Business Model Canvas: Sebuah Konsep Menumbuhkembangkan Usaha Jaka Nugraha1 1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] Abstrak Paper ini bertujuan untuk mengulas teori Business Model Canvas sebagai salah satu konsep menumbuhkembangkan usaha bagi business owner dalam menghadapi peluang yang ada. Paper merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui library research. Konsep Business Model Canvas menggambarkan dasar pemikiran yang sederhana dan powerful mengenai bagaimana organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Mendeskripsikan dan memanipulasi model bisnis dengan mudah yang kemudian menciptakan alternatif strategi yang baru. Business Model Canvas dapat dijelaskan melalui Sembilan blok bangunan yang meliputi empat bidang utama dalam suatu bisnis, yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial. Penerapan konsep Business Model Canvas akan sangat mudah diaplikasikan oleh pengusaha pemula yang baru merintis bisnis, pelaku usaha, investor, konsultan bisnis serta perusahaan yang mempertimbangkan lini bisnis yang baru. Kata kunci: Business Model Canvas, Konsep, Business owner Abstract The purpose of this paper is to review the Business Model Canvas theory as one of concept for developing business opportunity, hence definition and all the components that form in each business. This paper is a descriptive research with using qualitative approach through library research. This paper also describes business modeling a simple and powerful related an organization was created, delivers and captures value. Describe and manipulate business models easily and then creating new alternative strategies. Business Model Canvas can be explained through nine building blocks which include four key areas of a business, for instances, customer, supply, infrastructure and financial viability. Implementation of this concept will be easily applied by start-up entrepreneurs, businessmen, investors, business consultants and companies who considering a new line of business. Keywords: Business Model Canvas, Concept, Business owner PENDAHULUAN Jumlah wirausaha merupakan cerminan dari kemajuan perekonomian suatu negara. Lazimnya, semakin besar jumlah wirausaha disuatu negara, semakin maju dan stabil perekonomian negara tersebut. Selain itu, pertambahan jumlah wirausaha juga berkorelasi positif dengan bertambahnya lapangan pekerjaan dan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga sebagai salah satu penyedia lapangan pekerjaan seyogyanya semua elemen terkait mulai dari pemerintah, instansi pendidikan dan swasta memberikan ruang yang cukup bagi peningkatan jumlah wirausaha (business owner) di Indonesia. Hingga awal tahun 2015 jumlah wirausaha Indonesia masih sekitar 1,65% dari total jumlah penduduk. Bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara dan negara maju lain jumlah ini masih jauh terttinggal. Persentase wirausaha di negara Asia Tenggara seperti Singapura sudah mencapai 7.2%, Malaysia 5%.dan Thailand 4.1% dari jumlah penduduk. Sedangkan Amerika Serikat memiliki persentase sebesar 11.5%. Untuk menjadi negara yang memiliki perekonomian yang kuat salah satu indikatornya adalah, negara tersebut harus didukung dengan jumlah wirausaha yang memadai, minimal memiliki persentase sebesar 2% dari total penduduk (Dwiantika, 2014). Berikut ini adalah grafik perbandingan jumlah wirausaha Indonesia dengan negara lain. Gambar 1. Grafik Perbandingan Jumlah Wirausaha Indonesia dengan Negara Lain Banyak faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan jumlah wirausaha di Indonesia antara lain, sistem pendidikan kurang mendukung pemuda menjadi wirausaha. Selain itu rata-rata wirausaha Indonesia memiliki kemauan sukses yang instan. Business owner kurang sabar dalam memulai dan mengikuti proses perkembangan usahanya sehingga terlalu ambisius. Minimnya kreatifitas dan inovasi juga menjadi salah satu penghambat wirausaha Indonesia untuk berkembang (Pratomo, 2014). Ketika sebuah bisnis yang dijalankan bergerak stagnan dan tidak memberikan return tinggi, memungkinkan sebagian business owner untuk berhenti berinovasi dan menyerah dengan keadaan bisnisnya. Seringkali owner yang bisnisnya sudah mapan akhirnya lupa tentang pentingnya inovasi bisnis yang harus dilakukan secara terus menerus. Bila hari ini sebuah bisnis mampu menjadi pemenang dalam market niche yang dibidik selama ini, maka, belum tentu keadaan ini akan bertahan selamanya. Inovasi sangatlah diperlukan, dan jika seorang pengusaha telah melakukannya, maka sekali saja melakukan inovasi tidaklah cukup. Inovasi harus dilakukan secara terus-menerus dan kontinyu. Tidak sedikit business owner yang setelah meluncurkan produk atau layanan baru malah membuat bisnisnya ke depan semakin tidak menentu arahnya. Oleh sebab itu diperlukan sebuah tools yang bisa menjadi panduan business owner agar tidak salah langkah dalam melakukan inovasi. Tools tersebut adalah Business Model Canvas. Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation menciptakan sebuah framework yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan bisnis yaitu Business Model Canvas (BMC). Pada business model canvas ini ada sembilan kotak yang merepresentasikan elemen-elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis. Kesembilan hal tersebut adalah: Customer segments, Value proposition, Channel, Customer relationship, Revenue stream, Key resource, Key activities, Key partners dan Cost Structure. Rencana bisnis atau bisnis yang sedang berjalan membutuhkan evaluasi yang berkelanjutan melalui berbagai sudut pandang yang utuh. BMC adalah salah satu alat untuk membantu melihat secara akurat mengenai prospek usaha yang sedang atau akan dijalankan. Melalui tool ini pelaku usaha seakan melihat bisnis dari gambaran besar namun tetap lengkap dan mendetail mengenai faktor-faktor kunci yang terkait dengan bisnisnya. Paper ini bertujuan untuk mengulas teori mengenai Business Model Canvas sehingga diharapkan pemaparan konsep ini mampu menjadi salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan business owner mengembangkan usahanya. METODA Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar dan Widodo: 2000). Sementara dilihat dari sudut kawasannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan (library research), yang mana mengandalkan data-datanya hampir sepenuhnya dari perpustakaan, sehingga dengan itu pula penelitian ini bersifat teoritis dan dokumentasi (Mukhtar dan Widodo: 2000). PEMBAHASAN Perkembangan strategi maupun konsep manajemen mengalami improvisasi dalam beberapa tahun terakhir. Diantara berbagai macam perkembangan konsep bisnis, model bisnis menjadi salah satu konsep yang cukup mendapatkan perhatian bagi para pelaku bisnis dan akademis. Hal ini didukung pula dengan semakin bergairahnya e-business yang dipandang membutuhkan model bisnis yang berbeda dengan bisnis konvensional. Praktisi bisnis dan media massa sering menggunakan konsep ini untuk membicarakan kesuksesan dan kegagalan suatu bisnis. Beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya, antara lain mulai dari kemampuan manajerial yang belum cukup serta tidak berpengalaman dalam hal mengkoordinasi sumber daya manusia dan teknologi operasi perusahaan. pengendalian keuangan yang buruk juga akan mengakibatkan seorang business owner gagal saat membangun usahanya. Perencanaan merupakan hal awal yang perlu disiapkan seorang business owner memulai kegiatannya, tanpa menyiapkan perencanaan yang baik akan mengakibatkan usaha tersebut gagal. Pemilihan lokasi yang kurang strategis juga termasuk faktor lain berhasil tidaknya usaha di masa depan. Pengawasan yang buruk, sikap mental yang kurang bersungguh-sungguh serta kegagalan melanjutkan masa peralihan atau transisi kewirausahaan menjadi faktor lain yang mempengaruhi seorang business owner gagal menjalankan usaha yang baru dirintis (Zimmerer dalam Suryana, 2003). Untuk meminimalisir kegagalan tersebut diperlukan sebuah konsep bisnis yang sejak awal sudah didesain sebelum kegiatan bisnis tersebut terlaksana. Model bisnis merupakan metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi (Wheelen dan Hunger dalam Tim PPM Manajemen, 2012). Lebih lanjut Rappa (2010) memberikan definisi serupa mengenai model bisnis, yaitu metode yang digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, yang membuat perusahaan dapat bertahan. Berdasarkan kedua definisi tersebut maka definisi model bisnis adalah metode atau cara, yaitu menciptakan nilai. Model bisnis mendeskripsikan dasar pemikiran bagaimana organisasi diciptakan, disampaikan dan ditangkap nilainya. Business model canvas memberikan langkah-langkah yang dapat digunakan oleh business owner membuat bagian dalam perencanaan bisnis secara detail. Osterwalder dan Pigneur mengemukakan pendekatan kanvas yang memudahkan business owner mengkaji ulang keseluruhan proses bisnis yang dimilikinya agar semakin kompetitif dengan para pesaing serta mampu mengembangkan bisnis baru dari yang telah ada. Penjelasan mengenai 9 building blocks dalam business model canvas adalah sebagai berikut. Costumer Segment Sebuah model bisnis akan menetapkan satu atau banyak costumer segment. Business owner harus mampu mengambil keputusan yang tepat dalam hal pelayanan terhadap pelanggan. Ada beberapa tipe dari costumer segment, antara lain: 1. Mass market Model bisnis yang tidak membedakan segmen pelanggan dan hanya fokus terhadap pelanggan yang memiliki kebutuhan dan masalah yang sama. 2. Niche market Model bisnis yang target pasarnya hanya melayani segmen pelanggan tertentu. 3. Segmented Model bisnis ini membedakan antara kebutuhan dan masalah yang berbeda pada setiap pelanggan. 4. Diversified Model bisnis yang melayani dua segmen pelanggan yang tidak berhubungan dari kebituhan dan masalahnya. 5. Multi sided platforms (multi-sided markets) Model bisnis yang melayani dua taau lebih segmen pelanggan yang saling ketergantungan. Value Proposition Value proposition memiliki pengertian bahwa seberapa jauh produk atau layanan yang ditawarkan mempunyai nilai yang tinggi menurut target pelanggannya. Dengan kata lain seberapa jauh perusahaan dapat menawarkan produk atau layanan yang berbeda dengan para pesaingnya. Tentu saja tidak hanya berbeda, akan tetapi memiliki nilai yang tinggi dan diminati oleh konsumen. Channels Channels mendeskripsikan mengenai bagaimana sebuah perusahaan melakukan komunikasi dengan segmen pelangan dan menjangkaunya untuk memberikan value proposition. Channels komunikasi, distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Channels mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan, membantu mengevaluasi value proposition, memberikan dukungan purna jual, dan memperikan kesempatan pelanggan untuk memiliki produk dan jasa yang spesifik. Costumer Relationship Sebuah perusahaan harus mampu menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangun dengan costumer segment. Hubungan pelanggan yang diterapkan dalam model bisnissuatu perusahaan sangat memengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Revenue Streams Revenue streams atau aliran pendapatan adalah pemasukan yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggannya. Revenue streams bukan merepresentasikan keuntungan yang didapat, karena secara umum diketahui bahwa keuntungan merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-biaya usaha. Pentingnya revenue streams bagi perusahaan adalah karena tidak ada organisasi yang dapat hidup dalam jangka panjang tanpa memiliki pendapatan. Key Resources Setiap model bisnis perusahaan membutuhkan key resources. Tidak peduli apakah perusahaan tersebut berorientasi pada laba atau nirlaba, organisasi swasta maupun pemerintah. Key resources adalah sumber daya yang memungkinkan organisasi menjalankan key activities untuk menawarkan value proposition, menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan segmen pelanggan dan menghasilkan uang. Pada umumnya, key resources dalam suatu perusahaan berbentuk manusia, fasilitas teknologi, intelektual, dan channel. Key Activities Key activities adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan organisasi untuk menciptakan produk atau jasa yang dibutuhkan pelanggan, menyampaikannya pada pelanggan, membina hubungan dengan pelanggan, serta mengelola pendapatan sebagai hasil pelnjualan produk atau jasa dari pelanggan. Key activities yang dimiliki perusahaan tentu akan berbeda tergantung pada jenis model bisnisnya. Key Partnership Dalam business model canvas, key partnership menjadi elemen yang sangat penting, karen memang tidak ada organisasi atau bahkan perusahaan yang dapat berjalan tanpa bekerja sama dengan pihak lain. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang keberhasilannya ditentukan oleh mitra mereka. Beberapa contoh jenis kemitraan diantaranya adalah aliansi strategis, coopetition, usaha patungan, dan hubungan antara pemasok dan pembeli untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan. Cost Structure Elemen cost structure didesain paling akhir. Alasannya sederhana, semua bisnis yang beroperasi di bawah bawah suatu model bisnis pasti membutuhkan biaya. Menciptakan dan memberikan nilai (value propositions dan channles) kepada pelanggan, menjaga hubungan baik dengan pelanggan (costumer relationships), upaya memperoleh pendapatan (revenue streams), menjalankan aktivitas bisnis (key activities), mendapatkan dan menglelola sumber daya (key resources) serta bekerja sama dengan mitra (key partners) semua membutuhkan biaya. Struktur biaya akan lebih mudah dirancang apabila semua elemen tersebut sudah didesain. Penjelasan di atas merupakan pembahasan mengenai nine building blocks BMC (business model canvas) yang bisa digunakan oleh business owner untuk berinovasi. Setiap perubahan yang dilakukan business owner pada salah satu blocks akan berdampak pada blocks lainnya. Business owner dituntut untuk mampu memastikan bahwa setiap blocks telah terhubung dengan baik dengan blocks lainnya. KESIMPULAN Jumlah wirausahawan Indonesia perlu didorong untuk terus melakukan inovasi dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya untuk dapat bertahan dalam era global. Hal ini dikarenakan wirausahan akan menjadi ujung tombak dan aset bangsa dalam meningkatkan perekonomian. Business owner harus mampu mendesain usahanya untuk terhindar dari kegagalan maupun kemunduran akibat tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Business Model Canvas merupakan salah satu konsep bisnis yang diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif metode untuk menumbuhkembangkan usaha di Indonesia. Model bisnis memiliki nine building blocks untuk mempermudah business owner memvisualisasikan dan mendeskripsikan usaha baru maupun usaha yang akan dikembangkannya. Kesembilan elemen tersebut adalah costumer segment, value proposition, channels, costumer relationship, revenue streams, key resources, key activities, key partnership, dan cost structure. DAFTAR PUSTAKA Dwiantika, Nina., 2014. Idealnya Jumlah Wirausaha 2% dari Total Penduduk, Retrieved from, http://nasional.kontan.co.id/news/idealnya-jumlah-wirausaha-2-dari-total-penduduk, on 10th August 2015. Mukhtar dan Erna Widodo., 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avyrouz, Yogyakarta. Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur., 2014. Business Model Generation, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta. Petrovic, O., Kittl, C., and Teksten, D., 2001. “Developing Business Models for eBusiness.” Proceedings of The International Conference on Electronic Commerce. Pratomo, Harwanto Bimo., 2014. 4 Sebab Jumlah Wirausaha Indonesia Sulit Bertumbuh, Retrieved from, http://www.merdeka.com/uang/4-sebab-jumlah-wirausaha-indonesia-sulitbertumbuh.html, on 10th August 2015. Rappa. 2000., Managing The Digital Enterprise, http:digitalenterprise.org/index.html, on 7th September 2015 Retrived from, Suryana. 2003., Kewirausahaan. Salemba Empat, Jakarta. Tim PPM Manajemen., 2012. Business Model Canvas Penerapan di Indonesia, Penerbit PPM, Jakarta.