasi di dalam negeri. Selain itu, implementasi UU Penanaman Modal juga memberikan pengaruh pada peningkatan investasi sektor perdagangan. Demikian halnya dengan sub sektor hotel dan restoran dengan peningkatan tren pertumbuhan sebesar 7,35%. Suasana kondusif politik nasional turut memberi andil dalam peningkatan kepercayaan pada dunia pariwisata, terutama perhotelan dan restoran. Pertumbuhan sub sektor tersebut juga meningkat hampir lima puluh persen. Gambar 1.2 Perkembangan Investasi pemerintah di Sektor Perdagangan Tahun 20052009 Sumber: BKPM-LK 8 Dalam penelitian ini berusaha menganalisis indikasi dampak Asean Economy Community (AEC) 2015 terhadap perekonomian Indonesia.Studi ini diharapkan pula dapat memberikan rekomendasi khususnya kepada pemerintah maupun dunia usaha untuk mengetahui dampak adanya ASEAN Economy Community pada tahun 2015. Selanjutnya akan mencoba untuk mengkaji apakah ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan makro lainnya dengan trade openness. 1.2 Rumusan Masalah Dalam era globalisasi perdagangan memegang peran penting bagi perekonomian negara dan dunia. Perekonomian suatu negara dapat dikatakan tergantung pada perdagangan dunia. Peningkatan ekspor dan impor akan meningkatkan aktivitas pasar faktor dan barang, pasar uang dan modal, serta arus income dan expenditure. Ekspor akan mendatangkan devisa dan karenanya semakin tinggi ekspor semakin tinggi pendapatan nasional. Besar kecilnya ekspor tergantung pada permintaan negara di dunia baik bilateral maupun multilateral. Ekspor mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan nasional riil. Rasio ekspor terhadap GDP lebih tepat digunakan secara tepat untuk menentukan secara langsung eksternalitas sektor ekspor terhadap sektor lainnya (Sengupta, 1998). Negara-negara yang ada dalam kawasan ASEAN juga mengharapkan perkembangan integrasi ekonomi ASEAN yang lebih luas dan memberikan manfaat pada kesejahteraan negara-negara anggota ASEAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut di kawasan ASEAN, telah disepakati adanya integrasi ekonomi 9 dengan membentuk liberalisasi perdagangan (ASEAN Free Trade Agreement/AFTA) pada tahun 1992 dan mulai berlaku sejak 1 Januari 2003, namun kebijakan penurunan tarif telah dilakukan sejak tahun 1995. Selanjutnya pada bulan Oktober 2003 telah disepakati untuk memperluas integrasi ekonomi menjadi ASEAN Economi Community (AEC) yang akan diimplementasikan pada Tahun 2015. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap perekonomian Indonesia yang mencakup output sektoral, distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, distribusi pendapatan rumah tangga dan karakteristiknya, serta permintaan akan barang dan jasa (komoditas), yang diasumsikan bahwa investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27 trilyun. Kondisi tersebut memunculkan partanyaan-pertanyaan yang menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Untuk menghindari keluasan bahasan dan memfokuskan pada tujuan, maka penelitian dibatasi dengan menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1 Bagaimanakah dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap output sektor produksi di Indonesia? 2 Bagaimanakah dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia? 3 Bagaimanakah dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor terhadap distribusi pendapatan 10 rumah tangga di Indonesia dan karakteristiknya dalam kerangka SNSE Indonesia 2008? 4 Bagaimanakah dampakAEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor terhadap permintaan komoditas domestik dan impor di Indonesia? 5 Bagaimanakah dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor dilihat dari multiplier effect open loop di Indonesia? 6 Bagaimanakah dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor dilihat dari multiplier effect close loop di Indonesia? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1.4.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap output sektor produksi di Indonesia 2. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. 3. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dan karakteristiknya dalam kerangka SNSE Indonesia 2008 di Indonesia. 11 4. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan terhadap permintaan komoditas domestik dan impor di Indonesia. 5. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang di tujukan pada ekspor dilihat dari multiplier effect open loop di Indonesia. 6. Menganalisis dampak AEC 2015 terhadap investasi pemerintah di sektor perdagangan yang ditujukan pada ekspor dilihat dari multiplier effect close loop di Indonesia? 1.4.2 Manfaat Penelitian Hasil analisis damapak investasi pemerintah pada sektor perdagangan terhadapan perekonomian di Indonesia dalam menghadapi AEC ini diharapkan dapat bermanfaat untuk. 1. Memberikan masukan bagi pemerintah agar dapat mempersiapkan AEC 2015 lebih baik sehingga dapat memaksimalkan peningkatan persaingan dalam ASEAN maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang terkait. 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk peneilitian-penelitian selanjutnya dalam memperkaya literature mengenai AEC 2015. 3. Bagi masyarakat umum, studi ini dapat dijadikan bahan untuk memperluas informasi dan pengenalan terhadap AEC 2015 yang akan dilakukan oleh Indonesia. 12 1.5 Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini terbagi atas lima bagian atau bab. Bab pertama menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan topik, penyusunan rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari masalah tersebut, penjelasan tujuan dan manfaat dari penelitian, dan yang terakhir adalah penjelasan mengenai sistematika penulisan yang digunakan. Bab kedua membahas dan mengkaji literatur-literatur yang berkaitan. Pembahasan diawali dengan mengidentifikasi teori-teori dan cabang-cabang utama teori tentang integrasi ekonomi, perdagangan internasional, ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Berikutnya, pembahasan berfokus pada studi-studi empiris yang bertujuan membuktikan teori-teori yang ada. Selanjutnya, dibahas hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam studi mengenai integrasi ekonomi, yang meliputi diskusi literatur tentang hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi dan pemilihan variabel yang di gunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bab ketiga, membahas metodologi yang digunakan dalam studi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian. Mencakup sumber dan jenis data yang digunakan, tahapan-tahapan analisa dan penjelasan metode analisis yang digunakan untuk menganalisa data yang tersedia. Bab keempat, diisi dengan pemaparan dan interprestasi hasil dari dampak investasi pemerintah pada sektor perdagangan terhadap perekonomian Indonesia. Bab kelima menyajikan kesimpulan dari pembahasan, serta saran-saran yang dapat ditawarkan dari temuan-temuan dalam penelitian ini. 13