BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Menurut Effendy dalam buku Dinamika Komunikasi (2002 : 3) : “Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin yaitu Communicatio dan bersumber pada kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat” (Effendy,1986 : 4). Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Menurut Effendy dalam buku Dinamika Komunikasi (2002 : 3) : “Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau social communication” (Effendy, 1986 : 4). 19 20 Menurut Effendy dalam buku Dinamika Komunikasi (2002 : 3) : “Secara paradigma pengertian komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya. Jadi komunikasi dalam pengertian paragdimatis bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung pada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran” (Effendy, 1986 : 5). Menurut Carl I.Hovland, ilmu komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. Devinisi Hovland menjelaskan bahwa yang dijadikan objek ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. 2.1.2. Proses Komunikasi Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : 21 1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambing. 3. Komunikan : orang yang menerima pesan. 4. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. 5. Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan. Menurut Effendy dalam buku Dinamika Komunikasi (2002 : 3) : “Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya” (Effendy, 1986 : 6). Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa. Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan pernyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara lain kial yakni gerakan anggota tubuh – gambar, warna, dan sebagainya. Melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir, atau menganggukan kepala adalah kial yang merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang. Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram, grafik, atau lain-lainnya, adalah lambang yang biasa digunakan untuk menyampaikan pernyataan seseorang. Komunikasi berdasarkan cara penyampaian pesannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu Komunikasi Tatap Muka dan Komunikasi Bermedia (melalui media). 22 Komunikasi tatap muka (Direct Communication) berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi oleh komunikatornya diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Komunikasi Antarpersona (Interpersonal Communication), yaitu komunikasi antar komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini dianggap lebih efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication), yaitu komunikasi dengan sejumlah komunikan, karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Dasar pengklasifikasiannya bukan jumlah yang dihitung secara matematis, melainkan kesempatan komunikan dalam menyampaikan tanggapannya. Sedangkan Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan/atau banyak jumlahnya. Komunikasi Bermedia disebut juga Komunikasi Tak Langsung (Indirect Communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan 23 menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Berdasarkan banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi Media Massa dan Media Nirmassa. a) Komunikasi Bermedia Massa Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi. Keuntungan komunikasi degan menggunakan media massa ialah, bahwa media massa menimbulkan keserempakan (simultanity); artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak, ratusan ribu, jutaan, atau bahkan ratusan juta pada saat yang bersamaan. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif, tidak demikian untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan. b) Komunikasi Bermedia Nirmassa Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orangorang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, folder, radio CB atau radio amatir, CCTV, film dokumenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain adalah media nirmassa, karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal. Meskipun 24 intensitas media nirmassa kurang bila dibandingkan dengan media massa, namun untuk kepentingan tertentu media nirmassa tetap efektif, karena itu banyak digunakan. 2.2. Tinjauan Tentang Humas (Public Relations) 2.2.1. Pengertian Humas (Public Relations) Istilah Hubungan Masyarakat yang disingkat Humas adalah terjemahan dari istilah Public Relations yang biasa disingkat PR. Secara terminologis terjemahan tersebut kurang tepat. Dikatakan kurang tepat karena terjemahan tersebut menyangkut masalah makna istilah public. Terjemahan relations menjadi “hubungan” dapat dinilai tepat, tetapi terjemahan public menjadi “masyarakat” tampaknya kurang tepat, sebab “masyarakat” mengarah pada pengertian society, sedangkan sasaran kegiatan Public Relations (PR) bukanlah seluruh manusia yang menghuni suatu wilayah di sebuah negara. Berikut beberapa definisi Humas (Public Relations) menurut beberapa ahli, diantaranya : Frank Jefkins mengatakan bahwa Public Relations adalah suatu sistem komunikasi untuk menciptakan goodwill (kemauan baik). J.C.Seidel, PR Director, Devision of Housing, State of New York, mengatakan bahwa Public Relations adalah proses kontinyu dari usahausaha manajemen untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas. Ke dalam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri, sedangkan ke luar memberikanb pernyataan-pernyataan. 25 W.Emerson Reck, PR Director, Colgate of Univercity mengatakan bahwa Public Relations adalah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik. Kedua, pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh. Cutlip, Center dan Brown mengatakan bahwa “Public Relations adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya” (Cutlip, Center & Brown, 2000 : 4). International Publik Relations Associations (IPRA) mendefinisikan Public Relations sebagai suatu fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka. Untuk mengeitkannya sedapat mungkin kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai untuk melakukan hal itu direncanakan dan disebarkanlah informasi yang lebih produktif dan memenuhi keinginan bersama yang lebih efisien. 26 Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Humas (Public Relations) adalah usaha manajemen yang terus-menerus dalam upaya menyampaikan infomasi untuk mendapatkan kesan positif dimata khalayak, baik dalam organisasi maupun luar organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya. 2.2.2. Fungsi Humas (Public Relations) Menurut Edward L. Bernay dalam bukunya Pulic Relations (1952, University of Oklahoma Press), terdapat tiga fungsi utama Humas, yaitu : 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Menurut pakar Humas Internasional, Cutlip & Center, and Canfield (1982) fungsi Humas (Public Relations) dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi). 2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran. 27 3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama. 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positfi bagi kedua belah pihak. Secara umum menurut DR.Rex F.Harlow dalam bukunya Building A Public Relations (1988) fungsi Public Relations dapat dibagi dua, yaitu : 1. Public Relations sebagai metode berkomunikasi (Method of communication) Humas (Public Relations) merupakan atau sistem kegiatan (order or system of action), melalui kegiatan komunikasi yang khas kehumasan. Artinya sebagai metode komunikasi Humas mengandung makna setiap pimpinan dari sebuah organisasi bagaimanapun kecilnya dapat melaksanakan fungsi-fungsi Public Relations. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara Humas (Public Relations) dan organisasi adalah sebagai metode komunikasi, yaitu mengefektifkan dan mengefisienkan upaya-upaya pencapaian tujuan organisasi. 28 2. Public Relations sebagai perwujudan (state of being) State of Being ynag dimaksud dalam manajemen kehumasan adalah perwujudan suatu kegiatan komunikasi, yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian, devisi atau seksi. Artinya terdapat orang yang memimpin atau pejabat Humas suatu kelembagaan tertentu. 2.2.3. Tugas Humas (Public Relations) Adapun ruang lingkup tugas Humas (Public Relations) dalam sebuah organisasi/perusahaan antara lain meliputi aktivitas : a. Membina hubungan ke dalam (Publik Internal) Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang Humas (Public Relations) harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hala-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalammasyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. b. Membina hubungan ke luar (Publik Eksternal) Yang dimaksud publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. 29 Adapun tugas utama Humas (Public Relations) menurut Frank Jefkins (1995 : 28) dalam bukunya Public Relations, dapat diperinci sebagai berikut : 1. Menciptakan dan memelihara citra yang baik dan tepat atas organisasinya, baik itu yang berkanaan dengan kebijakan, produk/jasa yang ditawarkan, maupun dengan para personelnya. 2. Membantu pendapat umum mengenai segala susuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan organisasi, reputasi maupun kepentingankepentingan organisasi, dan menyampaikan setiap informasi secara langsung kepada manajemen atau pimpinan puncak untuk ditanggapi atau ditindak lanjuti. 3. Memberi nasihat dan mesukkan kepada pihak manajemen, mengenai berbagai masalah komunikasi yang penting, sekaligus mengenai cara penanggulangannya. Menyediakan berbagai jasa informasi kepada khalayak, mengenai kebijakkan organisasi, produk, jasa dan personalia selengkap mungkin untuk menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dalam rangka menjangkau pengertian khalayak. 30 2.2.4. Tujuan Humas (PublicRelations) Beberapa tujuan Humas (Public Relations) menurut H. Fayol, adalah sebagai berikut : 1. Membangun Identitas dan Citra Perusahaan (Building Corporate Identity and Image), yaitu dengan menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif dan mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. 2. Menghadapi Krisis (Facing of Crisis), yaitu dengan menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan PR Recovery of Image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage (Pemulihan dan Perbaikan Citra Perusahaan). 3. Mempromosikan aspek Kemasyarakatan (Promotion Public Causes), yaitu dengan mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik dan mendukung kegiatan kampanye sosial anti merokok serta menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya. 2.2.5. Media Humas (Public Relations) Menurut Anggoro, “Kegiatan seorang Humas tidak lepas dari peranan media, karena media-media tersebut mempunyai fungsi yang cukup penting dalam membantu seorang Humas dalam melaksanakan berbagai kegiatannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal” (Anggoro, 2002 : 136-137). Berikut ini adalah media-media utama yang dipergunaka oleh Humas dalam melaksanakan kegiatannya menurut Fank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992 : 61) secara umum : 31 1. Media Pers (Press) Media ini terdiri dari berbagai macam koran yang beredar di masyarakat secara umum, baik yang berskala regional maupun nasional, atau bahkan internasional; koran-koran gratis; majalah-majalah yang diterbitkan secara umum maupun hanya dalam jumlah terbatas untuk kalangan tertentu; bukubuku petunjuk khusus; buku-buku tahunan dan laporan-laporan tahunan dari berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan untuk umum. 2. Media Audio Visual Audio visual adalah salah satu alat untuk menjangkau khalayak dalam rangka mengkomunikasikan pesan khusus demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Media ini terdiri dari slide dan kaset video, atau bisa juga gulungan film-film dokumenter. Sebelum membuat media audio visual, kita perlu terlabih dahulu menentukan apa tujuannya, siapa khalayaknya, seberapa jauh jangkauannya dan bagaimana caranya khalayak tersebut ditentukan. Setiap cara penemuan yang berbeda memerlukan format video yang berbeda juga berlainan. Penyajiannya di depan khalayak secara langsung tentu saja berbeda jika hal itu disajikan secara pribadi ke masing-masing khalayak. Semakin banyak cara yang hendak dipilih, maka semakin banyak pula format yang harus dimiliki oleh perusahaan. Biasanya perusahaan-perusahaan yang besar bahkan sengaja melengkapi diri dengan sebanyak mungkin format agar bisa menggunakan berbagai macam pilihan dalam menjangkau audio-visual tersebut. 32 Berikut jenis-jenis media audio-visual menurut Frank Jefkins, yaitu : Slide 35 mm Bentuknya sangat popular dan ideal untuk mengilustrasikan suatu diskusi dan presentasi. Slide bisa disajikan seiring dengan keterangan dari seorang pembicara yang dengan mudah dapat mensejajarkan uraianuraiannya dengan penayangan dari setiap lembaran transparans. Keunggulan slide adalah mudah diubah-ubah tata urutannya atau diganti sebagian diantaranya. Kita bisa menyiapkan slide baru atau mengurangi jumlah slide yang ada sesuai dengan keperluan. Proyeksi Slide plus Rekaman Kaset Sekarang ini kita sudah menemukan slide yang dilengkapi dengan suara. Penyisipan suara pada lembaran-lembaran slide itu diusahakan sedemikian rupa sehingga senantiasa sinkron. Suara itu tidak hanya ceramah atau uraian biasa saja, tapi juga bisa diisi dengan musik. Penayangan slide seperti in dilakukan secara manual maupun otomatis. Slide Dengan Proyektor Kembar Ini adalah kemajuan yang lebih mutakhir. Meskipun tidak bergerak, slide ini nampak begitu hidup bagaikan sebuah gambar bioskop biasa. Gambar proyeksi tiga dimensi tersebut tercipta melalui dua buah proyektor yang saling berdampingan dan terfokus ke sebuah layar yang sama. Masing-masing proyektor memantulkan gambar yang sedemikian rupa, jika terpadu akan membentuk suatu gambar tiga dimensi yang nampak sangat hidup. Ukuran layarnya bisa diperkecil atau diperbesar sesuai 33 dengan jumlah khalayak maupun ruangan yang dipakai. Satu-satunya masalah adalah sulitnya mencari pasangan proyeksi yang cocok. Sama seperti VCR (Video Cassette Recorder), slide berproyektor ganda ini memiliki sistem yang satu sama yang lain tidak compatible. Untuk mempermudah perluasannya, gambar-gambar yang dipancarkan oleh proyektor ganda tersebut dapat direkam dan kemudian diputar ulang melalui VCR. Dengan demikian, indahnya media ini dapat dipadukan dengan keawetan video. Tayangan Berlayar Majemuk Ini merupakan suatu media yang menggunakan sejumlah proyektor yang kesemuanya terarah ke layar yang sama. Hasilnya adalah suatu gambar dan gerak yang sedemikian dramatis, sehingga seolah-olah layar itu lebih dari satu. Semua proyektor itu bisa menggabungkan kepingankepingan gambar, sehingga membentuk satu gambar tunggal yang sangat luar biasa pada layar. Setiap gambar bisa dipecah menjadi empat, delapan atau enambelas, tergantung dari proyektor yang digunakan. Kaset Video Daya rekam, kemampuan teknis dan kepraktisannya membuat kaset video semakin diminati sebagai media Humas. Manfaatnya semakin terasa untuk keperluan komunikasi internal seperti kegiatan pengenalan organisasi pada par anggota baru atau pegawai baru. Kaset video ini juga dapat digunakan di mana-mana, baik di took, di ruang pamer, di ruang 34 hotel maupun pada gerai-gerai (stand) ekshibisi pameran yang hanya memungkinkan dipasangnya sebuah layar kecil. Kaset video juga kerap digunakan pada resepsi pers, untuk menjelaskan laporan dan pembukuan tahuanan kepada staf, guna menjelaskan suatu rencana dan segenap alasannya (misalnya rencana perusahaan untuk memindahkan lokasi dari salah satu cabangnya). Overhead Projector Keunggulan utama alat bantu ini adalah bisa dioperasikan pada situasi terang oleh seorang pembicara yang tengah menghadapi khalayak. Si pembicara setiap saat dapat menempatkan lembaran-lembaran transparansi untuk memperjelas apa yang ia maksudkan. Lembar transparansi itu adalah suatu lembaran plastik tipis terang yang memuat suatu gambar atau data yang bisa dipantulkan dengan ukuran lebih besar melalui overhead projector. Overhead projector yang paling modern bahkan dapat memantulkan negatif film. Layar Eidophor Versi raksasa dari sirkuit televisi terbatas atau CCTV sangat bermanfaat dan tepat bila digunakan sebagai sebuah layar besar dan ia memiliki tiga manfaat utama yang sangat relevan bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan Humas. Sebagai catatan, CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu rangkaian alat (terdiri dari kamera dan layar monitor) yang merekam suatu obyek sekaligus menayangkannya dalam waktu yang sama. Gambar yang ditayangkannya langsung muncul secara 35 otomatis melalui seutas kabel penghubung biasa, tanpa dukungan instalasi atau perangkat pemancar tambahan. Dari ketiga manfaat pokok tersebut, yang pertama adalah memperluas khalayak. Dalam suatu acara yang hanya bisa diikuti oleh beberapa orang saja (misalnya acara penobatan raja atau pernikahan pangeran Inggris), maka peralatan ini sangat tepat digunakan karena ia dapat merekam sekaligus memancarkan acara yang tengah berlangsung, sehingga dapat ditonton oleh banyak orang. Versi biasa dari CCTV adalah layar monitor pada umumnya. Adapun versi raksasanya, yakni yang disebut sebagai layar eidophor, bisa dibuat sekian kali lebih lebar dan besar dibandingkan dengan layar monitor televisi atau hampir sama lebarnya dengan layar bioskop. Selain itu, gambar yang terekam tersebut juga dapat dipancarkan melalui sebuah alat khusus atau BT Landline ke tempat-tempat yang berjauhan, sehingga bisa dilihat oleh mereka yang berada sangat jauh dari lokasi acara tersebut. Manfaat kedua dapat kita petik jika layar eidophor dan saluran CCTV ini kita pakai dalam suatu seminar. Dalam sebuah seminar yang amat penting, biasa diikuti oleh banyak peserta, sehingga ruangannya terpaksa diperluas dan kita sulit melihat tokoh yang menjadi pembicara. Melalui alat ini kita dapat menyaksikan tokohtadi secara jelas dan menikmati segala uraiannya dengan lebih baik. Manfaat ketiga akan kita temukan pada acara-acara pidato resmi yang penting, yang diselenggarakan dalam suatu ruangan yang sangat besar atau 36 bahkan di tanah lapang. Dengan alat ini, khlayak tidak perlu berdesakdesakan untuk melihat sang tokoh atau mendengarkan uraiannya. 3. Media Radio Radio adalah media utama informasi, hiburan dan pendidikan massal yang sangat popular. Kategori media ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang berskala lokal, nasional hingga internasional, baik yang dipancarkan secara luas, maupun yang dikemas secara khusus (jenis siarannya atau cakupan pendengarnya terbatas). 4. Media Televisi Sama halnya dengan radio, televisi sering digolongkan sebagai media Humas, tidak hanya televisi nasional atau regional, tapi juga televisi internasional, termasuk pula sistem-sistem teletex seperti Prestel, Oracle, dan Ceefax, yakni perangkat yang memungkinkan pemakainya memperoleh infomasi-informasi yang dibutuhkannya melalui siaran televisi terbatas. 5. Seminar dan Konferensi Ada baiknya jika suatu perusahaan menyelenggarakan suatu pertemuan khusus di mana khalayak diundang sebagai tamu. Tujuan dari acara tersebut adalah untuk menyampaikan presentasi ke orang-orang tertentu. Sebaiknya acara ini dibuat sesantai mungkin tanpa ada embel-embel pesan penjualan atau pameran dagang dan lebih bersifat edukasional. 6. Pameran Pameran khusus yang bertujuan menjelaskan mengenai produk atau selukbeluk organisasi ini dapat dilaksanakan secara berkala atau bisa juga secara 37 permanen (terus-menerus). Pameran ini juga tidak harus menetap di suatu tempat, melainkan bisa pula berkeliling ke berbagai tempat. Pameran ini juga bisa diselenggarakan secara berpindah-pindah dari suatu kota ke kota lain, dari satu took ke took lain, dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain, dan seterusnya. Agar tujuan tercapai, para petugas Humas harus mendatangkan khalayak. 2.2.6. Media Audio Media audio merupakan sarana yang lebih efektif dalam kegiatan-kegiatan edukatif untuk berpacu dengan kemajuan abad ini. Dalam waktu relatif singkat, perkembangan dan kemajuan dapat diikuti lewat media ini. “Media audio adalah salah satu alat untuk menjangkau khalayak dalam rangka mengkomunikasikan pesan khusus demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Alat-alat audio, yaitu yang dapat menghasilkan bunyi atau suara” (Suleiman, 1981). Media audio gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi lebih efektif. Media audio memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki, yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik. Media audio dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang dicetak atau ditulis. Media audio banyak diperlukan dalam bidang pengajaran formal dan informal, pendidikan, latihan, promosi barang atau jasa, serta penyebarluasan program-program pemerintah dan tentu juga untuk ceramah, penerangan dan penyuluhan. 38 Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992) media audio terbagi ke dalam dua jenis, yaitu : 1. Media Audio Visual Elektronik a) Visual : Opague, Slide Film, Bulletin Board, Display, Moving Screen. b) Audio : Radio, Telepon, Tape Recorder, MP3, Piringan Hitam. c) Audio Visual : Televisi, Film-film Dokumenter. 2. Media Audio Visual Non Elektronik a) Papan Planel b) Photograpy c) Grafik dan Model Barang Cetakan dan Multimedia (surat kabar, majalah, tabloid, katalog, brosur, pamflet, billboard, banner, spanduk, dan lain-lain). 2.3. Tinjauan Tentang Peranan Humas (Public Relations) Menurut Dozier,D.M.(1992), menyatakan bahwa : “Peranan praktisi Humas (PR) dalam suatu organisasi atau perusahaan merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi Humas dan komunikasi organisasi, disamping itu juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi Humas (PR) dan pencapaian profesional dalam Humas.” (Ruslan,1997:21) 39 Peranan Humas dalam suatu organisasi, menurut Dozier dan Broom (1995), dibagi menjadi empat (4) kategori : 1. Expert Presciber (Penasehat Ahli), Praktisi Humas dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship), disini pihak manajemen bersifat pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau diusulkan oleh pakar Humas (Expert Presciber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan Public Relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. 2. Communication Fasilitator (Fasilitator Komunikasi), Praktisi Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya, sekaligus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. 3. Problem Solving Process Fasilitator (Fasilitator Proses Pemecahan Masalah), Peranan Praktisi Humas dalam proses pemecahan persoalan ini merupakan bagian tim manajemen, untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan keputusan (eksekusi) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi, secara rasional dan profesional. Dan biasanya dalam menghadapi suatu 40 krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir ahli Humas (Public Relations) dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. 4. Communication Technician (Teknisi Komunikasi), berbeda dengan tiga peranan praktisi Humas (Public Relations) professional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Humas (Public Relations) sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masingmasing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model). Peranan Humas (PR) tersebut diharapakan menjadi ‘mata’ dan ‘telinga’ serta ‘tangan’ bagi top manajemen dari organisasi, yang ruang lingkup tugasnya mencakup pembinaan hubungan terhadap pihak internal dan pihak eksternal. 41 2.4. Tinjauan Tentang Sosialisasi Menurut Soekanto : “Sosialisasi merupakan bagian dari pada ilmu komunikasi sosial, dimana ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Istilah sosial (social) pada ilmu-ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda dengan misalnya, istilah sosialisme atau istilah sosial pada departemen sosial. Apabila istilah “sosial” pada ilmu sosial menunjukkan pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialesme adalah suatu ideology yang berpokok pada prinsip pemikiran umum” (Soekanto, 1990 : 15). Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial, artinya kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan dari sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat. Penggunaan istilah sosialisasi saat ini sedang popular digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, namun sejauh ini belum dapat dipastikan tentang ketepatan dan kebenaran penggunaan istilah tersebut untuk menunjuk pada kegiatan empiriknya. Untuk itu karena secara formal lembaga-lembaga di masyarakat termasuk lembaga negara sekalipun banyak menggunakan istilah ini, maka pengkajian secara teoritis dianggap perlu. Sosialisasi merupakan istilah dari sosiologi, yang secara eksak sangat sukar untuk dirumuskan dalam satu definisi, oleh sebab itu definisi hanya digunakan sebagai suatu pegangan sementara saja. Menurut Soerjono Soekanto dalam Kamus Sosiologi, 1993 menyebutkan “Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada masyarakat baru” (Soerjono Soekanto, 1993). 42 Sedangkan menurut Joseph R. Dominick, sosialisasi dianggap sebagai fungsi dari komunikasi massa, “Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (Transmissions of Values) yang mengacu pada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilaidari suatu kelompok”. Sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga pengertian yang berbeda, yaitu : 1. Usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum. 2. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. 3. Upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi lebih dikenal, dipahani dan dihayati oleh pemasyarakatan.