BERITA TERKINI BERITA TERKINI Cetuximab untuk Kanker Saluran Empedu Kanker saluran empedu atau kolangiokarsinoma saat ini cukup banyak ditemukan pada keganasan sistem pencernaan, terjadi pada sekitar 10-15% penderita keganasan. Perjalanan dan sebab penyakit/patogenesis masih belum diketahui secara jelas, mungkin berkaitan dengan batu empedu, radang kronis, adenoma, polip dan sebagainya. Pembedahan merupakan salah satu pilihan terapi, namun karena penyakit ini mempunyai gejala klinis dan temuan pencitraan/ imaging yang tidak spesifik, kadang sulit didiagnosa dini dan pembedahan menjadi sulit dilakukan. Oleh karena itu kemoterapi menjadi salah satu alternatif pilihan. Asam Folat dan Gangguan Pendengaran Suatu studi di Nigeria yang hasilnya dipublikasi dalam Otolaryngology - Head and Neck Surgery volume 143 (6) 2010, melihat adanya hubungan asam folat dengan gangguan hilangnya pendengaran, khususnya pada orang lanjut usia. Penelitian secara Cross-sectional berdasarkan komunitas oleh Dr. Lasisi dan rekan-rekan dari Nigeria ini melibatkan 126 pria dan wanita Nigeria berusia lebih dari 60 tahun; ditemukan kadar serum asam folat dan vitamin B12 yang rendah berhubungan cukup bermakna dengan frekuensi hilangnya pendengaran. Asam folat berperan penting dalam metabolisme seluler, sistem saraf, dan fungsi vaskuler. Penelitian dilakukan untuk menentukan hubungan antara ambang pendengaran (hearing threshold) dan kadar serum asam folat & vitamin B12 (cobalamin) diantara subyek lanjut usia (> 60 tahun) yang mengalami gangguan hilang pendengaran karena usia atau age-related hearing loss (ARHL). C DK 1 8 4 / Vo l. 38 no. 3/A p r i l 2011 Subyek dan metode penelitian meliputi orang lanjut usia sehat dengan pemeriksaan berkelanjutan rerata nada asli (pure tone average /PTA) untuk berbicara serta frekuensi tinggi dan pengukuran kadar asam folat dan cobalamin serum. Hasil studi menunjukkan nilai mean ± SD asam folat serum subyek dengan nilai PTA normal dalam frekuensi berbicara (0-30 dB) adalah 412,3 nmol/L ± 17,6 nmol/L, sedangkan di antara yang hilang pendengaran/hearing loss (HL) adalah 279,1 nmol/L ± 17,2 nmol/L (P = 0,01). Pada frekuensi tinggi, nilai mean ± SD subyek dengan PTA normal adalah 426,3 nmol/L ± 17,6 nmol/L, sedangkan yang mengalami hilang pendengaran adalah 279,14 nmol/L ± 171,2 nmol/L. Kadar cobalamin serum subyek dengan PTA normal dalam frekuensi berbicara adalah 49,7 pmol/L ± 9,4 pmol/L, sedangkan di antara yg berbicara dengan frekuensi hilang pendengaran adalah 42,6 pmol/L ± 10,2 pmol/L. Namun, untuk frekuensi tinggi nilai mean ± SD di antara subyek dengan PTA normal adalah 47,4 pmol/L ± 7,3 pmol/L, sedangkan di antara yang hilang pendengaran adalah 41,3 pmol/L ± 9,2 pmol/L. Dengan analisis Spearman's, asam folat rendah (correlation coefficient = −0,27, nilai P = 0,01) dan cyanocobalamin (correlation coefficient = −0,35, nilai P = 0,02) secara bermakna berkaitan dengan peningkatan ambang pendengaran pada frekuensi tinggi, Setelah disesuaikan dengan faktor usia, pengaruh kadar asam folat serum (correlation coefficient = −0,01, nilai P = 0,01) cukup bermakna, sedangkan vitamin B12 (correlation coefficient = −0,01, dengan P = 0,74) tidak bermakna. Kadar asam folat serum secara bermakna lebih rendah di antara orang lanjut usia dengan gangguan pendengaran. (IWA) REFERENSI: Lasisi AO, Fehintola FA, Yusuf OB. Age-related hearing loss, vitamin B12, and folate in the elderly. Otolaryngol. Head and Neck Surg. 2010; 143 (6): 826-30 213 Studi fase II regimen kombinasi Cetuximab, dengan Gemcitabine dan Oxaliplatin (GEMOX) oleh Dr. Gruenberger dkk. dari pusat kanker Vienna, Austria menunjukkan efektivitas dan keamanan yang cukup menjanjikan pada pasien kanker saluran empedu. Temuan ini dipublikasi pada jurnal The Lancet Oncology edisi Desember 2010. Peserta studi adalah pasien kanker saluran empedu yang memiliki prognosis buruk, dan sampai saat ini tidak ada kemoterapi standar. Karena itu, para peneliti menyelidiki efektivitas dan keamanan dari regimen ini sebagai obat pilihan pertama. Penelitian dimulai dari Oktober 2006 sampai Juli 2008 di satu pusat kanker di Austria, terhadap pasien kanker saluran empedu metastasis maupun kanker lanjut yang lokal serta tidak dapat direseksi. Semua pasien menerima infus Cetuximab 500 mg/m2 intravena pada hari 1, Gemcitabine 1000 mg/m2 pada hari 1, dan Oxaliplatin100 mg/m2 pada hari ke- 2, setiap 2 minggu sekali selama 12 siklus pengobatan. 214 Tujuan primer adalah Overall Response Rate (ORR). Analisis secara ITT (intention to treat). Adapun reaksi efek samping merujuk kepada kriteria toksisitas National Cancer Institute. Temuan dari 30 pasien dengan usia median 68 tahun (antara 62 - 73 tahun) dianalisis. Respons objektif terjadi pada 19 pasien (63%) dengan 95% CI 56,2 – 69,8, serta 3 di antaranya (10%) ; 95% CI : 3,2 - 16,8 dapat mencapai respon lengkap (complete response), dan 16 pasien (53%) dengan 95% CI 46,2 – 59, 8 mencapai respons sebagian. Sebanyak 9 pasien menjalani kuratif potensial dari reseksi sekunder setelah respon pengobatan utama. Efek samping derajat 3 tercatat pada 13 pasien dengan ruam kulit (n = 4), neuropati perifer (n = 4), trombositopenia (n = 3), nausea (n = 1), diare (n = 1), dan neutropenia (n = 1), tidak tercatat efek samping derajat 4. Studi menunjukkan bahwa Cetuximab ditambah kombinasi GEMOX dapat ditoleransi dan mempunyai kemampuan sebagai aktivitas anti tumor; untuk mengetahui efektivitas kombinasi Cetuximab dan GEMOX masih diperlukan studi yang lebih luas. (IWA) REFERENSI : Gruenberger B et al. Cetuximab, gemcitabine, and oxaliplatin in patients with unresectable advanced or metastatic biliary tract cancer: a phase 2 study Lancet Oncology 2010; 11 (12): 1142 – 1148 C D K 1 8 4 / V o l . 3 8 n o . 3 / Ap r il 2 0 1 1