Bahan Kuliah 4

advertisement
KOMPETENSI DASAR 4
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PEMBUKTIAN
 Definisi :
Memberikan
kepastian kepada
HAKIM tentang kebenaran peristiwa
yang menjadi dasar gugatan/dasar
bantahan dengan alat-alat bukti yang
ada.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
ASAS-ASAS DALAM PEMBUKTIAN
 AUDI ET ALTERAM PARTEM
 UNNUS TESTIS NULLUS TESTIS
 TESTIMONIUM DE AUDITU
 ACTORI INCUMBIT PROBATIO
 NEGATIVA NON SUNT PROBANDA
 IUS CURIA NOVIT
Hukum Acara Perdata, FH UNS
APA YANG HARUS DIBUKTIKAN
 Pokok sengketa, yi : semua yg didalilkan
dalam gugatan, dan yang dibantah dlm
jawaban
 Yang harus dibuktikan adalah
PERISTIWANYA, bukan hukumnya.
 Berupa peristiwa, hak atau hubungan
hukum
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Hal-hal yang TIDAK perlu dibuktikan
 Hal-hal yang diakui oleh Tergugat
 Hal-hal yang tidak dibantah oleh Tergugat
 Hal-hal yang diketahui Hakim di dlm
persidangan
 Fakta NOTOIR (Notoir feiten) :
pengetahuan umum
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Beban Pembuktian
 Pasal 163 HIR, 1865 BW :
“Barang siapa yang mengaku mempunyai hak,
atau menyebut suatu kejadian untuk meneguhkan
haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain,
maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu
atau adanya kejadian itu.”
(ACTORI INCUMBIT PROBATIO)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 Yang harus membuktikan adalah para Pihak
(Penggugat dan Tergugat)
Permasalahan :


Apa yg harus dibuktikan oleh Penggugat ?
Apa yg harus dibutikan oleh Tergugat ?
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Kebenaran yg dicari dlm PEMBUKTIAN
 Dlm Hk. Acara Perdata
 Kebenaran formal
 Hakim bersifat pasif
 Memenuhi minimal alat bukti
 Tidak mensyaratkan adanya keyakinan hakim
 Dlm Hk. Acara Pidana
 Kebenaran materiil
 Memenuhi minimal alat bukti
 Harus dengan keyakinan hakim
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Alat bukti
Pasal 164 HIR
 Surat/tulisan
 Saksi
 Pengakuan
 Persangkaan
 Sumpah
Alat bukti Lain :
 Pemeriksaan Setempat (90 RO)
 Keterangan Ahli (154 HIR)
 Bukti eletronik (UU ITE)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
1. ALAT BUKTI SURAT
Bukti Surat/Tulis : adalah segala sesuatu yg
memuat tanda baca yg dimaksud untuk
mencurahkan isi hati atau menyampaikan
buah pikiran seseorang dan digunakan
sebagai pembuktian.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
BUKTI SURAT/TULIS
Dibagi menjadi 2 :
ambtelijk
otentik
partij
 Akta
dibawah tangan
 Bukan akta
Hukum Acara Perdata, FH UNS
AKTA
 AKTA : Surat sebagai alat bukti yang diberi
tanda tangan, yg memuat peristiwa yg
menjadi dasar suatu hak atau perikatan.
 BUKAN AKTA : catatan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 AKTA OTENTIK : akta yang dibuat dlm bentuk yg
ditentukan perat per-UU-an oleh/ dihadapan
pejabat umum yg berwenang.
Akta ambtelijk : akta pejabat publik
Akta partij : akta notaris
 Akta dibawah tangan : akta yg dibuat oleh para pihak
sendiri.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA
 AKTA OTENTIK : kekuatan pembuktiannya
lengkap dan sempurna.
 AKTA DIBAWAH TANGAN : kekuatan
pembuktiannya tergantung diakui atau tidaknya akta
tersebut. Jika diakui kekuatan pembuktiannya sama
dengan akta otentik
Hukum Acara Perdata, FH UNS
2. BUKTI SAKSI
 Kesaksian : kepastian yang diberikan kepada
Hakim di persidangan ttg peristiwa yg
disengketakan dgn jalan pemberitahuan scr
lisan dan pribadi oleh orang yang
bersangkutan, bukan salah satu pihak yg
berperkara.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
SAKSI MENJADI BUKTI JIKA :
 Saksi melihat, mendengar atau mengalami sendiri





peristiwa yg dipersaksikan.
Tidak berupa kesimpulan/pendapat dari saksi
Dapat menjelaskan sumber kesaksiannya
Tidak Testimonium de auditu
Tidak Unnus testis nullus testis
Mengucapkan sumpah
Hukum Acara Perdata, FH UNS
SYARAT SAKSI :
 Dewasa
 Tidak ada hubungan keluarga
 Tidak ada hubungan kerja
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Kekuatan Pembuktian Saksi
 BUKTI
BEBAS
Hukum Acara Perdata, FH UNS
3. BUKTI PERSANGKAAN
Persangkaan merupakan bukti sementara, dan bersifat
alat bukti tidak langsung, bukan alat bukti yg berdiri
sendiri.
Cth. Membuktikan ketidak hadiran seseorang pd suatu
waktu di tempat ttt, dgn membuktikan kehadirannya
pd waktu yg sama di tempat lain
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 Kesimpulan yang ditarik oleh Hakim
atau UU ditarik dari suatu peristiwa
yang terang dan nyata kearah peristiwa
lain yang belum terang keadaannya.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PERSANGKAAN dibedakan
menjadi:
1.
2.
Persangkaan berdasarkan hakim
Persangkaan berdasarkan hukum
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Persangkaan berdasarkan kenyataan
 Hakim yg berwenang memutuskan kemungkinan
kenyataan tsb
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Persangkaan Berdasarkan Hukum
 Perbuatan-perbuatan yg oleh UU dinyatakan batal,
karena dari sifat dan keadaannya dapat diduga
dilakukan untuk menghindari ketentuan UU.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
4. Pengakuan
 Pengakuan dapat diberikan di dlm mauoun diluar
persidangan
 Tertulis maupun lisan
 Membenarkan seluruh maupun sebagian
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pengakuan Murni
 Pengakuan yg sederhana & sesuai dengan tuntutan
lawan
 Cth : Penggugat menyatakan tergugat membeli
rumah dr penggugat dgn harga 5 juta, tergugat dlm
jawabannya mengakui membeli rumah dr penggugat
dgn harga 5 juta
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pengakuan dengan kualifikasi
 Pengakuan disertai dengan sangkalan terhadap
sebagian tuntutan
 Cth :Penggugat menyatakan tergugat membeli
rumah dr penggugat dgn harga 5 juta,
 tergugat dlm jawabannya mengakui membeli rumah
dr penggugat, tetapi harganya 3 juta, bukan 5 juta.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pengakuan dengan clausula
 Pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg
bersifat membebaskan
 Cth : Penggugat menyatakan tergugat membeli
rumah dr penggugat dgn harga 5 juta,
 tergugat dlm jawabannya : mengakui membeli
rumah dr penggugat, tetapi telah dibayar lunas.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pengakuan tidak boleh dipisah-pisahkan
(onsplitsbare aveu)
 Pengakuan harus diterima bulat
 Hakim tidak boleh memisah-misahkan pengakuan
itu dan menerima sebagian dari pengakuan sehingga
tidak perlu lagi dibuktikan dan menolak sebagian
lainnya yang masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Kekuatan Pembuktian Pengakuan
 Pengakuan di dalam Persidangan LENGKAP dan
MENENTUKAN
Hukum Acara Perdata, FH UNS
5. Bukti Sumpah
 Sumpah promissoir : sumpah untuk berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
 Sumpah Comfirmatoir : sumpah untuk
memberi keterangan bahwa sesuatu benar
atau tidak benar
 Sumpah Comfirmatoir dibagi menjadi 2 :
Sumpah supletoir dan sumpah decisoir
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Sumpah Supletoir/Pelengkap
 Ada bukti permulaan/alat bukti lain
 Diperintahkan oleh hakim
 Tidak dapat dikembalikan oleh lawan
 Kekuatan pembuktiannya SEMPURNA
Hukum Acara Perdata, FH UNS
sumpah Decisoir
 Sama sekali tidak ada bukti lain
 Dibebankan oleh salah 1 pihak kepada pihak lawan
 Kekuatan pembuktiannya MENENTUKAN
Hukum Acara Perdata, FH UNS
6. Pemeriksaan Setempat
 Pada prinsipnya pemeriksaan persidangan
dilakukan di gedung Pengadilan
 Untuk memeriksa benda tetap tidak mungkin
dilaksanakan di gedung Pengadilan
 Untuk mendapatkan kepastian, hakim dapat
melakukan pemeriksaan setempat di tempat benda
tetap berada (Pasal 90 RO)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 Dapat diajukan oleh para pihak atau oleh Hakim
 Untuk memeriksa kejelasan dan kepastian objek
sengketa (letak, batas-batas, luas)
 Kekuatan pembuktian bebas
Hukum Acara Perdata, FH UNS
7. Bukti Saksi Ahli
 Hakim menggunakan keterangan ahli agar
memperoleh keterangan yg lebih mendalam ttg
sesuatu yg hanya dimiliki oleh seorang ahli tertentu
 Dasar hukum 154 HIR/181 RBg/215 RV.
 Hakim atau para pihak dapat mengajukan saksi ahli
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 Kedudukannya dapat digantikan oleh ahli yang sama
 Saksi ahli memberikan pendapat/kesimpulan
 Kekuatan Pembuktian bebas
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pasal 1 angka 1 UU ITE
 Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan
data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol, atau perforasi yang telah diolah yang
memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pasal 1 angka 4 UU ITE
 Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi
Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat
dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol
atau perforasi yang memiliki makan atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pasal 5 UU ITE
(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
(4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis;
b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat
dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
KESIMPULAN
 Kesimpulan yg dibuat oleh para pihak ttg jalannya
persidangan sebelum dijatuhkan Putusan.
 Kesimpulan bersifat Fakultatif, artinya boleh
diajukan, boleh tidak
 Sebaiknya dimasukan point yg menguntungkan
saja
 Kesimpulan dapat membantu hakim dalam
menjatuhkan Putusan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
FORMAT KESIMPULAN
1. PENDAHULUAN
2. URAIAN TENTANG POKOK-POKOK GUGATAN
3.
4.
5.
6.
7.
PENGGUGAT, TERMASUK REPLIK
URAIAN TENTANG POKOK-POKOK JAWABAN
TERMASUK DUPLIK
URAIAN TENTANG FAKTA YANG TERUNGKAP DI
PERSIDANGAN
ANALISA YURIDIS TTG JAWAB JINAWAB DAN FAKTA
YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN
PETITUM
PENUTUP
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PUTUSAN
Pengertian Putusan Hakim :
 Pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat yg
diberi wewenang untuk itu di dalam persidangan
dengan tujuan untuk mengakhiri/ menyelesaikan
sengketa yang disengketa.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Beberapa Ketentuan Putusan Hakim
Diucapkan atau dijatuhkan di dalam persidangan
yg terbuka untuk umum (Pasal 17 &18 UU No.
14/1970 Jo. UU No. 35/1999, Psl 20 UU No.
4/2004) meskipun perkaran diperiksa scr
tertutup
2. Setiap putusan Hakim harus memuat
alasan/dasar-dasar putusan peraturan
perundangan/hukum tdk tertulis yg dijadikan
dasar untuk mengadili (psl. 23 UU 14/1970 Jo.
UU 35/1999, psl. 25 (1) UU 4/2004)
1.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
3.
4.
5.
Setiap bagian dari tuntutan/petitum harus
diadili. Hakim dilarang memberikan putusan
lebih dari yg dituntut (psl. 178 (2) (3) HIR)
Harus mencantumkan jumlah biaya perkara
yang harus dibayar (psl. 183 HIR)
Harus ditanda tangani oleh Hakim dan Panitera
(psl. 187 HIR, psl. 25 (2) UU 4/2004)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Macam-Macam Putusan Hakim
1.
1.
Putusan Sela : Preparatoir, Interlocutoir,
Provisionil, insidentil
Putusan Akhir : Declaratoir, Constitutif,
Condemnatoir
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PUTUSAN SELA
1.
1.
Preparatoir : putusan sbg persiapan putusan
akhir, tanpa mempunyai pengaruh pada pokok
perkara/putusa akhir.
Cth : penggabunga perkara, menolak saksi
Interlocutoir : putusan yg isinya memeintahkan
pembuktian, misalnya pemeriksaan saksi,
Pemeriksaan Setempat. Putusan ini
mempengaruhi putusan akhir
Hukum Acara Perdata, FH UNS
3.
4.
Provisionil : Putusan untuk menjawab tuntutan
provisi
Insidentil : putusan yg berhubungan dgn peristiwa
yg menghentikan prosedur pengadilan yg biasa.
cth : masuknya intervenient (voeging, tussenkoms,
vrijwaring)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PUTUSAN AKHIR
1.
Declaratoir :
putusan yg isinya bersifat menerangkan/
menyatakan apa yg sah.tidak menimbulkan
keadaan hukum baru.
cth: menyatakan A adalah anak sah dr B dan C
Hukum Acara Perdata, FH UNS
2.
Constitutif :
putusan yg meniadakan atau menimbulkan suatu
keadaan hukum baru.
cth. Putusan cerai,pailit,memutuskan
perjanjian,pemberian pengampuan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
3.
Condemnatoir
Putusan yg bersifat menghukum pihak yg kalah
untuk memenuhi prestasi.
pelaksanaannya dapat dipaksakan (eksekusi)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Kekuatan Putusan Hakim
1.
2.
3.
Mengikat, tidak dapat diingkari (bidenkracht,
nebis in idem)
Pembuktian (bewijskracht)
Untuk dilaksanakan (eksekutorian force)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Bentuk,Isi PUTUSAN
Kepala Putusan :
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”
Identitas para pihak
Tentang duduk perkara
1.
2.
3.
a.
b.
c.
gugatan
Jawaban, replik, duplik
Alat Bukti yg diajukan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Tentang Hukumnya
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Pokok sengketa yg disengketakan
Penilaian alat bukti
Dasar/pertimbangan hukum yg diterapkan
Pernyataan sah dan berharga sita jaminan
Hal yg dapat dibuktikan dan tdk dpt dibuktikan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
5.
Diktum/ amar putusan
a.
b.
c.
d.
Apa yg dituntut & dikabulkan oleh Hakim
Pernyataan sah dan berharga sita jaminan
Pernyataan ttg putusan sela (jika ada)
Membebani membayar biaya perkara
Tanggal, bulan tahun putusan dijatuhkan
7. Kehadiran para pihak saat penjatuhan putusan
8. Ttd hakim dan panitera pengganti
6.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
UPAYA HUKUM
 Putusan Hakim tidak luput dari kekeliruan/ketidak
adilan / keberpihakan pada salah satu pihak yg
bersengketa.
 Demi keadilan, perlu dibuka peluang untuk di sidang
kembali untuk memperbaiki kekeliruan / kekhilafan
hakim.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Jenis Upaya Hukum
BIASA
1. Verzet/Perlawanan
2. Banding
3. Kasasi
Hukum Acara Perdata, FH UNS
LUAR BIASA
1. Peninjauan
Kembali
2. Perlawanan
Pihak III /
Derden Verzet
UPAYA HUKUM BIASA
 Upaya hukum terhadap putusan yang
belum in krach van
gewijsde/berkekuatan hukum tetap
 Menunda pelaksanaan putusan Hakim
(kecuali ....)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
VERZET
 Upaya hukum terhadap putusan verstek
 Kempetensi : PN
 Waktu Pengajuan :
 14
hari setelah pemberitahuan isi putusan
verstek
 8 hari setelah aanmaning
 8 hari setelah eksekusi
Hukum Acara Perdata, FH UNS
 Alasan pengajuan : Putusan Verstek
tidak adil
 Yg mengajukan : Tergugat/kuasanya
 Diajukan ke Panitera PN
 Cara Pengajuan :
 Lisan/Tertulis
 Dikenakan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
biaya
BANDING
 Pemeriksan ulangan terhadap putusan PN
 Kewenangan : Pengadilan Tinggi
 Waktu Pengajuan :
 14
hari setelah putusan dijatuhkan, atau
 14 hari setelah ini putusan PN diberitahuan (bagi
pihak yang tidak hadir pd sidang Putusan)
 Yang mengajukan : Penggugat atau Tergugat
/ kuasanya
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Cara Pengajuan :
Pernyataan
banding diajukan
pd PT melalui kepaniteraan
PN
Pemohon banding dikenakan
biaya
Memori banding tidak wajib
Hukum Acara Perdata, FH UNS
KASASI
 Pemeriksaan terakhir dan tertinggi oleh
MA terhadap penerapan hukum
judex factie
 Menjadi wewenang MA
 Waktu Pengajuan :
 14
hari setelah pemberitahuan isi putusan
Pengadilan Tinggi
Hukum Acara Perdata, FH UNS
ALASAN KASASI
1. HAKIM TIDAK BERWENANG / HAKIM
MELAMPAUI BATAS WEWENANG
2. HAKIM SALAH MENERAPKAN HUKUM
3. HAKIM LALAI MEMENUHI SYARATSYARAT YANG DIWAJIBKAN OLEH
PERAT PER-UU-AN YG MENGANCAM
KELALAIAN ITU DENGAN BATALNYA
PUTUSAN
Hukum Acara Perdata, FH UNS
CARA PENGAJUAN
Pernyataan permohonan kasasi
dapat diajukan scr lisan/tertulis
Pemohon kasasi dikenakan
biaya
Diajukan pd MA melalui
Panitera PN
Hukum Acara Perdata, FH UNS
WAKTU PENGAJUAN
 14 hari sejak diterimanya pemberitahuan isi
Putusan Banding (PT)
 Wajib mengajukan memori kasasi, paling
lambat 14 hari setelah pernyataan kasasi
diajukan.
 Terlambat mengajukan Memori kasasi akan
mengakibatkan permohonan Kasasi gugur.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
 Untuk melawan Putusan yg telah
berkekuatan hukum tetap / inkracht van
gewijsde
 Terdiri Upaya Hukum Peninjauan Kembali
dan Upaya Hukum Perlawanan Pihak III/
Derder Verzet.
 Upaya hukum luar biasa tidak menunda
pelaksanaan eksekusi
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PENINJAUAN KEMBALI (PK)
 Menjadi kewenangan Mahkamah
Agung
 Diajukan kepada MA melalui panitera
PN yg memeriksa di tingkat pertama
 Yg dpt mengajukan
Penggugat/Tergugat / ahli warisnya
(jika P/T telah meninggal)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
CARA PENGAJUAN
 Panitera PN dalam 14 hari sejak diterimanya
Permohonan PK, wajib mengirim memori PK kpd
pihak lawan.
 Pihak Lawan dapat mengajukan Kontra memori PK
dalam waktu 30 hari sejak diterimanya
pemberitahuan PK dari PN.
 Penitera PN mengirim seluruh dokumen lengkap
kepada MA.
 Jika diperlukan, MA dapat memerintahkan PN
melakukan pemeriksaan tambahan
Hukum Acara Perdata, FH UNS
ALASAN PK
A. apabila putusan didasarkan pada suatu
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus
atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan
palsu;
B. apabila setelah perkara diputus, ditemukan
surat-surat bukti yang bersifat menentukan
yang pada waktu perkara diperiksa tidak
dapat ditemukan;
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Lanjutan Alasan PK..
C. apabila telah dikabulkan suatu hal
yang tidak dituntut atau lebih dari
pada yang dituntut;
D. apabila mengenai sesuatu bagian
dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya;
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Lanjutan Alasan PK..
E. apabila antara pihak-pihak yang sama
mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau
sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain;
F. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu
kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan
yang nyata.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Waktu Pengajuan PK
 Untuk alasan yang tercantum pada huruf a,
sejak diketahui kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah
perkaranya diputus atau didasarkan atas
bukti-bukti yang kemudian oleh hakim
dinyatakan palsu.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Waktu Pengajuan PK…
 Untuk alasan yang tercantum pada
huruf b, sejak ditemukan suratsurat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu
perkara perkara diperiksa tidak
dapat ditemukan.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Waktu Pengajuan PK…
 Untuk alasan yang tercantum pada
huruf c, d dan f, sejak putusan
memperoleh kekuatan hukum tetap
dan telah diberikan kepada pihak
yang berperkara.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Waktu Pengajuan PK…
 Untuk alasan yang tercantum pada
huruf e, sejak putusan yang
terakhir yg bertentangan itu
memperoleh kekuatan hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada
para pihak yang berperkara.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
DERDEN VERZET
 Ada Pihak III yg merasa dirugikan
dengan (pelaksanaan) Putusan Hakim
 Pihak III mengajukan perlawanan pd
PN yg mengadili di tingkat pertama dgn
mengajukan gugatan terhadap pihak2
ybs.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
SYARAT DERDEN VERZET
 Pihak III memiliki kepentingan
langsung dgn objek sengketa dalam
putusan
 Pihak III dirugikan hak-haknya
dengan ada putusan tersebut.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Pasal 195 ayat 6 dan 7 HIR
 Perlawanan terhadap sita eksekutorial
 Yang diajukan oleh yang terkena eksekusi /tersita
 Yang diajukan oleh pihak ketiga atas dasar hak milik
 Perlawanan yang diajukan kepada ketua PN. Yang
melaksanakan eksekusi
 Adanya kewajiban dari ketua PN. Yang
memeriksa/memutus perlawanan itu untuk
melaporkan atas pemeriksaan/putusan perkara
perlawanan kepada ketua PN.yang memerintahkan
eksekusi.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
EKSEKUSI
 DASAR HUKUM
 HIR (Psl. 195-208, 225,200)
 UU No. 4/2004 (Psl. 33 (3))
 Rechts Vordering (Rv.) (Psl. 1033)
 UU No. 4 Prp./1960 : PUPN
 UU No. 4/1996 UUHT
 UU 42 / 1999 : FEO
 Vendu Reglement (stb. 1908)
Hukum Acara Perdata, FH UNS
SYARAT EKSEKUSI
 Putusan telah in krachts van gewejsde /
berkekuatan hukum tetap (kecuali UVB)
 Amar Putusan Hakim bersifat Condemnatoir
 Putusan tidak dilaksanakan scr suka rela
 Ada permohonan eksekusi dari pihak yang menang
 Ada tindakan paksa dari Pengadilan
 Dilaksanakan oleh Panitera dan Juru Sita, atas
perintah dan dibawah pimpinan KPN
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Ciri Amar Condemnatoir
 Menghukum atau memerintahkan menyerahkan




suatu barang
Menghukum atau memerintahkan “Pengosongan”
sebidang tanah dan bangunan
Menghukum atau memerintahkan “melakukan”
suatu perbuatan
Menghukum atau memerintahkan “menghentikan”
suatu pebuatan
Menghukum atau memerintahkan melakukan
“pembayaran” sejumlah uang.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
JENIS EKSEKUSI
Eksekusi membayar sejumlah
uang
Eksekusi yang menghukum
Tergugat melakukan sesuatu
Eksekusi Riil.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
PROSES EKSEKUSI
 Permohonan eksekusi ke Ketua PN
 Panggilan untuk Aanmaning  8 hari
 Pelaksanaan Aanmaning
 Surat Penetapan Eksekusi KPN
 Surat pemberitahuan eksekusi ke Kepala
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Bupati,
POLSEK,POLRES. (jika perlu)
 Pelaksanaan Eksekusi :
 Surat
perintah KPN untk penjualan
lelang, atau
 Pelaksanaan penjualan lelang
Hukum Acara Perdata, FH UNS
BENDA YG DIEKSEKUSI
 Diutamakan benda bergerak
 Benda tersebut sudah menjadi objek
sita Jaminan/Conservatoir Berlag atau
Revindicatoir Beslag atau marital
beslag.
Hukum Acara Perdata, FH UNS
Download