Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Page 1 Edisi 310 – 3 Oktober 2014 PIMPINAN BAIT MINISTRY Pembina : Pdt. Dr. Moldy Mambu & Handry Sigar Pengawas : Willy Wuisan & Yoshen Danun Pengurus : Ketua – Lucky Mangkey Sekertaris – Janette Sepang Bendahara – Yance Pua PENGURUS BULETIN BAIT Penasihat : Pdt. Dr.Moldy Mambu, Pdt. Noldy Sakul, Pdt. Sammy Lee Pemimpin Umum : Handry Sigar Wkl Pem. Umum : Yoshen Danun Pemred : Willy Wuisan Wapemred : Herschel Najoan Sekretaris : Meilien Langi-M Bendahara : Yance Pua General Controller : Ellen Manueke, Tommy Manawan HRD : Janette Sepang, Koordinator Produksi : Osvald Taroreh, Harold Somba Editor Alfa Tumbuan , Royke Sundalangi, Handry Suwu, Wayne Rumambi, Jufrie Wantah, John Taebenu. Rubrik Opini Lucky Mangkey, Mickael Mangowal, Bruce Sumendap, Pdt. Bayu Kaumpungan, Jack Kusoy Kolom Renungan Pdtm. Davy Politon Pdt. Stenly Karwur, Pdt. Ronie Panambunan,Pdt. Raymond Lohonauman, pdtm. Ronie Umboh Rubrik Kesehatan Jeiner Rawung, dr. Harold Manueke, dr. Alvin Rantung, dr. Grace Rantung, dr. Marthin Walean, dr. E Tomarere, dr. Ruben Supit Rubrik Keluarga Repsta Moal, James Manurip, Pdt. Jacky Runtu, Pdt. H. Suawah Rubrik Roh Nubuat Pdt. Kalvein Mongkau, Pdt. Dr. Allan Pasuhuk, Pdt. Douglas Sepang, Pdt. Dr. Robert Walean, Pdtm. Glen Rumalag Rubrik Pathfinder Frankie Sumarauw, Green Manueke, Fransisca Muntu Rubrik Profil Irma Pakasi, Janice Losung, Green Mandias Rubrik Pionir Pdt E. Takasanakeng Rubrik Ragam Debby Langitan, Jimi Pinangkaan, Ellen Manueke Rubrik Kesaksian Freddy Losung, Agustine Lureke Rubrik Biblical & Theological Pdt. Blasius Abin, Pdt. Swineys Tandidio Motivational Words Dr. Peggy Iskandar-Wowor Inspirational Story Bredly Sampouw Tanya Jawab Pdt. Bryan Sumendap, Pdt. Larry Windewani, Pdt. Dr. Ronell Mamarimbing Cerita Anak Max Kaway Catatan Kami Denny Kalangi BAIT MINISTRY Visi: Menyebarkan pekabaran tiga malaikat khususnya di Indonesia Kawasan Timur dan untuk mempersiapkan umat pada kedatangan Kristus yang kedua kali Misi: BAIT Ministry sebagai suatu wadah perpanjangan tangan GMAHK di Indonesia Kawasan Timur mengusahakan mendorong berkembangnya pekerjaan Tuhan secara maksimal melalui berbagai bidang pelayanan www.buletin.baitonline.org email redaksi : [email protected] email berita : [email protected] email pimpinan : [email protected] Seminar atau Shopping ? Temukan Yesus Sekarang Juga Sukacita Adalah Pilihan Seutas Tali Menantang Hidup Sabat Dalam Perspektif Advent Tim Layout Caddy Malonda, Ivan Kembuan, Freddy Kalangi, Pdt. Harold Oijaitou, Jenry Wungkana, Herold Heydemans, pdtm. Davy Tielung, Jimi Moehadjedi, Belly Wungkana, Brayn Mamanua, Stanly Keles, Pdtm. Ressa Liwe, Marchel Tombeng, Pdtm. Raynald Makalew Tulisan Roh Nubuat Web Master Michael Mangowal, Nielson Assa Multimedia : Ellen Mangkey Distribution Pdtm. Dale Sompotan Biro: Philipina Govert Woramuri Manado Jeiner Rawung, Mikael Terok, Janet Ngantung, Hengki Kambey, Erwin Wuisan, Papua David Bindosano, Samuel Rorimpandey, Hendy Sahetapy, Noldy Abraham Sulawesi Tengah Pdt. Stenly Karwur Jawa Timur Pdtm. Fabyo Rumagit Ratahan Refli Ompi,Sangir Talaud Pdt. Edison Takasanakeng Ambon Mario Lekatompessy Kotamobagu Maikel Makarewa Balikpapan Beverly Nangon Runturambi , Vanda Karundeng Tumbel Medan Hartoyo Tismail Cerita Untuk Anak Dipanggil untuk Mencapai Standar ….. Iman Abraham Diuji Pathfinder Pedoman Administrative PA Remaja Palakat - Berita Page 2 Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Seminar atau Shopping ??? Menjadi anggota delegasi bagi satu acara pertemuan adalah satu kebanggaan tersendiri bagi seseorang. Apalagi bila menjadi anggota delegasi mewakili Gereja atau Institusi Tuhan. Kita membawa nama dan otoritas dari lembaga yang mengirim kita ke acara pertemuan tersebut. Di dalam gereja Advent sendiri acara pertemuan pertemuan akbar adalah sesuatu yang sangat sering dilakukan. Mulai dari tingkat daerah, uni, sampai divisi, dan General Conference, tidak sedikit acara rapat dan seminar yang dapat diikuti oleh anggota gereja maupun para pendeta dan tua tua jemaat. Setiap lembaga dan departemen juga selalu mengadakan acaranya masing masing. Pelayanan Perorangan, Anak – Anak, BWA, Pathfinder, Penginjil Literatur, bahkan sampai kepada Internet Ministry dan masih banyak lagi. Sangat disayangkan kadang acara seminar atau acara pertemuan seringkali juga berarti kesempatan shopping atau acara tur mendadak, kesempatan cuci mata. Tidak jarang para anggota delegasi yang dikirim mangkir dari acara seminar atau pertemuan yang seharusnya diikuti. Seringkali saat acara pertemuan diadakan, sebagian anggota seminar tidak dapat dihubungi atau diketahui keberadaannya dan kemudian dapat diketahui keberadaannya melalui media sosial ketika mem-posting keberadaannya di tempat perbelanjaan atau di tempat wisata. Kejadian ini seperti ini malah lebih sering terjadi lagi saat acara pertemuan tersebut mengambil tempat di Luar Negeri seperti Singapura, Thailand, atau Phillippines. Banyak anggota delegasi lebih banyak menghabiskan waktunya berbelanja di Orchard, Ma Boon Khrong, atau Mall of Asia dibandingkan berada di dalam aula pertemuan. Sekembalinya ke tanah air, berita yang disaksikan bukanlah materi yang telah didapat di seminar, ataupun di dalam pertemuan, melainkan keindahan tempat tempat wisata yang telah dikunjungi. Lebih dari sekedar kode etik, saat kita menjadi salah satu anggota delegasi buat gereja/institusi yang kita layani kita mengemban kepercayaan dari orang orang yang mengirim kita ke dalam acara tersebut. Kita diharapkan untuk dapat memberikan satu perkembangan dan pembaharuan setelah menerima ilmu yang kita terima dari seminar dan pertemuan yang kita hadiri. Bilamana kita tidak mendapatkan ilmu apa apa maka yang paling akan dirugikan adalah gereja/institusi yang mengirimkan kita. Tentu saja tidak semua yang kita dapatkan dapat seratus persen dipraktekkan di lapangan, tetapi sesuatu yang baru akan selalu membawa angin segar buat gereja/institusi tersebut. Editorial ini bukan mengatakan bahwa kita tidak boleh sama sekali menikmati kesempatan berjalan jalan sebagai bagian dari kunjungan kita. Yang mungkin perlu ditekankan adalah, marilah kita menghadiri seminar saat materi dibagikan dan nikmatilah kunjungan wisata saat memang itu waktunya. Di dalam seminar-seminar di dalam institusi Advent, seringkali sudah ada waktu tertentu dimana anggota seminar/rapat diizinkan untuk mengambil waktu berjalan jalan menikmati daerah sekitar. Oleh karena itu marilah kita gunakan kesempatan kita menimba ilmu saat ilmu diberikan, dan menikmati kesempatan jalan - jalan, saat kesempatan itu diberikan dan bukan sebaliknya berbelanja saat ilmu diberikan dan berusaha mempermak ilmu di dalam perjalanan pulang ke tempat asal kita. Tidaklah salah menikmati fasilitas dan kenyamanan yang Gereja sediakan sebagai bagian dari rapat dan pertemuan yang kita hadiri. Tetapi merupakan tugas dan kewajiban kita juga untuk benar benar melakukan yang terbaik buat mereka yang telah mengirimkan kita dengan pengharapan kita bisa membawa ilmu dan pembaruan saat kita kembali ke tempat asal kita. Redaksi BAIT Page 3 Edisi 310 – 3 Oktober 2014 K etika seseorang bertemu dengan Yesus Kristus, hidupnya tidak akan sama lagi. Hidupnya akan berobah seiring dengan kehadiran Yesus di dalam kehidupannya. Kita dapat memberikan kesaksian tentang perobahan itu berdasarkan atas pengalaman diri pribadi, atau dari pengalaman-pengalaman orang lain yang kita saksikan sendiri perubahan-perubahan yang mereka alami. Di dalam Alkitab, kita dapati begitu banyak catatan tentang pengalaman orang-orang yang berubah hidupnya ketika Yesus ‘menjamah’ kehidupan mereka secara langsung. Kali ini kita akan menyimak ceritera tentang seorang pria yang dirasuk setan. Kisah ini menjadi istimewa karena dua alasan penting, yang pertama. Peristiwa ini menjadi salah satu dari peristiwa-peristiwa yang paling ganjil yang dicatat dalam Bejana Advent Indonesia Timur seluruh Kitab Injil, dan alasan penting yang kedua adalah karena. Kisah ini menjadi salah satu dari kisah-kisah dramatis tentang kehidupan manusia yang betul-betul berubah setelah mereka bertemu dengan Yesus Kristus. Kasus dalam kisah ini adalah kasus ‘penguasaan Iblis’ yang paling luar biasa. Ada berbagai cara dan kadar penyerangan Iblis terhadap manusia. Kita bisa sebut dalam tiga bidang: 1. Bidang spiritual (kerohanian). Jika Iblis menyerang seseorang dalam bidang kerohaniannya, maka serangan itu akan mempengaruhi hubungan intimnya dengan Allah. 2. Bidang mental atau kejiwaan. Jika Iblis menyerang seseorang pada mental atau kejiwaannya, maka serangan itu akan menyebabkan kebingungan, kurangnya kewaspadaan, bahkan dapat berakhir pada sakitnya jiwa orang tersebut. 3. Bidang fisik. Jika Iblis menyerang seseorang pada fisiknya, maka akibat dari serangan itu adalah rusaknya fisik orang itu, contohnya Ayub yang menderita luka-luka borok di sekujur tubuhnya. Page 4 Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Peristiwa yang dicatat dalam Markus 5:1-20 adalah peristiwa serangan Iblis kepada seseorang yang kemungkinan besar menyerang pada ketiga bidang tersebut yaitu, spiritual, mental atau jiwa, dan juga fisik orang tersebut. Mari kita mulai baca ayatnya satu demi satu. Markus 5:1-2. (1) “Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. (2) Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. (3) Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, (4) karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. (5) Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.” Di ayat 2 dikatakan bahwa Yesus bertemu dengan orang yang dirasuk setan ini segera setelah Ia turun dari perahu di daerah Gerasa - yang kemungkinan besar sebutan ‘daerah Gerasa’ ini dikaitkan dengan kota kecil yang bernama Gerasa. Kota ini terletak dekat dengan laut kira-kira setengah perjalanan ke arah timur dari tepi danau itu. Tempat dimana Yesus bertemu dengan orang yang dirasuk setan itu berlokasi dekat dengan kota kecil Gerasa ini dimana terdapat banyak bukit-bukit yang curam merentang ke arah pantai. Kira-kira 2 km. di sebelah selatan kota kecil itu terdapat pekuburan-pekuburan - yang kemungkinan besar di salah satu pekuburan inilah si lelaki yang dirasuk setan itu tinggal. Kita dapati bahwa orang ini menderita gangguan rohani, mental, dan juga fisiknya. Kita klasifikasikan orang ini sebagai seseorang yang ‘DIKUASAI OLEH IBLIS,’ karena jelas sekali ayat-ayat tadi menyatakan bahwa Iblis-iblis yang tinggal di dalam diri orang ini telah menguasai diri dan pikirannya dan Iblis-iblis ini sebenarnya berbicara melalui suara orang itu. Jelas sekali bahwa orang yang dirasuk iblis ini telah ditolak oleh orang-orang sekampungnya bahkan oleh keluarganya, mungkin oleh karena mereka sudah tidak sanggup lagi untuk mengontrol dia. Itu sebabnya dia harus tinggal di pekuburan. Iblis-iblis ini mempunyai kekuatan dan penguasaan yang luar biasa terhadap orang ini sehingga dia sanggup memutuskan rantai yang membelenggu dirinya. Ayat 5 dari Markus 5 melukiskan penderitaan mental dan fisiknya yang menyebabkan dia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit siang dan malam sambil berteriak-teriak dan mencederai dirinya dengan batu. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Iblis adalah suatu kegiatan yang nyata dan sangat berbahaya. Konsep yang kita kenal dan sudah mendunia adalah mempercayai bahwa Setan atau Iblis hanya ada dalam film-film cartoon dan juga mainan anak-anak. Tetapi, Setan atau Iblis adalah sesuatu unsur yang benar-benar ada dan sangat berbahaya. Tujuan mereka adalah untuk membinasakan manusia, dan mereka mempunyai kuasa untuk melakukan itu. Kita baca 1 Petrus 5:8: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 5 Iblis dapat menyerang dan membinasakan manusia dalam bidang mental, fisik dan kerohanian mereka, namun demikian, ada kabar baik yang ingin saya sampaikan kepada saudara sore ini bahwa, Alkitab jelas menyatakan bahwa orangorang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak dapat dimiliki oleh Ibis oleh karena kehidupan mereka dihuni dan dipenuhi oleh Rohulkudus. Mari kita baca 1 Korintus 6:19: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” Markus 5: 6-10: (6) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya, (7) dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” (8) Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (9) Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak” (10) Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Dari ayat-ayat ini kita dapati bahwa Iblis menghargai Yesus karena Iblis dan pengikut-pengikutnya mengetahui semua fakta tentang Yesus - lebih dari yang kita ketahui karena mereka pernah bersama-sama tinggal dengan Yesus di Surga sebelum mereka jatuh ke dalam dosa. Mereka mengakui Yesus sebagai Mesias atau Pelepas. Oleh karena keSucianNya, kekuasaanNya, keAgunganNya, mereka tidak dapat berbuat lain kecuali menyembah di hadapanNya. Yesus ketika itu berada dalam posisi menguasai dan mengendalikan situasi, sama seperti Ia selalui mengendalikan segala sesuatu di alam semesta ini. Di ayat 6 dicatat bahwa Iblis menyembah Yesus, dan di ayat 7 dikatakan bahwa Iblis mengakui Yesus adalah “Anak Allah Yang Mahatinggi.” Sebutan “Anak Allah” menyatakan “KeAllahan Yesus, dan sebutan “Yang Mahatinggi” menempatkan Yesus di atas dari segala “ilah” dan di atas segala sesuatu. Sebenarnya Iblis sangat membenci Allah, jadi sebutansebutan ini hanyalah sekedar sebuah perasaan terpesona atau kagum dan hormat atas kenyataan “siapa Allah itu.” Di ayat 9, terjadi hal yang sangat menarik. Yesus bertanya: “Siapa namamu?” Yesus tahu segala sesuatu, dan sudah pasti Ia tahu nama Iblis yang bersarang dalam tubuh orang yang malang itu. Ia sesungguhnya tidak perlu mengajukan pertanyaan itu, tetapi mengapa Ia bertanya “Siapa namamu,” mungkin supaya muridmuridNya dan juga orang-orang banyak yang berada di sekitar itu dapat mengerti problema yang dihadapi oleh orang yang dirasuk Setan ini, dan mereka dapat menyadari betapa Iblis mampu menguasai manusia dengan kuasa yang sangat besar. Yesus bertanya kepada Iblis siapa namanya dan sang Iblis menjawab, “NamaKu Legion karena kami banyak. Satu Legion sama dengan 6,000 serdadu infantri dalam organisai ketentaraan Romawi. Jumlahnya sangat banyak, dan para Iblis ini menganggap diri mereka sebagai serdadu. Seorang komentator Alkitab mengatakan bahwa adegan dalam kisah ini seperti dalam satu pertempuran di antara dua kuasa, kuasa jahat dan kuasa Yesus. Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Jadi di sini kita melihat siapa orang itu dan juga Iblis yang telah menguasai dia. Kitapun melihat Yesus Kristus, Sang Pelepas itu. Dan kita juga melihat di sini bahwa adegan ini telah berkembang menjadi satu ajang pertempuran di antara Iblis dan Allah. Ini adalah cicipan awal dari pertempuran akhir yang bakal terjadi antara yang baik dan yang jahat seperti yang dilukiskan dalam Wahyu 16. Kuasa Yesus yang besar dan perlindunganNya yang eklusive terhadap umat-umatNya telah dipamerkan melalui kegentaran dan ketakutan dari Iblis-iblis ini atas kehadiran Yesus. Walaupun kita - sebagai umat-umat yang percaya kepada Yesus - tidak dapat dikuasai oleh kuasa Iblis, namun kita harus berhati-hati dan waspada atas siasat dan tipu muslihat yang dibuat oleh Iblis. Itu sebabnya Kristus menawarkan kepada kita alat penangkal yang kita perlukan yang terdapat dalam Ephesus 6:10-18: (10) “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; (12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. (14) Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, (15) kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; (16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah apai dari si jahat, (17) dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, (18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Mari sekarang kita baca ayat 11-13: (11) “Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, (12) lalu roh-roh itu meminta kepadaNya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya! (13) Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.” Iblis memohon dengan sangat kepada Yesus agar tidak mengusir mereka keluar dari daerah Gerasa itu. Mungkin karena Iblis-iblis itu telah lama berhasil menguasai orang-orang di daerah itu dan mereka telah menjadi pengikut yang setia dari Iblis. Sekarang Iblis merasa ‘sayang’ dan ‘rugi’ jika harus meninggalkan daerah kekuasaannya. Itu sebabnya mereka meminta ijin kepada Yesus untuk pindah ke dalam babi-babi yang jumlahnya 2000 ekor. Dan sangat mengejutkan karena Yesus mengabulkan permintaan mereka dengan satu kata perintah “PERGILAH!!” - seperti yang dikutip oleh Matius. Ketika mereka memasuki babi-babi itu, saudara dapat melihat besarnya pengaruh dan kuasa yang berhasil mereka timpakan di 6 atas diri satu orang. Hanya karena kasih karunia Allah sajalah maka orang itu masih bisa bertahan hidup. Kawanan babi itu kemudian menyerbu dan terjun dari tepi jurang ke dalam danau. Ada 2000 ekor babi yang mati lemas dan tenggelam di dalam danau hari itu. Kata “tenggelam” menggambarkan satu adegan yang dahsyat mengerikan ketika kawanan babi itu jatuh ke dalam air, tenggelam, dan mati lemas. Sekarang mungkin saudara bertanya, “Apa yang terjadi dengan Iblis-iblis itu? Apakah mereka mati, binasa, atau tewas juga? TIDAK!! Mereka tidak mati karena nasib mereka masih sama yaitu mereka akan dibuang di dalam dapur api yang menyala-nyala. Mungkin ada juga yang bertanya, “Mengapa Yesus membiarkan Iblis-iblis ini memusnahkan kawanan babi itu? Pertanyaan ini tidak dapat saya jawab, tetapi mungkin, para pemilik babi-babi ini adalah orang-orang Yahudi yang tahu betul bahwa babi adalah binatang haram, tidak boleh dipelihara dan dimakan. Tetapi orang-orang ini telah melanggar hukum Yahudi. Itu sebabnya Yesus membiarkan kawanan Iblis itu masuk ke dalam babi yang menyebabkan babi-babi itu kemudian mati - adalah sebagai hukuman kepada mereka. Mari kita baca ayat 14-17: (14) “Maka larilah penjagapenjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. (15) Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. (16) Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babibabi itu. (17) Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.” Para penjaga babi itu kemudian lari dalam ketakutan untuk melaporkan kejadian yang baru saja mereka saksikan kepada orang-orang di dalam kota dan kampung-kampung di sekitarnya. Tetapi gantinya mereka menjadi senang karena orang yang dirasuk setan itu kini telah duduk dengan tenang dalam keadaan waras dan sudah mengenakan pakaian, mereka malah meminta Yesus untuk meninggalkan daerah itu. Saudara, bukankah hal itu sesuatu yang menyedihkan? Gantinya mereka bersama orang yang disembuhkan itu merayakan suatu kemenangan atas kehadiran seorang ‘Raja,’ mereka takut dan tinggal dalam kekhawatiran serta kebutaan rohani mereka. Mereka tidak ingin berurusan dengan Yesus. Di ayat 18 dicatat bahwa, ‘dengan segera Yesus beranjak untuk masuk ke dalam perahu dan pergi.’ Yesus adalah pribadi yang Suci dan banyak orang tidak suka mempunyai hubungan dengan kesucianNya. Ada begitu banyak orang yang lebih suka tinggal di dalam ke dalaman dosa. Walaupun mereka takut akan penghakimanNya, tetapi mereka lebih suka untuk tidak bertobat dari segala kejahatan yang memenuhi kehidupan mereka. Namun bagi orang-orang percaya yang sejati di satu pihak, mereka bertumbuh di dalam kebencian mereka terhadap dosa oleh karena mereka ingin menjadi lebih seperti Yesus setiap hari. Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Kalau itu menjadi akhir dari kisah ini, maka kita dapat sebutkan bahwa kisah ini mempunyai akhir yang menyedihkan. Tetapi ini bukanlah akhir dari kisah dramatis itu. Ada reaksi spiritual yang terjadi dari seseorang yang bertemu dengan Yesus. Ayat 19 dan 20 mengatakan bahwa orang yang dirasuk setan tetapi telah disembuhkan oleh Yesus itu kemudian sangat berterima kasih dan berulang kali meminta kepada Yesus agar diijinkan pergi bersama Dia. Kalau saudara perhatikan, semua permintaan yang diajukan kepada Yesus hari itu dipenuhi, kecuali satu yaitu permintaan orang yang disembuhkan itu. Mengapa? Karena Yesus mempunyai satu rencana yang lebih besar bagi orang ini. Yesus meminta dia untuk menjadi pembawa ‘Berita Kesukaan’ (Injil) kepada orang-orang sekampungnya yang telah menolak Yesus. Ceriterakan kepada 7 mereka tentang keAgungan Allah dan Kebesaran Rahmat dan KasihNya. Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk melepaskan kita dari kuasa Iblis saja, tetapi dari segala bentuk kuasa kegelapan. Memang benar semua kuasa kegelapan bersumber kepada Iblis, tetapi saya ingin agar saudara melihat bahwa orang ini pindah dari Kerajaan Kegelapan kepada Kerajaan Terang. Ia adalah makhluk yang baru yang benar telah dilepaskan dari kuasa kejahatan dan kuasa dosa setelah pertemuannya dengan Yesus. Jika saudara ingin mengalami perubahan yang serupa dapat terjadi di dalam kehidupan saudara, temuilah Yesus dan ijinkan dia menghuni di dalam kehidupan saudara. *** Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Pilipi 4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah. Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. 1 Tesalonika 5:16 Bersukacitalah senantiasa. B ertemu seorang sahabat akan selalu menggembirakan. Kabar mengenai keluarga, kabar tentang taman-teman dulu di SMA, berita suksesnya si Mience padahal dulu di sekolah dulu adalah siswa yang selalu menyendiri, kabar kabari dikampung halaman semuanya sangat menggembirakan. “Tapi kamu koq kelihatan muda terus masih sama seperti dulu, tetap gembira seperti hidup ini tanpa beban, apa sih rahasianya”? Dengan ketawa berderai-derai dijawabnya singkat, karena itu pilihan saya, saya memilih bersukacita. Benar, menjadi tua itu alamiah tetapi tetap bersukacita adalah pilihan. Lebih lanjut ia mengutarakan kebiasaannya bahwa ketika ia bangun tidur langsung saja di tekadkan ‘saya memilih gembira hari ini”. Macet di jalan, pekerjaan menumpuk panjang seperti rel kereta atau hari hujanmengguyur maupun menyengat panas pilihan sudah jelas ‘tetap gembira’. Bersukacitalah senantiasa adalah ajakan Firman Tuhan untuk mempunyai sikap yang tetap. Sikap ini tidak bersifat 8 sementara tetapi berkelanjutan, tidak berakhir pada suatu situasi, sepanjang waktu, tidak bersyarat tetapi permanen. Bersukacita dalam Tuhan disemua keadaan sebab ada kasih Tuhan sebab kita telah di tebus, kita telah di selamatkan, kita adalah anak Tuhan. Bersukacita itu dibedakan dengan Senang. Alkitab menggunakan kata sukacita – rejoice dalam menunjukkan keadaan orang yang gembira didalam Tuhan bukannya senang – happy. Banyak kali kita mendengar sapaan tulus pembuka pembicaraan How are you – I’m fine – are you happy? Bila seseorang bersuka sebab menerima hadiah, mendapat makanan yang sesuai selera itu adalah situasional. Sama halnya ketika terjadi perubahan kurs uang yaitu dollar melemah terhadap rupiah dipagi hari tetapi menguat kembali di sore hari maka keadaan gembiranya seperti yoyo yang naik turun. Bila ada sukacita didalam diri seseorang maka sikap yang muncul dalam keseharian tingkah laku akan berbeda dengan orang lain. Betul, bahwa dalam kehidupan ini ada banyak kesedihan, kesukaran, masalah maupun tantangan yang dihadapi tapi mereka yang mempunyai sukacita didalam Kristus akan menghadapinya dengan tegar, senyum, sabar, ulet bahkan bersifat positif. Sudah pasti tidak akan kenal menyerah Edisi 310 – 3 Oktober 2014 apalagi putus asa karena meyakini tuntunan Tuhan bahwa bila sebuah pintu tertutup tentu akan ada jendela yang terbuka. Mereka yang bersukacita akan tidak gampang berhenti tetapi lebih mudah mendapat jalan keluar serta merumuskan solusi terbaik disetiap tantangan. Kenapa? Itu karena mereka yang bersukacita didalam Tuhan akan selalu mempunyai hubungan erat dengan Tuhan. Lihatlah beberapa kebiasaan baik Raja Daud. Maz 119:147 Pagi-pagi buta aku bangun dan berteriak minta tolong; aku berharap kepada firman-Mu. Mazmur 5:4 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. Mazmur 59:17 Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Mazmur 143:8 Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepadaMulah kuangkat jiwaku. Mazmur 3:22, 23 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! Memulai hari yang baru dengan Tuhan sangatlah penting karena itu akan mengatur ‘setting’ perjalanan sepanjang hari. Evangelist Charles Finney mengatakan bahwa Prayer bathes the soul in an atmosphere of the divine presence. Bagaimana anda melangkah kehari yang baru. Hadapi dengan seadanya? Jalani tanpa beban sebagaimana air mengalir? Atau, nanti sajalah dilihat bagaimana. Banyak pilihan untuk bersikap tapi anjuran terbaik datang dari Firman Tuhan sehingga dalam situasi apapun sikap yang akan diambil adalah … Saya Memilih Bersukacita didalam Yesus... *** Namun, Kekristenan secara serius dipisahkan berkenaan dengan keabsahan hukum Sabat bagi orang-orang Kristen yang percaya. Orang-orang Advent percaya bahwa tidak ada bukti yang jelas di Perjanjian baru menyokong gagasan bahwa pemeliharaan Sabat Alkitab sudah dirobah kepada pemeliharan hari Minggu. Kita akui bahwa perobahan terjadi segera sesudah zaman kerasulan, tetapi satu pengujian terhadap perikop-perikop Perjanjian Baru berkaitan pokok tersebut menyatakan bahwa perintah Sabat sudah dipeliharakan oleh gereja kerasulan. Artikel Rohani BIBLICAL SABBATH: ADVENTIST PERSPECTIVE (SABAT ALKITAB: PERSPEKTIF ADVENT) Oleh: Ángel Manuel Rodríguez, Ph.D, (Mantan Direktur Lembaga Penelitian Alkitab Dari General Conference) Satu Makalah Yang Dipaparkan Pada Percakapan Antara Advent dan Katholik, Mei 2002 di John Knox Center di Jenewa, Swiss (Diterjemahkan Oleh: Pdt. Kalvein Mongkau, S.Ag) A. Orang-Orang Kristen Yahudi dan Pemeliharan Sabat Nampaknya ada persetujuan yang berkembang luas di antara para sarjana Alkitab bahwa orang-orang Kristen asal Yahudi pada zaman Perjanjian Baru memelihara Sabat. Namun demikian adalah keharusan kita untuk meringkaskan bukti agar dapat menelaah implikasi-implikasinya. 1. Lanjutan …. KEKEKALAN HUKUM SABAT Tidak ada isyarat-isyarat di dalam Perjanjian Lama bahwa Hukum Sabat, sebagaimana yang dilestarikan di Dekalog (Dasa Titah), sudah diakhiri atau dimodifikasi. 9 Yesus dan Sabat Kita harus mulai dengan Yesus. Lukas 4:16 menyatakan bahwa Yesus datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan “menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.” Adalah tak relevan apakah seseorang mengambil frase “menurut kebiasaan-Nya” untuk merujuk kepada kebiasaan Yesus mengajar di dalam sinagog (tempat ibadah Yahudi, Lukas 4:15)1 atau praktek-Nya pergi ke sinagog selama 1 E.g., I. Howard Marshall, The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek Text (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1978), hlm. 181; John Nolland, Luke 1-9:20 (Dallas, TX: Word, 1989), hlm. 195; dan B. Chilton, "Announcement in Mazara: An Analysis of Luke 4:1621," dalam Gospel Perspectives: Studies of History and Tradition in the Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Sabat.2 Tetap menjadi kenyataan bahwa perikop itu sedang menyatakan, di dalam persetujuan dengan bukti dari Perjanjian Baru, bahwa “Yesus berpartisipasi di dalam peribadatan sabat,”3 yaitu mengatakan bahwa, Ia adalah penurut hukum. Injil-injil mendemonstrasikan bahwa Yesus tidak mengantisipasi pembatalan atau modifikasi hukum Sabat selama pelayanan-Nya atau sesudah kebangkitan-Nya. Terbukti perkataan yang ditemukan dalam Matius 24:20— “Berdoalah supaya pada waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat”— menyarankan bahwa Ia mengharapkan murid-murid-Nya memelihara Sabat lama sesudah kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga.4 Orang-orang Kristen didesak untuk berdoa bahwa Four Gospels, vol. 2, diedit oleh R. T. France and D. Wenham (Sheffield: JSOT Press, 1981), hlm. 152-53. Max M. B. Turner, "The Sabbath, Sunday, and the Law in Luke/Acts," dalam From Sabbath to Lord's Day, diedit oleh D. A. Carson (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1982), hlm. 103, berargumen bahwa referensi itu secara utama adalah kepada kebiasaan mengajar Yesus di dalam sinagog perikop tersebut menyediakan “sedikit bukti komitmen teologis demi Yesus…kepada peribadatan Sabat.” Perbedaan yang Ia sedang buat mengisyaratkan bahwa pada pelayananNya yang paling awal Yesus sudah memutuskan bahwa Hukum Sabat tidak lagi mengikat Dia dan para pengikut-Nya, tetapi tidak ada bukti yang menyokong spekulasi ini. Seperti yang kita lihat bahwa pertentangan-pertentangan mengenai Sabat antara Yesus dan orang-orang Yahudi tidak menyokong kesimpulan ini. Satu kemungkinan dari jawaban-jawaban terbaik kepada bentuk alasan ini datang dari Paul Jewett: Ada sedikit keragu-raguan, kemudian, bahwa Yesus, sebagai seorang Yahudi yang berserah sungguh-sungguh, memelihara Sabat. Untuk mengistimewahkan Dia sebagai sang innovator (pembaharu) besar, yang mengesampingkan di dalam nama kebebasan, untuk membuat ulang Yesus di dalam citra Pencerahan. (The Lord's Day [Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1971], hlm. 34-35). 2 E.g., Gerhard F. Hasel, "Sabbath," dalam Anchor Bible Dictionary, vol. 5, hlm. 854; Leon Morris, Luke (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1988), hlm. 115; and Walter L. Liefeld, "Luke," dalam Expositor's Bible Commentary, vol. 8, diedit oleh Frank E. Gaebelein (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1984), hlm. 866. 3 W. Beilner, "Sabbaton sabbath; week," dalam Exegetical Dictionary of the NT, vol. 3, diedit oleh Horst Balz and Gerhard Schneider (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1993), hlm. 220; and Walter Specht, "Sabbath in the NT," hlm. 94. Itu sudah diargumentasikan oleh Heather A. McKay, Sabbath and Sinagogue: The Question of Sabbath Worship in ancient Judaism (Leiden: Brill, 2001), bahwa sinagog tidak dianggap menjadi sebuah tempat ibadah sebelum abad ke-3 dari Zaman Kristen. Pieter W. van der Horst, "Was de sinagogue voor 70 een plaats van eredients op sabbat?" Bijdragen (1999): 125-146, sudah mendemonstrasikan bahwa sinagog adalah sebuah tempat ibadah sebelum tahun 70 M. 4 Penyelidikan yang terbaru dari perkataan ini disediakan oleh Yong-Eui Yang, Jesus and the Sabbath in Matthew's Gospel (Sheffield: Academic Press, 1997), hlm. 230-241. Ia mendaftarkan sembilan penafsiran Sabat dari perikop ini, mengevaluasi kesemuanya dan menyimpulkan bahwa pandangan terbaik yaitu bahwa itu sedang merujuk kepada rintangan-rintangan fisik serius yang hendak membuat penerbangan selama Sabat sulit bagi orang-orang percaya Kristen (contohnya, pintu gerbang kota harus ditutup, sulit mendapatkan persediaan-persediaan, pengeskorsan pelayanan-pelayanan perjalanan). Tetapi kesulitan-kesulitan tersebut sudah dilebih-lebihkan olehnya. William H. Shea bereaksi, "Rintangan-rintangan fisik kepada sebuah penerbangan yang bersifat mendesak pada hari Sabat sudah seharusnya dikurangi. Orang dari dalam Yerusalem harus dapat keluar dari dalam kota melalui gerbang Timur kaabah yang juga bertindak sebagai gerbanggerbang kota. Gerbang-gerbang lain mungkin dibuka di masa damai 10 masa pelarian mereka hendaknya jangan terjadi pada hari Sabat terhadap penghormatan bagi pemeliharaan mereka terhadap hari itu. Mereka dapat saja melarikan diri pada hari itu jika mereka mau, tetapi mereka berdoa supaya mereka jangan melakukannya agar supaya dapat memelihara hari itu sebagi hari perhentian dan hari ibadah, bukan hari perjalanan.” 5 Pertentangan-pertentangan antara Yesus dan orang-orang Yahudi juga mengindikasikan bahwa Ia tidak sedang mengenyampingkan Sabat atau menunjuk kepada waktu ketika itu akan diubah ke dalam sesuatu yang lain. Penyelidikanpenyelidikan sudah menunjukkan bahwa sebelum tahun 70 masehi salah satu isyu yang paling penting dari diskusi berkenaan Sabat di kalangan Yahudi justru adalah apa yang dapat terjadi selama Sabat.6 Diskusi-diskusi dan ketidaksetujuan-ketidaksetujuan tersebut tidak dimaksudkan terhadap pertanyaan keabsahan hukum Sabat. Yesus menyapa isyu tersebut agar dapat membebaskan Sabat dari aturan-aturan yang ditimpakan ke atasnya oleh tradisi-tradisi Yahudi. Marilah kita menguji secara ringkas perikop-perikop yang menjelaskan pertentangan-pertentangan tercatat dalam Markus dengan paralelnya dalam Matius dan Lukas. Markus 2:23-26//Matius12:1-8//Lukas 6:1-5: Muridmurid sedang berjalan melalui ladang-ladang gandum pada hari Sabat lalu memetik ujung-ujung gandum tersebut dan memakannya ketika orang-orang Farisi menuduh mereka dan Yesus sedang melanggar Sabat. Torah melarang menuai selama Sabat (Kel 34:21), tetapi itu akan menjadi sulit untuk berargumen bahwa murid-murid adalah para petani yang untuk mengijinkan para penyembah untuk mengambil rute yang sangat langsung ke daerah kaabah . . . Ketika ‘rintangan-rintangan fisik’ yang nyata dipelajari secara terperinci dan tidak tertinggal di dalam keadaankeadaan yang umum, itu dapat terlihat, bahwa hal-hal ini bukanlah anggapan-anggapan pokok di dalam menentukan apakah melarikan diri pada hari Sabat atau tidak” ("The Sabbath on Matthew 24:20," manuskrip tak diterbitkan, n.d.). Adalah lebih baik untuk berhati-hati dan menyimpulkan bahwa, “Sementara maksud rujukkan kepada Sabat itu benar-benar jelas, mungkin apa yang diartikan adalah sebuah argumen penerbangan pada hari Sabat hendak menjadikan pemeliharan hari Sabat mustahil untuk dilakukan. . . Hal ini rupanya masih akan menjadi sebuah pokok yang serius bagi keanggotaan Kristen-Yahudi dari gereja di zaman Matius.” (Donald A. Hagner, Matthew 14-28 [Dallas, TX: Word, 1995], hlm.702); cf. Daniel A. J. Harrington, The Gospel of Matthew (Collegeville, MN: Liturgical Press, 1991), hlm. 337, yang berkomentar bahwa “bagi Matius dan pemeliharaan Sabatnya komunitasnya tetap teretingal sebagai isyu yang hidup.” Lihat juga komentarnya berjudul "Sabbath Tensions: Matthew 12:1-14 and Other New Testament Texts,"dalam The Sabbath in Jewish and Christian Traditions, diedit oleh Tamara C. Eskenazi, Daniel J. Harrington, William H. Shea (New York: Crossroad, 1991), hlm. 56, di mana ia nyatakan secara jelas, “Ketegasan Matius terhadap ‘Sabat’ mengisyaratkan bahwa komunitas Matius masih memelihara hari Sabat.” W. D. Davies dan Dale C. Allison, Jr., The Gospel According to Saint Matthew, vol. 3 (Edinburgh: T & T Clark, 1997), hlm. 350, menyarankan bahwa di dalam Matius Sabat masih kuat dipelihara (lihat juga, vol. 2, hlm. 304-28). Bandingkan dengan Michel Sales, " Fulfillment of the Sabbath," hlm.38. 5 Shea, "Matthew 24:20," hlm. 11; bandingkan. Specht, "Sabbath," hlm. 103. 6 See Anthony J. Saldarini, "Comparing the Traditions: New Testament and Rabbinic Judaism," Bulletin for Biblical Research 7 (1997):197-199. Edisi 310 – 3 Oktober 2014 sedang menuai selama Sabat.7 Hukum mengijinkan memetik bulir-bulir gandum dari sesuatu ladang (Ulangan 23:26), tetapi itu dilarang oleh orang-orang Yahudi selama Sabat.8 Menurut orang-orang Farisi Yesus dan murid-murid sudah melanggar halakah Yahudi.9 Agar supaya membenarkan perilaku murid-murid Yesus merujuk kepada dua kasus pengecualian; kasus yang satu berkaitan dengan Daud dan yang lainnya berkaitan dengan imam-imam dan kaabah. Referensi yang paling kepada Daud digunakan untuk menunjukkan penyediaan itu bagi kebutuhan manusia dapat berada dalam keadaan mengesampingkan hukum.10 Ini disokong oleh perkataan di ayat 27, “Sabat dijadikan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” Matius menambahkan pengalaman imam-imam yang melayani di kaabah selama Sabat (Matius 12:5). Maksudnya adalah bahwa jika imam-imam tidak bersalah melanggar Sabat, lebihlebih lagi murid-murid tak bersalah, yang sedang ‘melayani Yesus, “‘Oknum yang lebih besar dari kaabah.’” 11 Buktinya, Markus menyatakan bahwa Yesus, dalah “Tuhan atas hari Sabat,” itulah yang dikatakannya, adalah ia yang menentukan 7 D. A Carson, "Jesus and the Sabbath in the Four Gospels," hlm. 61, berkomentar, “Di dalam contoh ini murid-murid adalah bukan para petani maupun ibu rumah tangga yang sedang mencoba untuk memasukan di dalam sedikit kelebihan waktu secara diam-diam, mereka adalah mantan nelayan dan mantan pebisnis, para pengkhotbah keliling yang tidak sedang melakukan kekeliruan apa-apa.” Lihat juga Henry Efferin, "The Sabbath Controversy Based on Matthew 12:1-8," Stulos Theological Journal 1 (May 1993):44 yang menyarankan, “Sebenarnya murid-murid sedang memetik gandum pada hari Sabat, sebagai sesuatu yang dilarang oleh Hukum (Exod 34:21), tetapi agaknya itu sedang memuaskan rasa lapar mereka menurut persediaan dari Ulangan 23:25." 8 W. Beilner, "Sabbaton sabbath; week," hlm. 220; see, M.Sabb. 7:2, and Yang, Jesus and the Sabbath, hlm. 174. 9 See John Mark Hicks, "The Sabbath Controversy in Matthew: An Exegesis of Matthew 12:1-14," Restoration Quarterly 27 (1984):81, berkomentar bahwa tuduhan-tuduhan orang-orang Yahudi “tidak didasarkan secara langsung pada Torah, tetapi itu berakar di dalam tradisi lisan.” 10 Specht, "Sabbath in the NT," hlm. 95, and Harrington, "Sabbath Tension," hlm. 48. Itu sudah diargumentasikan bahwa oleh karena Markus tidak mengatakan bahwa murid-murid lapar berhubungan dengan kebutuhan makanan dari Daud dan para prajuritnya tidaklah jelas. Oleh karena saran kita, itu diargumentasikan, itu tidak sah (contohnya, S. Westerholm, "Sabbath," dalam Dictionary of Jesus and the Gospels, diedit oleh Joel B. Green and Scot McKnight [Downers Grove, IL: InterVarsity, 1992], hlm. 717). Tetapi argumen itu secara serius dilemahkan oleh bukti bahwa murid-murid secara jelas lapar dan di dalam kebutuhan makanan, seperti yang dibuat di dalam Matius 12:1. Kita tidak akan menolak bahwa rujukkan kepada Daud mungkin juga memiliki beberapa implikasi Kristologis yang penting, hlm. 175-176). 11 Davis and Allison, Matthew, vol. 2, hlm. 313. Inilah kasus di mana pertentangan mengenai Sabat menyediakan kesempatan bagi Yesus untuk membangkitkan pertanyaan otoritas (ini diargumentasikan, di antara yang lainnya, oleh Yang, Jesus and the Sabbath, hlm.180-181). Yang pergi terlalu jauh saat ia menyimpulkan bahwa Yesus mengenapi makna tipologis dari kaabah dan Sabat, sehingga memenuhi tujuan akhir dari Perjanjian Lama (hlm. 109, 182). Di dalam cerita diskusi bukanlah apakah Sabat itu di dalam beberapa cara yang sah atau tidak sah untuk murid-murid tetapi tentang tradisi-tradisi Yahudi dan otoritas Yesus untuk mendefinisikan secara wajar pemeliharaan Sabat. 11 bagaimana Sabat itu harus dipelihara.12 Tetapi tidak ada lagi untuk itu. Pernyataan tersebut “bukan hanya menegaskan otoritas Yesus, Anak Manusia, untuk menafsirkan ulang hukum Sabat, tetapi menegaskan juga bahwa Sabat masih merupakan hari Allah. Dirancang untuk kesejahteraan pria dan wanita, penggunaan yang wajar akan Sabat ditentukan oleh Anak Manusia. Sebagai figur manusia, Dia yang paling baik mengetahui keperluan-keperluan manusia; sebagai figur ilahi, Dia memiliki otoritas mengatakan bagaimana hari Tuhan harus digunakan.13 Bersambung…. 12 Contohnya lihat, Hicks, "Sabbath Controversy," hlm. 89. Menurut Yang, dalam ulasannya berjudul Jesus and Sabbath, seseorang dapat menemukan di dalam Perjanjian Lama bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan atas Sabat. Secara mengejutkan, sekarang di dalam Perjanjian Baru Yesus menyatakan diriNya sendiri Tuhan atas Hari Sabat. Ia tetap berargumen bahwa Ketuhanan Yesus terhadap Sabat mengimplikasikan bahwa “sekarang bahasan tentang kepentingan yang nyata adalah tidak lagi sekedar, memelihara aturan-aturan harafiah dari hukum sabat, tetapi menerima Yesus sebagai Mesias dan menerima perhentian eskatologis (= penebusan) masa kini di dalam Dia” (hlm. 193-194). Walaupun di dalam prinsip apa yang Ia sedang katakan itu benar sehingga tidak melemahkan di dalam cara kenormatifan apapun terhadap hukum Sabat. Fakta bahwa di dalam Perjanjian Lama Allah adalah Tuhan atas hari Sabat tidak kompatibel dengan pemeliharaan hukum oleh umat tersebut. 13 Williamson, Jr., Mark, hlm. 74. D. A. Carson, "Sabbath in the four Gospels," hlm. 66, berspekulasi saat ia berargumen bahwa fakta bahwa Yesus adalah Tuhan atas Sabat “membangkitkan kemungkinan perobahan masa depan atau penafsiran kembali Sabat, di dalam cara yang sama secara jelas bahwa keuperioran-Nya atas Kaabah membangkitkan kemungkinan-kemungkinan tertentu tentang hukum upacara. Tidaka ada ulasan tererinci dari sifat alami hukum upacara itu yang dieja di sini, tetapi ayat itu membangkitkan pengharapan.” Spekulasi tersebut tidak disokong oleh teks. Berkenaan dengan kaabah, Yesus memperjelas bahwa kaabah dan pelayanan-pelayanannya akan berakhir melalui institusi dari satu sistem perbaktian baru dan kehancuran nyata dari bangunan itu (Yoh. 4:21-24; bandingkan Mat. 24:1-2), tetapi tidak pernah mengatakan sesuatu yang sama berkenaan dengan Sabat. Lihat juga Efferin, "Sabbath Controversy," hlm. 47-48, yng menyatakan, “Jadi isyu di sini bukan apakah atau tidak kita harus mempertahankan Sabat, tetapi bahwa Sabat harus diuji kembali di dalam terang motivasi Kristen. Yesus sendiri memelihara Sabat di dalam kesukaan yang rajin (Luke 4:16), dan ibadah adalah nafas jiwa-Nya.” Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Isu besar apa yang sebenarnya terjadi yang hendak di gambarkan oleh kalimat ini? Artikel Rohani Terlihat kalimat itu menggambarkan keduanya tidak terpisah… tetapi apakah hal itu menyatakan bahwa keduanya hanya sekedar bersama-sama? Ataukah ada yang lebih dari itu? Jika hanya sekedar bersama-sama maka kata “dan” sudah cukup menggambarkannya. Namun marilah kita perhatikan lebih jauh. Meta pesan besar apa yang hendak disampaikan? Itu adalah sebuah peristiwa penyatuan keduanya antara Kristus dan “mereka” yang melebihi peristiwa sekedar bersama-sama. Hal itu dapat kita lihat melalui ayat di bawahini. MENDALAMI BERSAMA PEKABARAN AJARAN DASAR GMAHK MELALUI WAHYU 14:12 “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Efesus 5:31, 32 Mari kita perhatikan beberapa hal yang digambarkan oleh Alkitab tentang hubungan penyatuan Kristus dan Jemaat-Nya. 1. Bagian VI Istilah Immanuel Dalam perjanjian baru peristiwa penyatuan tak terpisahkan antara Kristus dan jemaat-Nya itu kita kenal dengan istilah “Immanuel”: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.” Matius 1:23 Iman Yesus Oleh : Sonny Maromon, STh. Healing Way Indonesia 2. Lanjutan… Fokus Pada Kalimat Kedua Dalam Wahyu 14:12 Sejauh ini setelah kita melihat penjabaran observasi pada kalimat kedua dalam Wahyu 14:12, kita akan melihat focus sesungguhnya dari kalimat ini. Untuk itu marilah kita perhatikan dengan lebih jelas kalimat ini melalui observasi pertanyaan “they that keep the commandments of God, namely the faith of Jesus” Istilah Bait Suci Dalam perjanjian lama peristiwa penyatuan itu kita kenal dengan istilah “Bait Suci” di mana Allah tidak terpisahkan dengan jemaat-Nya. “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” Keluaran 25:8 Lebih jauh lagi Alkitab menggambarkan tentang bait suci ini dalam Perjanjian Baru melalui ayat di bawah ini: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” 1 Kor 3:16 Bagaimana mungkin “mereka yang menuruti perintah-perintah Allah adalah iman-Nya Yesus? Bagaimana mungkin “mereka” tetapi itu adalah “Yesus”? 12 Kata Bait Suci pada ayat ini di dalam bahasa Yunani nya menggunakan istilah “Naos”. Istilah ini merujuk kepada pengertian ruang Bilik yang Mahasuci di mana cahaya Hadirat Ilahi (shekinah) berada. Dan luar biasanya lagi sasaran dari kata naos ini ditujukan kepada kita yang pada dasarnya adalah manusia Edisi 310 – 3 Oktober 2014 pendosa. Oh betapa tidak layaknya manusia pendosa untuk mendapatkan berkat ini, betapa tidak berdayanya manusia dalam mengalami kenyataan ini, namun manusia mengalaminya. 3. Peristiwa penjelmaan Yesus Alkitab kembali memberikan gambaran betapa dekatnya hubungan Kristus dengan jemaat-Nya sebagai tujuan-Nya pernyataan gambaran penjelmaan Yesus menjadi manusia: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Selanjutnya kita juga bisa renungkan peristiwa Filipi 2:6-11 diakibatkan karena dosa oleh pendosa itu sendiri. Penyatuan kekal dari sebuah keterpisahan kekal antara Ilahi dan pendosa menyatakan adanya sebuah kekuatan kekal yang terjadi untuk penyatuan itu. Salib menyatakan ketidak layakan pendosa terhadap suatu berkat luar biasa dari Ilahi, salib menyatakan ketidak berdayaan manusia pendosa saat bersama dengan Ilahi, Salib menyatakan Kekuatan Ilahi untuk membuat semuanya menjadi mungkin. Salib Itulah kekuatan Ilahi. 1Co 1:18 “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” 1Co 1:24 “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” Php2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Php2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Php2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Php2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, Php2:10 supaya dalam namaYesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, Php2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Istilah inilah yang kita jadikan sebagai focus Interpretasi pada frasa ini yaitu “SALIB” Itulah peristiwa yang kita bisa kenal dengan ayat yang sudah lazim bagi kita Yohanes 3:16 Selanjutnya kita akan lanjutkan dengan mengobservasi kalimat “ yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus” Joh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kristus tidak hanya sekedar bersama dengan mereka tetapi Kristus bersatu dengan mereka. Kenyataan peristiwa penyatuan Kristus kepada jemaat inilah yang membuat semuanya menjadi mungkin. Di sanalah letak kekuatan yang menyebabkan keduanya dapat bersama-sama dan memunginkan mereka dapat menuruti hukum-hukum Allah. Sebab bukan mereka tetapi Kristus di dalam mereka. Mereka tidak berdaya, tetapi Kristus adalah Kekuatan Allah (Roma 1:16, I Korintus 1:18). Melalui gambaran ini, kita dapat melihat kepada satu istilah kata penyatuan kekal Ilahi dan pendosa melalui gambaran tentang “salib”. Salib adalah sebuah penyatuan kekal antara Ilahi dan manusia oleh Yesus dari keterpisahan yang 13 Kenyataan SALIB itulah yang dapat membuat “mereka” dapat menuruti perintah-perintah Allah melalui iman-Nya Yesus. Interpretasi terhadap Kalimat “they that keep the commandments of God, namely the faith of Jesus” dengan lebih jelas melalui observasi pertanyaan… Yesus sedang menyatu dengan mereka, Yesus yang melakukannya untuk mereka dari awal sampai seterusnya, dan mereka membiarkan Yesus melakukan hukum-hukum itu bagi mereka. Itulah penyataan salib yang sedang terjadi, Itulah Kekuatan Ilahi yang terjadi kepada mereka. Bersambung…. Edisi 310 – 3 Oktober 2014 menang. Wasit duduk dekat gawang, supaya mereka boleh memperhatikan pertandingan itu dari permulaan sampai kepada akhirnya dan memberikan hadiah kepada pemenang yang benar. Jika seorang mencapai tujuan lebih dulu dengan cara yang tidak sah ia tidak diberi hadiah. Dipanggil untuk Mencapai Standar yang Lebih Tinggi Kisah Para Rasul - Ellen G. White Lanjutan….. alam pengharapan untuk menekankan dengan jelas ke atas pikiran orang-orang percaya di Korintus penting pengendalian diri yang ketat, dan semangat yang tak kunjung padam dalam pelayanan Kristus, Paulus di dalam suratnya kepada mereka mengadakan perbandingan yang mencolok antara peperangan orang Kristen dan perlombaan lari yang diadakan sewaktu-waktu dekat Korintus. Dari segala permainan yang didirikan di antara orang-orang Yunani dan orang-orang Roma, perlombaan lari adalah yang paling kuno dan dianggap paling tinggi. Perlombaan itu disaksikan oleh raja-raja, bangsawan-bangsawan, dan negarawan-negarawan. Orang muda yang berpangkat dan kaya mengambil bagian daripadanya dan tidak mundur dari segala usaha atau disiplin yang perlu untuk memperoleh hadiah. D Perlombaan-perlombaan diatur dengan peraturan yang ketat, dari mana tidak ada naik banding. Mereka yang menginginkan namanya dimasukkan sebagai peserta untuk mendapat hadiah harus lebih dulu mengalami ujian pendahuluan yang ketat. Kegemaran dari nafsu makan yang berbahaya atau pemanjaan yang lain yang akan menurunkan kuasa pikiran dan fisik, dilarang keras. Seseorang yang mempunyai pengharapan kemajuan dalam ujian kekuatan dan kecepatan ini, otot-otot harus kuat dan luwes, dan urat saraf harus dikontrol dengan baik. Setiap gerakan haruslah pasti, setiap langkah cepat dan tidak menyimpang; kuasa-kuasa badani harus mencapai tujuan yang tertinggi. Sementara orang-orang yang bertanding dalam perlombaan mengadakan penampilan mereka di hadapan orang banyak yang menyaksikan, nama mereka diumumkan, dan peraturan pertandingan diberitahukan dengan jelas. Kemudian mereka semua berangkat bersama-sama, perhatian yang tertentu dari para penonton mengilhami mereka dengan suatu tekad untuk 14 Dalam pertandingan ini risiko yang besar dihadapi. Ada orang yang tidak pernah sembuh dari ketegangan jasmani yang hebat. Tidaklah luar biasa bagi seorang untuk jatuh di jalan, berdarah di mulut dan di hidung, dan kadang-kadang seorang yang bertanding akan jatuh mati bila hampir mendapat hadiah. Tetapi kemungkinan menderita seumur hidup atau mati tidak dipandang sebagai suatu risiko terlalu besar untuk kepentingan kehormatan yang dikaruniakan kepada seorang yang berhasil dalam pertandingan. Sementara pemenang mencapai tujuan, tepuk tangan orang banyak yang menonton membelah angkasa dan membangkitkan gema dari bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengelilinginya. Dalam pandangan penuh penonton-penonton, wasit mempersembahkan kepadanya lambang-lambang kemenangan, suatu mahkota kemenangan dan suatu pelepah palem untuk diserahkan ke tangan kanannya. Kepujiannya dinyanyikan di seluruh negeri itu; orang tuanya menerima bagian kehormatan mereka; sedangkan kota di mana ia tinggal sangat dihormati karena telah menghasilkan seorang olahragawan yang begitu besar. Dalam mengutip tentang perlombaan-perlombaan ini sebagai suatu lambang peperangan Kristen, Paulus menekankan persiapan yang perlu untuk kemajuan orang-orang yang bertanding dalam perlombaan, disiplin pendahuluan, makanan yang bebas dari minuman keras, dan perlunya pertarakan. "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan," ia menyatakan, "menguasai dirinya dalam segala hal." Orang-orang yang berlari mengesampingkan setiap pemanjaan yang cenderung melemahkan kuasa badani, dengan disiplin yang keras dan terus-menerus melatih otot-otot mereka untuk menjadi kuat dan tahan lama, supaya bila hari pertandingan akan tiba, mereka boleh dikenakan beban yang paling berat kepada kekuatan mereka. Betapa lebih penting lagi orang Kristen, yang minatnya yang kekal dipertaruhkan, membawa selera dan hawa nafsu kepada penaklukan pertimbangan dan kehendak Allah! Tidak pernah ia mengizinkan perhatiannya dipisahkan oleh kepelesiran, kemewahan atau kesenangan. Segala tabiat dan hawa nafsunya harus dibawa ke dalam disiplin yang paling keras. Pertimbangan, diterangi oleh ajaran sabda Allah, dan dipimpin oleh Roh Kudus, harus memegang pengendalian hawa nafsu. Dan sesudah hal ini dilakukan, orang Kristen haruslah berusaha sedapat mungkin supaya memperoleh kemenangan. Dalam perlombaan-perlombaan orang Korintus langkah-langkah terakhir dari para peserta perlombaan diusahakan agar supaya mencapai kecepatan yang tidak berkurang. Demikian juga dengan orang Kristen, sementara ia menghampiri tujuan, akan Edisi 310 – 3 Oktober 2014 maju terus dengan semangat dan tekad yang lebih besar lagi daripada permulaan perjalanannya. Paulus mengemukakan perbandingan antara rangkaian bunga yang diterima oleh pemenang dalam perlombaan lari, dan mahkota yang tidak akan mati yang akan diberikan kepadanya yang berlari dengan kemenangan dalam perlombaan Kristen. "Mereka berbuat demikian," ia menjelaskan, "untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." Untuk memenangkan hadiah yang akan binasa, pelari-pelari Yunani tidak menghindarkan kerja keras atau disiplin. Kita bergumul untuk hadiah yang lebih berharga, yaitu mahkota hidup yang kekal. Betapa lebih teliti lagi seharusnya usaha kita, berapa banyak lagi kerinduan pengorbanan dan penyangkalan diri kita! Dalam suratan kepada orang Ibrani ditentukan maksud sepenuh hati yang harus menjadi ciri perlombaan orang Kristen untuk hidup kekal: ". . . Marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan.... " Ibrani 12:1, 2. Cemburu, kebencian, sangka-sangka jahat, berbicara yang jahat, loba, inilah beban yang orang Kristen harus tinggalkan, kalau ia mau berlari dengan berhasil dalam perlombaan yang kekal. Setiap kebiasaan yang memimpin kepada dosa dan membawa malu kepada Kristus harus disingkirkan, apa pun pengorbanannya. Berkat surga tidak dapat menyertai seseorang yang melanggar prinsip-prinsip kebenaran yang kekal. Satu dosa yang disimpan dalam hati sudah cukup untuk merendahkan tabiat dan menyesatkan orang lain. "Dan jika tanganmu menyesatkan engkau," Juruselamat mengatakan, "penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tidak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka." Markus 9:43, 45. Jika hendak menyelamatkan tubuh dari kematian, kaki dan tangan harus dipotong, atau mata bila perlu dicungkil, betapa seharusnya kesungguhan orang Kristen membuang dosa, yang membawa kematian kepada jiwa. Para peserta pertandingan pada zaman purba, telah tunduk kepada penyangkalan diri dan disiplin yang keras, tidak mengetahui dengan pasti apakah beroleh kemenangan atau tidak: Paulus berkata, "Tiadakah kamu mengetahui, bahwa mereka semua berlari dalam perlombaan itu, tetapi hanya seorang yang menerima hadiah? Walaupun keinginan mereka amat besar dan para pelari sungguh-sungguh berjuang tetapi hadiah hanya untuk seorang saja. Satu tangan hanya dapat 15 menggenggam kalungan bunga yang dirindukan. Beberapa orang boleh berusaha dengan segenap kuat kuasanya untuk memperoleh hadiah, tetapi sementara mereka mengulurkan tangan untuk mencapai hadiah itu, seketika itu juga orang lain telah mendahului mereka, mungkin sudah menggenggam harta yang dirindukan itu. Bukan demikian halnya dengan orang Kristen. Tiada seorang pun yang menuruti syarat-syarat itu akan kecewa pada akhir perlombaan itu. Tidak ada seorang pun yang telah bersungguh-sungguh dan yang bertekun akan gagal untuk mencapai sukses. Perlombaan itu bukan hanya untuk orang yang tangkas, atau cepat, atau bukan hanya peperangan untuk orang kuat. Orang saleh yang lemah, demikian juga orang yang kuat, boleh memakai mahkota kemuliaan yang kekal itu. Semua orang boleh mendapat kemenangan, melalui kuasa karunia Ilahi, dengan membawa kehidupan mereka sesuai dengan kehendak Kristus. Praktik dalam seluk-beluk kehidupan meletakkan dasar dalam prinsip-prinsip firman Allah, terlalu sering dipandang tidak terlalu perlu, suatu hal yang dianggap terlalu remeh untuk mendapat perhatian. Tetapi bila dipandang dari segi persoalan itu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dianggap remeh. Tiap-tiap tingkah laku dapat menolong atau menghalangi dalam skala yang menentukan pada kehidupan yang menang atau kalah. Upah diberikan kepada mereka yang menang akan sebanding kepada kekuatan dan kesungguhan dalam perjuangan yang mereka lakukan. Rasul itu telah membandingkan dirinya dengan seorang yang sedang berlari dalam suatu perlombaan, dikerahkan setiap urat saraf untuk memenangkan hadiah itu. "Sebab itu aku bukan berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melihat tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain jangan aku sendiri ditolak." Bahwa dia bukan berlari tanpa tujuan atau secara serampangan dalam perlombaan orang Kristen, Paulus menundukkan dirinya dalam latihan yang keras. Kata-kata itu berbunyi: "Aku melatih tubuhku," arti yang sesungguhnya ialah mengalahkan hawa nafsu, keinginan hati bahkan disiplin yang kuat. Paulus sendiri khawatir, setelah memberitakan Injil kepada orang lain, kalau-kalau dia sendiri harus ditolak. Dia telah menyadari bahwa jika dia tidak mengamalkan dalam kehidupannya prinsip-prinsip apa yang dia percayai dan telah khotbahkan, usahanya untuk menolong orang lain tidak membawa faedah bagi dia. Percakapannya, pengaruhnya, penolakannya untuk tidak menyerah terhadap memuaskan diri sendiri, harus pula ditunjukkan bahwa agamanya bukan sekadar profesi, tetapi suatu hubungan yang hidup kepada Allah setiap hari. Satu tujuan telah ditetapkan jauh sebelum di hadapannya, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya, "yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan." Filipi 3:9. (30) Bersambung…. Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Kejadian 21:1-7; 22:1-18. DAPATKAH kaulihat apa yang sedang dilakukan oleh Abraham di sini? Ia memegang sebuah pisau dan kelihatannya seolah-olah ia hendak membunuh anaknya. Mengapa ia sampai berbuat demikian? Terlebih dahulu, mari kita lihat bagaimana Abraham dan Sarah telah memperoleh anak lelaki mereka. Setelah Allah membuat janji-Nya, setahun penuh sudah berlalu. Kemudian, ketika Abraham berumur 100 tahun dan Sarah berumur 90 tahun, mereka memperoleh seorang anak lelaki yang diberi nama Ishak. Allah telah menepati janji-Nya! Tetapi, ketika Ishak menjadi besar, Allah menguji iman Abraham. Ia memanggil, ’Abraham!’ Dan Abraham menjawab, ’Inilah saya!’ Lalu Allah berkata, ’Bawa anakmu, anakmu yang tunggal, Ishak, dan pergilah ke sebuah gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu. Di situ engkau bunuhlah anakmu dan persembahkanlah ia sebagai korban.’ Alangkah sedihnya Abraham mendengar kata-kata itu, karena Abraham sangat mengasihi anaknya. Dan ingat, Allah telah berjanji bahwa anak-anak Abraham akan tinggal di tanah Kanaan. Tetapi bagaimana hal itu dapat terjadi jika Ishak sudah meninggal? Abraham tidak mengerti, tetapi ia tetap menaati Allah. Ketika Abraham sudah sampai ke gunung, ia mengikat Ishak dan menaruhnya di atas mezbah yang ia telah buat. Setelah itu ia mengeluarkan pisau untuk membunuh anaknya. Tetapi tepat pada waktu itu malaikat Allah berseru, ’Abraham, Abraham!’ Dan Abraham menjawab, ’Inilah saya!’ ’Jangan menyakiti anakmu dan jangan kau apa-apakan dia,’ Allah berkata. ’Sekarang Aku tahu bahwa engkau beriman kepada-Ku, karena engkau rela menyerahkan anakmu, anakmu yang tunggal, kepada-Ku.’ Ingatlah, Allah telah berjanji kepada mereka, bahwa mereka akan memperoleh seorang anak lelaki. Tetapi kelihatannya tidak mungkin, karena Abraham dan Sarah sudah tua sekali. Walaupun demikian, Abraham percaya bahwa Allah sanggup melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin. Jadi apa yang telah terjadi? 16 Alangkah besarnya iman Abraham kepada Allah! Ia percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah dan bahwa Allah tentu dapat membangkitkan Ishak dari kematian. Tetapi sebenarnya Allah tidak menghendaki Abraham membunuh Ishak. Maka Ia membuat seekor domba tersangkut di semak belukar, dan Ia menyuruh Abraham mengorbankan domba itu sebagai pengganti anaknya. *** Edisi 310 – 3 Oktober 2014 Ratusan orang sedang bersiap menyaksikan pertunjukan seorang ahli berjalan di atas tali yang diikat di antara dua gedung tinggi sepanjang sekitar 30 meter dengan ketinggian sekitar 15 meter dari atas jalan raya. Selain tantangan harus menyeberangi tali dengan diameter hanya beberapa senti, si ahli ini harus juga mampu mengatasi tiupan angin yang cukup kencang, kengerian yang timbul dari berseliwerannya kabel listrik dan telpon di bawah tali yang dilewatinya, serta lalu lalang mobil di jalan raya. Dengan bantuan tongkat, si ahli berjalan perlahan bergerak maju. Sesekali dia harus berhenti sejenak, badan miring ke kiri ke kanan diimbangi dengan gerakan tongkat, atau bahkan harus berjongkok untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Semua orang seakan menahan napas dengan jantung berhenti berdetak melihat atraksi yang sangat mendebarkan ini. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Perlahan tapi pasti, si ahli mendekati ujung tali, dan akhirnya mencapai gedung sebelah. Pecahlah teriakan dan tepuk tangan keras dan panjang dari para penonton, seakan mereka baru saja terlepas dari suatu beban berat. 17 Atraksi tersebut diulang sampai tiga kali, dimana walaupun dengan perjuangan yang tidak mudah, si ahli dengan ketrampilan dan ketenangannya, kembali mampu melewati tali dengan selamat. Tidak ada seorangpun dari penonton yang meragukan kepiawaiannya. Mereka berseru-seru memuji dan memanggil-manggil nama si ahli. Si ahli kemudian berkata, ”Apakah kalian meragukan kemampuanku menyeberangi tali ?”. ” Tentu saja tidak ! Engkau telah membuktikannya tidak hanya sekali tetapi berkali-kali ! ” teriak para penonton. ” Jika kukatakan bahwa aku yakin mampu menyeberangkan diriku dan seorang yang lain bersama-sama di atas tali, apakah kalian mempercayainya ?”, sambung si ahli. ” Tentu saja kami percaya”, sahut para penonton. ” Baiklah kalau begitu, aku meminta salah seorang sukarelawan untuk bersama-sama denganku menyeberangi tali. Adakah yang mau bergabung denganku ? ”. Tidak ada seorangpun penonton yang mengajukan diri walaupun pertanyaan tersebut diulang berkalikali. Akhirnya si ahli memberikan insentif dengan mengatakan, ” Aku akan memberikan lima juta rupiah kepada pemberani yang bersedia ikut denganku.” Tetap saja tidak ada yang mengajukan diri bahkan walaupun hadiah ditambah menjadi sepuluh juta rupiah. Akhirnya setelah penawaran diulang beberapa kali, seorang pemuda dengan tampang takut-takut maju ke depan dan menyatakan bersedia. Sebelum mulai melangkah, si ahli memberikan beberapa petunjuk kepada si pemuda dengan penekanan bahwa si pemuda harus sepenuhnya mengikuti semua yang sudah Edisi 310 – 3 Oktober 2014 disampaikan tanpa membantah sedikitpun karena ketidakpatuhan berarti celaka dalam pertunjukan ini. Mulailah mereka berdua berjalan dengan cara si ahli berjalan di muka memegang tongkat keseimbangan, sedang si pemuda berjalan di belakangnya dengan kedua tangan memegang bahu si ahli. Sekali ini waktu terasa berjalan jauh lebih lambat dari sebelumnya. Setiap penonton seakan dapat mendengar detak jantung orang di sebelahnya. Akhirnya keduanya dapat sampai di seberang tali dengan selamat. Sekali ini sambutan dari para penonton membahana sampai lama sekali. INSPIRASI Cerita ini mengandung arti bahwa dalam kehidupan ini, ada orang-orang yang berhasil mencapai sukses dengan akumulasi upaya, keberhasilan dan kegagalan sebelumnya. Mereka mampu mengulang-ulang keberhasilan dan kesuksesan mereka seperti halnya si ahli yang mampu beberapa kali menyeberangi tali tersebut dengan selamat. Akan tetapi jangan dilupakan bahwa sebelumnya telah berkali-kali si ahli tersebut jatuh bangun dari tali terbentang dengan ketinggian rendah, tali ditinggikan sampai tali tinggi sekali. Tapi si ahli tetap terus berlatih sehingga mampu mengakumulasikan keterampilannya. Dalam kehidupan, ada dua pilihan di depan kita apakah hanya sebagai penonton melihat orang lain saja yang sukses ataukah sebagai pelaku aktif dan melihat diri kita sendiri yang sukses. Kesuksesan dan keberhasilan yang kita raih, dapat ditempuh dalam beberapa cara apakah kita jatuh bangun dengan ’trial and error’ yaitu seandainya pemuda dalam cerita di atas mencoba sendiri untuk melewati tali tanpa panduan apapun dari si ahli; atau si pemuda mendapat petunjuk dari si ahli dan kemudian mencoba melewati sendiri tali tersebut; atau si pemuda setelah mendapat petunjuk dari si ahli kemudian didampingi sehingga sukses mencapai titik seberang. Tentu saja jika kita bisa mendapatkan mentor yang tepat, saling memberikan komitmen baik , maka berbagai kesuksesan dan keberhasilan akan makin mudah kita raih dalam kehidupan ini. Jangan lupa setelah kita mencapai level kemampuan dan kualitas, jangan lupa untuk mengajak orang lainnya yang punya komitmen yang cukup, untuk sukses dan berhasil pula. Hal yang terpenting disemuanya itu adalah Menyerahkan seluruhnya pada Tuhan.. KEUANGAN Lanjutan….. KEBIJAKSANAAN PENINGKATAN DANA Berikut adalah petunjuk-petunjuk umum untuk membantu memutuskan apakah proyek yang diusulkan sesuai dengan standar atau tidak seperti yang digariskan oleh program peningkatan dana: 1. 2. 3. 4. Apakah program peningkatan dana itu telah disetujui oleh majelis gereja setempat dan Departemen Kependetaan Gereja Daerah/Konsferens ? Apakah rencana ini serasi dengan peraturan masyarakat setempat ataukah mempunyai pengaruh? Apakah program ini mengarah kepada adanya perjudian ? Akankah produk yang dijual, jika hal ini yang dilakukan, dijual untuk kepentingan pribadi dan 18 5. 6. 7. 8. tanpa adanya referensi untuk kebutuhan klub kepanduan atau klub ? Akankah uang yang diperoleh itu akan berarti ? Apakah ada klub remaja yang lain di dalam area yang sama dalam waktu yang sama sedang mencari tambahan dana juga ? Apakah sudah diyakinkan dengan kenyataan bahwa tidak ada seorangpun yang akan kehilangan pekerjaannya karena aktifitas pencarian tambahan dana ini ? Apakah program mencari tambahan dana ini melindungi karakter dari anggota klub remaja dan gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan menjauhkan Daerah/Konferens dari adanya segala persetujuan atau tanggung jawab keuangan ?