Pengaruh Physical Evidence Dan Produk Terhadap Kepuasan Pengunjung Pada Museum Geologi Bandung Rian Andriani, S.Pd., M.M.1 , Nanda Nurdiana2 Jl. Sariwates IV no. 9 Bandung ([email protected]) Komplek Binakarya II E2 no. 3 Cileunyi ([email protected]) Abstrak Museum Geologi merupakan objek daya tarik wisata edukasi yang berada di Kota Bandung Jawa Barat, secara keseluruhan museum ini memamerkan fosil-fosil yang terdiri dari hewan, tumbuhan, batuan dan manusia. Museum Geologi merupakan salah satu museum yang mengkomunikasikan peninggalan atau fosil-fosilnya dengan menggunakan alat bantu modern seperti TV LED, infokus dan alat elektronik lainnya, dengan demikian seandainya fasilitas fisik mengalami kerusakan tentunya akan membuat operasional kurang maksimal. Pada museum geologi terdapat beberapa koleksi fosil yang sangat digemari oleh para pengunjung diantaranya yaitu fosil Tyranosaurus Rex. Fosil ini menjadi salah satu daya tarik yang banyak dilihat dan diabadikan dengan di foto. Fosil tersebut juga memiliki ukuran yang besar sehingga membuat pengunjung terkagum akan ukurannya. Pelayanan fisik serta produk adalah faktor penting bagi suatu museum dalam meningkatkan kepuasan, sehingga peneliti fokus pada pengaruh physical evidence dan produk terhadap kepuasan pengunjung di obyek ini. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan verifikatif. Dari hasil angket peneliti mendapat hasil temuan bahwa physical evidence dan produk berpengaruh positif negatif sebesar 34,3% terhadap kepuasan pengunjung di obyek ini. Kata Kunci : Physical Evidence, Produk dan Kepuasan Pengunjung Abstract Geology of Museum is one of education tourist attraction at Bandung city, West Java, all the museum to exibt the fosil of animal, plants, rocks and humans. Museum Geologi is one of museum that communicates inheritance or fossils with using modern aids like TV LED, in focus, and other electronic tool. Thus if physical facility gets destruction, it will obviously make operational is less maximum. In Museum Geologi, there are some fossil collections that are most favored by visitors, such as fossil of Tyranosaurus Rex. This fossil becomes one of attractiveness which is many seen and captured on photograph. These fossils have also the huge size so it makes visitors amazed of its size. Physical service and also product are the important factor for a museum in improving the satisfaction, so the researcher focuses on the influence of physical evidence and product towards visitor’s satisfaction in this object. The researcher use quantitative descriptive and verivicative method. From the result of quesioner, the researcher gave the result is physical evidence and product having postive negative influence 34,3% to customer satisfaction in the museum. Keyword : Physical evidence, product and customer satisfaction I. Pendahuluan Kepuasan merupakan salah satu harapan yang ingin diberikan oleh pihak pengelola objek terhadap pengunjung. Apabila kepuasan telah didapat oleh pengunjung, tentunya itu akan membuat mereka merasa senang, dan kemungkinan besar mereka akan kembali lagi untuk berkunjung. Kepuasan tentunya sangat penting diperhatikan oleh pihak pengelola objek wisata, karena kepuasan merupakan salah satu faktor yang dapat menganalisa objek yang kita kelola apakah sudah sesuai dengan ekspektasi pengunjung atau tidak. Pihak pengelola harus lebih memperhatikan para pengunjung dan harus melayani pengunjung dengan cepat dan tanggap. Beberapa kota di Indonesia mempunyai destinasi wisata yang beragam. Salah satunya di kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Indonesia yang bisa dikatakan sedang berkembang kepariwisataannya. Bandung juga merupakan salah satu kota yang mendapat banyak penghargaan baik dari segi wisatanya dan kebersihannya. Hingga saat ini kota Bandung sering sekali dikunjungi oleh para pengunjung asing. Mereka tertarik dengan objek-objek wisata yang ada di kota Bandung. Sehingga kota Bandung selalu ramai oleh turis asing dari berbagai negara. Tentunya ini merupakan salah satu hasil yang dapat di manfaatkan kota Bandung untuk menarik para pengunjung yang berdatangan. Salah satu objek wisata sejarah edukasi di kota Bandung adalah Museum Geologi Bandung yang terletak di Jl. Diponegoro No 57. Museum Geologi Bandung merupakan museum yang mengedepankan konsep wisata edukasi, artinya kita belajar sambil berwisata. Banyak hal yang di dapat setelah mengunjungi Museum Geologi. Salah satu yang menjadi icon adalah fosil gajah purba atau Stegodon Trigonacepallus Martin dan fosil dinosaurus raksasa yang berjenis Tyranosaurus Rex. Setiap harinya Museum Geologi selalu mendapat banyak kunjungan, baik itu rombongan sekolah dasar sampai universitas. Dapat dilihat pada Tabel I.2 mengenai jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Geologi Bandung. Tabel I.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Museum Geologi Tam Tah Um Pelaj Asi u Total Khu un um ar ng sus 2011 56.5 74 380.7 84 3.9 86 - 441.3 44 2012 58.1 10 456.5 22 3.8 62 233 518.2 72 2013 43.6 67 463.7 79 3.5 16 1.920 512.8 82 2014 42.5 47 494.2 93 3.5 17 1.345 541.7 02 2015 569.475 569.4 75 Sumber: Pelayanan Publik Museum Geologi (2016) Museum Geologi merupakan salah satu museum yang berada di kota Bandung yang memamerkan fosil-fosil hewan, tumbuhan, manusia dan batuan. Bangunan Museum merupakan salah satu bukti fisik yang yang dapat dilihat oleh pengunjung. Physical Evidence merupakan strategi yang tepat dilaksanakan di Museum, dikarenakan bukti fisik meliputi penampilan dari bangunan, pemandangan, sarana, perlengkapan interior, peralatan, seragam karyawan, tanda, bahan-bahan dan isyarat yang terlihat lainnya. Dengan kata lain seandainya Physical Evidence tidak terlaksana denga baik, besar kemugkinan akan berdampak pada kepuasan pengunjung, karena Physical Evidence ini merupakan bukti yang nyata dalam kualitas pelayanan jasa. Bukti fisik tentunya menjadi salah satu faktor penting dalam perusahaan khususnya museum, karena pada dasarnya museum harus memamerkan benda peninggalan atau fosil dengan berbagai macam informasi yang di tata secara rapih, guna membuat pengunjung mudah untuk mendapatkan apa yang tersirat dalam benda atau fosil tersebut. Seperti jelasnya tanda penunjuk arah, peralatan yang digunakan untuk menunjang suatu produk selalu terawat dan tidak rusak, dan mudahnya mendapatkan informasi. Akan tetapi hal itu tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. Walaupun pengunjung meningkat, tetapi kita tidak tahu mereka semua mendapatkan rasa kepuasan atau tidak. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Physical Evidence dan Produk Jasa bersifat intangible, karenanya pelanggan kerapkali mengandalkan tangible cues atau physical evidence dalam mengevaluasi sebuah jasa sebelum membelinya dan menilai kepuasannya selama dan setelah konsumsi. Secara garis besar, physical evidence meliputi fasilitas fisik organisasi dan bentuk-bentuk komunikasi fisik lainnya (Tjiptono, 2011:185). berwujud dari jasa yang ditawarkan perusahaan agar dapat mendukung penentuan posisi dan citra, serta meningkatkan lingkup produk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa physicial evidence merupakan fasilitas fisik dimana berfungsi sebagai media atau perantara dalam mengkomunikasikan pelayanan jasa pada suatu perushaan. Ada beberapa pendapat mengenai elemenelemen dari physical evidence diantaranya menurut Zeithaml dan Bitner dalam Tjiptono (2011:185) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.2 Elemen-elemen Physical Evidence Other Servicescape Tangibles Kartu bisnis (kartu nama) Alat tulis Rekening tagihan Laporan Busana karyawan Seragam Brosur Situs internet Virtual serviscape Sumber : Zaithaml & Bitner dalam Tjiptono (2011:185) Eksterior fasilitas jasa - Desain eksterior - Signage - Tempat parikir - Landscape - Lingkungan sekitar Interior fasilitas jasa - Desain interior - Peralatan - Signage - Layout - Kualitas udara/temepratur Produk merupakan “Segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginian pasar yang bersangkutan”. (Kotler dalam Hurriyati, 2010:50). Produk yang ditawarkan Terhadap Kepuasan Pengunjung Museum Geologi Bandung”. II. Pada Kajian Literatur Bukti fisik (Physical Evidence) adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinterkasi, ditambah unsur berwujud apa pun yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu (Lupiyoadi, 2013:120). Dalam bisnis jasa, pemasar perlu menyediakan sinyal/petunjuk fisik untuk dimensi tidak meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi dan ide. Jadi produk dapat berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Sedangkan produk menurut Tan (2010:123) adalah “Sarana untuk memenuhi kebutuhan konsumen”. Jadi pada intinya produk menurut Tan adalah sesuatu sarana yang bersifat atau bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau pelanggan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan baik itu barang fisik ataupun jasa yang dapat memuaskan pelangaan. Sedangkan menurut Zeithaml dalam Hurriyati (2010:49) membagi dimensidimensi produk, diantaranya: 1. Ukuran Suatu produk terlihat lebih mencolok apabila memiliki variasi ukuran, misalnya fosil yang ada di museum geologi yaitu Tyranosaurus dengan ukuran panjang 14 meter dan tinggi 6 meter, dapat membuat semua pengunjung museum menjadi senang. 2. Kualitas Produk Suatu produk menjadi sangat diminati apabila memiliki kualitas yang sangat baik 3. Kemasan Kemasan menjadi salah satu penunjang keberhasilan suatu produk. Misalnya, dengan kemasan yang tertutup pada penjual makanan, itu membuat makanan itu terlihat bersih dan rapi untuk dipasarkan 4. Desain Desain tentunya salah satu dari berkembangnya sautu produk, dengan desain yang simpel dan rapih dapat memjadikan produk yang terlihat biasa menjadi luar biasa. 5. Pelayanan Pelayanan menjadi proses dalam perusahaan khususnya jasa, pelayanan disini artinya pelayanan yang diberikan sebelum pembelian dan sampai pembelian. Berdasarkan beberapa dimensi tersebut, peneliti menggunakan dimensi yang diungkapkan oleh Zeithaml dalam Hurriyati, yaitu yang terdiri ukuran, kualitas produk, kemasan, desain dan pelayanan. Kepuasan pengunjung tentunya menjadi salah satu faktor penting bagi berjalannya suatu perusahaan khususnya perusahaan jasa. Kepuasan juga dapat menjadi tolak ukur terhadap produk atau jasa yang ditawarkan kepada pengunjung apakah sudah sesuai dengan keinginan mereka apa tidak. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai kepuasan pengunjung diantaranya: Menurut Kotler dalam Saladin (2011:131) mengatakan bahwa: Kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) suatu produk atau jasa yang dirasakan oleh pengunjung dan dibandingkan dengan harapannya. Biasanya harapan konsumen merupakan pemikiran atau kekayakinan konsumen tentang apa yang diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan, kinerja yang disampaikan adalah persepsi konsumen terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Ada beberapa dimensi atau elemen kepuasan, salah satunya yang dikemukakan oleh Daryanto (2004:53-54) diantaranya : 1. Kualitas produk Pelanggan akan merasa puas apabila membeli dan menggunakan produk yang ternyata memiliki kualitas yang baik 2. Harga Untuk pelanggan yang sensitif, harga murah adalah sumber kepuasan yang paling penting karena mereka akan mendapatkan value of money yang tinggi 3. Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan sangat tergantung pada tiga hal yaitu sistem, teknologi dan manusia. Faktor manusia ini yang memgang kontribusi sebesar 70%, karena kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit untuk ditiru. 4. Faktor emosional Untuk beberapa produk yang berhubungan denga gaya hidup, seperti mobil, kosmetik dan pakaian. Faktor emosional menempati tempat yang penting utnuk menentukan kepuasan pelanggan 5. Biaya dan kemudahan Pelanggan akan semakin puas apabila biaya untuk berkunjung relatif murah murah dan efisien dalam mendapatkan pelayanan atau menggunakan produk. Dari pengertian dimensi atau elemen tersebut, penelitian ini menggunakan dimensi kepuasan yang dikemukakan oleh Daryanto yang terdiri dari kualitas produk, harga, kualitas pelayanan, faktor emosional, biaya dan kemudahan. III. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif verifikatif. Artinya penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan di tempat penelitian yang mana akan menggambarkan mengenai physical evidence, produk dan kepuasan di tempat penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk mendeskripsikan mengenai physical evidence dan produk serta kepuasan pengunjung di lingkungan Museum Geologi Bandung. Dalam hal ini peneliti akan berusaha mencoba menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menguji pengaruh variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti peneliti akan menguji teori dengan menggunakan suatu hipotesis yang hasilnya apakah diterima atau sebaliknya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner Teknik pengumpulan kuesioner peneliti lakukan dengan memberikan pertanyaan yang sudah peneliti buat untuk dijawab oleh para calon koresponden yang berkunjung ke Museum Geologi nantinya. Pertanyaan pada kuesioner tentunya berhubungan dengan variabel yang diteliti. Seperti yang diungkap oleh Sugiyono (2014:142) bahwa “kuesioner/angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. 2. Observasi Pengumpulan data dengan cara observasi peneliti lakukan, karena dengan observasi atau terjun langsung ke lokasi penelitian akan lebih mendapatkan data yang real, karena melihat dengan secara langsung kejadian yang sedang terjadi di Museum Geologi 3. Wawancara Pengumpulan dengan teknik wawancara dilakukan peneliti hanya untuk menambah informasi atau data yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada setiap penelitian untuk mengetahui hasil yang sahih (Validitas) dan handal (Reliabilitas) itu tergantung dari alat pengukur atau instrumen yang digunakan dan data yang diperoleh. Apabila alat pengukur tersebut tidak sahih dan handal, tentunya mengakibatkan tidak menggambarkan keandalan yang sesungguhnya. 3.1. Uji Validitas Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur pertanyaan yang ada didalam kuesioner, karena suatu pertanyaan dikatakan sahih jika pertanyaan tersebut mampu mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Uji validitas yang dilakukan untuk menguji sejauh mana kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Bisa atau tidaknya kuesioner digunakan dilihat dari discriminal index dalam bentuk koefesien korelasi Spearman dengan rumus sebagai berikut: n 1 R X RY n 2 i rs 2 i 2 n 1 2 R X i n 2 2 n 1 2 R Yi n 2 Sumber : Sugiyono (2015:68) Keterangan : rs = Koefisien korelasi rank spearman R(x) = Rank untuk X (skor item) R(y) = Rank untuk Y (skor total untuk item) N = Ukuran sampel Pengujian ini dibantu dengan program SPSS version 17 for windows. Validitas dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dengan ketentuan degree of freedom (df) = n-2 (n = jumlah responden). Untuk mendapatkan nilai r tabel maka, besarnya df = 30 – 2 = 28 . Dengan alpha = 0.05, maka didapat nilai r tabel = 0.3610. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel, maka variabel tersebut valid. Sedangkan, apabila r hitung tidak positif serta r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid. 3.2. Uji Reliabilitas Keandalan pengukuran dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukan seberapa baiknya item/butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain (Noor, 2014:24). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Noor juga menyampaikan hal-hal pokoknya mengenai uji reliabilitas ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan. 2. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan 3. Jika nillai alpha > 0.60, disebut reliabel Rumus yang digunakan adalah rumus cronbach alpha sebagai berikut: = Keterangan : r2 = Reliabilitas Instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan Si2 = Varians dari item ke-i (i = banyaknya item) St = Varians Total (semua item digabungkan) 3.3. Uji asumsi Klasik Pada penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi 3.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain: dengan kertas peluang normal, uji chi-kuadrat, uji liliefors, dengan teknik kolmogorov-Smirnov, dengan SPSS ( Noor, 2014:47). Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kolmogorov-Smirnov yaitu pengujian distribusi normal dengan cara membandingkan nilai Asymp Sig, dengan nilai signifikasi α (0,05) dengan kriteria jika Asymp Sig > α (0,05) maka data tersebut berdistribusi normal. 3.3.2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas yang kuat/tinggi. Untuk menguji adanya kolinearitas ganda digunakan uji VIF dan tolerance. Dimana varians inflation (VIF) < 5 (Noor, 2014:63). 3.3.3. Uji Heterokedastisitas Tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah dalam metode regresi terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (Zpred) dengan residualnya (SRESID). Apabila model bersifat homokskedastik, tidak terdapat heteroskedastisitas itu artinya peningkatan nilai variabel dependen pada sumbu X diikuti dengan peningkatan residual (Noor, 2014:64). 3.3.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada model ditemukan adanya gejala autokorelasi atau tidak. Itu dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW), kriteria autokorelasi diantaranya : a) Jika DW < -2, maka terdapat autokorelasi positif b) Jika -2 < DW < 2, maka tidak terdapat autokorelasi c) Jika DW > 2, maka terdapat autokorelasi negatif 3.3.5. Analisis Koefisien Regresi Linier Berganda Penelitian ini memakai regresi linier berganda karena membahas hubungan terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Variabel yang akan di uji adalah kepuasan pengunjung (Y) dipengaruhi oleh physical evidence dan produk. Physical evidence ditempatkan sebagai variabel bebas pertama (X1), dan produk ditempatkan sebagai variabel bebas kedua (X2). Persamaan regresi yang dipakai adalah menurut Zuriah (2009:215) sebagai berikut: Ŷ = a0 + a1X1 + a2X2 Keterangan : Ŷ = kepuasan pengunjung X1 = physical evidence a1 dan a2 = koefisien regresi X2 = produk 3.4. Teknik Analisa Data dan Pengujian Hipotesis Penelitian ini bersifat deskriptif verifikatif, artinya dalam penelitian ini akan mendeskripsikan data serta memverifikasi data agar pada penelitian ini dapat dipahami dan diketahui kesimpulannya. 3.4.1. Analisa Deskriptif Analisa deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan variabel yang diteliti di tempat penelitian. Dalam penelitian ini analisa yang digunakan untuk mendeskripsikan, yang pertama adalah karakteristik responden. Karakteristik responden bertujuan untuk mengetahui dominasi pengunjung yang berkunjung ke Museum Geologi, apakah laki-laki ataupun perempuan, pekerjaan sampai usia. Kemudian yang kedua ialah analisa dari tanggapan mereka terhadap kuesioner yang diajukan peneliti yang terkait dengan variabel yang akan diteliti. Pemberian skor pada kuesioner yaitu menggunakan skala likert dalam hal ini apabila skor 1 = Sangat Tidak setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Biasa Saja, 4 = Setuju dan 5 = Sangat Setuju. Dari kelima kategori tersebut, didaptlah hasil yang dapat menggambarkan variabel yang diteliti pada penelitian ini dengan cara : Panjang kelas = data terbesar – data terkecil jumlah kelas interval Keterangan : a. Data terbesar (skor ideal item tertinggi) = skor tertinggi x jumlah sampel x jumlah pertanyaan b.Data terkecil (skor ideal item terendah) = skor terendah x jumlah sampel x jumlah pertanyaan Penelitian ini juga menggunakan deskriptif persentase dengan rumus yang diungkapkan oleh Supranto (2009:160) sebagai berikut : P = (F/N) x 100% Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi dari setiap jawaban yang telah menjadi pilihan responden N = Jumlah Responden 3.4.2. Analisa Verifikatif Analisa verifikatif pada penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Pada penelitian ini aka menguji hipotesis variabel (x1) yaitu physical evidence dan (x2) yaitu produk yang mempengaruhi variabel (y) yaitu kepuasan pengunjung pada Museum Geologi Bandung. Dalam melakukan analisis pada penelitian ini, menggunakan beberapa tahapan diantaranya adalah menyusun dan memeriksa data, mentabulasi data, menganalisis data, kemudian melakukan pengujian data dan dalam teknis untuk mengukur hubungan antara variabel penelitian dibantu dengan program SPSS 17.0 for windows. 3.4.3. Pengujian Hipotesis 3.4.3.1. Koefisien Determinasi Menurut Sugiyono (2013:231) menyatakan bahwa “Koefisien determinasi disebut sebagai koefisien penentu karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen”. Dalam penelitian ini akan menjelaskan seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh physical evidence dan produk terhadap kepuasan pengunjung dengan melihat nilai koefisien korelasi (R2). 3.4.3.2. Uji Simultan (Uji F) Dalam penelitian ini pengujian secara simultan menggunakan Uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi hitung < α (0,05), maka variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel dependen secara simultan. H0 : ρyx1 = ρyx2= 0, physical evidence dan produk tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung secara simultan. Ha: ρyx1 = ρyx2≠0, physical evidence dan produk berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung secara simultan. IV. Pembahasan Museum Geologi erat hubungannya dengan sejarah penyelidikan Geologi dan tambang di wilayah Indonesia yang dimuali sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Geologi dari benua Eropa. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya bahan tambang sebagai bahan dasar industri setelah negara-negara dikawasan Eropa mengalami revolusi industri di pertengahan abad ke-18. Setelah sekian lama memutar otak dan mengumpulak informasi akhirnya wilayah Indonesia adalah wilayah tujuan yang prioritas dalam mendapatkan berbagai bahan galian penunjang revolusi industri di negara Eropa. Sebelum menjadi suatu bangunan yang utuh, pada awalnya dilakukanlah penyelidikan Geologi yang dimulai sejak tahun 1850, dimana lemabaga yang mengkoordinasikan penyelidikan dan penelitian pada waktu itu dinamakan Dients Van Mijnweze. Pada tahun 1992 penyelidikan semakin berkembang pesat dan maju sehingga lembaga yang menaunginya itu berubah menjadi Dients Van Den Mijnbouw. Lembaga ini bertugas melakukan penyelidikan Geologi dan sumber daya mineral. Hasil penyelidikan yang berupa bebatuan, mineral, fosil, laporan penelitian dan peta geologis ternyata memerlukan tempat tersendiri untuk menyimpan dan menganalisanya, sehingga pada tahun 1928 Dients Van Den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian bisa disebut Gelogisch Museum. Gedung Geologisch Laboratorium atau Geologisch Museum dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda Van Schouwenburg dan dibangun selama 11 bulan dengan memerlukan tenaga kerja sebanyak 300 pegawai serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunan ini terhitung dari pertengahan tahun 1928 hingga tanggal 16 Mei 1929, dimana pada tanggal ini Geologisch Laboratorium atau Geologisch Museum secara resmi dibuka. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifika ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. Art Deco sendiri memiliki arti gaya bangunan peralihan dari klasik ke modern dimana memadu padankan gaya bangunan khas Belanda dengan Indonesia. Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda atas Jeoang pada perang dunia II, maka keberadaan Dients Van Den Mijnbouw pun berakhir. Letjen. H. Ter Poorten yang waktu itu menjabat sebagai Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda menyerahkan teritorial Indoensia atas nama Pemerintah Kolonial Belanda kepada Jepang melalui Letjen. H. Imammura sebagai Panglima Tentara Jepang. Serah terima kekuasaan itu terjadi pada tahun 1942 di Kalijati-Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, maka Gedung Geologisch laboratorium berpindah kepengurusannya dan pemerintah Jepang mengubah namanya menjadi KOGYO ZIMUSHO lalu berubah lagi menjadi CHISHITSU CHOSACHO setahun kemudian. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 maka pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Lalu pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) tiba di Tanjung Priuk Jakarta dan sesampainya di Bandung mereka berniat untuk menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai para pegawai Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindah ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8 Bandung pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuan untuk mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang dimana para pekerjanya adalah para pegawai PDTG. Setelah kantor di Rembrant Straat ditinggalkan oleh para pegawai PDTG, pasukan Belanda pun mendirikan Geologisch Dients di tempat itu. Banyaknya peperangan serta pertempuran, maka sejak Desember 1945 hingga Desember 1949 kantor PDTG terus berpindah-pindah. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian Geologi sehingga harus berpindahpindah tempat dari BandungTasikmalaya-Solo-MagelanngYogyakarta lalu pada akhirnya berpindah lagi ke Bandung pada tahun 1950. Dalam usaha menyelamatkan dokumendokumen tersebut kepala PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI, Arie Frederik Lasut diculik dan dibunuh para tentara Belanda pada tanggal 7 Mei 1949. Beliau gugur di Yogyakarta sebagai bunga bangsa dalam rangka mempertahanka dokumendokumen negara dibidang Geologi. Sejak saat itu Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah Republik Indonesia dan pada tahun 1960 Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Pengelola Museum Geologi yang tadinya dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG) terus berganti nama dari mulai Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (19521956), Pusat Djawatan Geologi (19561957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005) lalu sejak tahun 2005 hingga sekarang terus disebut Pusat Survei Geologi. Di tahun 1998 Museum Geologi Bandung mengalami rekontruksi dimana pemerintah Jepang menyumbangkan dana sebesar 754,5 yen untuk biaya pembangunan Museum Geologi dan baru pada tanggal 22 Agustus tahun 2000 dibuka untuk umum yang diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada saat itu yaitu Ibu Megawati Soekarno Putri yang didampingi oleh Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono selaku Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indoensia. Peresmian itu bertepatan dengan event International Symposium yang bertemakan Toward A Ahead: Geological Museum in Changing World yang dihadiri oleh berbagai ahli bumi dari seluruh dunia. Mulai tahun 2002 Museum Geologi melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor: 1725 tahun 2002 statusnya berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi di lingkungan Balitbang ESDM. Mulai akhir 2005 Museum Geologi berada dibawah naungan Badan Geologi bersama dengan terbentuknya Badan Geolgi sebagai Unit Eselon I yang ada di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Guna lebih mengoptimalkan perannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi maka Museum Geologi juga mengadakan kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survey lapangan untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi Visi dan Misi Perusahaan Visi Visi dari Museum Geologi adalah mewujudkan sumber informasi berupa dokumentasi koleksi dan warisan Geologi Indonesi yang profesional untuk masyarakat. Misi Misi dari Museum Geologi adalah Produk sebagai berikut: 1. Memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum 2. Menyediakan informasi dan materi edukasi Geologi 3. Mendokumentasikan dan mengkonservasi koleksi museum 4. Melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum 5. Melakukan pameran museum dan Geologi 6. Melakukan penyuluhn dan sosialisasi Geologi 7. Melakukan kerjasama dengan instansi dan sekolah 8. Melakukan pengelolaan museum secara profesional .235 .094 .213 2.498 .014 .930 1.07 Sumber : Hasil Output Data Statistik (2016) Berdasarkan Tabel IV.2 dapat dilihat hasil uji multikoliniearitas. Nilai tolerance = 0,930. Artinya tolerance > 5. Sedangkan VIF = 1.075. Artinya, VIF > 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model ini. Uji Heteroskedastisitas Tabel IV.1 Uji Normalitas Sumber : Output Olah Data Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (2016) X1 N Normal Parametersa,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Hasil Output Data Statistik (2016) Model Constant Physical_evidence x2 Y Gambar 100 IV.3 100 100 43.8400 40.4400 45.3500 Hasil Uji 4.44431 Heteroskedastisitas 3.49406 3.84649 .121 .084 .078 .121 .078 .078 -.095 -.084 -.077 Pada Gambar IV.3 menunjukan 1.206 .837 .781 hasil dari uji heteroskedastisitas. Dapat .109 .486 .575 dilihat bahwa model uji ini bersifat homoskedastisitas, yaitu tidak ada titik yang membentuk pola-pola tertentu secara teratur, melainkan menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada uji ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan Tabel IV.1 dapat dilihat hasil dari uji normalitas nilai Asymp Sig dari masing-masing variabel > signifikansi α (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel penelitian ini Uji Autokorelasi berdistribusi normal. Tabel IV.4 Uji Multikolinearitas Hasil Uji Autokorelasi Tabel IV.2 Model Summaryb Uji Multikolinearitas Adjusted R Std. Error of the Standardiz Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson Unstandardized ed Collinearity a Statistics Coefficients Coefficien 1 .586 .343 .330 3.14903 1.291 T Sig ts Sumber : Hasil Output Data Statistik Std. Toleran (2016) VIF B Beta Error ce Pada Tabel IV.4 terlihat hasil dari uji autokorelasi. Dari tabel tersebut 17.17 4.302 3.993 .000 terlihat bahwa nilai Durbin Watson = 9 1.291 > 2. Dengan hasil ini dapat .426 .074 .492 5.772 .000 .930 1.075 disimpulkan autokorelasi. Model bahwa tidak terdapat Analisis koefisien determinasi pada peelitian ini dapat dilihat dari nilai R square pada tabel berikut ini : Tabel IV.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Analisis Regresi Linier Berganda Tabel IV.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Standardiz Unstandardized ed Collinearity Model R R Square Coefficients Coefficien Statistics a T Sig 1 .586 .343 ts B Std. Error Constant 17.17 9 4.302 Physical_evidence .426 .074 Produk .235 .094 Beta 3.993 .000 .492 5.772 .000 .213 2.498 .014 Sumber : Hasil Output Data Statistik (2016) Pada Tabel IV.5 menunjukkan hasil uji regresi linier berganda. Apabila dimasukan ke dalam persamaan regresi bentuk standard adalah sebagai berikut : Y = 17.179 + 0,492x1 + 0,213x2 Persamaan regresi tersebut dapat di artikan bahwa : 1. Koefisien regresi variabel physical evidence berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. Koefisien regresi x1 sebesar 0,492 dan bertanda postif dengan signifikansi 0,000. Ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan perubahan nilai physical evidence akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,492. 2. Koefisien regresi variabel produk beroengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. Koefisien regresi x2 sebesar 0,213 dan bertanda positif dengan signifikansi 0,000. Ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan perubahan nilai produk akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,213. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui variabel x yang paling berpengaruh terhadap variabel y adalah variabel x1 yaitu physical evidence sebesar 0,492, kemudian diikuti variabel x2 yaitu produk sebesar 0,213. 1.1.1. Pengujian Hipotesis 1.1.1.1. Analisis Koefisien Determinasi Adjusted R Square .330 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 3.14903 ToleranSumber : Hasil Output Data Statistik (2016) VIF ce Tabel IV.6 menunjukkan hasil dari nilai R square yaitu sebesar 0.343 atau 34%. Dengan demikian dapat .930 diketahui 1.075bahwa physical evidence dan produk berpengaruh terhadap kepuasan .930 pengunjung 1.075 sebesar 34%. Sedangkan sisanya yaitu 66% kepuasan pengunjung pada Museum Geologi dipengaruhi oleh variabel lain. 1.1.1.2. Uji Simultan (F) Uji F pada penelitian ini dapat diketahui dengan melihat nilai F pada hasil data yang sudah diolah oleh program SPSS 17.0 for Windows dalam tabel berikut ini : Tabel IV.7 Hasil Uji Simultan (F) ANOVAb Sum of Model Df Squares 1 Regression 502.859 2 Residual 961.891 97 Total 1464.750 99 Sumber : Hasil Output Data Statistik (2016) Dari Tabel IV.7 dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 25.355 dengan signifikansi hitung = 0.000. Pada uji ini, batas signifikansi α (0.05), dan diperoleh F tabel sebesar 3.09. Ini membuktikan bahwa F hitung > F tabel dan signifikansi hitung < α, maka variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel dependen secara simultan. Berdasarkan hasil uji F tersebut, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sementara Ha diterima. Keterangan: H0 : Physical evidence dan produk tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung secara simultan Ha : Physical evidence dan produk berpengaruh signifikansi terhadap kepuasan pengunjung secara simultan 1.291 Mean Squ 251.43 9.91 V. Penutup Kesimpulan Setelah melakukan beberapa perhitungan data statistik, pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Gambaran mengenai kondisi Physical Evidence pada Museum Geologi mendapatkan nilai sebesar 4.383 dan berada diantara nilai interval 4.080 dan 5.040. Hasil ini membuat Physical Evidence dapat dikatakan dalam kategori baik. Walaupun demikian, masih perlu ditingkatkan, karena pada beberapa pernyataan kuesioner yang diajukan masih mendapat respon yang kurang memuaskan. Salah satunya pada pernyataan mengenai alat penunjang informasi. 2. Gambaran mengenai produk pada Museum Geologi mendapatkan nilai sebesar 4.041 dan berada diantara nilai interval 3.400 dan 4.200. Hasil ini membuat produk/koleksi dalam kategori baik. Walaupun demikian, masih perlu ditingkatkan kembali, mengingat masih ada beberapa pernyataan kuesioner yang diajukan masih mendapat respon yang kurang memuaskan. Salah satunya pada pernyataan mengenai bahwa kualitas produk/koleksi tidak mudah rusak. 3. Berdasarkan hasil koefisien determinasi didapat nilai r square sebesar 0.343 atau 34%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Physical Evidence dan produk berpengaruh positif negatif terhadap kepuasan pengunjung sebesar 34% dan 66% dipengaruhi oleh variabel lain yag tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, dengan hasil uji simultan (F) didapat nilai f hitung = 25.355 dengan signifikansi hitung = 0.000. Kemudian dengan menggunakan batas signifikansi (α) 0,05 diperoleh nilai f tabel = 3.09. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa f hitung > f tabel dan signifikasi hitung < α, maka, sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh physical evidence dan produk terhadap kepuasan pengunjung, itu artinya Ha diterima. Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat pada penelitian ini, ada beberapa hal atau saran yang ingin diberikan, diantaranya : 1. Pihak Museum Geologi memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pengunjung yang berdatangan. Dalam hal ini masih ditemukan beberapa peralatan yang mengalami error atau mati. Oleh sebab itu, pihak Museum Geologi harus lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas physical evidence dengan cara melakukan pengecekan terhadap semua alat penunjang baik dilantai bawah dan atas dalam waktu satu bulan sekali. Hal itu untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kerusakan yang dapat mengganggu kegiatan operasional di Museum Geologi. 2. Produk/koleksi yang ada sudah dipandang baik dan menarik oleh pengunjung, akan tetapi masih ditemukan beberapa yang sering mengalami kerusakan salah satuya simulator gempa. Tentunya ini menjadi salah satu permasalahan bagi pihak Museum Geologi, karena beberapa pengunjung mungkin ingin merasakan sensasi dari produk tersebut. Oleh sebab itu, pihak Museum Geologi harus mengamati atau meningkatkan kualitas produk/koleksi yang ada dengan cara selalu mengecek kembali seluruh produk yang ditampilkan dalam kurun waktu satu bulan sekali baik itu penempatan dan kebersihan. Dengan tujuan agar produk atau koleksi dapat terpelihara dan teramati dengan baik. 3. Dengan adanya pengaruh yang diberikan oleh Physical Evidence dan produk terhadap kepuasan pengunjung pada museum, pihak Museum Geologi harus lebih memperhatikan kembali dan meningkatkan kualitas pelayanan fisik (Physical Evidence) dan juga kualitas produk atau fosil yang dipamerkan. Dengan meningkatkan kualitas, Physcal Evidence dan produk di Museum Geologi dapat membuat pengunjung merasa puas. 4. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel-variabel independen diluar produk dan Physical Evidence yang dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu kepuasan pengunjung. Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori – Aplikasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta Daftar Pustaka Abdullah, Thamrin, dan Francis Tantri. 2012. Manajemen Pemasaran, PT. Raja Grafindo Persada, Depok Daryanto, dan Ismanto Setyabudi. 2014. Konsumen dan pelayanan Prima, Gava Media, Yogyakarta Hurriyati, Ratih.2010.Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta, Bandung Lupiyoadi, Rambat. Pemasaran Kompetensi, Jakarta 2013. Manajemen Jasa Berbasis Salemba Empat, Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta Noor, Juliansyah. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonom & Manajemen, PT Grasindo, Jakarta Ratnasari, Ririn Tri, dan Mastuti H Aksa. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa. Saladin, Djaslim.2013. Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik, CV. Agung Ilmu, Bandung: Sangadji, Mamang Etta, dan Sopiah. 2014. Perilaku Konsumen, Andi Publisher, Yogyakarta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung _______. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung _______. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung Tan, Rio Budi Prasadja. 2010. Kunci Sukses Memasarkan Jasa Pariwisata, Erlangga, Bandung Tjiptono, Fandy. 2011. Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing , Sleman Sumber Internet Syarifuddin, Didin. 2013. Tourism Destination Service Quality To Tourist Satisfaction. Bandung: Manajemen Pariwisata, STP ARS Internasional. http://www.researchgate.net/profile/Didin_S yarifuddin/publication/287206496_Tourism _Destination_Service_Quality_to_Tourist_S atisfaction/links/56735bad08aee7a42743886 b.pdf?inViewer=0&pdfJsDownload=0&orig in=publication_detail (25 Mei 2016).