3_Standar AAIPI

advertisement
MEMBEDAH STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA
Muhadi Prabowo ([email protected])
Widyaiswara Madya
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Abstrak – Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) diterbitkan oleh
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) pada 30 Desember 2013 dan
diluncurkan pada saat Konferensi Kedua AAIPI tanggal 13 Juni 2014 di Jakarta.
SAIPI ini merupakan perwujudan dari amanat pasal 53 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah yang menetapkan bahwa organisasi profesi auditor, dalam hal ini AAIPI,
menyusun standar audit yang wajib digunakan dan ditaati oleh auditor pada saat
melaksanakan audit. Tulisan ini membahas beberapa permasalahan atas standar
audit yang dimaksud.
Kata Kunci: audit intern, standar audit
Pendahuluan
Setelah lebih dari 5 (lima) tahun ditunggu-tunggu, akhirnya terbitlah Standar
Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI). Kerja keras Asosiasi Auditor Internal
Pemerintah Indonesia (AAIPI), khususnya Komite Standar Audit – AAIPI ini patut
diapresiasi. Keterlambatan standar ini dapat dipahami mengingat organisasi profesi
audtor (intern), sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat 3, pasal 53 ayat 3, dan
pasal 55 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, baru terbentuk pada tanggal 30 November 2012 di
Jakarta dengan nama Asosisasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI).
Pasal 53 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (selanjutnya disebut PP 60/2008) menyatakan
bahwa standar audit yang dipakai untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan
APIP disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Ada beberapa permasalahan yang perlu kita cermati dari standar audit tersebut.
Berikut ini bahasan atas beberapa permasalahan tersebut.
1
Penggunaan Istilah Audit Intern
Sesuai dengan pasal 53 PP 60/2008, mandat yang diberikan kepada kepada
organisasi profesi auditor adalah menyusun standar audit.Dalam penjelasan pasal
53 ayat (1) PP 60/2008 secara tegas dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
“standar audit” adalah kriteria atau ukuran mutu untuk melakukan kegiatan
audit[ditebali oleh penulis] yang wajib dipedomani oleh aparat pengawasan intern
pemerintah. Audit sendiri adalah salah satu kegiatan dalam pengawasan intern
sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 1 PP 60/2008 dimana pengertian
pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif
dan
efisien
untuk
kepentingan
pimpinan
dalam
mewujudkan
tata
kepemerintahan yan baik. Dalam penjelasan pasal 48 ayat 2 huruf a dinyatakan
bahwa audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Standar yang dibuat oleh AAIPI berjudul Standar Audit Intern, mendefinisikan
Audit Intern sebagai kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk
pemberian keyakinan (assurance activities) dan konsultasi (consulting activities),
yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah
organisasi (auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) untuk mencapai
tujuannya dengan cara pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menilai dan
meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol (pengendalian), dan
tata kelola (sektor publik). Definisi ini tidak sama dengan definisi pengawasan intern
sebagaimana ditetapkan dalam PP 60/2008. Penulis berkeyakinan bahwa definisi
audit intern yang dipakai oleh AAIPI adalah definisi audit internal oleh the Institute of
Internal Audit (IIA).
Disinilah letak kekurang konsistenan AAIPI dalam menggunakan istilah yang
sudah diatur dalam PP 60/2008.Seandainya standar ini dimaksudkan untuk
menaungi seluruh kegiatan pengawasan intern, maka seharusnya menggunakan
2
istilah standar pengawasan intern, bukan audit intern.Demikian juga dengan definisi
yang dibuat, cukup menggunakan pengawasan intern yang sudah didefinisikan
dalam PP 60/2008.Namun jika standar ini dimaksudkan hanya untuk mengatur
kegiatan audit, maka istilah yang digunakan seharusnya standar audit, tanpa kata
intern.Pembahasan lebih lanjut ada di bagian ruang lingkup.
Sistematika Standar
Sistematika standar audit intern yang dibuat oleh AAIPI sesuai dengan daftar isi
dan sistematika adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Standar Atribut (Attribute Standards) – mengatur mengenai karakteristik
umum yang meliputi tanggung jawab, sikap, dan tindakan dari penugasan
audit intern serta organisasi dan pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit
intern, dan berlaku umum untuk semua penugasan audit intern. Standar
atribut terdiri dari:
1) Prinsip-prinsip Dasar
2) Standar Umum
c. Standar Pelaksanaan (Performance Standards) – menggambarkan sifat
khusus kegiatan audit intern dan menyediakan kriteria untuk menilai kinerja
audit intern. Standar pelaksanaan terdiri dari:
1) Standar Pelaksanaan Audit Intern
2) Standar Komunikasi Audit Intern
Standar ini juga dilengkapi dengan 2 (dua) lampiran yaitu Contoh Rincian
Kegiatan Audit Intern di Lingkungan APIP dan Contoh InternalAudit Charter (Piagam
Audit Intern).
Pendahuluan berisi latar belakang, definisi, tujuan dan fungsi standar, ruang
lingkup, landasan dan referensi, interpretasi dan perubahan, dan sistematika.
Prinsip-prinsip Dasar terdiri dari:
1000 – Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab APIP (Audit
Charter)
1100 – Independensi dan Objektivitas
3
1200 – Kepatuhan terhadap Kode Etik
Standar Umum terdiri dari:
2000
– Kompetensi dan Kecermatan Profesional
2100
– Kewajiban Auditor
2200
– Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas
Standar Pelaksanaan Audit Intern terdiri dari:
3000 – Mengelola Kegiatan Audit Intern
3100 – Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern
3200 – Perencanaan Penugasan Audit Intern
3300 – Pelaksanaan Penugasan Audit Intern
Standar Komunikasi Audit Intern terdiri dari:
4000
– Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern
4100
– Pemantauan Tindak Lanjut
Sistematika yang digunakan oleh AAIPI tersebut di atas mendekati sistematika
yang digunakan oleh Institute Internal Auditor (IIA). International Standards for the
Professional Practice of Internal Auditing (Standards) yang diterbitkan oleh IIA
terakhir adalah Revisi 2012. Dalam standar tersebut, IIA membagi standar hanya
dalam dua kelompok, yaitu Standar Atribut (Attribute Standards) dan Standar
Pelaksanaan (Performance Standards).Jadi tidak ada rincian lagi untuk Standar
Atribut ke dalam Prinsip-prinsip Dasar dan Standar Umum serta Standar
Pelaksanaan ke dalam Standar Pelaksanaan Audit Intern dan Standar Komunikasi
Audit Intern.
Kedua kelompok standar IIA tersebut kemudian diperinci lagi dengan standar
implementasi (implementations standards)yang menyajikan ketentuan-ketentuan
yang diterapkan untuk setiap jenis kegiatan audit intern, yaitu kegiatan penjaminan
(assurance activities) dan kegiatan konsultasi (consulting activities). Masing-masing
standar implementasi diberi kode terpisah, yaitu A untuk kegiatan penjaminan dan C
untuk kegiatan konsultasi.
SAIPI tidak menggunakan sistematika yang sama dengan standar IIA karena
pemisahan antara kegiatan penjaminan dan kegiatan konsultasi hanya diberikan
penjelasan pada beberapa pernyataan standardan tidak dibuatkan kode terpisah.
4
Ruang Lingkup
Sesuai dengan pendahuluan standar, AAIPI menyatakan bahwa Standar Audit
ini mengatur mengenai kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh auditor dan
pimpinan APIP sesuai dengan mandat serta kedudukan, tugas, dan fungsi masingmasing. Lingkup kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh auditor, dalam
standar dikelompokkan sebagai kegiatan penjaminan kualitas (quality assurance)1
dan kegiatan pengawasan lainnya yang tidak memberikan penjaminan kualitas
(kegiatan consulting). Kegiatan penjaminan kualitas terdiri dari audit, evaluasi, reviu
dan pemantauan/monitoring.
Berdasarkan ruang lingkup di atas, maka wajarlah kalau AAIPI menggunakan
judul Standar Audit Intern, karena standar yang dibuat oleh AAIPI itu berlaku untuk
semua penugasan APIP, bukan khusus kegiatan audit. Dalam beberapa pernyataan
standar dalam Standar Audit tersebut, AAIPI kadang-kadang masih menggunakan
istilah audit, tanpa kata intern.Pengecualian atas standar ini adalah atas penugasan
audit keuangan yang memberikan opini yang wajib menggunakan SPKN yang
diterbitkan oleh BPK-RI dan.atau SPAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI).
Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah AAIPI melampaui mandat yang
diberikan sesuai pasal 53 PP 60/2008 mengingat pasal tersebut menyatakan bahwa
mandat yang diberikan kepada organisasi profesi auditor adalah hanya menyusun
standar audit, bukan standar pengawasan intern (atau audit intern menurut AAIPI).
Bahkan untuk penugasan reviu laporan keuangan, yang menetapkan standar
(standard setter) reviu bukan organisasi profesi auditor tetapi oleh Menteri Keuangan
sesuai pasal 57 PP 60/2008. Demikian juga standar setter untuk pejabat pengawas
pemerintah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
1
Istilah penjaminan kualitas (quality assurance) kurang tepat. Sesuai definisi audit intern
yang juga digunakan oleh AAIPI, bahwa audit intern adalah kegiatan yang independen dan
obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan (assurance activities), tanpa ada kata kualitas
yang akan memberikan makna jauh berbeda. Hal ini dapat penulis maklumi karena istilah
tersebut ada di penjelasan pasal 48 ayat 2 PP 60/2008 yang menyatakan kegiatan audit,
reviu, evaluasi, dan pemantauan merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan
penjaminan kualitas (quality assurance)]
5
Daerahadalah
Menteri
yang
menangani
urusan
pemerintahan
di
bidang
Pemerintahan Dalam Negeri.
Kondisi ini berbeda dengan Standar Audit APIP yang ditetapkan melalui
Peraturan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 yang dengan secara tegas menyatakan dalam ruang
lingkupnya bahwa standar audit tersebut hanya berlaku untuk kegiatan audit.
Bahkan kegiatan audit yang diatur dibatasi hanya untuk audit kinerja dan audit
investigatif karena untuk audit keuangan wajib menggunakan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang diterbitkan oleh BPK-RI.
Landasan dan Referensi
Pasal 53 ayat 3 PP 60/2008 menyatakan bahwa dalam penyusunan standar
audit, organisasi profesi auditor harus mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh
pemerintah.Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan “pedoman yang ditetapkan pemerintah” adalah Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Atas dasar ketentuan tersebut, AAPI
menggunakan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Mei 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah sebagai acuan untuk menyusun Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, landasan dan referensi yang digunakan oleh
AAIPI juga sama dengan landasan dan referensi pada Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara tersebut di atas dengan beberapa perubahan.
Namun sayangnya, AAIPI kurang cermat dalam penggunaan landasan dan referensi
yang seharusnya mengakomodasi perkembangan peraturan dan pengetahuan
mutakhir.
AAIPI menggunakan 4 (empat) landasan peraturan perundang-undangan yaitu
UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan
Angka Kreditnya dan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga AAIPI.
6
Sebagaimana yang dinyatakan dalam definisi, AAIPI menyatakan bahwa SAIPI wajib
dipedomani
oleh
auditor
intern
pemerintah
Indonesia.Selanjutnya,
AAIPI
memberikan pengertian bahwa auditor tersebut mencakup Jabatan Fungsional
Auditor (JFA) dan Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD).
Oleh karena itu, landasan peraturan perundangan yang digunakan seharusnya
juga memasukkan peraturan perundangan berkaitan dengan JFP2UPD, bukan
hanya JFA saja. Adapun peraturan-peraturan berkenaan dengan JF2UPD adalah:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
menjadi Undang-Undang,
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.
Untuk referensi, AAIPI menggunakan sebelas referensi yang digunakan dalam
Standar Audit APIP kecuali Standar Kualitas Investigasi Inspektorat Investigasi,
Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan.Satu referensi pada SA-APIP yaitu
Standar Audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan diganti dengan Standar
Audit Internal Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan (Peraturan Inspektur
Jenderal Kementerian Keuangan Nomor PER-10/IJ/2010 tanggal 27 Agustus 2010).
Selain itu, AAIPI menambahkan 3 (tiga) referensi baru dalam penyusunan
Standar Audit Intern ini, yaitu:
1. International Professional Practices Framework (IPPF), the Institute of
Internal Auditors 2011.
2. Standar Kompetensi Auditor (Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor PER-211/K/JF/2010 tanggal 13
April 2010).
7
3. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008
tanggal 31 Maret 2008).
Penggunaan referensi ini menimbulkan beberapa masalah.Yang pertama,
referensi yang digunakan dalam SA-APIP adalah yang paling mutakhir pada saat
standar tersebut disusun pada tahun 2007.Sejak tahun 2008 telah terjadi
perkembangan standar yang dijadikan referensi dalam penyusunan SA-APIP,
sehingga AAIPI seharusnya menggunakan referensi yang termutakhir, bukan yang
digunakan dalam SA-APIP. Kedua, Standards for the Professional Practices of
Internal Auditing (SPPIA) – the Institute Internal Auditor pada dasarnya sudah
digantikan oleh International Professional Practices Framework (IPPF) – the Institute
of Internal Auditor sehingga seharusnya tidak digunakan lagi. International
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing sebagai bagian dari IPPF
versi terakhir adalah Revisi Oktober 2012. Yang terakhir, AAIPI menggunakan
Standar Kompetensi Auditor (Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Nomor PER-211/K/JF/2010 tanggal 13 April 2010) sebagai
referensi
tetapi
tidak
memasukkan
Standar
Kompetensi
Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 47 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya).
Simpulan dan Saran
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) yang diterbitkan oleh
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) pada akhir tahun 2013 kemarin
adalah jawaban atas mandat yang diberikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistematika standar
tersebut terdiri dari Pendahuluan, Standar Atribut, dan Standar Pelaksanaan.Selain
itu, standar tersebut juga dilengkapi dengan dua lampiran yaitu Contoh Rincian
Kegiatan Audit Intern di Lingkungan APIP dan Contoh Internal Audit Charter
(Piagam Audit Intern).
SAIPI disusun dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh
pemerintah, dalam hal ini adalah Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
8
Pemerintah yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Mei 2008 tentang
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Oleh karena itu, AAIPI juga
menggunakan landasan dan referensi yang sama dengan SA-APIP dengan
beberapa penyesuaian dan penambahan.
Terdapat beberapa masalah sehubungan dengan penyusunan SAIPI tersebut
yang perlu mendapatkan perhatian, terutama oleh AAIPI.Permasalahan tersebut
adalah:
1. AAIPI menggunakan terminologi audit intern dimana terminologi tersebut
tidak digunakan dalam PP 60/2008. PP 60/2008 menggunakan terminologi
pengawasan intern dan sudah didefinisikan dalam PP tersebut.
2. Standar audit intern yang dibuat oleh AAIPI berlaku untuk semua kegiatan
audit intern, termasuk kegiatan audit. Di lain pihak, PP 60/2008 secara tegas
menyatakan bahwa organisasi profesi auditor hanya diberi kewenangan
untuk menyusun standar audit, bukan standar pengawasan (audit) intern.
3. Standar audit intern yang disusun oleh AAIPI berlaku untuk semua kegiatan
audit intern yang meliputi kegiatan penjaminan (assurance activities) dan
kegiatan pengawasan lainnya yang tidak memberikan penjaminan (kegiatan
consulting). Sistematika yang digunakan oleh AAIPI dalam menyusun SAIPI
tersebut tidak secara tegas memerinci standar tersebut ke dalam standar
implementasi (implementations standards) yang memisahkan pengaturan
untuk setiap jenis kegiatan audit intern, yaitu kegiatan penjaminan
(assurance activities) dan kegiatan konsultasi (consulting activities).
4. Landasan
peraturan
perundang-undangan
yang
digunakan
dalam
penyusunan SAIPI belum memasukkan peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD).
5. Referensi yang digunakan dalam penyusunan SAIPI belum semuanya
menggunakan referensi yang paling mutakhir.
Dalam bab Pendahuluan, utamanya sub-bab Interpretasi dan perubahan, AAIPI
menyatakan bahwa demi penyempurnaan dan penyesuaian dengan perkembangan
kebutuhan, perubahan kondisi dan lingkungan audit intern di masa mendatang,
maupun perkembangan pengetahuan dan ilmu audit intern, Organisasi Profesi
9
Auditor (Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia/AAIPI) dapat mengubah atau
menyempurnakan SAIPI. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar AAIPI dapat
melakukan
penyempurnaan
atas
SAIPI
yang
telah
disusunnya
dengan
mempertimbangkan berbagai permasalahan di atas.
Daftar Pustaka:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
3. Peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Daerah dan Angka Kreditnya.
5. Peraturan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun
2009
tentang
Jabatan
Fungsional
Pengawas
Penyelenggaraan
Urusan
Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.
7. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia, 2013.
8. Institute of Internal Auditor (IIA), International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing (ISPPIA). Revised October 2012
https://na.theiia.org/standards-guidance/mandatory-guidance/Pages/Standards.aspx
10
Download